04.01.2015 Views

Download (631Kb) - Repository Universitas Negeri Papua

Download (631Kb) - Repository Universitas Negeri Papua

Download (631Kb) - Repository Universitas Negeri Papua

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

KOMPOSISI DAN KERAGAMAN JENIS<br />

TUMBUHAN BAWAH PADA LOKASI KEGIATAN RHL<br />

DI DISTRIK BIAK TIMUR KABUPATEN BIAK NUMFOR<br />

Oleh :<br />

ONMA RONALDO AGAVE NAINGGOLAN<br />

2008 55 084<br />

PROGRAM STUDI KEHUTANAN<br />

FAKULTAS KEHUTANAN<br />

UNIVERSITAS NEGERI PAPUA<br />

MANOKWARI<br />

2012


KOMPOSISI DAN KERAGAMAN JENIS<br />

TUMBUHAN BAWAH PADA LOKASI KEGIATAN RHL<br />

DI DISTRIK BIAK TIMUR KABUPATEN BIAK NUMFOR<br />

Oleh :<br />

Onma Ronaldo Agave Nainggolan<br />

2008 55 084<br />

Skripsi<br />

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar<br />

Sarjana Kehutanan<br />

Pada<br />

Fakultas Kehutanan <strong>Universitas</strong> <strong>Negeri</strong> <strong>Papua</strong><br />

PROGRAM STUDI KEHUTANAN<br />

FAKULTAS KEHUTANAN<br />

UNIVERSITAS NEGERI PAPUA<br />

MANOKWARI<br />

2012


SURAT PERNYATAAN<br />

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Komposisi dan<br />

Kergaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkayu Pada Lokasi Kegiatan RHL Di Distrik<br />

Biak Timur Kabupaten Biak Numfor” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan<br />

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang<br />

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan<br />

dalam tubuh tulisan dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir skripsi<br />

ini. Apabila di kemudian hari dibuktikan bahwa apa yang saya nyatakan tidak sesuai,<br />

maka saya bersedia menerima pembatalan karya ilmiah ini dan pencabutan gelar<br />

sarjana.<br />

Manokwari, 26 Juli 2012<br />

Onma Ronaldo A. Nainggolan<br />

200855084


LEMBAR PENGESAHAN<br />

JUDUL : KOMPOSISI DAN KERAGAMAN JENIS<br />

TUMBUHAN BAWAH PADA LOKASI KEGIATAN<br />

RHL DI DISTRIK BIAK TIMUR KABUPATEN BIAK<br />

NUMFOR<br />

NAMA<br />

: ONMA RONALDO AGAVE NAINGGOLAN<br />

NIM : 2008 55 084<br />

Program Studi : KEHUTANAN<br />

Program Pendidikan : Strata 1<br />

Menyetujui,<br />

Komisi Pembimbing<br />

Francina F. Kesaulija, S.Hut, M. Env.Sc<br />

Pembimbing I<br />

Ir. B. M. G. Sadsoeitoeboen, M.Si<br />

Pembimbing II<br />

Mengesahkan,<br />

Ketua Program Studi<br />

Kehutanan<br />

Dekan<br />

Fakultas Kehutanan<br />

Wolfram Y, Mofu, S.Hut. M.Si<br />

Ir. Endra Gunawan, MP<br />

NIP. 197803212003121002 NIP. 196604141993031003<br />

Tanggal Lulus : 26 Juli 2012


KATA PENGANTAR<br />

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih<br />

dan kemurahan serta kekuatan dan kemampuan yang diberikan, sehingga penulis<br />

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Komposisi dan Keragaman Jenis<br />

Tumbuhan Bawah Berkayu pada Lokasi Kegiatan RHL di Distrik Biak Timur<br />

Kabupaten Biak Numfor”.<br />

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang<br />

terhormat Ibu Francina F. Kesaulija, S.Hut, M. ENV.Sc selaku pembimbing I dan<br />

Ibu Ir. B. M. G. Sadsoeitoeboen, M.Si selaku pembimbing ke II yang telah<br />

mencurahkan waktu, pikiran dan kesabaran serta motivasi dalam membimbing<br />

penulis mulai dari awal perencanaan dan pelaksanaan penelitian sampai dengan<br />

selesainya tulisan ini.<br />

Ucapan terima kasih yang sama penulis sampaikan kepada:<br />

1. Rektor <strong>Universitas</strong> <strong>Negeri</strong> <strong>Papua</strong>.<br />

2. Dekan Fakultas Kehutanan <strong>Universitas</strong> <strong>Negeri</strong> <strong>Papua</strong> beserta seluruh staf dosen.<br />

3. Bapak Ir. Max. J. Tokede, MS selaku dosen wali.<br />

4. Ketua Program Studi Kehutanan dan Ketua Jurusan Kehutanan.<br />

5. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Biak Numfor.<br />

6. Kepala Bidang dan staff RHL (Rehabilitasi Hutan dan Lahan) Dinas Kehutanan<br />

dan Perkebunan Kabupaten Biak Numfor.<br />

7. Kak Aristoteles Ap, S.H, S.Hut dan Kak Abraham R. Wanma, S.Hut atas<br />

motivasi dan bantuannya selama penelitian di Biak.<br />

v


8. Rekan-rekan tim penelitian di Biak : Amandus f. Gewab, Afrida S. Sraun,<br />

Ernestina A. Leisubun, Insoraki A. Koibur.<br />

9. Keluarga besar Leisubun di Biak atas segala perhatian dan bantuan yang<br />

diberikan.<br />

10. Rekan-rekan forester 2008 terutama kepada Yonas, Nurdin, Hector, Nando,<br />

Fitriani, Omi, Rahma, Yubel, Arius dan Janu atas kekompakan dan kebersamaan<br />

selama kuliah.<br />

11. Sahabat Kristian Wonatorey (Alm) atas kekompakan dan kebersamaan selama<br />

masa perkuliahan.<br />

12. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan<br />

ini.<br />

Secara khusus tulisan ini penulis persembahkan kepada Ayah dan Ibu tercinta,<br />

juga kepada Kakek (Alm) dan Nenek (Alm), kakakku terkasih Melvin Fordelin<br />

Nainggolan dan adikku tersayang Lilik Aprianti Nainggolan serta Vina Oktafia R.<br />

Solekha atas segala doa, kasih sayang dan motivasi dalam selama penulis<br />

menyelesaikan tulisan ini.<br />

Akhirnya penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari<br />

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dan<br />

semoga usulan penelitian ini akan bermanfaat bagi berbagai pihak yang<br />

membutuhkannya.<br />

Manokwari, 26 Juli 2012<br />

Penulis<br />

vi


RIWAYAT HIDUP<br />

Penulis dilahirkan di Jayapura pada tanggal 19 Januari 1990 sebagai anak<br />

kedua dari tiga bersaudara, dari Ayah bernama Kaliaman Parhusip dan Ibu<br />

Nurhaida B. Saragih.<br />

Penulis memulai pendidikan di TK pada tahun 1995 di TK THERESIA<br />

Sorong dan lulus pada tahun 1996, selanjutnya penulis melanjutkan ke sekolah dasar<br />

(SD) pada tahun 1996 di SD YPPK KRISTUS RAJA I Sorong dan lulus pada tahun<br />

2002. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah menengah<br />

pertama (SMP) ke SMP DON BOSCO Sorong dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun<br />

yang sama penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas (SMA) di SMA<br />

