Banjarmasin Post Kamis, 24 Juli 2014
NO. 151524 TH XLII/ ISSN 0215-2987
NO. 151524 TH XLII/ ISSN 0215-2987
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
KAMIS <strong>24</strong> JULI <strong>2014</strong> 25<br />
DEMI KEADILAN, KEBENARAN DAN DEMOKRASI<br />
PKK.PEMPROV.GO.ID<br />
HAJAH Noormiliyani (kiri baju biru) pada sebuah acara PKK.<br />
BANJARMASIN, BPOST - Jika di<br />
tingkat DPR partai yang dirugikan<br />
dengan hasil revisi UUMD3 adalah<br />
PDIP, maka jika undang-undang itu<br />
diberlakukan sampai ke daerah, Partai<br />
Golkar Kalsel paling dirugikan.<br />
Sebagai pemenang Pemilu di Banua,<br />
Partai Golkar Kalsel menjadi belum<br />
tentu meriah kursi ketua dewan. Satu<br />
kandidat untuk menjadi ketua DPRD<br />
Kalsel dari Golkar adalah Hajah Noormiliyani,<br />
peraih suara terbanyak.<br />
Menanggapi kemungkinan itu,<br />
Rau (23/7), istri Bupati Batola Hasanuddin<br />
Murad ini mengaku tidak tahu<br />
apakah UUMD3 akan diberlakukan di<br />
level provinsi dan kabupaten. Dia<br />
menyerahkan semuanya kepada par-<br />
Noormilyani Serahkan ke Partai<br />
tai pengusung dan kepada anggota<br />
dewan terpilih.<br />
Perdebatan UU MD3 terus bergulir.<br />
Masing-masing pihak punya pandangan<br />
dan persepsi masing-masing<br />
soal beberapa revisi poin UU MD3<br />
yang diprakarsai sejumlah anggota<br />
legislatif yang berasal dari partai yang<br />
tergabung di koalisi merah putih itu.<br />
`Pengamat Pemerintahan FISIP<br />
Unlam Gazali Rahman mengatakan,<br />
caleg terpilih yang melenggang ke<br />
parlemen sebenarnya mewakili dirinya<br />
sendiri. Bukan lagi partai. “Setelah<br />
di parlemen, dia harus mewakili kepentingan<br />
bangsa dan negara di atas<br />
kepentingan pribadi atau golongan.<br />
Itu filosofinya,” kata dia, Rabu.<br />
Jadi, siapapun yang duduk di pimpinan<br />
dewan, bukanlah kemudian ikut<br />
menjaga kepentingan partai yang<br />
mengusung. “Jadi mereka akan mewakili<br />
dirinya sendiri dan untuk kepentingan<br />
masyarakat. Kepentingan<br />
partai pasti saja ada,” kata dia.<br />
Bagaimana jika ada ganjalan dari<br />
partai besar? Gazali mengatakan parlemen<br />
saat ini sudah transparan. Serahkan<br />
semua ke masyarakat yang<br />
menilai dan menyampaikan ke publik.<br />
Pakar Hukum Tata Negara Unlam,<br />
M Effendie mengatakan, pengesahan<br />
UUMD3 memang seolah dikembalikan<br />
ke aturan dasar penyelenggaraan<br />
parlemen. Dan itu sempat diberlakukan<br />
di Indonesia para periode sebelumnya.<br />
Dalam aturan dasar itu, unsur<br />
pimpinan dewan/ parlemen dipilih<br />
oleh anggota dewan secara voting.<br />
“Namun, aturan dasar ini cocok<br />
diberlakukan pada negara yang menganut<br />
dua partai. Pasalnya, tidak ada<br />
pilihan lainnya. Kalau yang satu menang,<br />
maka yang kalah otomatis akan<br />
cenderung mengikuti,” kata dia.<br />
Tapi agak beda jika di Indonesia<br />
yang multipartai. Justru hal seperti itu<br />
tidak begitu cocok. Yang ada pilihannya<br />
tidak lagi dua, tapi banyak.<br />
Memang, terkesan lebih merata<br />
karena semua perwakilan punya kesempatan<br />
sama. Tapi juga harus diperhatikan<br />
lobi-lobi yang dilakukan masing-masing<br />
anggota dewan. (nic)<br />
Saatnya Cooling Down<br />
