Banjarmasin Post Kamis, 24 Juli 2014
NO. 151524 TH XLII/ ISSN 0215-2987
NO. 151524 TH XLII/ ISSN 0215-2987
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
ibun Suksesi<br />
<strong>Banjarmasin</strong> <strong>Post</strong><br />
32 KAMIS <strong>24</strong> JULI <strong>2014</strong><br />
www.banjarmasinpost.co.id<br />
Jokowi-Obama<br />
Janjian Bertemu<br />
Anies: SBY Pertama Ucapkan Selamat<br />
JAKARTA, BPOST - Presiden<br />
terpilih Joko Widodo (Jokowi)<br />
kebanjiran ucapa selamat<br />
dari sejumlah kepala negara<br />
dunia, termasuk presiden A-<br />
merika Serikat, Barack Obama.<br />
Secara khusus, Obama<br />
menelepon Jokowi Rabu (23/<br />
7)at pukul 11.00 WIB.<br />
Menariknya, Obama menelepon<br />
Jokowi menggunakan<br />
bahasa Indonesia. “Pakai bahasa<br />
Indonesia loh. Dia bilang,<br />
‘Apa kabar Pak Jokowi?’ Gitu.<br />
Terus kasih selamat. Nanti<br />
kita ketemu di Cina (Tiongkok).<br />
Sudah itu saja,” ujar<br />
Jokowi di Balaikota, Rabu<br />
siang.<br />
Pertemuan di Tiongkok<br />
dimaksud adalah pertemuan<br />
antara negara-negara yang<br />
tergabung di dalam Asia Pacific<br />
Economic Cooperation<br />
(APEC). Acara tersebut digelar<br />
pada November <strong>2014</strong>, satu<br />
bulan setelah Joko Widodo-<br />
Jusuf Kalla dilantik menjadi<br />
presiden dan wakil presiden<br />
pada 20 Oktober mendatang.<br />
Pembicaraan melalui sambungan<br />
telepon itu, lanjut<br />
Jokowi, berlangsung selama<br />
dua menit saja. Jokowi mengaku<br />
keduanya tidak membahas<br />
soal isu-isu hubungan<br />
antar-kedua negara atau isuisu<br />
internasional. Komunikasi<br />
keduanya hanya sebatas<br />
memberi selamat atas terpilihnya<br />
Jokowi-JK menjadi<br />
presiden dan wakil presiden.<br />
Menurut presiden terpilih<br />
yang meraih suara 53,15 persen<br />
tersebut, selain menyampaikan<br />
ucapan selamat, Obama<br />
juga menyampaikan harapannya<br />
pada hubungan antar<br />
dua negara. “Ya kita ingin<br />
memperkuat lagi hubungan<br />
antara Indonesia dengan A-<br />
”<br />
SBY adalah<br />
penelepon pertama<br />
yang memberikan<br />
selamat pada<br />
kemenangan Jokowi.<br />
SBY menelepon<br />
pasca-pengumuman,<br />
saat berada di tangga<br />
KPU<br />
”<br />
ANIES BASWEDAN<br />
Juru Bicara Tim Pemenangan<br />
Jokowi-JK<br />
merika,” ujar Jokowi.<br />
Selain Barack Obama, Perdana<br />
Menteri Australia Tony<br />
Abbot juga menelepon Jokowi.<br />
Abbot menelepon sebelum<br />
Obama. Jokowi mengaku<br />
pembicaraan tersebut berisi<br />
ucapan selamat tanpa membahas<br />
isu-isu strategis kedua<br />
negara.<br />
Jokowi juga mengaku sudah<br />
dihubungi Presiden RI<br />
Susilo Bambang Yudhoyono.<br />
Sebelumnya dikatakan, Presiden<br />
SBY belum melakukan<br />
komunikasi lewat telepon terkait<br />
kemenangan Jokowi.<br />
“Tadi istri sudah telepon,<br />
Pak Presiden SBY sudah telepon,<br />
Pak Wapres Boediono<br />
