09.01.2015 Views

keanekaragaman dan pola distribusi longitudinal kerang air tawar

keanekaragaman dan pola distribusi longitudinal kerang air tawar

keanekaragaman dan pola distribusi longitudinal kerang air tawar

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI LONGITUDINAL KERANG AIR<br />

TAWAR DI PERAIRAN SUNGAI BRANTAS<br />

Aisyah H. Rama<strong>dan</strong>i, Moch. Affandi, <strong>dan</strong> Bambang Irawan<br />

Prodi S-1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains <strong>dan</strong> Teknologi,<br />

Universitas Airlangga, Surabaya<br />

ABSTRACT<br />

The aim of the research are reveal the species diversity of freshwater mussels, species<br />

abun<strong>dan</strong>ce, dominance and continuity species existence as <strong>longitudinal</strong> distribution pattern in<br />

Brantas river. This research was explorative which mussel sampling conducted along the Brantas<br />

river on 15 station where each station was divided into 3 sampling plots. Freshwater mussels<br />

specimens were taken by using Ponar dredge. McNemar test with binomial distribution was used to<br />

decided degree of continuity existence from freshwater mussels by comparing existence frequency<br />

of mussels that were taken with continous existence frequency. This research found 3 species, family<br />

of Unionidae such as Contradens contradens, Elongaria orientalis, Rectidens sumatrensis, and 1<br />

species, family of Corbiculidae known as Corbicula lacunae. All species have abun<strong>dan</strong>ce range<br />

from 1 – 13 individual/ m 2 and Elongaria orientalis which known as the most dominant species<br />

which have 31% dominancy index. From continuity analysis, four species of freshwater mussels<br />

have continuity distribution only in existence range area, while in all station its distribution become<br />

discontinue.<br />

Keywords: Contradens contradens, Elongaria orientalis, Rectidens sumatrensis, Corbicula<br />

lacunae , <strong>longitudinal</strong> distribution, Brantas river.<br />

PENDAHULUAN<br />

Sungai Brantas merupakan salah satu sungai<br />

terpanjang di Jawa Timur dengan panjang ±<br />

320 km yang bersumber pada lereng Gunung<br />

Arjuna <strong>dan</strong> Anjasmara; <strong>dan</strong> bermuara di selat<br />

Madura. Sungai Brantas ini melintasi 15<br />

kabupaten <strong>dan</strong> kota dengan luas wilayah aliran<br />

seluas 14.103 km 2 (Anonimus, 2008). Dari<br />

aspek sosiokultur, Sungai Brantas mempunyai<br />

fungsi <strong>dan</strong> arti penting yang dirasakan secara<br />

langsung oleh masyarakat yang tinggal di<br />

daerah aliran sungai tersebut <strong>dan</strong> masyarakat<br />

Jawa Timur secara tidak langsung. Se<strong>dan</strong>gkan<br />

dari aspek ekologi, per<strong>air</strong>an Sungai Brantas<br />

merupakan tempat hidup atau habitat bagi<br />

berbagai jenis organisme per<strong>air</strong>an <strong>tawar</strong> mulai<br />

dari organisme berukuran makro hingga mikro<br />

baik hewan vertebrata maupun invertebrata<br />

yang hidup sebagai plankton, nekton, <strong>dan</strong><br />

benthos (Handayani dkk., 2001; Arisandi,<br />

2008). Salah satunya adalah kelompok<br />

bivalvia yaitu <strong>kerang</strong>.<br />

. Kerang <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> yang terdapat di<br />

dalam ba<strong>dan</strong> sungai memiliki arti penting bagi<br />

keseimbangan ekosistem di lingkungannya


sebagai konsumen yang mengonsumsi<br />

organisme-organisme berukuran lebih kecil<br />

<strong>dan</strong> komponen tersuspensi dalam <strong>air</strong> (filter<br />

feeder). Kerang <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> juga memiliki nilai<br />

komoditas ekonomi yang tinggi karena <strong>kerang</strong><br />

<strong>air</strong> <strong>tawar</strong> sering dimanfaatkan oleh masyarakat<br />

sebagai makanan se<strong>dan</strong>gkan sisa cangkangnya<br />

digunakan sebagai salah satu materi hiasan<br />

dinding, campuran kapur bangunan, hasil<br />

kerajinan, atau bahkan sebagai campuran<br />

pakan ternak (Wahyuni, 2007).<br />

Kerang <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> cocok sebagai<br />

