PENGARUH KONSENTRASI NaOH DARI ASAM ALGINAT ...

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2007) 33: 295 – 306 ISSN 0125–9830 

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM HIDROKSIDA TERHADAP 

VISKOSITAS NATRIUM ALGINAT YANG DIEKSTRAK 

DARI Sargassum duplicatum J.G. AGARDH (PHAEOPHYTA) 

oleh 

KRESNO YULIANTO 

UPT Loka Pengembangan Kompetensi SDM Oseanografi Pulau Pari, LIPI 

Received 22 June 2007, Accepted 10 September 2007 

ABSTRAK 

Alginat merupakan polimer organik keluarga polisakarida yang tersusun oleh dua 

unit monomer β-D asam guluronat (G) dan α-L asam mannuronat (M) atau selang seling 

keduanya (GGMM). Pemanfaatnya dalam industri makanan, farmasi/obat-obatan, tekstil dan 

kosmetik sebagai ”thickening, stabilizing dan emulsifying agent” Sumber alginat yang 

potensial terdapat pada algae laut coklat (Phaeophyta) sebagian besar terdapat di daerah 

subtropis. Di Indonesia algae coklat jenis Sargassum duplicatum tumbuh melimpah. Tujuan 

penelitian adalah untuk memperoleh viskositas alginat yang optimal dari ekstraksi 

Sargassum duplicatum. Proses ekstraksinya menggunakan konsentrasi natrium hidroksida 

(NaOH) yang berbeda pada saat konversi dari asam alginat ke natrium alginat, yaitu 

menggunakan larutan NaOH konsentrasi 2 %, 5 % dan 10 %. Hasilnya menunjukkan ada 

pengaruh nyata dengan penambahan NaOH terhadap viskositas ( p0,05). Nilai viskositasnya yang dihasilkan masingmasing 

perlakuan sebesar 13.558,67 cP’s, 5.262,66 cP’s dan 3.736,05 cP’s. Sedangkan nilai 

rendemennya sebesar 8,66 %, 9,16 % dan 8,83 %. 

Kata kunci : konsentrasi natrium hidroksida, konversi, Sargassum duplicatum 

viskositas, natrium alginat. 

ABSTRACT 

EFFECT OF SODIUM HYDROXYDE CONCENTRATION ON VISCOSITY OF 

SODIUM ALGINATE EXTRACTED FROM Sargassum duplicatum J.G. AGARD 

(PHAEOPHYTA). Alginic acid is polymer organic consisting of two monomeric unit, β - D 

guluronat (G) and α - L mannuronat acid and alternaring both. This material is used in the 

industries such as food, medical/pharmaceutical, textile and cosmetic industries as 

stabilizing, thickening and emulsifying agent. The potential source of alginate is generally 

from brown algae (Phaeophyceae) which grows in the subtropics region. Sargassum 

duplicatum grows in the Indonesian waters abundantly. The purpose of the study was to 

find out the optimum viscosity of the alginate extracted from brown algae, Sargassum 

duplicatum. The raw material of Sargassum duplicatum was collected from Pameungpeuk 

coastal waters, West Java. Treatment of NaOH with the concentration of 2 %, 5 % and 

10 % were applied in the conversion process from alginic acid to sodium alginate. The 

results revealed that treatment had significant effect on the viscosity of extracted alginate 

(p0.05). The viscosity values resulted from the 

treatment of NaOH with concentratioan of 2 %, 5 % and 10 % were 13,558.67 cP’s, 5,262.66 

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (2), 2007 

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id


cP’s and 3,736.05 cP’s, respectively and the yield values were 8.66 %, 9.16 % and 8.83 % 

respectively. 

Keywords : sodium hydroxyde concentration, conversion, Sargassum duplicatum 

viscosity, sodium alginate. 