NEGERI 3 Sorong dan lulus pada tahun 2008.<br />

Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas<br />

Kehutanan <strong>Universitas</strong> <strong>Negeri</strong> <strong>Papua</strong> Jurusan Manajemen Hutan melalui seleksi<br />

SESAMA UNIPA, pada semester 4 tahun 2010 Fakultas Kehutanan dilakukan<br />

Program Merger menjadi Program Studi Kehutanan sehingga penulis masuk dalam<br />

Program Studi Kehutanan dan pada semester 7 penulis mengambil minat Konservasi<br />

Sumberdaya Hutan (KSH).<br />

vii


RINGKASAN<br />

ONMA RONALDO A. NAINGGOLAN. Komposisi dan Keragaman Jenis<br />

Tumbuhan Bawah Berkayu pada Lokasi Kegiatan RHL di Distrik Biak Timur<br />

Kabupaten Biak Numfor, dibimbing oleh (FRANCINA F. KESAULIJA dan<br />

B. M. G. SADSOEITOEBOEN).<br />

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu komposisi dan kergaman jenis<br />

tumbuhan bawah berkayu pada lokasi kegiatan RHL di Distrik Biak Timur<br />

Kabupaten Biak Numfor.<br />

Penelitian ini dilaksanakan di Lokasi RHL tahun tanam 2004-2007 di Distrik<br />

Biak Timur Kabupaten Biak Numfor. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu dari<br />

tanggal 19 Juni sampai tanggal 10 Juli 2012. Metode yang digunakan dalam<br />

penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik observasi lapangan, penentuan<br />

petak contoh pengamatan dilakukan dengan metode petak ganda. Hasil penelitian ini<br />

menunjukan bahwa komposisi tumbuhan bawah berkayu tingkat semai yang terdapat<br />

pada seluruh lokasi RHL tahun tanam 2004-2007 sebanyak 28 jenis tumbuhan dari 19<br />

famili dengan total individu sebanyak 996 individu dan komposisi tumbuhan bawah<br />

tingkat pancang ditemukan sebanyak 25 jenis tumbuhan dari 18 famili dengan total<br />

individu sebanyak 787 individu. Terdapat 5 jenis tumbuhan bawah berkayu tingkat<br />

semai yang dominan dan selalu terdapat pada setiap lokasi tahun tanam dengan<br />

indeks nilai penting (INP) yang tertinggi, yaitu : Decaspermum sp, Timonius timon,<br />

Linociera sp1, Flueggea sp1, dan Glochidion sp1, selanjutnya terdapat 4 jenis<br />

tumbuhan bawah berkayu tingkat semai yang dominan pada setiap lokasi tahun tanam<br />

dengan indeks nilai penting (INP) yang tertinggi, yaitu : Timonius timon, Flueggea<br />

sp1, Mallotus sp dan Decaspermum sp. Hasil perhitungan dari indeks keragaman<br />

spesies untuk tingkat semai dan pancang menunjukkan nilai indeks yang berada pada<br />

kategori yang sama, yaitu kategori sedang.<br />

viii


DAFTAR ISI<br />

SURAT PERNYATAAN ................................................................................. iii<br />

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv<br />

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v<br />

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vii<br />

RINGKASAN ................................................................................................... viii<br />

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix<br />

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii<br />

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii<br />

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv<br />

PENDAHULUAN ............................................................................................ 1<br />

Latar belakang ........................................................................................ 1<br />

Masalah .................................................................................................. 2<br />

Tujuan dan Manfaat ................................................................................ 3<br />

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 4<br />

Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)...................................................... 4<br />

Komunitas Tumbuhan ............................................................................ 4<br />

Tumbuhan Bawah................................................................................... 5<br />

Suksesi ................................................................................................... 6<br />

Suksesi Primer .......................................................................... 7<br />

Suksesi Sekunder ...................................................................... 8<br />

Struktur dan Komposisi Vegetasi ............................................................ 8<br />

Analisis Vegetasi .................................................................................... 9<br />

Metode Petak ............................................................................ 10<br />

Metode Jalur ............................................................................. 12<br />

Metode Kuadran ....................................................................... 12<br />

ix


Parameter Kuantitatif dalam Analisis Vegetasi ....................................... 12<br />

Kerapatan ................................................................................. 13<br />

Frekuensi .................................................................................. 13<br />

Dominansi ................................................................................ 13<br />

Indeks Nilai Penting .................................................................. 14<br />

Keragaman Jenis .................................................................................... 14<br />

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................................ 15<br />

Luas dan Letak Geografis ....................................................................... 15<br />

Topografi ............................................................................................... 15<br />

Keadaan Tanah dan Geologi ................................................................... 15<br />

Iklim....................................................................................................... 16<br />

Sosial Ekonomi dan Budaya ................................................................... 16<br />

Pemanfaatan Hasil Hutan........................................................................ 17<br />

METODE PENELITIAN ................................................................................ 18<br />

Tempat dan Waktu ................................................................................. 18<br />

Alat, Bahan dan Objek ............................................................................ 18<br />

Metode dan Teknik Penelitian ................................................................ 18<br />

Variabel Pengamatan .............................................................................. 18<br />

Pelaksanaan Penelitian............................................................................ 19<br />

Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 20<br />

Pengolahan Data ..................................................................................... 21<br />

Analisis Data .......................................................................................... 23<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 24<br />

Lokasi RHL Tahun Tanam 2004-2007 .................................................... 24<br />

Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah Berkayu .......................................... 25<br />

Indeks Nilai Penting Tumbuhan Bawah Berkayu .................................... 30<br />

Indeks Keragaman Tumbuhan Bawah Berkayu ....................................... 35<br />

PENUTUP ........................................................................................................ 37<br />

Kesimpulan ............................................................................................ 37<br />

x


Saran ...................................................................................................... 38<br />

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 39<br />

LAMPIRAN ..................................................................................................... 41<br />

xi


DAFTAR TABEL<br />

No. Teks Halaman<br />

1. Komposisi Tumbuhan Bawah Berkayu Tingkat Semai Pertahun Tanam .......... 26<br />

2. Komposisi Tumbuhan Bawah Berkayu Tingkat Pancang Pertahun Tanam ...... 28<br />

3. Indeks Nilai Penting Tingkat Semai Pertahun Tanam ...................................... 31<br />

4. Indeks Nilai Penting Tingkat Pancang Pertahun Tanam ................................... 33<br />

5. Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Semai Pertahun Tanam .............. 35<br />

6. Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Pancang Pertahun Tanam .......... 35<br />

xii


DAFTAR GAMBAR<br />

No. Teks Halaman<br />

1. Proses Suksesi ........................................................................................ 7<br />

2. Suatu petak tunggal dalam analisis vegetasi ........................................... 11<br />

3. Desain petak ganda di lapangan ............................................................. 11<br />

4. Desain jalur contoh di lapangan ............................................................. 12<br />

5. Petak Pengamatan .................................................................................. 19<br />

6. Sketsa Lokasi Penelitian RHL Tahun Tanam 2004-2007 ........................ 24<br />

7. Lima Jenis Tingkat Semai Paling Dominan ............................................ 27<br />

8. Enam Jenis Tingkat Pancang Paling Dominan ........................................ 29<br />

9. Lima Jenis Tingkat Semai dengan INP tertinggi Pertahun Tanam ........... 32<br />

10. Empat Jenis Tingkat Pancang dengan INP tertinggi Pertahun Tanam ..... 34<br />

xiii


DAFTAR LAMPIRAN<br />

No. Teks Halaman<br />

1. Parameter Kuantitatif Tingkat Semai pada Lokasi Tahun Tanam 2004 .......... 42<br />

2. Parameter Kuantitatif Tingkat Pancang pada Lokasi Tahun Tanam 2004....... 43<br />

3. Parameter Kuantitatif Tingkat Semai pada Lokasi Tahun Tanam 2005 .......... 44<br />

4. Parameter Kuantitatif Tingkat Pancang pada Lokasi Tahun Tanam 2005....... 45<br />

5. Parameter Kuantitatif Tingkat Semai pada Lokasi Tahun Tanam 2006 .......... 46<br />

6. Parameter Kuantitatif Tingkat Pancang pada Lokasi Tahun Tanam 2006....... 47<br />

7. Parameter Kuantitatif Tingkat Semai pada Lokasi Tahun Tanam 2007 .......... 48<br />

8. Parameter Kuantitatif Tingkat Pancang pada Lokasi Tahun Tanam 2007....... 49<br />

9. Perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Semai 2004 .......... 50<br />

10. Perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Pancang 2004 ...... 51<br />

11. Perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Semai 2005 .......... 52<br />

12. Perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Pancang 2005 ...... 53<br />

13. Perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Semai 2006 .......... 54<br />

14. Perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Pancang 2006 ...... 55<br />

15. Perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Semai 2007 .......... 56<br />

16. Perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Pancang 2007 ...... 57<br />

17. Data Curah Hujan Tahun ............................................................................... 58<br />

18. Peta Lokasi Pengamatan ............................................................................... 59<br />

xiv


18<br />

METODE PENELITIAN<br />

Tempat dan Waktu<br />

Penelitian ini berlangsung selama 3 minggu dimulai dari tanggal 19 Juni<br />

sampai dengan 10 Juli 2012 yang bertempat pada lokasi kegiatan RHL di Distrik<br />

Biak Timur Kabupaten Biak Numfor.<br />

Alat, Bahan dan Objek<br />

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tally sheet, parang, roll<br />

meter, mini caliper, kuas, kalkulator, kamera digital, papan lapang, dan alat tulis<br />

menulis. Bahan yang digunakan adalah tali raffia dan cat.<br />

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis tumbuhan bawah<br />

berkayu (semai dan pancang) pada lokasi kegiatan RHL di Distrik Biak Timur<br />

Kabupaten Biak Numfor.<br />

Metode dan Teknik Penelitian<br />

Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode deskriptif dengan<br />

teknik observasi lapang. Penentuan petak contoh pengamatan dilakukan dengan<br />

metode petak ganda.<br />

Variabel Pengamatan<br />

Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi variabel utama dan variabel<br />

pendukung. Variabel utama terdiri atas komposisi dan keragaman jenis vegetasi<br />

tumbuhan bawah berkayu (semai dan pancang) yang ditentukan berdasarkan jenis


19<br />

vegetasi dan jumlah jenis. Sedangkan variabel pendukung terdiri atas keadaan umum<br />

lokasi berupa peta lokasi penelitian, tanah, iklim, dan lain-lain.<br />

Pelaksanaan Penelitian<br />

Lokasi Pengamatan<br />

Lokasi pengamatan vegetasi ditentukan di tiap-tiap lokasi RHL. Pada kawasan<br />

ini dipilih empat tempat untuk lokasi penelitian, mulai dari lokasi RHL tahun tanam<br />

2004-2007.<br />

Penentuan dan pembuatan petak pengamatan<br />

Penentuan dan pembuatan petak pengamatan setelah dilakukan survey awal<br />

dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan atau lokasi pengamatan maka dienam<br />

lokasi tahun tanam dibuat dengan menggunakan metode petak ganda masing-masing<br />

lima petak pengamatan dengan ukuran plot yang digunakan adalah 2 m X 2 m untuk<br />

tingkat semai dan 5 m X 5 m untuk tingkat pancang yang ditentukan secara<br />

sistematik.<br />

2m<br />

2m<br />

5m<br />

2m<br />

2m<br />

5m<br />

5m<br />

5m<br />

2m<br />

2m<br />

5m<br />

5m<br />

2m<br />

2m<br />

5m<br />

2m<br />

2m<br />

5m<br />

5m<br />

5m<br />

Gambar 5. Petak Pengamatan


20<br />

Teknik Pengumpulan Data<br />

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah :<br />

Data Primer.<br />

Data primer, meliputi data yang dikumpulkan melalui survey lapangan dan<br />

petak-petak (Plot Pengamatan), yaitu jenis dan jumlah individu perjenis (semai dan<br />

pancang).<br />

a. Tingkat Semai<br />

Dibuat plot berukuran 2 X 2 m untuk risalah tingkat semai, yaitu permudahan<br />

pohon yang mulai berkecambah sampai tinggi < 1,5 m.<br />

b. Tingkat Pancang<br />

Dibuat plot berukuran 5 X 5 m untuk risalah tingkat pancang, yaitu<br />

permudahan pohon yang tingginya > 1,5 m sampai dengan pohon yang berdiameter<br />

< 10 cm.<br />

Data Sekunder.<br />

Data Sekunder, data penunjang yang diperoleh dari instansi terkait, yaitu peta<br />

lokasi penelitian, tanah, iklim dan luas lahan RHL tahun tanam 2004-2007.


21<br />

Pengolahan Data<br />

Komposisi dan Parameter Kuantitatif Analisis Vegetasi<br />

Data hasil pengamatan yang dikumpulkan kemudian disusun dalam bentuk<br />

tabulasi untuk mengetahui komposisi jenis tumbuhan berdasarkan tingkat<br />

pertumbuhan semai dan pancang meliputi jenis, famili, dan jumlah plot pengamatan.<br />

Selanjutnya dihitung dengan rumus atau persamaan menurut Soerianegara dan<br />

Indrawan (2005) sebagai berikut :<br />

a. Kerapatan (K)<br />

Kerapatan (K) =<br />

Jumlah Individu Suatu Jenis<br />

Luas Plot Contoh<br />

Kerapatan Relatif (KR) =<br />

Kerapatan Suatu Jenis<br />

Kerapatan Seluruh Jenis X 100%<br />

b. Frekuensi (F)<br />

Frekuensi (F) =<br />

Jumlah Plot ditemukan Suatu Jenis<br />

Jumlah Seluruh Plot<br />

c. Indeks Nilai Penting<br />

Frekuensi Relatif (FR) =<br />

Frekuensi Suatu Jenis<br />

Frekuensi Seluruh Jenis X 100%<br />

Indeks Nilai Penting Tingkat Semai dan Pancang = KR (%) + FR (%)


22<br />

Indeks Keragaman Shannon<br />

Indeks Shannon atau disebut sebagai Indeks Shannon-Wiener adalah salah<br />

satu dari beberapa indeks keragaman yang digunakan untuk mengukur keragaman.<br />

Keuntungan dari indeks ini yaitu dapat memperhitungkan jumlah spesies dan<br />

kemerataan spesies. Nilai indeks tersebut dapat meningkat jika ditemukan spesies<br />

tambahan, atau dengan memiliki lebih besar spesies pemerataan .<br />

Untuk menghitung tingkat keragaman, maka rumus atau persamaan Indeks<br />

Shannon-Wiener menurut (Odum, 1993 ; Soegianto 1994) dalam Indrayanto<br />

(2006) yang digunakan adalah sebagai berikut :<br />

Perhitungan Indeks Keragaman Jenis (H') Shannon-Wiener<br />

H’ = - ∑ (ni/N) ln (ni/N)<br />

Keterangan :<br />

H’ : Indeks Shannon-Wiener<br />

Ni : Jumlah individu jenis ke-I dari spesies S pada sampel<br />

N<br />

: Jumlah total individu dari sampel<br />

Kriteria indeks :<br />

H’ = < 1.5 : Keanekaragaman rendah<br />

H’ = 1.5 – 3 : Keanekaragaman sedang<br />

H’ = > 3.5 : Keanekaragaman tinggi


23<br />

Analisis Data<br />

Data yang diperoleh diolah kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasilnya<br />

kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar.


