Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh
Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh
Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Minus” Pengawas Madrasah<br />
Oleh Nazarullah ZA, S.Ag<br />
penulis, pengangkatan pengawas<br />
dengan cara yang dipraktikkan<br />
sekarang (balas budi, perpanjangan<br />
masa aktif PNS), sebenarnya bertentangan<br />
dan melanggar Peraturan<br />
Pemerintah Republik Indonesia<br />
Nomor 19 Tahun 2005 tentang<br />
Standar Nasional Pendidikan, Pasal<br />
39 yang berbunyi:<br />
Kriteria minimal untuk menjadi pengawas<br />
satuan pendidikan meliputi:<br />
a. berstatus sebagai guru sekurangkurangnya<br />
8 (delapan) tahun dan/<br />
atau kepala sekolah sekurangkurangnya<br />
4 (empat) tahun pada<br />
jenjang pendidikan yang sesuai<br />
dengan satuan pendidikan yang<br />
diawasi;<br />
b. memiliki sertifikat pendidikan<br />
fungsional sebagai pengawas satuan<br />
pendidikan;<br />
c. lulus seleksi sebagai pengawas<br />
satuan pendidikan.<br />
Jadi, pengangkatan seorang pengawas<br />
sangat-sangat baik jika<br />
bermuara dari seorang guru yang<br />
berpengalaman, seorang kepala sekolah<br />
yang sudah teruji kepemimpinannya,<br />
punya kapasitas, komitmen dan<br />
integritas yang tinggi terhadap dunia<br />
pendidikan.<br />
Melihat yang lebih<br />
Supervisor (istilah untuk pengawas)<br />
berasal dari kata Super artinya lebih<br />
dan visor berasal dari kata visi artinya<br />
melihat. Maka pengawas sebagai<br />
seorang supervisor semestinya melihat<br />
hal-hal yang “lebih” bukan melihat halhal<br />
yang “kurang” yang terdapat pada<br />
guru. Karena guru adalah potensi,<br />
aset yang bisa digali kemampuan<br />
dan kecerdasan mereka, demi untuk<br />
meningkatkan mutu pendidikan.<br />
Selama ini banyak guru yang tidak<br />
simpati kepada pengawas saat masuk<br />
observasi ke kelas, guru-guru merasa<br />
bahwa pengawas masuk kelas bukan<br />
untuk pembinaan dan pengawasan,<br />
tetapi dianggap sebagai tindakan untuk<br />
mencari kesalahan para guru dan juga<br />
intimidasi. Pola pikir semacam ini<br />
masih selalu terjadi dikalangan guruguru<br />
sampai dengan detik ini. Salahkah<br />
mereka?<br />
Untuk menjawab hal tersebut,<br />
ada baiknya kita melihat peranan<br />
pengawas sekolah/madrasah menurut<br />
Wiles & Bondi (2007), “The role of the<br />
supervisor is to help teachers and other<br />
education leaders understand issues<br />
and make wise decisions affecting<br />
student education.”<br />
Bertitik tolak dari pendapat Wiles &<br />
Bondi tersebut, maka peranan pengawas<br />
sekolah/madrasah adalah membantu<br />
guru-guru dan pemimpin-pemimpin<br />
pendidikan untuk memahami isuisu<br />
dan membuat keputusan yang<br />
bijak yang mempengaruhi pendidikan<br />
siswa. Untuk membantu guru dalam<br />
melaksanakan tugas pokok dan<br />
fungsinya serta meningkatkan prestasi<br />
belajar siswa, maka peranan umum<br />
pengawas sekolah/madrasah adalah<br />
sebagai:<br />
a. Supervisor, b. observer<br />
(pemantau), c. evaluator (penilai) d.<br />
successor (pembantu keberhasilan).<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Opini<br />
Di level operasional, pengawas<br />
semestinya bersikap sebagai patner<br />
(mitra) guru dalam meningkatkan<br />
mutu proses dan hasil pembelajaran<br />
dan bimbingan di sekolah/madrasah<br />
binaannya. Pengawas itu ibarat teman<br />
dan bahkan sejawat yang selalu dan<br />
senantiasa bisa memberikan bimbingan<br />
serta bukan mencari kesalahan. Jangan<br />
selalu menilai guru dengan mengunakan<br />
“kacamata minus”. Karena, dengan<br />
menggunakan “kacamata minus”,<br />
akan selalu terlihat yang kurang-kurang<br />
(mines), padahal pada guru itu masih<br />
banyak yang lebih (plus)/ berpotensi.<br />
Sudah saatnya pengawas itu<br />
diangkat dari kalangan guru-guru yang<br />
berprestasi dan masih muda-muda<br />
untuk melahirkan inovasi atau ide-ide<br />
yang bagus untuk kemajuan pendidikan<br />
(bukan yang sudah berkacamata<br />
menunggu pensiun), dan sangat<br />
lebih bagus para pengawas itu diangkat<br />
dari guru-guru yang berpengalaman<br />
serta jenjang pendidikan yang lebih<br />
tinggi (S-2 kependidikan). Pengawas<br />
adalah tempat guru bertanya dan<br />
juga sekaligus bisa menjadi tempat<br />
bagi kepala sekolah/ madrasah untuk<br />
mencari solusi jika kepala sekolah/<br />
madrasah ada permasalahan dengan<br />
guru di satuan kerjanya (sebagai<br />
penengah).<br />
Kehadiran seorang pengawas di<br />
sekolah hendaknya menjadi sebuah<br />
dambaan bagi seorang guru, untuk<br />
memberikan motifasi bagi mereka.<br />
Sudah saatnya hari ini untuk menghilangkan<br />
image kedatangan pengawas<br />
ke sekolah bak kedatangan “malaikat<br />
maut”, ditakuti dan tidak diharapkan<br />
kunjungannya.<br />
Penulis adalah Tenaga Pendidik<br />
di lingkungan Kemenag. Kab.<br />
Pidie dan Mahasiswa S-2. Prodi.<br />
Magister Administrasi Pendidikan<br />
(MAP) Unsyiah B. <strong>Aceh</strong>.<br />
43