Kedua Timses Ingin Jaga Silaturahmi<br />
”<br />
Kemenangan ini jangan<br />
terlalu di-euforiakan.<br />
Membangun bangsa<br />
yang besar ini tidak bisa<br />
hanya satu kelompok.<br />
Kita bersama-sama<br />
bergotong royong<br />
membangun bangsa ini<br />
MARDANI H MAMING<br />
Ketua Tim Pemenangan Jokowi-JK<br />
Kalsel<br />
”<br />
Siapa pun yang<br />
ditetapkan sebagai<br />
pemenang Pilpres maka<br />
sebagai warga negara<br />
Indonesia wajib<br />
menghormati. Dan ke<br />
depan mari bersamasama<br />
membangun<br />
bangsa<br />
”<br />
H Rudy Ariffin<br />
Ketua Tim Pemenangan Prabowo-<br />
Hatta Kalsel<br />
Dinamika Politik<br />
menit per menit<br />
klik: banjarmasin.<br />
tribunnews.com/<br />
election<br />
”<br />
BANJARMASIN, BPOST - Kemarin<br />
KPU menetapkan hasil Pilpres<br />
dengan pasangan nomor urut<br />
2, Jokowi-JK sebagai pemenangnya.<br />
Kejadian di luar dugaan adalah<br />
mundurnya Prabowo dalam<br />
proses pencalonan<br />
presiden dan menolak<br />
hasil Pemilu.<br />
Lantas bagaimana koalisi<br />
kedua kubu menyikapi<br />
peristiwa-peristiwa<br />
tersebut. Bagaimana pula<br />
impilkasinya di daerah?<br />
Ketua Tim Pemenangan<br />
Jokowi-JK Kalsel, Mardani<br />
H Maming mengatakan<br />
semua pihak termasuk kita harus<br />
jaga silaturahmi.<br />
“Keputusan pemenang sudah<br />
diputuskan KPU pusat, allhamdulillah<br />
Nomor 2 sebagai pemenang,<br />
walau pun di Kalsel kita<br />
kalah,” kata dia, Rabu (23/7).<br />
Namun, menurut dia, kemenangan<br />
ini jangan terlalu di-euforiakan.<br />
Pasalnya, untuk membangun<br />
bangsa yang besar ini tidak<br />
bisa hanya satu kelompok. “Kita<br />
bersama-sama bergotong royong<br />
membangun bangsa ini,” terang<br />
dia.<br />
Disinggung terkait keputusan<br />
Prabowo Subianto, Mardani mengaku<br />
dalam mengambil keputusan<br />
tersebut tetap harus dihormati.<br />
“Dan mempersilahkan upaya hukum<br />
untuk pembelaan hak beliau,”<br />
terang dia.<br />
Sementara itu, meskipun<br />
di pusat Koalisi Merah<br />
Putih dikabarkan bakal<br />
menggugat hasil Pilpres<br />
ke Mahkamah Konstitusi<br />
(MK), namun tim<br />
sukses atau tim pemenangan<br />
Prabowo-Hatta<br />
di Banua tyerkesan lebih<br />
tenang menyikapi hasil<br />
Pilpres yang diumumkan<br />
KPU Selasa (22/7).<br />
Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta<br />
Kalsel, H Rudy Ariffin<br />
mengatakan siapa pun yang ditetapkan<br />
sebagai pemenang Pilpres<br />
maka sebagai warga negara Indonesia<br />
wajib menghormati. “Dan ke<br />
depan mari bersama-sama membangun<br />
bangsa,” terang dia.<br />
Dia mengatakan saat ini sudah<br />
harusnya menciptakan suasana<br />
kondusif di daerah. Dengan<br />
begitu, polemik di nasional<br />
tidak merembet ke<br />
daerah. “Saatnya cooling<br />
down agar terwujud<br />
Indonesia<br />
yang damai,” kata<br />
dia.<br />
Mengenai ke<br />
depannya, Rudy<br />
yang juga menjabat<br />
Ketua DPW<br />
PPP Kalsel dan<br />
Gubernur ini<br />
berharap, masyarakat<br />
sepenuhnya<br />
mendukung<br />
pemerintahan<br />
Presiden<br />
terpilih dan<br />
membangun negeri<br />
Indonesia<br />
bersama-sama.<br />
Harapan besar<br />
dilontarkansejumlah<br />
warga Banua a-<br />
tas terpilihnya presiden<br />
baru Indonesia.<br />