37<br />

PENUTUP<br />

Kesimpulan<br />

1. Komposisi jenis yang ditemukan di lokasi tahun tanam 2004-2007 terdiri dari<br />

tumbuhan bawah tingkat semai sebanyak 28 jenis tumbuhan dari 19 famili dengan<br />

total individu sebanyak 996 individu.<br />

2. Komposisi jenis untuk tumbuhan bawah tingkat pancang sebanyak 25 jenis dari 18<br />

famili dengan total individu sebanyak 787 individu.<br />

3. Dominasi tumbuhan mulai bergeser dari fase pertumbuhan tingkat semai ke fase<br />

pertumbuhan tingkat pancang makin berkurang akibat terjadinya suksesi yang<br />

mencapai klimaks.<br />

4. Lima jenis yang dominan dengan INP tertinggi pada lokasi tahun tanam 2004-<br />

2007 pada tingkat semai, yaitu : Decaspermum, Timonius timon, Linociera sp1,<br />

Flueggea sp1, dan Glochidion sp1.<br />

5. Empat jenis yang dominan dengan INP tertinggi pada lokasi tahun tanam 2004-<br />

2007 pada tingkat pancang, yaitu : Timonius timon, Flueggea sp1, Mallotus sp dan<br />

Decaspermum.<br />

6. Indeks keragaman spesies untuk tingkat semai dan pancang berada pada kategori<br />

yang sama, yaitu kategori sedang. Ini menunjukkan perbedaan antar komunitas<br />

yang begitu berarti antara tiap tahun tanam, hal ini menunjukkan kehomogenan<br />

kondisi lingkungan di lokasi penelitian dan ada jenis dalam jumlah yang banyak<br />

tapi ada juga dalam jumlah jenis yang sedikit.


38<br />

Saran<br />

1. Perlu adanya kajian penelitian lebih lanjut terhadap jenis-jenis dominan yang<br />

ditemukan disetiap lokasi tahun tanam.<br />

2. Jenis dominan yang ditemukan disetiap lokasi tahun tanam mempunyai potensi<br />

untuk dikembangkan pemanfaatannya terutama kepada Dinas Kehutanan dan<br />

Perkebunan Kabupaten Biak Numfor di dalam mendukung pelaksanaan kegiatan<br />

rehabilitasi di lahan kritis sehingga dapat diusulkan sebagai jenis-jenis tumbuhan<br />

unggulan lokal.


DAFTAR PUSTAKA<br />

Anonimous. 2008. Peraturan Meneteri Kehutanan Nomor : P. 70/Menhut-<br />

II/2008 Tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan Dan Lahan. Jakarta.<br />

Antoko, B. dkk. 2003. Keragaman Jenis Hayati dan Pengelolaan Kawasan di Resor<br />

Granit, Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Riau.<br />

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor.<br />

(http://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-banjir/<br />

tanaman-penutup-tanah/). (03 April 2012).<br />

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Biak, 2008. Mater Plan Rehabilitasi<br />

Hutan dan Lahan Kabupaten Biak Numfor. Biak.<br />

Distrik Biak Timur, 2012. Keadaan Umum Distrik Biak Timur. Biak.<br />

Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology. Blackwell Scientific<br />

Publications. Oxford.<br />

Hariyanto, S. 2011. Komunitas Tumbuhan. Biologi. UNAIR.<br />

(blog.uad.ac.id/yusiy/files/2011/12/komunitas-tumbuhan.ppt).(03 April2012)<br />

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT Bumi Aksara. Jakarta.<br />

Irwanto. 2007. Struktur dan Komposisi.<br />

(http://www.irwantoshut.4t.com/). (25 Februari 2012).<br />

Iwangin, Y. 2011. Struktur, Komposisi dan Keragaman Jenis Tumbuhan Pada<br />

Areal Bekas Tebangan IUPHHK PT. Bina Balantak Utama Kabupaten<br />

Sarmi. Skripsi Sarjana Fakultas Kehutanan <strong>Universitas</strong> <strong>Negeri</strong> <strong>Papua</strong><br />

Manokwari (tidak diterbitkan).<br />

Marsono, D. 1997. Deskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika. Yayasan<br />

Pembina Fakultas Kehutnan UGM. Yogyakarta.<br />

Masso, V. 2010. Komposisi Vegetasi Pada Areal Bekas Tebangan Perladangan<br />

berpindah di Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Skripsi Sarjana<br />

Fakultas Kehutanan <strong>Universitas</strong> <strong>Negeri</strong> <strong>Papua</strong> Manokwari (tidak diterbitkan).<br />

Mueller-Dombois dan Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology.<br />

John Wiley and Sonds. Toronto


Prohati, 2012. Dracaena angustifolia.<br />

(http://www.proseanet.org/prohati2/browser.phpdocsid=260). (17 Juli 2012).<br />

Soerianegara, I dan Indrawan. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Institut Pertanian<br />

Bogor.


42<br />

Lampiran 1. Parameter Kuantitatif Tingkat Semai pada Lokasi Tahun Tanam 2004.<br />

No Nama Jenis Famili K KR (%) F FR (%) INP<br />

1 Decaspermum sp. Myrtaceae 19000 19.19 1.00 11.11 30.30<br />

2 Linociera sp1. Oleaceae 15500 15.66 1.00 11.11 26.77<br />

3 Timonius timon Rubiaceae 12500 12.63 1.00 11.11 23.74<br />

4 Flueggea sp1. Phylantahaceae 10500 10.61 0.80 8.89 19.49<br />

5 Glochidion sp1. Phylantahaceae 9500 9.60 0.80 8.89 18.48<br />

6 Morinda citrifolia Rubiaceae 8500 8.59 0.60 6.67 15.25<br />

7 Mallotus sp. Euphorbiaceae 6000 6.06 1.00 11.11 17.17<br />

8 Ficus sp. Moraceae 5000 5.05 0.20 2.22 7.27<br />

9 Dracaena angustifolia Asparagaceae 3000 3.03 0.60 6.67 9.70<br />

10 Dysoxylum sp. Meliaceae 2000 2.02 0.20 2.22 4.24<br />

11 Kokoona sp. Celastraceae 2000 2.02 0.20 2.22 4.24<br />

12 Leea sp. Leeceae 1500 1.52 0.40 4.44 5.96<br />

13 Ficus septica Moraceae 1000 1.01 0.20 2.22 3.23<br />

14 Instia bijuga Fabaceae 1000 1.01 0.20 2.22 3.23<br />

15 Premna corymbosa Lamiaceae 1000 1.01 0.40 4.44 5.45<br />

16 Alstonia macrophylla Apocynaceae 500 0.51 0.20 2.22 2.73<br />

17 Euodia sp. Rutaceae 500 0.51 0.20 2.22 2.73<br />

JUMLAH 99000 100 9.00 100 200<br />

Sumber : Hasil olah data primer 2012.