juga sudah telepon,” kata Jokowi<br />
dalam sebuah wawancara<br />
eksklusif Metro TV di<br />
kapal yang ditumpangi Jokowi<br />
menuju Pelabuhan Sunda<br />
Kelapa, Rabu (23/7).<br />
Sebelumnya, Juru Bicara<br />
Presiden <strong>Juli</strong>an Aldrin Pasha<br />
mengungkapkan, saat ini belum<br />
saatnya bagi Kepala Negara<br />
untuk memberikan ucapan<br />
selamat. Dia tidak menjelaskan<br />
lebih lanjut alasan SBY<br />
menunda ucapan selamat itu.<br />
“Saya kira belum pada saat ini.<br />
Saya belum bisa pastikan kapan,”<br />
ujar <strong>Juli</strong>an di Cikeas,<br />
Bogor, Selasa (22/7).<br />
Seperti diketahui, KPU sudah<br />
menetapkan pasangan<br />
Jokowi-JK sebagai presiden<br />
dan wakil presiden terpilih. Di<br />
sisi lain, pasangan Prabowo<br />
Subianto-Hatta Rajasa menyatakan<br />
menolak hasil yang ditetapkan<br />
KPU karena menganggap<br />
bahwa komisi tersebut<br />
telah berlaku tidak adil<br />
dan transparan.<br />
Tapi, menurut Juru Bicara<br />
Tim Pemenangan Jokowi-JK,<br />
Anies Baswedan, Presiden<br />
Susilo Bambang Yudhoyono<br />
disebut sebagai orang pertama<br />
yang menelepon Jokowi<br />
dan mengucapkan selamat<br />
atas hasil pemilu presiden itu.<br />
“SBY dan (Wakil Presiden)<br />
Boediono sudah memberikan<br />
selamat kepada Jokowi yang<br />
dinyatakan KPU sebagai pemenang<br />
Pilpres<strong>2014</strong>,” katanya,<br />
Rabu.<br />
Anies mengatakan, Presiden<br />
SBY sudah menelepon<br />
saat Jokowi masih berada di<br />
Gedung KPU di Jakarta Pusat,<br />
seusai mengikuti rapat pleno<br />
terbuka KPU untuk rekapitulasi<br />
nasional Pemilu Presiden<br />
<strong>2014</strong>.<br />
“SBY adalah penelepon pertama<br />
yang memberikan selamat<br />
pada kemenangan Jokowi.<br />
SBY menelepon pascapengumuman,<br />
saat berada di<br />
tangga KPU,” papar Anies.<br />
Anies pun menyatakan<br />
apresiasinya atas telepon dan<br />
ucapan selamat dari Presiden<br />
SBY tersebut. “Tradisi demokrasi<br />
yang sehat dan<br />
menghormati seperti ini harus<br />
terus dijaga,” kata dia. (kps/<br />
tribunnews/rci)<br />
ANTARA FOTO/ANDIKA WAHYU<br />
HALAMAN depan berbagai surat kabar nasional menampilkan foto dan berita<br />
kemenangan pasangan capres-cawapres nomor urut dua Joko Widodo-Jusuf Kalla<br />
pada Pilpres <strong>2014</strong> di Jakarta, Rabu (23/7).<br />
Besok, Prabowo<br />
Ajukan Gugatan ke MK<br />
JAKARTA, BPOST - Setelah menyatakan mundur<br />
dan menolak proses perhitungn suara KPU, kubu<br />
Capres Prabowo Subianto akan menempuh jalur<br />
hukum untuk mengajukaan permohonan perselisihan<br />
hasil pemilihan umum (PHPU) ke Mahkamah<br />
Konstitusi (MK).<br />
Rencananya akan diajukan 3x<strong>24</strong> jam setelah<br />
KPU menetapkan presiden dan wakil presiden<br />
terpilih periode <strong>2014</strong>-<strong>2014</strong>. “Jadi, memang di<br />
dalam jadwal KPU tertulis setelah adanya penetapan<br />
