19.11.2014 Views

Menuju Peran Sentral dalam Transformasi Energi Nasional - PGN

Menuju Peran Sentral dalam Transformasi Energi Nasional - PGN

Menuju Peran Sentral dalam Transformasi Energi Nasional - PGN

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Edisi 56/2013<br />

<strong>PGN</strong> Juara Umum ARA 201121<br />

<strong>PGN</strong>, Hidupkan Kembali<br />

Program Beasiswa<br />

24<br />

Semangat Pengajar Muda<br />

Untuk Anak Negeri 26<br />

<strong>Menuju</strong> <strong>Peran</strong> <strong>Sentral</strong><br />

<strong>dalam</strong> <strong>Transformasi</strong><br />

<strong>Energi</strong> <strong>Nasional</strong>


MANajemen MENYAPA<br />

Dari Redaksi<br />

<strong>PGN</strong> Inside edisi 56 kali ini<br />

mengangkat tema profil anak<br />

perusahaan <strong>PGN</strong> dan anak perusahaan<br />

patungan yang berafiliasi dengan <strong>PGN</strong>.<br />

Sudah cukup banyaknya anak-anak<br />

perusahaan yang dimiliki <strong>PGN</strong> saat<br />

ini tentunya perlu dikenal lebih dekat<br />

profilnya masing-masing.Tema ini<br />

diangkat untuk mengenal lebih akrab<br />

bagaimana kiprah anak-anak perusahaan<br />

<strong>dalam</strong> menjalankan bisnisnya.<br />

Di <strong>dalam</strong> profil tersebut juga<br />

disampaikan hasil wawancara dengan<br />

para direksi anak-anak perusahaan.<br />

Dengan penjelasan langsung dari nara<br />

sumber para pembaca diharapkan lebih<br />

memahami perkembangan usaha dan<br />

apa yang menjadi tujuan serta cita-cita<br />

didirikannya anak perusahaan tersebut.<br />

Disamping itu tentunya pembaca dapat<br />

menggali lebih jauh kondisi masingmasing<br />

anak perusahaan.<br />

Edisi kali juga akan tetap diisi<br />

dengan rubrik lain seperti Budaya Kerja<br />

yang akan mengusung tema seputar<br />

pemberian beasiswa kepada para<br />

karyawan internal. Pada rubrik Info<br />

ditampilkan seputar kegiatan-kegiatan<br />

yang terjadi <strong>dalam</strong> rentan waktu<br />

penerbitan majalah. Untuk rubrik CSR<br />

akan mengambil tema seputar bantuan<br />

<strong>PGN</strong> ke berbagai wilayah di tanah air.<br />

Terakhir pada rubrik Pelangi ditampilkan<br />

tulisan tentang hasil perjalanan ke<br />

Bangka – Belitung yang berbuah cinta.<br />

Semoga dengan berbagai tulisan<br />

yang ada tersebut dapat memberikan<br />

informasi yang menarik bagi para<br />

pembaca sekalian. Tidak lupa kami<br />

segenap Tim Redaksi <strong>PGN</strong> Inside<br />

mengucapkan selamat Tahun Baru 2013,<br />

semoga di tahun yang baru kesuksesan<br />

selalu bersama kita semua.<br />

Judul di atas bukan isapan jempol,<br />

namun mencerminkan semangat<br />

Susunan Redaksi<br />

Pelindung:<br />

Direktur Utama<br />

Pembina:<br />

Direksi & Sekretaris<br />

Perusahaan<br />

Pengarah:<br />

Kepala Departemen<br />

Komunikasi Korporat<br />

Ketua Penyunting:<br />

Executive Officer<br />

Komunikasi Internal<br />

<strong>Menuju</strong> <strong>Peran</strong> <strong>Sentral</strong> <strong>dalam</strong><br />

<strong>Transformasi</strong> <strong>Energi</strong> <strong>Nasional</strong><br />

seluruh karyawan <strong>PGN</strong> untuk mencapai mimpi menjadi perusahaan world<br />

class company. Untuk meningkatkan agresifitas <strong>dalam</strong> mengembangkan<br />

bisnisnya, <strong>PGN</strong> kini membentuk berbagai anak usaha yang secara khusus<br />

mempunyai cakupan kerja yang berbeda satu sama lain.<br />

Melalui anak perusahaan tersebut <strong>PGN</strong> berupaya terus berkembang<br />

menjadi salah satu perusahaan yang semakin disegani di tingkat nasional<br />

maupun internasional. Hal itu juga sebagai upaya menjawab tantangan<br />

bisnis yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Saat ini <strong>PGN</strong> sudah<br />

mempunyai beberapa anak perusahaan, yang masing-masing mempunyai<br />

tugas berbeda. Sinergi yang dilakukan oleh anak perusahaan tentunya<br />

diharapkan dapat mendukung <strong>PGN</strong> mencapai visinya menjadi world class<br />

company dengan menguasai rantai bisnis gas bumi dari hulu hingga ke hilir.<br />

Melalui edisi kali ini akan dikenalkan bagaimana profil bisnis serta profil<br />

para pengurus masing- masing anak perusahaan.<br />

Tak kenal maka tak sayang…. Itulah pepatah yang biasa diucapkan,<br />

bila kita tidak kenal dan belum kenal dengan anak-anak <strong>PGN</strong>, tentunya<br />

kita tidak akan bisa memulai kerjasama yang baik dan bersinergi untuk<br />

menjadikan <strong>PGN</strong> sebagai salah satu perusahaan energi di bidang<br />

pemanfaatan gas bumi terkemuka dan sejajar dengan pemain besar lainnya<br />

di Asia maupun Dunia.<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

3


CONTENTS<br />

Pelangi<br />

28 Romantika di Negeri<br />

Laskar Pelangi<br />

5 Sajian Utama<br />

<strong>Menuju</strong> <strong>Peran</strong> <strong>Sentral</strong> <strong>dalam</strong> <strong>Transformasi</strong> <strong>Energi</strong><br />

<strong>Nasional</strong><br />

20 Info <strong>PGN</strong><br />

<strong>PGN</strong> Bangun Instalasi Air Bersih di Pulau Panggang<br />

22 Galeri FOTO<br />

Pameran Gasex di Bali, 2012<br />

19 Info <strong>PGN</strong><br />

Adu Kuat di Porseni BUMN<br />

2012<br />

Perjanjian Penandatanganan<br />

Pembangunan FSRS<br />

Lampung<br />

<strong>PGN</strong> Juara Umum ARA 2011<br />

24 Budaya Kerja<br />

<strong>PGN</strong> Hidupkan Kembali<br />

Program Beasiswa<br />

26 Berita csr<br />

Semangat Pengajar<br />

Muda Untuk Anak Negeri<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

4


SAJIAN UTAMA<br />

<strong>Menuju</strong> <strong>Peran</strong> <strong>Sentral</strong> <strong>dalam</strong><br />

<strong>Transformasi</strong> <strong>Energi</strong> <strong>Nasional</strong><br />

Perubahan membawa peluang dan<br />

tantangan dan <strong>PGN</strong> sebagai Perusahaan<br />

yang sedang tumbuh berkembang<br />

menyikapi setiap perubahan dengan<br />

keyakinan bahwa perubahan akan menjadikannya<br />

tumbuh lebih besar. <strong>PGN</strong> menggunakan<br />

momentum perubahan untuk memperkuat posisi<br />

sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang<br />

mengusahakan penyediaan dan pemanfaatan gas<br />

bumi untuk pertumbuhan perekonomian nasional.<br />

Langkah strategis pemerintah <strong>dalam</strong><br />

melakukan konversi dari energi berbasis minyak ke<br />

gas perlu didukung semua pihak. Dengan transisi<br />

menuju energi berbasis gas ini, pembangunan<br />

akan berjalan lebih baik, lebih efisien, lebih ramah<br />

lingkungan dan lebih cepat karena Indonesia<br />

sangat kaya dengan gas yang terbukti lebih<br />

banyak, murah, dan bersih. Langkah strategis<br />

Pemerintah tersebut tentunya menjadi sebuah<br />

peluang bagi <strong>PGN</strong> untuk dapat berperan aktif dan<br />

menjadi leader <strong>dalam</strong> proses transformasi tersebut<br />

<strong>PGN</strong> adalah mitra pemerintah yang paling<br />

tepat <strong>dalam</strong> proses transformasi energi nasional<br />

dari minyak ke gas karena paling berpengalaman<br />

<strong>dalam</strong> industri gas, memiliki kemampuan keuangan<br />

yang sangat baik, serta mendapatkan kepercayaan<br />

yang tinggi dari pasar dan masyarakat.<br />

Perubahan paradigma dan regulasi <strong>dalam</strong><br />

industri gas bumi serta dinamika ekonomi nasional<br />

maupun global yang secara langsung maupun<br />

tidak langsung mempengaruhi bisnis <strong>PGN</strong>. <strong>PGN</strong><br />

menyikapi kondisi tersebut dengan melakukan<br />

perubahan <strong>dalam</strong> skema bisnis menjadi usaha<br />

penyediaan dan pemanfaatan gas bumi yang<br />

terpadu dengan memasuki mata rantai bisnis<br />

gas bumi yang meliputi bisnis upstream (hulu),<br />

midstream (infrastruktur & transportasi) dan<br />

downstream (hilir). Proses transformasi dilakukan<br />

untuk menghadapi perubahan-perubahan di<br />

masa mendatang menuju visi <strong>PGN</strong> 2020 menjadi<br />

Perusahaan energi kelas dunia <strong>dalam</strong> pemanfaatan<br />

gas bumi.<br />

Ketersediaan pasokan gas bumi menjadi<br />

masalah utama <strong>dalam</strong> perjalanan perkembangan<br />

bisnis <strong>PGN</strong>. Di sisi lain tingkat produksi gas bumi<br />

dari lapangan eksisting memiliki kecenderungan<br />

menurun, sehingga berdampak pada terbatasnya<br />

pasokan gas. Kebijakan Pemerintah yang<br />

mengutamakan pasokan gas bumi bagi produksi<br />

minyak, sektor pupuk dan listrik juga membatasi<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

5


SAJIAN UTAMA<br />

pasokan gas bagi <strong>PGN</strong>.<br />

Untuk mengantisipasi dinamisnya<br />

perkembangan bisnis, <strong>PGN</strong> pada tahun<br />

2011 mendirikan dua anak perusahaan<br />

untuk menjalankan diversifikasi bisnis<br />

hulu dan hilir. Diversifikasi bisnis hulu<br />

dimulai dengan didirikannya PT Saka<br />

<strong>Energi</strong> Indonesia (Saka). Saat ini, Saka<br />

melakukan penjajakan untuk melakukan<br />

investasi dengan kepemilikan minoritas<br />

pada konsesi gas produktif dan CBM.<br />

Saka juga dibentuk sebagai organisasi<br />

yang mempelajari dan mempersiapkan<br />

kemampuannya <strong>dalam</strong> melakukan<br />

eksplorasi dan eksploitasi secara<br />

penuh. Di tahun 2011, Saka melakukan<br />

penyertaan pada kontrak kerjasama<br />

(KKKS) pengembangan Blok CBM<br />

di Lematang, Sumatera Selatan.<br />

KKKS akan mulai memasuki tahapan<br />

eksplorasi yang diperkirakan memakan<br />

waktu selama 3 tahun.<br />

Pada bagian akhir dari rantai<br />

nilai gas, didirikan PT Gagas <strong>Energi</strong><br />

Indonesia (Gagas) di akhir tahun 2011<br />

untuk memperluas integrasi bisnis hilir<br />

melalui joint venture, kemitraan niaga<br />

dan investasi pada bisnis gas hilir.<br />

Dari sudut pandang strategis, melalui<br />

Gagas, <strong>PGN</strong> memperluas akses ke<br />

pasar gas dan menghasilkan nilai<br />

tambah yang lebih besar dari gas.<br />

Untuk mengantisipasi tren<br />

perkembangan bisnis LNG, <strong>PGN</strong> juga<br />

telah mendirikan anak perusahaan baru<br />

pada 26 Juni 2012, yaitu PT <strong>PGN</strong> LNG<br />

Indonesia. Perusahaan ini nanti akan<br />

melaksanakan kegiatan pengadaan<br />

sumber pasokan LNG, pengolahan gas<br />

bumi, pengangkutan, penyimpanan<br />

dan lainnya.<br />

Di antara sektor hulu dan hilir<br />

(midstream), <strong>PGN</strong> terus meningkatkan<br />

keahlian utama perusahaan <strong>dalam</strong><br />

usaha pengangkutan gas dan<br />

pelayanan yang berkaitan, dengan<br />

cara menambah infrastruktur, antara<br />

lain: jaringan pipa transmisi, stasiun<br />

kompresor serta terminal penyimpanan<br />

terapung dan fasilitas regasifikasi untuk<br />

gas alam cair (LNG). Di sektor ini, <strong>PGN</strong><br />

memperkuat usaha-usaha yang dapat<br />

meningkatkan hasil kinerja operasional<br />

perusahaan. Langkah ini didukung<br />

dengan keberadaan PT Transportasi<br />

Gas Indonesia (Transgasindo) yang<br />

mengoperasikan jalur pipa transmisi<br />

Grissik - Duri dan Grissik - Singapura<br />

serta dengan membentuk usaha<br />

patungan (joint venture) dengan<br />

Pertamina yaitu PT Nusantara Regas<br />

untuk pembangunan terminal terapung<br />

penerima LNG yang dibangun di Teluk<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

6


Jakarta (FSRU).<br />

Saat ini FSRU yang dioperasikan<br />

oleh PT Nusantara Regas telah<br />

beroperasi dan diresmikan oleh<br />

Presiden RI pada tanggal 6 Desember<br />

2012. Hasil regasifikasi LNG dari<br />

fasilitas terminal LNG di Teluk Jakarta<br />

saat ini telah terikat kontrak dengan<br />

Perusahaan Listrik Negara (PLN)<br />

yang akan menggunakan gas untuk<br />

pembangkit listriknya. Kontrak jual<br />

LNG dengan PLN sebesar sepertiga<br />

dari kapasitas terminal, sehingga<br />

memungkinkan <strong>PGN</strong> untuk mencari<br />

tambahan LNG dari pemasok <strong>dalam</strong><br />

negeri dan internasional untuk<br />

memaksimalkan utilisasi kapasitas<br />

terminal dan membantu pemenuhan<br />

permintaan gas dari industri.<br />

Dalam memperkuat infrastruktur<br />

jaringan gas dan perawatannya,<br />

<strong>PGN</strong> juga sudah mempunyai anak<br />

perusahaan yaitu PT PGAS Solution<br />

yang didirikan pada 6 Agustus 2009.<br />

Perusahaan ini mempunyai fokus<br />

bisnis utama pada Teknik, Operasi &<br />

Pemeliharaan, Jasa Konstruksi terkait<br />

(EPCC) yang terkait dengan minyak<br />

dan gas.<br />

Seiring dengan pembangunan<br />

jaringan pipa gas bumi, <strong>PGN</strong><br />

juga membangun jaringan serat<br />

optik guna mendukung sistem<br />

informasi dan telekomunikasi <strong>dalam</strong><br />

pengoperasian jaringan pipa gas<br />

bumi. Selain dimanfaatkan untuk<br />

mendukung sistem informasi dan<br />

telekomunikasi pengoperasian<br />

jaringan pipa gas bumi, <strong>PGN</strong> juga<br />

telah merencanakan pemanfaatan<br />

jaringan serat optik tersebut untuk<br />

kepentingan yang lebih luas. Untuk<br />

mengkomersialisasikan jaringan serat<br />

optik tersebut, <strong>PGN</strong> telah membentuk<br />

anak perusahaan dengan nama<br />

PT PGAS Telekomunikasi Nusantara<br />

(PGASCOM). Anak perusahaan ini<br />

didirikan pada 10 Januari 2007. Saat<br />

ini PGASCOM memiliki hak eksklusif<br />

dari <strong>PGN</strong> untuk mengoperasikan dan<br />

mengelola jaringan serat optik mulai<br />

dari perbatasan Indonesia - Singapura<br />

(sebanyak 96 core), Batam - Jambi-<br />

Grissik (sebanyak 24 core), serta<br />

Grissik - Pagardewa - Terbanggi-<br />

Labuhan Maringgai (sebanyak<br />

24 core).<br />

Untuk mengetahui bagaimana<br />

perkembangan bisnis masing-masing<br />

anak perusahaan tersebut berikut hasil<br />

wawancara dengan para Direksinya.<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