43<br />

Lampiran 2. Parameter Kuantitatif Tingkat Pancang pada Lokasi Tahun Tanam 2004.<br />

No Nama Jenis Famili K KR (%) F FR (%) INP<br />

1 Timonius timon Rubiaceae 2160 20.15 1.00 12.20 32.34<br />

2 Linociera sp1. Oleaceae 1600 14.93 1.00 12.20 27.12<br />

3 Flueggea sp1. Phylantahaceae 1200 11.19 0.80 9.76 20.95<br />

4 Decaspermum sp. Myrtaceae 880 8.21 0.80 9.76 17.97<br />

5 Glochidion sp1. Phylantahaceae 880 8.21 0.60 7.32 15.53<br />

6 Mallotus sp. Euphorbiaceae 880 8.21 0.80 9.76 17.97<br />

7 Kokoona sp. Celastraceae 720 6.72 0.60 7.32 14.03<br />

8 Ficus sp. Moraceae 480 4.48 0.40 4.88 9.36<br />

9 Leea sp. Leeceae 480 4.48 0.20 2.44 6.92<br />

10 Dracaena angustifolia Asparagaceae 400 3.73 0.60 7.32 11.05<br />

11 Instia bijuga Fabaceae 400 3.73 0.20 2.44 6.17<br />

12 Morinda citrifolia Rubiaceae 400 3.73 0.60 7.32 11.05<br />

13 Alstonia macrophylla Apocynaceae 80 0.75 0.20 2.44 3.19<br />

14 Dysoxylum sp. Meliaceae 80 0.75 0.20 2.44 3.19<br />

15 Premna corymbosa Lamiaceae 80 0.75 0.20 2.44 3.19<br />

JUMLAH 10720 100 8.20 100 200<br />

Sumber : Hasil olah data primer 2012.


44<br />

Lampiran 3. Parameter Kuantitatif Tingkat Semai pada Lokasi Tahun Tanam 2005.<br />

No Nama Jenis Famili K KR (%) F FR (%) INP<br />

1 Decaspermum sp. Myrtaceae 23000 18.70 1.00 11.63 30.33<br />

2 Timonius timon Rubiaceae 23000 18.70 1.00 11.63 30.33<br />

3 Glochidion sp1. Phylantahaceae 21000 17.07 0.80 9.30 26.38<br />

4 Lunasia amara Rutaceae 13000 10.57 1.00 11.63 22.20<br />

5 Linociera sp1. Oleaceae 11500 9.35 0.80 9.30 18.65<br />

6 Mallotus sp. Euphorbiaceae 11500 9.35 1.00 11.63 20.98<br />

7 Flueggea sp1. Phylantahaceae 9500 7.72 1.00 11.63 19.35<br />

8 Leea sp. Leeceae 4000 3.25 0.60 6.98 10.23<br />

9 Gmelina moluccana Verbenaceae 2500 2.03 0.20 2.33 4.36<br />

10 Syzygium sp. Myrtaceae 1500 1.22 0.40 4.65 5.87<br />

11 Ficus sp. Moraceae 1000 0.81 0.20 2.33 3.14<br />

12 Euodia sp. Rutaceae 500 0.41 0.20 2.33 2.73<br />

13 Flueggea sp2. Phylantahaceae 500 0.41 0.20 2.33 2.73<br />

14 Gironniera Cannabaceae 500 0.41 0.20 2.33 2.73<br />

JUMLAH 123000 100 8.60 100 200<br />

Sumber : Hasil olah data primer 2012.


45<br />

Lampiran 4. Parameter Kuantitatif Tingkat Pancang pada Lokasi Tahun Tanam 2005.<br />

No Nama Jenis Famili K KR (%) F FR (%) INP<br />

1 Timonius timon Rubiaceae 4160 23.74 1.00 11.90 35.65<br />

2 Mallotus sp. Euphorbiaceae 3440 19.63 1.00 11.90 31.54<br />

3 Flueggea sp1. Phylantahaceae 3200 18.26 1.00 11.90 30.17<br />

4 Lunasia amara Rutaceae 1680 9.59 1.00 11.90 21.49<br />

5 Decaspermum sp. Myrtaceae 1280 7.31 0.60 7.14 14.45<br />

6 Glochidion sp1. Phylantahaceae 1120 6.39 0.60 7.14 13.54<br />

7 Linociera sp1. Oleaceae 800 4.57 0.40 4.76 9.33<br />

8 Morinda citrifolia Rubiaceae 720 4.11 0.80 9.52 13.63<br />

9 Leea sp. Leeceae 400 2.28 0.60 7.14 9.43<br />

10 Gironniera Cannabaceae 160 0.91 0.20 2.38 3.29<br />

11 Kokoona sp. Celastraceae 160 0.91 0.20 2.38 3.29<br />

12 Premna corymbosa Lamiaceae 160 0.91 0.40 4.76 5.68<br />

13 Ficus septica Moraceae 80 0.46 0.20 2.38 2.84<br />

14 Instia bijuga Fabaceae 80 0.46 0.20 2.38 2.84<br />

15 Syzygium sp. Myrtaceae 80 0.46 0.20 2.38 2.84<br />

JUMLAH 17520 100 8.40 100 200<br />

Sumber : Hasil olah data primer 2012.


46<br />

Lampiran 5. Parameter Kuantitatif Tingkat Semai pada Lokasi Tahun Tanam 2006.<br />

No Nama Jenis Famili K KR (%) F FR (%) INP<br />

1 Timonius timon Rubiaceae 23000 15.97 0.80 7.02 22.99<br />

2 Flueggea sp1. Phylantahaceae 16000 11.11 1.00 8.77 19.88<br />

3 Lunasia amara Rutaceae 15500 10.76 0.40 3.51 14.27<br />

4 Decaspermum sp. Myrtaceae 15500 10.76 1.00 8.77 19.54<br />

5 Dracaena angustifolia Asparagaceae 9000 6.25 0.60 5.26 11.51<br />

6 Mallotus sp. Euphorbiaceae 8500 5.90 1.00 8.77 14.67<br />

7 Kokoona sp. Celastraceae 7500 5.21 0.80 7.02 12.23<br />

8 Premna corymbosa Lamiaceae 7500 5.21 0.80 7.02 12.23<br />

9 Glochidion sp1. Phylantahaceae 6000 4.17 0.60 5.26 9.43<br />

10 Melastoma malabathricum Melostamaceae 6000 4.17 0.20 1.75 5.92<br />

11 Planchonia sp. Lechytidaceae 5500 3.82 0.20 1.75 5.57<br />

12 Leea sp. Leeceae 5000 3.47 0.60 5.26 8.74<br />

13 Linociera sp1. Oleaceae 4500 3.13 0.60 5.26 8.39<br />

14 Morinda citrifolia Rubiaceae 3500 2.43 0.40 3.51 5.94<br />

15 Instia bijuga Fabaceae 2500 1.74 0.60 5.26 7.00<br />

16 Glochidion sp2. Phylantahaceae 2000 1.39 0.20 1.75 3.14<br />

17 Gironiera Cannabaceae 1500 1.04 0.40 3.51 4.55<br />

18 Gmelina moluccana Verbenaceae 1500 1.04 0.20 1.75 2.80<br />

19 Filicium Sapindaceae 1000 0.69 0.20 1.75 2.45<br />

20 Linociera sp2. Oleaceae 1000 0.69 0.20 1.75 2.45<br />

21 Alstonia macrophylla Apocynaceae 500 0.35 0.20 1.75 2.10<br />

22 Ficus septica Moraceae 500 0.35 0.20 1.75 2.10<br />

23 Ochrosia sp. Apocynaceae 500 0.35 0.20 1.75 2.10<br />

JUMLAH 144000 100 11.40 100 200<br />

Sumber : Hasil olah data primer 2012.