rekapitulasi memberi kesempatan selama<br />
3x<strong>24</strong> jam untuk mengajukan permohonan perselisihan<br />
hasil Pemilu ke MK. Oleh karena itu kami<br />
canangkan setidak-tidaknya Jumat(ajukan permohonan<br />
perkara ke MK),” kata Tim Kuasa<br />
Hukum Prabowo-Hatta, M Mahendradatta di hotel<br />
Intercontinental, Jakarta Pusat, Rabu (23/7).<br />
Mahendradatta menuturkan, saat ini pihaknya<br />
masih mengumpulkan sejumlah bukti kecurangan<br />
yang terjadi dalam Pilpres. Menurutnya, pihaknya<br />
menemukan banyak kecurangan dalam Pilpres<br />
yakni mengenai penggelembungan suara.<br />
“Tentunya kami juga akan mempertanyakan<br />
mengenai bagaimana kelanjutan rekomendasi<br />
Bawaslu yang tidak dijalankan KPU. Karena<br />
Bawaslu telah merekomendasikan sebanyak 5.000<br />
lebih TPS untuk lakukan pemungutan suara<br />
ulang,” tuturnya.<br />
Dia mengatakan, pihaknya mengambil langkah<br />
hukum bukan karena mengharapkan menangi<br />
Pilpres. Pihaknya menempuh langkah<br />
hukum karena inginkan proses pemilihan umum<br />
presiden yang transparan, jujur dan adil.<br />
“Permasalahannya bukan kami yakin bahwa<br />
ini bisa memenangkan pak Prabowo, bukan<br />
kesitu (tujuannya). Yang paling penting sekarang<br />
adalah kita mengacu pada proses. Seandainya<br />
kalah, itu kalah dengan proses yang baik,”<br />
ujarnya.<br />
Sementara itu, partai politik pengusung pasangan<br />
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa berencana<br />
membuat panitia khusus (Pansus) pemilihan<br />
umum presiden. Hal itu didasarkan kubu Prabowo-Hatta<br />
menolak hasil pemilihan umum<br />
presiden yang menetapkan pasangan Joko Widodo-Jusuf<br />
Kalla sebagai presiden dan wakil<br />
presiden terpilih <strong>2014</strong>-2019.<br />
“Kami akan segera bentuk Pansus Pilpres. Di<br />
sidang Paripurna pertama (usai masa Reses) akan<br />
digulirkan untuk dibentuk Pansus,” kata Juru<br />
Bicara Koalisi Merah Putih, Tantowi Yahya, di Hotel<br />
Intercontinental, Jakarta Pusat, Rabu.<br />
Politisi Golkar itu membeberkan alasan dibentuknya<br />
Pansus Pilpres adalah untuk membahas<br />
permalasahan yang terjadi selama proses pemilihan<br />
umum. Pihaknya meyakini adanya dugaan<br />
kecurangan suara yang membuat suara Prabowo-<br />
Hatta hilang.<br />
“Pansus itu adalah instrumen biasa untuk<br />
menggali informasi yang lebih dalam mengenai<br />
hal-hal yang meresahkan masyarakat. Jadi Pansus<br />
itu tidak perlu ditakuti,” ujarnya. (tribunnews/kps)<br />
Mari Awasi Presiden Terpilih<br />
PEMILUpresiden (Pilpres)<br />
secara langsung yang sudah<br />
tiga kali dilaksanakan rakyat<br />
Indonesia. Sang kandidar telah<br />
diberikan’kekuasaan’ penuh<br />
terhadap calon terpilih.<br />
Artinya, keterpilihan itu benar-benar<br />
dukungan rakyat<br />
secara langsung.<br />
POLITISI Partai Persatuan Pembangunan<br />
(PPP) Kota <strong>Banjarmasin</strong>, Johansyah mengatakan,<br />
