blakasuta 05.pdf - Fahmina Institute
blakasuta 05.pdf - Fahmina Institute
blakasuta 05.pdf - Fahmina Institute
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Kondisi itu, dipicu pula karena<br />
ulamanya sendiri tidak pernah<br />
dididik atau dilibatkan dalam soal<br />
tersebut (seperti Kegiatan Dawroh Fiqh<br />
Perempuan, red). Nah itu semuanya<br />
termasuk tindak kekerasan terhadap<br />
perempuan dalam bidang kesehatan.<br />
Ada pengetahuan dan teknologi baru<br />
tapi tidak dipakai untuk memperbaiki<br />
kondisi perempuan. Padahal dalam<br />
satu jam di Indonesia lebih dari satu<br />
perempuan mati akibat aborsi sendiri.<br />
Jadi, menurut anda berarti akses<br />
perempuan di Indonesia terhadap<br />
kesehatannya sangat rendah?<br />
Ya, bahkan tidak ada kepedulian,<br />
apalagi memikirkan akses informasi,<br />
sebab enggak ada informasi, enggak<br />
ada akses. Akses apa? Buktinya mati<br />
segitu banyak kan tidak ada yang<br />
peduli menolong. Padahal kondisi<br />
begitu sudah berlangsung hampir<br />
tiga puluh tahun. Apa pernah ada<br />
seruan nasional? seperti semua pihak<br />
dibuat kelabakan ketika kasus SARS<br />
merebak? kan tidak? Lalu, kalau<br />
misalnya aborsi nggak<br />
diperbolehkan, apa ada pendidikan<br />
seks yang memadai sehingga terjamin<br />
tidak akan ada kehamilan yang tidak<br />
diinginkan. Kan tidak ada juga ?...<br />
Atau mungkin terkait penerapan<br />
metodologinya yang keliru?<br />
Ah, metodologi apa? Saya fikir<br />
peduli saja dulu sudah cukup. Kalau<br />
memang peduli siapapun bisa belajar<br />
dari orang lain, nggak usah pergi ke<br />
mana-mana di rumah juga bisa, asal<br />
mau karena sebetulnya materinya itu<br />
gampang. Kalau kepedulian itu<br />
sudah timbul dari diri sendiri, maka<br />
orang akan mencari cara atau metodemetode<br />
sendiri...<br />
Bagaimana dengan perempuan di<br />
pedesaan yang aksesnya betul-betul<br />
rendah?<br />
Ya, itu persoalannya kan negara ini<br />
tidak pernah mengajarkan warganya<br />
itu peduli terhadap dirinya sendiri.<br />
Berbeda dengan negara-negara lain,<br />
persoalan kesehatan perempuan<br />
termasuk pendidikan seksual telah<br />
diajarkan di sekolah sejak SLTA.<br />
Sedangkan di Indonesia tidak ada.<br />
Bagaimana kita mau menjelaskan<br />
tentang HIV/AIDS kalau tidak<br />
pernah ada pendidikan seks<br />
sebelumnya. Berbicara cara<br />
penularan HIV/AIDS kan berarti juga<br />
harus berbicara secara terbuka<br />
tentang seks?<br />
Sementara lembaga-lembaga<br />
formal seperti Menteri Negara<br />
Pemberdayaan Perempuan tidak<br />
pernah jelas melakukan<br />
pemberdayan di bidang atau bagian<br />
apa? Departemen Kesehatan sendiri<br />
sepertinya tidak bisa berbuat banyak,<br />
buktinya banyak perempuan dalam<br />
kondisi tak sehat, bahkan satu orang<br />
mati dalam setiap jamnya. Selain itu,<br />
aborsi tidak aman terjadi dimanamana,<br />
kalau misalkan tersedia akses<br />
cukup tentang kontratsepsi oleh<br />
BKKBN mestinya kasus ini tidak<br />
terjadi. Jadi ini menggambarkan<br />
memang departemen-departemen<br />
tersebut tidak peduli dan tidak<br />
bertanggungjawab mengurus<br />
perempuan.<br />
Sejauhmana anda melihat<br />
keberpihakan negara sendiri<br />
terhadap kondisi kesehatan<br />
perempuan kita ?<br />
Negara kita memang enggak<br />
peduli, mereka itu tidak sadar bahwa<br />
telah melakukan kekejian dan<br />
kekerasan terhadap perempuan<br />
dengan cara tidak peduli terhadap<br />
program-program peningkatan<br />
kesehatan perempuan. Apakah<br />
kondisi demikian akan terus<br />
dibiarkan? Padahal dewasa ini segala<br />
sesuatunya (IPTEK, red) memungkinkan<br />
berperan banyak? Sementara<br />
itu negara lain sudah berubah; Angka<br />
kematian perempuan kita itu 10 kali<br />
lipat dari Iran. Nah, kita tahu Iran itu<br />
negara Islam tapi di sana aborsi<br />
diperbolehkan, emergensi<br />
kontrasepsi tidak dilarang, konseling<br />
juga ada, di sini kan gak? Dengan<br />
begitu kita sudah bisa memperoleh<br />
gambaran sendiri betapa parahnya<br />
kita. Padahal, banyak negara-negara<br />
Islam lain konsisten menyelamatkan<br />
perempuannya. Hal itu terukur dari<br />
tingkat HDI-nya tinggi dan<br />
rendahnya tingkat kematian<br />
perempuan di negaranya.<br />
Apakah itu juga menunjukkan posisi<br />
perempuan Indonesia memang betulbetul<br />
secara status sosial masih<br />
sangat rendah ?<br />
Banyak ukurannya, tapi saya<br />
membatasi dalam soal kesehatan saja.<br />
Saya takutnya mereka enggak<br />
berpikir dampak buruk dari<br />
tingginya perempuan mati atau tidak<br />
sehat, misalkan terhadap pola<br />
pengasuhan anak atau terhadap<br />
rendahnya kualitas SDM kita yang<br />
saat ini rata-rata rendah. Saya juga<br />
sedih, selama ini yang dipakai<br />
ternyata ayat-ayat Qur'an yang tidak<br />
berpihak kepada perempuan.<br />
Sementara aturan-aturan di negara<br />
kitapun, interpretasi-interpretasinya<br />
masih merendahkan perempuan. Kita<br />
enggak tahu bagaimana<br />
merubahnya? Jadi, percuma kalau<br />
kita hanya menuntut terus, karena<br />
selama ini realitasnya tidak pernah<br />
ada perubahan. Kita nggak usah<br />
berharap terus, mungkin lebih baik<br />
membangun apa yang disebut Civil<br />
Society Movement yang mengharuskan<br />
kita terus bergerak...<br />
Bagamana dengan sistem civil<br />
society movement terkait isu<br />
kesehatan agar perempuan betulbetul<br />
perduli terhadap dirinya?<br />
caranya?<br />
Jadi, civil society itu termasuk juga<br />
mendorong banyak LSM perempuan<br />
untuk berfikir dan bergerak dalam<br />
bidang kesehatan perempuan. Nah,<br />
Kita masukkan materi-materi<br />
kesehatan perempuan dalam setiap<br />
program-program mereka, misalnya<br />
lewat Fear Education Program atau<br />
melatih orang-orang potensial dan<br />
memiliki kemauan yang timbul dari<br />
hati. Dan seharusnya setiap orang<br />
menyebarkan pengetahuan atau<br />
informasi kepada sesamanya. Selain<br />
itu, sebagai perempuan harus aktif<br />
menggali informasi dan pengetahuan<br />
sendiri terkait peningkatan<br />
kesehatannya serta betul-betul harus<br />
merasa perlu.****<br />
22