29.01.2015 Views

ISSN: 2086-4779 - perpustakaan universitas riau

ISSN: 2086-4779 - perpustakaan universitas riau

ISSN: 2086-4779 - perpustakaan universitas riau

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2010 <strong>ISSN</strong>: <strong>2086</strong>-<strong>4779</strong><br />

Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Mata Kuliah Kimia Dasar I<br />

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNRI<br />

Rasmiwetti Miharty .................................................... 1-12<br />

Potensi Pembelajaran Kontekstual Ranka pada Pengembangan<br />

Keterampilan Proses, Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Biologi<br />

Evi Suryawati ............................................................ 13-22<br />

Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran melalui Pemberian Tugas<br />

Membuat Peta Pikiran (Mind Map) pada Mata Kuliah Kimia Organik I<br />

Herdini ...................................................................... 23-31<br />

Peningkatan Hasil Belajar Mata Kuliah Speaking Melalui Penerapan<br />

Strategi Drama pada Mahasiswa Bahasa Inggris FKIP UNRI<br />

Jismulatif ................................................................... 32-39<br />

Peningkatan Proses Belajar-Mengajar Kimia Melalui Pemanfaatan<br />

VCD di SMA Muhammadiyah Pekanbaru<br />

Asmadi Muhammad Noer ........................................ 40-47<br />

Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Contextual Teaching and Learning<br />

(CTL) untuk Meningkatkan Sikap Kerja Ilmiah Siswa Kelas VII SMP<br />

Negeri 21 Pekanbaru<br />

Mariani Natalina ........................................................ 48-56<br />

J. PENDIDIKAN VOL. 1 NO. 2 PEKANBARU,<br />

OKTOBER 2010<br />

<strong>ISSN</strong>:<br />

<strong>2086</strong>-<strong>4779</strong> 0


JURNAL PENDIDIKAN<br />

JOURNAL OF EDUCATION<br />

Penanggung Jawab<br />

Prof. Dr. Usman M. Tang, MS<br />

(Ketua Lembaga Penelitian Universitas Riau)<br />

Ketua Dewan Editor<br />

Dr. Caska, M.Si<br />

Anggota Dewan Editor<br />

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE. MP.<br />

Dr. Zulfaan Saam, MS<br />

Dr. Gimin, M.Pd<br />

Dr. Hasnah Fauziah, M.Hum<br />

Dr. Dudung Burhanuddin, M.Pd<br />

Mitra Bestari<br />

Prof. Dr. Irwan Effendi, M.Sc (Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau)<br />

Prof. Dr. Isjoni, M.Si (Ketua PGRI Provinsi Riau)<br />

Prof. Dr. Suryana, M.Si (UPI Bandung)<br />

Prof. Dr. Wahjoedi, ME (UNM Malang)<br />

Prof. Dr. Rusdarti, M.Si (UNES Semarang)<br />

Prof. Dr. Yunia Wardi, M.Si ( UNP Padang)<br />

Prof. Dr. Dede Ruslan, M.Si (UNIMED Medan)<br />

Editor Teknik<br />

Drs.Jismulatif,M.Hum<br />

Alamat Penerbit/Redaksi:<br />

Lembaga Penelitian Universitas Riau<br />

Kampus Binawidya Simpang Panam Pekanbaru<br />

Telp. (0761) 567093<br />

Fax (0761) 63279<br />

Email: ur_jurnal_pendidikan@yahoo.com<br />

Email: riodirgantoro@yahoo.com<br />

Terbit 2 kali dalam satu tahun: April, Oktober<br />

1


Miharty<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah<br />

PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA MATA KULIAH<br />

KIMIA DASAR I MAHASISWA SI PRODI PENDIDIKAN KIMIA<br />

FKIP UNRI<br />

Miharty, Rasmiwetti<br />

Program Studi Pendidikan Kimia MIPA FKIP UNRI<br />

ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang bertujuan untuk<br />

menuntaskan kemampuan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah Kimia Dasar I melalui<br />

penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah. Subjek penelitian, mahasiswa Program<br />

Studi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UR semester satu yang mengambil mata kuliah Kimia<br />

Dasar I Tahun ajaran 2009/2010. Data penelitian ini dari evaluasi belajar dan lembaran<br />

aktivitas pembelajaran setiap siklus. Kriteria ketuntasan secara klasikal ditetapkan 75%.<br />

Penelitian ini dilaksanakan 3 siklus, pada Siklus I ketuntasan klasikal 52 %, Siklus II 62 %,<br />

dan Siklus III 86 %. Jadi ketuntasan tercapai pada Siklus III. Ketuntasan belajar dilaksakan<br />

dengan proses; 1) pengajaran secara kelompok yang terdiri dari 5 atau 6 orang, 2)<br />

menggunakan media pembelajaran berupa buku bacaan Kimia Dasar dan Lembaran Kerja<br />

Mahasiswa (LKM), 3) semua anggota kelompok harus diaktifkan, 4) dosen memberikan<br />

arahan materi dan pembahasan LKM, dan 5) menjelaskan materi yang didiskusikan baik<br />

secara kelompok maupun secara klasikal.<br />

Kata Kunci: Penelitian tidakan kelas, Kimia Dasar I, Pembelajaran berdasarkan masalah,<br />

ABSTRACT This research is classroom action research, which the aim is to completing the<br />

result study of student’s ability in Chemistry I in use learning by problem method. The<br />

sample respondents were first year students of chemistry study program, PMIPA FKIP UR<br />

that engaged in this subject in academic year 2009/2010. Data of this research from evaluate<br />

and activity sheet in each cycle of learning from student with criteria of students’ mastery<br />

learning is 75%. This research doing in 3 cycles, in cycle 1 students’ mastery learning is 52%,<br />

cycle II is 62%, and cycle III is 86%. So, the students’ mastery learning is taken in cycle III.<br />

The process of students’ mastery learning is; 1) teaching by group of work that consists of 5<br />

or 6 person, 2) using reading book of basic chemistry and students’ worksheet, 3) all member<br />

of group must be active, 4) lecture explained the material and students’ worksheet, and 5)<br />

explaining the material that discuss whether in group of work or classical.<br />

Keywords: Action research, Chemestry I, Problem Method<br />

1


Miharty<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah<br />

PENDAHULUAN<br />

Kimia Dasar merupakan suatu<br />

mata kuliah wajib bagi mahasiswa S1<br />

Program Studi Pendidikan Kimia<br />

PMIPA FKIP Universitas Riau. Mata<br />

kuliah ini terdiri dari Kimia Dasar I<br />

dan Kimia Dasar II dan Praktikum<br />

Kimia Dasar I, serta Praktikum Kimia<br />

Dasar II. Mata kuliah Kimia Dasar ini<br />

merupakan pemantapan materi<br />

pelajaran kimia yang telah dipelajari<br />

sewaktu di sekolah menengah dan<br />

merupakan mata kuliah bersama di<br />

Jurusan PMIPA FKIP UR. Oleh sebab<br />

itu mata kuliah Kimia Dasar ini<br />

seharusnya mahasiswa Program Studi<br />

Kimia mendapat nilai yang tinggi.<br />

Dari pengalaman peneliti,<br />

mahasiswa kesulitan dalam<br />

pemecahkan masalah dan tidak aktif<br />

dalam pembelajaran. Gejala-gejala ini<br />

mungkin disebabkan oleh salah satu<br />

proses pembelajaran yang tidak sesuai<br />

dengan sifat materi pelajaran. Menurut<br />

Dimyati dan Mudjiono (2002), salah<br />

satu faktor penting untuk mencapai<br />

tujuan pembelajaran adalah<br />

pembelajaran yang lebih menekankan<br />

pada keterlibatan siswa secara optimal.<br />

Salah satu model pembelajaran<br />

yang dapat meningkatkan keaktifan<br />

mahasiswa adalah model berdasarkan<br />

masalah. Pembelajaran berdasarkan<br />

masalah ini yaitu jenis pembelajaran<br />

yang menghubungkan informasi<br />

dengan konsep yang telah dimiliki<br />

siswa. Seperti yang dikemukakan<br />

Arends (1997), model pembelajaran<br />

berdasarkan masalah merupakan<br />

pendekatan pembelajaran siswa pada<br />

masalah autentik untuk mencari<br />

penyelesaian nyata terhadap masalah<br />

nyata.<br />

Belajar yang efektif dapat<br />

membantu siswa untuk meningkatkan<br />

kemampuan yang diharapkan sesuai<br />

dengan tujuan instruksional yang ingin<br />

dicapai dan yang harus diperhatikan<br />

diantaranya adalah strategi belajar.<br />

Belajar yang efektif dapat tercapai<br />

apabila dapat mengunakan strategi<br />

belajar yang tepat. Strategi belajar<br />

diperlukan untuk dapat mencapai hasil<br />

yang semaksimal mungkin (Slameto,<br />

2003).<br />

Keberhasilan belajar dapat<br />

dilihat dari prestasi yang dicapai<br />

siswa/mahasiswa. Carrol dalam<br />

Angkowo dan Kosasi (2007),<br />

berpendapat bahwa prestasi belajar<br />

mahasiswa dipengaruhi oleh lima<br />

faktor yaitu; bakat belajar, waktu yang<br />

tersedia untuk belajar, kemampuan<br />

individu, kualitas pengajaran dan<br />

lingkungan.<br />

Kegiatan belajar dikatakan<br />

berhasil apabila dalam pelaksanaanya<br />

dapat mencapai tingkat ketuntasan<br />

belajar (Suryosubroto, 2002). Slameto<br />

(2003), mengatakan ketuntasan belajar<br />

adalah pencapaian taraf penguasaan<br />

minimal yang ditetapkan untuk setiap<br />

unit bahan pelajaran baik secara<br />

perorangan maupun secara kelompok.<br />

Faktor-faktor yang mempengaruhi<br />

penguasaan penuh antara lain bakat<br />

untuk menguasai, mutu pelajaran,<br />

kemampuan untuk menerima<br />

pelajaran, ketekunan dan kesempatan<br />

untuk belajar.<br />

Pembelajaran adalah suatu<br />

kombinasi yang tersusun meliputi<br />

unsur-unsur manusiawi, material,<br />

fasilitas, perlengkapan, dan prosedur<br />

yang saling mempengaruhi mencapai<br />

tujuan pembelajaran (Hamalik, 2007).<br />

Prinsip-prinsip dalam<br />

pembelajaran yang perlu diperhatikan<br />

adalah; 1) siswa harus berperanaktif<br />

dalam belajar, 2) siswa akan belajar<br />

sesuai dengan kemampuannya, 3)<br />

siswa akan belajar dengan lebih baik<br />

apabila mendapat penguatan langsung<br />

2


Miharty<br />

pada setiap kegiatan proses belajar, 4)<br />

proses belajarnya akan lebih berarti<br />

bila penguasaannya sempurna, dan 5)<br />

motivasi belajarnya akan lebih baik<br />

meningkat bila dia diberi tanggung<br />

jawab serta kepercayaan penuh untuk<br />

belajar. (Neviyarni, 2005).<br />

Menurut Sanjaya (2008)<br />

strategi pembelajaran berdasarkan<br />

masalah (SPBM) dapat diartikan<br />

sebagai rangkaian aktivitas<br />

pembelajaran yang menekankan<br />

kepada proses penyelesaikan masalah<br />

yang dihadapi secara ilmiah.<br />

Kelebihan model pembelajaran<br />

berdasarkan masalah mempunyai<br />

kelebihan, (1) Siswa dilibatkan pada<br />

kegiatan belajar sehingga pengetahuan<br />

benar-benar diserapnya dengan baik,<br />

(2) dilatih untuk dapat bekerja sama<br />

dengan siswa lain, dan (3) dapat<br />

memperoleh dari berbagai sumber<br />

(Kiranawati, 2007)<br />

PENGARUH MODEL<br />

PEMBELAJARAN<br />

BERDASARKAN MASALAH<br />

TERHADAP KETUNTASAN<br />

BELAJAR<br />

Pembelajaran berdasarkan masalah<br />

terdiri dari 5 (lima) tahap; (1) Orientasi<br />

siswa kepada masalah, (2)<br />

Mengorganisasikan siswa, (3)<br />

Membimbing penyelidikan individual<br />

dan kelompok, (4) Mengembangkan<br />

hasil karya, dan (5) Menganalisa dan<br />

mengevaluasi proses pemecahan<br />

masalah. Kegiatan siswa; (1)<br />

Memperhatikan penjelasan guru, (2)<br />

Membaca pelajaran, berdiskusi dan<br />

berbagi tugas dalam kelompok, (3)<br />

Mengumpulkan informasi, melakukan<br />

penyelidikan, berdiskusi dalam<br />

kelompok, (4) Membuat hasil<br />

penyelidikan/diskusi dari kesimpulan<br />

masalah yang diberikan, dan<br />

menyajikannya, dan (5) Berdiskusi,<br />

mendengarkan penjelasan guru, teman,<br />

merangkum materi pembelajaran.<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah<br />

Sedangkan kegiatan guru adalah; (1)<br />

menjelaskan tujuan pembelajaran,<br />

mengajukan masalah dan memotivasi,<br />

(2) Membantu siswa mendefinisikan<br />

dan mengorganisasikan tugas yang<br />

berkaitan dengan masalah, (3)<br />

Mendorong siswa dalam<br />

mengumpulkan<br />

informasi,<br />

melaksanakan eksperimen, dan<br />

penyelidikan untuk menyelesaikan<br />

masalah, (4) Membantu siswa<br />

merencanakan, menyiapkan karya<br />

seperti laporan dan membantu mereka<br />

menyiapkan penyajian, dan (5)<br />

Membantu siswa merefleksi dan<br />

mengevaluasi tahap penyelidikan<br />

(Ibrahim, 2002).<br />

Model pembelajaran<br />

berdasarkan masalah bertumpu pada<br />

pengembangan kemampuan berpikir<br />

lewat latihan penyelesaian masalah dan<br />

mengembangkan keterampilan berpikir<br />

lewat fakta empiris maupun<br />

kemampuan berpikir rasional, sehingga<br />

latihan yang berulang-ulang dapat<br />

membina keterampilan intelektual dan<br />

sekaligus mendewasakan siswa<br />

(Anonim, 2008).<br />

Belajar yang efisien dapat<br />

tercapai apabila dapat menggunakan<br />

strategi belajar yang tepat. Strategi<br />

belajar diperlukan untuk dapat<br />

mencapai hasil yang semaksimal<br />

mungkin (Slameto, 2003). Strategi<br />

mengajar agar tiap siswa dapat<br />

berkembang sepenuhmya serta<br />

mengusai bahan pelajaran secara<br />

tuntas, pembelajaran yang diharapkan<br />

adalah; (1) berpusat pada siswa, (2)<br />

bersifat top-down, dimulai dari<br />

masalah yang autentik, (3) dilakukan<br />

secara terintegrasi, multidisipliner, (4)<br />

relefan dengan kebutuhan masyarakat,<br />

dan (5) merupakan alternativ<br />

pengalaman belajar yang dapat dipilih<br />

oleh siswa yang belajar, dirancang<br />

secara sistematik dan berkelanjutan<br />

(Nasution, 2000).<br />

Berdasarkan uraian di atas<br />

dapat disimpulkan bahwa dengan<br />

3


Miharty<br />

model pembelajaran berdasarkan<br />

masalah dapat menuntaskan hasil<br />

belajar siswa.<br />

METODE PENELITIAN<br />

Penelitian ini penelitian<br />

tindakan kelas. Yang menjadi subjek<br />

adalah mahasiswa Program Studi<br />

Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UR<br />

Semester I yang mengambil mata<br />

kuliah Kimia Dasar I Tahun ajaran<br />

2009/2010.<br />

Penelitian ini direncanakan tiga<br />

siklus. Materi siklus I adalah Struktur<br />

Atom dan Sistem Periodik (2 kali<br />

pertemuan ). Materi siklus II Ikatan<br />

Kimia (2 kali pertemuan) dan materi<br />

siklus III Stoikiometri (2 kali<br />

pertemuan) Data pada penelitian ini<br />

diambil dari hasil evaluasi belajar dan<br />

lembaran aktivitas pembelajaran untuk<br />

setiap pertemuan.<br />

Pengolahan data dilakukan<br />

dengan analisis deskriptif yaitu untuk<br />

mendapatkan gambaran ketuntasan<br />

belajar mahasiswa, dan aktivitas<br />

mahasiswa dan dosen dalam<br />

pembelajaran. Ketuntasan belajar<br />

individu ditetapkan 65 % dan<br />

ketuntasan klasikal 85 %.<br />

Untuk mengetahui tuntas atau<br />

tidaknya belajar digunakan rumus<br />

sebagai berikut:<br />

SS<br />

KI = ------ X 100 %<br />

SM<br />

Dimana: KI = persentase<br />

ketuntasan belajar secara individual<br />

SS = skor yang<br />

diperoleh mahasiswa<br />

SM = Skor maksimal<br />

Ketuntasan belajar secara<br />

kalsikal dapat diketahui dengan<br />

mengunakan rumus;<br />

JL<br />

KK = ------ X 100 %<br />

JS<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah<br />

Dimana KK = persentase<br />

ketuntasan belajar secara klasikal<br />

JI = jumlah mahasiswa<br />

yng tuntas secara individu<br />

JS = jumlah mahasiswa<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Hasil Tindakan Siklus I<br />

Hasil belajar mahasiswa pada<br />

Siklus I diperoleh nilai tertinggi 83 dan<br />

nilai terendah 30. Penyebaran dan<br />

frekwensi data hasil belajar dari materi<br />

Struktur Atom dan Sistem Periodik<br />

dapat dilihat pada Table1. Dari hasil<br />

analisis data, individu yang tuntas 52<br />

%, hal ini berarti ketuntasan belajar<br />

mahasiswa pada Siklus I ini belum<br />

tuntas seperti dicantum pada Tabel 4.2.<br />

Berdasarkan observasi pada<br />

pembelajaran Siklus I dengan materi<br />

Struktur Atom dan Sistem Periodik<br />

adalah; Pertama; strategi pembelajaran<br />

yang dilaksanakan secara klasikal<br />

dengan model pembelajaran<br />

berdasarkan masalah. Kedua,<br />

mahasiswa tidak semuanya<br />

mempunyai bahan bacaan kimia dan<br />

tidak ada lembaran kerja. Ketiga,<br />

pembagian waktu pembelajaran , yaitu<br />

persiapan pembelajaran 5 menit,<br />

penjelasan materi secara umum oleh<br />

dosen 15 menit, diskusi belajar secara<br />

klasikal selama 70 menit dan<br />

penjelasan dosen merangkum materi<br />

10 menit.<br />

Ketuntasan belajar Siklus I<br />

belum tercapai. Untuk pembelajaran<br />

berikutnya perlu diperbaiki yaitu pada<br />

Siklus II dengan materi Ikatan Kimia.<br />

Kegiatan pembelajaran Siklus<br />

II dilaksanakan dengan diskusi<br />

kelompok, mahasiswa mengerjakan<br />

LKM, dosen membimbing secara<br />

kelompok ataupun klasikal, dan<br />

perobahan waktu pembelajaran.<br />

Hasil Tindakan Siklus II<br />

4


Miharty<br />

Hasil belajar mahasiswa pada<br />

Siklus II nilai tertinggi 89 dan nilai<br />

terendah 40. Hasil analisis data hasil<br />

belajar mahasiswa pada pokok bahasan<br />

Ikatan Kimia ini dapat dilihat dalam<br />

Tabel 3. Dari hasil analisis data,<br />

individu yang tuntas 62 %, hal ini<br />

berarti ketuntasan belajar mahasiswa<br />

pada Siklus II belum tuntas seperti<br />

dicantum pada Tabel 4.<br />

Berdasarkan observasi pada<br />

pembelajaran Siklus II dengan materi<br />

Ikatan Kimia adalah; Pertama; strategi<br />

pembelajaran yang dilaksanakan secara<br />

kelompok dengan model pembelajaran<br />

berdasarkan masalah. Kedua, tidak<br />

semua mahasiswa mempunyai bahan<br />

bacaan kimia. Ketiga, pembagian<br />

waktu pembelajaran , yaitu persiapan<br />

5 menit, penjelasan materi secara<br />

umum 25 menit, diskusi belajar secara<br />

klasikal selama 60 menit dan<br />

penjelasan dosen merangkum materi<br />

10 menit.<br />

Ketuntasan belajar Siklus II<br />

belum tercapai. Untuk pembelajaran<br />

berikutnya diperbaiki di Siklus III<br />

dengan materi Stoikiometri. Kegiatan<br />

pembelajaran Siklus III dilaksanakan<br />

dengan diskusi kelompok,<br />

mengerjakan LKM, dosen<br />

membimbing secara kelompok<br />

ataupun klasikal, dan waktu diskusi<br />

kelompok selama 40 menit.<br />

Hasil Tindakan Siklus III<br />

Hasil belajar mahasiswa pada<br />

Siklus II nilai tertinggi 95 dan nilai<br />

terendah 40. Hasil analisis data hasil<br />

belajar mahasiswa pada pokok bahasan<br />

Ikatan Kimia ini dapat dilihat dalam<br />

Tabel 5. Dari hasil analisis data<br />

individu yang tuntas 86 %, hal ini<br />

berarti ketuntasan belajar mahasiswa<br />

pada Siklus II belum tuntas seperti<br />

dicantum pada Tabel 6.<br />

Berdasarkan observasi pada<br />

pembelajaran Siklus III dengan materi<br />

Stoikiometri adalah; Pertama; strategi<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah<br />

pembelajaran yang dilaksanakan secara<br />

kelompok dengan model pembelajaran<br />

berdasarkan masalah. Kedua, sebagian<br />

besar mahasiswa mempunyai bahan<br />

bacaan kimia. Ketiga, pembagian<br />

waktu pembelajaran , yaitu persiapan<br />

pembelajaran 5 menit, penjelasan<br />

materi secara umum oleh dosen 25<br />

menit, diskusi belajar secara klasikal<br />

selama 40 menit dan penjelasan dosen<br />

merangkum materi 30 menit.<br />

Ketuntasan belajar Siklus III<br />

sudah tercapai. Untuk pembelajaran<br />

berikutnya pembelajaran materi Kimia<br />

Dasar I dengan materi Unsur-unsur<br />

transisi dan senyawa komplek,<br />

Larutan, Kesetimbangan dalam larutan,<br />

dan Termokimia dan termodinamika<br />

untuk mencapai ketuntasan belajar<br />

dapat dilaksanakan dengan cara<br />

pelaksanaan Siklus III<br />

Pembahasan<br />

Hasil belajar mahasiswa pada<br />

Siklus I dengan pokok bahasan<br />

Struktur Atom dan Sistem Periodik,<br />

dari hasil penelitian tindakan kelas ini<br />

ternyata rendah, hanya 26 orang yang<br />

memperoleh nilai ketuntasan secara<br />

individu dan ketuntasan secara klasikal<br />

hanya 62 %. Hal ini berarti bahwa<br />

tujuan pembelajan tidak tercapai atau<br />

pengajaran belum tuntas baik<br />

mahasiswa secara individu maupun<br />

ketuntasan secara klasikal.<br />

Ketidak tuntasan belajar<br />

mahasiswa ini dapat dijelaskan dari<br />

hasil observasi sewaktu proses<br />

pembelajaran sebagai berikut:<br />

Pertama, proses pembelajaran<br />

dilaksanakan secara klasikal. Waktu<br />

proses pembelajaran pada Siklus I<br />

mahasiswa banyak yang pasif, hanya<br />

beberapa orang saja yang terlibat aktif<br />

dalam pembelajaran. Dengan pasifnya<br />

mahasiswa ini dosen memberikan<br />

jawaban dari permasalahan yang<br />

diajukan artinya disini dosen<br />

mendominasi proses pembelajaran.<br />

5


Miharty<br />

Disamping dominasi dari dosen<br />

pembahansan materi kurang<br />

terorganisir dengan baik. Satu hal lagi<br />

yang menyebabkan tidak tercapainya<br />

ketuntasan belajar ini adalah tidak<br />

adanya media dan sarana<br />

pembelajaran. Hal ini terlihat bahwa<br />

pada proses pembelajaran Siklus I<br />

dengan materi Struktur Atom dan<br />

Sistem Periodik mahasiswa sebagian<br />

besar tidak memiliki buku atau bahan<br />

bacaan sebagai alat bantu dalam<br />

membahas masalah yang diajukan<br />

dosen. Mahasiswa pasif dan tidak ada<br />

alat bantu pengajaran, hal ini<br />

merupakan penyebab rendahnya<br />

penyerapan materi dari mahasiswa,<br />

karena aktifan mahasiswa dalam<br />

proses pembelajaran berpengaruh<br />

terhadap pemahaman mahasiswa<br />

terhadap materi yang dibahas. Alat<br />

bantu pengajaran adalah merupakan<br />

sarana pembelajaran yang<br />

mempermudah komunikasi antara<br />

dosen mahasiswa dalam proses<br />

pembelajaran.<br />

Kedua, penggunaan waktu<br />

untuk diskusi kelompok belajar secara<br />

klasikal relatif lama dan pembelajaran<br />

lebih didominasi oleh dosen dan<br />

mahasiswa tidak aktif. Penggunaan<br />

waktu yang relatif lama<br />

mengakibatkan mahasiswa motivasi<br />

belajar mahasiswa berkurang. Dari<br />

pengamatan sewaktu proses<br />

pembelajaran kurang termotivasi<br />

karena kurang merasa terlibat dalam<br />

proses pembelajaran dan tidak semua<br />

siswa terlihat aktif pada akhir<br />

pertemuan. Dalam hal ini kelihatan<br />

tidak efisiennya pengunaan waku<br />

untuk diskusi belajar secara klasikal.<br />

Ketiga, dalam kegiatan<br />

pembelajaran tidak adanya media<br />

pembelajaran dan mahasiswa juga<br />

tidak semua memiliki bahan bacaan.<br />

Pada Siklus I pembelajaran dilakukan<br />

dengan kegiatan tanya jawab dan<br />

diskusi secara klasikal. Karena tidak<br />

adanya alat bantu sehingga proses<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah<br />