dalam era demokrasi, ketika semua<br />
dipilih oleh rakyat, maka rakyat harus ikut<br />
bertanggung jawab mengawasi jalannya<br />
pemerintahan.<br />
Mengawasi bisa melalui DPR sebagai wakil<br />
rakyat atau langsung mengawasi kebijakan<br />
yang diambil oleh presiden terpilih nantinya.<br />
“Semua harus ikut mengawasi. Suarakan<br />
sampaikan jangan diam saja. Sekarang era<br />
keterbukaan. Sama-sama kita mengawasi.<br />
DPR dan seluruh warga negara harus mengawasi,”<br />
katanya.<br />
Menurut dia, semua pihak harus mengawasi.<br />
Baik pihak yang menang maupun yang<br />
kalah, harus ikut mengawasi agar ke depan<br />
bangsa ini menjadi lebih baik sesuai harapan.<br />
Beda lagi dengan mereka yang golput. Sebab<br />
mereka memilih untuk tidak memilih, maka<br />
jangan mengeluh ketika ada kebijakan presiden<br />
nantinya tidak, sesuai harapan.<br />
Sementara itu, politisi Partai Demokrat Kota<br />
<strong>Banjarmasin</strong>, Sri Nur Naningsih mengatakan,<br />
presiden terpilih nanti artinya adalah orang<br />
yang dipercaya oleh rakyat Indonesia sebagai<br />
pemimpin bangsa.<br />
“Apapun konsekuensinya, presiden kita adalah<br />
hasil dari pilihan rakyat secara langsung. Itu harus<br />
Meskipun mendapat mandat<br />
dan dukungan penuh rakyat,<br />
kinerja presiden beserta<br />
jajarannya itu tetap harus dikontrol<br />
dan diawasi oleh rakyat.<br />
Dengan harapan tidak<br />
menyalahgunakan mandat<br />
itu untuk kepentingan pribadi,<br />
keluarga maupun kroni-kroninya.<br />
Deny, warga Banjarbaru<br />
mengatakan, di era keterbukaan<br />
saat ini, dimana arus<br />
informasi begitu terbuka lebar,<br />
seharusnya rakyat lebih<br />
mudah dalam mengawasi<br />
kinerja presidennya. Saat<br />
kampanye, banyak janji yang<br />
ANTARA FOTO/WIDODO S. JUSUF<br />
PRESIDEN terpilih Joko Widodo (kiri) berjalan memasuki Balai Kota di Jakarta, Rabu (23/7). Joko Widodo<br />
kembali bertugas sebagai Gubernur DKI Jakarta menyusul berakhirnya masa cuti.<br />
Rakyat Ikut Bertanggung Jawab<br />
disadari, sehingga masyarakat harus pula mengawasi<br />
kinerjanya. Apakah sesuai dengan<br />
janjinya selama kampanye atau tidak,” katanya.<br />
Lantara presiden pilihan rakyat, maka<br />
rakyat punya hak untuk mengkritisi presiden<br />
yang dipilihnya. Masyarakat jangan takut<br />
untuk mengkritisi jika ada ketimpangan yang<br />
terjadi. “Rakyat sekarang ini harus lebih jeli<br />
untuk mengkritisi presiden. Terus awasi dan<br />
kawal untuk kemajuan bangsa kita,” katanya.<br />
Lain lagi dengan Mat Nor Ali dari Partai<br />
Golkar. Dia mengatakan, jangan sampai mata<br />
rantai pengawasan mulai dari tingkat paling<br />
bawah, yakni pemerintah daerah hingga paling<br />
atas di tingkat pemerintah pusat terputus.<br />
Artinya, masyarakat bisa mengawasi dari<br />
tingkat pemerintah daerah sebagai kepanjangan<br />
tangan pemerintah pusat sebagai model<br />