7


SAJIAN UTAMA<br />

Firman Ardini Yaman, Direktur Utama PT Saka <strong>Energi</strong> Indonesia<br />

Kami Akan menjadi<br />

Game Changer Bisnis <strong>PGN</strong><br />

Besarnya potensi migas di sektor hulu, membuat<br />

<strong>PGN</strong> masuk ke <strong>dalam</strong> bisnis hulu atau upstream<br />

melalui pembentukan anak perusahaannya,<br />

PT Saka <strong>Energi</strong> Indonesia (Saka), pada Juni<br />

2011. Berdirinya Saka diharapkan dapat menjadi jawaban<br />

bagi keberlangsungan dan kehandalan pasokan gas<br />

<strong>PGN</strong> dan sekaligus juga sebagai bagian dari upaya untuk<br />

mewujudkan perusahaan energi berkelas dunia <strong>dalam</strong><br />

penyediaan dan pemanfaatan gas bumi yang terpadu<br />

dengan memasuki mata rantai bisnis gas bumi dari hulu<br />

hingga hilir.<br />

Setelah lebih dari setahun sejak pembentukannya, Tim<br />

Redaki <strong>PGN</strong> Inside berkesempatan berbincang dengan<br />

Direktur Utama PT Saka <strong>Energi</strong> Indonesia, Firman Ardini<br />

Yaman. Didampingi Direktur Operasi Tumbur Parlindungan<br />

dan Direktur Keuangan Ery Surya Kelana, pria yang<br />

hobi olah raga renang dan menyelam ini menjelaskan<br />

perkembangan Saka dan bagaimana kinerja serta mimpi<br />

yang akan diwujudkan untuk kemajuan Saka sebagai bagian<br />

dari <strong>PGN</strong> Group.<br />

Bagaimana Saka akan mendukung bisnis <strong>PGN</strong>?<br />

Misi utama dibentuknya Saka terkait dengan security<br />

of supply yaitu sebagai salah satu upaya <strong>PGN</strong> <strong>dalam</strong><br />

Dari kiri-kanan : Direktur<br />

Keuangan & Administrasi-<br />

Ery Surya Kelana, Direktur<br />

Utama-Firman Ardini Yaman,<br />

Direktur Operasi-Tumbur<br />

Parlindungan<br />

mengamankan pasokan gas untuk pelanggannya. Jadi<br />

intinya tugas utama Saka adalah mencari gas untuk<br />

mengamankan pasokan gas <strong>PGN</strong>. Selain gas, kami juga<br />

akan berkecimpung <strong>dalam</strong> eksplorasi dan produksi minyak.<br />

Itu semua adalah bagian dari bisnis di hulu yang dilakukan<br />

oleh Saka. Dan tidak hanya di bidang minyak dan gas<br />

konvensional, Saka juga akan terjun ke bisnis Coal Bed<br />

Methane (CBM) dan shale gas. Dengan begitu, maka akses<br />

terhadap sumber gas akan semakin beragam, tidak hanya<br />

gas konvensional. Sehingga diharapkan jaringan pipa gas<br />

maupun infrastruktur lainnya yang dikembangkan <strong>PGN</strong><br />

akan terus dapat dialiri gas untuk mendukung peningkatan<br />

pemanfaatan gas di <strong>dalam</strong> negeri khususnya bagi<br />

masyarakat dan industri nasional.<br />

Model bisnis Saka masuk eksplorasi seperti apa?<br />

Target sekarang adalah masuk ke lapangan yang<br />

berproduksi atau mau produksi. Kalau keuangan sudah<br />

mapan, baru ke eksplorasi. Kenapa ke eksplorasi? Karena<br />

nilai tambahnya jauh lebih besar. Return-nya bagus kalau<br />

kita sukses, keuntungannya bisa 10-50 kali lipat. Tapi yang<br />

namanya bisnis migas di sektor hulu itu padat modal dan<br />

membutuhkan teknologi yang cukup tinggi juga. Selain itu<br />

sumber daya manusia yang kompeten juga terbatas, apalagi<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

8


yang sudah pengalaman. Pada saat Saka didirikan tidak<br />

bisa langsung jalan karena membutuhkan waktu untuk hire<br />

orang yang ahli di bidangnya dan berpengalaman seperti<br />

geologist, geophysics, reservoir engineers, kemudian juga<br />

orang komersial. Kalau diproduksi kita butuh production<br />

engineers, drilling dan lainnya. Untuk tenaga procurement<br />

perminyakan juga tidak bisa asal comot karena butuh<br />

pengetahuan yang khusus dan disertifikasi oleh institusi<br />

terkait (BP Migas dulunya).<br />

Bagaimana potensi berkembangnya Saka di<br />

bisnis hulu ini?<br />

Kalau kita sudah dapat blok, berkembang menjadi<br />

besar itu gampang dan kalau berhasil akan sangat baik<br />

bagi pertumbuhan. Yang susah itu untuk memulainya.<br />

Apalagi kalau kita punya cash flow, memasuki bisnis<br />

eksplorasi akan lebih cepat. Tapi seperti yang saya<br />

katakan, bisnis di hulu ini capital expensive dan kalau<br />

<strong>PGN</strong> sudah mulai masuk ke sektor upstream melalui Saka<br />

maka usaha di sektor hulu ini akan menjadi game changer<br />

dan memberikan dampak besar terhadap pengelolaan<br />

bisnis <strong>PGN</strong> secara keseluruhan. Setiap kita mengakuisisi<br />

atau mengoperasikan satu blok, maka akan hadir satu<br />

anak perusahaan Saka (cucu <strong>PGN</strong>). Kami berharap<br />

kehadiran Saka dan anak-anak perusahaannya nanti<br />

sebagai operator akan membuka sinergi dengan anak<br />

perusahaan <strong>PGN</strong> lainnya, Bahkan bagi <strong>PGN</strong> sendiri dapat<br />

memanfaatkan keberadaan kami sebagai sumber daya,<br />

baik untuk peningkatan pertumbuhan kinerja maupun<br />

sebagai salah satu solusi career path di <strong>PGN</strong>.<br />

Posisi Saka sekarang seperti apa dan apa<br />

targetnya?<br />

Kita ini masih junior. Baru benar-benar jalan di tahun<br />

2012. Namun kalau melihat besarnya potensi bisnis migas<br />

di sektor hulu dan kalau kita berhasil mendapatkan blok<br />

yang saat ini sedang kita jajaki, <strong>dalam</strong> 10 tahun ke depan<br />

Saka bisa diperhitungkan di lima besar perusahaan di<br />

sektor hulu migas di Indonesia, bersaing dengan PSC<br />

lainnya baik nasional maupun internasional. Namun itu<br />

tentunya membutuhkan dukungan. Keunggulan Saka<br />

sudah terlihat. Kalau PSC lain susah memasarkan, kita<br />

sudah ada market, tinggal sumber yang kita usahakan.<br />

Bisa melakukan eksplorasi sendiri atau masuk ke PSC<br />

yang sudah berproduksi. Sekarang kita jajaki untuk masuk<br />

ke PSC yang sudah berproduksi. Secara operasional kita<br />

juga akan masuk ke CBM. Insya Allah tahun ini, Saka bisa<br />

menjadi operator dari salah satu aset CBM.<br />

Kendala apa yang dihadapi Saka <strong>dalam</strong><br />

pengembangan?<br />

Mencari SDM yang ahli dan berpengalaman di sektor<br />

hulu itu merupakan tantangannya. Karena di Indonesia<br />

gaji untuk SDM yang ahli dan berpengalaman di sektor<br />

upstream, pertambangan dan geologi sudah sangat<br />

tinggi dengan jumahnya yang terbatas pula. Gaji seorang<br />

drilling engineer sekitar USD1.500 per hari. Karena<br />

dulu pada tahun 1990-an harga minyak masih rendah,<br />

sehinga sedikit orang yang mau kuliah dan menjadi<br />

geologist atau geophysics. Sekarang susah sekali<br />

mencari geologist. Jangan kaget kalau gaji engineers kita<br />

tinggi. Dan ketersediaan orangnya juga jarang. Driller itu<br />

bertanggungjawab untuk pengeboran inshore yang nilainya<br />

sekitar USD15 juta – 20 juta, kalau offshore bisa 10 kali<br />

lipat. Kita pakai tenaga pengalaman untuk kurangi resiko.<br />

Masa kita pakai tenaga fresh graduate untuk ngebor yang<br />

perlu investasi puluhan juta dolar? Kita akan prudent<br />

<strong>dalam</strong> belanjakan uang yang dipercayakan kepada kita<br />

sehingga dapat memberikan return yang menjanjikan.<br />

Untuk mengatasinya, saat ini model pemenuhan SDM<br />

di Saka dibagi dua yaitu bidang yang bisa diisi temanteman<br />

<strong>PGN</strong> dan bidang yang diisi orang yang mempunyai<br />

pengalaman di sektor hulu dan pertambangan.<br />

Tantangan lainnya?<br />

Tantangan berikutnya yaitu ketersediaan lahan<br />

produksi. Mencari blok yang baik tidak gampang. Jarang<br />

orang jual aset bagi yang tidak kenal. Belum tentu<br />

PSC lain mau membagi aset dengan Saka. Selama ini<br />

daya pikat Saka adalah karena kita bagian <strong>PGN</strong> yang<br />

mempunyai infrastruktur jaringan pipa dan mempunyai<br />

market/pembeli. Itulah nilai yang kita leverage agar bisa<br />

masuk ke PSC. Mereka sangat selektif <strong>dalam</strong> memberikan<br />

interestnya, kadang <strong>dalam</strong> memberikan interest lebih ke<br />

faktor pertemanan dan saling percaya. Akan lebih mudah<br />

deal kalau kita kenal orang di PSC tersebut. Tidak banyak<br />

perusahaan yang mau menjual interest. Tantangan lainnya<br />

juga kita berkompetisi dengan international company,<br />

apalagi kita masih baru. Perusahaan asing mempunyai<br />

kelebihan modal yang kuat. Kita harus pintar melakukan<br />

manuver.<br />

Blok yang sedang dicari?<br />

Ada di luar negeri, seperti Timor Leste bersama<br />

dengan <strong>PGN</strong>, kalau di Australia dengan <strong>PGN</strong> LNG<br />

Indonesia, salah satu anak perusahaan <strong>PGN</strong> juga. Di<br />

Amerika juga kita jajaki kemungkinan investasi LNG. Kita<br />

mensupport kegiatan <strong>PGN</strong> dari sisi upstream. Kalau <strong>PGN</strong><br />

