agribisnis ternak ruminansia jilid 1 smk - Index of
agribisnis ternak ruminansia jilid 1 smk - Index of
agribisnis ternak ruminansia jilid 1 smk - Index of
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Sumber: Ensiklopedi Wikipedia, 2007<br />
Gambar 7. Sapi Ongole Jantan<br />
Sapi ongole dan PO baik<br />
untuk mengolah lahan karena<br />
badan besar, kuat, jinak dan<br />
bertemperamen tenang, tahan<br />
terhadap panas, dan mampu<br />
beradaptasi dengan kondisi<br />
yang minim.<br />
Sapi-sapi ongole asal India<br />
dimasukkan kali pertama oleh<br />
Pemerintah Hindia Belanda<br />
ke Pulau Sumba, pada awal<br />
abad ke 20, sekitar tahun<br />
1906-1907. Dari empat jenis<br />
sapi, yang dimasukkan ke<br />
Sumba saat itu, yaitu sapi<br />
Bali, sapi Madura, sapi Jawa,<br />
dan sapi Ongole, ternyata<br />
hanya sapi Ongole yang<br />
mampu beradaptasi dengan<br />
baik dan berkembang dengan<br />
cepat, di pulau yang panjang<br />
musim kemaraunya ini.<br />
Sekitar tujuh atau delapan<br />
tahun kemudian, pada tahun<br />
1914, Pemerintah Hindia<br />
Belanda menetapkan Pulau<br />
Sumba sebagai pusat<br />
pembibitan sapi Ongole<br />
murni. Upaya ini disertai<br />
dengan memasukkan 42 ekor<br />
sapi ongole pejantan, berikut<br />
496 ekor sapi ongole betina<br />
serta 70 ekor anakan ongole.<br />
Dalam laporan tahunan Dinas<br />
Pe<strong>ternak</strong>an Kabupaten<br />
Sumba Timur (1989) tercatat,<br />
pada tahun 1915, Pulau<br />
Sumba sudah mengekspor<br />
enam ekor bibit sapi ongole<br />
pejantan. Empat tahun<br />
kemudian, pada 1919, ekspor<br />
sapi ongole dari Pulau Sumba<br />
tercatat sebanyak 254 ekor,<br />
dan pada tahun 1929,<br />
meningkat mencapai 828<br />
ekor. Sapi-sapi asal Sumba<br />
ini pun memiliki merek<br />
dagang, sapi Sumba Ongole<br />
(SO).<br />
Perkembangan selanjutnya,<br />
Sumba kembali ditetapkan<br />
sebagai pusat pembibitan<br />
sapi ongole murni di masa<br />
pemerintahan Presiden<br />
Soeharto, melalui Undang-<br />
Undang Pokok Pe<strong>ternak</strong>an<br />
29