pembelajaran belum mencapai<br />

ketuntasan, sebab alat bantu dalam<br />

proses pembelajaran merupakan alat<br />

yang dapat meningkatkan pemahaman<br />

mahasiswa dalam proses pembelajaran.<br />

Hal ini juga penyebab kurangnya<br />

pemahaman materi pembelajaran,<br />

sehingga hasil evaluasi pada Siklus I<br />

ini belum tuntas.<br />

Keempat, waktu yang<br />

digunakan oleh dosen dalam<br />

merangkum materi tentang Struktur<br />

Atom dan Sistem Periodik relatif<br />

sedikit yaitu selama 10 menit. Jadi ada<br />

kemungkinan ada materi yang tidak<br />

terangkum sehingga mahasiswa kurang<br />

memahami materi pembelajaran. Hal<br />

juga penyebab belum tuntasnya hasil<br />

belajar mahasiswa.<br />

Kelimat, disamping dari aspekaspek<br />

yang diamati, juga ada faktor<br />

lain, yaitu waktu pelaksaaan evaluasi<br />

sesudah proses pembelajaran. Hal ini<br />

berpengaruh terhadap hasil belajar<br />

mahasiswa, sebab mahasiswa<br />

membutuhkan waktu untuk membahas<br />

materi pelajaran secara individu lagi<br />

diluar waktu proses pembelajaran<br />

secara kelompok belajar maupun<br />

secara belajar klasikal.<br />

Pada Siklus I ternyata<br />

ketuntasan belajar mahasiswa secara<br />

individu dan katuntasan belajar<br />

mahasiswa secara klasikal belum<br />

mencapai tercapai, untuk ini perlu<br />

diperbaiki proses pembelajaran pada<br />

Siklus II. Pembelajaran pada Siklus II<br />

ini diperbaiki berdasarkan kelemahan<br />

yang ditemui pada Siklus I. Kelemahan<br />

pada Siklus I adalah pembelajaran<br />

secara klasikal, pengarahan dosen,<br />

media pembelajaran dan pembagian<br />

waktu pada waktu proses pembeljaran.<br />

Sedangkan model pembelajaran<br />

berdasarkan masalah tetap<br />

dilaksanakan pada Siklus II. Materi<br />

pelajaran pada Siklus II adalah Ikatan<br />

Kimia dengan dua kali pertemuan<br />

Hasil belajar mahasiswa pada<br />

Siklus II dengan pokok bahasan Ikatan<br />

6


Miharty<br />

Kimia, adalah 32 orang yang<br />

memperoleh nilai ketuntasan secara<br />

individu dan ketuntasan secara klasikal<br />

64%. Hal ini berarti tujuan<br />

pembelajaran belum mencapai<br />

ketuntasan baik secara individu<br />

maupun ketuntasan belajar secara<br />

klasikal, tetapi lebih baik dari Siklus I.<br />

Ketidak tuntasan belajar<br />

mahasiswa pada Siklus II ini dapat<br />

dijelaskan dari hasil observasi sewaktu<br />

proses pembelajaran sebagai berikut:<br />

Pertama, proses pembelajaran<br />

pada kegiatan ini dilakukan dengan<br />

diskusi kelompok kecil yaitu setiap<br />

kelompok ada 5 orang. Sebelum<br />

kegiatan diskusi dosen memberikan<br />

pengarahan tentang langkah-langkah<br />

kegiatan pembealajaran dan<br />

menjelaskan tentang tujuan<br />

pembelajaran dari Ikatan kimia. Dalam<br />

kegiatan diskusi kelompook kecil ini<br />

banyak mahasiwa yang aktif, tetapi ada<br />

sebagian yang tidak ikut aktif dalam<br />

kegiatan diskusi. Kemungkinan yang<br />

tidak aktif mahasiswa inilah salah satu<br />

penyebab belum tuntasnya hasil belajar<br />

secara individu.<br />

Kedua, pembelajaran materi<br />

pada Siklus II, menggunakan alat<br />

bantu berupa LKM dan buku bacaan<br />

yang berhubungan materi Ikatan<br />

Kimia. LKM ini menutut setiap<br />

kelompok belajar untuk; 1)<br />

merumuskan hipotesis berdasarkan<br />

masalah yang telah dirumuskan, 2)<br />

membahas masalah berdasarkan<br />

hipotesis yang dirumuskan oleh<br />

kelompok mahasiswa, 3) menjawab<br />

pertanyaan yang dajukan, dan 4)<br />

membuat kesimpulan. Dengan adanya<br />

LKM ini mahasiswa lebih terarah<br />

dalam memhami materi pelajaran dan<br />

dosen mengamati aktifitas mahasiswa<br />

dalam kelompok.<br />

Ketiga, Pada Siklus I dosen<br />

memberikan pengarahan dari diskusi<br />

secara klasikal, pada Siklus II dosen<br />

memberi pengarahan secara umum<br />

pada awal kegiatan pembelajaran, dan<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah<br />

mengamati mahasiswa pada kegiatan<br />

diskusi kelompok kecil. Tetapi pada<br />

kegiatan pengamatan dari dosen belum<br />

maksimal artinya dosen belum banyak<br />

berinteraksi dengan kelompok kecil<br />

mahasiswa. Dari hasil LKM setiap<br />

kelompok belum maksimum, artinya<br />

tujuan LKM khusus pada Ikatan Kimia<br />

belum tercapai. Hal ini juga diduga<br />

belum tercapainya ketuntasan belajar<br />

mahasiswa.<br />

Keempat, waktu yang<br />

digunakan oleh dosen dalam<br />

merangkum materi tentang Ikatan<br />

Kimia untuk tiap pertemuan masih<br />

relatif sedikit yaitu selama 20 menit.<br />

Jadi ada kemungkinan ada materi yang<br />

tidak terangkum sehingga mahasiswa<br />

kurang memahami materi<br />

pembelajaran. Hal juga penyebab<br />

belum tuntasnya hasil belajar<br />

mahasiswa.<br />

Pada Siklus II ternyata<br />

ketuntasan belajar mahasiswa secara<br />

individu dan katuntasan belajar<br />

mahasiswa secara klasikal juga belum<br />

mencapai tercapai, untuk ini perlu<br />

diperbaiki proses pembelajaran pada<br />

Siklus III. Pembelajaran pada Siklus<br />

III ini diperbaiki berdasarkan<br />

kelemahan yang ditemui pada Siklus<br />

II. Kelemahan pada Siklus II adalah<br />

belum semua mahasiswa aktif dalam<br />

diskusi kelompok, pengarahan dosen<br />

secara kelompok belum maksimal, dan<br />

pembagian waktu pada waktu proses<br />

pembeljaran. Sedangkan model<br />

pembelajaran berdasarkan masalah<br />

tetap dilaksanakan pada Siklus III.<br />

Materi pelajaran pada Siklus III adalah<br />

Stoikiometri dengan dua kali<br />

pertemuan<br />

Hasil belajar mahasiswa pada<br />

Siklus III dengan pokok bahasan<br />

Stokiometri, dari hasil penelitian<br />

tindakan kelas ini mahasiswa yang<br />

telah tuntas hasil belajarnya sebanyak<br />

43 dan ketuntasan secara klasikal 86<br />

%. Hal ini berarti bahwa pengajaran<br />

sudah tuntas baik mahasiswa secara<br />

7


Miharty<br />

individu maupun ketuntasan secara<br />

klasikal.<br />

Ketuntasan belajar mahasiswa<br />

ini dapat dijelaskan dari hasil observasi<br />

sewaktu proses pembelajaran sebagai<br />

berikut:<br />

Pertama, pembelajaran dilaksanakan<br />

secara kelompok kecil, sehingga<br />

keterlibatan mahasiswa dalam proses<br />

belajar tinggi, artinya sebagian besar<br />

mahasiswa aktif dalam proses<br />

pembelajaran.<br />

Kedua, pembelajaran menggunakan<br />

alat bantu mengajara berupa LKM dan<br />

bahan bacaan yang disesuaikan dengan<br />

materi pembelajaran<br />

Ketiga, dosen lebih banyak waktunya<br />

dalam mengarahkan mahasiswa secara<br />

kelompok kecil.<br />

Keempat, waktu yang digunakan untuk<br />

menjelaskan pada awal dan akhir<br />

pembelajaran relatif lebih lama dari<br />

pada Siklus I dan Siklus II.<br />

Faktor pembelajaran secara<br />

kelompok kecil, pengunaan alat bantu<br />

dalam proses pembelajaran dan<br />

keterlibatan dosen adalah faktor-faktor<br />

yang ikut menentukan ketuntasan hasil<br />

belajar mahasiswa khususnya<br />

mahasiswa Program Studi Kimia<br />

PMIPA FKIP Universitas Riau.<br />

HASIL PENELITIAN<br />

Hasil penelitian tindakan kelas<br />

dengan pelaksanaan pembelajaran<br />

berdasarkan masalah pada mata<br />

pelajaran Kimia Dasar I pada Program<br />

Studi Pendidikan Kimia FKIP<br />

Universitas Riau ini adalah sebagai<br />

berikut:<br />

Pertama, pembagian waktu<br />

yang digunakan proses pembelajaran,<br />

dalam hal kegiatan awal, kegiatan inti<br />

dan kegiatan penutup, dirangkum pada<br />

Grafik 1. Dari Grafik 1 dapat<br />

dijelaskan bahwa waktu yang<br />

digunakan pada waktu proses<br />

pembelajaran Siklus I, Siklus II dan<br />

Siklus III ada perobahan. Waktu untuk<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah<br />

mengarahkan pada kegiatan awal<br />

diperpanjang, waktu untuk diskusi<br />

pembelajaran dikurangi dan diskusi<br />

untuk menjelas dan merangkum materi<br />

juga diperpanjang<br />

Kedua, ketuntasan hasil belajar<br />

mahasiswa dari Siklus I, Siklus II dan<br />

Siklus III dirangkum dalam Grafik 2.<br />

Hal ini dapat dijelaskan bahwa<br />

ketuntasan belajar mahasiswa secara<br />

klasikal dari Siklus III lebih tingi dari<br />

Siklus II, dan ketuntasan belajar<br />

mahasiswa secara klasikal dari Siklus<br />

II lebih tinggi dari Siklus I. Hal ini<br />

berarti bahwa perobahan yang<br />

dilaksanakan pada proses belajar dari<br />

setiap siklus pembelajaran terdapat<br />

peningkatan dan dapat mencapai<br />

ketuntasan<br />

Dari temuan penelitian ini<br />

dirangkum bahwa dalam proses<br />

pembelajaran keterlibatan dosen dalam<br />

pembelajaran sangat berperanan untuk<br />

menuntaskan hasil belajar. Faktor lain<br />

yang juga berpengaruh terhadap hasil<br />

belajar dalam penelitian ini adalah alat<br />

bantu pembelajaran yang berupa<br />

bacaan dan lembaran kerja mahasiswa.<br />

Lembaran kerja mahasiswa ini<br />

menuntut pola pikir tingkat tinggi<br />

artinya permasalahan yang diajukan<br />

adalah menjawab bagaimana suatu<br />

fenomena yang diamati terjadi.<br />

KESIMPULAN DAN<br />

REKOMENDASI<br />

Kesimpulan<br />

Berdasarkan hasil penelitian<br />

dan pembahasan yang telah<br />

dikemukakan dapat diambil<br />

kesimpulan bahwa hasil belajar<br />

mahasiswa dari penelitian tindakan<br />

kelas mata kuliah Kimia Dasar I ini<br />

pada Siklus I individu yang tuntas<br />

sebanyak 26 orang dengan ketuntasan<br />

belajar secara klasikal 52 %. Pada<br />

Siklus II individu yang tuntas sebayak<br />

31 orang dengan ketuntasan beajar<br />

8


Miharty<br />

secara klasikal 62 %. Pada Siklus III<br />

individu yang tuntas sebayak 43 orang<br />

dengan ketuntasan beajar secara<br />

klasikal 86,00 %.<br />

Pengajaran Kimia Dasar I pada<br />

Program Studi Pendidikan Kimia FKIP<br />

UR Tahun ajaran 2009/2010 yang<br />

dilaksanakan dengan model<br />

pembelajaran berdasarkan masalah<br />

akan memberikan hasil belajar yang<br />

dapat menuntaskan hasil belajar<br />

individu maupun menuntaskan<br />

pembelajaran secara klasikal adalah<br />

dengan cara-cara sebagai berikut:<br />

1. Pengajaran dilaksanakan<br />

secara kelompok kecil yang<br />

terdiri dari 5 atau 6 orang.<br />

2. Menggunakan media<br />

pembelajaran yang berupa<br />

buku bacaan Kimia Dasar dan<br />

Lembaran Kerja Mahasiswa<br />

(LKM)<br />

3. Aktivitas kegiatan kelompok<br />

belajar harus tinggi, artinya<br />

semua anggota kelompok<br />

harus diaktifkan.<br />

4. Dosen memberikan arahan,<br />

serta menjelaskan dari materi<br />

yang didiskusikan baik secara<br />

kelompok maupun secara<br />

klasikal sewaktu proses<br />

pembelajaran.<br />

Rekomendasi<br />

Berdasarkan hasil penelitian<br />

tidakan kelas pada mata kuliah Kimia<br />

Dasar I ini disarankan: dalam proses<br />

pembelajaran berdasarkan masalah<br />

dosen perlu memberikan dorongan dan<br />

arahan kepada mahasiswa dalam<br />

membahas materi pelajaran, dan untuk<br />

meningkatkan keaktifkan mahasiswa<br />

dalam pembelajaran berdasarkan<br />

masalah serta meningkatkan kualitas<br />

pembelajaran.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah<br />

Media Pembelajaran,<br />

Grasindo, Jakarta.<br />

Anonim, 2008, Inovasi Pembelajaran<br />

MIPA di Sekolah dan Alternatif<br />

Implimentasinya-Problem<br />

Based<br />

Instruktions<br />

(Pembelajaran berdasar<br />

Masalah), Direct Intruktions<br />

(Pembelajaran<br />

Langsung)http://pembelajaranguru.wordpress.com.<br />

(6 Januari<br />

2009).<br />

Arends, R, 1997, Classroom<br />

Instruction and Management,<br />

New York Mc Grow Hill<br />

Compagnies<br />

Arikonto, S, dkk., 2006, Penelitian<br />

Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.<br />

Depdiknas, 2004, Rambu-rambu<br />

Penetapan Standar Ketuntasan<br />

Belajar Minimum dan Analisis<br />

Hasil Pencapaian Standar<br />

Ketuntasan Belajar. Direktorat<br />

Jendral Pendidikan Dasar dan<br />

Menengah, Jakarta.<br />

Djamarah, B.S dan Zein, Aswan. 2002,<br />

Strategi Belajar Mengajar,<br />

Rineka Cipta, Jakarta.<br />

Hamalik. Oemar, 2007, Kurikulum dan<br />

Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.<br />

Ibrahim, Muslimin dan Muhammad<br />

Nur, 2002, Pembelajaran<br />

Berdasarkan Masalah,<br />

Universiti Press. Surabaya.<br />

Isjoni ,2002, Mengajar Efektif<br />

Pedoman Praktis Bagi Guru<br />

dan Calon Guru, Unri Press,<br />

Pekanbaru<br />

Dimyati dan Mudjiono , 2002, Belajar<br />

dan Pembelajaran, Rineka Cipta,<br />

Jakarta.<br />

Angkowo, R.A, 2007, Optimalisasikan<br />

9


Miharty<br />

Kiranawati, 2007, Pembelajaran<br />

Berdasarkan Masalah<br />

http://gurupkn..wordpress.com.<br />

(6 Januari, 2009).<br />

Mudzakir, Ahmad. Sutrisno. 1997.<br />

Psikologi Pendidikan. Pustaka Setia,<br />

Bandung.<br />

Nasution, 2000, Berbagai Pendekatan<br />

Dalam Proses Belajar<br />

Mengajar, Bumi Aksara<br />

Jakarta.<br />

Neviyarni, 2005, Strategi<br />

Pembelajaran, Pustekom,<br />

Diknas, Pekanbaru.<br />

Pusat Kurikulum, 2002, Penilaian<br />

Berbasis Kelas, Balitbang Depdiknas,<br />

Jakarta.<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah<br />

Sanjaya. Wina, 2008, Strategi<br />

Pembelajaran, Kencana, Jakarta<br />

Slameto, 2003, Belajar dan Faktorfaktor<br />

Yang Mempengaruhinya,<br />

Rineka Cipta, Jakarta<br />

Sudjana, N., 2005, Dasar-dasar Proses<br />

Belajar Mengajar, Sinar<br />

Baru Muda Algensindo,<br />

Bandung.<br />

Sudjana, N., 2008, Penilaian Hasil<br />

Proses Mengajar, Remaja<br />

Rosdakarya, Bandung.<br />

Usman, U., 1993, Upaya Optimalisasi<br />

Kegiatan Belajar Mengajar ,<br />

PT Remaja Rosda Karya,<br />

Bandung.<br />

10


Miharty<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah<br />

LAMPIRAN<br />

Tabel 1 Nilai Hasil Belajar dan Frekwensi Mahasiswa Pada Siklus I<br />

No. Nilai Frekwensi % Frek. Kumulatif % Kumulatif<br />

1. 75 - 84 5 10 5 10<br />

2 65 - 74 21 42 26 52<br />

3 55 - 64 10 20 36 72<br />

4. 45 - 54 10 20 46 82<br />

5. 35 - 44 1 2 47 94<br />

6. 25 - 34 3 6 50 100<br />

Jumlah 50 100<br />

Tabel 4.2 Ketuntasan Belajar Mahasiswa Pada Siklus I<br />

No. Kategori Jumlah %<br />

1 Individu yang tuntas 26 0rang 52<br />

2 Individu yang tidak tuntas 24 orang 48<br />

Jumlah 50 orang 100<br />

Tabel 3 Nilai Hasil Belajar dan Frekwesi Mahasiswa Pada Siklus II<br />

No Nilai Frekwensi % Frek. Kum. % Kum.<br />

1 85 - 94 8 16 8 16<br />

2 75 - 84 7 14 15 30<br />

3 65 - 74 16 32 31 62<br />

4 55 - 64 14 28 45 90<br />

5 45 - 54 2 4 47 94<br />

6 35 - 44 3 6 50 100<br />

Jumlah 50 100<br />

Tabel 4 Ketuntasan Belajar Mahasiswa Pada Siklus II<br />

No. Kategori Jumlah %<br />

1 Individu yang tuntas 31 0rang 62<br />

2 Individu yang tidak tuntas 19 orang 38<br />

Jumlah 50 orang 100<br />

Tabel 5 Nilai Hasil Belajar dan Frekwesi Mahasiswa Pada Siklus III<br />

No Nilai Frekwensi % Frek. Kum. % Kum.<br />

1 85 - 94 8 16 8 16<br />

2 75 - 84 10 20 18 32<br />

3 65 - 74 25 50 43 86<br />

4 55 - 64 3 6 46 92<br />

5 45 - 54 2 4 48 96<br />

6 35 - 44 2 4 50 100<br />

Jumlah 50 100<br />

11


Miharty<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah<br />

Tabel 4.6 Ketuntasan Belajar Mahasiswa Pada Siklus III<br />

No. Kategori Jumlah %<br />

1 Individu yang tuntas 43 0rang 86<br />

2 Individu yang tidak tuntas 7 orang 14<br />

Jumlah 50 orang 100<br />

70<br />

60<br />

50<br />

%<br />

40<br />

30<br />

20<br />

10<br />

0<br />

persiapan<br />

pembelajaran<br />

Penjelasan materi oleh<br />

dosen<br />

Diskusi<br />

Penjelasan dosen<br />

siklus I siklus siklus<br />

merangkum materi<br />

Grafik II 1. Pembagian III Waktu Pembelajaran<br />

90<br />

80<br />

70<br />

60<br />

50<br />

% Tuntas<br />

40<br />

Tidak tuntas<br />

30<br />

20<br />

10<br />

0<br />

Awal Siklus I Siklus II Siklus III<br />

Grafik 2. Persentase Ketuntasan<br />

12


Evi Suryawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Potensi Pembelajaran Kontekstual Rangka<br />

POTENSI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL RANGKA PADA<br />

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES , SIKAP ILMIAH DAN<br />

HASIL BELAJAR BIOLOGI<br />

Evi Suryawati<br />

evien_<strong>riau</strong>@yahoo.com<br />

Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau<br />

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pembelajaran kontekstual<br />

RANGKA terhadap keterampilan proses, sikap ilmiah dan hasil belajar Biologi.<br />

Penelitian kuasi eksperimen sebagai penelitian awal telah dilaksanakan di SMPN 7<br />

Pekanbaru, sampel terdiri dari 35 siswa kelompok eksperimen dan 36 orang siswa<br />

kelompok kontrol. Data keterampilan proses, sikap ilmiah, dan hasil belajar diperoleh<br />

melalui observasi, kuesioner, dan tes kinerja. Analisis data secara deskriptif dan<br />

inferensial dengan t-test. Rata- rata peningkatan melalui uji ternormalisasi (N-gain)<br />

diperoleh 0,31 untuk kelompok eksperimen dan 0,24 untuk kelompok kontrol. Secara<br />

keseluruhan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen 73,55 dan kelompok kontrol<br />

62,4. Analisis uji-t menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen<br />

dan kontrol. Hasil ini menunjukkan pembelajaran kontekstual RANGKA berpotensi<br />

untuk pengembangan keterampilan proses , sikap ilmiah, dan hasil belajar.<br />

Kata Kunci : Pembelajaran Kontekstual, Keterampilan Proses, Sikap Ilmiah.<br />

THE POTENTIAL OF CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING<br />

STRATEGY ON BIOLOGY STUDENT’S SCIENCE PROCESS SKILL,<br />

SCIENTIFIC ATTITUDE AND ACHIEVEMENT<br />

ABSTRACT The objective this research to know the potential of Contextual Teaching<br />

and Learning Strategy on Biology student’s process science skill, scientific attitude and<br />

achievement. Sample in this research is students of class VII.1 (experiment) as much 35<br />

people and class VII.3 (control) as much 35 people. Parameter in this research are process<br />

science skill, scientific attitude, and Achievement. The data science process skill,<br />

scientific attitude, and achievement was collect with observation sheets, questionaire and<br />

performance test. From result of this research is indicate that applying Contextual<br />

Teaching and Learning strategy can be increase of science process skill, scientific<br />

attitude, and achievement.<br />

Keywords : Contextual Teaching and Learning Strategy,<br />

13


Evi Suryawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Potensi Pembelajaran Kontekstual Rangka<br />