butuh pasokan, Saka yang akan berusaha sediakan.<br />

Sekarang 80% blok yang dicari masih di <strong>dalam</strong> negeri.<br />

Harapan Bapak untuk Saka dan <strong>PGN</strong>?<br />

Kita bagian dari <strong>PGN</strong>. Kami mengharapkan dukungan<br />

<strong>PGN</strong> dan anak perusahaan lain untuk bersama-sama kita<br />

membesarkan <strong>PGN</strong> dan groupnya menjadi pemain yang<br />

diperhitungkan di industri migas. Kondisi perkembangan<br />

bisnis <strong>PGN</strong> di bidang pengelolaan dan pemanfaatan gas<br />

secara terpadu dengan memasuki sektor hulu hingga ke<br />

hilir seperti saat ini mirip kondisinya seperti pada saat<br />

tahun 1994-1996 dimana <strong>PGN</strong> mulai memasuki bisnis<br />

transmisi dengan membangun jaringan pipa transmisi.<br />

Jadi waktunya saat ini adalah tepat, <strong>PGN</strong> telah mendirikan<br />

Saka, LNG, Gagas dan lainnya <strong>dalam</strong> upayanya menjadi<br />

perusahaan energi berkelas dunia <strong>dalam</strong> pemanfaatan gas<br />

bumi.<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

9


SAJIAN UTAMA<br />

Nisi Setyobudi, Direktur Utama PT <strong>PGN</strong> LNG Indonesia<br />

Bisnis LNG, Bisa Asal Mau<br />

Dari kiri-kanan: Direktur Teknik & Operasi-<br />

Manangap Napitupulu, Direktur Utama-<br />

Nisi Setyobudi, Direktur Keuangan &<br />

Administrasi-Thohir Nur Ilhami<br />

Perkembangan bisnis gas bumi<br />

dihadapkan permasalahan<br />

sumber-sumber gas bumi yang<br />

jauh dari sentra pengguna gas<br />

bumi. Dampaknya adalah semakin sulit<br />

untuk menjangkaunya dengan jaringan<br />

pipa konvensional, sehingga harus<br />

dikembangkan dengan teknologi LNG<br />

untuk pengangkutannya. Kepada Tim<br />

Redaksi <strong>PGN</strong> Inside, Direktur Utama PT<br />

<strong>PGN</strong> LNG Indonesia, Nisi Setyobudi,<br />

menjelaskan bahwa pembentukan anak<br />

perusahaan PT <strong>PGN</strong> LNG Indonesia,<br />

pada Juli 2012 lalu bertujuan untuk<br />

mendukung penguatan bisnis inti <strong>PGN</strong><br />

di bidang distribusi dan transmisi gas<br />

bumi melalui pengembangan bisnis<br />

LNG. Untuk mengetahui bagaimana<br />

perkembangan dan persiapan<br />

bisnis LNG tersebut, berikut hasil<br />

wawancaranya.<br />

Bisa dijelaskan ruang lingkup<br />

bisnis <strong>PGN</strong> LNG?<br />

Ruang lingkup bisnis <strong>PGN</strong> LNG<br />

mulai dari pembelian pasokan gas<br />

untuk liquefaction plant, liquefaction,<br />

penjualan, pengangkutan LNG,<br />

penerimaan, kemudian dilanjutkan<br />

dengan penyimpanan, regasifikasi<br />

dan penjualan gas ex LNG (bulk),<br />

lalu reload untuk distribusi LNG. Kita<br />

juga mengembangkan distribusi via<br />

Mini LNG yang dengan trucking atau<br />

alat pengangkutan lainnya. Selain itu<br />

kegiatan bisnis <strong>PGN</strong> LNG juga berupa<br />

penerimaan, penyimpanan, regasifikasi,<br />

dan penjualan gas ex-LNG (bulk) via<br />

Mini LNG Receiving Terminal. Dan<br />

terakhir dari bisnis <strong>PGN</strong> LNG adalah<br />

penjualan ke konsumen akhir melalui<br />

<strong>PGN</strong>, Gagas atau lainnya.<br />

Bagaimana <strong>PGN</strong> LNG akan<br />

mendukung penguatan bisnis<br />

<strong>PGN</strong>?<br />

Tujuan utama pendirian <strong>PGN</strong> LNG<br />

memang untuk mendukung bisnis<br />

inti <strong>PGN</strong> di bidang distribusi dan<br />

transmisi gas bumi terutamanya untuk<br />

mengamankan pasok gas <strong>dalam</strong> negeri<br />

melalui pengembangan bisnis LNG.<br />

Untuk mendapatkan pasokan LNG bisa<br />

dari luar negeri atau <strong>dalam</strong> negeri. Lalu<br />

kita bawa dengan kapal dan bawa ke<br />

customer. Kita sebenarnya bersinergi<br />

dengan anak perusahaan. Jadi kalau<br />

Saka yang bergerak di hulu sudah<br />

menghasilkan gasnya, kita bawa ke<br />

fasilitas <strong>PGN</strong> LNG lalu kita jadikan gas<br />

kemudian dapat balik ke <strong>PGN</strong> atau<br />

Gagas.<br />

Selain dari sisi pasok, apa lagi?<br />

Sesuai dengan misi <strong>PGN</strong> LNG,<br />

kita juga akan membangun dan<br />

mengoperasikan infrastruktur LNG<br />

yang berstandar internasional yang<br />

bertujuan untuk mengoptimalkan<br />

pemanfaatan LNG untuk kebutuhan<br />

gas <strong>dalam</strong> negeri. Di pertengahan<br />

tahun 2014, <strong>PGN</strong> LNG akan<br />

mengoperasikan Terminal Floating<br />

Storage and Regasification Unit (FSRU)<br />

yang berlokasi di Labuhan Maringgai,<br />

Lampung.<br />

Menurut Bapak, bisnis LNG sudah<br />

saatnya?<br />

Di dunia internasional, LNG<br />

bukanlah barang baru. LNG sudah<br />

menjadi bisnis global. Jadi kalau<br />

memang <strong>PGN</strong> ingin mencapai visinya<br />

menjadi perusahaan berkelas dunia,<br />

pengembangan bisnis LNG sudah<br />

satnya dilakukan <strong>PGN</strong> sekaligus <strong>dalam</strong><br />

upaya untuk mencari sumber-sumber<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

10


pasok lainnya selain dari sumursumur<br />

gas konvensional. Tidak semua<br />

perusahaan bisa masuk ke bisnis ini.<br />

Butuh suntikan modal yangg besar.<br />

Bisnis ini sangat capital expensive, butuh<br />

dana puluhan hingga ratusan triliunan<br />

rupiah. Kebutuhan dana yang besar<br />

diantaranya untuk pembelian kapal<br />

walaupun bisa sewa, untuk pembelian<br />

gas LNG-nya sendiri juga butuh<br />

jaminan seperti LC, belum lagi untuk<br />

pembangunan plant LNG dan terminal<br />

penerima. Hanya perusahaan yang<br />

besar saja yang dapat menyediakan<br />

dana yang sangat besar itu. Dan saya<br />

pikir di Indonesia, <strong>PGN</strong> salah satunya.<br />

Bagaimana kesiapan pasok LNG?<br />

Kita mencari pasokan LNG dari<br />

<strong>dalam</strong> dan luar negeri. Beberapa<br />

masih ada <strong>dalam</strong> tahap penjajakan dan<br />

negosiasi, kita belum bisa sebut dulu<br />

karena terikat perjanjian kerahasiaan.<br />

Tapi yang sudah bisa disebut adalah<br />

yang dengan Gazprom.<br />

Bagaimana kesiapan penyerapan<br />

pasarnya?<br />

Walaupun LNG adalah bisnis<br />

global, namun untuk di <strong>dalam</strong> negeri<br />

sendiri pemanfaatan gas ex LNG bagi<br />

konsumen <strong>dalam</strong> negeri perlu strategi<br />

penjualan khusus. Ini salah satu sasaran<br />

kerja <strong>PGN</strong> LNG <strong>dalam</strong> pengembangan<br />

bisnis LNG di <strong>dalam</strong> negeri khususnya<br />

di Jawa Barat sebagai sentra pengguna<br />

gas yang paling besar. Pembelian<br />

pasokan LNG dari <strong>dalam</strong> atau luar<br />

negeri kita lakukan dengan harga<br />

yang dapat diserap pasar dan strategi<br />

pemasarannya harus tepat sasaran<br />

memperhatikan kondisi pasar di Jawa<br />

Barat. Jadi, untuk saat ini harga LNG<br />

masih menjadi salah satu tantangan<br />

kita untuk memasarkan pasok LNG ini<br />

ke konsumen <strong>dalam</strong> negeri. <strong>PGN</strong> LNG<br />

bersama dengan <strong>PGN</strong> terus melakukan<br />

roadshow untuk mengedukasi<br />

pengguna gas <strong>dalam</strong> hal ini pelanggan<br />

<strong>PGN</strong> yang ingin menggunakan LNG.<br />

Targetnya masih Jawa Barat?<br />

Saat ini target kita memang Jawa<br />

Barat karena wilayah ini merupakan<br />

sentra pengguna gas bumi yang paling<br />

besar. Kita jual terlebih dahulu ke <strong>PGN</strong><br />

karena memiliki market yang sudah<br />

mapan dan masih membutuhkan gas.<br />

Ke depan tentunya saja tidak hanya ke<br />

<strong>PGN</strong>, kita juga bisa bersinergi dengan<br />

anak perusahaan <strong>PGN</strong> di sektor hilir<br />

lainnya seperti Gagas serta berinovasi<br />

mencari pasar gas bumi selain Jawa<br />

Barat untuk mendorong pertumbuhan<br />

industri di wilayah lainnya.<br />

Bagaimana kesiapan sumber daya<br />

manusia?<br />

Target kita di tahun 2014 harus<br />

sudah siap mengoperasikan FSRU<br />

Lampung. Mengoperasikan fasilitas<br />

FSRU harus berbasis standar<br />

internasional dan tanpa suatu kesalahan,<br />

tidak ada ruang untuk error. Jadi<br />

persiapan harus benar-benar matang,<br />

khususnya di sumber daya manusianya.<br />

Kita akan rekrut tenaga ahli yang sudah<br />

berpengalaman supaya bisa jalan.<br />

Tenaga ahli itu akan ditandem dengan<br />

yang belum berpengalaman, dari <strong>PGN</strong><br />

atau lainnya, sehingga dapat belajar dan<br />

mendapatkan ilmu dari ahli tersebut.<br />

Tenaga ahli dan berpengalaman itu<br />

menjadi rebutan sejumlah perusahaan,<br />

jadi jangan kaget kalau <strong>PGN</strong> LNG juga<br />

akan meng-hire sejumlah tenaga ahli<br />

yang harus dibayar dengan gaji yang<br />

sangat tinggi. Ini adalah pelajaran yang<br />

harus kita ambil. Risiko akan besar<br />

sekali kalau kita merekrut orang yang<br />

tidak berpengalaman. Begitu ada<br />

kesalahan yang dengar bukan cuma<br />

di Indonesia, tetapi seluruh dunia akan<br />

tahu. Kalau semua dengar, tidak ada<br />

yang mau jual LNG ke kita. Karena ini<br />

adalah bisnis global bukan domestik. Ini<br />

kelihatannya bisnis yang susah, namun<br />

semuanya bisa asal mau.<br />

Ruang Lingkup Usaha<br />

- Pembelian<br />

pasokan gas untuk<br />

liquefaction plant<br />

- Liquefaction<br />

- Pembelian<br />

langsung dari<br />

Penjual LNG<br />

- Penjualan/Trading<br />

LNG<br />

Natural<br />

Gas Field<br />

Transmissi<br />

on Pipeline<br />

- Pengangkutan<br />

LNG<br />

- Penerimaan,<br />

penyimpanan,<br />

regasifikasi dan<br />

penjualan gas ex<br />

LNG (bulk)<br />

- Reload untuk<br />

distribusi LNG<br />

- Distribusi LNG<br />

via Mini LNG,<br />

trucking atau<br />

alat<br />

pengangkutan<br />

lainnya<br />

Mini LNG Sea<br />

Transportation<br />

- Penerimaan,<br />

penyimpanan.<br />

Regasifikasi ,<br />

dan penjualan<br />

gas ex-LNG<br />

(bulk) via Mini<br />

LNG Receiving<br />

Terminal<br />

Mini LNG<br />

Receiving<br />

Terminal<br />

- Penjualan ke<br />

Konsumen akhir<br />

melalui <strong>PGN</strong>,<br />

Gagas atau<br />

lainnya<br />

Transmission/<br />

Distribution<br />

Pipeline<br />

LNG<br />

Liquefaction<br />

LNG<br />

Trading<br />

LNG<br />

Transportation<br />

LNG<br />

Receiving<br />

Terminal<br />

LNG Land<br />

Transportation<br />

Customer/Gas<br />

Off-Taker<br />

3 rd Party<br />

Buyer<br />

- - - - - : Scope Bisnis <strong>PGN</strong> LNG Indonesia<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

11


SAJIAN UTAMA<br />

Dari kiri-kanan: Direktur Keuangan & Administrasi - Dadang Gandara, Direktur Utama-Suko Hartono, Direktur Komersial-Ivanna Laksmini Devi<br />

Suko Hartono, Direktur Utama PT Gagas <strong>Energi</strong> Indonesia<br />

Beri Nilai Tambah di Bisnis Hilir Gas<br />

Sebuah perusahaan perlu mempunyai rantai<br />

bisnis yang kuat mulai dari hulu hingga hilir,<br />

dengan demikian keberlanjutan bisnis dapat<br />

terjaga. Saat ini pengembangan usaha <strong>PGN</strong> di<br />

sektor hilir masih belum maksimal, sehingga diperlukan<br />

anak perusahaan yang fokus untuk dapat meningkatkan<br />

akselerasi dan penetrasi pasar serta menangkap<br />

peluang yang ada.<br />

Atas dasar itu, maka <strong>PGN</strong> mendirikan anak<br />

perusahaan yang akan fokus melakukan bisnis di bidang<br />

downstream yaitu PT Gagas <strong>Energi</strong> Indonesia (Gagas).<br />

Berdiri pada 27 Juni 2011, Gagas akan melakukan<br />

bisnis downstream seperti di bidang pengolahan gas<br />

bumi, pengangkutan, penyimpanan, niaga minyak<br />

dan gas bumi, serta energi lainnya. Untuk mengetahui<br />

perkembangan bisnis lebih lanjut, berikut kami sajikan<br />

hasil wawancara Tim Redaksi <strong>PGN</strong> Inside bersama<br />

pucuk pimpinan Gagas yang juga alumnus ITB tersebut.<br />

Menurut Bapak mengapa Gagas ini perlu<br />

‘dilahirkan’?<br />

Ini bermula dari UU Migas, usaha di bidang migas<br />

dibagi dua, hulu dan hilir. Di hilir, ada beberapa bisnis<br />

seperti penyimpanan, pengolahan, transportasi dan<br />

niaga. Akhirnya berawal dari itu <strong>PGN</strong> membuat anakanak<br />

perusahaan. Ke depan <strong>PGN</strong> direncanakan akan<br />

menjadi holding. Sehingga untuk operasional lebih<br />

baik diserahkan pada anak perusahaan, apalagi <strong>PGN</strong><br />

sekarang sudah besar, atas dasar itu lahir Gagas<br />

dan anak perusahaan lainnya yang diharapkan akan<br />

memperkuat posisi <strong>PGN</strong> dengan menjangkau pelanggan<br />

lebih luas.<br />

Apa bedanya antara bisnis Gagas dengan yang<br />

<strong>PGN</strong> jalankan?<br />

Secara bisnis Gagas memang mirip dengan <strong>PGN</strong>,<br />

namun kami ditekankan pada nilai tambah. <strong>PGN</strong> saat<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