PENDAHULUAN 

Alginat merupakan polimer organik keluarga polisakarida yang 

tersusun oleh dua unit monomer β-D asam guluronat (G) dan α-L asam 

mannuronat (M) atau selang seling keduanya (GGMM) seperti terlihat pada 

gambar 1 (TRUUS et al. 2001; SOARES et al. 2004). Alginat pertama kali 

ditemukan oleh seorang ahli kimia Inggris E.C.C. STANFORD dari hasil 

ekstraksi rumput laut coklat (Phaeophyta) berupa asam alginat. Kemudian 

dipatenkan pada tahun 1881 (STANFORD dalam DRAGET et al. 2006; ALI 

2001; McHUGH 1987). 

Senyawa alginat terdapat dalam dinding sel rumput laut coklat yang 

berupa kristal-kristal yang tersusun secara paralel pada benang-benang halus 

selulose dan dalam cairan sel (TRUUS et al. 2001). Alginat dalam rumput 

laut coklat umumnya bersenyawa dengan garam natrium, kalium, kalsium 

dan magnesium dan bersifat tidak larut dalam air (ALI 2001; HIGUERA et 

al. 2002; McHUGH 1987). Teknik ekstraksi alginat dilakukan dalam 

berbagai cara, ALI (2001) menyebutkan ada 20 cara untuk mengekstraksi 

alginat dari algae coklat. Dalam pengolahan alginat dapat dibuat berbagai 

produk misalnya asam alginat, natrium alginat, kalsium alginat, kalium 

alginat, amonium alginat dan propilen glikol alginat. Natrium alginat 

terutama dimanfaatkan dalam industri makanan, farmasi dan obat-obatan 

yang berfungsi sebagai ”thickening, stabilizing dan emulsifying agent” 

(McHUGH 1987; CHAPMAN & CHAPMAN 1980). Kebutuhan alginat bagi 

industri di Indonesia dari tahun 1990 – 1998 rata-rata 2000 ton setiap tahun 

dan seluruhnya berasal dari impor. Penggunaan terbesar adalah industri 

tekstil (50 %), sedangkan untuk makanan hanya 3 % (MURTINI et al . 

2000). Produsen alginat di dunia bergabung dalam satu wadah/asosiasi yang 

dinamakan ”Marinalg hydrocolloid”, anggotanya terdiri dari Danisco Cultor 

(Denmark), China Seaweed Industrial association, Degussa Texturant 

systems (Jerman), FMC BioPolymeer (USA), ISP alginates Ltd. (UK) dan 

Kimitsu Chemical Industries Co., Ltd. (Jepang). Tinggi rendahnya harga 

alginat tergantung pada tingkat kemurniannya. Harga alginat yang rendah 

kemurniannya (bercampur dengan tepung algae jenis lain) sebesar 1 USD per 

kilogram, kemurnian yang biasa (ordinary) 10 USD per kilogram dan yang 

sangat murni (ultra-pure) biasanya digunakan untuk keperluan immobilisasi 

sel seharga 5 USD per gram (DRAGET et al. 2006). Komponen lain yang 

296 Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (2), 2007 


PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM HIDROKSIDA 

Gambar 1. Struktur molekuler asam alginat (A. M = Segmen Mannuronat; B. G = 

Segmen Guluronat; dan C. GGMM = Segmen Guluronat dan 

Mannuronat). 

Figure 1. Structure molecule of alginic acid (A. M = Manurronic segment; B. G. = 

Gulurronic segment and C. GGMM = Guluronic and Manurronic 

segment). 

mempengaruhi harga adalah viskositasnya. Semakin tinggi viskositas 

semakin mahal harganya (SIGMA 2004). Viskositas dipengaruhi oleh derajat 

keasaman (pH), pada pH 5 – 10 viskositasnya stabil, tetapi pH dibawah 4,5 

dan di atas 11 viskositasnya akan mudah terdegradasi (labil). 