47<br />

Lampiran 6. Parameter Kuantitatif Tingkat Pancang pada Lokasi Tahun Tanam 2006.<br />

No Nama Jenis Famili K KR (%) F FR (%) INP<br />

1 Flueggea sp1 Phylantahaceae 2000 11.16 1.00 10.64 21.80<br />

2 Dracaena angustifolia Asparagaceae 1760 9.82 0.60 6.38 16.20<br />

3 Timonius timon Rubiaceae 1680 9.38 0.60 6.38 15.76<br />

4 Decaspermum sp. Myrtaceae 1520 8.48 0.80 8.51 16.99<br />

5 Planchonia sp. Lechytidaceae 1440 8.04 0.20 2.13 10.16<br />

6 Lunasia amara Rutaceae 1360 7.59 0.40 4.26 11.84<br />

7 Instia bijuga Fabaceae 1200 6.70 1.00 10.64 17.33<br />

8 Mallotus sp. Euphorbiaceae 1040 5.80 0.80 8.51 14.31<br />

9 Leea sp. Leeceae 960 5.36 0.60 6.38 11.74<br />

10 Kokoona sp. Celastraceae 880 4.91 0.60 6.38 11.29<br />

11 Linociera sp1. Oleaceae 720 4.02 0.40 4.26 8.27<br />

12 Melastoma malabathricum Melostamaceae 640 3.57 0.20 2.13 5.70<br />

13 Premna corymbosa Lamiaceae 560 3.13 0.20 2.13 5.25<br />

14 Filicium Sapindaceae 480 2.68 0.20 2.13 4.81<br />

15 Linociera sp2. Oleaceae 480 2.68 0.20 2.13 4.81<br />

16 Glochidion sp1. Phylantahaceae 400 2.23 0.40 4.26 6.49<br />

17 Glochidion sp2. Phylantahaceae 240 1.34 0.40 4.26 5.59<br />

18 Ochrosia sp. Apocynaceae 240 1.34 0.20 2.13 3.47<br />

19 Gironiera Cannabaceae 160 0.89 0.20 2.13 3.02<br />

20 Morinda citrifolia Rubiaceae 160 0.89 0.40 4.26 5.15<br />

JUMLAH 17920 100 9.40 100 200<br />

Sumber : Hasil olah data primer 2012.


48<br />

Lampiran 7. Parameter Kuantitatif Tingkat Semai pada Lokasi Tahun Tanam 2007.<br />

No Nama Jenis Famili K KR (%) F FR (%) INP<br />

1 Dracaena angustifolia Asparagaceae 40500 30.68 1.00 9.80 40.49<br />

2 Decaspermum sp. Myrtaceae 14000 10.61 1.00 9.80 20.41<br />

3 Linociera sp1. Oleaceae 14000 10.61 1.00 9.80 20.41<br />

4 Timonius timon Rubiaceae 14000 10.61 1.00 9.80 20.41<br />

5 Glochidion sp1. Phylantahaceae 11500 8.71 0.80 7.84 16.56<br />

6 Planchonia sp. Lechytidaceae 9500 7.20 0.60 5.88 13.08<br />

7 Mallotus sp. Euphorbiaceae 9500 7.20 1.00 9.80 17.00<br />

8 Flueggea sp1. Phylantahaceae 7500 5.68 1.00 9.80 15.49<br />

9 Filicium Sapindaceae 2500 1.89 0.60 5.88 7.78<br />

10 Morinda citrifolia Rubiaceae 2500 1.89 0.40 3.92 5.82<br />

11 Instia bijuga Fabaceae 2000 1.52 0.60 5.88 7.40<br />

12 Leea sp. Leeceae 2000 1.52 0.60 5.88 7.40<br />

13 Premna corymbosa Lamiaceae 1500 1.14 0.40 3.92 5.06<br />

14 Ficus sp. Moraceae 1000 0.76 0.20 1.96 2.72<br />

JUMLAH 132000 100 10.20 100 200<br />

Sumber : Hasil olah data primer 2012.


49<br />

Lampiran 8. Parameter Kuantitatif Tingkat Pancang pada Lokasi Tahun Tanam 2007.<br />

No Nama Jenis Famili K KR (%) F FR (%) INP<br />

1 Dracaena angustifolia Asparagaceae 4960 29.52 1.00 9.80 39.33<br />

2 Planchonia sp. Lechytidaceae 2160 12.86 0.60 5.88 18.74<br />

3 Linociera sp1. Oleaceae 1840 10.95 1.00 9.80 20.76<br />

4 Flueggea sp1. Phylantahaceae 1760 10.48 1.00 9.80 20.28<br />

5 Timonius timon Rubiaceae 1520 9.05 1.00 9.80 18.85<br />

6 Decaspermum sp. Myrtaceae 1280 7.62 1.00 9.80 17.42<br />

7 Mallotus sp. Euphorbiaceae 960 5.71 1.00 9.80 15.52<br />

8 Glochidion sp1. Phylantahaceae 560 3.33 0.60 5.88 9.22<br />

9 Leea sp. Leeceae 480 2.86 0.80 7.84 10.70<br />

10 Morinda citrifolia Rubiaceae 480 2.86 0.60 5.88 8.74<br />

11 Instia bijuga Fabaceae 320 1.90 0.60 5.88 7.79<br />

12 Filicium Sapindaceae 240 1.43 0.60 5.88 7.31<br />

13 Premna corymbosa Lamiaceae 160 0.95 0.20 1.96 2.91<br />

14 Ficus sp. Moraceae 80 0.48 0.20 1.96 2.44<br />

JUMLAH 16800 100 10.20 100 200<br />

Sumber : Hasil olah data primer 2012.