organisme indikator yang mana keberadaannya<br />

di suatu per<strong>air</strong>an dapat digunakan untuk<br />

mengukur kondisi lingkungan di sekitarnya<br />

(Naimo, 1995 dalam Grabarkiewicz <strong>dan</strong><br />

Wayne, 2008) karena memiliki karakter yang<br />

khas di antaranya masa hidup yang panjang,<br />

fase juvenil <strong>dan</strong> dewasa bersifat immobile,<br />

bersifat filter feeder, memiliki bagian tubuh<br />

lunak yang dapat digunakan untuk analisis<br />

kimia, <strong>dan</strong> cangkang yang dapat digunakan<br />

sebagai rekaman sejarah (Grabarkiewicz <strong>dan</strong><br />

Wayne, 2008).<br />

Kerang memiliki kadar sensitivitas<br />

yang beragam terhadap kontaminan beracun<br />

yang masuk ke dalam ba<strong>dan</strong> <strong>air</strong> sehingga<br />

<strong>kerang</strong> sangat potensial digunakan sebagai<br />

biomonitoring lingkungan. A<strong>dan</strong>ya<br />

kontaminan beracun yang masuk ke dalam<br />

ba<strong>dan</strong> <strong>air</strong> mengakibatkan penurunan jumlah<br />

populasi <strong>kerang</strong> di suatu per<strong>air</strong>an (Baker, 1928<br />

dalam Grabarkiewicz <strong>dan</strong> Wayne, 2008).<br />

Master et al. (2000 dalam Grabarkiewicz <strong>dan</strong><br />

Wayne, 2008) mengatakan bahwa saat ini 37<br />

spesies <strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> diduga mengalami<br />

kepunahan disebabkan oleh kerusakan habitat,<br />

penurunan kualitas <strong>air</strong>, introduksi spesies<br />

eksotis, <strong>dan</strong> perubahan hidrologi.<br />

A<strong>dan</strong>ya pemanfaatan yang berbedabeda<br />

di tiap bagian sungai dari hulu hingga ke<br />

hilir menyebabkan per<strong>air</strong>an Sungai Brantas<br />

banyak mengalami perubahan. Perubahan itu<br />

lebih condong ke arah penurunan kualitas<br />

sungai yang bertahap dari hulu hingga hilir.<br />

Oleh karena itu perlu a<strong>dan</strong>ya penjelasan atau<br />

data mengenai kondisi terkini <strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong><br />

yang hidup di per<strong>air</strong>an Sungai Brantas. Studi<br />

yang mengungkap jenis (spesies) <strong>kerang</strong> <strong>air</strong><br />

<strong>tawar</strong> yang hidup di per<strong>air</strong>an Brantas masih<br />

jarang dilakukan. Informasi <strong>dan</strong> data tentang<br />

spesies <strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> di per<strong>air</strong>an Brantas<br />

terakhir kali disajikan oleh Jutting pada tahun<br />

1953. Untuk itu, penelitian ini bertujuan<br />

mengungkap macam spesies, kelimpahan <strong>dan</strong><br />

dominansi masing-masing spesies, serta<br />

keberadaan tiap spesies <strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> yang<br />

hidup di sepanjang Sungai Brantas.<br />

METODE PENELITIAN<br />

Penelitian dilakukan di sepanjang<br />

Sungai Brantas meliputi kabupaten/ kota<br />

Surabaya, Gresik, Mojokerto, Jombang,<br />

Kertosono, Kediri, <strong>dan</strong> Tulungagung.<br />

Pengambilan sampel dilakukan pada bulan<br />

April-Mei 2011. Penyortiran, pengamatan, <strong>dan</strong><br />

identifikasi sampel dilakukan pada bulan<br />

April-Mei 2011 di Laboratorium Ekologi <strong>dan</strong><br />

Biosistematika Departemen Biologi Fakultas<br />

Sains <strong>dan</strong> Teknologi Universitas Airlangga.