PENDAHULUAN<br />

Penerapan Kurikulum<br />

Tingkat Satuan Pendidikan di<br />

Indonesia tahun 2006 memberikan<br />

otonomi pada guru untuk dapat<br />

merencanakan sendiri materi<br />

pelajaran untuk mencapai<br />

kompetensi yang telah ditetapkan.<br />

Mempelajari Sains berkaitan dengan<br />

cara mencari tahu tentang alam<br />

secara sistematis, sehingga sains<br />

bukan hanya penguasaan kumpulan<br />

pengetahuan yang berupa faktafakta,<br />

konsep-konsep, atau prinsipprinsip<br />

saja tetapi juga merupakan<br />

suatu proses penemuan<br />

(Susilo,2003). Pendidikan sains<br />

diharapkan dapat menjadi wahana<br />

bagi peserta didik untuk mengenal<br />

diri sendiri dan alam sekitar. Proses<br />

pembelajarannya menekankan pada<br />

pemberian pengalaman langsung<br />

untuk mengembangkan kompetensi<br />

agar dapat menjelajahi dan<br />

memahami alam sekitar secara<br />

ilmiah.<br />

Sains diperlukan dalam<br />

kehidupan sehari-hari untuk<br />

memenuhi keperluan manusia<br />

melalui penyelesaian masalahmasalahyang<br />

dapat diidentifikasikan.<br />

Penerapan sains perlu dilakukan<br />

secara bijaksana untuk menjaga dan<br />

memelihara kelestarian alam sekitar.<br />

Pada peringkat Sekolah Menengah<br />

Rendah, diharapkan ada penekanan<br />

kepada pembelajaran Salingtemas<br />

(Sains, lingkungan, teknologi, dan<br />

masyarakat) secara terpadu yang<br />

diarahkan pada pengalaman belajar<br />

untuk merancang dan membuat suatu<br />

karya melalui penerapan konsep<br />

sains dan kompetensi bekerja ilmiah<br />

secara bijaksana (Depdiknas, 2003).<br />

Faktor utama dalam<br />

pembelajaran sains, bahwa siswa<br />

belajar melalui proses inkuiri,<br />

sehingga mereka dapat belajar<br />

dengan semangat dan pada suasana<br />

yang menyenangkan (Zemelman,<br />

1998 ). Siswa akan belajar dari apa<br />

yang mereka kerjakan dan dari<br />

pengalaman mereka (Schelecty,<br />

1997). Pada pembelajaran<br />

kontekstual, tugas utama guru<br />

sebagai fasilitator untuk meluaskan<br />

persepsi siswa dan memberi<br />

pengalaman nyata dalam<br />

pembelajaran agar dapat segera<br />

difahami (Parnell,1995). Parnell<br />

menjelaskan tujuh prinsip untuk<br />

diaplikasikan ke dalam<br />

pengembangan pembelajaran di<br />

dalam kelas yaitu prinsip tujuan,<br />

membina, aplikasi, pemecahan<br />

masalah, kerja kelompok, penemuan,<br />

dan menghubungkan. Pembelajaran<br />

kontekstual di Indonesia meliputi<br />

pada tujuh prinsip (Depdiknas,<br />

2002), yaitu: konstruktivisme,<br />

inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,<br />

pemodelan, refleksi, dan penilaian<br />

autentik. Menurut Crawford (2001),<br />

pembelajaran kontekstual dapat<br />

dilaksanakan dengan 5 strategi ,<br />

yaitu (1) menghubungkan (relating) ,<br />

(2) mengalami (experiencing), (3)<br />

menggunakan (applying), (4)<br />

bekerjasama (collaborating), dan (5)<br />

memindahkan (transferring).<br />

Mata pelajaran Biologi<br />

merupakan salah satu mata pelajaran<br />

yang dipelajari di Sekolah<br />

Menengah Pertama dan berada satu<br />

rumpun dengan mata pelajaran<br />

Fisika yaitu Ilmu Pengetahuan<br />

Alam/Sains. Secara umum tujuan<br />

pendidikan biologi adalah agar siswa<br />

menguasai<br />

materi,<br />

mengorganisasikan metode ilmiah<br />

14


Evi Suryawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Potensi Pembelajaran Kontekstual Rangka<br />

yang dilandasi sikap ilmiah untuk<br />

menyelesaikan masalah yang<br />

dihadapinya sehingga menyadari<br />

kekuasaan dan kebesaran pencipta<br />

Nya (Depdiknas, 2003). Pada<br />

pembelajaran biologi diperlukan<br />

keterlibatan pelajar secara optimal<br />

sehingga pembelajaran menjadi lebih<br />

bermakna. Untuk memperoleh hasil<br />

belajar yang diharapkan, guru harus<br />

dapat mengamati dan mengetahui<br />

keadaan serta situasi belajar siswa<br />

dalam kegiatan belajar mengajar.<br />

Pembelajaran Biologi (life science)<br />

sewajarnya dikembangkan melalui<br />

hands-on activity dan minds-on<br />

activity (Ibrahim, 2004).<br />

Menurut Depdiknas (2003)<br />

pelaksanaan pembelajaran<br />

menekankan pemberian pengalaman<br />

belajar kepada siswa secara langsung<br />

melalui pengembangan keterampilan<br />

proses dan sikap dengan tujuan agar<br />

siswa memahami konsep-konsep dan<br />

mampu memecahkan masalah<br />

diarahkan dengan pendekatan<br />

kontekstual (Contextual Teaching<br />

and Learning/CTL). Kenyataannya<br />

pelaksanaan Pembelajaran Biologi<br />

secara kontekstual masih berhadapan<br />

dengan banyak hambatan, antara lain<br />

ialah ketersediaan bahan<br />

pembelajaran, kondisi sekolah,<br />

kemampuan siswa, dan kemampuan<br />

guru membina pembelajaran masih<br />

rendah (Evi Suryawati, 2007). Hasil<br />

pengamatan peneliti pada beberapa<br />

Sekolah Menengah Pertama di kota<br />

Pekanbaru yang telah melaksanakan<br />

pendekatan<br />

kontekstual<br />

pembelajaran biologi didapati dalam<br />

pembelajaran masih seperti<br />

pembelajaran konvensional. Dalam<br />

menjalankan pembelajaran, guru<br />

belum sepenuhnya melaksanakan<br />

skenario pembelajaran yang telah<br />

dibuat, akibatnya siswa hanya<br />

menganggap pembelajaran biologi<br />

hanya sekedar hafalan. Dapatan lain<br />

di sekolah, walaupun telah ada buku<br />

pelajaran biologi yang berasaskan<br />

kompetensi, namun keterampilan<br />

proses dan pemecahan masalah<br />

secara kontekstual kurang diberi<br />

penekanan. Aktivitas siswa dalam<br />

kegiatan belajar mengajar belum<br />

optimal, oleh karena itu<br />

keterampilan proses dan pemecahan<br />

masalah, dan sikap ilmiah perlu<br />

diberi penekanan kerana<br />

dapatmelatih kemahiran berfikir<br />

kritis. Penelitian ini dilaksanakan<br />

untuk mengkaji potensi<br />

pembelajaran kontekstual RANGKA<br />

pada pengembangan keterampilan<br />

proses, sikap ilmiah dan hasil belajar<br />

siswa khususnya SMPN 07<br />

Pekanbaru.<br />

METODE<br />

Penelitian kuasi eksperimen ini<br />

dilaksanakan pada kelas VII SMPN<br />

07 Pekanbaru dari bulan Pebruari –<br />

April 2008 sebanyak 8 kali<br />

pertemuan dengan 3 Kompetensi<br />

Dasar pada Standar Kompetensi<br />

Keanekaragaman Makhluk Hidup.<br />

Jumlah siswa kelompok eksperimen<br />

35 orang, kelompok kontrol 36 orang<br />

dengan rata- rata kemampuan rendah<br />

(56.9). Guru yang mengajar pada<br />

kelompok eksperimen dan kontrol<br />

adalah Sutayanti, S.Pd dengan<br />

pengalaman mengajar 18 tahun.<br />

Pelaksanaan pembelajaran<br />

dilaksanakan melalui pembelajaran<br />

kontekstual yang dimodifikasi dari<br />

Strategi REACT (Relating,<br />

Experiencing,<br />

Applying,<br />

Cooperating, Transferring)<br />

(Crawford, 2001), dengan<br />

15


Evi Suryawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Potensi Pembelajaran Kontekstual Rangka<br />

mengintergrasikan keterampilan<br />

proses dan pemecahan masalah yang<br />

dinamai dengan strategi RANGKA<br />

yaitu akronim dari Rumuskan,<br />

Amati,<br />

Nyatakan,<br />

Gabungkan/kerjasama, Komunikasi<br />

dan Amalkan. Strategi ini<br />

dikembangkan berdasarkan filosofi<br />

bahwa RANGKA pada pembelajaran<br />

sains merupakan akronim yang<br />

mudah diingat. Selain itu pada<br />

makhluk hidup, RANGKA berfungsi<br />

untuk memperkuat, memperkokoh<br />

dan memberi bentuk pada tubuh.<br />

Demikian pula strategi RANGKA<br />

yang dikembangkan ini diharapkan<br />

dapat menyokong dan memberi<br />

manfaat pada pembelajaran sains<br />

khususnya biologi agar pembelajaran<br />

menjadi bermakna. Bagan alir<br />

pelaksanaan pembelajaran dengan<br />

strategi RANGKA seperti pada<br />

Gambar 1.<br />

16


Evi Suryawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Potensi Pembelajaran Kontekstual Rangka<br />

Relating<br />

Pelajar menanggapi pertanyaan guru<br />

Pelajar menganalisa soalan (fase 1 Rumuskan)<br />

Guru memotivasi,<br />

menyampaikan<br />

objektif dan<br />

memberi soalan<br />

situasi sebenar<br />

Memerhatikan objek dan melaksanakan aktiviti<br />

(fasa 2 Amati dan Alami)<br />

Experiencing, Applying<br />

Menuliskan hasil pemerhatian dan aktiviti pada<br />

buku log (fasa 3 Nyatakan)<br />

Guru memberi<br />

contoh, dan<br />

memberi panduan<br />

dalam diskusi<br />

Cooperating<br />

Berbagi informasi dengan ahli dalam<br />

kumpulan (fasa 4 Gabungkan)<br />

Wakil kumpulan melapor penyelesaian masalah<br />

(fasa 5 Komunikasi)<br />

Transferring<br />

Pelajar merangkum, mengerjakan soalan dan<br />

tugasan lanjut (fasa 6 Amalkan)<br />

Guru membimbing<br />

membuat rangkuman,<br />

memberi evaluasi dan<br />

tugasan lanjut<br />

Gambar 1. Bagan Alir Pembelajaran Kontekstual Dengan Strategi RANGKA<br />

17


Evi Suryawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Potensi Pembelajaran Kontekstual Rangka<br />

Data keterampilan proses<br />

dasar yaitu : observasi, klasifikasi,<br />

prediksi, pengukuran dan<br />

komunikasi, selanjutnya sikap ilmiah<br />

meliputi tanggung jawab,<br />

keingintahuan, kerjasama,<br />

kecermatan, disiplin, toleransi, dan<br />

percaya diri. Data keterampilan<br />

proses dan sikap ilmiah diperoleh<br />

melalui observasi dan tes kinerja saat<br />

proses pembelajaran berlangsung,<br />

dan data hasil belajar diperoleh dari<br />

tes tertulis pada akhir pembelajaran.<br />

Selanjutnya data yang diperoleh<br />

dianalisis secara deskriptif dan<br />

inferensial denga uji-t.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Hasil<br />

penelitian<br />

memperlihatkan keterampilan proses<br />

yang berkembang adalah mengamati,<br />

mengelompokkan, mengukur,<br />

inferensi, dan komunikasi. Data<br />

keterampilan proses seperti pada<br />

Tabel 1<br />

Tabel 1. Rata-Rata Keterampilan Proses melalui Strategi RANGKA<br />

Keterampilan<br />

Proses<br />

Kumpulan KD 1 KD 2 KD 3<br />

1 2 3 4 5 6 7 8 Rerata K<br />

Observasi Eksperimen 96,08 84,85 100 95,59 95,59 93,23 92,93 85,19 88,66 BS<br />

Kontrol 44,76 33,33 100 100 90,17 100 61,26 33,33 67,32 C<br />

Klasifikasi Rawatan 98,04 95,96 67,65 66,67 96,08 97,92 87,88 78,70 92,34 BS<br />

Kawalan 62,86 59,46 71,17 82,88 88,03 65,77 58,56 33,33 69,69 C<br />

Komunikasi Rawatan 76,47 88,89 92,16 91,43 97,06 77,08 72,73 94,44 86,74 BS<br />

Kawalan 71,43 55,86 60,36 84,68 74,36 78,38 63,96 72,38 71,76 B<br />

Prediksi Rawatan 81,37 90,91 82,35 93,33 81,37 58,33 88,89 89,87 75,28 B<br />

Kawalan 56,19 69,37 70,27 82,88 74,36 55,86 67,57 73,33 63,79 C<br />

Inferensi Rawatan 77,45 82,83 68,63 76,19 61,76 50,13 67,64 77,78 68,04 C<br />

Kawalan 45,71 67,57 64,86 70,27 62,35 52,25 60,36 59,05 56,97 K<br />

R Rawatan 87,58 88,05 82,16 85,52 87,91 91,37 81,21 85,37 86,12<br />

BS<br />

(BS)<br />

Kawalan 54,29<br />

(K)<br />

Ket: KD: Kompetensi Dasar<br />

BS : Baik Sekali<br />

B : Baik<br />

C : Cukup<br />

K : Kurang<br />

(BS)<br />

53,15<br />

(K)<br />

(B)<br />

73,33<br />

(B)<br />

(BS)<br />

84,14<br />

(B)<br />

(BS)<br />

79,91<br />

(B)<br />

(BS)<br />

75,38<br />

(B)<br />

(B)<br />

62,34<br />

(C)<br />

(BS)<br />

54,28<br />

(K)<br />

(BS)<br />

67,10<br />

(C)<br />

C<br />

Dari Tabel 1 di atas rata-rata<br />

keterampilan proses pada kelompok<br />

eksperimen 86,12 (baik sekali), dan<br />

pada kelompok kontrol 67,10<br />

(Cukup). Ini memperlihatkan bahwa<br />

strategi pembelajaran kontekstual<br />

yang dilaksanakan pada materi<br />

Keanekaragaman makhluk hidup<br />

telah memberi dampak pada siswa<br />

untuk mengembangkan keterampilan<br />

proses, terutama klasifikasi dan<br />

observasi. Keterampilan membuat<br />

inferensi belum berkembang baik<br />

baik pada kelompok eksperimen dan<br />

kontrol. Dari penilaian buku kerja<br />

siswa didapati siswa mengalami<br />

kesulitan untuk membuat hubungan<br />

18


Evi Suryawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Potensi Pembelajaran Kontekstual Rangka<br />

topik yang dipelajari dengan<br />

kehidupan nyata.<br />

Data sikap ilmiah siswa pada<br />

pembelajaran kontekstual meliputi<br />

tanggung jawab, keingintahuan,<br />

kerjasama, kecermatan, disiplin,<br />

toleransi, dan percaya diri<br />

Dari Tabel 2 di atas rata-rata sikap<br />

ilmiah pada kelompok eksperimen<br />

89,87 (baik sekali), dan pada<br />

kelompok kontrol 60,36 (Cukup). Ini<br />

memperlihatkan bahwa strategi<br />

pembelajaran kontekstual yang<br />

dillaksanakan pada materi<br />

Keanekaragaman makhluk hidup<br />

telah memberi kesan pada siswa<br />

untuk mengembangkan sikap ilmiah,<br />

terutama disiplin, kerjasama, dan<br />

tanggung jawab. Pada kelompok<br />

Tabel 2. Rata-rata Sikap Ilmiah melalui Strategi<br />

kontrol yang tidak melaksanakan<br />

pembelajaran kontekstual, sikap<br />

ilmiah ini cukup baik. Hasil ini<br />

menunjukkan bahwa siswa dapat<br />

membangun pengetahuan dan sikap<br />

mereka, dalam hal ini tentu saja<br />

peranan guru sangat menentukan.<br />

Semestinya guru dapat melaksanakan<br />

pembelajaran yang melibatkan<br />

aktivitas pelajar, sehingga sikap<br />

ilmiah mereka dapat berkembang.<br />

Menurut Bricheno et al. (2000),<br />

sikap ilmiah dan sikap terhadap sains<br />

yang positif adalah diwujudkan dari<br />

pengalaman langsung siswa dengan<br />

aktivitas pembelajaran sains<br />

khususnya dalam aktivitas-aktivitas<br />

yang memberi kesempatan untuk<br />

penglibatan aktif siswa.<br />

RANGKA<br />

Sikap Ilmiah<br />

Tanggung<br />

jawab<br />

Keingintahuan<br />

Kerja sama<br />

Kecermatan<br />

Disiplin<br />

Toleransi<br />

Percaya diri.<br />

Rata-Rata<br />

Kelompok<br />

Pertemuan<br />

Rata- Kategori<br />

KD 6.1 KD 6.2 KD 6.3<br />

Rata<br />

1 2 3 4 5 6 7 8<br />

Eksperimen 87,62 79,41 94,29 91,18 91,18 97,67 93,94 97,22 91,56 BS<br />

Kontrol 33,33 33,33 49,57 60,53 48,72 64,86 63,06 41,44 49,36 K<br />

Eksperimen 77,14 86,27 77,14 84,31 86,27 87,50 90,91 90,74 85,04 BS<br />

Kontrol 66,67 41,23 54,70 58,77 58,12 59,86 54,95 58,56 56,61 K<br />

Eksperimen 92,38 89,22 94,29 93,14 97,06 96,88 94,95 96,30 94,28 BS<br />

Kontrol 73,87 59,65 56,41 64,91 69,23 71,17 50,45 58,56 63,03 C<br />

Eksperimen 85,71 87,25 93,33 94,12 92,16 90,63 96,97 96,30 92,06 BS<br />

Kontrol 70,27 63,16 61,54 64,04 64,10 63,06 66,67 61,26 64,26 C<br />

Eksperimen 93,33 91,18 95,24 91,18 94,12 92,71 92,93 98,15 93,61 BS<br />

Kontrol 72,97 57,89 64,10 62,28 66,67 59,46 63,96 69,37 64,59 C<br />

Eksperimen 77,14 80,39 78,10 83,33 88,24 87,50 86,87 91,67 84,16 BS<br />

Kontrol 55,86 66,67 64,10 65,79 67,52 67,57 72,07 58,56 64,77 C<br />

Eksperimen 85,71 89,22 84,76 84,31 92,16 92,71 88,89 95,37 89,07 BS<br />

Kontrol 67,57 70,18 67,52 73,68 76,92 68,47 69,37 65,77 69,94 C<br />

Eksperimen<br />

85,58 86,13 88,16 88,80 91,60 91,37 92,21 95,11<br />

(BS) (BS) (BS) (BS) (BS) (BS) (BS) (BS)<br />

89,87 BS<br />

Kontrol<br />

62,93 56,02 59,71 64,29 64,47 64,35 62,93 60,36<br />

(C) (K) (K) (C) (C) (C) (C) (C)<br />

61,88 C<br />

Keterangan :<br />

KD 6.1 = Ciri-Ciri Makhluk Hidup<br />

KD 6.2 = Klasifikasi Makhluk Hidup<br />

KD 6.3 = Keragaman pada sistem organisasi kehidupan<br />

Selanjutnya dapatan penguasaan konsep dilakukan analisis secara statistik inferensial<br />

terhadap dengan uji ternormalisasi, seperti pada Gambar 1 di bawah ini :<br />

19


Evi Suryawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Potensi Pembelajaran Kontekstual Rangka<br />

60<br />

50<br />

40<br />

30<br />

20<br />

10<br />

0<br />

37.26 36.07<br />

31<br />

Eks<br />

56.57<br />

51.36<br />

Kontrol<br />

Gambar 1. Penguasaan Konsep melalui Strategi<br />

RANGKA<br />

24<br />

Pre-test<br />

Post-test<br />

N-gain<br />

Dari uji ternormalisasi (Ngain),<br />

diperoleh peningkatan pada<br />

kelompok eksperimen lebih tinggi<br />

dari kelompok kontrol. Selanjutnya<br />

hasil belajar secara keseluruhan<br />

meliputi keterampilan proses, sikap<br />

ilmiah, dan penguasaan konsep<br />

dilakukan analisis uji –t seperti pada<br />

Tabel 3 berikut<br />

:<br />

Tabel 3. Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar dengan Uji-t melalui Strategi RANGKA<br />

Kelompok Penguasaan Konsep Kategori<br />

Eksperimen 73,55 Cukup<br />

Kontrol 56,24 Kurang<br />

t hitung 9,57*<br />

t tabel 2,00<br />

Data di atas memperlihatkan<br />

bahwa dengan strategi kontekstual<br />

RANGKA dapat meningkatan<br />

keterampilan proses, sikap ilmiah,<br />

dan penguasaan konsep. Dengan<br />

pembelajaran kontekstual, siswa<br />

akan mengkonstruksi pengetahuan<br />

mereka sendiri dari penemuan<br />

(inkuiri) yang mereka lakukan<br />

terhadap dunia nyata, sehingga<br />

mereka tidak semata-mata hanya<br />

menghafal saja melainkan<br />

mengalami dan mengkonstruksi<br />

sendiri suatu konsep atau<br />

pengetahuan yang merupakan proses<br />

belajar bagi siswa sehingga belajar<br />

menjadi bermakna. Hal ini sesuai<br />

dengan pendapat Ausubel bahwa<br />

belajar bermakna merupakan proses<br />

mengaitkan informasi baru pada<br />

konsep-konsep relevan yang terdapat<br />

dalam struktur kognitif seseorang.<br />

Dari hasil penelitian terdapat<br />

perbedaan keterampilan proses dan<br />

sikap ilmiah antara kelompok<br />

eksperimen dengan kelompok<br />

kontrol. Keterampilan proses dan<br />

sikap ilmiah pada kelompok<br />

eksperimen lebih tinggi<br />

dibandingkan dengan sikap ilmiah<br />

pada kelas kontrol. Hal ini dapat<br />

terjadi karena pada kelompok<br />

eksperimen dalam pembelajaran<br />

siswa dilatih untuk mengamati,<br />

mengklasifikasi, mengukur,<br />

mengiferensi<br />

dan<br />

mengkomunikasikannya. Saat<br />

melaksanakan keterampilan proses,<br />

tanggung jawab, keingintahuan,<br />

kerjasama, kecermatan, disiplin,<br />

20


Evi Suryawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Potensi Pembelajaran Kontekstual Rangka<br />

toleransi dan percaya diri sebagai<br />

aspek pengamatan dari sikap ilmiah<br />

juga berkembang baik. Manakala<br />

pada setiap pembelajaran misalnya<br />

pada materi tentang Organ dan<br />

Sistem Organ pada Tumbuhan dan<br />

Hewan. Pada topik ini siswa dilatih<br />

untuk dapat mengamati organ-organ<br />

yang dimiliki oleh tumbuhan dan<br />

hewan termasuk manusia<br />

menggunakan contoh yang<br />

ditemukan dalam kehidupan seharihari.<br />

Oleh karena itu, siswa dapat<br />

mengaitkan konsep yang mereka<br />

peroleh dengan dunia nyata,<br />

sehingga proses belajar mengajar<br />

akan lebih bermakna, yang<br />

selanjutnya akan meningkatkan hasil<br />

belajar. Seperti pendapat Hari<br />

(2004), dengan pendekatan<br />

kontekstual proses belajar mengajar<br />

akan lebih nyata, realistis, aktual,<br />

nyata, menyenangkan, dan<br />

bermakna. Proses belajar dan<br />

mengajar yang ditunjukkan oleh<br />

perilaku guru dan perilaku siswa<br />

yang bernuansa kontekstual<br />

merupakan inti dari pembelajaran.<br />

Perilaku siswa, seperti misalnya<br />

semangat belajar, keseriusan,<br />

perhatian, aktivitas, dan<br />

keingintahuan perlu didorong dari<br />

waktu ke waktu. Jika dilihat dari<br />

masing-masing aspek sikap ilmiah<br />

tertinggi yaitu aspek kerjasama dan<br />

keterampilan proses pada aspek<br />

observasi dan klasifikasi.<br />

Penguasaan konsep pada<br />

kelompok eksperimen 56,5, dan<br />

kelompok kontrol 51,4. Jika<br />

dibandingkan dengan pre test,<br />

pennguasaan konsep antara keduadua<br />

kelompok mengalami<br />

peningkatan. Tetapi jika dilihat dari<br />

ketuntasan belajar, rata-rata hasil<br />

belajar berada pada kategori rendah.<br />

Hal ini dapat difahami karena siswa<br />

rata- rata memang berada pada<br />

kemampuan rendah. Untuk itu peran<br />

guru sebagai fasilitator dengan<br />

mencobakan berbagai alternatif<br />

strategi pembelajaran sangat<br />

diharapkan sehingga potensi siswa<br />

dapat dioptimalkan.<br />

PENUTUP<br />

Berdasarkan hasil penelitian dapat<br />

disimpulkan bahwa rerata<br />

keterampilan proses, sikap ilmiah<br />

dan hasil belajar pada kelompok<br />

eksperimen mengalami peningkatan.<br />

Berdasarkan hasil ini disarankan<br />

pada guru untuk selalu mencoba<br />

berbagai strategi pembelajaran yang<br />

sesuai dengan karakteristik siswa,<br />

untuk melatih siswa berfikir kritis<br />

dan kreatif.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Bricheno, P., Johnson, J. Sears, J.<br />