pengawas bottom up. “Kita awasi melalui<br />
jenjang kendali, mulai dari tingkat paling<br />
bawah hingga pusat. Mata rantai pengawasan<br />
ini jangan putus,” katanya.<br />
Legislator sebagai bagian dari penyelenggara<br />
pemerintah juga memiliki peran besar<br />
untuk mengawasi jalannya pemerintahan<br />
yang dipimpin oleh presiden terpilih. “Masyarakat<br />
bisa mengawasi melalui para wakilnya<br />
di legislatif untuk mengawasi jalannya pemerintahan<br />
oleh presiden terpilih,” katanya. (hh)<br />
diucapkan. Saat terpilih, rakyat<br />
harus terus mengawal<br />
janji politik mereka.<br />
Rakyat jangan lelah mengkritik,<br />
demi kemajuan bangsa<br />
dan negara. Cara mengkritik<br />
pun sekarang bisa melalui<br />
beragam cara, tak melulu<br />
melalui demonstrasi yang<br />
mengundang banyak orang.<br />
Bisa melalui media sosial dan<br />
sebagainya.<br />
Apalagi saat kampanye, seakan<br />
semua calon presiden itu<br />
dekat dengan masyarakat,<br />
mendengarkan apa yang jadi<br />
keluhan masyarakat. “Harapan<br />
kita sih presiden terpilih<br />
kita nantinya juga mau membuka<br />
diri untuk menerima masukan<br />
dan kritik, sama seperti<br />
saat kampanye,” katanya.<br />
Adapun Rizwan, seorang<br />
pekerja swasta di <strong>Banjarmasin</strong><br />
mengatakan, dari pengalaman<br />
sebelumnya, pemerintah Susilo<br />
Bambang Yudhoyono<br />
(SBY) dinilainya lebih banyak<br />
memberikan keuntungan bagi<br />
kerabat serta kroninya. Padahal<br />
SBY dulu juga dipilih<br />
langsung oleh rakyat.<br />
Ia harap hal itu menjadi pelajaran<br />
rakyat untuk ke depan<br />
bisa lebih ‘keras’ dalam mengkritik<br />
presiden yang dipilih.<br />
“Ingat kalau mereka itu kita<br />
yang milih. Tanpa kita mereka<br />
tidak bisa jadi presiden,” katanya.<br />
Sementara itu, Latif, mahasiswa<br />
Unlam mengatakan,<br />
peran DPR sebagai legislator<br />
dan wakil rakyat, harus lebih<br />
ditekan agar jangan terlalu<br />
pro pemerintah. “Rakyat harus<br />
mengingatkan kepada<br />
DPR. Kalau mereka harus ada<br />
di pihak rakyat dan benarbenar<br />
memikirkan kepentingan<br />
rakyat. Jangan malah selalu<br />
mendukung dan terkesan<br />
kongkalikong dengan pemerintah,”<br />
katanya.<br />
Selama ini menurut dia<br />
DPR cenderung diam dan pasif<br />
apabila ada kebijakan presiden<br />
yang tidak pro rakyat<br />
dan penuh kepentingan pribadi.<br />
“Jangan-jangan kebijakan<br />
itu jugamementingkan anggota<br />
DPR, meski menyengsarakan<br />
rakyat. Jadi jangan cuma<br />
awasi presidennya, tapi<br />
DPR nya juga. Intinya semua<br />
ada di tangan rakyat, karena<br />
rakyatlah yang memilih mereka,”<br />
tegasnya. (hh)<br />
MENGAWASI<br />
kinerja<br />
presiden RI<br />
periode<br />
<strong>2014</strong>-2019<br />
Awasi<br />
Kinerja<br />
Presiden<br />
AYO semua awasi<br />
kinerja presiden kita.<br />
Presiden kita sendiri yang pilih. Jadi kita<br />