Alat <strong>dan</strong> bahan yang digunakan dalam<br />

penelitian ini antara lain Ponar dredge, kertas<br />

pH (indikator universal), termometer alkohol,<br />

flow meter, Global Positioning System (GPS),<br />

altimeter, larutan formalin 4%, seperangkat<br />

alat <strong>dan</strong> bahan titrasi Winkler.<br />

Pengambilan sampel dilakukan pada 15<br />

stasiun yang dimulai dari bagian hilir sungai<br />

berturut-turut naik ke bagian tengah sungai<br />

hingga mendekati bagian hulu sungai. Masingmasing<br />

stasiun dibagi menjadi tiga plot..<br />

Daerah plot yang diambil meliputi daerah<br />

pinggir sungai (dekat wilayah riparian) sebelah<br />

kanan <strong>dan</strong> kiri serta daerah tengah sungai.<br />

Sampel yang diambil terdiri dari sampel<br />

<strong>kerang</strong>, substrat, <strong>dan</strong> <strong>air</strong>. Pengambilan sampel<br />

<strong>kerang</strong> <strong>dan</strong> substrat dilakukan di masingmasing<br />

plot dengan luas area sesuai dengan<br />

luas cakupan Ponar dredge yang digunakan<br />

yaitu 23 cm x 23 cm. Pengambilan sampel<br />

dengan Ponar dredge tersebut sebanyak 5 kali.<br />

Pengambilan sampel substrat dilakukan untuk<br />

menentukan jenis tekstur substrat <strong>dan</strong><br />

kandungan bahan organik dalam substrat.<br />

Pengambilan sampel <strong>air</strong> dilakukan untuk<br />

mengukur pH, temperatur, kedalam <strong>dan</strong> arus<br />

yang dilakukan langsung di lapangan,<br />

se<strong>dan</strong>gkan pengukuran kandungan oksigen<br />

terlarut (DO) dilakukan di Laboratorium.<br />

Analisis data kelimpahan tiap spesies<br />

<strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> dilakukan dengan menghitung<br />

jumlah individu <strong>kerang</strong> yang didapat <strong>dan</strong><br />

selanjutnya diekstra<strong>pola</strong>si kedalam satuan<br />

individu/m 2 . Indeks dominansi tiap spesies<br />

dihitung dengan formula Simpson (Brower et<br />

al., 1998).<br />

ni<br />

Di <br />

N<br />

x 100%<br />

Dengan Di = indeks dominansi, ni = jumlah<br />

individu tiap spesies, <strong>dan</strong> N = jumlah total<br />

individu tiap stasiun. Untuk menguji<br />

kontinuitas keberadaan <strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong><br />

digunakan metode statistik yaitu uji McNemar<br />

dengan <strong>distribusi</strong> binomial.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Dari hasil pengambilan sampel <strong>kerang</strong><br />

di 15 stasiun penelitian <strong>dan</strong> kemudian<br />

dilanjutkan dengan proses identifikasi sampel,<br />

diperoleh empat spesies <strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> (dari<br />

dua<br />

familia) yaitu Contradens contradens,<br />

Elongaria orientalis, <strong>dan</strong> Rectidens<br />

sumatrensis (famili Unionidae), serta<br />

Corbicula lacunae (famili Corbiculidae).<br />

Contradens contradens didapatkan pada<br />

stasiun 3, 4, <strong>dan</strong> 5 dengan kelimpahan<br />

berturut-turut 5 individu/m 2 , 6 individu/m 2 ,<br />

<strong>dan</strong> 4 individu/m 2 . Elongaria orientalis<br />

didapatkan pada stasiun 3, 4, 5, <strong>dan</strong> 8 dengan<br />

kelimpahan berturut-turut 4 individu/m 2 , 13<br />

individu/m 2 , 5 individu/m 2 , <strong>dan</strong> 1 individu/m 2 .<br />

Rectidens sumatrensis didapatkan di stasiun 3,<br />

4, 5, <strong>dan</strong> 8 dengan kelimpahan berturut-turut<br />

10 individu/m 2 , 1 individu/m 2 , 6 individu/m 2 ,<br />

<strong>dan</strong> 1 individu/m 2 . Se<strong>dan</strong>gkan Corbicula<br />

lacunae keberadaannya ditemukan pada<br />

stasiun 3, 4, 7, <strong>dan</strong> 10 dengan kelimpahan 3<br />

individu/m 2 , 9 individu/m 2 , 4 individu/m 2 , <strong>dan</strong><br />

1 individu/m 2 . Secara garis besar sebaran<br />

spesies-spesies <strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> yang ada di