2000. Children’s attitudes to<br />

science: beyond the men in<br />

white coats. In Issues in<br />

science teaching. J. Sears and<br />

P. Sorensen (eds). Routledge:<br />

London.<br />

Crawford,M.L. (2001). Teaching<br />

contextually: Research,<br />

rationale, and techniques for<br />

improving student motivation<br />

and achievement in<br />

Mathematics and Science.<br />

Texas: CORD<br />

Depdiknas. 2002. Pengelolaan<br />

Kurikulum Berbasis Sekolah.<br />

Jakarta: Pusat Kurikulum<br />

Balitbang Depdiknas.<br />

Depdiknas.(2003). Standar<br />

Kompetensi Mata Pelajaran<br />

Sains SMP. Jakarta:Pusat<br />

Kurikulum, Balitbang<br />

Depdiknas.<br />

Dick,W.,Carey,L., & Carey,J.O.,<br />

(2005). The Systematic<br />

21


Evi Suryawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Potensi Pembelajaran Kontekstual Rangka<br />

Design of Instruction. Sixth<br />

Edition.Boston: Pearson.<br />

Evi Suryawati. 2007. The Challenge<br />

and Problems of Biology<br />

Teachers in Conducting<br />

Innovation on Learning.<br />

Seminar Proceeding of The<br />

First International Seminar<br />

of Science Education.<br />

Science Education facing<br />

Against The Challenge of The<br />

21 st Century Saturday 27<br />

October 2007. Science<br />

Education Program<br />

Graduate School. Indonesia<br />

University of Education<br />

Bandung.<br />

Hari, S. 2004. Implementasi<br />

Kurikulum Berbasis<br />

Kompetensi. Jakarta: Cipta<br />

Cekas Grafika.<br />

Ibrahim, M. 2003. Pengajaran<br />

Berdasarkan Masalah. Jakarta :<br />

Direktorat Pendidikan Lanjutan<br />

Pertama Dirjen Dikdasmen<br />

Departemen Pendidikan<br />

Nasional.<br />

Occupational Research Group<br />

College of Education The<br />

University Georgia,(2003).<br />

Contextual Teaching and<br />

Learning: Lessons Learned<br />

from Teacher Preparation<br />

Through Novice Teacher.<br />

Retrieved Jul 8,2007, from<br />

http://www.Coe Uga.edu/ctl.<br />

Parnell,D. (1995 a). Why do I have to<br />

learn this. Waco Texas:<br />

Center for Occupational<br />

Research and Development<br />

(CORD).<br />

Parnell,D. (1995 b). Contextual<br />

Teaching Work Increasing<br />

Student Achievement. Waco<br />

Texas: Center for<br />

Occupational Research and<br />

Development (CORD).<br />

Susilo, H., 2003. Kapita Selekta<br />

Pembelajaran Biologi.<br />

Jakarta: Pusat Penerbitan<br />

Universitas Terbuka.<br />

Zemelman, S., Daniel, H.,Hyde, A.<br />

(1998). Best Practice: New<br />

Standards for teaching and<br />

learning in America’s School.<br />

2nd ed. New Hampshire:<br />

Heinemann.<br />

22


Herdini<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemberian Tugas Membuat Peta Pikiran (Mind Map)<br />

Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran melalui Pemberian Tugas Membuat Peta<br />

Pikiran (Mind Map) pada Mata Kuliah Kimia Organik I<br />

Herdini* ) , Asmadi, Nurmayati<br />

Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNRI<br />

ABSTRAK Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, yang bertujuan<br />

meningkatkan aktifitas dan hasil belaja mahasiswa, dan dilaksanakan dalam 3 siklus. Subjek<br />

penelitian adalah mahasiswa program studi pendidikan kimia semester tiga tahun akademis<br />

2007/2008, yang berjumlah 23 orang. Data yang dikumpulkan dari hasil penelitian ini adalah<br />

data aktifitas belajar mahasiswa, aktifitas mengajar dosen, lembar tugas mahasiswa (LTM),<br />

dan ketuntasan belajar mahasiswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisa<br />

deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil berturut-turut untuk siklus I, II, dan<br />

III sebagai berikut : Aktifitas belajar mahasiswa 43, 48%, 43, 78%, dan 44,94%, aktifitas<br />

dosen 67,05%, 67,43%, dan 69,70%, rata-rata nilai LTM 46,55%, 71,65%, dan 78,84%,<br />

sedangkan ketuntasan belajar mahasiswa yang didapat adalah 52,17 %, 73,91 %, dan 78, 26<br />

%. Dari gambaran hasil yang diperoleh terlihat bahwa peningkatan yang cukup berarti adalah<br />

pada hasil LTM dan Ketuntasan belajar. Peningkatan hasil LTM diiringi dengan peningkatan<br />

ketuntasan belajar, sedangkan aktifitas belajar mahasiswa terjadi peningkatan, tetapi sangat<br />

kecil.<br />

Kata Kunci: Peta Pikiran, Mind Map,.LTM<br />

ABSTRACT This research was a clasroom action research, with aim to increase activity and<br />

result of student learning, and applied in three cycle. The subject of the reasearch were<br />

students on Department of Chemistry Education in third semester on 2007/2008 amount 23<br />

students. Data which colected from this research were students learning activities, activity of<br />

lecturer in teacheng. Students duty sheet, and mastery learning of students. Technique of data<br />

analysis was applied descrtptive analysing. Based on results of data analysis obtained<br />

succesvely for I, II, III cycles as followed : students learning activities are 43, 48%, 43, 78%,<br />

dan 44,94%, activity of lecturer in teacheng are 67,05%, 67,43%, dan 69,70%, Averege of<br />

duty sheet were 46,55%, 71,65%, dan 78,84%, and mastery learning of students are 52,17<br />

%, 73,91 %, dan 78, 26 %. The Averege of duty sheets was accompanied with increasing<br />

learnt, while students learning activities happened increasing, but small.<br />

Key Words : Mind Map,. Mastery learnung,<br />

23


Herdini<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemberian Tugas Membuat Peta Pikiran (Mind Map)<br />

PENDAHULUAN<br />

Kimia organik yang didefinisikan<br />

sebagai kimia senyawa karbon (Fessenden,<br />

1990) merupakan mata kuliah wajib bagi<br />

mahasiswa S-1 program studi pendidikan<br />

kimia, FKIP UNRI, yaitu terdiri dari<br />

Kimia Organik I, II, dan Kimia Organik<br />

III. Secara umum mata kuliah ini<br />

mempelajari tentang struktur, sifat,<br />

komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa<br />

organik..<br />

Konsep-konsep yang terdapat<br />

dalam kimia organik cukup sulit dipahami<br />

mahasiswa. Dalam mempelajari Kimia<br />

Organik, di samping harus mengingat<br />

jenis-jenis senyawa, juga harus bisa<br />

mengenal struktur dan gugus fungsi, serta<br />

dituntut memahami berbagai reaksi yang<br />

terjadi. Khusus mata kuliah Kimia<br />

Organik I mempelajari tentang atom<br />

karbon dan Ikatan kovalen, alkana dan<br />

sikloalkana, alkena dan alkuna, senyawa<br />

aromatis dan tata nama benzena, alkohol<br />

dan eter, senyawa alkil halida, aldehid dan<br />

keton, serta amina.<br />

Pengalaman selama ini dalam<br />

mengajar mata kuliah kimia organik,<br />

hampir setiap tahun rata-rata hasil belajar<br />

mahasiswa rendah. Sebagai gambaran,<br />

rata-rata nilai kimia organik I mahasiswa<br />

mulai semester ganjil 2004/2005 sampai<br />

semester ganjil 2006/2007 berturut-turut<br />

adalah 51,5, 61,6, dan 47,5. Hal ini<br />

mencerminkan masih sedikit sekali<br />

mahasiswa yang sudah mencapai<br />

ketuntasan belajar. Menurut aturan<br />

penilaian yang dikeluarkan UNRI (2003),<br />

ketuntasan belajar tercapai, apabila<br />

mahasiswa telah mencapai taraf<br />

penguasaan ≥ 56 % (nilai C). Di samping<br />

itu keaktifan mahasiswa dalam proses<br />

pembelajaran juga kurang, terlihat dari<br />

kurangnya keinginan mahasiswa untuk<br />

bertanya dan menjawab pertanyaan.<br />

Permasalahan ini juga terjadi pada<br />

mahasiswa yang sedang mengikuti mata<br />

kuliah kimia organik I semester ganjil<br />

2007/2008. Aktiffitas mahasiswa di awal<br />

perkuliahan sangat kurang<br />

Berbagai usaha telah dilakukan<br />

untuk memperbaiki hasil belajar tersebut,<br />

antara lain menggunakan media<br />

pembelajaran yang memberikan gambaran<br />

struktur molekul tiga dimensi, pemberian<br />

tugas menyelesaikan soal=soal latihan,<br />

tetapi hasil yang dicapai belum<br />

memuaskan.<br />

Hasil wawancara dengan<br />

mahasiswa yang pernah dan sedang<br />

mengikuti pembelajaran mata kuliah kimia<br />

organik I ini, ditemukan bahwa sebahagian<br />

besar mahasiswa cenderung belajar<br />

dengan hafalan. Kenyataan ini sesuai<br />

dengan pernyataan yang dikemukakan<br />

oleh Slameto (1995) bahwa kebanyakan<br />

mahasiswa hanya mencoba menghafal<br />

pelajaran, sehingga mereka tidak<br />

membangun konsep-konsep yang<br />

fundamrntal pada awal mereka belajar.<br />

Hasil wawancara juga ditemukan bahwa<br />

umumnya mahasiswa belajar untuk<br />

mengulang materi atau bahan ajar ketika<br />

hari menjelang ujian tiba, dan tidak punya<br />

catatan yang sistematis. Hasil wawancara<br />

tersebut terungkap juga dosen kurang<br />

memberikan arahan dalam membuat<br />

catatan penting selama pembelajaran..<br />

Untuk memecahkan masalah<br />

tersebut, perlu dicari suatu metode atau<br />

strategi pembelajaran yang dapat<br />

meningkatkan keaktifan belajar<br />

mahasiswa. Salah satu metoda yang dapat<br />

digunakan adalah metode pemberian tugas<br />

membuat peta fikiran (mind Map).<br />

Peta fikiran merupakan suatu<br />

diagram warna-warni yang terdiri dari<br />

24


Herdini<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemberian Tugas Membuat Peta Pikiran (Mind Map)<br />

sebuah gagasan sentral yamg diletakkan<br />

pada bagian tengah secarik kertas,<br />

kemudian dibubuhi cabang-cabang yang<br />

menyerupai bentuk cabang pohon (Buzan,<br />

2001).. Peta fikiran ini merupakan alat<br />

yang ampuh dalam membantu otak<br />

berfikir secara teratur, dapat membantu<br />

dengan mudah memasukkan informasi ke<br />

dalam otak dan mengambil kembali<br />

informasi tersebut dari otak. Dengan<br />

membuat peta fikiran akan meningkatkan<br />

kreatifitas dan efektifitas mahasiswa<br />

dalam mencatat materi perkuliahan.<br />

Informasi yang panjang dan menjemukan<br />

dapat diubah menjadi diagram yang<br />

menarik. Untuk membuat peta fikiran,<br />

seorang siswa/mahasiswa harus membaca<br />

dan sekaligus menulis, dengan kata lain,<br />

mereka akan mengaktifkan panca indra<br />

dan fikirannya dalam menghasilkan suatu<br />

peta fikiran yang baik, sehingga<br />

pemahamannya sendiri terhadap suatu<br />

materi pelajaran.<br />

Byers (2001), mengatakan bahwa<br />

segala sesuatu yang menghasilkan<br />

keterlibatan aktif siswa/mahasiswa dapat<br />

meningkatkan kuantitas dan kualitas<br />

belajar, seperti halnya membaca akan<br />

menunjukkan pengalaman yang lebih kaya<br />

dibandingkan hanya mendengarkan<br />

pembelajaran di kelas. Menurut teori<br />

konstruktivisme, pengalaman tidak<br />

dipindah secara utuh dari guru kepada<br />

siswa, melainkan dibangun secara aktif<br />

dalam fikiran siswa. Selanjutnya Clow<br />

(1998), menyatakan bahwa belajar yang<br />

sesungguhnya hanya terjadi jika siswa<br />

menciptakan pemahamannya sendiri,<br />

namun guru diperlukan untuk menciptakan<br />

situasi yang memungkinkan hal itu terjadi.<br />

Menulis juga mempunyai peranan<br />

yang tidak kalah pentingnya dari<br />

membaca. Hal ini sesuai dengan pendapat<br />

Kovac dan Sherwood (1998) yang<br />

mengatakan bahwa menulis mempunyai<br />

fungsi komplementerdalam pendidikan<br />

dan profesi. Pertama menulis merupakan<br />

alat belajar yang ampuh, kedua menulis<br />

adalah suatu kemampuan profesi yang<br />

penting.<br />

Jadi dari uraian di atas jelaslah<br />

bahwa membuat peta fikiran mempunyai<br />

peranan yang sangat penting dalam proses<br />

pembelajaran, karena peta fikiran<br />

memadukan berbagai aspek yang<br />

mengaktifkan siswa dan lebih kompleks<br />

dari sekedar membaca dan menulis.<br />

Hasil penelitian Farrand (2002),<br />

menyimpulkan bahwa teknik belajar<br />

membuat peta fikiran lebih efektif dan<br />

manjur dalam meningkatkan pemahaman<br />

mahasiswa terhadap informasi yang<br />

mereka peroleh, dan hasil penelitian<br />

D’Antoni dan Pinto (2006) memberikan<br />

data yaitu 10 dari 14 orang mahasiswa<br />

setuju bahwa teknik belajar peta fikiran<br />

mampu memperbaiki cara belajar mereka,<br />

dimana memudahkan mereka<br />

mengorganisasikan materi yang<br />

dipresentasikan dalam rangkaian<br />

pembelajaran, sedangkan hasil penelitian<br />

Sadi (2006) menunjukkan bahwa<br />

pemberian tugas membuat peta fikiran<br />

mampu meningkatkan hasil belajar sampai<br />

25,39%.<br />

Berdasarkan uraian yang telah<br />

dikemukakan di atas, maka rumusan<br />

masalah dalam penilitian ini adalah:<br />

Apakah pemberian tugas membuat peta<br />

pikiran (mind map) dapat keaktifan dan<br />

belajar mahasiswa pada mata kuliah kimia<br />

organik I tahun akademis 2007/2008<br />

Selanjutnya berdasarkan rumusan<br />

masalah tersebut, dapat diajukan hipoitesis<br />

tindalan sebagai berikut : Jika pada proses<br />

pembelajaran kimia organik I diterapkan<br />

pemberian tugas membuat peta fikiran,<br />

maka keaktifan dan ketuntasan belajar<br />

mahasiswa akan meningkat<br />

METODE PENELITIAN<br />

Penelitian ini merupakan<br />

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom<br />

Action Research), karena dilaksanakan<br />

berdasarkan refleksi diri dan bertujuan<br />

memperbaiki proses pembelajaran.<br />

Menurut Wardani (2007), penelitian<br />

tindakan kelas adalah penelitian yang<br />

dilakukan oleh guru/dosen di kelasnya<br />

25


Herdini<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemberian Tugas Membuat Peta Pikiran (Mind Map)<br />

sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan<br />

untuk memperbaiki kinerjanya sehingga<br />

hasil belajar siswa meningkat.<br />

Subjek Penelitian<br />

Penelitian ini dilaksanakan di<br />

Program Studi Pendidikan Kimia FKIP<br />

UNRI semester ganjil 2007/2008. Subjek<br />

penelitian adalah mahasiswa semester III<br />

Program Studi Pendidikan Kimia T.A<br />

2007/2008 yang berjumlah 34 orang.<br />

Indikator Kinerja<br />

1. Aktivitas mahasiswa dalam proses<br />

perkuliahan menggunakan lembar<br />

observasi, yang meliputi<br />

2. Aktivitas dosen dalam proses<br />

perkuliahan menggunakan lembar<br />

observasi<br />

3. Hasil belajar mahasiswa yang berupa<br />

ketuntasan belajar pada setiap siklus.<br />

Ketuntasan belajar terdiri dari<br />

ketuntasan belajar secara individual<br />

dan ketuntasan belajar secara<br />

klasikal.<br />

Instrumen Penelitian<br />

Ada dua Instrumen penelitian<br />

yang digunakan, yaitu perangkat<br />

pembelajaran dan instrumen pengumpulan<br />

data.<br />

1. Perangkat pembelajaran yang terdiri<br />

atas : Garis-garis besar program<br />

pengajaran (GBPP), silabus mata<br />

kuliah kimia organik I, satuan acara<br />

Perkuliahan (SAP), dan lembar<br />

tugas mahasiswa (LTM)<br />

2. Instrumen Pengumpulan Data<br />

antara lain adalah lembar observasi<br />

dosen, dan mahasiswa, yang<br />

berguna untuk menjaring aktivitas<br />

dosen dan mahasiswa, tes hasil<br />

belajar yang dilakukan setiap akhir<br />

siklus.<br />

Prosedur Penelitian<br />

Penelitian ini dilakukan dalam 3<br />

siklus, setiap siklus melalui 4 tahap<br />

pelaksanaan sesuai langkah penelitian<br />

tindakan kelas, yaitu perencanaan,<br />

pelaksanaan tindakan, pengamatan dan<br />

refleksi. Siklus I dilakukan untuk pokok<br />

bahasan alkohol dan eter, siklus II aldehid<br />

dan keton, dan siklus III, asam karboksilat<br />

dan turunannya.<br />

Untuk masing-masing siklus pada<br />

tahap perencanaan dipersiapkan antara lain<br />

SAP, peta pikiran (mind map) acuan,<br />

lembar tugas dan lembar observasi. Untuk<br />

siklus II persiapan yang dilakukan telah<br />

disesuaikan dengan hasil refleksi siklus I,<br />

dan hal yang sama dilakukan untuk siklus<br />

III.<br />

Tahap Pelaksanaan dilakukan sesuai<br />

dengan skenario pembelajaran yang telah<br />

disusun, dengan menerapkan pemberian<br />

tugas membuat peta fikiran di akhir<br />

pembelajaran. Secara umum model<br />

pembelajaran yang digunakan untuk setiap<br />

siklus sama, hanya saja pada siklus II<br />

ditambahkan perbaikan dari hasil siklus I<br />

dan untuk siklus III ditambahkan<br />

perbaikan dari hasil siklus II<br />

Tahap Observasi dilaksanakan<br />

bersamaan dengan pelaksanaan tindakan<br />

untuk mengetahui aktivitas mahasiswa dan<br />

dosen dalam pembelajaran. Aktivitas<br />

mahasiswa yang diamati berupa<br />

keseriusan belajar, mengajuka pertanyaan,<br />

menanggapi dan menjawab pertanyaan.<br />

Sedangkan aktivitas dosen yang diamati<br />

meliputi kegiatan selama proses<br />

pembelajaran, mulai dari membuka sampai<br />

menutup pembelajaran, Untuk proses<br />

pengamatan ini dibantu oleh pengamat<br />

yang juga anggota peneliti.<br />

Tahap Refleksi dilaksanakan setelah<br />

pelaksanaan tindakan dan pengamatan<br />

pada masing-masing siklus selesai<br />

dilakukan, guna untuk evaluasi dan tindak<br />

lanjut pelaksanaan berikutnya.<br />

Teknik Analisis Data<br />

Pengolahan data dilakukan dengan<br />

analisis deskriptif yaitu untuk<br />

26


Herdini<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemberian Tugas Membuat Peta Pikiran (Mind Map)<br />

mendapatkan gambaran ketuntasan belajar<br />

mahasiswa, aktivitas mahasiswa dan dosen<br />

dalam pembelajaran.<br />

1. Ketuntasan Belajar Mahasiswa<br />

Mengukur penguasaan terhadap<br />

materi kuliah atau konsep mengacu kepada<br />

ketuntasan belajar secara individual dan<br />

ketuntasan belajar secara klasikal. Untuk<br />

mengetahui tuntas atau tidaknya<br />

mahasiswa belajar digunakan rumus<br />

sebagai berikut:<br />

SS<br />

KI = x100%<br />

SM<br />

Dimana: KI = persentase ketuntasan<br />

belajar secara individual<br />

SS = skor yang diperoleh<br />

mahasiswa<br />

SM = skor maksimal<br />

Dalam penelitian ini ketuntasan<br />

belajar mahasiswa secara individual<br />

ditetapkan nilai 56, mahasiswa dikatakan<br />

tuntas jika telah menguasai materi minimal<br />

56% (nilai C). Nilai ini berdasarkan<br />

ketentuan patokan penilaian UNRI<br />

(2003)..<br />

Ketuntasan belajar klasikal dapat<br />

diketahui dengan persamaan sebagai<br />

berikut:<br />

JI<br />

KK = x100%<br />

JS<br />

Dimana: KK = persentase ketuntasan<br />

belajar secara klasikal, JI = jumlah<br />

mahasiswa yang tuntas secara individual,<br />

JS = jumlah mahasiswa, Dengan kategori<br />

ketuntasan adalah sebagai berikut:<br />

Interval(%)<br />

Kategori<br />

81%-100% Baik<br />

Sekali<br />

66%-80% Baik<br />

56%-65%<br />

Cukup (PAP UNRI,<br />

2003)<br />

2. Aktivitas Mahasiswa Dalam<br />

Pembelajaran<br />

Untuk mengetahui aktivitas<br />

mahasiswa dapat diketahui dengaan<br />

menggunakan rumus sebagai berikut:<br />

F<br />

P = x100%<br />

N<br />

Dimana: P = angka persentase aktivitas,<br />

F = frekuensi aktivitas, serta<br />

N = banyaknya individu<br />

(Modifikasi sudijono,<br />

2004)<br />

3. Aktivitas Dosen Dalam<br />

Pembelajaran<br />

Aktivitas dosen dalam pembelajaran<br />

dilihat pada setiap tahap pelaksanaan<br />

belajar-mengajar yaitu pendahuluan,<br />

kegiatan inti dan penutup. Setiap aktivitas<br />

dosen diberikan nilai dengan bobot dan<br />

ketentuan sebagai berikut: Nilai 0 tidak<br />

melakukan, 1 kurang, 2 cukup, 3 baik, 4<br />

baik sekali. kategori untuk aktivitas adalah<br />

: 75%-100% baik sekali, 65%-74% baik,<br />

55%-64% cukup, ≤ 54%, kurang<br />

(Modifikasi Anonimus, 1991)<br />

HASIL PENELITIAN DAN<br />

PEMBAHASAN<br />

Hasil pengukuran yang diperoleh<br />

dalam penelitian ini sesuai dengan<br />

indikator kinerja yang telah ditetapkan ,<br />

yaitu :aktivitas mahasiswa dan dosen pada<br />

setiapsiklus, hasil belajar mahasiswa<br />

dalam bentuk ketuntasan belajar untuk<br />

setiap siklus, yaitu meliputi ketuntasan<br />

individual dan ketuntasan klasikal, serta<br />

nilai peta pikiran mahasiswa dalam bentuk<br />

nilai LTM (lembar tugas mahasiswa)<br />

untuk setiap siklus<br />

1. Hasil Tindakan Siklus I<br />

Hasil analisis data nilai LTM,<br />

aktifitas mahasiswa dan dosen, serta<br />

27


Herdini<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemberian Tugas Membuat Peta Pikiran (Mind Map)<br />

ketuntasan belajar mahasiswa dapat dilihat pada garafik 1.<br />

80<br />

60<br />

40<br />

20<br />

0<br />

P1 P2 Siklus I<br />

Ketuntasan<br />

Nilai LTM<br />

Aktivitas<br />

Mahasiswa<br />

Grafik 1 : Hasil Tindakan Siklus I<br />

Berdasarkan grafik tersebut<br />

terlihat bahwa aktivitas mahasiswa dan<br />

nilai peta pikiran yang dibuat oleh<br />

mahasiswa (nilai LTM) masih memiliki<br />

nilai rata-rata ≤ 50 %. Hal ini menjadi<br />

fokus perbaikan pada siklus II. Sebelum<br />

proses pembelajaran siklus II dilakukan,<br />

dijelaskan kembali tentang pembuatan<br />

peta pikiran, diantaranya mengenai<br />

pentingnya keindahan, kata kunci, dan<br />

bahwa isi peta pikiran harus mencakup<br />

indikator yang akan dicapai dalam<br />

pembelajaran, Untuk meningkatkan<br />

aktifitas mahasiswa, diberikan tambahan<br />

tugas baca materi yang akan dipelajari dan<br />

mengkaitkan dengan tugas yang telah<br />

dikerjakan.<br />

2. Hasil Tindakan Siklus II<br />

Hasil analisis data nilai LTM,<br />

aktifitas mahasiswa dan dosen, serta<br />

ketuntasan belajar mahasiswa dapat dilihat<br />

pada garafik 2.<br />

80<br />

70<br />

60<br />

50<br />

40<br />

30<br />

20<br />

10<br />

0<br />

P1 P2 P3 Siklus II<br />

Ketuntasan<br />

Nilai LTM<br />

Aktivitas<br />

Mahasiswa<br />

Grafik 2 : Hasil Tindakan Siklus II<br />

Berdasarkan grafik tersebut<br />

terlihat bahwa aktivitas dosen, nilai LTM,<br />

dan Ketuntasan belajar sudah cukup baik,<br />

yaitu sekitar 67,43, 71, 65, dan 33,91 %,<br />

namun aktifitas mahasiswa masih < 50 %,<br />

sehingga diusahakan lagi perbaikan<br />

aktifitas mahasiswa pada siklus 3, di<br />

samping meningkatkan indikator lain..<br />

Sebagaimana siklus II, pada siklus III<br />

diberikan tugas rumah kepada mahasiswa<br />

untuk membaca materi pertemuan<br />

berikutnya.<br />

3. Hasil Tindakan Siklus III<br />

Pada siklus III, dari 4 indikator<br />

yang diamati, 3 indikator sudah<br />

menunjukkan nilai baik, yaitu aktivitas<br />

dosen, nilai LTM, dan Ketuntasan belajar,<br />

dan menunjukkan peningkatan dari siklus<br />

sebelumnya. Yang masih kurang adalah<br />

aktifitas mahasiswa, walaupun mengalami<br />

peningkatan juga dari siklus sebelumnya,<br />

hal ini dapat dilihat pada grafik 3.<br />

28


Herdini<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemberian Tugas Membuat Peta Pikiran (Mind Map)<br />