12


ini hanya menjual gas lewat pipa<br />

yang jangkauannya ke pelanggan<br />

potensial terbatas. Gagas dilahirkan<br />

untuk menjangkau pelayanan<br />

pelanggan lebih luas, tidak hanya<br />

lewat pipa tapi bisa lewat moda lain<br />

seperti CNG, trucking, atau LNG.<br />

Kita bisa beli LNG dari <strong>PGN</strong> LNG<br />

dan mengantarkannya kepada<br />

konsumen. Untuk transportasinya<br />

bisa lewat pipa, trucking, kapal<br />

dan lainnya. Jadi Gagas akan<br />

mengembangkan pelayanan<br />

pelanggan yang lebih luas dan<br />

memberikan nilai tambah.<br />

Tantangan <strong>dalam</strong> bisnis<br />

downstream yang sekarang<br />

menjadi bisnis Gagas<br />

bagaimana?<br />

Karena bisnis Gagas adalah<br />

niaga, sementara bisnis hilir di<br />

migas itu ada dua yaitu, infrastruktur<br />

dan komoditi. Kalau untuk Gagas<br />

tantangannya adalah bagaimana<br />

menguasai komoditasnya. Ini<br />

menjadi tantangan utama dan ini<br />

juga menjadi persoalan mendasar<br />

dari <strong>PGN</strong>. Kalau dulu mencari gas<br />

mudah, hari ini menjadi tantangan<br />

bagaimana mendapatkan gas.<br />

Tantangan lainnya juga datang<br />

dari segi regulasi. Pemerintah,<br />

menetapkan prioritas alokasi<br />

gas <strong>dalam</strong> negeri yaitu untuk<br />

peningkatan produksi migas,<br />

industri pupuk, sektor kelistrikan<br />

dan untuk industri lainnya. Jadi<br />

gas untuk industri termasuk <strong>PGN</strong><br />

mendapatkan prioritas di bawah<br />

kebutuhan lainnya seperti listrik<br />

dan pupuk. Kemudian terdapat lagi<br />

regulasi terkait otonomi daerah,<br />

Kontraktor Kontrak Kerjasama<br />

(KKKS) diwajibkan menawarkan<br />

10% penyertaan kepada BUMD.<br />

Ketentuan ini merupakan peluang<br />

bagi BUMD untuk menjalankan<br />

usaha di bidang gas bumi. Terkait<br />

dengan kebijakan Pemerintah itulah,<br />

<strong>PGN</strong> melalui Gagas menyesuaikan<br />

strategi <strong>dalam</strong> mendapatkan<br />

pasokan gas, salah satunya melalui<br />

upaya mendapatkan alokasi gas<br />

yang diperuntukkan bagi Pemerintah<br />

Daerah/BUMD.<br />

Perbedaan Gagas dengan<br />

trader apa?<br />

Trader lahir karena ada<br />

kesempatan bisnis khususnya<br />

karena adanya alokasi gas untuk<br />

BUMD. Mereka lahir sebagai trader<br />

yang tidak memiliki infrastruktur.<br />

Sedangkan <strong>PGN</strong> memiliki<br />

infrastruktur namun sulit untuk<br />

mendapatkan alokasi gas. Kita tidak<br />

punya pilihan karena sekarang bisnis<br />

gas bukan lagi monopoli, sudah<br />

banyak kompetitor di bisnis hilir gas<br />

ini. Karena itu, <strong>PGN</strong> melalui Gagas<br />

melakukan sinergi dengan trader,<br />

sinerginya <strong>dalam</strong> bentuk Gagas<br />

membeli gas dari trader, toh tujuan<br />

para trader itu adalah mendapatkan<br />

untung karena bagi mereka untuk<br />

membangun dan mengembangkan<br />

infrastruktur terlalu berat. Bila <strong>dalam</strong><br />

perjalanannya trader tidak mau<br />

bersinergi, mau tidak mau kita harus<br />

head to head dan bersaing dengan<br />

mereka.<br />

Dalam beberapa tahun ke<br />

depan apa yang Bapak<br />

impikan dengan Gagas?<br />

Intinya Gagas akan memberikan<br />

layanan terintegrasi <strong>dalam</strong> bidang<br />

gas bumi dan diversifikasi juga ke<br />

bidang lain sehingga bisa bergerak<br />

di niaga energi. Saat ini fokusnya<br />

adalah niaga gas berarti harus<br />

mampu menjual komoditi gas itu,<br />

baik melalui pipa ataupun moda<br />

transportasi lain CNG ataupun LNG.<br />

Tujuannya adalah untuk menjangkau<br />

pelanggan lebih luas. Kedua sebagai<br />

niaga energi, kita juga akan jual<br />

produk listrik dan mencari cara<br />

bagaimana bisa men-generate listrik<br />

dari gas, batubara dan lainnya.<br />

Diversifikasi bisnis Gagas ke bidang<br />

lain diharapkan akan melahirkan<br />

anak perusahaan lainnya sehingga<br />

nantinya Gagas akan menjadi<br />

perusahaan niaga energi di sektor<br />

hilir yang terkemuka.<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

13


SAJIAN UTAMA<br />

Yoyo W. Basuki, Direktur Utama PGASCOM<br />

Anak Perusahaan Paling Beda<br />

Dari kiri-kanan: Direktur Teknik &<br />

Komersial-Bambang Ismartono, Direktur<br />

Utama-Yoyo W. Basuki, Direktur<br />

Keuangan & Administrasi-Hermin Indayati<br />

Sejarah PT PGAS Telekomunikasi Nusantara<br />

(PGASCOM) lahir pada saat pembangunan<br />

jaringan pipa transmisi gas bumi dari Batam<br />

hingga ke Singapura. Pembangunan pipa<br />

tersebut diiringi dengan pemikiran jangka panjang dengan<br />

membangun jaringan fiber optic di sepanjang jaringan pipa<br />

transmisi tersebut. Dasar pemikiran pertamanya adalah<br />

untuk keperluan pemanfaatan SCADA. Namun dengan<br />

tersedianya kapasitas yang berlebih, memungkinkan<br />

pengelolaan jaringan komunikasi melalui fiber optic yang<br />

lebih luas lagi mulai dari Labuhan Maringgai, Jambi, hingga<br />

ke Panaran.<br />

Bagaimana peluang PGASCOM mengembangkan<br />

bisnisnya khususnya di sektor telekomunikasi yang<br />

cukup ketat persaingannya, Tim Redaksi <strong>PGN</strong> Inside<br />

berkesempatan berbincang dengan Yoyo W. Basuki,<br />

Direktur Utama PGASCOM. Kepada Tim Redaksi, pria<br />

yang telah malang melintang selama 28 tahun di dunia<br />

telekomunikasi menjelaskan mengenai mimpi besar<br />

PGASCOM.<br />

Apa kabar PGASCOM sekarang? Bagaimana<br />

perkembangannya?<br />

Sampai sekarang kita sudah punya jaringan dari Jakarta<br />

sampai Singapura. Namun kita tetap mengutamakan<br />

kebutuhan <strong>PGN</strong> dan dukungan pelanggan <strong>PGN</strong>. Jaringan<br />

kami dari Jakarta – Singapura mempunyai kapasitas<br />

terpasang baru 160 gigabyte dan kami juga melakukan<br />

pengembangan sendiri dari Labuhan Maringgai sampai<br />

ke Jakarta dan juga hingga ke Batam. Dengan jaringan<br />

tersebut kami bisa menjual kepada pihak luar selain <strong>PGN</strong>.<br />

Sebelumnya hanya menyewakan kabel, tetapi sekarang<br />

sudah sampai ke service.<br />

Service yang kita tawarkan kepada pelanggan<br />

istilahnya International Private Leased Circuit (IPLC). Ini<br />

bisa dimanfaatkan apabila ada perusahaan Indonesia dan<br />

Singapura ingin berkomunikasi bisa menyewa PGASCOM.<br />

Pada saat mengembangkan jaringan di Singapura, kita<br />

sekalian membentuk anak perusahaan, namanya PGAS<br />

International. Jadi <strong>PGN</strong> sudah punya cucu. Visi kami yaitu<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

14


mengembangkan PGASCOM menjadi perusahaan ICT<br />

(Information, Communication and Technology). Langkah<br />

yang ditempuh sekarang mengembangkan fiber optic,<br />

lalu disewakan, lalu kita value added untuk layanan<br />

internet dan lainnya.<br />

Itu tidak hanya terbatas pada telekomunikasi,<br />

tapi juga layanan data. Kita banyak melayani <strong>PGN</strong><br />

dan pelanggan lainnya. Layanan kami sudah sampai<br />

ke Bandung hingga Surabaya. Namun untuk<br />

infrastrukturnya masih bekerjasama dengan pihak lain.<br />

Dengan kemampuan tersebut, kebutuhan komunikasi<br />

<strong>PGN</strong> sudah dapat kami layani. PGASCOM juga sudah<br />

mulai melayani pelanggan <strong>PGN</strong> yang ada di Batam.<br />

Dengan layanan tersebut pelanggan <strong>PGN</strong> bisa cek<br />

pemakaian gasnya tanpa perlu ke lapangan, cukup di<br />

depan layar komputer.<br />

Tantangan <strong>dalam</strong> mengembangkan bisnis?<br />

Pertama karena bisnis ini terbuka, banyak<br />

kompetisi. Menghadapi tantangan tersebut, kami<br />

mengarahkan pelayanan prima pada pelanggan dan<br />

produk. Perusahaan sejenis di Indonesia banyak, tetapi<br />

PGASCOM mempunyai keunggulan infrastruktur Jakarta<br />

– Singapura yang kapasitasnya besar. Untuk kapasitas<br />

tersebut bisa dikatakan “tidak terhingga”.<br />

Untuk menjadi sebuah perusahaan ICT seperti<br />

yang direncanakan oleh PGASCOM, sekarang<br />

kesiapannya sudah sampai dimana?<br />

Bicara masalah komunikasi sudah siap, informasi<br />

dan teknologi baru 25%. Kalau teknologi kami bisa beli,<br />

namun pengelolaan infomasinya harus dilakukan sendiri.<br />

PGASCOM masih sangat bayi-lah dibandingkan pemain<br />

telekomunikasi yang besar. Kalau komunikasi kita sudah<br />

punya, karena jaringan sudah luas dari Jakarta sampai<br />

Singapura.<br />

Kapan bisa mencapai cita-cita PGASCOM<br />

menjadi perusahaan ICT?<br />

Kita akan selalu mengupayakan agar teknologi yang<br />

ada di PGASCOM tidak ketinggalan dengan kompetitor<br />

yang ada. Kita sekarang masih ketinggalan karena masih<br />

baru. Biar masih kalah, namun sekarang kita juga sudah<br />

mulai ditakuti oleh perusahaan lain, karena jaringan<br />

infrastruktur kita luas. Pelanggan kita sudah banyak, baik<br />

<strong>PGN</strong> sendiri maupun beberapa operator telekomunikasi,<br />

ISP dan lainnya. Rencana pada lima tahun pertama<br />

adalah konsolidasi dan pemantapan SDM, lima tahun<br />

kedua kita pengembangan, dan ekspansi. Hambatan<br />

utama juga pada investasi. Sektor ini sangat capital<br />

expensive, jadi kita harus prudent <strong>dalam</strong> membelanjakan<br />

uang yang dipercayakan kepada perusahaan. Apa yang<br />

kita investasi harus benar-benar bermanfaat.<br />

Pada 2013 ada rencana investasi?<br />

Kita rencanakan investasi sekitar Rp 170 miliar.<br />

Kita juga menempuh jalur kerjasama dengan operator<br />

telekomunikasi. Pengembangan lebih ke jaringan fiber<br />

optic. Kalau <strong>PGN</strong> bangun jaringan distribusi baru,<br />

kita harapkan bisa sekaligus ikut membangun fiber<br />

optic. Dan kita memang sudah diarahkan untuk selalu<br />

melakukan kegiatan secara terintegrasi, jangan sampai<br />

jalan sendiri-sendiri. Dimana pipa gas dipasang, kita juga<br />

ikut nimbrung memasang jaringan fiber optic, sehingga<br />

menjadi bentuk sinergi.<br />

Ke depan kita akan mengembangkan segmen<br />

market di sektor energi yang belum banyak<br />

kompetitornya. PGASCOM akan fokus layani<br />

perusahaan di bidang migas. Lokasi perusahaan migas<br />

tersebut memang cukup jauh, namun di situlah letak<br />

tantangannya. Contohnya jaringan di Sumatera sudah<br />

mendekati lokasi salah satu PSC sehingga tinggal<br />

menambah akses saja. Walaupun untuk mencapai tidak<br />

mudah, namun itulah tantangan yang sangat menarik.<br />

Untuk TGI, kami sudah mengembangkan layanan<br />

SCADA, memasang kamera dan video conference antar<br />

office. Selain itu juga, saat ini kami sedang menjajaki<br />

langkah akuisisi perusahaan internet. Sekarang<br />

tahapannya masih due deligent. Kita sudah punya ijin<br />

jaringan tetap tertutup dan sedang mengajukan ijin<br />

untuk network accces provider. Sehingga PGASCOM<br />

nanti bisa jual produk internet luar negeri langsung ke<br />

Indonesia. Untuk proses itu kita perlu satu ‘kendaraan’<br />

lagi. Mudah-mudahan pada tahun 2013 sudah dapat<br />

tercapai.<br />

PGAS International fokus pada bidang bisnis<br />

apa?<br />

Sekarang masih sebagai agen untuk berhubungan<br />

dengan dunia internasional. PGASCOM nanti hanya<br />

fokus di infrastruktur dari Jakarta – Singapura. Namun<br />

kita memiliki cita-cita lagi untuk mempunyai jaringan<br />

Singapura melalui Kalimantan, Sulawesi Selatan, Jawa<br />

Timur lalu terintegrasi ke Jakarta. Sehingga fokusnya<br />

adalah infrastruktur bagian tengah. Anak perusahaan<br />

di Singapura kita fokuskan untuk berhubungan<br />

dengan pasar global. <strong>Peran</strong> PGAS International yang<br />

menghubungkan perusahaan luar negeri dengan<br />

pelanggan <strong>dalam</strong> negeri. Untuk pengelolaan di <strong>dalam</strong><br />

negerinya itu akan diserahkan pada perusahaan yang<br />

rencananya akan kita akuisisi. Sehingga PGASCOM<br />

benar-benar bicara infrastruktur, PGAS International<br />

fokus pasar internasional, untuk pasar ritel <strong>dalam</strong> negeri<br />

dilakukan oleh anak perusahaan sendiri, juga akan<br />

ada perusahaan yang khusus content yang berada<br />

di bawahnya lagi. Harapannya perusahaan yang di<br />

Singapura bisa go public sehingga kita bisa masuk ke<br />

pasar internasional.<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

15


SAJIAN UTAMA<br />

Herman Usman, Direktur Utama PT PGAS Solution<br />

Mimpi yang Realistis<br />

Dari kiri-kanan: Direktur Teknik & Operasi-<br />

Danu Prijambodo, Direktur Keuangan &<br />

Administrasi-Erning Laksmi W, Direktur<br />

Utama-Herman Usman, Direktur<br />

Komersial-Sulistyo Elly<br />

Ditemui Tim Redaksi <strong>PGN</strong> Inside, pria yang sejak<br />

1 Agustus 2012 menjadi orang nomor satu di PT<br />

PGAS Solution (PGASOL) menyambut antusias dan<br />

optimis terkait perkembangan bisnis <strong>PGN</strong> <strong>dalam</strong><br />

pemanfaatan gas bumi yang dilakukan secara terpadu mulai<br />

dari sektor hulu ke hilir. Perkembangan bisnis <strong>PGN</strong> menjadi<br />

suatu peluang dan kesempatan pula bagi PGASOL, bukan<br />

hanya untuk mendukung <strong>PGN</strong> <strong>dalam</strong> hal excellence operation<br />

dan sisi keteknikan namun juga sekaligus menjadi potensi<br />

bagi PGASOL untuk mengembangkan sayap bisnis dan<br />

kompetensinya.<br />

Bisa dijelaskan secara singkat bagaimana<br />

perkembangan usaha PGASOL?<br />

PGASOL pertama dibentuk pada tanggal 6 Agustus 2009<br />

dengan 4 bidang usaha, pertama pada bidang operation<br />

and maintance (O&M) yang dilakukan mendukung kegiatan<br />

operasi <strong>PGN</strong>, sehingga <strong>PGN</strong> fokus pada bisnis utamanya<br />

yaitu jual beli gas. Kedua di bidang engineering yaitu sebagai<br />

pendukung kegiatan <strong>PGN</strong> untuk sisi teknik, ketiga di bidang<br />

procurement and construction, selain sebagai pendukung<br />

kegiatan <strong>PGN</strong>, juga diarahkan untuk dapat melayani<br />

pelanggan lain di luar <strong>PGN</strong>. Kemudian yang ke empat<br />

PGASOL bergerak di bidang trading, yaitu yang berkaitan<br />

dengan bidang keteknikan khususnya trading <strong>dalam</strong> peralatan<br />

gas.<br />

Hingga saaat ini kami menangani semua operation and<br />

maintance, sampai menjadi billing untuk disampaikan kepada<br />

<strong>PGN</strong>. Kami juga menangani perawatan MRS di semua SBU,<br />

juga sekarang mulai melakukan kegiatan konstruki. Saat ini<br />

kami melakukan upgrading Stasiun Muara Bekasi dengan<br />

menggandeng perusahaan yang sudah berpengalaman pada<br />

bidang konstruksi. Selain mengerjakan proyek upgrading<br />

Stasiun Muara Bekasi, PGASOL juga sudah mendapatkan<br />

pekerjaan di luar <strong>PGN</strong>, berupa pekerjaan survey facilities di<br />