sistem sungai Brantas (Kali Brantas <strong>dan</strong> Kali<br />

Surabaya) terkonsentrasi pada bagian hilir<br />

yaitu di Kali Surabaya. Selain itu juga terjadi<br />

kecenderungan penurunan kelimpahan<br />

individu <strong>kerang</strong> dari daerah hilir ke arah hulu<br />

sungai. Terjadinya dua hal tersebut dapat<br />

disebabkan oleh pengambilan sampel <strong>kerang</strong><br />

yang dilakukan pada saat musim penghujan,<br />

yang mana pada saat itu kondisi volume <strong>air</strong><br />

sungai meningkat <strong>dan</strong> kecepatan arus cukup<br />

deras sehingga menyebabkan kesulitan dalam<br />

teknis sampling <strong>dan</strong> memungkinkan terjadinya<br />

penggelontoran/ penghanyutan (flushing)<br />

hewan-hewan benthos di dasar sungai (Barus,<br />

2002).<br />

Dari hasil analisis stastistik data<br />

keberadaan maka <strong>distribusi</strong> empat spesies<br />

<strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> di sepanjang Sungai Brantas<br />

bersifat kontinu hanya dalam daerah kisaran<br />

persebarannya saja (stasiun 3 hingga 10) jika<br />

dilihat dari keseluruhan stasiun penelitian,<br />

<strong>distribusi</strong>nya menjadi tidak kontinu.<br />

Ketidakkontinuan <strong>distribusi</strong> <strong>kerang</strong> baik dari<br />

famili Unionidae <strong>dan</strong> Corbiculidae di sungai<br />

Brantas dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu<br />

sifat fisik kimia per<strong>air</strong>an yang meliputi pH,<br />

kecepatan arus, ukuran sungai <strong>dan</strong> tekstur<br />

substrat; ketersediaan pakan yang meliputi<br />

plankton <strong>dan</strong> bahan organik yang terkandung<br />

di substrat; ketersediaan <strong>dan</strong> sebaran ikan yang<br />

berperan sebagai inang (Hart, 1995; Junaidi<br />

dkk., 2010).<br />

Pada stasiun 1 <strong>dan</strong> 2 tidak ditemukan<br />

<strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> dikarenakan tingginya laju<br />

sedimentasi ditempat tersebut yang<br />

diakibatkan oleh kecepatan arus yang terlalu<br />

lambat (0,083—0,09 m/s). Kondisi tersebut<br />

selain dapat mengubur kehidupan di dasar juga<br />

menciptakan karakteristik substrat dominan<br />

berupa lumpur lempung yang mana bukan<br />

merupakan habitat alami Corbicula sp.<br />

(Junaidi dkk., 2010) <strong>dan</strong> juga <strong>kerang</strong> famili<br />

Unionidae. Kerang ini lebih menyukai substrat<br />

yang kasar seperti pasir atau kerikil atau<br />

campuran pasir dengan material lain (Hart,<br />

1995; Pennak, 1989). Sementara menurut<br />

Suwignyo (1975) dalam Prihatini (1999),<br />

<strong>kerang</strong> Unionidae menyukai substrat<br />

berlumpur dengan sedikit pasir karena lumpur<br />

lempung juga berpotensial untuk menyumbat<br />

insang <strong>kerang</strong>, menghambat pernafasan,<br />

pencernaan, <strong>dan</strong> reproduksi (Fuller 1974,<br />

Aldridge et al, 1987).


Tabel 1. Kelimpahan <strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> di per<strong>air</strong>an Sungai Brantas<br />

No. Nama spesies<br />

Kelimpahan per stasiun (individu/m²)<br />

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15<br />

Total<br />

1 Contradens contradens 0 0 5 6 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15<br />

2 Elongaria orientalis 0 0 4 13 5 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 23<br />

3 Rectidens sumatrensis 0 0 10 1 6 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 19<br />

4 Corbicula lacunae 0 0 3 9 0 0 4 0 0 1 0 0 0 0 0 17<br />

Stasiun 3 hingga 5 memiliki kondisi<br />

lingkungan yang sangat mendukung<br />

kehidupan <strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong>, oleh karena itu<br />