50<br />

Lampiran 9. Perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Semai 2004.<br />

No Nama Jenis Individu (ni) ni/N ln (ni/N) (ni/N) . ln (ni/N)<br />

1 Decaspermum sp. 38 0.192 -1.65 -0.32<br />

2 Linociera sp1. 31 0.157 -1.85 -0.29<br />

3 Timonius timon 25 0.126 -2.07 -0.26<br />

4 Flueggea sp1. 21 0.106 -2.24 -0.24<br />

5 Glochidion sp1. 19 0.096 -2.34 -0.22<br />

6 Morinda citrifolia 17 0.086 -2.46 -0.21<br />

7 Mallotus sp. 12 0.061 -2.80 -0.17<br />

8 Ficus sp. 10 0.051 -2.99 -0.15<br />

9 Dracaena angustifolia 6 0.030 -3.50 -0.11<br />

10 Kokoona sp. 4 0.020 -3.90 -0.08<br />

11 Dysoxylum sp. 4 0.020 -3.90 -0.08<br />

12 Leea sp. 3 0.015 -4.19 -0.06<br />

13 Premna corymbosa 2 0.010 -4.60 -0.05<br />

14 Instia bijuga 2 0.010 -4.60 -0.05<br />

15 Ficus septica 2 0.010 -4.60 -0.05<br />

16 Euodia sp. 1 0.005 -5.29 -0.03<br />

17 Alstonia macrophylla 1 0.005 -5.29 -0.03<br />

Total (N) 198 1 -58.26 -2.38<br />

Persamaan Indeks Shannon-Wiener :<br />

H’ = - ∑ (ni/N) Ln (ni/N)<br />

H’ = -(-2.38)<br />

H’ = 2.38 (Keragaman sedang)


51<br />

Lampiran 10. Perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Pancang 2004.<br />

No Nama Jenis Individu (ni) ni/N ln (ni/N) (ni/N) . ln (ni/N)<br />

1 Timonius timon 27 0.201 -1.60 -0.32<br />

2 Linociera sp1. 20 0.149 -1.90 -0.28<br />

3 Flueggea sp1. 15 0.112 -2.19 -0.25<br />

4 Decaspermum sp. 11 0.082 -2.50 -0.21<br />

5 Glochidion sp1. 11 0.082 -2.50 -0.21<br />

6 Mallotus sp. 11 0.082 -2.50 -0.21<br />

7 Kokoona sp. 9 0.067 -2.70 -0.18<br />

8 Ficus sp. 6 0.045 -3.11 -0.14<br />

9 Leea sp. 6 0.045 -3.11 -0.14<br />

10 Dracaena angustifolia 5 0.037 -3.29 -0.12<br />

11 Instia bijuga 5 0.037 -3.29 -0.12<br />

12 Morinda citrifolia 5 0.037 -3.29 -0.12<br />

13 Alstonia macrophylla 1 0.007 -4.90 -0.04<br />

14 Dysoxylum sp. 1 0.007 -4.90 -0.04<br />

15 Premna corymbosa 1 0.007 -4.90 -0.04<br />

Total (N) 134 1 -46.67 -2.40<br />

Persamaan Indeks Shannon-Wiener :<br />

H’ = - ∑ (ni/N) Ln (ni/N)<br />

H’ = -(-2.40)<br />

H’ = 2.40 (Keragaman sedang)


52<br />

Lampiran 11. Perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Semai 2005.<br />

No Nama Jenis Individu (ni) ni/N ln (ni/N) (ni/N) . ln (ni/N)<br />

1 Decaspermum sp. 46 0.187 -1.68 -0.31<br />

2 Timonius timon 46 0.187 -1.68 -0.31<br />

3 Glochidion sp1. 42 0.171 -1.77 -0.30<br />

4 Lunasia amara 26 0.106 -2.25 -0.24<br />

5 Linociera sp1. 23 0.093 -2.37 -0.22<br />

6 Mallotus sp. 23 0.093 -2.37 -0.22<br />

7 Flueggea sp1. 19 0.077 -2.56 -0.20<br />

8 Leea sp. 8 0.033 -3.43 -0.11<br />

9 Gmelina moluccana 5 0.020 -3.90 -0.08<br />

10 Syzygium sp. 3 0.012 -4.41 -0.05<br />

11 Ficus sp. 2 0.008 -4.81 -0.04<br />

12 Euodia sp. 1 0.004 -5.51 -0.02<br />

13 Flueggea sp2. 1 0.004 -5.51 -0.02<br />

14 Gironniera 1 0.004 -5.51 -0.02<br />

Total (N) 246 1 -47.73 -2.16<br />

Persamaan Indeks Shannon-Wiener :<br />

H’ = - ∑ (ni/N) Ln (ni/N)<br />

H’ = -(-2.16)<br />

H’ = 2.16 (Keragaman sedang)


53<br />

Lampiran 12. Perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Pancang 2005.<br />

No Nama Jenis Individu (ni) ni/N ln (ni/N) (ni/N) . ln (ni/N)<br />

1 Timonius timon 52 0.237 -1.44 -0.34<br />

2 Mallotus sp. 43 0.196 -1.63 -0.32<br />

3 Flueggea sp1. 40 0.183 -1.70 -0.31<br />

4 Lunasia amara 21 0.096 -2.34 -0.22<br />

5 Decaspermum 16 0.073 -2.62 -0.19<br />

6 Glochidion sp1. 14 0.064 -2.75 -0.18<br />

7 Linociera sp1. 10 0.046 -3.09 -0.14<br />

8 Morinda citrifolia 9 0.041 -3.19 -0.13<br />

9 Leea sp. 5 0.023 -3.78 -0.09<br />

10 Gironniera 2 0.009 -4.70 -0.04<br />

11 Kokoona sp. 2 0.009 -4.70 -0.04<br />

12 Premna corymbosa 2 0.009 -4.70 -0.04<br />

13 Ficus septica 1 0.005 -5.39 -0.02<br />

14 Instia bijuga 1 0.005 -5.39 -0.02<br />

15 Syzygium sp. 1 0.005 -5.39 -0.02<br />

Total (N) 219 1 -52.79 -2.12<br />

Persamaan Indeks Shannon-Wiener :<br />

H’ = - ∑ (ni/N) Ln (ni/N)<br />

H’ = -(-2.12)<br />

H’ = 2.12 (Keragaman sedang)


54<br />

Lampiran 13. Perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Semai 2006.<br />

No Nama Jenis Individu (ni) ni/N ln (ni/N) (ni/N) . ln (ni/N)<br />

1 Timonius timon 46 0.160 -1.83 -0.29<br />

2 Flueggea sp1. 32 0.111 -2.20 -0.24<br />

3 Lunasia amara 31 0.108 -2.23 -0.24<br />

4 Decaspermum sp. 31 0.108 -2.23 -0.24<br />

5 Dracaena angustifolia 18 0.063 -2.77 -0.17<br />

6 Mallotus sp. 17 0.059 -2.83 -0.17<br />

7 Kokoona sp. 15 0.052 -2.95 -0.15<br />

8 Premna corymbosa 15 0.052 -2.95 -0.15<br />

9 Glochidion sp1. 12 0.042 -3.18 -0.13<br />

10 Melastoma malabathricum 12 0.042 -3.18 -0.13<br />

11 Planchonia sp. 11 0.038 -3.27 -0.12<br />

12 Leea sp. 10 0.035 -3.36 -0.12<br />

13 Linociera sp1. 9 0.031 -3.47 -0.11<br />

14 Morinda citrifolia 7 0.024 -3.72 -0.09<br />

15 Instia bijuga 5 0.017 -4.05 -0.07<br />

16 Glochidion sp2. 4 0.014 -4.28 -0.06<br />

17 Gironiera 3 0.010 -4.56 -0.05<br />

18 Gmelina moluccana 3 0.010 -4.56 -0.05<br />

19 Filicium 2 0.007 -4.97 -0.03<br />

20 Linociera sp2. 2 0.007 -4.97 -0.03<br />

21 Alstonia macrophylla 1 0.003 -5.66 -0.02<br />

22 Ficus septica 1 0.003 -5.66 -0.02<br />

23 Ochrosia sp. 1 0.003 -5.66 -0.02<br />

Total (N) 288 1 -84.55 -2.72<br />

Persamaan Indeks Shannon-Wiener :<br />

H’ = - ∑ (ni/N) Ln (ni/N)<br />

H’ = -(-2.72)<br />

H’ = 2.72 (Keragaman sedang)