80<br />

70<br />

60<br />

50<br />

40<br />

30<br />

20<br />

10<br />

0<br />

Grafik 3 : Gabungan Hasil<br />

Tindakan Siklus I-III<br />

Secara keseluruhan, mulai dari<br />

sikluis I sampai siklus III, Dari grafik 3<br />

dapat dijelaskan bahwa nilai LTM dan<br />

hasil belajar mahasiswa mengalami<br />

peningkatan dari siklus I sampai III.<br />

Sedangkan aktivitas mahasiswa dan dosen<br />

memiliki nilai yang bervariasi, yaitu<br />

mengalami penurunan pada siklus II,<br />

kemudian meningkat pada siklus III.<br />

Secara keseluruhan aktivitas mahasiswa<br />

dan dosen tersebut mengalami<br />

peningkatan dari siklus I sampai III,<br />

namun peningkatan yang terjadi pada<br />

aktifitas mahasiswa masih sangat kecil,<br />

dan masih memerlukan perbaikan. Dari<br />

hasil refleksi secara keseluruhan<br />

kemungkinan penyebanya adalah karena<br />

tugas diberikan di akhir pembelajaran, jadi<br />

siswa terfokus mengerjakan tugas dan<br />

kekurangan waktu untuk membaca materi<br />

yang akan dipelajari.<br />

KESIMPULAN DAN SARAN<br />

Kesimpulan<br />

Siklus I Siklus II Siklus III<br />

Berdasarkan hasil penelitian yang<br />

telah dkemukakan dapat diambil<br />

kesimpulan sebagai berikut ::<br />

1. Pemberian tugas membuat peta<br />

pikiran (mind map) dapat<br />

meningkatkan aktivitas dan hasil<br />

belajar mahasiswa pada mata<br />

kuliah kimia organik I tahun<br />

akademis 2007/2008.<br />

Saran<br />

2. Peningkatan aktivitas mahasiswa<br />

dalam proses pembelajaran adalah<br />

1,45 %, sedangkan hasil belajar<br />

mahasiswa<br />

mengalami<br />

peningkatan hingga 26,09 %.<br />

Bagi peneliti lain yang berminat,<br />

dengan metode pemberian tugas membuat<br />

peta fikiran ini, agar dapat menerapkan di<br />

awal pembelajaran, supaya dapat lebih<br />

meningkatkan aktifitas mahasiswa.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Anonimus, 1991 Petunjuk Operasional<br />

Peningkatan Mutu Pendidikan,<br />

Departemen Pendidikan dan<br />

Kebudayaan Kantor Wilayah<br />

Provinsi Riau, Pekanbaru.<br />

Buzan. T., 2001, How To Mind Map-Mind<br />

Map Untuk Meningkatkan<br />

Kreativitas, Terjemahan Eric<br />

Suryaputra, PT Gramedia Pustaka<br />

Utama, Jakarta.<br />

Byerrs, W., 2001, Using questions to<br />

promote active learning in lectures,<br />

University Chemistry Educations, 5<br />

(1) ; 35-39.<br />

Clow, D., 1998, Teaching, larning, and<br />

computing, University Chemistry<br />

Educations, 2 (1) ; 21-28<br />

D’Antoni and Pinto Zipp, (2006)<br />

Application of the Mind Mip<br />

Learning Technique in Chiropractic<br />

Education: A Pilot Study and<br />

Literature<br />

Review.<br />

http:www_13/JChiropHumanit200<br />

6- 13-2-11.pdf (11 agustus 2007)<br />

Farrand. P., Hussain F.& Hennessy. E.,<br />

(2002), The Efficacy of the “Mind<br />

Map” Study Technique.<br />

http://www.blackwellsynergy.com/doi/abs/10.1046/j.136<br />

5-<br />

2923.2002.01205.xjournalCode=<br />

med<br />

(11 agustus 2007)<br />

30


Herdini<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemberian Tugas Membuat Peta Pikiran (Mind Map)<br />

Fessenden. J, fessenden, 1982, Kimia<br />

Organik, edisi ketiga- jilid I,<br />

Erlangga, Jakarta<br />

Sadi. S., 2006 Pemberian Tugas Membuat<br />

Mind Map (Peta Pikiran) Untuk<br />

Meningkatkan Prestasi Belajar<br />

Siswa Pada Pokok Bahasan Koloid<br />

di SMAN 1 Sungai Apit,<br />

Universitas Riau, Pekanbaru.<br />

Slameto, (1987), Belajar Dan Faktor-<br />

Faktor Yang Mempengaruhinya,<br />

Rineke Cipta, Jakarta<br />

Sudijono, A., 2004, Peniulaian Hasil<br />

Proses Belajar Mengajar, Raja<br />

Grafindo Persada, Jakarta<br />

UNRI, 2003, Peraturan Akademik<br />

Universitas Riau, Universitas<br />

Riau<br />

Wardani, I. G. A. K dkk, 2004, Penelitan<br />

Tindakan Kelas, Universitas<br />

Terbuka, Jakarta.<br />

31


Jismulatif<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Tekhnik Drama dalam Peningkatan Belajar Speaking<br />

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH SPEAKING<br />

MELALUI PENERAPAN STRATEGI DRAMA PADA<br />

MAHASISWA BAHASA INGGRIS FKIP UNRI<br />

Jismulatif<br />

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni<br />

Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan –Universitas Riau<br />

Kampus Bina Widya Simpang Baru-Pekanbaru<br />

e-mail.faizjis@yahoo.co.id<br />

ABSTRAK Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk melihat keefektifan<br />

drama dalam meningkatkan kemampuan speaking mahasiswa bahasa Inggris FKIP<br />

UNRI. Hasil observasi pada siklus I rata-rata kemampuan speaking mahasiswa<br />

(49,40%) dan skor hasil test siswa rata-rata (65,50). Hasil ini belum memenuhi<br />

kriteria yang ditetapkan untuk ketuntasan siswa yaitu 70. Sehingga diadakan tindakan<br />

ke dua (II) dengan melanjutkan pengajaran dengan menggunakan teknik bermain<br />

drama. Mahasiswa juga diberi kesempatan latihan untuk adegan drama diluar kelas.<br />

Setelah diadalan tindakan pada siklus ke II berdasarkan observasi dan tes yang<br />

dilakukan ternyata kemampuan siswa meningkat menjadi (78,32%) dan skor hasil<br />

post test mahasiswa rata-rata menjadi 75,00. Hasil penelitian ini memperlihatkan<br />

bahwa hasil yang telah dicapai siswa melebihi kriteria yang ditentukan. Dengan<br />

demikian teknik Drama dapat meningkatkan prestasi siswa dalam mata kuliah<br />

speaking.<br />

Kata kunci : keefektifan, drama, berbicara (speaking)<br />

INCREASING THE STUDENT’S ABILITY IN SPEAKING SUBJECT<br />

THROUGH DRAMA TECHNIC AT ENGLISH DEPARTMENT FKIP UNRI<br />

ABSTRACT The aim of this classroom action research is to see the effectiveness of<br />

Drama to increase student’s ability in speaking. Before the treatment was conducted,<br />

the sample was given pre-test and after the treatment, post-test was also held. The<br />

result of observation (49,40%) and mean score of test of cycle I (65,50) cannot full fill<br />

the minimum criteria applied,70. The action is continued at cycle II by continuing to<br />

apply drama activities at cycle I and give more motivation and support to be more<br />

active in doing drama activities. Beside that, special guidance for those who need is<br />

also provided outside class. In fact, there is a high increase of observation and test<br />

result at cycle II compare to the increase in cycle I. The student’s ability in doing<br />

drama activities becomes (78,32 %) and the mean score of the post test is 75,00. The<br />

result this research shows that the criteria applied has been achieved and this means<br />

that drama technique is very active to increase student’s ability in comprehending<br />

content subject Speaking.<br />

Key words : Effectiveness, Drama, Speaking,<br />

32


Jismulatif<br />

Pendahuluan<br />

Ada empat skill atau keahlian yang<br />

harus dimiliki siswa dalam belajar<br />

bahasa inggris, keempat skill itu<br />

adalah, Speaking (menulis), Reading<br />

(membaca), Speaking (berbicara) dan<br />

Listening (mendengar). Dari keempat<br />

keahlian tersebut speaking merupakan<br />

keahlian yang terlihat jelas<br />

perlakuanya dan merupakan ukuran<br />

terhadap seorang siswa apakah bisa<br />

atau tidak berbahasa Inggris.<br />

Pada program studi pendidikan<br />

Bahasa Inggris, mata kuliah speaking<br />

sering dianggap sebagai pelajaran<br />

yang menakutkan dan sulit untuk<br />

dipelajari oleh mahasiswa, karena<br />

dalam bahasa Inggris antara<br />

pengucapan (pronunciation) dan<br />

tulisan (speaking) berbeda. Disamping<br />

itu siswa sering mengalami kesulitan<br />

untuk berbicara (speaking) yang<br />

disebabkan pertama, kesulitan<br />

mengungkapkan ide; sehingga siswa<br />

bingung apa yang akan mereka<br />

sampaikan. Kedua, terbatasnya<br />

kosakata (vocabulary) dan grammar<br />

(tata bahasa); sehingga peserta didik<br />

sulit berbicara dengan lancar. Ketiga<br />

keterbatasan melafalkan/mengucapkan<br />

kata-kata (pronunciation); sehingga<br />

sulit mengucapkan kata dengan benar<br />

dan yang keempat tidak adanya<br />

keberanian berbicara karena takut<br />

salah. Dari permasalahan ini berakibat<br />

pada hasil pembelajaran speaking<br />

siswa yang kurang memuaskan.<br />

Berdasarkan pra-refleksi atas<br />

pengalaman belajar secara langsung<br />

melalui tatap muka (observasi interaksi<br />

belajar mengajar) maupun<br />

pemerolehan nilai mahasiswa selama<br />

ini (ujian mid dan semester serta ujian<br />

dan kemampuan berbicara dalam<br />

bahasa Inggris), terungkap bahwa<br />

speaking merupakan pokok bahasan<br />

sangat sukar dilaksanakan mahasiswa<br />

dalam belajar bahasa asing. Kesulitan<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Tekhnik Drama dalam Peningkatan Belajar Speaking<br />

yang banyak dilakukan oleh<br />

mahasiswa lebih tertuju kepada kurang<br />

berani dan takut salah dalam berbicara.<br />

Umumnya mata kuliah<br />

speaking yang disampaikan di prodi<br />

bahasa Inggris, dari sisi teknik<br />

pengajaranya kurang inovatif dan<br />

bervariasi, sehingga daya serap<br />

mahasiswa rendah. Penyampaian<br />

materi kuliah lebih bersifat monoton,<br />

mahasiswa kurang diberi motivasi dan<br />

kepercayaan diri untuk berbicara di<br />

dalam kelas. Dalam metode<br />

penyampain materi, dosen sering<br />

bersifat pasif, sehingga hal ini<br />

berdampak pada rendahnya<br />

keterampilan siswa untuk berbicara<br />

dalam bahasa Inggris.<br />

Banyak strategi pembelajaran<br />

speaking yang telah ditawarkan dalam<br />

upaya memperbaiki kemampuan siswa<br />

berbicara dalam bahasa Inggris.<br />

Bermain drama merupakan salah satu<br />

strategi yang belakangan dipandang<br />

sangat bermanfaat dan berdaya guna<br />

dalam pembelajaran speaking karena<br />

drama dapat membangkitkan semangat<br />

dan memotivasi siswa serta<br />

memberikan suntikan untuk berbicara<br />

dalam bahasa Inggris. Penerapan<br />

drama dalam pembelajaran bukan hal<br />

yang baru tetapi sudah lama diterapkan<br />

sebagaimana dikatakan oleh Nellie<br />

(2006) The use of drama as a tool for<br />

teaching is not new: historically, both<br />

drama and theatre have long been<br />

recognized as potent means of<br />

education.<br />

Menurut Fajar (2005), drama adalah<br />

media yang menarik dan komunikatif<br />

untuk merangsang pembelajaran dan<br />

perolehan bahasa dengan membuat<br />

pelajar bahasa Inggris terlibat secara<br />

intelektual, emosional, dan fisikal<br />

dalam bahasa target. Vygotsky (1987)<br />

menambahkan bahwa pemain drama<br />

terlibat secara personal dalam kegiatan<br />

sehingga keraguan dan rasa malunya<br />

berkurang serta mereka diberdayakan<br />

33


Jismulatif<br />

untuk mengeskpresikan diri melalui<br />

berbagai karakter. Potensi drama yang<br />

amat besar membuat Bolton (1984)<br />

menganjurkan agar drama ditempatkan<br />

dalam posisi sentral dalam kurikulum<br />

belajar bahasa Inggris.<br />

METODE PENELITIAN<br />

1. Teknik Penelitian<br />

Penelitian Tindakan Kelas ini<br />

dirancang dan dilaksanakan di<br />

Program Studi Pendidikan Bahasa<br />

Inggris, Jurusan Pendidikan bahasa dan<br />

seni FKIP Universitas Riau pada<br />

Semester Ganjil Tahun Ajaran<br />

2009/2010 oleh dua orang dosen<br />

bahasa Inggris secara kolaboratif.<br />

Subjek penelitian adalah mahasiswa<br />

Program S1 Pendidikan Bahasa Inggris<br />

yang mengambil mata kuliah speaking<br />

berjumlah 30 orang. Secara<br />

keseluruhan, penelitian tindakan yang<br />

dirancang terdiri dari dua siklus<br />

Penelitian ini dikembangkan dengan<br />

prosedur spiral penelitian tindakan<br />

kelas yang meliputi phase-phase :<br />

perencanaaan, melakukan tindakan,<br />

pengamatan, dan refleksi. Secara lebih<br />

rinci penelitian tindakan ini dapat<br />

dijabarkan sebagai berikut :<br />

(a) Perencanaan<br />

Kegiatan yang dilakukan pada<br />

tahap perencanaaan ini adalah<br />

sebagai berikut : menyiapkan<br />

skenario pembelajaran sesuai<br />

dengan prosedur pelaksanaan<br />

penelitian, menyiapkan rencana<br />

pembelajaran,<br />

materi<br />

pembelajaran, menyiapkan<br />

instrument untuk pretest dan posttest,<br />

dan menyiapkan lembaran<br />

observasi.<br />

(b) Pelaksanaaan Tindakan<br />

Rencana yang telah disusun<br />

dicobakan sesuai dengan langkah<br />

yang telah dibuat yaitu proses<br />

peningkatan prestasi dan gairah<br />

belajar mahasiswa dalam mata<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Tekhnik Drama dalam Peningkatan Belajar Speaking<br />

kuliah speaking. Kegiatan yang<br />

dilaksanakan dalam tahap ini<br />

adalah melakukan pre-test,<br />

melaksanakan<br />

skenario<br />

pembelajaran<br />

dengan<br />

menggunakan strategi Drama,<br />

yang telah direncanakan, dan<br />

diakhir tindakan diberikan posttest.<br />

(c) Observasi.<br />

Pada tahap ini dilaksanakan<br />

observasi<br />

terhadap<br />

pelaksanaaan tindakan untuk<br />

mengamati pelaksanaan<br />

pembelajaran dengan strategi<br />

Drama. Observasi ini<br />

dilakukan untuk melihat<br />

pelaksanaan apakah semua<br />

rencana yang telah dibuat<br />

dengan baik tidak ada<br />

penyimpangan – penyimpangan<br />

yang dapat memberikan hasil<br />

yang kurang maksimal dalam<br />

peningkatan prestasi dan gairah<br />

belajar mahasiswa pada mata<br />

kuliah speaking.<br />

(d) Refleksi<br />

Pada tahap refleksi dilakukan<br />

pembahasan hasil kegiatan dari<br />

tindakan siklus I, dan II. Kemudian<br />

dianalisis untuk mengetahui tentang<br />

kondisi pembelajaran dengan<br />

menggunakan teknik Drama, dan juga<br />

refleksinya terhadap mahasiswa. Hasil<br />

analisa tersebut dibandingkan dengan<br />

kriteria keberhasilan yang ditetapkan<br />

yaitu ≥ 70 %. Ini berarti, penelitian<br />

tindakan kelas ini dianggap sudah<br />

berhasil apabila paling kurang 70%<br />

dari mahasiswa sudah mencapai nilai ≥<br />

70 (nilai B). Kalau hasil analisa belum<br />

mencapai kriteria keberhasilan yang<br />

ditetapkan, maka selanjutnya akan<br />

dianalisa strategi penggunaan Drama<br />

dalam pembelajaranama speaking.<br />

Analisa pada tahap ini akan<br />

dipergunakan untuk melaksanakan<br />

siklus selanjutnya.<br />

2. Variabel yang diselidiki<br />

34


Jismulatif<br />

Variabel yang diselidiki untuk<br />

menjawab permasalahan penelitian ini<br />

adalah meliputi komponen-komponen<br />

yang ada dalam speaking, yaitu :<br />

Kemampuan mahasiswa dalam<br />

Grammar, Vocabulary, Pronunciation<br />

dan Fluency atau kelancaran<br />

mahasiswa dalam berbicara.<br />

3. Teknik Pengumpulan Data<br />

Data dalam penelitian ini dikumpulkan<br />

menggunakan lembar pengamatan dan<br />

tes hasil belajar speaking. Pengamatan<br />

dilakukan terhadap aktivitas yang<br />

dilakukan dosen dan mahasiswa<br />

selama proses pembelajaran. Teknik<br />

pengumpulan data menggunakan<br />

intsrument sebagai berikut :<br />

a. Lembaran Observasi, untuk<br />

mengumpulkan data tentang situasi<br />

pembelajaran siswa.<br />

b. Hasil test berbicara, untuk<br />

mengumpulkan data tentang<br />

kemampuan mahasiswa berbicara<br />

dalam Bahasa Inggris.<br />

4. Kriteria Keberhasilan<br />

Kriteria keberhasilan dalam penelitian<br />

ini dilihat dari hasil observasi, jika<br />

telah mencapai rata-rata kualitas cukup<br />

atau mampu lebih besar dari 70%, dan<br />

hasil test yang juga mencapai<br />

kompetensi minimal 70 %.<br />

Kompetensi minimal yang dimaksud<br />

adalah nilai rata-rata yang diperoleh<br />

mahasiswa dimana kalau nilai rata-rata<br />

mereka sudah mencapai 70 maka nilai<br />

tersebut dianggap sudah memenuhi<br />

kriteria keberhasilan.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

1. Hasil Pre-test<br />

Pre-test dilaksanakan pada pertemuan<br />

pertama. Pretes ini dilaksanakan untuk<br />

mengetahui kemampuan speaking<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Tekhnik Drama dalam Peningkatan Belajar Speaking<br />

mahasiswa sebelum teknik drama<br />

diterapkan. Dari hasil pre-test<br />

diperoleh skor rata-rata mahasiswa<br />

adalah 50,55. Ini berarti tingkat<br />

penguasaan mahasiswa pada pre test<br />

mencapai 50,55 %.<br />

2. Hasil Penelitian Siklus 1<br />

Dari hasil observasi yang dilakukan<br />

pada siklus 1 selama proses<br />

perkuliahan pada pertemuan 2, 3, 4,<br />

dan 5, diperoleh rata-rata kemampuan<br />

speaking mahasiswa dengan<br />

mengikuti aktifitas bermain drama<br />

adalah sebesar 49,40 %. Dari post –<br />

test pada siklus I didapat rata rata skor<br />

mahasiswa adalah 65,50%. Ini berarti<br />

rata-rata tingkat penguasaan<br />

mahasiswa pada siklus I baru<br />

mencapai 65,50<br />

Dari hasil observasi terlihat<br />

kemampuan siswa dalam berbicara<br />

dalam bahasa Inggris (speaking)<br />

dengan menggunakan teknik drama<br />

dapat dianalisa bahwa siswa masih<br />

agak ragu-ragu dalam berbicara<br />

berbahasa Inggris dan siswa belum<br />

100% berani mengatakan atau<br />

mengeluarkan pendapat dan idenya<br />

ketika berdialog dengan temantemanya.<br />

Pada siklus satu rata-rata<br />

mahasiswa mampu menggunakan<br />

grammar dengan baik berjumlah 13%,<br />

sedangkan mahasiswa yang mampu<br />

menggunakan kosa kata (Vocabulary)<br />

yang baik berjumlah 13,20 %, dan<br />

mahasiswa yang mampu mengucapkan<br />

kata-kata dengan pronunciation yang<br />

benar 12,20%. Dilihat dari kecepatan<br />

dan kelancaran siswa dalam berbicara<br />

students’ability in fluency berjumlah<br />

11%.<br />

Dari hasil analisa di atas, dapat<br />

dikemukakan bahwa hasil penelitian<br />

pada siklus 1 dengan menggunakan<br />

penerapan teknik drama untuk<br />

meningkatkan kemampuan mahasiswa<br />

dalam berbicara dalam bahasa Inggris.<br />

35


Jismulatif<br />

belum memuaskan. Hal ini dapat<br />

dilihat dari:<br />

1. Kemampuan mahasiswa dalam<br />

mengikuti kegiatan-kegiatan<br />

perkuliahan<br />

dengan<br />

menerapkan teknik Drama<br />

belum memuaskan, baru<br />

mencapai rata-rata 49,40 %.<br />

2. Nilai rata-rata post- test pada<br />

siklus 1 adalah 65,50%. Ini<br />

berarti rata-rata tingkat<br />

penguasaan mahasiswa baru<br />

mencapai 65,50%,<br />

Dari hasil analisa tersebut, pertanyaan<br />

yang direfleksi adalah: Mengapa<br />

dengan menggunakan teknik Drama<br />

dalam pengajaran speaking hasil<br />

belajar mahasiswa belum mencapai<br />

nilai 70 <br />

Hasil refleksi berupa tindakan yang<br />

akan di implementasikan pada siklus II<br />

adalah sebagai berikut :<br />

1. Tetap mempertahankan cara<br />

kerja tindakan pada siklus I.<br />

2. Memberi bimbingan kepada<br />

mahasiswa yang terlihat kurang<br />

percaya diri ketika berbicara<br />

menggunakan bahasa Inggris<br />

dengan ucapan yang benar.<br />

3. Memotivasi mahasiswa untuk<br />

lebih giat dalam mengikuti<br />

permainan drama dan<br />

menjauhkan sifat-sifat malu<br />

dan kurang percaya diri.<br />

4. Membantu mahasiswa yang<br />

mengalami kesulitan dalam<br />

pengucapan, pemilihan kosa<br />

kata, dan struktur kalimat yang<br />

benar ketika hendak<br />

mengucapkanya.<br />

4. Hasil Penelitian Siklus II<br />

Pada siklus II, observasi dilaksanakan<br />

selama pertemuan 6, 7, 8 dan 9<br />

Variabel yang diobservasi pada siklus<br />

II sama dengan variable yang<br />

diobservasi pada siklus I. Dari hasil<br />

observasi diperoleh rata-rata<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Tekhnik Drama dalam Peningkatan Belajar Speaking<br />

