Volume 13, No. 1 (2010) - jurnal mipa universitas airlangga - Unair
Volume 13, No. 1 (2010) - jurnal mipa universitas airlangga - Unair
Volume 13, No. 1 (2010) - jurnal mipa universitas airlangga - Unair
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
daripada plastik komersil walaupun perbedaannya tipis.<br />
Uji swelling dilakukan untuk mengetahui terjadinya<br />
ikatan dalam polimer pada edible film. Hubungan antara<br />
penambahan variasi pemlastis asam laurat dengan besarnya<br />
nilai swelling ditunjukkan pada Gambar 3.<br />
massa edible film sebelum dan setelah terdegradasi oleh<br />
bakteri EM4. Hasil penimbangan edible film sebelum<br />
dilakukan perendaman adalah 0,070 gram dan mengalami<br />
penurunan sebesar 0,038 gram dari massa edible film setelah<br />
terdegradasi 0,032 gram. Hasil uji biodegradable dengan<br />
EM4 ditunjukkan pada gambar 4.<br />
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3<br />
Gambar 4. Hasil uji biodegradable edible film dengan<br />
EM4<br />
Gambar 3. Grafik hubungan antara variasi pemlastis asam<br />
laurat dengan % swelling edible film<br />
Dari grafik terlihat bahwa nilai swelling yang optimal<br />
yaitu pada variasi kitosan 4%, pati 1% dan asam laurat<br />
5 gram yaitu 6,08%. Semakin banyak pemlastis maka<br />
% swelling semakin kecil begitu sebaliknya. Hal ini<br />
dikarenakan pemlastis asam laurat bersifat hidrofobik<br />
yang mampu mengurangi sifat hidrofilik pati sehingga<br />
ketahanannya terhadap air tinggi.<br />
Hasil uji ketahanan dan permeabilitas terhadap air<br />
bertujuan untuk mengetahui kemampuan edible film untuk<br />
menahan migrasi air agar tidak menembus film. Selain<br />
itu uji ini juga dapat untuk mengetahui ada tidaknya pori<br />
pada edible film yang telah disintesis. Menurut Santoso,<br />
et al. (2004) pori-pori yang kecil mengakibatkan edible<br />
film memiliki laju transmisi rendah terhadap uap air dan<br />
gas, sehingga dapat melindungi produk agar lebih tahan<br />
lama. Edible film pada penelitian ini memiliki ketahanan<br />
yang baik terhadap air terbukti bahwa tidak ada tetesan air<br />
yang mampu melewati film. Hal ini berarti, permeabilitas<br />
terhadap air pada edible film komposit pati garut-kitosan<br />
dengan pemlastis asam laurat adalah nol. Selain itu<br />
penambahan pemlastis asam laurat akan mengurangi sifat<br />
hidrofilik pati karena asam laurat bersifat hidrofobik,<br />
sehingga ketahanannya terhadap air akan meningkat<br />
(Golden, 1989).<br />
Uji biodegradable pada penelitian ini bertujuan untuk<br />
mengetahui edible film yang telah disintesis dapat didegradasi<br />
oleh mikroorganisme sehingga dapat dikatakan sebagai<br />
kemasan yang ramah lingkungan. Selain pengamatan secara<br />
visual, pada uji ini juga dibuktikan dengan penurunan<br />
Pada Gambar 4 terlihat bahwa edible film sudah<br />
mengalami degradasi oleh EM4 pada hari ke-3. Dari hari<br />
pertama hingga ketiga uji biodegradable terlihat adanya<br />
perubahan warna dan penampakan pada cairan EM4 yang<br />
semakin terlihat keruh maupun edible film yang semakin<br />
menghitam. Pada hari ketiga terlihat bahwa edible film<br />
robek dan terpotong-potong menjadi beberapa bagian.<br />
Penentuan morfologi edible film dilakukan dengan<br />
menggunakan alat SEM. Sampel yang digunakan adalah<br />
edible film dengan komposisi yang optimum yang memiliki<br />
sifat mekanik tertinggi yaitu pada variasi kitosan 4% (w/v)<br />
dan pati 1% (w/v) dan asam laurat 1 gram. Hasil analisa<br />
SEM permukaan atas dan penampang melintang dari edible<br />
film dapat ditunjukkan pada Gambar 5.<br />
Gambar 5. Hasil SEM edible film pada permukaan (a)<br />
dan penampang melintang (b)<br />
14 Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol. <strong>13</strong> <strong>No</strong>. 1 Juni <strong>2010</strong>