Sumber alginat yang potensial terdapat pada algae laut coklat 

(Phaeophyta) dan sebagian besar dijumpai di daerah subtropis. Algae tersebut 

adalah marga Ascophyllum, Macrocystis, Laminaria, Durvillaea, Ecklonia, 

Laessonia, Sargassum dan Turbinaria. Di Filipina Sargassum dan 

Turbinaria diekspor ke Jepang untuk makanan ternak dan pupuk. Di 

Indonesia algae coklat Sargassum, Turbinaria tumbuh melimpah, sedangkan 

marga Hormophysa dijumpai relatif sedikit. Algae coklat jenis Sargassum 

duplicatum C. J. Agardh tumbuh berlimpah pada rataan terumbu di pantai 

Pameungpeuk, Garut yang berhadapan dengan Samudera Hindia. Habitatnya, 

di areal yang berombak kuat di sekitar tubir dengan lebar sekitar 20 – 

50 meter, memanjang sejajar tubir. Kepadatan biomassanya 1.352,25 

gram/m 2 basah berasosiasi dengan 9 jenis algae lainnya (YULIANTO 2005). 

Penelitian ekstraksi alginat tersebut bertujuan untuk memperoleh 

viskositas alginat yang optimal dari bahan baku algae coklat jenis 

Sargassum duplicatum asal Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Hasil 


297 



penelitian tersebut diharapkan dapat menjadi acuan untuk ekstraksi alginat 

pada masa yang akan datang. 

BAHAN DAN METODE 

Penelitian dilakukan di Laboratorium Alginat, Pusat Penelitian 

Oseanografi-LIPI Jakarta pada Oktober 2004. Proses ekstraksi menggunakan 

metode yang diterapkan oleh CHOU & CHIANG (1976) dan McHUGH 

(1987) yang dimodifikasi oleh YULIANTO (2003) pada Gambar 2. Bahan 

baku Sargassum duplicatum diambil dari Pameungpeuk, Garut – Jawa Barat, 

kemudian dicuci dengan air tawar dan dikeringkan pada terik matahari 

sampai kering (± 3 hari). Bahan ditreatmen dengan asam, kemudian diekstrak 

dalam larutan Na 2 CO 3 selama 24 jam, selanjutnya diperas, residu direndam 

lagi dengan Na 2 CO 3 yang baru selama 4 jam. Untuk ketiga kalinya dengan 

cara yang sama residu direndam selama 1 jam. Filtrat dari hasil perasan 

ditambahkan HCl sambil diaduk secara perlahan terbentuk asam alginat yang 

berupa busa yang kental dan terapung ke permukaan. Busa diambil dengan 

sendok melamin dan ditempatkan pada wadah saringan. Untuk mengurangi 

sifat asamnya dicuci dengan air mengalir. Selanjutnya direndam dalam 

larutan natrium hidroksida (NaOH) pada konsentrasi 2 %, 5 % dan 10 % 

selama 24 jam. Tahap berikut adalah pemurnian dengan menggunakan etanol, 

hasil natrium alginatnya berupa serat berwarna coklat muda, kemudian 

dikeringkan dalam oven (60 o C), setelah kering diblender menjadi tepung. 

Penelitian tersebut dibuat tiga ulangan, analisa data menggunakan 

Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang jumlah ulangannya sama 

(GASPERSZ 1991). Prosentase rendemen dihitung dari berat natrium alginat 

hasil ekstraksi dibagi dengan berat rumput laut kering sebelum ekstraksi 

dikalikan 100. Sedangkan viskositas diukur dengan menggunakan alat 

viskometer Brookfield tipe LV pada suhu 25 o C dengan kekentalan larutan 

2 % ( w /v) 

Untuk mengetahui isomer gugus fungsi alginat menggunakan alat 

Fourier transform infrared spectrocapy (FTIR) spectrofotometer Shimadzu 

200-91527 yang dilakukan di Pusat Penelitian Fisika-LIPI Bandung. 