kemampuan speaking mahasiswa<br />

dengan menggunakan teknik drama<br />

adalah 78,32%. Dan hasil Post Test<br />

pada siklus 2, diperoleh rata-rata<br />

kemampuan mahasiswa sebesar 75,00<br />

Dengan mengaplikasikan hasil<br />

refleksi siklus 1, hasil observasi pada<br />

siklus 2 menunjukan bahwa siswa telah<br />

mampu meningkatkan kemampuan<br />

speaking mereka dengan mengikuti<br />

teknik bermain drama. Pada siklus 1,<br />

mahasiswa yang mampu mengikuti<br />

perkuliahan dengan penerapan teknik<br />

drama hanya 49,40% adapun pada<br />

siklus II meningkat menjadi 78,32%.<br />

Dari hasil observasi siklus II,<br />

ditemukan bahwa mahasiswa yang<br />

mampu berbicara dalam bahasa Inggris<br />

dengan menggunakan teknik drama<br />

apabila dilihat dari komponen yang<br />

terdapat dalam Speaking adalah.<br />

Kemampuan siswa menggunakan<br />

grammar dengan baik berjumlah<br />

17.10%, sedangkan mahasiswa yang<br />

mampu menggunakan pemilihan kosa<br />

kata (Vocabulary) yang baik berjumlah<br />

20,22 %, dan mahasiswa yang mampu<br />

mengucapkan kata-kata dengan<br />

pronunciation yang baik berjumlah<br />

22.%. Dilihat dari kecepatan dan<br />

kelancaran siswa dalam berbicara<br />

(students’ability in fluency) berjumlah<br />

19%.<br />

Hasil Post-test siklus 2 menunjukan<br />

bahwa rerata skor mahasiswa adalah<br />

75,00 (rerata skor mahasiswa pada<br />

siklus 1 adalah 65,50). Jika<br />

dihubungkan dengan kriteria<br />

keberhasilan, jelaslah bahwa hasil<br />

observasi dan hasil Post-test pada<br />

siklus 2 sudah memenuhi kriteria<br />

tersebut. Dengan demikian dapat<br />

disimpulkan bahwa penerapan teknik<br />

Drama dalam mata kuliah speaking<br />

dapat meningkatkan kemampuan<br />

mahasiswa berbicara dalam bahasa<br />

Inggris disamping itu juga dapat<br />

menumbuhkan kepercayaan diri<br />

mahasiswa.<br />

36


Jismulatif<br />

5. Pembahasan<br />

Hasil Penelitian tindakan kelas dengan<br />

menerapkan teknik drama dalam<br />

pembelajaran speaking yang terdiri 2<br />

siklus ternyata dapat menjawab tujuan<br />

penelitian yang dikemukan<br />

sebelumnya. Dengan kata lain,<br />

kemampuan mahasiswa dalam<br />

berbicara dalam bahasa Inggris telah<br />

miningkat secara signifikan setelah<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Tekhnik Drama dalam Peningkatan Belajar Speaking<br />

teknik drama diterapkan dalam<br />

perkuliahan. Hal ini dapat dibuktikan<br />

dengan hasil observasi dan hasil posttest<br />

pada siklus 2. Untuk lebih jelasnya<br />

berikut disajikan hasil observasi pada<br />

siklus 1 dan 2 dan hasil post test siklus<br />

1 & 2.<br />

Tabel .1. Rekaman data hasil<br />

observasi siklus 1 dan 2<br />

Hasil Observasi (%)<br />

No Variabel yang diamati Siklus I Siklus II<br />

1 Kemampuan siswa berbicara dengan 13% 17.10%<br />

menggunakan grammar yang benar<br />

2 Kemampuan siswa berbicara dengan 13,20% 20,22%<br />

pemilihan kosa kata yang baik.<br />

3. Kemampuan siswa berbicara dengan 12.20% 22,00%<br />

pengucapan kata-kata yang benar.<br />

4. Kecepatan dan kejelasan siswa berbicara 11% 19.00%<br />

Dari tabel diatas dapat dilihat<br />

peningkatan skor mahasiswa dari<br />

siklus 1 dan siklus 2, yang rata-rata<br />

sudah memenuhi kriteria yang<br />

ditetapkan. Ini menunjukan bahwa<br />

teknik drama sangat tepat digunakan<br />

untuk meningkatkan kemampuan<br />

speaking siswa dalam berbahasa<br />

Inggris.<br />

Tabel.2. Rata-rata Skor pre- Tes, Post- Test 1 (siklus 1), Post-test 2 (Siklus 2)<br />

Pre-test Post –test 1 Post –test 2<br />

∑ 1547 ∑ 1682 ∑ 1944<br />

Rata-rata : 50,55 Rata-rata 65,50 Rata-rata : 75,00<br />

Jumlah siswa 30 Jumlah siswa 30 Jumlah siswa 30<br />

Pembelajaran speaking dengan<br />

menerapkan teknik drama selain dapat<br />

meningkatkan kemampuan mahasiswa<br />

dalam berbicara juga dapat<br />

meningkatkan aktifitas dan hasil<br />

belajar. Disamping itu penerapan<br />

drama dalam pembelajaran dapat<br />

meningkatkan daya imaginasi sebagai<br />

mana yang dikatakan oleh Nellie<br />

(2006) in drama we are trying to<br />

release students into finding their own<br />

questions…… a capacity for<br />

courageous, imaginative, and<br />

authentic engagement with students in<br />

the co-creation of an imagined world.<br />

KESIMPULAN DAN SARAN<br />

37


Jismulatif<br />

1. Kesimpulan<br />

Penerapan teknik drama dalam mata<br />

kuliah speaking tidak hanya meningkatkan<br />

skor pembelajaran tetapi juga dapat<br />

meningkatkan semangat, percaya diri dan<br />

motivasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari<br />

hasil test akhir siswa, kalau siswa<br />

semangat belajar dan menyenangkan akan<br />

berakibat baik terhadap prestasi belajar<br />

mereka.<br />

Kemampuan mahasiswa mengikuti<br />

kegiatan perkuliahan sesuai dengan<br />

variable yang diobservasi baru mencapai<br />

49.40 % dan rata-rata hasil post–test<br />

adalah 65,50 yang berarti penguaasaan<br />

mahasiswa baru 65,50 %<br />

Penerapan Srategi Drama pada siklus 2<br />

sudah dapat meningkatkan kemampuan<br />

siswa sesuai dengan kriteria yang<br />

ditetapkan. Kemampuan mahasiswa<br />

mengikuti kegiatan sesuai dengan variable<br />

yang diobservasi sudah mencapai 78,32%,<br />

dan rata – rata hasil post test pada siklus 2<br />

adalah 75,00. hasil penelitian ini sudah<br />

melebihi kriteria yang ditetapkan yaitu<br />

70.00. Dengan demikian, tujuan penelitian<br />

tindakan ini sudah tercapai dimana<br />

penerapan teknik drama dapat<br />

meningkatkan kemampuan berbicara siswa<br />

dalam Bahasa Inggris terutama dalam mata<br />

kuliah speaking.<br />

2. Saran<br />

Dengan hasil penemuan ini dimana<br />

penerapan teknik drama dapat<br />

meningkatkan kemampuan berbicara siswa<br />

dalam mata kuliah Speaking, kemudian<br />

kegairahan siswa dan percaya diri siswa<br />

dalam berbicara Bahasa Inggris juga<br />

sangat meningkat. Dari hasil temuan<br />

tersebut dapat disarankan bahwa teknik<br />

drama, dapat diaplikasikan dalam<br />

pengajaran Speaking.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Arikunto, Suharsimi,& Supardi. (2006).<br />

Penelitian Tindakan Kelas.<br />

Jakarta:Sinar Grafika Offset.<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Tekhnik Drama dalam Peningkatan Belajar Speaking<br />

Bello, T. (1997). Speaking topics for adult<br />

ESL students. Paper presented at<br />

the 31th Annual Teachers of<br />

English to Speakers of Other<br />

Languages Convention,Orlanco,<br />

FL.<br />

Brumfit, Christopher (1984):<br />

Communicative Methodology in<br />

Language Teaching.<br />

Cambridge:Cambridge University<br />

Press<br />

Bolton, G. 1984. Drama as Education: An<br />

Argument for placing Drama at the<br />

Centre of the Curriculum. London:<br />

Longman.<br />

Chauhan, Vani (2004): Drama Techniques<br />

for Teaching English. In: The<br />

Internet TESOL Journal 1/10.<br />

March 10, 2005.<br />

Dougill, John (1987). Drama Activities for<br />

Language Learning. London:<br />

Macmillan<br />

Dodge, David (1998): Creative Drama in<br />

the Second Language Classroom.<br />

Queen’s University Faculty of<br />

Education: Action Research. June<br />

7, 2004.<br />

<br />

Fajar, Yusri. 2005. From Text to Stage:<br />

Improving Students’ English<br />

through Drama Education. Paper,<br />

presented at 53 rd TEFLIN<br />

International Seminar, Ahmad<br />

Dahlan University, Yogyakarta,<br />

December 2005<br />

Fleming, Michael (1994). Starting Drama<br />

Teaching. London: David Fulton<br />

Healy, Celine (2004): Drama in Education<br />

for Language Learning. In:<br />

Humanising Language Teaching<br />

38


Jismulatif<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Tekhnik Drama dalam Peningkatan Belajar Speaking<br />

6/3. March 10, 2005 (page numbers<br />

not supplied)<br />

<br />

Maley, A. & Duff A (1982). Drama<br />

Teaching in Language Learning.<br />

London: CUP<br />

Nellie, McCaslin.2006.Creative drama in<br />

the Classroom And Beyond,8/E.<br />

Newyork University.<br />

Vygotsky, L.S. 1987. Mind in society: The<br />

development of higher ychological<br />

processes. Cambridge: Harvard<br />

University Press.<br />

Ur, Penny. 1996. A Course in Language<br />

Teaching. Practice and Theory.<br />

Cambridge:<br />

Cambridge University Press.<br />

Wessels, Charlyn. 1995. Drama. Oxford<br />

University Press.<br />

39


Asmadi Muhammad Noer<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemanfaatan Program Media Audio Visual<br />

PENINGKATAN PROSES BELAJAR-MENGAJAR KIMIA MELALUI<br />

PEMANFAATAN VCD DI SMA MUHAMMADIYAH PEKANBARU<br />

Asmadi Muhammad Noer<br />

Program Studi Pendidikan Kimia<br />

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas<br />

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, Pekanbaru 28292<br />

ABSTRAK. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di sekolah menegah atas (SMA)<br />

Muhammadiyah, Pekanabaru dengan tujuan untuk meningkatakan proses belajar-mengajar (sekaligus<br />

untuk meningkatkan hasil belajar). Penelitian tindakan kelas ini memfaatkan VCD dalam proses<br />

pembelajaran (kimia, sain). Hasil penelitian menunjukan peningkatan minat (motivasi) siswa dalam<br />

pembelajaran kimia dan hal ini ditunjukan pula dengan hasil evaluasi belajar yang meningkat. Nilai<br />

rata-rata siswa dengan pemanfaatan program VCD sebesar 74,23 dengan Ketuntasan Belajar siswa<br />

71,16 (%). Sedangkan Nilai rata-rata siswa tanpa VCD sebesar 62, 20 and Ketuntasan Belajar siswa<br />

45, 30 (%). Peningkatan hasil belajar sebesar 22, 9 (%). . Program VCD ini sangat menarik bagi<br />

siswa dan ini ditunjukkan dari hasil penilaian angket siswa. Dimana penilaian sebesar 3,95 (skala 5).<br />

Dengan pemanfaatan program VCD kimia membuat minat/motivasi siswa meningkat begitu pula hasil<br />

belajar meningkat.<br />

Kata Kunci : Pendidikan Kimia SMA, VCD, Motivasi<br />

INCREASING TEACHING AND LEARNING CHEMISTRY THROUGH VCD AT SMA<br />

MUHAMMADIYAH PEKANBARU<br />

ABSTRACT. The classroom action research conducted in private senior high school, SMA<br />

Muhamadiyah Pekanbaru is purposed to improve the teaching-learning process (students’ evaluation<br />

result). In the action result also mention that the audio visual media (Video-CD) has predominant role<br />

in teaching and learning process. The fact shows not only most students having motivation by<br />

watching in learning a new one but also increase their evaluation results. The topic lesson applied to<br />

the research is Perubahan Materi (The changing matters). The students’s average score by<br />

empowering VCD in teaching- learning process is around 74,23 and the students’ mastery learning<br />

71,16 (%) Meanwhile, student’s average score by without VCD is 62, 20 and the students’ mastery<br />

learning 45, 30 (%). The increasing evaluation result is 22, 9 (%). The interesting VCD program is<br />

indicated by 3.95 (scale 5) reflects that most students be exited. By empowering the audio visual<br />

(Chemistry VCD) program, the enthusiasm becomes higher and the students evaluation results<br />

becomes higher also.<br />

Key words: Chemistry lesson in SMA, VCD, Motivation.<br />

40


Asmadi Muhammad Noer<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemanfaatan Program Media Audio Visual<br />

PENDAHULUAN<br />

Prinsip pembelajaran kimia<br />

(sains) tidak hanya mendengar atau<br />

melihat, tetapi lebih ditekankan pada<br />

pemahaman konsep dan sekaligus<br />

menumbuh kembangkan kemahiran<br />

generik peserta didik/ siswa<br />

(Santoso, 2000). Sejalan dengan<br />

kurikulum 1994 bahwa pendekatan<br />

pengajaran IPA (kimia) di SMA<br />

diarahkan pada pendekatan proses,<br />

artinya penanaman konsep dilakukan<br />

melalui ketrampilan proses.<br />

Maksudnya, siswa dibekali<br />

ketrampilan proses seperti<br />

kemampuan untuk pengamatan,<br />

klasifikasi, identifikasi variable,<br />

prediksi, dan inferensi (Nur, 2003).<br />

Untuk itu siswa dibiasakan dan<br />

terbiasa terlibat, ikut aktif dalam<br />

proses pembelajaran. Idealnya<br />

rancangan pembelajaran (RP) yang<br />

dibuat hendaklah melibatkan siwa<br />

dalam proses berfikir,<br />

mengerjakan/merakit alat dan aktif<br />

terlibat diskusi dan aktivitas lain<br />

yang sejalan sesua dengan tujuan<br />

pembelajaran yang ingin dicapai.<br />

Namun masalah yang sering<br />

terjadi di lapangan dan dijumpai<br />

dibanyak sekolah, proses<br />

pembelajaran kurang/tidak kondusif,<br />

karena guru lebih mendominasi. Hal<br />

ini terjadi dikarenakan seperti:<br />

kondisi sekolah (sarana dan<br />

prasarana pendukung yang<br />

kurang atau tidak ada samasekali,<br />

seperti lab.),<br />

keterbatasan jumlah guru bidang<br />

studi atau guru yang tidak<br />

berkompetensi dibidangnya.<br />

Seperti kimia yang diempu oleh<br />

bukan bidang studi.<br />

tuntutan materi yang mesti<br />

diajarkan (materi padat dan sarat)<br />

sesuai kurikulum dan jumlah<br />

siswa yang relatif besar dalam<br />

satu kelas ( rata-rata 40 orang ).<br />

Jadi masalah proses pembelajaran<br />

kimia tidak bejalan sebagaimana<br />

diharapkan karena bahan/materi<br />

pelajaran yang padat disertai tuntutan<br />

kurikulum yang mesti dipenuhi serta<br />

jumlah siswa yang besar (rata-rata 40<br />

orang /kelas) sehingga proses<br />

pembelajaran yang melibatkan siwa<br />

tidak<br />

tercapai/terpenuhi.<br />

Kondisi/keadaan serupa ditemui juga<br />

pada SMA Muhammadiyah, Jl. K.H.<br />

Ahmad Dahlan, Pekanbaru , tempat<br />

penelitian tindakan diadakan.<br />

Dari sekian banyak masalah<br />

yang berhasil diidentifikasi maka tim<br />

mencoba mengatasi (intervernsi)<br />

untuk beberapa masalah yaitu<br />

dengan dengan memanfaatkan<br />

(menggunakan)<br />

media.....Penggunaan/pemanfaatan<br />

atau penyiapan media merupakan<br />

satu dari kompetensi yang mesti<br />

dimiliki guru agar sukses dalam<br />

proses pembelajaran (T.Raka Joni,<br />

1983). Sehingga dalam hal ini<br />

pemilihan media yang tepat untuk<br />

membantu proses pembelajaran paa<br />

pokok bahasan tertentu ( yang<br />

abstrak, menunjukan suatu<br />

perubahan) maka pemilihan media<br />

yang sesuai ( seperti media VCD=<br />

media jenis audio visual) mestilah<br />

dilakukan. Media Pendidikan berasal<br />

dari bahasa latin dan merupakan<br />

bentuk jamak dari kata medium yang<br />

berarti perantara atau pengantar.<br />

Berkaitan dengan media, Schramm<br />

(dalam Joni (1983) mengemukakan<br />

bahwa; “ Information carrying<br />

41


Asmadi Muhammad Noer<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemanfaatan Program Media Audio Visual<br />

technologies that can be used for<br />

instruction… the media instruction,<br />

consequently are extension of the<br />

teacher.” Lebih jauh Yusuf Hadi<br />

(1984) dlam pemanfaatan media<br />

pendidikan yang efektif dalam<br />

pembelajaran mengemukaan<br />

beberapa prinsip yang perlu<br />

diperhatikan sebagai berikut:<br />

(1) Tidak ada suatu metode dan<br />

media yang harsu dipakai<br />

denagn meniadakan yang lain<br />

(2) Media tertentu cenderung<br />

untuk lebih tepat dipakai<br />

dalam menyajikan sesuatu<br />

unit pelajaran dari pada<br />

media lain.<br />

(3) Tidak adasautu mediapun<br />

yang dapat sesuai untk segala<br />

macam kegiatan belajar.<br />

(4) Penggunaan media yang<br />

telalu banyak secara<br />

sekaligus<br />

akan<br />

membinggunkan dan tidak<br />

memperjelas pelajaran.<br />

(5) Harus senantiasa dilakukan<br />

persiapan yang cukup untuk<br />

menggunakan<br />

mediapendiidkan<br />

(6) Media harus merupakan<br />

bagian integral dari<br />

pembelajaran<br />

(7) Anak didik/siswa harus<br />

dipersiapkan<br />

dan<br />

diperlakukan sebagai peserta<br />

yang aktif.<br />

(8) Murid /siswa harus ikut seta<br />

bertanggung jawab untuk apa<br />

yang terjadi selama<br />

pembelajaran berlangsung.<br />

(9) Secara umum perlu<br />

diusahakan penampilan secaa<br />

positip dari pada yang<br />

negative.<br />

(10) Hendaknya tidak<br />

menggunakan media<br />

pembelajaran sekedar<br />

selingan atau hiburan, pengisi<br />

waktu, kecuali tujuan<br />

pengajaran memang<br />

demikian.<br />

(11) Pergunakan kesempatan<br />

menggunakan media yang<br />

dapat ditanggapi untuk<br />

melatih perkembangan<br />

bahasa baik lisan maupun<br />

tertulis.<br />

Dalam proses komunikasi , media<br />

merupakan salah satu dari empt<br />

komponen yang harus ada yaitu: (1)<br />

sumber informasi, (2) informasi, (3)<br />

penerima informasi, dan (4)media.<br />

Dalam proses instruksional sebagai<br />

sumber informasi adalah guru,<br />

siswa/peserta diidk, bahan bacaan<br />

dan sebagainya. Schramm (1977)<br />

lebih lanjut mendefinisikan media<br />

secara khusus yaitu: “teknologi<br />

pembawa pesan (informasi) yang<br />

dapat dimanfaatkan untuk keperluan<br />

dosenan”/. Pendapat senada<br />

dikemukan oleh Briggs (1977) yang<br />

mendefinisikan media sebagai<br />

´sarana fisik untuk menyampaian<br />

isi/materi pelajaran. Berkaitan<br />

dengan media, Molenda (1982)<br />

mengemukaan beberapa keuntungan<br />

penggunaan media dalam kegiatan<br />

proses belajar mengajar sebagai<br />

berikut: (1) media pembelajaran<br />

dapat pengkongkritkan ide-ide ata<br />

gagaan yang bersifat konseptual ,<br />

sehingga<br />

mengurangi<br />

kesalahpahaman siswa dalam<br />

mempelajarai materi yang disajikan,<br />

(2). Media pembelajaran dapat<br />

meningkat minat/motivasi siswa<br />

dalam mempelajari materi pelajaran,<br />

(3). Media pembelajaran<br />

memberikan pengalaman nyata untuk<br />

belajar; (4) media pembelajaran<br />

42


Asmadi Muhammad Noer<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemanfaatan Program Media Audio Visual<br />

dapat mengembangkan jalan pikiran<br />

yang berkelanjutan; (5) media<br />

pembelajaran menyediakan<br />

pengalaman-pengalaman yang tidak<br />

mudah didapat melalui materi-materi<br />

lain dan menjadikan prose belajar<br />

mendasar dan beragam.<br />

Media pembelajaran yang<br />

digunakan/terpilh adalah Media<br />

audio-visual, Video Compact Disk<br />

(VCD), dimana VCD ini dikemas<br />

dalam format interaktif.<br />

. Penyampai konsep ilmu kimia tidak<br />

hanya hanya dilakukan melalui guru<br />

atau buku teks tetapi juga dapat<br />

melalui pengamatan/demonstrasi<br />

atau praktikum (yang termuat pada<br />

Program VCD dimamfaatkan sebagai<br />

pengganti praktikum). Sehingga<br />

pembelajaran atau penyampaian<br />

materi lebih bermakna. Termasuk<br />

memudahkan siswa untuk<br />

memahami materi abstrak seperti<br />

teori atom, teori tumbukan<br />

Lebih jauh Susanto (2000)<br />

menyatakan hakikat pembelajaran<br />

kimia adalah penggunaan<br />

demonstrasi atau peraga untuk<br />

menunjukkan berbagai sifat kimia<br />

(seperti reaksi nyala/ perubahan<br />

materi, tes warna, bentuk molekul)<br />

sehingga rasa ingin tahu dan<br />

motivasi siswa akan meningkat.<br />

Idealnya sub-pokok bahasan<br />

perubahan materi disamping teorinya<br />

diberikan di kelas, untuk pemahaman<br />

konsep yang lebih baik, dilakukan<br />

juga praktikum di lab. Kimia<br />

sekolah.(Sukamto.(1997) & Irawan<br />

(1977). Namun, tidak semua sekolah<br />

memiliki kelengkapan sarana seperti<br />

yang telah disampaikan di atas.<br />

Banyak sekolah yang tak punya lab.<br />

Atau kalaupun punya, kadangkala<br />

alat-alatnya terbatas, tidak<br />

mencukupi untuk siswa<br />

berpraktikum dengan satu alat satu<br />

siswa. Untuk masalah semacam ini,<br />

dengan pemanfaatan program media<br />

audio-visual (VCD), masalah proses<br />

pembelajaran dicoba diatasi atau<br />

sekurangnya masalah dipersempit.<br />

Pendapat ini sejalan dengan<br />

Pannen (2002) yang menjelaskan<br />

bahwa proses pembelajaran MIPA<br />

(kimia) dan menerapkan MIPA<br />

(IPA) secara konstektual, siswa harus<br />

diperkenalkan beragam sumber<br />

informasi-cetak, non cetak, media,<br />

alat-alat, foto dan juga internet.<br />

“Faktor-faktor perancangan<br />

Pembelajaran MIPA berbasis<br />

Budaya” dimana sumber-sumber<br />

tersebut diharapkan dapat membantu<br />

mereka membuat analisis, mencari<br />

informasi dan penjelasan pendukung<br />

atas penjelasan alternatif serta<br />

mengenal konteks komunitas budaya<br />

mereka.<br />

Dalam rangka memberi<br />

pengayaan sumber belajar dan<br />

pembelajaran yang “meanigful”<br />

maka seharusnya pembelajaran<br />

MIPA (kimia) disamping teori dan<br />

adanya praktikum di lab, namun<br />

praktikum belum dan tidak bisa<br />

dilakukan di sekolah<br />

Muhammadiyah karena ketidak<br />

tersedianya lab (masalah) serta<br />

jumlah siswa yang besar dalam satu<br />

kelas dan banyak kelas yang parallel<br />

( kelas satu ada enam kelas), maka<br />

alternatif penyediaan program VCD<br />

sebagai ganti materi praktikum<br />

merupakan intervensi/ terobosan bagi<br />

sekolah .<br />

43


Asmadi Muhammad Noer<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemanfaatan Program Media Audio Visual<br />