Kalimantan.<br />

Bagaimana Bapak melihat perkembangan PGASOL<br />

ke depan, khususnya <strong>dalam</strong> jangka pendek?<br />

Dalam tiga tahun pertama sejak berdiri PGASOL masih<br />

fokus di operation and maintance (O&M) dari <strong>PGN</strong>, namun<br />

demikian kami juga sudah mendapatkan tawaran untuk<br />

melakukan O&M pada salah satu perusahaan di Jawa Timur.<br />

Untuk O&M direncanakan <strong>dalam</strong> 4 – 5 tahun ke depan<br />

tidak hanya dari <strong>PGN</strong>, tetapi sudah melayani perusahaan lain.<br />

Kami sudah mengikuti tender dan menang untuk kegiatan<br />

yang di Kalimantan.<br />

Dalam 5 tahun ke depan kita tidak ingin hanya<br />

menggantungkan pada <strong>PGN</strong>, namun mulai banyak<br />

mengerjakan proyek di luar. Apalagi <strong>dalam</strong> bisnis di sektor<br />

migas tidak hanya <strong>PGN</strong> dan masih terbuka banyak peluang<br />

khususnya di Indonesia Timur.<br />

Untuk bidang engineering, saat ini kita sedang mengkaji<br />

untuk diarahkan menjadi anak perusahaan sendiri, apakah<br />

di bawah <strong>PGN</strong> atau PGASOL, masih kita kaji terlebih dahulu.<br />

Tujuannya agar lebih fokus namun tetap in-line dengan bisnis<br />

kita.<br />

Dari segi kinerja PGASOL sudah mandiri?<br />

Dengan modal yang kita miliki sekarang sudah bisa jalan,<br />

namun jika ingin mendapatkan sebuah peluang, kita butuh<br />

modal untuk mengerjakan sebuah pekerjaan yang lebih besar.<br />

Artinya kalau kita mendapatkan pekerjaan besar dan butuh<br />

modal besar, kita akan minta tambahan pada <strong>PGN</strong>.<br />

Dari empat bisnis yang dikerjakan oleh PGASOL<br />

mana yang paling siap untuk mendapatkan<br />

pekerjaan dari luar?<br />

Kalau melihat mana yang paling siap, ya O&M tadi karena<br />

itu yang kita lakukan saat ini. Tapi kesempatan dan peluang di<br />

bidang O&M ini terbatas karena perusahaan seperti <strong>PGN</strong> tidak<br />

banyak. Kami melihat potensi dan peluang yang lebih luas di<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

16


idang konstruksi. Jadi kesempatan menjadi kontraktor di<br />

sektor migas sangat terbuka dan potensial sekali.<br />

Tantangan <strong>dalam</strong> pengembangan bisnis, bisa<br />

dijelaskan?<br />

Kalau untuk SDM kami bisa cari, namun untuk<br />

pengalaman perusahaan dan jam terbang masih harus terus<br />

dikembangkan. Analoginya itu kami ini masih kelas 1 SMA,<br />

sedangkan persyaratan untuk dapat mengerjakan suatu<br />

pekerjaan atau proyek itu menghendaki lulusan perguruan<br />

tinggi. Ada juga persyaratan yang menuntut mempunyai<br />

pengalaman mengerjakan proyek di atas Rp 100 miliar<br />

<strong>dalam</strong> tiga tahun berturut-turut. Di <strong>dalam</strong> dokumen lelang<br />

kan ada persyaratan seperti itu.<br />

Tantangannya lebih kepada pengalaman dan jam<br />

terbang mengerjakan sebuah proyek atau pekerjaan,<br />

khususnya yang dipersyaratkan pada saat pelelangan. Itu<br />

yang terkadang kita masih belum bisa kita penuhi. Untuk<br />

mengatasinya kami upayakan dengan cara joint operation<br />

(JO). Dengan JO, kami akan dapat pengalamannya. Seperti<br />

pada saat melakukan upgrading Stasiun Muara Bekasi kami<br />

bekerjasama dengan perusahaan konstruksi lain sebagai<br />

upaya mencari pengalaman.<br />

Kami berharap dengan berkolaborasi bersama pemain<br />

yang sudah berpengalaman, suatu saat dapat memenuhi<br />

standar recruitment, sehingga kalau ada persyaratan tertentu<br />

yang menuntut pengalaman <strong>dalam</strong> upgrading, kami sudah<br />

mempunyai pengalamannya. Untuk SDM juga demikian,<br />

kita masih dihadapkan pada minimnya tenaga ahli yang<br />

berpengalaman, mengingat kita masih berstatus sebagai<br />

perusahaan baru.<br />

Bagaimana Bapak melihat PGASOL akan menjadi<br />

perusahaan seperti apa nantinya?<br />

Kami merangkai mimpi yang realistis saja, ke depannya<br />

kami ingin PGASOL menjadi perusahaan yang dipercaya<br />

untuk melakukan O&M pada perusahaan migas dan<br />

menjadi kontraktor yang diperhitungkan dan dipercaya oleh<br />

konsumen.<br />

PT Transportasi Gas Indonesia<br />

Kemitraan yang Sinergis<br />

untuk <strong>Energi</strong> yang Berkelanjutan<br />

PT TRANSPORTASI GAS INDONESIA (TGI atau<br />

Transgasindo) adalah perusahaan pertama di<br />

Indonesia yang core bisnisnya bergerak di bidang<br />

transportasi gas bumi melalui pipa untuk pasar<br />

domestik dan internasional. Sebagai salah satu aset<br />

penting negara (Obyek Vital <strong>Nasional</strong>), TGI mengoperasikan<br />

transportasi gas alam dan memelihara jaringan pipa secara<br />

hati-hati.<br />

Sejak berdirinya pada Februari 2002, TGI telah<br />

berkomitmen untuk menjadi “Transporter of Choice” dari<br />

gas alam di Indonesia. TGI terus memperluas pemanfaatan<br />

gas bumi di Indonesia, sementara di sisi lain juga terus<br />

memastikan distribusi yang cepat, pengiriman yang handal,<br />

dan aman pada waktu yang sama.<br />

Susunan Direksi TGI terdiri dari Direktur Utama<br />

M. Arsyad Rangkuti, Direktur Keuangan dan Administrasi<br />

Mangantas Panjaitan, Direktur Enjineering M. Komaruddin,<br />

Direktur Operasi Mohd. Adid Mohd. Salleh, Direktur<br />

Pengembangan Bisnis Robert B. Jhons.<br />

Sekarang TGI telah mengoperasikan lebih dari 1.000<br />

kilometer pipa gas (baik di darat dan lepas pantai),<br />

menghubungkan Grissik ke Duri dan Grissik ke Singapura.<br />

Aset perusahaan yang besar meliputi 3 stasiun kompresor di<br />

Sakernan, Belilas dan Jabung (Sumatera), stasiun metering<br />

3 di Duri (Riau), Panaran (Batam) dan Pemping (Riau<br />

Kepulauan). Selain itu, kita memiliki Perjanjian Transportasi<br />

Gas panjang (GTA) sampai tahun 2023.<br />

Menghadapi masa depan yang penuh tantangan,<br />

Transgasindo siap untuk meningkatkan kinerja dan<br />

mengeksplorasi kemungkinan untuk memenuhi kebutuhan<br />

energi khususnya terhadap konsumsi domestik. Persiapan<br />

mencakup pengembangan sumber daya manusia, teknologi<br />

perluasan dan ketersediaan fasilitas pendukung yang<br />

terintegrasi untuk meningkatkan kinerja. Saat ini TGI terus<br />

meningkatkan fasilitas dengan menambahkan sebuah<br />

stasiun kompresor baru di Jabung (Sumatera) fase 1, yang<br />

meningkatkan volume gas dari 401,4 MMSCFD, menjadi<br />

lebih dari 465 MMSCFD untuk Grissik-Singapura line.<br />

Rencana Masa Depan untuk fase 2 akan meningkatkan<br />

volume ke lebih dari 600 MMSCFD. Saat ini perusahaan<br />

mempunyai visi untuk menjadi “transporter pilihan” gas<br />

alam melayani pelanggan di pasar domestik Sumatera<br />

dan Batam, serta pasar ekspor Singapura dan Malaysia.<br />

Komposisi pemegang saham TGI terdiri dari <strong>PGN</strong> 59,87%,<br />

Transasia Pipeline Company Pvt. Ltd 40%, dan Yayasan<br />

Kesejahteraan Pegawai dan Pensiunan Gas Negara 0,13%.<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

17


SAJIAN UTAMA<br />

PT Nusantara Regas<br />

Kinerja dan Optimalisasi Nilai Tambah<br />

untuk Ketahanan <strong>Energi</strong> Indonesia<br />

PT Nusantara Regas merupakan sebuah perusahaan<br />

patungan atau kerja sama (joint venture company)<br />

PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas<br />

Negara (Persero) Tbk yang merupakan entitas<br />

nasional ternama di bidang Minyak dan Gas Bumi.<br />

Perusahaan didirikan pada tanggal 14 April 2010 dengan<br />

komposisi saham Pertamina sebesar 60% dan <strong>PGN</strong> sebesar<br />

40%.<br />

Nusantara Regas bertanggungjawab atas pembangunan<br />

dan pengoperasian LNG Floating Storage & Regasification<br />

Terminal (FSRT) Jawa Barat sebagai bagian dari pelaksanaan<br />

Program Prioritas Pembangunan <strong>Nasional</strong> 2010.<br />

PT Nusantara Regas memiliki lingkup usaha antara lain<br />

melakukan pengadaan LNG, Penyediaan Fasilitas FSRU dan<br />

Fasilitas Lainnya serta penjualan Gas Bumi.<br />

FSRU merupakan fasilitas penampung LNG terapung<br />

yang dilengkapi dengan unit regasifikasi yang berfungsi<br />

merubah bentuk gas dari cair ke fase gas. Dibangun dengan<br />

kapasitas lebih dari 3 juta ton LNG pertahun atau setara<br />

dengan 400 juta kaki kubik gas per hari dan berlokasi<br />

±15 km dari lepas pantai Utara Jakarta.<br />

Pengoperasian FSRU tersebut dilakukan bersama<br />

dengan Golar LNG Energy Limited dan merupakan FSRT<br />

ke-2 di Asia dan ke-12 di Dunia. FSRU ini merupakan hasil<br />

konversi kapal Tanker LNG Khannur yang dilengkapi dengan<br />

fasilitas regasifikasi sebanyak 3 unit.<br />

Rantai distribusi LNG dan pengoperasian FSRT dimulai<br />

dari pemuatan LNG dari kilang menuju LNG Carrier, untuk<br />

kemudian ditransportasikan. Saat ini Nusantara Regas<br />

telah mengikatkan diri dengan penjual LNG Mahakam PSC<br />

Kalimantan Timur melalui binding heads of agreement<br />

selama 11 tahun dengan total pembelian LNG<br />

sebesar 11,75 MTPA (million tons per annum).<br />

Komitmennya adalah untuk tetap mencari<br />

pasokan dan membeli LNG dari penjual yang<br />

lain, baik dari <strong>dalam</strong> negeri maupun luar negeri.<br />

Selanjutnya LNG akan diangkut melalui LNG<br />

Carrier dengan kapasitas 125.000 – 137.000 m 2<br />

menuju ke lokasi FSRT Jawa Barat. Selanjutnya<br />

LNG dari LNG Carrier dimasukkan ke <strong>dalam</strong><br />

tangki FSRU (Floating Storage & Regasification<br />

Unit) sebanyak 6 tangki dengan menggunakan<br />

2 buah Loading Arm.<br />

Proses pemuatan ini berlangsung <strong>dalam</strong><br />

waktu lebih kurang satu hari. LNG <strong>dalam</strong> tangki<br />

FSRU pada tekanan 1 Atmosfir dan suhu<br />

minus 160° Celcius berikutnya akan dialirkan<br />

ke unit regasifikasi untuk dirubah fasenya dari<br />

kondisi cair menjadi gas. Proses regasifikasi ini<br />

menggunakan air laut sebagai media pemanas<br />

utama <strong>dalam</strong> siklus terbuka. Disamping itu<br />

juga menggunakan propane sebagai media<br />

pemanas pembantu <strong>dalam</strong> siklus tertutup. Untuk merubah<br />

LNG menjadi fase gas tersebut, LNG diproses melalui unit<br />

regasifikasi.<br />

Gas hasil proses regasifikasi memiliki spesifikasi tekanan<br />

55 bar dan temperatur 15° Celcius dengan tidak merubah<br />

komposisi kimia gas. Proses regasifikasi yang dilakukan<br />

ini adalah yang pertama di Asia Tenggara. Selanjutnya gas<br />

hasil regasifikasi tersebut didistribusikan melalui jaringan<br />

pipa bawah laut (Offshore Subsea Pipeline) sepanjang<br />

sekitar 15 km dengan diameter 24 inci, tekanan 45,2 bar<br />

dan temperature 11,7° Celcius menuju Muara Karang.<br />

Setelah distribusi gas diterima di stasiun penerima<br />

(Onshore Receiving Facility) di Muara Karang, selanjutnya<br />

akan dimanfaatkan secara bertahap untuk khususnya<br />

pembangkit PLN di Muara Karang dan Tanjung Priok. Melalui<br />

penggunaan Gas Bumi hasil regasifikasi LNG, diyakini<br />

bahwa PLN akan dapat menambah produksi listrik bagi<br />

wilayah Jakarta pada khususnya dan wilayah Jawa Barat<br />

pada umumnya. Selain itu gas juga akan didistribusikan ke<br />

pengguna industri di wilayah Jawa bagian Barat.<br />

Dengan menggunakan Gas Bumi hasil regasifikasi LNG,<br />

pembelinya saat ini yakni PT PLN (Persero) dapat melakukan<br />

penghematan biaya bahan bakar secara signifikan, sehingga<br />

dapat meningkatkan produksi listrik di wilayah Jawa bagian<br />

Barat yang pada akhirnya akan memberi manfaat yang<br />

sangat besar bagi bangsa dan negara. Upaya Nusantara<br />

Regas kiranya dapat menjadi acuan bagi pengembangan<br />

proyek FSRT di wilayah Indonesia lainnya, dan kekurangan<br />

yang mungkin telah terjadi sebelumnya harus dijadikan<br />

ukuran dan penyempurnaan penyusunan strategi bagi<br />

proyek sejenis lainnya di seluruh wilayah Indonesia.<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