Dried Algae 

 

Pretreatment 

 

Na 2 CO 3 

 

HCl or H 2 SO 4 

 

Alginic acid 

 

Convertion with NaOH (2, 5, 10 %) Consentrations treatment 

 

Etanol 

 

Sodium alginate (C 6 H 7 O 6 Na) n 

Gambar 2. Proses ekstraksi alginat menurut CHOU & CHIANG (1976); McHUGH 

(1987) yang dimodifikasi oleh YULIANTO (2003). 

Figure 2. Method of alginate extraction by YULIANTO (2003) modified from 

CHOU & CHIANG (1976); McHUGH (1987). 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

Viskositas (centipouse/cP’s) dan Rendemen (Yield) 

Nilai viskositas yang diperoleh dari proses ekstraksi disajikan pada 

Tabel 1. Berdasarkan tabel tersebut penambahan larutan NaOH pada 

beberapa konsentrasi menghasilkan nilai viskositas yang berbeda nyata satu 

dengan lainnya (p


Tabel 1. Nilai viskositas dan rendemen natrium alginat yang diekstraksi dari 

Sargassum duplicatum. 

Table 1. Value of viscosity and yield of natrium alginate extracted from 

Sargassum duplicatum. 

NaOH concentration Viscosity (cP’s) 2% ( W / V ) Yield (%) 

2 % 13.558,67 ± 0,11 8,66 ± 0,34 

5 % 5.262,66 ± 0,19 9,16 ± 0,36 

10 % 3.736,05 ± 0,37 8,83 ± 0,40 

alginic acid 

Gambar 3. Konversi dari asam alginat menjadi natrium alginat. 

Figure 3. Convertion of alginic acid to sodium alginate. 

terjadi pada ikatan C-O-C yang disebabkan oleh tekanan fisik dan kimia 

selama proses ekstraksi. Akibatnya ion oksigen terlepas dan digantikan oleh 

ion Na menjadi C1-Na atau C4-Na. Padahal ion Na bervalensi satu, sehingga 

tidak dapat mengikat C1 atau C4 pada isomer berikutnya, dampaknya 

polimer terputus menjadi rangkaian yang pendek-pendek/depolimersasi 

(Gambar 3 dan 4). Depolimerisasi menyebabkan berat molekul dan 

viskositasnya menjadi rendah. Hasil penelitian ini walaupun mengalami 

penambahan konsentrasi NaOH hasilnya masih dalam tingkatan sedang 

sampai tinggi menurut standar SIGMA (2004), Sigma membagi nilai 

viskositas dalam 4 (empat) tingkatan yaitu tingkatan tertinggi sebesar 

14.000 cP’s, sedang 3.500 cP’s dan tingkatan rendah 250 cP’s diukur pada 

suhu 25 o C dengan konsentrasi larutan 2 % (b/v). 




The NaOH concentration increase 

Broken 

Broken 

sodium alginate 

Broken 

 

The polymerization of sodium alginate 

Gambar 4. Natrium alginate mengalami depolimerisasi akibat pengaruh tingginya 

konsentrasi NaOH. 

Figure 4. Effect high concentration of NaOH on the polymerization sodium alginate. 

Nilai rendemen yang diperoleh dari penelitian ini relatif rendah dan 

tidak berbeda nyata antara perlakuan satu dengan lainnya (p>0,05). Hal 

tersebut diduga karena pada saat pencucian asam alginat banyak yang 

terbuang dan pada saat pemurnian dengan menggunakan etanol tidak 

merata, akibatnya masih ada bagian-bagian yang belum terdehidrasi dan 

masih dalam bentuk lendir (pemurnian yang baik hasilnya berbentuk serabut). 

Dampaknya pada waktu dipres banyak natrium alginat bentuk lendir yang 

terbuang. Hilang atau terbuangnya natrium alginat tentunya berpengaruh 

pada bobot hasil akhir ekstraksi, sehingga pada saat dihitung nilai 

rendemennya menjadi rendah. 