METODE PENELITIAN<br />

Penelitian ini merupakan penelitian<br />

tindakan kelas (classroom actionresearch)<br />

yang dilakukan pada kelas<br />

I- 3 ( kelas 10- 3 ) SMA<br />

Muhammadiyah. Jl K.H. Ahmad<br />

Dahlan no. 70 Pekanbaru. Penelitian<br />

Tindakan Kelas ini dilakukan pada<br />

pelajaran Kimia pada pokok bahasan<br />

Perubahan Materi.<br />

Aspek-Aspek penelitian yang yang<br />

akan diselidiki, yaitu:<br />

a. Ketuntasan belajar siswa untuk<br />

ranah kognitif dinilai melalui<br />

hasil tes pada setiap siklus yang<br />

diberikan.sedangkan untuk ranah<br />

afektif dinilai sewaktu proses<br />

pembelajaran berlangsung<br />

b. Pendapat dan penilaian siswa<br />

mengenai program pembelajaran<br />

program melalui VCD<br />

(lembaran penilaian-data<br />

obervasi)<br />

Rencana Tindakan : dari hasil<br />

observasi awal yang dilakukan di<br />

SMA Muhammaditah, Pekanbaru,<br />

maka dalam refleksi ditetapkan<br />

bahwa tindakan yang akan<br />

dilaksanakan untuk meningkatkan<br />

kualitas pembelajaran Kimia adalah<br />

pemanfaatan program media audiovisual<br />

(Video Compact Disk), maka<br />

berdasarkan hasil refleksi awal<br />

tersebut, dilaksanakan penelitian<br />

tindakan kelas dengan prosedur<br />

sebagai berikut: (1) perencanaan, (2)<br />

pelaksanaan, (3) observasi dan<br />

evaluasi, (4) refleksi. Dengan tahap<br />

sebagai berikut<br />

1. Perencanaan<br />

Perencanaan tindakan yang<br />

dilakukan dalam penelitian ini<br />

adalah:<br />

a. Membuat perangkat<br />

pembelajaran dengan<br />

penerapan pembelajaran<br />

biasa, berupa: Rencana<br />

Pembelajaran (RP), Lembar<br />

Kerja Siswa (LKS), Buku<br />

siswa berupa kompilasi dari<br />

berbagai sumber bacaan<br />

sesuai dengan topik yang<br />

dibahas, dan Lembar<br />

Penilaian untuk ranah<br />

kognitif, dan lembaran<br />

observasi untuk penilaian<br />

sikap (afektif)<br />

b. Instrumen (perangkat)<br />

penilaian siswa berupa soal<br />

test (penilaian kognitif) dan<br />

lembaran observasi (penilaian<br />

afektif) di isi oleh pengamat<br />

dan lembaran isian mengenai<br />

penilaian program VCD oleh<br />

siswa..<br />

.<br />

2. Pelaksanaan Tindakan<br />

Kegiatan yang dilaksanakan pada<br />

tahap ini adalah melaksanakan<br />

kegiatan pembelajaran oleh guru<br />

(Guru kimia SMA-<br />

Muhammadiyah yang biasa<br />

mengempu bidang studi ) sesuai<br />

dengan skenario pembelajaran<br />

yang telah disusun, yaitu<br />

pembelajaran biasa/klasikal<br />

3. Observasi dan Evaluasi<br />

Kegiatan observasi dilaksanakan<br />

bersamaan dengan pelaksanaan<br />

tindakan yaitu sewaktu kegiatan<br />

pembelajaran berlangsung.<br />

Observasi dilakukan untuk<br />

mengamati proses belajar<br />

berlangsung<br />

dengan<br />

44


Asmadi Muhammad Noer<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemanfaatan Program Media Audio Visual<br />

menggunakan/memanfaatkan<br />

VCD.<br />

.4. Refleksi<br />

Data dari hasil observasi,<br />

nilai hasil evaluasi belajar siswa<br />

selama proses pembelajaran,<br />

dianalisis pada tahap ini untuk<br />

menentukan ketercapaian tujuan<br />

pembelajaran dan selanjutnya untuk<br />

menentukan tindakan/ perbaikan<br />

pada siklus berikutnya<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Penelitian tindakan kelas yang<br />

dilaksanakan di SMA-<br />

Muhamadiyah-Pekanbaru, Kelas I- 3<br />

(kelas 10- 3 ) dengan 42 siswa.<br />

Pemanfaatan program media Video<br />

Compact Disk dengan judul pokok<br />

bahasa: Perubahan Kimia.<br />

Secara umum peningkatan hasil<br />

belajar siswa dengan pemnafaatan<br />

VCD: terdapat 26 siswa (61,9%)<br />

yang hasil evaluasi belajarnya<br />

meningkat. Sedangkan yang tidak<br />

meningkat sebanyak 16 orang<br />

(38,1%). Hasil analisis sementara,<br />

siswa yang tidak ada peningkatan<br />

nilai evaluasi belajarnya karena:<br />

kurang berkonsentrasi pada materi<br />

pelajaran pada saat menonton VCD.<br />

Hal lain dikarenakan tabiat malas<br />

mencatat dan tidak pernah/jarang<br />

mau mengulang kembali pelajaran<br />

sehingga tidak bisa mengerjakan soal<br />

tes (evalausi belajar) yang diberikan.<br />

Nilai rata-rata siswa dengan<br />

pemanfaatan program VCD sebesar<br />

74,23 dengan Ketuntasan Belajar<br />

siswa 71,16 (%). Sedangkan Nilai<br />

rata-rata siswa tanpa VCD sebesar<br />

62, 20 and Ketuntasan Belajar siswa<br />

45, 30 (%). Peningkatan hasil<br />

belajar sebesar 22, 9 (%)<br />

.<br />

Pembelajaran dengan pemamfaatan<br />

VCD mampu meningkatkan antusias<br />

siswa (exited) dengan minta replay<br />

program VCD, disamping<br />

pengamatan menunjukan hal yang<br />

sama, karena menonton VCD apalagi<br />

dilakukan<br />

bersama-sama<br />

menimbulkan rasa gembira dan<br />

menyenangkan. Hal ini juga ditunjuk<br />

dari hasil angket lembaran penilaian<br />

siswa yang dikumpulkan bahwa<br />

minat menonton program VCD<br />

sebesar 3,95 (skala 5) pada topik<br />

Perubahan Kimia,<br />

Pembelajaran melalui VCD hanya<br />

salah satu mode/preference yang<br />

sering dilakukan pada institusi,<br />

sekolah, atau individu. Namun<br />

hingga saat ini masih ada anggapan<br />

bahwa untuk belajar, Gurulah yang<br />

mendatangi rumah, sekolah atau<br />

kantor. Guru masuk ke bilik-kamar<br />

menyajikan materi pembelajaran,<br />

membagi pengalaman atau<br />

menginformasikan sesuatu.<br />

Anggapan ini tidak sepenuhnya<br />

benar karena belajar dapat melalui<br />

media audio-visual seperti: Televisi,<br />

Video Cassette, Video Compact Disc<br />

(VCD) atau melalui Computer, CBT<br />

(Computer Based Training), CAI<br />

(Computer Asssited Instruction) dan<br />

IMI (Interactive Multimedia<br />

Instruction). Di samping itu<br />

informasi dapat pula diperoleh<br />

melalui kegiatan membaca yang<br />

bersumber dari buku, jurnal, majalah,<br />

surat kabar, taboloid, bulletin,<br />

selebaran. Dst, Jadi untuk<br />

memperkaya pengetahuan atau<br />

45


Asmadi Muhammad Noer<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemanfaatan Program Media Audio Visual<br />

wawasan banyak cara dan sumber<br />

media pembelajaran yang dapat<br />

diakses. Lebih jauh Azis Ahmad<br />

(2003) mengemukaan bahwa trend<br />

belajar (Sains dan Iptek) saat ini<br />

melalui sumber beraneka ragam<br />

dimana setiap individu dapat<br />

memilih cara belajar dan<br />

menyesuaikan diri dengan tipe<br />

(Learning Types) masing, apakah<br />

tipe audio, visual atau keduanya.<br />

KESIMPULAN DAN SARAN<br />

KESIMPULAN<br />

1. Pengaruh terhadap hasil evaluasi<br />

belajar dengan adanya variasi<br />

method pembelajaran/<br />

penyampaian materi Pengenalan<br />

Ilmu Kimia pada siswa kelas 1-3<br />

SMU-Muhammadiyah sebagai<br />

berikut: terdapat 26 siswa<br />

(61,9%) yang hasil evaluasi<br />

belajarnya meningkat. Sedangkan<br />

yang tidak meningkat sebanyak<br />

16 orang (38,1%). Nilai ratarata<br />

siswa dengan pemanfaatan<br />

program VCD sebesar 74,23<br />

dengan Ketuntasan Belajar siswa<br />

71,16 (%). Sedangkan Nilai ratarata<br />

siswa tanpa VCD sebesar<br />

62, 20 and Ketuntasan Belajar<br />

siswa 45, 30 (%). Peningkatan<br />

hasil belajar sebesar 22, 9 (%)<br />

2. Hasil evaluasi belajar Perubahan<br />

Materi dari soal yang diambil<br />

melalui media audio visual (V-<br />

CD) menunjukkan hasil belajar<br />

yang lebih baik dibandingkan<br />

bila materi disampaikan secara<br />

klasikal/guru di kelas. Indikasi<br />

ini merupakan sesuatu yang<br />

positif bagi proses pembelajaran<br />

kimia khususnya untuk dimasamasa<br />

datang.<br />

Hal lain yang patut diketahui<br />

oleh para guru/pendidik bidang<br />

studi khususnya kimia,<br />

pengamatan dilapangan<br />

menunjukkan bahwa dengan<br />

pemanfaatan media pembelajaran<br />

V-CD, minat dan antusias siswa<br />

meningkat, hal ini terefleksi dari<br />

permintaan diputar ulang<br />

(replay). Karena siswa merasa<br />

belum puas menonton,<br />

menangkap isi/materi dan<br />

kandungan pesan yang<br />

disampaikan.<br />

SARAN<br />

Penelitian dengan pemanfaatan<br />

media audio-visual (V-CD) ini perlu<br />

ditindak lanjuti dengan kelas atau<br />

sekolah yang berbeda, agar<br />

signifikansi dan hasil yang diperoleh<br />

lebih terjamin dan akhirnya lebih<br />

bermanfaat.<br />

1. program V-CD memiliki<br />

keterbatasan seperti bergerak<br />

terus tanpa berhenti dan tidak<br />

interaktif. Sebaiknya program<br />

pembelajaran media audio-visual<br />

menggunakan CD-interaktif<br />

(CD-Rom), sehingga siswa dapat<br />

mengatur “pace”aktu sesuka hati.<br />

Kebetulan materi Perubahan<br />

Materi baru tersedia dalam<br />

format VCD, belum ada program<br />

CD-interaktif.<br />

2. penelitian ini dapat dilanjutkan<br />

untuk poko-pokok bahasan lain<br />

yang memiliki tingkat kesukaran<br />

tinggi, yang biasanya siswa<br />

mengalami kesulitan memahami<br />

atau sulit mengerti, seperti<br />

46


Asmadi Muhammad Noer<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemanfaatan Program Media Audio Visual<br />

konsep abstrak: teori atom, reaksi<br />

senyawa kompleks, dsb.<br />

Ucapan<br />

Terimakasih<br />

(Acknowledgment):<br />

Proyek PGSM-Dikti, atas<br />

bantuan dana penelitian.<br />

Pusat Teknologi Komunikasi-<br />

Pendidikan Nasional, Diknas-<br />

Jakarta yang telah membantu<br />

mengirimkan program VCD yang<br />

berjudul Perubahan Materi.<br />

Kimia kelas 1 SMU.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Santoso,I.R. (2000). Dalam Hakekat<br />

Pembelajaran MIPA dan Kiat<br />

Pembelajaran Kimia di<br />

Perguruan Tinggi. Pekerti<br />

MIPA.<br />

Proyek<br />

Pengembangan Universitas<br />

Terbuka, Dirjen Dkiti.<br />

Departemen Pendidikan<br />

Nasional.<br />

Nur, M., 2003, Ide-Ide Inovatif<br />

dalam KBK.dan Ide-Ide<br />

Inovatif dalam Mengajar,<br />

Belajar, dan Asesmen Mata<br />

Pelajaran Matematika dan<br />

Sains. Makalah disajikan<br />

pada seminar nasional bidang<br />

MIPA dalam Menyongsong<br />

Pelaksanaan KBK 2004 yang<br />

diselenggarakan oleh jurusan<br />

MIPA FKIP UNRI pada<br />

tanggal 23 Oktober 2003<br />

Sukamto,T. (1997). Teori Belajar<br />

dan<br />

Model-model<br />

Pembelajaran. Pusat Antar<br />

Universitas<br />

untuk<br />

Peningkatan<br />

dan<br />

Pengembangan Aktivitas<br />

Instruksional, Dirjen Dikti.<br />

Departemen Pendidikan<br />

Nasional.<br />

Irawan, P. (1997). Teori Belajar,<br />

Motivasi dan Keterampilan<br />

Mengajar. Pusat Antar<br />

Universitas<br />

untuk<br />

Peningkatan<br />

dan<br />

Pengembangan Aktivitas<br />

Instruksional, Dirjen Dikti.<br />

Departemen Pendidikan<br />

Nasional.<br />

Raka, Joni T. (1980). Pengelolaan<br />

Kelas. Jakarta, Depdikbud<br />

T.Raka Joni, 1983<br />

Suparman, AM. (2001). Desain<br />

Instruksional. Pusat Antar<br />

Universitas<br />

untuk<br />

Peningkatan<br />

dan<br />

Pengembangan Aktivitas<br />

Instruksional, Dirjen Dikti.<br />

Departemen Pendidikan<br />

Nasional.<br />

Pannen P. (2003). Faktor-faktor<br />

Perencanaan Pembelajaran<br />

MIPA Berbasis Budaya.<br />

Dalam prosiding Teknologi<br />

Pembelajaran: upaya<br />

Peningkatan Kualitas dan<br />

Produktivitas<br />

SDM, Jakarta: Pusat penerbit UT.<br />

7. Aziz Ahmad (2003). Belajar<br />

Berbasis Aneka Sumber.<br />

Dalam prosiding Teknologi<br />

Pembelajaran: upaya Peningkatan<br />

Kualitas dan Produktivitas<br />

SDM, Jakarta: Pusat<br />

penerbit UT.<br />

47


Mariani<br />

Jurnal Pendidikan<br />

CTL untuk meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII SMP<br />

PENGGUNAAN BAHAN AJAR BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING<br />

AND LEARNING (CTL)UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH<br />

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 PEKANBARU<br />

Mariani Natalina, Yustini Yusuf dan Maifitri<br />

Laboratorium Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA<br />

FKIP Universitas Riau Pekanbaru<br />

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian yang bertujuanuntuk meningkatkan sikap ilmiah<br />

sains biologi siswa kelas VII 4 SMP Negeri 21 Pekanbaru melalui Penggunaan Bahan Ajar<br />

Berbasis CTL.Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian<br />

dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2010. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VII 4,<br />

dengan jumlah siswa 41 orang (22 orang laki-laki dan 19 orang perempuan). Dengan<br />

parameter sikap ilmiah. Instrumen pengumpulan datanyadengan menggunakan lembar<br />

observasi dan angket. Hasil penelitian dengan menggunakam lembar observasi<br />

menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa mengalami peningkatan, rata-rata sikap ilmiah<br />

pada siklus I yaitu sebesar 65 % (kategori cukup) dan pada siklus II menjadi 80%<br />

(kategori baik). Rata-rata sikap ilmiah siswa dengan mengunakan angket mengalami<br />

peningkatan, sikap ilmiah siswa sebelum penggunaan yaitu sebesar 69.67% (kategori<br />

cukup) sedangkan sesudah penggunaan yaitu sebesar 82.76 % (kategori baik). Uji<br />

ternormalisasi (N-gain)menunjukkan peningkatan skor sikap ilmiah siswa sesudah<br />

penggunaan bahan ajar berbasis CTL dengan rata-rata sebesar 0.44 (kategori sedang).Dari<br />

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan ajar berbasis CTL dapat<br />

meningkatkan sikap ilmiah sains biologi siswa kelas VII 4 SMP Negeri 21 Pekanbaru<br />

Tahun Ajaran 2009/2010.<br />

Kata kunci : Bahan ajar, CTL dan Sikap Ilmiah<br />

INCREASING STUDENTS CIENTIFIC ATTITUDE THROUGH CTL ON THE<br />

FOURTH GRADE OF SMP N 12 PEKANBARU<br />

ABSTRACT The purpose of this research is for increasing scientific attitude students in<br />

VII 4 class at SMP N 21 Pekanbaru, through using substance teach base on CTL. The kind<br />

of this research is research of class action (PTK). Research was held on may until june<br />

2010. Subject of this research is the students of VII 4 class with 41 students (22 men and<br />

19 women), with parameter scientific attitude.Instruments is sheet observation and<br />

questionnaire. Research outcome showed that scientific attitude of students has increased,<br />

average on first cycle is equal to 65% (enough category) and on second cycle become<br />

80% (good category). Average students’scientific attitude by using questionnaire was<br />

increased, students’ scientific attitude before is equal to 69,67% (enough category) while<br />

after using questionnaire is equal to 82,67% (good category). Ternomalisation test (Ngain)<br />

showed increasing score of students’ scientific attitude after using substance teach<br />

base on CTL with average is equal to 0,44 (mid category)/ learning outcome of students’<br />

based on absorption on first cycle is equal to 70, 43% (enough category) increase on<br />

second cycle is equal to 81,03% (goog category). Based on this research, we can conclude<br />

about using substance teach base on CTL can increase scientific attitude sains biology<br />