Setelah dilantik oleh<br />
MPR nanti, diharapkan<br />
pasangan terpilih<br />
ini langsung fokus<br />
kerja dan memperbaiki<br />
apa-apa yang<br />
Indonesia perlukan.<br />
“Kalau rakyat di bawah<br />
ini nggak macam-macam<br />
mikirnya. Yang penting sejahtera<br />
masyarakatnya maka<br />
bisa dianggap presiden telah<br />
berhasil,” ucap Syarif, anggota<br />
BPK di Martapura, Banjar.<br />
Dia berharap, presiden terpilih<br />
mampu membuat berbagai kebijakan<br />
yang bisa dirasakan langsung<br />
dampaknya oleh masyarakat,<br />
bukan lagi sekadar retorika. “Masyarakat<br />
sudah lelah dengan janji,<br />
sekarang waktunya beri bukti,”<br />
kata dia.<br />
Senada diucapkan Ocha. Mahasiswi<br />
semester akhir di satu perguruan<br />
tinggi swasta di Banjarbaru ini<br />
berharap, hasil Pilpres <strong>2014</strong> bisa<br />
diterima semua pihak. Jangan lagi<br />
ada ganjalan seiring pemerintahan<br />
terpilih. “Mari sama-sama mendukung<br />
untuk memakmurkan Indonesia,”terang<br />
dia.<br />
Dia berharap, presiden terpilih<br />
mampu mewujudkan keinginan<br />
masyarakat kalangan bawah dan<br />
mencari solusi permasalahan<br />
apa saja yang terjadi.<br />
Harapn juga disebutkan oleh<br />
Agus, staf pengajar di satu lembaga<br />
bimbingan belajar. Dia ingin<br />
presiden ketujuh Indonesia ini<br />
memberi banyak solusi terhadap<br />
permasalahan negara yang terjadi.<br />
Dia menerangkan, sebenarnya<br />
kedua pasangan punya kekurangan<br />
dan kelebihan. Dan itu sudah<br />
diketahui banyak pihak.<br />
“Memang presiden terpilih punya<br />
kekurangan. Yang mencolok<br />
adalah tak lancar berbahasa Inggris.<br />
Bagi saya tak masalah kok.<br />
Coba lihat kalau pertemuan PBB,<br />
negara Cina dan Korea malah tetap<br />
pakai bahasa mereka. Tapi ada<br />
penerjemahnya kok. Negara mereka<br />
tetap maju aja kok, malah<br />
lebih maju dari Indonesia,” terang<br />
dia. (nic)<br />
APRIANSYAH<br />
Pengamat Politik FISIP Unlam<br />
Banua Cinta Damai<br />
YA, <strong>2014</strong> merupakan tahun politik.<br />
Dimana digelar berbagai pesta demokrasi<br />
lima tahunan dengan waktu<br />
hampir bersamaan. Setelah Pileg,<br />
kemudian dihadapkan pada Pilpres.<br />
Selama perhelatan memang banyak<br />
dinamika yang terjadi. Dan sedikit<br />
banyak itu menjadi isu nasional dan<br />
juga memainkan emosi para pendukung di jajaran bawah.<br />
Nah, tentu itu terjadi di masing-masing pendukung<br />
masing-masing daerah. Beruntung, Kalsel cenderung<br />
kondusif. Semua pihak berperan untuk segera meredam<br />
potensi yang ada. Peran penyelenggara, stakeholder,<br />
pemerintah, pihak pengamanan serta ulama sangat diikuti<br />
oleh masyarakat Kalsel yang Islami.<br />
Selain itu, masyarakat juga seolah masih trauma dengan<br />
kejadian Jumat Kelabu Mei 1997. Itu diduga juga merupakan<br />
implikasi isu nasional yang merembet ke daerah.<br />
Kemudian membesar dan menjadi kerusuhan.<br />
Tak mau terulang, makanya masyarakat dan semua<br />
elite partai turut menjaga supaya tidak membesar dan<br />
tetap menjaga situasi kondusif di daerah. Begitu juga saat<br />
Pilpres <strong>2014</strong> ini. Meski di tingkat nasional dikabarkan<br />
memanas, tapi di Kalsel cenderun adem ayem. Tidak ada<br />