Tinggi rendahnya viskositas dan rendemen tidak hanya dipengaruhi 

oleh konsentrasi NaOH saja, tetapi juga dipengaruhi oleh proses ekstraksi 

dari awal sampai akhir. Hal ini diungkapkan oleh CHOU & CHIANG (1977), 

CHAPMAN & CHAPMAN (1980) bahwa tinggi rendahnya viskositas 

dipengaruhi oleh teknik ekstraksi, jenis makroalgae coklat, habitat dan umur 

dari makroalgae tersebut. CHOU & CHIANG (1976) dalam penelitiannya di 

Taiwan mengekstraksi alginat dengan larutan NaOH 2 % dan bahan baku 


301 



jenis Sargassum duplicatum memperoleh nilai viskositas 111 cP’s dan 78 

cP’s, serta rendemen sebesar 38,9 dan 33,9 %. Sedangkan YULIANTO 

(2003) mengektraksi alginat dengan larutanan NaOH 2 % pada bahan yang 

sama yang berasal dari Labuhan, Banten (sampel diambil bulan Juli) dan 

Cijulang, Ciamis (sampel diambil bulan Juni) memperoleh viskositas 2.200 

cP’s dan 1.796 cP’s dengan besarnya rendemen 23,7 % dan 8 %. Teknik 

ekstraksi alginat dapat dilakukan dalam beberapa cara, ALI (2001) 

menyebutkan ada 20 cara untuk mengekstraksi alginat dari berbagai jenis 

algae coklat. Di Indonesia ekstraksi alginat pada tahap konversi dari asam 

alginat menjadi natrium alginat dilakukan dengan menambahkan senyawa 

kimia yang berbeda-beda seperti yang tercantum pada Tabel 2 berikut: 

Tabel 2. Nilai rendemen dan viskositas natrium alginat hasil ekstraksi 

berbagai jenis makroalgae coklat. 

Table 2. Result of yield and viscosity values of natrium alginat from kind of 

brown algae. 

Species 

Chemical 

convertion 

Yield 

(%) of 

Sodium 

alginate 

Viscosity (cP’s) 

of 

Sodium 

alginate 

Source 

Sargassum Na 2 CO 3 10 % 13,41 2,42 (conc 1%, WIKANTA et al. (1998) 

cinereum (a) 

20 o C) 

Hormophysa Na 2 CO 3 10 % 17,04 2,25 (conc 1%, WIKANTA et al. (1998) 

triquetra 

20 o C) 

Turbinaria Na 2 CO 3 10 % 15,16 2,83 (conc 1%, WIKANTA et al. (1998) 

ornata 

20 o C) 

Sargassum sp. Na 2 Cl 3 () 23,70 70 (conc 1%, rt) SATARI (1998) 

Sargassum NaOH 10 % 12,9-19,2 9,0-25 (conc MURTINI et al. (2000) 

ilicifolium 

2%, 25 o C) 

Turbinaria NaOH 10 % 26 – 224-1413 (conc BASMAL et al. (2000) 

ornata 

49,13 2%, 25 o C) 

Sargassum NaOH 2 % 5,0-6,4 21 – 194 (conc YULIANTO (1998) 

polycystum 

1%, rt) 

Sargassum 

binderi 

NaOH 2 % 52,2 30 (conc 1%, 

20 o C) 

CHOU & CHIANG 

(1976) 

Note: (conc 1 %, 20 o C) = Concentration 1 % (w/v) at temperature 20 o C; rt = room 

temperature 

Pentingnya untuk mendapatkan viskositas yang tinggi (5.000 – 14.000 cP’s) 

dari hasil ekstraksi karena pemanfaatan bagi industri sangat luas seperti yang 

diutarakan oleh OKAZAKI (1971) pada Tabel 3 berikut: 




Tabel 3. Variasi nilai viskositas yang digunakan di berbagai bidang indrustri dan 

ekspor (OKAZAKI 1971). 