kelimpahan <strong>kerang</strong> cukup tinggi diantara<br />

stasiun-stasiun lainnya. Substrat dasar<br />

per<strong>air</strong>an pada ketiga stasiun ini sesuai dengan<br />

mikrohabitat famili Corbiculidae <strong>dan</strong><br />

Unionidae. Temperatur <strong>air</strong> pada stasiun ini<br />

juga masih memenuhi batas toleransi.<br />

Berdasarkan Nedeau et al.(2009) <strong>dan</strong> Junaidi<br />

dkk. (2010), temperatur di bawah 1,7—2,8 ⁰C<br />

<strong>dan</strong> di atas 40⁰C menyebabkan kematian pada<br />

<strong>kerang</strong> famili Corbiculidae. Affandi (1990)<br />

menambahkan bahwa <strong>kerang</strong> termasuk ke<br />

dalam hewan benthos <strong>dan</strong> secara alami<br />

tergolong hewan eurythermal sehingga<br />

perubahan suhu yang tidak melebihi 30⁰C<br />

tidak berpengaruh terhadap kehidupan hewan<br />

benthos. Temperatur juga berpengaruh<br />

terhadap ketersediaan pakan untuk <strong>kerang</strong> di<br />

mana suhu optimal yang menunjang<br />

kehidupan plankton. Kecepatan arus di ketiga<br />

stasiun ini tidak terlalu deras <strong>dan</strong> tidak terlalu<br />

lambat sehingga sangat mendukung<br />

kehidupan <strong>kerang</strong>. Kerang famili<br />

Corbiculidae tidak menyukai arus yang deras<br />

karena arus yang deras dapat mengikis<br />

kandungan nutrisi yang dikandung oleh<br />

substrat <strong>dan</strong> akan mengurangi suplai makanan<br />

untuk <strong>kerang</strong> (Junaidi dkk., 2010). Kecepatan<br />

arus juga berpengaruh terhadap banyaknya<br />

kadar oksigen yang terlarut dalam <strong>air</strong>, pada<br />

stasiun ini kadar oksigen terlarut bekisar<br />

5,4—8,3 mgO 2 /liter. Suwignyo (1975) dalam<br />

Prihatini (1999) menyatakan bahwa <strong>kerang</strong><br />

menyukai lingkungan dengan kandungan<br />

oksigen terlarut antara 3,8—12,5 mgO 2 /lt.<br />

Ketersediaan oksigen yang cukup membuat<br />

metabolisme tubuh <strong>kerang</strong> berjalan dengan<br />

optimum. Faktor lain yang mendukung<br />

kehidupan <strong>kerang</strong> pada stasiun ini adalah<br />

faktor kedalaman sungai. Menurut Bagatini et<br />

al. (2007), kedalaman sungai berpengaruh<br />

terhadap jumlah jenis, jumlah individu, <strong>dan</strong><br />

jumlah biomassa <strong>kerang</strong> Corbiculidae.<br />

Kebanyakan <strong>kerang</strong> famili Corbicuidae<br />

dewasa memiliki kecenderungan berpindah ke<br />

bagian pinggir sungai untuk mendapatkan<br />

tempat yang <strong>dan</strong>gkal <strong>dan</strong> kadar oksigen yang<br />

lebih tinggi (Gardner et al., 1976). Begitu<br />

juga <strong>kerang</strong> Unionidae menyukai per<strong>air</strong>an<br />

dengan kedalaman kurang dari 2 meter hingga<br />

3 meter, kisaran 1,5 meter merupakan habitat<br />

paling sesuai akan tetapi lebih rendah dari 0,6<br />

meter sudah bukan merupakan habitat yang<br />

sesuai (Pennak, 1989; Hart, 1995).


Pada stasiun 6 tidak didapatkan<br />

individu <strong>kerang</strong> dengan kondisi lingkungan di<br />

stasiun ini yang secara teori mendukung<br />

kehidupan <strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> di dalamnya. Hal<br />

yang dapat menjelaskan peristiwa ini adalah<br />

kemungkinan tidak a<strong>dan</strong>ya populasi ikan<br />

inang pada stasiun ini. Akan tetapi belum ada<br />

data akurat mengenai alasan tersebut<br />

mengingat belum ada penelitian tentang<br />

persebaran ikan di Sungai Brantas.<br />

Pada stasiun 7 hanya didapatkan satu<br />

jenis <strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> yaitu Corbicula<br />