geliat berarti. Itu menunjukkan keinginan warga Banua<br />
yang cinta damai. (nic)<br />
Bersatu Tak<br />
Lihat Warna<br />
SETELAH pengumuman hasil perhitungan<br />
suara, boleh saja pendukung presiden terpilih<br />
bersyukur dan melakukan euforia. Namun<br />
jangan berlebihan dan memancing pihak lain.<br />
Sekretaris DPW PPP Kalsel, Asbullah berharap,<br />
semua masyarakat menghormati keputusan dari<br />
perhitungan suara sah KPU RI. Dan patut diakui<br />
bahwa Jokowi-JK adalah pemenangnya.<br />
Namun, sebagai bagian dari proses Pilpres,<br />
pihak penyelenggara juga harus menerima dan<br />
memproses setiap keberatan dari kubu Prabowo-<br />
Hatta. Termasuk adanya pelaporan dugaan kecurangan<br />
Pemilu.<br />
“Supaya kemenangannya lebih fair, tentu harus<br />
ditindaklanjuti. Kubu Jokowi juga sempat keberatan<br />
tentang hasil perhitungan di Madura, itu<br />
juga diproses. Jadi publik sama-sama tahu,” terang<br />
dia.<br />
Terlepas dari suara yang dipermasalahkan itu<br />
akan berpengaruh pada perolehan suara atau tidak,<br />
itu tak jadi soal. Terpenting penyelenggara tetap mengakomodir<br />
keluhan dan keberatan dari kedua pasangan.<br />
“Ini kan masih bagian dari proses,” terang dia.<br />
Ketua Bappilu DPD Partai NasDem Kalsel, Tasriq<br />
Usman menyatakan, keputusan KPU sudah final.<br />
Semua pihak harus menghormati dan menghargai<br />
apapun hasilnya. “Semua pihak harus legawa, para elite<br />
partai juga harus menunjukkan kenegarawanannya.<br />
Banyak hal yang harus dikerjakan di depan untuk Indonesia<br />
hebat,” terang dia.<br />
Dia memberi masukan agar semua simpatisan, partisan<br />
dan pendukung jangan larut dengan euforia. Mereka<br />
masih harus mengawal Jokowi-JK sampai pelantikan dan<br />
mengawasi setiap kebijakan yang dihasilkan.<br />
“Indonesia negara yang besar. Untuk membangunnya<br />
tentu perlu peran para profesional. Nah, mari bersatu<br />
tanpa melihat biru, hijau, biru, kuning, merah atau lainnya.<br />
Demi Indonesia ke depan,” kata dia. (nic)<br />
BLOGS-FT-COM<br />
PEMILIHAN Presiden kali ini benarbenar<br />
surprise. Sebab selain hanya dua<br />
pasang calon presiden, tentu saja<br />
dibutuhkan energi hebat untuk memenangkan,<br />
melibatkan rakyat pemilih<br />
yang saling bela. Juga adanya situasi<br />
pengunduran diri pascapungut hitung<br />
suara. Sesuatu tidak terbayangkan oleh<br />
banyak pihak akan ada realitas demikian.<br />
Sebagaimana dikatakan para Ahli<br />
Tata Negara, pengunduran diri Prabowo<br />
tidak memiliki implikasi hukum atas<br />
rekapitulasi dan penetapan KPU<br />
terhadap calon terpilih Jokowi-<br />
JK. Sekalipun ada langkah politik<br />
dilakukan, bisa terjadi fluktuasi sesuai<br />
dengan waktu dan keadaan.<br />
Dalam hal ini, langkah yang dilakukan<br />
oleh Prabowo beserta tim koalisi<br />
Merah Putih patut diapresiasi dalam<br />
kerangka demokrasi, hak setiap warga<br />
negara untuk mengemukakan pendapat.<br />
“Pesta” Pilpres Pun Hampir Berakhir<br />
Pilihan politik yang diambil Prabowo<br />
boleh jadi dicemooh, tetapi jika memahami<br />
demokrasi, ia bagian dari pilar<br />
penting mengemukakan atas keyakinannya<br />
pada proses dan pelaksanaan<br />
Pemilu Presiden yang dianggapnya ada<br />