18


Seputar Informasi dan Jadwal Kegiatan<br />

Info <strong>PGN</strong><br />

Adu Kuat di Porseni BUMN 2012<br />

Jakarta – Pekan Olahraga dan Seni BUMN<br />

2012 mulai bergema yang diawali dengan<br />

pembukaan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan<br />

pada tanggal 1 Oktober 2012 di GOR Soemantri<br />

Brojonegoro.<br />

Pembukaan Porseni BUMN yang ke lima<br />

cukup meriah, sebelum resmi dibuka pada malam<br />

hari, pada sore hari diselenggarakan pertandingan<br />

sepak bola antara para pejabat Kementerian<br />

BUMN dan Direksi BUMN.<br />

Pada pertandingan yang berlangsung selama<br />

2 x 15 menit tersebut berakhir dengan kedudukan<br />

seri atau 1:1. Begitu pertandingan selesai<br />

pembukaan dilanjutkan dengan atraksi terjun<br />

payung yang melibatkan 20 penerjun payung, dua<br />

diantara penerjun merupakan perempuan. Para<br />

penerjun payung yang meliuk-liuk di udara itu<br />

mendarat di tengah lapangan.<br />

Setelah atraksi terjun payung, panitia<br />

mempersiapkan parade para peserta Porseni<br />

BUMN 2012. Sekitar pukul 18.30 Menteri<br />

BUMN tiba, kemudian para peserta bersiap untuk<br />

merapikan barisan untuk mulai melakukan parade<br />

kontingen di hadapan menteri. Parade peserta<br />

ini juga diselingi dengan yel-yel yang dilakukan<br />

peserta di hadapan menteri.<br />

Pada Porseni kali ini jumlah BUMN yang<br />

mengikuti sebanyak 91 BUMN, lebih tinggi dari<br />

tahun sebelumnya yang hanya 89 BUMN.<br />

Menteri BUMN Dahlan Iskan <strong>dalam</strong><br />

sambutannya, mengharapkan semangat bersaing<br />

<strong>dalam</strong> perlombaan mencerminkan semangat para<br />

direksi dan karyawan BUMN tersebut. Karena<br />

pada dasarnya perusahaan itu akan selalu bersaing<br />

dan tanpa persaingan perusahaan tidak akan maju.<br />

“Bersaing dengan fair, semangat jangan hanya<br />

di lapangan tapi dibawa ke budaya bersaing di<br />

perusahaan,” katanya.<br />

Menurutnya, saat ini pemerintah telah<br />

menetapkan beberapa BUMN sudah harus<br />

dapat bersaing di tingkat Asia, dan beberapa<br />

BUMN dapat bersaing di Asia Tenggara dan<br />

tingkat nasional. Masing-masing BUMN tersebut<br />

akan naik kelas dengan keinginan dan semangat<br />

bersaing yang tinggi.<br />

Dahlan mengatakan, ketika para Porseni<br />

melakukan parade yang deg-degkan itu adalah<br />

para direksi yang duduk di atas podium<br />

menyaksikan, karena takut yel-yelnya salah.<br />

Menurutnya, sejumlah peserta ada yang<br />

mempunyai yel-yel yang bagus, namun ada<br />

juga peserta yang tidak memperagakan yel-yel.<br />

Mungkin yang tidak menggunakan yel-yel<br />

berpendapat yang penting kerja.<br />

Kepada seluruh peserta Porseni BUMN<br />

2012 diharapkan dapat bertanding dan para juara<br />

hendaknya juga diberikan perhatian khusus.<br />

Waktu dulu saya masih menjabat Direktur PLN,<br />

tim paduan suara yang menjadi juara, diikutkan<br />

untuk pada kejuaraan dunia di Shanghai, China.<br />

Dengan bentuk apresiasi seperti itu diharapkan<br />

para karyawan dapat bekerja dengan gembira dan<br />

tidak stress.<br />

Ketua Panitia Porseni BUMN 2012 Sriyanto<br />

mengatakan kegiatan Porseni BUMN 2012 akan<br />

berlangsung sampai 12 Oktober 2012. Event<br />

kali ini adalah yang ke lima kalinya diadakan, dan<br />

pertama kali berlangsung pada 2007 lalu.<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

19<br />

Adapun<br />

cabang olah raga yang<br />

dipertandingkan sebanyak 8, terdiri dari Sepak<br />

Bola, Futsal, Bulu Tangkis, Tenis Lapangan, Tenis<br />

Meja, Voli, Basket dan Bowling. Untuk seni<br />

dipertandingkan Vocal Group, Karaoke Idol, dan<br />

Duta BUMN.<br />

Pelaksanaan Porseni 2012 ini diikuti<br />

oleh 4.000 atlit dan oficialnya. Bahkan secara<br />

demografis BUMN yang mengikuti Porseni<br />

juga bukan hanya yang berada di Jabodetabek<br />

tetapi juga dari berbagai wilayah di Indonesia,<br />

seperti Aceh, Palembang, Surabaya, Makassar dan<br />

lainnya.<br />

“Penyelenggaraan Porseni kali ini mengambil<br />

tema Kompetisi yang sehat melahirkan juara yang<br />

kuat,” ujarnya.<br />

Kegiatan pembinaan olahraga di BUMN<br />

dapat berjalan dengan baik. “Beruntung kita<br />

mempunyai Menteri BUMN yang gemar berolah<br />

raga,” katanya. Semoga dengan hoby beliau<br />

berolah raga dapat menular kepada seluruh<br />

karyawan BUMN.<br />

Pada saat penutupan Porseni nanti akan<br />

diberikan piala bergilir kepada juara umum dan<br />

kepada juara masing-masing cabang olah raga.<br />

Kegiatan ini diharapkan dapat berjalan dengan<br />

lancar sampai akhir nantinya. Serta semoga<br />

silaturahmi antar BUMN dapat terus dijaga<br />

melalui event ini.


Info <strong>PGN</strong><br />

Seputar Informasi dan Jadwal Kegiatan<br />

<strong>PGN</strong> Bangun Instalasi Air<br />

Bersih di Pulau Panggang<br />

Jakarta – Sebagai wujud kepedulian untuk peningkatan akses air bersih bagi<br />

masyarakat, <strong>PGN</strong> membangun instalasi pengolahan air bersih di Pulau Panggang,<br />

Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Dengan adanya instalasi ini, maka masyarakat yang selama<br />

ini kesulitan mendapatkan air bersih akan dapat terbantu.<br />

Direktur Keuangan <strong>PGN</strong> M Riza Pahlevi Tabrani, mengatakan dengan hadirnya<br />

alat ini maka akan sangat membantu peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.<br />

Mengingat alat ini dapat mengolah air asin menjadi air tawar, sehingga masyarakat dapat<br />

memanfaatkan sebagai air untuk kebutuhan sehari-hari, seperti air minum dan lainnya.<br />

Nilai bantuan yang diberikan dengan pembangunan instalasi air bersih sebesar<br />

Rp 900 juta.<br />

“Kami berharap bantuan ini dapat dijaga dan dirawat sehingga nilai manfaatnya dapat<br />

dirasakan <strong>dalam</strong> jangka panjang,” katanya.<br />

Saat ini, untuk wilayah Kepulauan Seribu sangat rentan terhadap kekurangan air bersih.<br />

Apalagi di musim kemarau yang kondisi cuaca relatif panas dan jarang hujan, membuat<br />

masyarakat seperti di Pulau Panggang akan sulit mendapatkan air bersih untuk minum.<br />

Sebelum adanya instalasi air bersih, masyarakat Pulang Panggang untuk air minum<br />

mengandalkan air isi ulang. Sebagian masyarakat ada yang mempunyai sumur bor, tetapi<br />

air yang keluar terasa payau, sehingga tidak dapat dipakai untuk air minum.<br />

Pulau Panggang merupakan jajaran Pulau dengan luas hanya 9 hektar dan merupakan<br />

salah satu yang paling padat penduduknya di Kabupaten Kepulauan Seribu. Dengan<br />

adanya bantaun instalasi air bersih membuat akses bersih yang menjadi mudah.<br />

Sinergi <strong>PGN</strong> bersama dengan PT EMI ( <strong>Energi</strong> Manajemen Indonesia) ini <strong>dalam</strong><br />

menyediakan air bersih akan sangat mendukung upaya pemerintah pusat dan daerah<br />

untuk meningkatkan cakupan pelayanan air bersih bagi masyarakat. Apalagi <strong>dalam</strong><br />

target pemerintah, jika mengacu pada Millennium Development Goals (MDGs) bidang air<br />

minum pada 2015 adalah dapat melayani 68,87% penduduk Indonesia. Di sisi lain jumlah<br />

penduduk Indonesia pada 2011 berdasarkan data Badan Pusat Statistik mencapai 237 juta<br />

jiwa. Dengan demikian langkah sinergi ini membantu pencapaian peningkatan layanan air<br />

bersih bagi masyarakat Indonesia.<br />

Secara umum upaya meningkatkan layanan air bersih membutuhkan dana yang cukup<br />

besar, jika hanya mengandalkan APBN akan butuh waktu lama untuk mencukupinya.<br />

Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar dan tersebar diberbagai kepualauan,<br />

sehingga merupakan sebuah tantangan untuk dapat menyedian air bersih bagi masyarakat.<br />

Untuk itu <strong>PGN</strong> sebagai BUMN yang mempunyai kepedulian membantu programprogram<br />

yang dicanangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan layanan air bersih bagi<br />

masyarakat.<br />

Perjanjian Penandatanganan<br />

Pembangunan FSRS<br />

Lampung<br />

Jakarta – <strong>PGN</strong> melakukan Amendement and<br />

Restatement Agreement Signing untuk pembangunan FSRF<br />

dengan Hoegh dan Rekasa Industri. Kegiatan ini berlangsung<br />

pada 17 Oktober 2011 bertempat di Kantor Pusat <strong>PGN</strong>.<br />

Amandemen tersebut merupakan tindaklanjut dari perubahan<br />

lokasi penempatan FSRF yang semula direncanakan akan<br />

ditempatkan di Belawan-Medan dipindahkan lokasinya ke<br />

Lampung.<br />

Penandatanganan masing-masing dilakukan oleh Direktur<br />

Teknologi dan Pengembangan Djoko Saputro mewakili <strong>PGN</strong>,<br />

Managing Director Hoegh LNG Asia Pte. Ltd Ragnar Wisloff,<br />

dan Presiden Direktur PT Rekayasa Industri Ali Suharsono.<br />

Djoko Saputro, mengatakan proyek FRSF ini adalah proyek<br />

pertama yang sahamnya 100% dimiliki oleh <strong>PGN</strong>. Sebelumnya<br />

<strong>PGN</strong> juga sudah mempunyai FSRF yang berlokasi di Teluk<br />

Jakarta, namun hanya sebagai pemilik minoritas.<br />

Dia mengatakan, melalui penandatanganan amandemen<br />

kerjasama ini diharapkan <strong>PGN</strong>, Hoegh dan Rekin dapat<br />

bersinergi dengan baik sehingga proyek yang sudah dijadwalkan<br />

dapat diselesaikan tepat waktu yaitu tahun 2014.<br />

Managing Director Hoegh LNG Asia Pte. Ltd, Ragnar<br />

Wisloff mengatakan bahwa Hoegh senang bekerja sama<br />

dengan <strong>PGN</strong> <strong>dalam</strong> proyek ini. Karena proyek ini adalah<br />

proyek besar dan <strong>PGN</strong> mempercayakan Hoegh sebagai rekan<br />

bisnisnya. “ Kami berjanji akan memberikan yang terbaik buat<br />

<strong>PGN</strong>. Karena ini adalah proyek penting buat <strong>PGN</strong>,” katanya.<br />

Tentunya Hoegh dan <strong>PGN</strong> dapat menjadi rekan bisnis yang<br />

baik, menjadi teman sekaligus keluarga, karena tanpa itu semua<br />

pekerjaan ini tidak akan berjalan sebaik mungkin.<br />

Menurutnya, kesepakatan Amendement and Restatement<br />

Agreement Signing LNP FSRF Lampung ini sudah disetujui<br />

semua pihak, semoga dengan hasil penandatanganan<br />

dan persetujuan proyek ini dapat berjalan dengan lancar<br />

tanpa halangan dan selesai dengan waktu yang tepat dan<br />

membuahkan hasil yang memuaskan. Karena kesepakatan dan<br />

proyek ini sangat penting bagi perkembangan bisnis <strong>PGN</strong> ke<br />

depannya.<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

20


Seputar Informasi dan Jadwal Kegiatan<br />

<strong>PGN</strong> Juara Umum ARA 2011<br />

Jakarta - PT Perusahaan Gas Negara<br />

Tbk (<strong>PGN</strong>) menjadi juara umum <strong>dalam</strong><br />

Annual Report Award 2011 (ARA).<br />

Prestasi tersebut melengkapi sejumlah<br />

penghargaan yang diterima oleh <strong>PGN</strong><br />

<strong>dalam</strong> ajang bergengsi baik nasional<br />

maupun internasional.<br />

Pada ARA 2011 kali ini jumlah<br />

perusahaan yang bersaing untuk menjadi<br />

juara umum sebanyak 200 perusahaan.<br />

Sebelumnya <strong>PGN</strong> juga tercatat sebagai<br />

juara pertama (Overall Platinum Winner)<br />

untuk Sektor Utilities – Gas Worldwide<br />

dan masuk ke <strong>dalam</strong> Top 100 Worldwide<br />

Winners <strong>dalam</strong> LACP’s 2011 Vision<br />

Award, kemudian meraih Bisnis Award<br />

untuk Kategori Sektor Infrastruktur,<br />

Utilitas, dan Transportasi Terbaik tahun<br />

2012.<br />

Direktur Utama <strong>PGN</strong> Hendi Prio<br />

Santoso mengatakan, prestasi yang<br />

berhasil diraih <strong>PGN</strong> <strong>dalam</strong> ajang ARA<br />

2012 sungguh membanggakan. Apalagi<br />

ini merupakan penghargaan kedua secara<br />

beruntun setelah selang beberapa tahun<br />

lalu perseroan juga menjadi yang terbaik<br />

di event serupa.<br />

“Prestasi yang diraih <strong>PGN</strong> ini<br />

menunjukkan bahwa kami selalu<br />

konsisten dan berkomitmen untuk<br />

memberikan informasi secara transparan<br />

kepada seluruh stakeholder. Penegakan<br />

Good Corporate Governance (GCG)<br />

bukan hanya sebuah kewajiban, namun<br />

telah menjadi kebutuhan bagi manajemen<br />

<strong>PGN</strong> <strong>dalam</strong> menjalankan perusahaan,”<br />

katanya.<br />

Penyelenggaraan ARA menjadi acara<br />

tahunan dengan tujuan meningkatkan<br />

keterbukaan informasi dan penerapan<br />

GCG di setiap sektor usaha, baik BUMN,<br />

BUMD atau swasta yang berstatus listed<br />

atau non listed. Keikutsertaan ARA tahun<br />

ini lebih banyak 9 perusahaan dari catatan<br />

tahun lalu yang hanya 191 perusahaan.<br />

Terdapat 10 kategori yang dinilai <strong>dalam</strong><br />

ARA tahun ini.<br />

Selain sebagai juara umum ARA<br />

2011, <strong>PGN</strong> juga menjadi yang terbaik di<br />

kategori, BUMN Non Keuangan “listed”.<br />

Adapun BUMN lain yang menjadi juara<br />

pada setiap kategori antara lain BUMN<br />

Non Keuangan “non listed” diraih<br />

PT Perkebunan Nusantara XIII<br />

(Persero), BUMN Keuangan listed diraih<br />

PT Bank Mandiri Tbk,.<br />

Kemudian, BUMN Keuangan non<br />

listed diraih PT Jamsostek (Persero),<br />

Private Keuangan non listed diraih<br />

PT Bank Syariah Mandiri, BUMD listed<br />

yakni PT Bank DKI, BUMD non listed<br />

diraih PT BPD Jawa Tengah.<br />

Lalu, kategori Private Non Keuangan<br />

non listed diraih PT Indonesia Power,<br />

Private Non Keuangan listed diraih<br />

PT Pupuk Kalimantan Timur, Private<br />

Keuangan listed diraih PT Adira<br />

Dinamika Multi Finance Tbk.<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

21


Galery<br />

Foto<br />

Pameran Gasex<br />

di Bali, 2012<br />

Direktur Utama <strong>PGN</strong><br />

selaku Ketua Indonesia<br />

Gas Association<br />

(IGA) bersama Gasex<br />

Committe menjelang<br />

pembukaan Gasex.<br />

Suasana booth <strong>PGN</strong> pada saat<br />

Pameran Gasex di Bali 2012.<br />

Menteri ESDM Jero<br />

Wacik menerima<br />

delegasi Menteri<br />

<strong>Energi</strong> dari Asia<br />

Pasifik pada acara<br />

Ministrial Forum<br />

Gasex 2012.