lacunae, hal ini menunjukkan a<strong>dan</strong>ya<br />

toleransi yang besar dari C. lacunae terhadap<br />

kondisi lingkungan (sifat fisik kimia) pada<br />

stasiun ini. Stasiun ini memiliki temperatur<br />

<strong>air</strong> yang cukup tinggi (31⁰C), sungai yang<br />

dalam (3,2 m), <strong>dan</strong> arus yang sangat lambat<br />

saat pengambilan sampel dilakukan (0,06<br />

m/s). Terjadinya arus yang sangat lambat<br />

dikarenakan saat pengambilan sampel<br />

berlangsung pintu <strong>air</strong> utama yang membatasi<br />

Sungai Brantas <strong>dan</strong> Kali Surabaya dalam<br />

keadaan ditutup total sehingga tidak ada<br />

aliran <strong>air</strong> dari Sungai Brantas menuju Kali<br />

Surabaya.<br />

Selanjutnya dari hasil pengukuran<br />

fisik kimia lingkungan di stasiun 8 (arus<br />

lambat, <strong>dan</strong> <strong>dan</strong>gkal) menunjukkan bahwa<br />

tempat pengambilan sampel adalah tepi<br />

sungai. Terjadinya arus yang lambat di tepi<br />

sungai seperti yang dikemukakan oleh Wetzel<br />

(2001), kecepatan arus di bagian tepi sungai<br />

yang dekat dengan substrat cenderung lambat<br />

<strong>dan</strong> akan meningkat ke arah tengah saluran<br />

sungai. Penyebab lainnya adalah terhalangnya<br />

aliran <strong>air</strong> oleh rimbunan vegetasi riparian<br />

yang banyak tumbuh di sekitar titik sampling.<br />

Dua spesies <strong>kerang</strong> yang didapatkan pada<br />

stasiun ini menunjukkan bahwa <strong>kerang</strong><br />

Unionidae memiliki kecenderungan berada di<br />

tepi sungai <strong>dan</strong> mampu bertahan dengan<br />

kondisi lingkungannya.<br />

Pada stasiun 9, kembali tidak<br />

didapatkan <strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong>. A<strong>dan</strong>ya aktivitas<br />

penambangan pasir yang dilakukan di sekitar<br />

lokasi kemungkinan besar penyebab<br />

ketidakhadiran <strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> di tempat ini.<br />

Aktivitas tersebut menyebabkan terganggunya<br />

habitat alami <strong>kerang</strong> terutama<br />

mikrohabitatnya. Se<strong>dan</strong>gakan pada stasiun 10<br />

ketidakhadiran spesies lain selain C.lacunae<br />

pada stasiun ini dimungkinkan karena terjadi<br />

pemasukan (intake) limbah pabrik yang<br />

berupa limbah c<strong>air</strong> ke dalam ba<strong>dan</strong> <strong>air</strong> sungai.<br />

Limbah tersebut terbukti telah mempengaruhi<br />

<strong>air</strong> di ba<strong>dan</strong> sungai yang ditunjukkan oleh<br />

kadar oksigen terlarut dalam <strong>air</strong> sungai di<br />

stasiun ini hanya sebesar 4 mgO 2 /liter,<br />

mendekati batas minimum toleransi <strong>kerang</strong>.<br />

Dengan kadar DO kurang dari 5 mgO 2 /liter<br />

dapat dikatakan <strong>air</strong> di stasiun ini tercemar<br />

se<strong>dan</strong>g (Wirosardjono, 1974 dalam Salmin,<br />

2005) <strong>dan</strong> tidak cocok untuk kehidupan biota<br />

<strong>air</strong> (Anonimous, 2004). Mampu bertahannya<br />

C. lacunae pada stasiun ini membuktikan<br />

bahwa limbah tidak berpengaruh besar<br />

terhadap keberadaan famili Corbulidae seperti<br />

yang dikemukakan oleh Hamidah (2008)<br />

bahwa banyaknya masukan limbah ke


per<strong>air</strong>an <strong>dan</strong> padat pemukiman tidak terlalu<br />

mempengaruhi kelimpahan C. javanica di<br />

<strong>dan</strong>au Kerinci.<br />

Berikutnya mulai stasiun 11 hingga 15<br />

sudah tidak lagi ditemukan individu <strong>kerang</strong><br />

<strong>air</strong> <strong>tawar</strong> di ba<strong>dan</strong> sungai. Kondisi lingkungan<br />

berubah secara signifikan dari stasiun 11<br />

hingga stasiun 15 antara lain altitudinal mulai<br />

meningkat, temperatur menurun, kecepatan<br />

arus yang semakin deras, <strong>dan</strong> kedalaman<br />

sungai yang semakin <strong>dan</strong>gkal menyebabkan<br />

habitat ini tidak sesuai dengan kehidupan<br />

<strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> baik famili Unionidae<br />