sendiri yang harus mengawasi. (hh)<br />
Suhai<br />
Mahasiswa Unlam<br />
Tidak Seenaknya<br />
AWASI bersama,<br />
jangan sampai terjadi<br />
pemanfaatan jabatan<br />
oleh presiden. Saya<br />
yakin kalau kita<br />
bersatu, kita bisa<br />
mengawasi agar<br />
presiden tidak<br />
seenaknya. Yang mengawasi jangan hanya<br />
pendukung yang kalah, tapi pendukung<br />
yang menang juga harus mengawasi. (hh)<br />
Rini, Pekerja swasta<br />
Rakyatlah<br />
yang Berkuasa<br />
PRESIDEN harus<br />
terus diingatkan kalau<br />
dia tidak punya<br />
kekuasaan penuh dalam<br />
negara ini. Rakyat lah<br />
yang memiliki<br />
kekuasaan di negara<br />
demokrasi. (hh)<br />
Bucen<br />
Pekerja swasta di <strong>Banjarmasin</strong><br />
Harus Jeli<br />
RAKYAT jangan lelah<br />
untuk mengawasi<br />
pemerintah dan presidennya.<br />
Jangan sampai<br />
mereka mengutamakan<br />
kepentingan kerabat dan<br />
kroni selama memegang kekuasaan. Rakyat<br />
harus jeli. (hh)<br />
Meta, Pekerja swasta di <strong>Banjarmasin</strong><br />
Mari Pikirkan Bangsa<br />
PENDUKUNG calon<br />
presiden yang menang<br />
maupun yang kalah, kini<br />
harus berpikir satu, bangsa<br />
Indonesia. Bukan lagi bicara<br />
presidennya siapa tapi<br />
bangsa ini yang dipikirkan.<br />
Kita harus mengawasi<br />
presiden dalam memimpin<br />
bangsa ini, agar benar-benar mementingkan<br />
bangsa dan negara ini. (hh)<br />
James<br />
Mahasiswi Unlam<br />
Amanah pada Rakyat<br />
KALAU boleh<br />
berharap, ya presiden kota<br />
kali ini amanah terhadap<br />
rakyat Indonesia. Tapi tidak<br />
ada salahnya kita bersamasama<br />
mengawasi kinerja<br />
presiden kita. (hh)<br />
Adit<br />
Pekerja swasta di<br />
<strong>Banjarmasin</strong><br />
Tanggung<br />
Jawab Kita<br />
PRESIDEN kita yang pilih,<br />
jadi kita juga yang harus aktif<br />
mengawasi, tanggung jawab<br />
kita. Jangan sampai presiden<br />
kita nanti berjalan sendiri, padahal kita yang<br />
memilih. (hh)<br />
Budi, Pekerja swasta di <strong>Banjarmasin</strong><br />
Harap Lebih Baik<br />
PRESIDEN pilihan kita<br />
ya kita juga harus<br />
mengawasi. Jangan sampai<br />
lepas kontrol. Tapi ya<br />
mudahan setelah seleksi<br />
capres dalam pemilu yang<br />
ketat kemarin, mudahan<br />
presiden terpilih nantinya<br />
lebih baik dari sebelumnya. (hh)<br />
Enggal, Mahasiswa Unlam<br />
Bisa Bekerja Baik<br />
MARILAH kita bersamasama<br />
mengawasi presiden kita<br />
agar bisa bekerja baik. Tidak<br />
memanfaatkan jabatan dan<br />
tidak dimanfaatkan jabatannya<br />
oleh orang lain. (hh)<br />
Innayatul Huda<br />
Warga <strong>Banjarmasin</strong><br />
Bukan Saling Manfaatkan<br />
YA semua pihak harus berperan mengawasi presiden agar kemajuan<br />
bangsa ini bisa terwujud. Tidak bisa kita berjalan sendiri-sendiri. Saling<br />
membutuhkan dan saling mengawasi, bukan saling memanfaatkan. (hh)<br />
Frans, Mahasiswa Unlam