23.11.2014 Views

Prosiding Workshop Nasional Jakarta 24 Juli 2007 - ITTO

Prosiding Workshop Nasional Jakarta 24 Juli 2007 - ITTO

Prosiding Workshop Nasional Jakarta 24 Juli 2007 - ITTO

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Dalam operasional di lapangan, sistem pemanenan hutan yang<br />

diterapkan DRT adalah sistem pemanenan semi mekanis.<br />

Kegiatan penebangan menggunakan chainsaw, penyaradan dari<br />

lokasi bontos pohon ke Tempat Penimbunan Sementara (TPn)<br />

menggunakan ongkak (kuda-kuda) yang ditarik secara manual<br />

dengan tenaga manusia, pengangkutan dari TPn ke logpond<br />

menggunakan lori lokomotif melalui jalan rei rawa, dan<br />

pengangkutan dari logpond ke industri menggunakan ponton<br />

melalui sungai dan lautan. Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan<br />

pemanenan yang diterapkan DRT saat ini ternyata tidak<br />

menimbulkan kerusakan yang berarti pada tegakan tinggal<br />

(Management Plan DRT, 2006).<br />

Gambar 1.<br />

Penyaradan manual di<br />

B. Penentuan Jatah Tebang dan Realisasi Produksi Ramin ORT<br />

Sebagai tindak lanjut Keputusan Menhut No. 168/KptsVII/2001 Tentang Pengaturan<br />

Tataniaga Ramin, dan mengingat ramin sudah masuk dalam Apendix 11 CITES, maka dalam<br />

penentuan Jatah Tebang Tahunan Ramin DRT harus dilakukan melalui kajian khusus oleh<br />

Tim Terpadu Ramin yang dibentuk oleh Management Authority (Dephut) dan Scientific<br />

Auhority (LIP I).<br />

Menurut Tim Terpadu Ramin 2006, ruang lingkup penelaahan Tim Terpadu Ramin<br />

meliputi dokumen-dokumen penebangan ramin dan pengkajian lapangan tentang potensi<br />

tegakan ramin di areal DRT pada virgin forest dan potensi ramin pad a areal bekas tebangan.<br />

Kajian meliputi aspek-aspek potensi, konservasi, produksi, pembinaan hutan bekas<br />

tebangan, permudaan alami dan upaya permudaan buatan oleh DRT.<br />

Menurut data potensi awal hasil survei lapangan yang dilakukan oleh Direktorat Bina<br />

Program Kehutanan (1983), diketahui bahwa potensi dan penyebaran ramin di Indonesia<br />

dapat dilihat pada Tabel 1.<br />

Tabel 1. Potensi Awal Ramin per Propinsi di Indonesia<br />

No.<br />

Provinsi<br />

Luas areal berhutan Potensi awal (x 1000 m 3 )<br />

(ha) Oiam =::35 cm Oiam =::50 cm<br />

1. Kalimantan Tengah 5.491.250 76.106,6 50.390,3<br />

2. Kalimantan Barat 3.731.100 38.564,5 27.707,0<br />

3. Riau 2.222.000 9.228,6 6.191,7<br />

4. Sumatera Selatan 684.750 3.221,0 2.266,0<br />

5. Sulawesi Tengah 486.500 842,0 672,6<br />

6. Jambi 397.500 2.127,5 1.293,1<br />

7. Maluku 166.800 1,7 0<br />

8. Kalimantan Selatan 154.000 630,5 ~55,1<br />

Jumlah 13.333.100 130.722,4 88.876,7<br />

Sumber: Direktorat Bina Produksi Kehutanan (1983).<br />

PROSIDING WORKSHOP NASIONAL - 37

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!