Table 3. Variation of viskosity values used in the industries and export (OKAZAKI 

1971). 

No Used Viscosity (1%) 

1 Lotion, Cosmetic, blood plasm substitution, 

320-380 cps 

component salp, sossis 

2 Ice cream 180-380 cps 

3 Dental clean 250-3000 cps 

4 Dental impresson marerial 980-1000 cps 

5 Export 500-550&320-400 cps 

O-H 

C=O 

O-Na 

C-O 

Gambar 4. Spektrum infra merah natrium alginat. 

Figure 4. Infra red spectrum of sodium alginate. 

Isomer gugus fungsi natrium alginat 

Spektrum FTIR natrium alginat (C 6 H 7 O 6 Na) n hasil penelitian ini ditunjukkan 

oleh puncak-puncak serapan pada frequensi 3420, 1618, 1420, 1026 dan 820 

cm -1 (Gambar 4). Menurut PAVIA et al. (1979) puncak serapan 3.500 cm - 

1 - 3200 cm -1 adalah spesifik untuk kelompok hidroksil (O-H), puncak 

serapan 1600 cm -1 – 1680 cm -1 untuk kelompok karbonil (C=O) dan puncak 

serapan antara 1000 – 1300 cm -1 untuk kelompok karboksil (C-O). 

Sedangkan natrium dalam isomer alginat terletak pada puncak serapan 

1614 cm -1 dan 1431 cm -1 (SOARES et al. 2004). Berdasarkan puncak- 


303 



puncak serapan yang diperoleh menunjukkan bahwa bahan koloid yang 

diekstrak dari Sargassum duplicatum adalah koloid alginat. 

KESIMPULAN 

Penambahan konsentrasi larutan NaOH selama proses ekstraksi 

berpengaruh nyata terhadap nilai viskositas alginat, semakin tinggi 

konsentrasi NaOH semakin rendah nilai viskositas yang diperoleh. 

Sedangkan rendemen dari hasil ekstraksinya tidak berpengaruh nyata. 

Identifikasi terhadap natrium alginat hasil ekstraksi dengan alat FTIR 

spektrofotometer menunjukkan adanya gugus-gugus fungsi yang spesifik 

pada frequensi 3420, 1618, 1420, 1026 dan 820 cm -1 untuk ikatan asam 

alginat serta 1614 cm -1 dan 1431 cm -1 untuk ikatan natrium. 

UCAPAN TERIMA KASIH 

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Dedi Setiapermana, Dr. 

Ir. D.E. Djoko Setiono M.Sc, Achmad Mansur, Suhardi dan Ferdinand 

Pattipeilohy yang telah membantu terselainya tulisan ini. 

DAFTAR PUSTAKA 

ALI, M. E. 2001. Alginate-Lifecasters’ Gold. Art Casting Journal: 5 pp. 

BASMAL, J., YUNIZAL dan J.T. MURTINI 2000. Pengaruh volume dan 

waktu ekstraksi natrium alginate dalam larutan natrium karbonat. 

Dalam: R. RACHMAT, SULISTIJO dan A. RASYID (eds.). Pra 

Kipnas VII Forum Komunikasi I Ikatan Fikologi Indonesia (IFI): 

119-126 

CHAPMAN, V.J. and CHAPMAN, D.J. 1980. Seaweed and their uses. 3 nd 

Chapman and Hall. London, New York: 194 –225. 

CHOU, H.N. and Y.M. CHIANG 1976. Studies on algin from brown algae 

of Taiwan. Estimation of yield and quality of algin. Acta 

Oceanogrphica Taiwanica.6: 135 – 139. 




DRAGET, K.I., O. SMIDSROED and G. SKJAK-BRAEK 2006. Alginates 

from Algae. In: A. STEINBUCHEL and S.K. RHOE (eds.). 