Direktur Utama<br />

<strong>PGN</strong> selaku<br />

ketua IGA saat<br />

memberikan<br />

sambutan <strong>dalam</strong><br />

pembukaan<br />

Gasex 2012.<br />

Direktur Utama <strong>PGN</strong> pada<br />

kegiatan Media Briefing di sela<br />

acara Gasex 2012.<br />

Suasana booth <strong>PGN</strong><br />

saat Pameran Gasex di<br />

Bali 2012.


Budaya kerja<br />

<strong>PGN</strong> Hidupkan<br />

Kembali Program Beasiswa<br />

Jakarta – Pada tahun 2012<br />

<strong>PGN</strong> kembali membuka<br />

program beasiswa S2<br />

ke luar negeri. Langkah<br />

ini dilakukan sebagai<br />

upaya untuk memperkuat upaya<br />

perusahaan menjadi pemain kelas<br />

dunia dengan dukungan sumber<br />

daya manusia yang mumpuni.<br />

Seleksi bagi karyawan untuk<br />

mendapatkan beasiswa ke<br />

universitas terkemuka di Amerika<br />

Serikat ini dilakukan melalui<br />

kerjasama dengan American<br />

Indonesian Exchange Foundation<br />

(AMINEF) dan diselenggarakan<br />

pada tanggal 17-18 September<br />

2012. Sebanyak 67 karyawan<br />

<strong>PGN</strong> mengikuti seleksi untuk<br />

mendapatkan 5 kursi beasiswa.<br />

Terbatasnya jumlah kursi yang<br />

tersedia berbanding terbalik dengan<br />

peminat, hal ini tentu akan membuat<br />

persaingan sangat ketat.<br />

Kriteria penilaian kelulusan <strong>dalam</strong><br />

proses seleksi ini antara lain adalah<br />

kemampuan akademik, psikologis<br />

peserta dan kemampuan bahasa<br />

Inggris, karena memang program<br />

yang akan diambil oleh peserta<br />

nantinya menggunakan bahasa<br />

Inggris.<br />

Kepala Dinas Pendidikan dan<br />

Pelatihan Limar Suci Rahayu,<br />

mengatakan tes beasiswa dilakukan<br />

selama 2 hari. Pada hari pertama<br />

akan dilakukan tes potensi<br />

akademik dan psikotes. Kemudian<br />

dilanjutkan pada hari kedua dengan<br />

tes TOEFL dan wawancara.<br />

“Dari hasil ini kita akan rekap dan<br />

ranking untuk kemudian diajukan<br />

kepada Manajemen sebagai<br />

kandidat peraih S2,” katanya. Dalam<br />

pelaksanaan wawancara dilakukan<br />

oleh Kepala Divisi SDM dan<br />

Manajemen.<br />

Adapun sejumlah bidang<br />

studi yang akan disediakan <strong>dalam</strong><br />

penerimaan beasiswa kali ini antara<br />

lain adalah teknik dan non teknik.<br />

Untuk pilihan studi di bidang non<br />

teknik terdiri dari Hukum, Sumber<br />

Daya Manusia dan Keuangan. Para<br />

penerima beasiswa ini nantinya akan<br />

melaksanakan studinya di sejumlah<br />

perguruan tinggi terkemuka yang<br />

termasuk <strong>dalam</strong> peringkat 20 besar<br />

di Amerika Serikat. Dengan pilihan<br />

tersebut, maka diharapkan setiap<br />

lulusan yang dihasilkan dapat<br />

benar-benar teruji kemampuan dan<br />

keahliannya.<br />

Pemberangkatan para penerima<br />

beasiswa akan berangkat pada<br />

bulan Agustus 2013 mendatang.<br />

Tetapi sebelum itu, penerima<br />

beasiswa akan menyelesaikan<br />

terlebih dahulu sejumlah<br />

persyaratan, seperti mengisi<br />

Graduate Management Admission<br />

Test (GMAT) dan lainnya.<br />

Para penerima beasiswa<br />

yang akan melanjutkan kuliah<br />

S2 di Amerika Serikat tidak<br />

diperbolehkan untuk mencari<br />

pekerjaan sampingan. Mereka harus<br />

fokus <strong>dalam</strong> menjalani perkuliahan.<br />

Berbagai keperluan sudah dibiayai<br />

oleh Perusahaan. Bahkan, selama<br />

melanjutkan studi akan tetap<br />

menerima gaji pokok dan bonus.<br />

Setelah menyelesaikan<br />

perkuliahan, para penerima<br />

beasiswa harus menjalani ikatan<br />

dinas dengan rumus 2.n = 1, n =<br />

tahun kuliah. Apabila ikatan dinas<br />

ini dilanggar, maka wajib mengganti<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

24


iaya pendidikan yang sudah dikeluarkan oleh<br />

perusahaan. Perlu diketahui biaya untuk 1 orang<br />

selama setahun itu sekitar Rp 1 miliar, jadi jika<br />

2 tahun sekitar Rp 2 miliar. Jumlah itu harus<br />

diganti oleh penerima beasiswa jika mereka<br />

keluar dari perusahaan sebelum masa ikatan<br />

dinasnya selesai.<br />

Dengan adanya program beasiswa jenjang<br />

S2 ke universitas terkemuka di luar negeri<br />

yang kembali digalakkan di lingkungan <strong>PGN</strong>,<br />

diharapkan dapat semakin memperkuat upaya<br />

untuk memuluskan langkah perusahaan yang<br />

kita cintai ini <strong>dalam</strong> mencapai cita-citanya<br />

untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia<br />

di bidang pemanfaatan gas bumi, dengan<br />

dukungan SDM yang berkelas dunia pula.<br />

Berikut nama yang lolos <strong>dalam</strong> seleksi<br />

beasiswa tahun 2012 dan akan berangkat ke<br />

Amerika Serikat tahun 2013, yaitu : Adam Nur<br />

Bawono (Plt. Kepala Dinas Konstruksi Proyek<br />

3), Siti Nurmaya Rahmayani (Kepala Dinas QA/<br />

QC dan K3PL Proyek 3), Muhammad Hardisyah<br />

(Kepala Dinas Kontruksi Proyek 2), Aris Hartono<br />

(Senior Specialist Officer QA/QC Proyek 3),<br />

Ardhimas Indrawidhi (Kepala Seksi Sistem<br />

Renumerasi Divisi SDM), dan Syahril Malik<br />

(Kepala Seksi Pendanaan dan Asuransi Divisi<br />

Keuangan Perusahaan). (arf)<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

25


Berita csr<br />

Semangat<br />

Pengajar Muda<br />

Untuk Anak Negeri<br />

Perkembangan sebuah<br />

bangsa sangat<br />

ditentukan oleh<br />

seberapa jauh kemajuan<br />

sektor pendidikannya.<br />

Indonesia dengan<br />

kondisi geografis yang terdiri<br />

dari kepulauan menjadi sebuah<br />

tantangan tersendiri <strong>dalam</strong><br />

memajukan sektor pendidikannya,<br />

sehingga semua masyarakat<br />

dapat menikmati mutu pendidikan<br />

yang sama kualitasnya baik itu di<br />

perkotaan maupun daerah terpencil<br />

di pelosok negeri.<br />

Untuk membantu pemerintah<br />

<strong>dalam</strong> menyediakan guru yang<br />

berkualitas, <strong>PGN</strong> yang peduli pada<br />

pendidikan bekerjasama dengan<br />

Yayasan Indonesia Mengajar,<br />

mengirim sejumlah pengajar<br />

muda untuk terjun ke sekolah<br />

terpencil. Melalui kerjasama ini<br />

disiapkan sejumlah anak negeri<br />

yang mempunyai kemauan dan<br />

kemampuan menginspirasi untuk<br />

dikirimkan selama 1 tahun ke<br />

daerah terpencil di berbagai wilayah<br />

Indonesia untuk mendidik anakanak<br />

sekolah dasar di sana.<br />

Ketua Yayasan Indonesia<br />

Mengajar Anies Baswedan<br />

mengatakan apa yang yang<br />

dilakukan <strong>PGN</strong> bersama Indonesia<br />

Mengajar adalah bentuk turun<br />

tangan langsung untuk membantu<br />

dunia pendidikan. Secara konstitusi<br />

tanggungjawab pendidikan adalah<br />

pemerintah, namun secara moral<br />

merupakan tangungjawab kita<br />

semua.<br />

“Untuk memajukan pendidikan<br />

tidak cukup hanya dilakukan<br />

oleh semua harus turun tangan,”<br />

katanya.<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

26


Para pengajar muda yang<br />

dikirimkan ke lokasi terpencil<br />

tersebut akan berperan sebagai<br />

agen perubahan di masing-masing<br />

wilayah. Untuk mendukung program<br />

itu memerlukan partner yang dapat<br />

mendukung pelaksanaan kegiatan<br />

tersebut. Di sinilah diperlukan peran<br />

serta berbagai pihak yang concern<br />

terhadap dunia pendidikan nasional.<br />

Kali ini merupakan pelepasan<br />

keberangkatan yang ke-5 sejumlah<br />

tenaga pengajar muda ke beberapa<br />

wilayah di Indonesia oleh Wakil<br />

Presiden Boediono di istana wakil<br />

presiden Jl. Kebon Sirih, Jakarta .<br />

Kegiatan ini merupakan kerjasama<br />

antara <strong>PGN</strong> dengan Indonesia<br />

Mengajar yang ke - 2. Dengan<br />

memberangkatkan sebanyak 7<br />

18 orang untuk ditempatkan pada<br />

daerah terpencil yang berada di<br />

sekitar wilayah operasi <strong>PGN</strong>. Dalam<br />

melaksanakan kegiatan ini telah<br />

disalurkan dana sebesar Rp 3,6 miliar.<br />

Daerah yang menjadi tujuan<br />

pengiriman pengajar muda pada<br />

tahap I adalah Kabupaten Lebak,<br />

Provinsi Banten untuk sebanyak 4 SD,<br />

Kabupaten Gresik (Pulau Bawean)<br />

Provinsi Jawa Timur 4 SD, Kabupaten<br />

Tulang Bawang, Provinsi Lampung 7<br />

SD, Kabupaten Musi Banyuasin 4 SD<br />

dan Kabupaten Muara Enim 4 SD,<br />

Provinsi Sumatera Selatan.<br />

“Mengikuti kegiatan Indonesia<br />

Mengajar itu sebuah panggilan hati.<br />

Dulu sewaktu masih kuliah saya juga<br />

sempat melakukan hal serupa di<br />

sebuah desa di Kalimantan Barat yang<br />

dengan berbagai cara.<br />

Dengan kehadiran tenaga<br />

muda pengajar itu akan mengisi<br />

kekurangan tenaga pengajar di<br />

daerah terpencil, sehingga siswasiswa<br />

yang letaknya jauh dari<br />

wilayah perkotaan tetap dapat<br />

menikmati pendidikan yang setara.<br />

Untuk memastikan tenaga<br />

pengajar muda di Program<br />

Indonesia Mengajar itu<br />

mempunyai kualitas, proses<br />

rekrutmen dilakukan secara<br />

selektif. Rata – rata peserta<br />

berasal dari perguruan tinggi<br />

ternama di Indonesia dengan<br />

dibekali pelatihan teknik belajar<br />

mengajar, leadership dan survival<br />

selama 7 minggu sehingga<br />

dapat menjadi agen perubahan<br />

pengajar muda antara lain : Farida<br />

Nur Rahmah (SDN 01 Marga Jaya,<br />

Gunung Agung), Andi Ahmadi<br />

(SDN Terang Agung, Gunung<br />

Terang), Fara Ramadhina (SDN 04<br />

Indraloka II, Way Kenanga), Marissa<br />

Lasni Graciella (SDN 02 Sumber<br />

Jaya, Gunung Agung), Kuat Indra<br />

Prasetyo (SDN 01 Indraloka II, Way<br />

Kenanga), Monica (SDN 01 Bangun<br />

Jaya, Gunung Agung), dan Angga<br />

Putra Fidrian (SDN 02 Margo<br />

Mulyo, Gunung Terang).<br />

Kerjasama sebelumnya <strong>PGN</strong><br />

juga sudah memberangkatkan<br />

berbatasan dengan Malaysia. Di sini<br />

saya merasakan lebih hidup jika kita<br />

saling berbagi,” ujar Fara Ramadhina<br />

salah seorang peserta Indonesia<br />

Mengajar yang didukung oleh <strong>PGN</strong><br />

untuk ditempatkan di Kabupaten Tulang<br />

Bawang Barat.<br />

Menurutnya, program seperti<br />

ini harus terus berlanjut dan akan<br />

memberikan inspirasi gerakan lainnya,<br />

tidak masalah itu meniru siapa namun<br />

yang harus menjadi perhatian adalah<br />

semangatnya untuk terus memberikan<br />

motivasi bagi yang lain untuk<br />

mendukung kemajuan pendidikan<br />

yang baik bagi siswa didik. Itu<br />

merupakan bukti bahwa <strong>dalam</strong><br />

melaksanakan program ini <strong>PGN</strong><br />

dan Yayasan Indonesia Mengajar<br />

berusaha memberikan yang terbaik<br />

agar pendidikan Indonesia lebih<br />

berkualitas.<br />

Saat ini 25 tenaga pengajar<br />

yang telah dikirimkan tersebut masih<br />

terus mengajar di berbagai daerah<br />

terpencil, semoga dengan semangat<br />

mereka, dapat ditularkan kepada<br />

para siswa berupa motivasi dan<br />

kepercayaan diri sebagai penerus<br />

bangsa.<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

27


pelangi<br />

Romantika di Negeri<br />

Laskar<br />

Pelangi<br />

Perjalanan Cinta. Dimulai<br />

dari pertemuan pertama<br />

dengan calon istriku di Kota<br />

Surabaya, bermula dari<br />

hobi kecil saya untuk melakukan<br />

perjalanan-perjalanan sederhana.<br />

Tak terasa berlanjut ke pertemuanpertemuan<br />

berikutnya, yang makin<br />

lama makin <strong>dalam</strong> dan bermakna.<br />

Mengharuskanku menempuh<br />

perjalanan-perjalanan dari Jakarta<br />

ke Kota Buaya itu setiap bulan<br />

bahkan setiap minggu. Rangkaian<br />

perjalanan itupun berakhir dengan<br />

langkah perjalanan berikutnya, yaitu<br />

perjalanan hidup sepasang manusia<br />

yang menyatu ke <strong>dalam</strong> ikatan<br />

pernikahan.<br />

Dua hari setelah resepsi<br />

berakhir, kamipun bersiap untuk<br />

melakukan liburan bersama. Di saat<br />

banyak orang menjalani hari Senin<br />

dengan sindrom “I Hate Monday”,<br />

kami melakukan hal yang paling<br />

menyenangkan seumur hidup,<br />

berwisata bersama pasangan yang<br />

baru dinikahi. Pulau Belitung adalah<br />

tujuan kami.<br />

Dengan semangat romantika<br />

Negeri Laskar Pelangi dan sensasi<br />

budaya Melayu yang kami cari,<br />

maka Pulau Belitung diputuskan<br />

menjadi tujuan kami mengukir<br />

kenangan. Mungkin ada banyak<br />

pilihan <strong>dalam</strong> kepala: Raja Ampat<br />

di Papua, Lombok, Bali. Namun<br />

romantika Laskar Pelangilah yang<br />

memukau dan membawa kami<br />

ke Pulau Belitung. Di sana kami<br />

mendapatkan keindahan yang tak<br />

terkira, dengan biaya tidak seberapa<br />

mahal. Kamipun berangkat berbekal<br />

dari informasi dari seorang kawan<br />

jurnalis di Pangkalpinang di Pulau<br />

Bangka, dan beberapa hasil<br />

searching di mesin pencari google.<br />

Berangkat dari Surabaya<br />

(19 September 2011/ 08.00)<br />

Bangun pagi yang<br />

menyenangkan diiringi suara kokok<br />

ayam bersahutan, setelah harihari<br />

yang melelahkan sepanjang<br />

persiapan pernikahan yang<br />

dipisahkan titik poin Jakarta,<br />

Yogyakarta, dan Surabaya.<br />

Perjalanan dengan taksi pagi itu<br />

menempuh jalanan yang padat di<br />

Hari Senin yang sibuk. Namun,<br />

tidak seperti di Jakarta yang terlalu<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