kecurangan, tidak fair dan tidak adil.<br />
Prabowo berpendapat, dia dihantam<br />
media cetak dan elektronik yang<br />
mayoritas membela lawannya Jokowi-<br />
JK dan terlibat dalam gelombang<br />
ideologi pencitraan luar biasa. Kemudian,<br />
adanya kecurangan-kecurangan<br />
masif dan terstruktur, tidak adanya<br />
proses pemungutan suara di Papua,<br />
tetapi suara sudah ada memenangkan<br />
Jokowi –JK, termasuk rekomendasi<br />
Bawaslu untuk pemilu ulang di beberapa<br />
daerah, namun tidak digubris KPU.<br />
Beberapa alasan ini benar adanya bagi<br />
Probowo dan pendukungnya. Tetapi<br />
sekali lagi, pihak yang kalah biasanya<br />
memang seperti “Anak Yatim” yang<br />
ditelantarkan banyak pihak dan tidak<br />
dengar bahkan dicemooh setiap bentuk<br />
gugatannya. Bahkan, balik diserang oleh<br />
para pendukung lawan tidak siap kalah.<br />
Jadi, kalaupun kalau ada kebenaran,<br />
hanya akan tertutupi oleh pandangan<br />
tidak siap menerima kekalahan.<br />
Sebenarnya, boleh jadi fakta tidak<br />
akan mengubah hasil rekapitulasi<br />
memenangkan Jokowi-JK, tetapi gerakan<br />
politik “mengundurkan diri” bagian dari<br />
langkah shock therapy kepada publik<br />
untuk membuka mata, ada fakta yang<br />
harus menjadi perhatian publik dalam<br />
proses demokrasi di Indonesia selama ini.<br />
Tentu, kita pun akan memahami jika<br />
masalah yang menimpa Jokowi-JK,<br />
terlebih ada ungkapan “jika kita kalah,<br />
kita dicurangi” juga sebuah pernyataan<br />
sikap persiapan untuk melawan, kemungkinan<br />
akan bersikap yang sama.<br />
Di sinilah kearifan memahami realitas<br />
politik terhadap apa yang terjadi pada<br />
pemimpin kita. Kearifan kita untuk turut<br />
menjaga kedamaian hati baik bagi<br />
pendukung yang terpilih termasuk<br />
menjadi kedamaian bagi pendukung<br />
yang belum terpilih. Lewat pernyataan<br />
dan kata-kata justru kita terlibat dalam<br />
‘Menjaga Indonesia yang Damai’<br />
sebagaimana harapan semua pihak.<br />
Demikian juga keraguan pada kepada<br />
Jokowi akan menjadi wayang Megawati,<br />
memihak kepentingan asing, menjadi<br />
boneka kemenangan kelompok kiri dan<br />
sebagainya yang selama ini berkembang<br />
di masyarakat, juga disikapi dengan arif<br />
dan bijaksana. Dugaan itu akan pupus<br />
oleh perjalanaan waktu dalam menatap<br />
Indonesia yang lebih baik.<br />
Sebagaimana pesan presiden terpilih<br />
Jokowi-JK, petani kembali ke sawah,<br />
pedagang kembali ke pasar, buruh ke<br />
TAUFIK ARBAIN<br />
Pengamat Politik dan<br />
Kebijakan Publik<br />
FISIP Unlam<br />
pabrik dan<br />
seterusnya<br />
bersatu untuk<br />
Indonesia,<br />
bagian dari<br />
kearifan kita<br />
untuk memahami<br />
proses demokrasi termasuk kearifan<br />
hak-hak orang menyatakan pendapat.<br />
Jadi, saatnya berjabat tangan. Sebab<br />
masih ada waktu untuk rekonsiliasi dan<br />
mempererat lewat berbagi kekuasaan<br />
di kabinet tanpa mengabaikan juga<br />
kontrol kuat di parlemen.<br />
Semoga pesta urusan Pilpres ini<br />
segera saja berakhir termasuk, gugatmenggugat<br />
dan cemooh antar kubu<br />
pendukung. Kembalilah kita ke Indonesia<br />
Raya sekalipun memang diakui<br />
sebagaimana bait dalam puisi, “ tidak<br />
mudah jatuh sambil tersenyum”.<br />
Walahualam bissawab. (*)