Polysaccharides, Polyamides, in the Food Industry, Properties, 

Production and Patents. WILEY-VCH Verslag GmbH & Co.KGoA 

Weinbeim: 30 pp. 

GASPERSZ, V. 1991. Teknik analisis dalam penelitian percobaan I. Penerbit 

Tarsito Bandung: 623 hal. 

HIGUERA, D.L.A., G.H. CARMONA and Y.E.R. MONTESINOS 2002. 

Parameter affecting the conversion of alginic acid to natrium alginate. 

Ciencias Marinas 28 (1): 27-36. 

McHUGH, D. J., 1987. Production, properties and uses of alginate. In : D.J. 

McHUGH (Ed.) Production and Utilization of Products From 

Commercial Seaweeds. Food and Agriculture Organization of the 

United nations. Rome: 58 – 115. 

MURTINI J.T., BASMAL, J dan YUNIZAL 2000. Pengaruh bahan pemutih 

dan volume kalsium klorida terhadap mutu kalsium alginate Dalam: 

R. RACHMAT, SULISTIJO dan A. RASYID (eds.). Pra Kipnas VII 

Forum Komunikasi I Ikatan Fikologi Indonesia (IFI): 85-90. 

OKAZAKI, A. 1971. Seaweeds and their use in Japan. Tokai University 

Press. Tokyo: 165 pp. 

PAVIA, D.L., G.M. LAMPMAN and G.S. Jr. KRIZ 1979. Introduction to 

spectroscopy: A Guide for student of organic chemistry. Saunders 

college Publishing. West Washington Square Philadelpia, PA 19105: 

80 pp. 

SATARI, R. 1998. Ekstraksi dan Karakterisasi Polisakarida alga dari 

Sargassum sp. Seminar Kelautan LIPI – UNHAS ke II Ujung 

Pandang: 446 – 449. 

SIGMA 2004. Biochemical and reagent for science research: 91 pp. 

SOARES, J. P., J. E. SANTOS, G. O. CHIERICE and E. T. G. 

CAVALHEIRO 2004. Thermal behavior of alginic acid and its 

natrium salt. Ecl, Sao Paulo, 29(2): 57-63. 


305 



TRUUS, K., M. VAHER and I. TAURE 2001. Algal biomass from Fucus 

vesiculatus (Phaeophyta): Investigation of the mineral and alginate 

components. Proc. Estonian Acad. Chem 50 (2): 95-103. 

WIKANTA, T., D.S. REJEKI and L. RAHAYU 1998. The content and 

Physico-Chemical characteristics of alginate extracted from three 

species of brown algae (S. cinereum, H. triquetra and T. conoides). 

Indonesian Fisheries Research Journal. 4 (1): 46 – 49. 

YULIANTO, K. 1998. Ekstraksi alginat dari makroalgae coklat (phaeophyta) 

dan pengembangannya di Maluku. Dalam: L.F WENNO, A. NOOR, 

S.A.P. PUTRO, R. SYAMSUDDIN, N. N. WIADNYANA (eds). 

Seminar Kelautan LIPI-UNHAS I. Balitbang Sumber Daya Laut-P3O- 

LIPI: 281-288. 

YULIANTO, K. 2003. Isolasi, produksi alginat makroalgae coklat dan 

diversifikasinya yang bernilai tambah. Laporan akhir Proyek 

Pemanfaatan dan Diseminasi Iptek Kelautan. Pusat Penelitian 

Oseanografi-LIPI: 28 hal. 

YULIANTO, K. 2005. Makroalgae coklat marga Sargassum sebagai sumber 

alginat dan kepadatannya di perairan pantai Pameungpeuk, Garut, 

jawa Barat. Dalam:A. NONTJI, W.B. SETYAWAN, D.E.D. 

SETYONO, P. PURWATI dan A. SUPANGAT (eds.), Pertemuan 

Ilmiah Tahunan ISOI-2003: 29-34.

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DARI ASAM ALGINAT ...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

Delete template?

Save as template?