28


membuang waktu di jalanan, tetap<br />

cukup setengah jam saja dari wilayah<br />

Surabaya Selatan untuk mencapai<br />

Bandara Internasional Juanda di sebelah<br />

Timur Surabaya.<br />

Transit di Jakarta (19 September<br />

2011/ 09.30)<br />

Sekitar 1 jam 30 menit kemudian,<br />

Bandara Soekarno Hatta adalah tempat<br />

mendarat dan transit kami selama<br />

2 jam. Maskapai penerbangan ke<br />

Bandara Tanjungpandan di Belitung tidak<br />

banyak tersedia, hanya ada dua kali<br />

penerbangan <strong>dalam</strong> sehari. Kami memilih<br />

Sriwijaya Air, maskapai yang ternyata<br />

menjadi pengontrak sah Bandara<br />

Tanjungpandan milik TNI AU, untuk<br />

tujuan komersial. Perjalanan dari Jakarta<br />

ke Belitung ditempuh sekitar 1 jam lebih<br />

sedikit.<br />

Mendarat di Pulau Belitung<br />

(19 September 2011/ 12.00)<br />

Sebelum mendarat di Pelabuhan<br />

Tanjungpandan, dari atas pesawat<br />

tampak pemandangan di bawah<br />

seperti sungai yang mengular-ular<br />

di apit oleh hutan dan danau-danau<br />

dengan air berkilauan, keindahan yang<br />

membuat hati bertanya-tanya. Setelah<br />

pesawat merendah, barulah terlihat<br />

jelas bahwa “sungai-sungai” tersebut<br />

adalah jalanan aspal hot mix mulus yang<br />

sangat lengang, nyaris tanpa dilewati<br />

kendaraan. Kanan-kirinya adalah hutan<br />

bakau, sebagian lagi sudah berubah<br />

menjadi “danau”. Sayang sekali danaudanau<br />

yang indah berkilauan itu ternyata<br />

adalah bekas penambangan timah liar.<br />

Ya, sebelum dipromosikan sebagai<br />

daerah wisata, Belitung hanya memiliki<br />

daya tarik tambang timah, baik yang<br />

legal hingga yang ilegal. Barulah setelah<br />

booming Novel Laskar Pelangi karya<br />

Andrea Hirata yang dilayarlebarkan,<br />

maka pemerintah setempat baru<br />

menyadari potensi wisata di wilayah itu.<br />

Mendarat di Bandara Tanjungpandan,<br />

kami disambut betapa hangatnya<br />

pelukan sinar matahari di sana di tengah<br />

hari. Namun angin yang bertiup cukup<br />

mengurangi terik matahari. Ditambah<br />

lagi, pengalaman pertama mendarat di<br />

bandara perintis yang kecil dan amat<br />

sepi. Begitu sepinya, hingga nantinya<br />

setelah kami pulang meninggalkan pulau<br />

ini menuju Jakarta, pintunya segera<br />

ditutup. Wah, baru kali ini kami melihat<br />

ada bandara yang langsung tutup<br />

setelah kami gunakan untuk take off.<br />

Keluar dari bandara kami segera<br />

disambut Pak Edwin Ginting. Supir<br />

mobil jemputan kami sekaligus pemandu<br />

wisata berdarah Batak ini sudah tahunan<br />

menetap di pulau yang cukup terpencil<br />

ini. Sepanjang perjalanan banyak<br />

cerita bisa didapat darinya, tentang<br />

masyarakat Belitung yang hampir<br />

semuanya adalah pendatang dan hidup<br />

dari pertambangan, berdagang, dan<br />

pariwisata. Ia juga bercerita tentang<br />

tingkat keamanan yang sangat tinggi,<br />

karena terbatasnya transportasi keluar<br />

pulau sehingga sulit untuk melarikan<br />

diri. Maka tak heran banyak kendaraan<br />

diparkir “sembarangan” dengan<br />

kunci kontak tergantung ditinggalkan<br />

pemiliknya.<br />

Perjalanan darat kami sempat<br />

terhenti karena Suzuki APV kami<br />

harus mampir ke bengkel mobil untuk<br />

mengganti spare part yang baru datang<br />

setelah stoknya lama tidak datang dari<br />

Pulau Jawa. Perhentian ini kami nikmati<br />

rasanya berbaur dengan penduduk<br />

lokal, sambil mendengarkan cerita<br />

tentang bahan makanan seperti beras<br />

yang didatangkan dari Cianjur, sayurmayur<br />

yang didatangkan dari wilayah<br />

Jawa Barat lainnya, semen dan lainlain<br />

yang semuanya harus “diimpor”<br />

dari Pulau Jawa, dan harus menunggu<br />

kapal pengangkut yang datang hanya<br />

satu kali setiap minggunya. Jadi, semen<br />

dan bahan bangunan adalah barang<br />

yang mahal. Akibatnya hampir semua<br />

bangunan rumah masih berbentuk<br />

tradisional rumah pantai dari kayu. Tapi<br />

jangan kaget kalau di halamannya parkir<br />

dua atau 3 buah mobil keluaran mutakhir<br />

seperti Nissan Grand Livina dan Honda<br />

New Jazz RS, semuanya didapat dari<br />

hasil bertambang timah.<br />

Kami berputar-putar mulai dari<br />

Tanjungpandan, ibukota Kabupaten<br />

Belitung, Pantai Tanjung pendam di<br />

pusat kota Tanjungpandan, hingga<br />

ke Kabupaten Belitung Timur dengan<br />

Manggar sebagai ibu kotanya. Di<br />

Belitung Timur ini kami sempatkan<br />

mampir di wilayah Gantung, yaitu di SD<br />

Muhammadiyah tempat kisah Laskar<br />

Pelangi itu bermula. Selain terdapat<br />

gedung SD tersebut, Belitung Timur juga<br />

terkenal dengan Wisata 1.000 Kopi-nya,<br />

tempat yang menyenangkan bila Anda<br />

adalah penggemar kopi. Setelah cukup<br />

puas, kami segera check in di sebuah<br />

penginapan yang telah kami pesan via<br />

telepon beberapa hari sebelumnya.<br />

Menginap di Pantai<br />

Kami menginap di Bukit Berahu<br />

Resort, sebuah penginapan berbentuk<br />

cottage, tampilan rumah-rumah<br />

panggung gaya Belitung terbuat dari<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

29


pelangi<br />

kayu. Lokasinya di Desa Tanjung Binga,<br />

berdekatan dengan Kampung Nelayan<br />

Tanjung Binga, sekitar 18 km dari<br />

Pusat Kota Tanjungpandan. Kurang<br />

dari 300 ribu semalam, Anda sudah<br />

mendapatkan motel dengan kulkas,<br />

TV, AC, dan water heater, plus lokasi<br />

yang sangat-sangat menyenangkan:<br />

berada tepat di pantai! Sehingga Anda<br />

bisa tiduran di pantai dengan pasir<br />

putih setiap sore menjelang matahari<br />

terbenam sambil menyaksikan perahu<br />

nelayan yang seolah-olah berada di<br />

lokasi terbenamnya matahari. Tidak<br />

perlu pergi jauh keluar berkendaraan.<br />

Anda juga mendapatkan makanan enak<br />

bercita rasa seafood dengan harga yang<br />

terjangkau, Yah walaupun room service<br />

tidak selengkap di hotel berbintang,<br />

namun dengan rate setingkat itu<br />

Anda sudah mendapatkan semuanya.<br />

Alam yang indah, dan makanan yang<br />

enak. Juga sepeda motor yang bisa<br />

Anda sewa dari karyawan hotel. Ada<br />

hotel yang mahal dan berbintang,<br />

namun dari pantai agak jauh. Tidak<br />

sesuai dengan tujuan kami yang ingin<br />

menikmati alam, bukan ingin diam di<br />

<strong>dalam</strong> hotel berbintang seperti di Kota<br />

Besar.<br />

Menjelajahi Belitung<br />

Hari Pertama saat kami datang,<br />

kami menggunakan jasa mobil sewaan<br />

untuk jemput di bandara dan berkeliling.<br />

Namun mulai hari ke tiga,selesai<br />

makan di lobby hotel kami pun mulai<br />

menyelidiki kemungkinan untuk<br />

menyewa sepeda motor. Akhirnya pun<br />

kami bisa membawa sebuah motor<br />

matic keluaran terbaru milik karyawan<br />

hotel, yang bisa kami sewa dengan<br />

harga Rp. 75 ribu sehari, jauh lebih<br />

murah dibanding menyewa mobil Rp.<br />

300 ribu sehari, belum termasuk BBM<br />

Rp. 100 rb hingga 150 rb untuk mobil<br />

Suzuki APV. Apalagi dengan membawa<br />

motor sendiri, petualangan kami tentu<br />

akan sangat bebas, tidak bergantung<br />

pada rute sang supir.<br />

Petualangan baru pun dimulai.<br />

Keberangkatan kami agak tertunda<br />

beberapa menit karena pemilik motor<br />

tidak menyediakan helm karena warga<br />

Belitung tidak terlalu terbiasa memakai<br />

helm. Sedangkan kami ingin memakai<br />

helm seperti kebiasaan kami di Pulau<br />

Jawa, selain demi keamanan, juga<br />

untuk menangkal panas matahari.<br />

Selain itu, kami takut juga kena tilang<br />

di pulau asing ini. Setelah urusan itu<br />

beres, maka berangkatlah kami. Keluar<br />

dari halaman resort, keramahan warga<br />

lokal sudah menyambut. Apalagi ketika<br />

kami mengisi bensin di sebuah kios<br />

eceran sambil bertanya arah jalan, kami<br />

merasakan betul aura keramahan warga<br />

Belitung. Beberapa kali kami harus<br />

bertanya kepada warga sekitar, karena<br />

kami sering tersesat. Namun lama-lama<br />

kami menyadari, di pulau kecil ini bila<br />

kami sedikit tersesat,nanti akan bertemu<br />

juga dengan arah semula karena bidang<br />

jalan yang hanya itu-itu saja. Apalagi<br />

keramahan warga Belitung membuat<br />

kami merasa aman dan serasa di<br />

kampung halaman sendiri. Keramahan<br />

warga Belitung ini benar-benar terbukti,<br />

tidak hanya kami lihat di kios bensin<br />

eceran saja. Ketika kami ingin mencoba<br />

Mie Bangka, petugas parkir menyapa<br />

dan bertanya apakah kami ada<br />

makanan yang diharamkan atau tidak?<br />

Maka ia pun menunjukkan Mie yang<br />

halal untuk warga muslim (kebetulan di<br />

tempat itu ada 2 tempat Mie dengan<br />

segmen yang berbeda). Memang,<br />

warga Belitung terdiri dari warga Melayu<br />

dan warga keturunan Tionghoa yang<br />

sebanding jumlahnya.<br />

Petualangan sepeda motor ini<br />

memberikan beberapa pengalaman.<br />

Selain merasakan langsung atmosfer<br />

dan kehidupan sosial sehari-hari warga<br />

Belitung, kami juga mendapatkan<br />

pengalaman unik. Seperti misalnya,<br />

ketika kami membutuhkan obatobatan,<br />

maka untuk membelinya harus<br />

menunggu esok hari, bersepeda motor<br />

selama 1 jam atau sejauh sekitar 60 km<br />

ke Pusat kota Tanjungpandan. Lalu, bila<br />

pulangnya terlalu sore, kami was-was<br />

juga bila matahari tenggelam tidak ada<br />

lampu penerangan jalan di sepanjang<br />

jalan Trans Tanjungpandan ke Desa<br />

Tanjungbinga, dan hanya mengandalkan<br />

lampu sepeda motor. Sejauh lebih dari<br />

35 km kanan-kiri tidak ada pemukiman,<br />

kecuali di titik-titik dimana kampung<br />

berada.<br />

Pengalaman yang kedua, ketika<br />

kami ingin ke pulau-pulau kecil di<br />

sekitar Belitung seperti Pulau Lengkuas,<br />

Pulau Burung, Pulau Batu Berlayar,<br />

maka kami cukup bersepeda motor ke<br />

Pantai Tanjung Kelayang. Perjalanan<br />

dilanjutkan dengan menyewa kapal.<br />

Apabila kami menyewa mobil ratusan<br />

ribu lalu hanya parkir, rugi bukan?<br />

Dana bisa dialihkan untuk membayar<br />

kapal dan makan siang awak kapal.(irfan<br />

kurniawan)<br />

<strong>PGN</strong> Inside<br />

30


Pertumbuhan untuk<br />

Masa depan yang lebih baik<br />

<strong>PGN</strong> senantiasa mencapai kinerja pertumbuhan terbaik bagi<br />

kepentingan Bangsa dengan selalu memenuhi komitmen kami<br />

kepada stakeholder, masyarakat dan lingkungan<br />

<strong>PGN</strong> adalah perusahaan yang bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas<br />

bumi, yang menghubungkan pasokan gas bumi Indonesia dengan konsumen<br />

beberapa daerah Nusantara.<br />

Seiring meningkatnya kebutuhan energi yang bersih dan terjangkau, <strong>PGN</strong> akan<br />

terus menggunakan keahlian dan pengalamannya untuk mendapatkan sumber<br />

energi baru melalui pemanfaatan berbagai moda transportasi demi memenuhi<br />

kebutuhan jangka panjang konsumen.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!