55<br />

Lampiran 14. Perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Pancang 2006.<br />

No Nama Jenis Individu (ni) ni/N ln (ni/N) (ni/N) . ln (ni/N)<br />

1 Flueggea sp1. 25 0.112 -2.19 -0.24<br />

2 Dracaena angustifolia 22 0.098 -2.32 -0.23<br />

3 Timonius timon 21 0.094 -2.37 -0.22<br />

4 Decaspermum sp. 19 0.085 -2.47 -0.21<br />

5 Planchonia sp. 18 0.080 -2.52 -0.20<br />

6 Lunasia amara 17 0.076 -2.58 -0.20<br />

7 Instia bijuga 15 0.067 -2.70 -0.18<br />

8 Mallotus sp. 13 0.058 -2.85 -0.17<br />

9 Leea sp. 12 0.054 -2.93 -0.16<br />

10 Kokoona sp. 11 0.049 -3.01 -0.15<br />

11 Linociera sp1. 9 0.040 -3.21 -0.13<br />

12 Melastoma malabathricum 8 0.036 -3.33 -0.12<br />

13 Premna corymbosa 7 0.031 -3.47 -0.11<br />

14 Filicium 6 0.027 -3.62 -0.10<br />

15 Linociera sp2. 6 0.027 -3.62 -0.10<br />

16 Glochidion sp1. 5 0.022 -3.80 -0.08<br />

17 Glochidion sp2. 3 0.013 -4.31 -0.06<br />

18 Ochrosia sp. 3 0.013 -4.31 -0.06<br />

19 Gironiera 2 0.009 -4.72 -0.04<br />

20 Morinda citrifolia 2 0.009 -4.72 -0.04<br />

Total (N) 224 1 -65.06 -2.79<br />

Persamaan Indeks Shannon-Wiener :<br />

H’ = - ∑ (ni/N) Ln (ni/N)<br />

H’ = -(-2.79)<br />

H’ = 2.79 (Keragaman sedang)


56<br />

Lampiran 15. Perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Semai 2007.<br />

No Nama Jenis Individu (ni) ni/N ln (ni/N) (ni/N) . ln (ni/N)<br />

1 Dracaena angustifolia 81 0.307 -1.18 -0.36<br />

2 Decaspermum sp. 28 0.106 -2.24 -0.24<br />

3 Linociera sp1. 28 0.106 -2.24 -0.24<br />

4 Timonius timon 28 0.106 -2.24 -0.24<br />

5 Glochidion sp1. 23 0.087 -2.44 -0.21<br />

6 Planchonia sp. 19 0.072 -2.63 -0.19<br />

7 Mallotus sp. 19 0.072 -2.63 -0.19<br />

8 Flueggea sp1. 15 0.057 -2.87 -0.16<br />

9 Filicium 5 0.019 -3.97 -0.08<br />

10 Morinda citrifolia 5 0.019 -3.97 -0.08<br />

11 Instia bijuga 4 0.015 -4.19 -0.06<br />

12 Leea sp. 4 0.015 -4.19 -0.06<br />

13 Premna corymbosa 3 0.011 -4.48 -0.05<br />

14 Ficus sp. 2 0.008 -4.88 -0.04<br />

Total (N) 264 1 -44.16 -2.20<br />

Persamaan Indeks Shannon-Wiener :<br />

H’ = - ∑ (ni/N) Ln (ni/N)<br />

H’ = -(-2.20)<br />

H’ = 2.20 (Keragaman sedang)


57<br />

Lampiran 16. Perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener Tingkat Pancang 2007.<br />

No Nama Jenis Individu (ni) ni/N ln (ni/N) (ni/N) . ln (ni/N)<br />

1 Dracaena angustifolia 62 0.295 -1.22 -0.36<br />

2 Planchonia sp. 27 0.129 -2.05 -0.26<br />

3 Linociera sp1. 23 0.110 -2.21 -0.24<br />

4 Flueggea sp1. 22 0.105 -2.26 -0.24<br />

5 Timonius timon 19 0.090 -2.40 -0.22<br />

6 Decaspermum sp. 16 0.076 -2.57 -0.20<br />

7 Mallotus sp. 12 0.057 -2.86 -0.16<br />

8 Glochidion sp1. 7 0.033 -3.40 -0.11<br />

9 Leea sp. 6 0.029 -3.56 -0.10<br />

10 Morinda citrifolia 6 0.029 -3.56 -0.10<br />

11 Instia bijuga 4 0.019 -3.96 -0.08<br />

12 Filicium 3 0.014 -4.25 -0.06<br />

13 Premna coriymbosa 2 0.010 -4.65 -0.04<br />

14 Ficus sp. 1 0.005 -5.35 -0.03<br />

Total (N) 210 1 -44.30 -2.20<br />

Persamaan Indeks Shannon-Wiener :<br />

H’ = - ∑ (ni/N) Ln (ni/N)<br />

H’ = -(-2.20)<br />

H’ = 2.20 (Keragaman sedang)


58<br />

Lampiran 17. Data Curah Hujan tahun 2006-2010 Kabupaten Biak Numfor.<br />

2006 2007 2008 2009 2010<br />

Bulan 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3<br />

CH K S CH K S CH K S CH K S CH K S<br />

Januari 328 87 26,8 154 88 27,2 358 88 88 330 86 27,1 428,6 87 26,8<br />

Februari 167 88 27,0 315 89 26,4 363 87 87 215 87 26,6 93,1 81 27,2<br />

Maret 374 87 26,9 275 89 26,6 410 87 86 429 78 26,8 358,7 87 27,1<br />

April 240 87 26,8 133 88 26,9 430 90 88 273 86 27,4 181,5 86 27,4<br />

Mei 94 86 27,3 244 88 27,2 228 87 89 181 86 27,4 192,6 85 27,9<br />

Juni 307 89 26,5 280 88 27,2 237 88 87 241 87 27,0 186,6 85 27,6<br />

Juli 178 87 26,7 381 88 26,6 302 88 88 289 84 27,0 434,7 83 27,3<br />

Agustus 135 84 27,1 381 88 26,6 446 88 88 291 86 27,1 222,5 85 27,3<br />

September 148 82 27,4 153 89 26,7 132 86 89 198 83 27,0 352,7 83 27,6<br />

Oktober 36 84 27,4 212 87 27,2 437 88 88 212 83 27,6 332.7 84 27,4<br />

November 108 87 27,0 129 88 27 279 86 87 174 84 23,9 95,0 84 27,5<br />

Desember 271 89 27,0 278 87 27,1 299 85 88 142 85 27,6 319,5 86 27,1<br />

Rata-rata 199 86 27 244 88 27 237 87 88 248 85 28 266 84 28<br />

Sumber : Stasiun Meteorologi Klas I Frans Kaisepo Biak<br />

Keterangan :<br />

1. CH = Curah Hujan/RRR (mm)<br />

2. K = Kelembaban Udar/RH (%)<br />

3. S = Suhu Udara rata-rata ( o Celcius)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!