Prosiding Workshop Nasional Jakarta 24 Juli 2007 - ITTO
Prosiding Workshop Nasional Jakarta 24 Juli 2007 - ITTO
Prosiding Workshop Nasional Jakarta 24 Juli 2007 - ITTO
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
POPULASI RAMIN CAN PENYEBARANNYA<br />
Di Indonesia populasi ramin terbatas pada hutan gambut di Sumatera dan<br />
Kalimantan, baik di kawasan hutan produksi maupun kawasan konservasi. Di Sumatera,<br />
penyebaran alamnya dijumpai di Provinsi Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Sedangkan di<br />
Kalimantan, penyebaran alamnya dijumpai di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan<br />
sedikit di Kalimantan Selatan. Perkiraan luas hutan gambut yang ditumbuhi ramin sekitar<br />
12.526.000 ha tersebar di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan<br />
Tengah. Saat ini hutan gambut sudah berkurang menjadi 6.716.000 ha dengan perkiraan<br />
total growing stock sekitar 14.757.221 m 3 . (<strong>ITTO</strong> Pre-Project PPD 87103 Rev. 2 [F): Ramin,<br />
Population, Distribution, Conservation and Plantation Barrier).<br />
Sejak terbitnya larangan eksploitasi ramin pada bulan April 2001, berarti hingga saat<br />
ini sudah berjalan lebih dari 6 tahun. Selama periode tersebut hanya PT. Diamond Raya<br />
Timber yang mendapat ijin untuk memanen ramin setelah memperoleh sertifikat sustainable<br />
forest management. Dengan ijin produksi ramin tahun <strong>2007</strong> untuk PT. Diamond Raya Timber<br />
sebanyak ± 5.900 m 3 , berarti hanya 0,04% dari total growing stock yang diijinkan untuk<br />
dipanen. Angka ini dibawah kuota produksi ramin di Malaysia yang mencapai ± 30.000 m 3<br />
pertahun.<br />
Dengan total growing stock mencapai 14,7 juta m 3 dan dijumpai tidak hanya di Riau<br />
tetapi juga di 5 provinsi yang lain, maka timbul beberapa pertanyaan antara lain:<br />
• Bagaimana dengan kayu ramin yang berasal dari ijin pembukaan lahan di kawasan<br />
budidaya non kehutanan? Menurut <strong>ITTO</strong> Pre-Project PPD 87103 Rev. 2 (2006), bahwa<br />
salah satu penyebab menurunnya growing stock ramin adalah konservasi hutan dengan<br />
tujuan non kehutanan. Hal ini tidak dapat dihindari karena menurut peraturan<br />
perundangan yang berlaku kegiatan konservasi masih diijinkan. Persoalannya adalah<br />
dengan menutup pemanfaatan/perdagangan ramin dari hasil ijin pemanfaatan kayu<br />
(IPK), maka dapat mendorong perdagangan kayu ramin secara ilegal atau membiarkan<br />
kayu ini terlantar/membusuk di lapangan. Kedua kondisi ini merugikan kita bersama<br />
antara lain: tidak adanya pemasukan penerimaan negara, data statistik yang kurang<br />
akurat, dan mendorong praktek KKN antara pelaku usa ha dengan oknum petugas.<br />
• Bagaimana dengan kayu ramin yang berada dalam areal IUPHHK? Hingga kini belum<br />
ada data mengenai potensi ramin pada pemegang IUPHHK. Informasi yang tersedia<br />
umumya bersifat kualitatif bahwa di areal IUPHHK terdapat sedikit atau mungkin tidak<br />
dijumpai lagi tegakan ramin yang baik. Untuk memperoleh data potensi ramin yang<br />
akurat, maka dapat digunakan pintu masuk melalui Inventarisasi Hutan Menyeluruh<br />
Berjangka. Kebijakan ini sudah mulai disosialisasikan Pemerintah kepada para pelaku<br />
usaha.<br />
POS TARIF<br />
Sejak 1 Januari 2001 ketentuan Pos Tarif berpedoman pada Buku Tarif Beacukai<br />
Masuk Indonesia <strong>2007</strong>. Khusus pos tarif 4407: "Kayu digergaji atau dibelah memanjang,<br />
diiris atau dikuliti, diketam, diampelas atau end-jointed maupun· tidak, dengan<br />
ketebalan melebihi 6 mm", uraiannya mencakup jenis kayu salah satu diantaranya adalah<br />
ramin. Namun Pos Tarif lain tidak secara spesifik menunjukkan jenis kayu. Beberapa Nomor<br />
Pos Tarif produk woodworking (biasa digunakan untuk produk kayu olahan Ramin) dapat<br />
dilihat di bawah ini.<br />
PROSIDING WORKSHOP NASIONAL - 27