maupun Corbiculidae.<br />

KESIMPULAN DAN SARAN<br />

Spesies <strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> yang ada di<br />

per<strong>air</strong>an Sungai Brantas adalah Contradens<br />

contradens (Lea, 1838), Elongaria orientalis<br />

(Lea, 1840), Rectidens sumatrensis (Dunker,<br />

1852), <strong>dan</strong> Corbicula lacunae (Djajasasmita,<br />

1977). Kelimpahan total masing-masing<br />

spesies <strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> di seluruh stasiun<br />

penelitian adalah Contradens contradens<br />

sejumlah 15 individu/m 2 , Elongaria orientalis<br />

sejumlah 23 individu/m 2 , Rectidens<br />

sumatrensis sejumlah 19 individu/m 2 , <strong>dan</strong><br />

Corbicula lacunae sejumlah 17 individu/m 2 .<br />

Se<strong>dan</strong>gkan nilai indeks dominansi spesies<br />

<strong>kerang</strong> di seluruh stasiun penelitian adalah<br />

Contradens contradens 21%, Elongaria<br />

orientalis 31%, Rectidens sumatrensis 26%,<br />

<strong>dan</strong> Corbicula lacunae 22%. 3. Keempat<br />

spesies <strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> tersebut pada<br />

seluruh stasiun penelitian di Sungai Brantas<br />

memiliki <strong>pola</strong> keberadaan yang tidak kontinu.<br />

Keberadaan yang kontinu hanya terjadi dalam<br />

daerah kisaran penyebaran di hilir Sungai<br />

Brantas.<br />

Dari hasil penelitian maka diperlukan<br />

a<strong>dan</strong>ya penelitian mengenai populasi ikan di<br />

per<strong>air</strong>an Sungai Brantas guna mengungkap<br />

lebih lanjut <strong>distribusi</strong> <strong>dan</strong> status populasi<br />

<strong>kerang</strong> <strong>air</strong> <strong>tawar</strong> di Sungai Brantas untuk<br />

kepentingan konservasi karena <strong>kerang</strong> <strong>air</strong><br />

<strong>tawar</strong> memiliki potensi yang besar sebagai<br />

biota indikator <strong>dan</strong> monitoring kesehatan<br />

lingkungan per<strong>air</strong>an.<br />

KEPUSTAKAAN<br />

Affandi, M., 1990, Pendugaan Tingkat<br />

Pencemaran Sungai Kali Surabaya <strong>dan</strong><br />

Kanal Kali Wonokromo dengan<br />

Menggunakan Indeks Diversitas<br />

Hewan Bentos Makro, Skripsi,<br />

Jurusan Biologi FMIPA Universitas<br />

Airlangga, Surabaya.<br />

Aldridge, D.W., B.S. Payne, <strong>dan</strong> A.C. Miller.,<br />

1987, The effects of intermittent<br />

exposure to suspended solids and<br />

turbulence on three species of<br />

freshwater mussels, Environmental<br />

Pollution, 45,17-28.<br />

Anonimous, 2004, Keputusan Menteri Negara<br />

Lingkungan Hidup. No.51 Tahun<br />

2004. Tentang : Baku Mutu Air Laut.<br />

2004, 11 hal.<br />

Anonimus, 2008, Profil Balai Besar Wilayah<br />

Sungai Brantas, Departemen<br />

Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal<br />

Sumber Daya Air.<br />

Arisandi, P., 2008, Fakta Kali Surabaya:<br />

Kajian Pencemaran Lingkungan<br />

Hidup Kali Surabaya, Makalah<br />

Workshop, Ecoton, Surabaya.


