Ketika_Cinta_Bertasbih_Episode_2Bab25-Tamat
Ketika_Cinta_Bertasbih_Episode_2Bab25-Tamat
Ketika_Cinta_Bertasbih_Episode_2Bab25-Tamat
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Di dalam Bu Nyai Nur dan Anna tersenyum mendengar cara Kiai<br />
Lutfi bercanda.<br />
”Nduk, Abahmu itu bisa saja bercanda. Oh ya Nduk, Ummi ke<br />
belakang dulu. Ummi lupa mengambil jemuran. Sri belum pulang.”<br />
Kata Bu Nyai setengah berbisik.<br />
”Biar Anna saja yang mengambilnya Mi.” Lirih Anna ”Tidak usah,<br />
biar Ummi saja. Kau teruskan saja mengemasi barang-barangmu.”<br />
”Bagaimana dengan kesehatanmu Zam?”<br />
”Alhamdulillah sudah baik semua Pak Kiai. Seperti yang Pak Kiai<br />
lihat, saya sudah bisa berjalan seperti semula. Tangan yang patah<br />
sudah tersambung seperti semula. Dan tulang iga yang patah juga<br />
sudah baik lagi. Rongent terakhir semuanya sudah tak ada masalah<br />
menurut dokter. Hanya saja pen-nya belum diambil. Mungkin ya<br />
diambil satu dua tahun lagi.”<br />
”Alhamdulillah kalau begitu. Aku senang mendengarnya. Terus<br />
ngomong-ngomong ini ada perlu apa kamu sore ini kemari. Kok<br />
rasanya agak berbeda dengan biasanya?”<br />
”Begini Pak Kiai, ternyata kami masih punya hutang sama Anna.<br />
Hampir kelupaan. Mohon sampaikan maaf pada Anna. Dulu Husna<br />
pernah pinjam uang lima juta pada Anna untuk bayar administrasi<br />
rumah sakit. Ini saya datang untuk membayar hutang itu.” Azzam<br />
menjelaskan maksud kedatangannya.<br />
Di dalam, Anna sangat berharap agar ayahnya menolak uang itu.<br />
Agar uang itu dianggap lunas saja. Tapi Kiai Lutfi justru menjawab,<br />
”Ini namanya rezeki. Kau datang tepat waktu Zam. Kebetulan Anna<br />
mau pergi jauh. Itu bisa untuk uang saku baginya. Terima kasih<br />
Zam.”<br />
404<br />
Edited Edited Edited Edited by by by by : : : : Bon Bon----q97 Bon Bon q97 q97 q97