Bagatini, Y.M., J. Higuti, <strong>dan</strong> E. Benedito.,<br />

2007, Temporal and <strong>longitudinal</strong><br />

variation of Corbicula fluminea<br />

(Mollusca:Bivalvia) biomass in the<br />

Rosana Reservoir, Brazil., Acta<br />

Limnol. Bras, 19(3), 357-366.<br />

Barus, T. A., 2002, Pegantar Limnologi,<br />

Universitas Sumatera Utara, Me<strong>dan</strong>.<br />

Brower, J.E.; J.H. Zar, <strong>dan</strong> C.N. von Ende.,<br />

1998, Field and Laboratory Methods<br />

for General Ecology, The McGrow-<br />

Hill Companies, Boston.<br />

Fuller, S.L.H., 1974, Clams and mussels<br />

(Mollusca: Bivalvia). Pages 215-273,<br />

in C.W. Hart and S.L.H. Fuller eds.<br />

Pollution Ecology of Freshwater<br />

Invertebrates, Academic Press, New<br />

York.<br />

Gardner Jr.,J.A.,Woodall Jr.,W.R.,Staats Jr.,<br />

A.A. <strong>dan</strong> Napoli,J.F., 1976, The<br />

Invasion of the Asiatic clam<br />

(Corbicula manilensis, Philippi) in the<br />

Altamaha River, Georgia, Nautilus,<br />

90, 117-125.<br />

Grabarkiewicz, J. D., <strong>dan</strong> Wayne S. D., 2008,<br />

An Introduction to Freshwater<br />

Mussels as Biological Indicators:<br />

Including Account of Interior Basin,<br />

Cumberlandian, and Atlantic Slope<br />

Species, United States Environmental<br />

Protection Agency, Washington DC.<br />

Hamidah, A., 2008, Kelimpahan Populasi<br />

Bivalvia Corbicula javanica di Danau<br />

Kerinci, Propinsi Jambi, Jurnal<br />

Penelitian Sain, 11 (1), 442 – 446.<br />

Handayani, S.T., Bambang S., <strong>dan</strong> Marsoedi.,<br />

2001, Penentuan Status Kualitas<br />

Per<strong>air</strong>an Sungai Brantas Hulu Dengan<br />

Biomonitoring Makrozoobentos:<br />

Tinjauan Dari Pencemaran Bahan<br />

Organik, Biosain, 1(1), 30 – 38.<br />

Hart, N. A., 1995, Mussel (Bivalvia:<br />

Unionidae) Habitat Suitability Criteria<br />

for The Otter Tail River, Minnesota,<br />

Thesis, Department of Zoology,<br />

College of Science and Mathematics,<br />

North Dakota State University.<br />

Junaidi, E., Effendi P. S., <strong>dan</strong> Joko., 2010,<br />

Kelimpahan Populasi <strong>dan</strong> Pola<br />

Distribusi Remis (Corbicula sp) di<br />

Sungai Borang Kabupaten Banyuasin,.<br />

FMIPA. Univ. Sriwijaya, Jurnal<br />

Penelitian Sains, 13 (3D), 50-54.<br />

Jutting, W.S.S.V.B., 1953, Systematic Studies<br />

on the Non Mareine Mollusc of the<br />

Indo-Australia archipelago: Revision<br />

of Freshwater Bivalvies, Treubia, 22<br />

(1), 19-73.<br />

Nedeau, E.J., A.K. Smith, J. Stone, <strong>dan</strong> S.<br />

Jepsen., 2009, Freshwater Mussels of<br />

the Pacific Northwest 2 nd edition, The<br />

Xerces Society for Invertebrate<br />

Conservation, Oregon.<br />

Pennak, R.W., 1989, Freshwater Invertebrates<br />

of United States: Protozoa to<br />

Mollusca. 3 rd Edition, A Willey-<br />

Interscience Publication, United State<br />

of America.<br />

Prihatini, W., 1999, Keragaman Jenis <strong>dan</strong><br />

Ekobiologi Kerang Air Tawar Famili<br />

Unionidae (Mollusca: Bivalvia)<br />

Beberapa Situ di Kabupaten <strong>dan</strong><br />

Kotamadya Bogor, Tesis, Prodi<br />

Biologi, Institut Pertanian Bogor,<br />

Bogor.<br />

Salmin, 2005, Oksigen Terlarut (DO) <strong>dan</strong><br />

Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)<br />

sebagai Salah Satu Indikator untuk<br />

Menentukan Kualitas Per<strong>air</strong>an.<br />

Oseana, XXX (3), 21 – 26.<br />

Wahyuni, M., 2007, Kerupuk Tinggi<br />

Kalsium: Perbaikan Nilai Tambah<br />

Limbah Cangkang Kerang Hijau<br />

Melalui Aplikasi Teknologi<br />

Tepat Guna, .<br />

http://www.dkp.go.id/content.phpc=3<br />

997 diakses pada tanggal 01<br />

November 2010.<br />

Wetzel, R. G., 2001, Limnology : Lake and<br />

River Ecosystems, 3 rd edition.<br />

Elsevier-Academic Press, United<br />

States of America.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!