students in VII 4 class at SMP N 21 Pekanbaru school year 2009/2010.<br />

Keyword : Substance teach biology. CTL and Scientific attitude<br />

48


Mariani<br />

Jurnal Pendidikan<br />

CTL untuk meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII SMP<br />

PENDAHULUAN<br />

Biologi merupakan salah satu<br />

cabang IPA yang turut memberikan<br />

peranan dalam usaha menciptakan<br />

manusia yang berkualitas. Dengan<br />

menyadari pentingnya peranan<br />

biologi dalam dunia pendidikan<br />

dibutuhkan peranan guru dalam<br />

memilih inovasi dalam<br />

pembelajaran, baik dari model<br />

pembelajaran maupun bahan ajar<br />

yang digunakan, sehingga siswa<br />

dapat belajar secara efektif dan<br />

efisien sehingga mampu menemukan<br />

konsep-konsep yang terdapat dalam<br />

pelajaran biologi tersebut.<br />

Menurut Syah (2007),<br />

berdasarkan tujuan Kurikulum<br />

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)<br />

dalam proses pembelajaran dituntut<br />

siswa dan guru lebih aktif. Siswa<br />

harus aktif dalam kegiatan belajar<br />

dan mengajar, sedangkan guru juga<br />

aktif dalam memancing kreatifitas<br />

anak didiknya sehingga dialog dua<br />

arah terjadi sangat dinamis.<br />

Tujuan-tujuan pembelajaran<br />

yang dimaksud tidak dapat dicapai<br />

sepenuhnya bila guru hanya<br />

mengunakan model pembelajaran<br />

yang monoton dan hanya<br />

menggunakan buku pelajaranyang<br />

umumnya cenderung berisikan<br />

informasi bidang studi saja dan tidak<br />

terorganisasi dengan baik. Kualitas<br />

buku pelajaran yang rendah dengan<br />

pembelajaran konvensional akan<br />

berakibat rendahnya sikap ilmiah.<br />

Berdasarkan pada hasil<br />

observasi dan wawancara penulis di<br />

SMP N 21 Pekanbaru bahwa masih<br />

kurangnya sikap ilmiah siswa seperti<br />

sikap ingin tahu, sikap ingin<br />

menemukan sesuatu yang baru,<br />

berpikir kritis dan percaya diri<br />

sewaktu belajar. Hal ini disebabkan<br />

oleh Pola pembelajaran yang<br />

menempatkan guru sebagai satusatunya<br />

sumber informasi yang<br />

menjadikan guru memilih metode<br />

ceramah untuk menginformasikan<br />

fakta dan konsep-konsep biologi<br />

akibatnya para siswa memiliki<br />

sedikit pengetahuan, tidak bisa<br />

menemukan konsep-konsep<br />

pembuktiannya dan menggaitkan<br />

materi pelajaran yang sedang<br />

dipelajarinya dengan materi<br />

pelajaran yang lalu. Kurang<br />

lengkapnya buku pelajaran yang<br />

digunakan<br />

menyebabkan<br />

siswa kurang aktif dan kreatif dalam<br />

belajar untuk menemukan dan<br />

mengembangkan konsep sains<br />

biologi.<br />

Dengan memperhatikan kondisi<br />

yang ada, guru dituntut melakukan<br />

inovasi-inovasi terbaru dalam proses<br />

belajar mengajar. Inovasi yang<br />

dipilih hendaknya dapat melibatkan<br />

siswa secara aktif sehingga dapat<br />

diterapkan untuk meningkatkan sikap<br />

ilmiah dan hasil belajar siswa. Salah<br />

satu inovasi yang dapat diterapkan<br />

adalah Bahan ajar<br />

berbasisContextual Teaching and<br />

Learning (CTL). Keunggulan Bahan<br />

ajar berbasisCTLini adalah dapat<br />

mengembangkan sikap ilmiah siswa<br />

yaitu sikap ingin tahu, ingin<br />

menemukan suatu yang baru dan<br />

sikap berpikir kritis, membantu siswa<br />

memahami konsep-konsep sains dan<br />

menggaitkannya dengan kehidupan<br />

sehari-hari sehingga bisa<br />

memecahkan suatu masalah.<br />

Hakikat sains sebagai sikap<br />

ilmiah adalah pelajaran sains dapat<br />

mempengaruhi pola fikir dan<br />

pemahaman siswa kearah lebih baik<br />

sehingga dapat membangkitkan daya<br />

49


Mariani<br />

Jurnal Pendidikan<br />

CTL untuk meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII SMP<br />

kreatifitas siswa. Dalam melakukan<br />

kegiatan sains, sikap ilmiah akan<br />

terbentuk dengan sendirinya dalam<br />

diri siswa itu sendiri (Yuliana, 2008).<br />

Adapun permasalahan yang<br />

dirumuskan dalam penelitian ini<br />

adalah Apakah Penggunaan Bahan<br />

Ajar Berbasis CTLdapat<br />

Meningkatkan Sikap ilmiah sains<br />

biologi siswa Kelas VII 4 SMP Negeri<br />

21 Pekanbaru Tahun Ajaran<br />

2009/2010<br />

Tujuan penelitian ini adalah<br />

untuk Meningkatkan Sikap ilmiah<br />

sains biologi siswa Kelas VII 4 SMP<br />

Negeri 21 PekanbaruTahun Ajaran<br />

2009/2010melalui Penggunaan<br />

Bahan Ajar Berbasis CTL.<br />

METODE PENELITIAN<br />

Penataan Penelitian<br />

Penelitian dilakukan di SMP<br />

Negeri 21 Pekanbaru pada bulan Mei<br />

sampai Juni 2010. Subjek dalam<br />

penelitian ini adalah siswa kelas VII 4<br />

Tahun ajaran 2009/2010 Dengan<br />

jumlah siswa 41 orang yang terdiri<br />

dari 22 orang laki-laki dan 19 orang<br />

perempuan.<br />

Parameter Penelitian<br />

Parameter yang digunakan<br />

dalam penelitian ini adalah Sikap<br />

ilmiah siswa dalam proses belajar<br />

mengajar yaitu keingintahuan, sikap<br />

ingin menemukan sesuatu yang baru,<br />

berpikir kritis, bertanggung jawab,<br />

kerjasama, kecermatan dalam<br />

bekerja dan percaya diri.<br />

Instrumen Penelitian<br />

Instrumen yang digunakan<br />

dalam penelitian ini yaitu perangkat<br />

pembelajaran dan instrument<br />

pengumpul data adalah lembaran<br />

observasi sikap ilmiah siswa dan<br />

angketsikap ilmiah siswa<br />

Prosedur Penelitian<br />

Secara sistematis prosedur<br />

penelitian meliputi 4 tahap yaitu<br />

:perencanaan, pelaksanaan, observasi<br />

dan refleksi.<br />

Teknik Pengumpul Data<br />

Data penelitian sikap ilmiah<br />

dikumpulkan dengan cara mengamati<br />

sikap ilmiah siswa selama proses<br />

belajar berlangsung yaitu dengan<br />

mengunakan lembar observasi sikap<br />

ilmiah siswa dan angket sikap ilmiah<br />

sebelum dan sesudah penggunaan<br />

bahan ajar berbasis CTL.<br />

Analisis Data<br />

Pengolahan data dilakukan<br />

dengan teknik analisis deskriptif,<br />

yang bertujuan untuk menganalisis<br />

data tentang sikap ilmiah siswa<br />

sebelum dan sesudah menggunakan<br />

bahan ajarberbasis CTL.<br />

Sikap Ilmiah<br />

Untuk data sikap ilmiah siswa<br />

berdasarkan lembar observasi<br />

dianalisis berdasarkan skala<br />

bertingkat yaitu skor 3 (BS), 2 (S)<br />

dan 1 (K). Hasil analisis dihitung<br />

dengan menggunakan rumus sebagai<br />

berikut :<br />

Selanjutnya data hasil<br />

observasi sikap ilmiah siswa<br />

dikelompokan berdasarkan kategori<br />

sebagai berikut :<br />

BS = Baik sekali : 85-100%<br />

B = Baik : 75-84%<br />

50


Mariani<br />

Jurnal Pendidikan<br />

CTL untuk meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII SMP<br />

C = Cukup : 65-74%<br />

Jumlah skor yang diperoleh X 100%<br />

K = Kurang : < 65%<br />

Jumlah skor maksimal<br />

Data sikap ilmiah siswa<br />

berdasarkan angket dianalisis<br />

berdasarkan keterangan berikut :<br />

Skala likert dengan<br />

pernyataan positif diberi<br />

penilaian :<br />

Sangat setuju (SS) = 5<br />

Setuju (S) = 4<br />

Kurang Setuju = 3<br />

Tidak setuju (TS) = 2<br />

Sangat Tidak Setuju = 1<br />

Sedangkan skala likert<br />

dengan pernyataan negatif,<br />

nilai dibalikkan :<br />

Sangat setuju (SS) = 1<br />

Setuju (S) = 2<br />

Kurang Setuju = 3<br />

Tidak setuju (TS) = 4<br />

Sangat Tidak Setuju = 5<br />

Dengan Rumus :<br />

Penilaian angket sikap ilmiah<br />

siswa diperoleh dengan rumus :<br />

Keterangan :<br />

P = Angka persentase<br />

F = Frekuensi setiap jawaban<br />

N = Jumlah skor maksimal<br />

Data hasil angket sikap ilmiah<br />

siswa juga dikelompokan<br />

berdasarkan kategori seperti pada<br />

data hasil observasi.<br />

Selanjutnya rata-rata sikap<br />

ilmiah siswa yang diperoleh dari<br />

angket sebelum dan sesudah bahan<br />

ajar berbasisCTL dianalisis secara<br />

statistik untuk mengetahui<br />

peningkatan yang diperoleh dengan<br />

mengunakan rumus N-gain :<br />

g = S.Sesudah - .Sebelum<br />

S. maksimal – S. Sebelum<br />

Dari perhitungan yang<br />

dilakukan,<br />

selanjutnya<br />

dikelompokkan berdasarkan tingkat<br />

peroleh skor berikut :<br />

Tinggi : g > 0,7<br />

Sedang : 0,3 < g < 0,7<br />

Rendah : g < 0,3<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Dari hasil penelitian<br />

penggunaan bahan ajar berbasis CTL<br />

terhadap sikap ilmiah sains biologi<br />

siswa kelas VII 4 SMP Negeri 21<br />

Pekanbaru, berdasarkan hasil<br />

observasi diperoleh rata-rata<br />

persentase sikap ilmiah siswa selama<br />

2 siklus untuk setiap indikator dapat<br />

dilihat pada tabel 1.<br />

Tabel 1 : Rata-Rata Persentase Sikap Ilmiah sains biologi Siswa Melalui<br />

Penggunaan Bahan Ajar Berbasis CTL Setiap Indikator<br />

Aspek<br />

Siklus I<br />

Siklus II<br />

Ratarata<br />

Pertemuan<br />

Pertemuan<br />

Kat<br />

1 2 1 2 3 4<br />

Ratarata<br />

I 70.08 71.05 70,6 C 78.04 85.00 89.17 90.24 85,6 BS<br />

II 44.44 62.28 53,4 K 72.35 73.33 76.67 78.86 75,3 B<br />

III 45.29 61.40 53,4 K 71.54 71.67 78.33 80.48 75,5 B<br />

IV 66.67 69.29 68 C 76.42 79.17 80.83 82.92 79,8 B<br />

V 67.52 72.80 70,2 C 79.67 80.00 85.83 90.24 83,9 B<br />

VI 65.81 70.17 68,3 C 77.23 76.67 79.17 82.92 79 B<br />

Kat<br />

51


Mariani<br />

Jurnal Pendidikan<br />

CTL untuk meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII SMP<br />

VII 70.08 71.05 70,6 C 77.23 78.33 82.50 85.36 80,9 B<br />

Ratarata<br />

61.41 68.29 65 C 76.07 77.73 81.78 84.43 80 B<br />

Kategori K C B B B B<br />

Keterangan :<br />

I = Keinggintahuan Kat = Kategori<br />

II = Ingin menemukan sesuatu yang baru BS = Baik sekali<br />

III = Berpikir Kritis B = Baik<br />

IV = Tanggung jawab C = Cukup<br />

V = Bekerjasama K = Kurang<br />

VI = Kecermatan dalam bekerja<br />

VII= Percaya diri<br />

Dari tabel diatas dapat di lihat<br />

bahwa, rata-rata persentase sikap<br />

ilmiah sains biologi berdasarkan<br />

indikator mengalami peningkatan<br />

dari siklus I ke siklus II. Rata-rata<br />

Indikator sikap ilmiah yang pertama<br />

yaitu keingintahuan, dimana rata-rata<br />

pada siklus 1 adalah 70.6 % (kategori<br />

cukup) meningkat menjadi 85.6 %<br />

(kategori baik sekali) pada siklus II.<br />

Anonimus (2008)<br />

menyatakan bahwa keingintahuan<br />

merupakan keinginan untuk<br />

mengetahui secara alami, bila pada<br />

diri siswa telah ada keinginan maka<br />

siswa akan memiliki motivasi dalam<br />

belajar dan sikap ilmiah. Oleh karena<br />

itu dengan bahan ajar berbasis CTL<br />

siswa akan memiliki keinggintahuan<br />

yang tinggi, dimana bahan ajar ini<br />

dibuat dengan penampilan menarik<br />

dan materi yang merangsang rasa<br />

ingin tahu siswa.<br />

Rata-rata persentase sikap<br />

ingin menemukan sesuatu yang baru<br />

pada siklus I adalah 53.4 % (kategori<br />

kurang) meningkat menjadi 75.3 %<br />

(kategori Baik) pada siklus II.<br />

Kurangnya sikap ingin menemukan<br />

sesuatu yang baru siswa pada siklus I<br />

ini disebabkan karena siswa sudah<br />

terbiasa menerima semua pelajaran<br />

dari guru, guru tidak membiasakan<br />

siswa untuk menemukannya sendiri<br />

atau mengunakan alat atau media<br />

yang merangsang siswa untuk<br />

berpikir dan menemukan sesuatu hal<br />

yang baru mengenai pembelajaran<br />

tersebut. Dengan demikian dengan<br />

adanya bahan ajar berbasis CTL kita<br />

sebagai guru dapat meningkatkan<br />

sikap ingin menemukan sesuatu yang<br />

baru pada siswa. CTL adalah suatu<br />

strategi pembelajaran yang<br />

menekankan pada proses keterlibatan<br />

siswa secara penuh untuk dapat<br />

menemukan materi yang dipelajari<br />

dan menghubungkannya dengan<br />

situasi kehidupan nyata sehingga<br />

mendorong siswa untuk dapat<br />

menerapkannya dalam kehidupan<br />

mereka (Sanjaya, 2008).<br />

Rata-rata persentase sikap<br />

berpikir kritis pada siklus I yaitu 53,4<br />

% (kategori kurang) kemudian pada<br />

siklus II meningkat menjadi 75.5 %<br />

(kategori baik). Pada siklus 1 sikap<br />

berpikir kritis siswa masih kurang.<br />

Pada siklus II terjadi peningkatan<br />

sikap berpikir kritis siswa.<br />

Rata-rata persentase sikap<br />

bertanggung jawab pada siklus I<br />

yaitu 68 % (kategori cukup)<br />

meningkat pada siklus II menjadi<br />

79.8 (kategori baik ). Hal ini dapat<br />

dilihat dari ketika siswa mengerjakan<br />

LKS, Masing-masing siswa<br />

memberikan kontribusi terhadap<br />

kelompoknya sehingga pekerjaan<br />

mereka menyelesaikan LKS cepat.<br />

52


Mariani<br />

Jurnal Pendidikan<br />

CTL untuk meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII SMP<br />

Rata-rata persentase sikap<br />

ilmiah siswa pada indikator sikap<br />

bekerja sama pada siklus I adalah<br />

70.2 % (kategori cukup), kemudian<br />

meningkat menjadi 83.9 % (kategori<br />

baik) pada siklus II. Indikator kerja<br />

sama pada siklus II memiliki ratarata<br />

tertinggi dibandingkan dengan<br />

rata-rata indikator yang lain. Hal ini<br />

menunjukkan bahwa siswa memiliki<br />

rasa kerjasama yang baik sekali.<br />

Rata-rata persentase sikap<br />

ilmiah siswa pada indikator<br />

kecermatan dalam bekerja pada<br />

siklus I yaitu 68,3 % (kategori<br />

kurang), kemudian meningkat pada<br />

siklus II menjadi 79 % (kategori<br />

baik). Hal ini menunjukkan bahwa<br />

kecermatan dalam bekerja siswa<br />

mengalami peningkatan ke arah yang<br />

lebih baik.<br />

Rata-rata persentase sikap<br />

ilmiah siswa pada indikator sikap<br />

percaya diri pada siklus I yaitu 70.6<br />

% (kategori cukup), kemudian<br />

meningkat pada siklus II menjadi<br />

80.9 % (kategori baik). Hal ini<br />

menunjukkan bahwa sikap percaya<br />

diri siswa mengalami peningkatan ke<br />

arah yang lebih baik lagi.<br />

Penggunaan Bahan Ajar Berbasis<br />

CTL Terhadap Sikap Ilmiah sains<br />

biologi Siswa Untuk Setiap<br />

Pertemuan<br />

Dari hasil penelitian<br />

penggunaan bahan ajar berbasis CTL<br />

terhadap sikap ilmiah sains biologi<br />

siswa kelas VII 4 SMP Negeri 21<br />

Pekanbaru. Berdasarkanlembar<br />

observasi diperoleh rata-rata<br />

persentase sikap ilmiah untuk tiaptiap<br />

pertemuan pada siklus I dan<br />

siklus II dapat dilihat pada tabel 2.<br />

Tabel 2 : Sikap ilmiah sains biologi siswa pada siklus I dan siklus II setelah<br />

Penggunaan Bahan Ajar CTL di SMP Negeri 21 Pekanbaru<br />

Rata-rata 61.41 68.29 65 76.07 77.73 81.78 84.43 80<br />

Kategori K C C B B B B B<br />

Keterangan :<br />

BS: Baik Sekali : (85-100 %)<br />

B : Baik : (75-84 %)<br />

C : Cukup : (65-74 %)<br />

K : Kurang : > 65 %<br />

Siklus I<br />

Sikus II<br />

N<br />

Kategori<br />

o<br />

Pertemuan Ratarata<br />

1 2 3 4<br />

Pertemuan<br />

1 2<br />

1 BS 0 (0) 0 (0) 5 (12.2) 6 (15) 10 (25) 21<br />

(51.2)<br />

2 B 6 (15.4) 8 (21.1 21 25 30 (75) 20<br />

(51.2) (62.5)<br />

(48.8)<br />

3 C 7 (17, 9) 22<br />

15 9 (22.5) 0 (0) 0 (0)<br />

(57.8)<br />

(36.6)<br />

4 K 26 (66.7) 8 ( 21.1) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)<br />

Ratarata<br />

Dari tabel diatas, dapat dilihat<br />

bahwa rata-rata rata-rata sikap ilmiah<br />

sains biologi siswa dari siklus I ke<br />

siklus II mengalami peningkatan,<br />

dimana rata-rata persentase sikap<br />

ilmiah siswa pada siklus I adalah<br />

65% (kategori cukup) kemudian<br />

pada siklus II meningkat menjadi<br />

53


Mariani<br />

Jurnal Pendidikan<br />

CTL untuk meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII SMP<br />

80% (kategori baik). Peningkatan ini<br />

disebabkan karena siswa semakin<br />

terbiasa dengan penggunaan bahan<br />

ajar ini, sehingga berpengaruh pada<br />

sikap imiah siswa. Meningkatnya<br />

sikap ilmiah siswa setelah<br />

penggunaan bahan ajar ini,<br />

dipengaruhi oleh unsur-unsur yang<br />

ada dalam bahan ajar yaitu CTL.<br />

Johnson (2002) menyatakan bahwa<br />

CTL membantu siswa membuat<br />

keterkaitan-keterkaitan yang<br />

bermakna, melakukan pekerjaan<br />

yang berarti, melakukan<br />

pembelajaran yang diatur sendiri,<br />

bekerjasama dan berpikir kritis dan<br />

kreatif.<br />

Penggunaan bahan ajar<br />

berbasis CTL dalam proses<br />

pembelajaran menjadikan<br />

pembelajaran lebih kreatif karena<br />

pembelajaran berorientasi pada<br />

aktivitas siswa. Proses pembelajaran<br />

menekankan agar siswa menghayati<br />

proses belajar dengan melakukan<br />

sesuatu bermakna. Siswa harus<br />

mampu mengkontruksi pengetahuan<br />

dengan menghubungkan pengalaman<br />

sehari-hari yang berkaitan dengan<br />

materi yang diajarkan. Proses<br />

pembelajaran dikelas menuntut siswa<br />

tidak hanya berpikir (berupa<br />

hapalan) tetapi pembelajaran dikelas<br />

memungkinkan siswa mengerti<br />

makna belajar sehingga proses<br />

belajar lebih penting (Nina, 2010)<br />

Selanjutnya dari hasil<br />

penelitian penggunaan Bahan Ajar<br />

Berbasis CTL, terhadap Sikap Ilmiah<br />

sains biologi siswa Kelas VII 4 SMP<br />

Negeri 21 Pekanbaru dengan<br />

mengunakan angket diperoleh skor<br />

sikap ilmiah sebelum dan sesudah<br />

penggunaan bahan ajar berbasis<br />

CTL. Untuk sikap ilmiah siswa<br />

sebelum dan sesudah penggunaan<br />

bahan ajar berbasis CTL berdasarkan<br />

indikator sikap ilmiah sains biologi<br />

siswa. Secara ringkas skor sikap<br />

ilmiah siswa berdasarkan indikator<br />

sikap ilmiah siswa disajikan pada<br />

tabel 3 dibawah ini<br />

Tabel 3. Skor Rata-rata Indikator Sikap Ilmiah Sains Biologi Siswa Kelas<br />

VII 4 SMP Negeri 21 Pekanbaru melalui Penggunaan Bahan Ajar Berbasis<br />

CTL<br />

N<br />

o<br />

Indikator sikap ilmiah siswa<br />

Sebelum<br />

penerapan<br />

Kat<br />

Sesudah<br />

penerapan<br />

Kat<br />

N-<br />

gain<br />

1 Keinggintahuan 69.59 C 83.09 B 0.44<br />

Ingin menemukan sesuatu yang<br />

2 baru 67.32 C 80.49 B 0.40<br />

3 Berpikir kritis 69.43 C 82.60 B 0.47<br />

4 Tanggung jawab 70.89 C 83.58 B 0.44<br />

5 Kerjasama 71.54 C 85.69 BS 0.49<br />

6 Kecermatan dalam bekerja 69.33 C 81.79 B 0.41<br />

7 Percaya diri 69.59 C 82.11 B 0.41<br />

Rata-rata 69.67 C 82.76 B 0.44<br />

54


Dari tabel 3 data yang diperoleh dari<br />

angket sikap ilmiah siswa, dapat dilihat<br />

adanya perbedaan persepsi sikap ilmiah<br />

siswa antara sebelum dan sesudah<br />

penggunaan bahan ajar berbasis CTL.<br />

Sikap ilmiah siswa sebelum penggunaan<br />

pada setiap indikator masih dalam kategori<br />

cukup yaitu rata-rata sikap ilmiah siswa<br />

sebesar 69.77%. Indikator keingintahuan<br />

(69.59 %), ingin menemukan sesuatu yang<br />

baru (67.32%), berpikir kritis (69,43%).<br />

Tanggung jawab (70.89%), kerjasama<br />

(71.54%), kecermatan dalam bekerja<br />

(69.33%) dan percaya diri (69.59%).<br />

Sikap ilmiah siswa sesudah<br />

penggunaan bahan ajar berbasis CTL,<br />

mengalami peningkatan dengan kategori<br />

baik yaitu dengan rata-rata sikap ilmiah<br />

sebesar 82.76%. Indikator keingintahuan<br />

(83.09 %), ingin menemukan sesuatu yang<br />

baru (80.49%), berpikir kritis (82.60 %).<br />

Tanggung jawab (83.58%), kerjasama<br />

(85.69%), kecermatan dalam bekerja<br />

(81.79%) dan percaya diri (82.11%). Hal<br />

ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa<br />

menggunakan dan memahami bahan ajar<br />

ini.<br />

Bahan ajar berbasis CTL atau<br />

didalam suatu bahan ajar yang terdapat<br />

komponen CTL memberikan peluang<br />

kepada siswa untuk mengembangkan sikap<br />

ilmiah. Hal ini disebabkan karena langkahlangkah<br />

kegiatan pemebelajaran yang<br />

dirancang dalam RPP mengutamakan<br />

untuk menimbulkan sikap ilmiah siswa.<br />

Kegiatannya mengacu pada komponenkomponen<br />

CTL yaitu konstruktivisme,<br />

inquiri, bertanya, masyarakat belajar,<br />

pemodelan, refleksi dan penilaian autentik.<br />

Jika komponen tersebut dilaksanakan<br />

dengan baik maka sikap ilmiah dan hasil<br />

belajar juga dapat meningkat karena ada<br />

keterkaitan diantara keduannya. Misalnya<br />

komponen inquiry, untuk dapat<br />

menemukan suatu konsep maka siswa<br />

harus melakukan pengamatan (observasi)<br />

atau membaca bahan ajar berbasis CTL.<br />

(Wati, 2009)<br />

Selanjutnya dilakukan analisis<br />

secara statistik terhadap sikap ilmiah<br />

sebelum dan sesudah penggunaan bahan<br />

ajar berbasis CTL dengan uji<br />

ternormalisasi (N-gain) diperoleh rata-rata<br />

peningkatan sebesar 0.44 (kategori<br />

sedang). Jika dilihat dari masing-masing<br />

indikator, N-gain tertinggi terdapat pada<br />

indikator kerjasama yaitu sebesar 0.49<br />

(kategori sedang). Hal ini disebabkan<br />

karena pada penggunan bahan ajar<br />

berbasis CTL ini siswa dibagi menjadi<br />

beberapa kelompok belajar untuk<br />

berdiskusi sehingga terjalin kerjasama<br />

untuk saling berbagi pendapat.<br />

Skor N-gain terendah terdapat pada<br />

indikator ingin menemukan sesuatu yang<br />

baru yaitu sebesar 0.40 (kategori sedang).<br />

Hal ini disebabkan karena sebagian siswa<br />

masih belum bisa mengkontruksi<br />

pengetahuannya sehingga mereka sulit<br />

mengaitkan pelajaran yang lama dengan<br />

yang baru dipelajarinya dan jarang<br />

mengajukan pertanyaan dalam proses<br />

belajar mengajar berlangsung.<br />

KESIMPULAN DAN SARAN<br />

Dari hasil pembahasan diatas dapat<br />

diambil kesimpulan sebagai berikut :<br />

1. Sikap ilmiah sains biologi siswa<br />

mengalami peningkatan yaitu ratarata<br />

sikap ilmiah pada siklus I<br />

sebesar 65% (kategori cukup)<br />

meningkat pada siklus II dengan<br />

rata-rata sikap ilmiah sebasar 80%<br />

(kategori baik).<br />

2. Rata-rata sikap ilmiah sains biologi<br />

siswa dengan mengunakan angket<br />

mengalami peningkatan, sikap<br />

ilmiah siswa sebelum penggunaan<br />

yaitu sebesar 69.67% (kategori<br />

cukup) sedangkan sesudah<br />

penggunaan yaitu sebesar 82.76%<br />

(kategori baik)<br />

Diharapkan guru-guru biologi dapat<br />

menggunakan bahan ajar berbasis CTL ini<br />

atau membuat bahan ajar yang sesuai<br />

dengan kurikulum dan kebutuhan siswa,<br />

55


sehingga bisa dijadikan alternatif media<br />

pembelajaran untuk membantu proses<br />

belajar mengajar sains dengan tujuan<br />

meningkatkan hasil belajar sains siswa.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Bandono. 2009. Pengembangan Bahan<br />

Ajar. http:// bandono.web. id/2010/4/1<br />

Ibrahim, M. 2002. Belajar Secara Efektif.<br />

Puspa swara. Jakarta<br />

Johson, Elaine.B. 2002. Contextual<br />

Teaching & Learning. MLC. Bandung<br />

Nina, K. 2010.Pengembangan Bahan Ajar<br />

IPA Terpadu dengan Tema<br />

Pencemaran Air Sungai untuk Siswa<br />

SMP/MTs Kelas VII. Universitas<br />

Malang. Malang<br />

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan<br />

Teknik Evaluasi Pengajaran. PT<br />

Remaja offiset. Bandung.<br />

Sudijono. 2007. Pengantar Evaluasi<br />

Pendidikan. Depdikbud. Jakarta.<br />

Bandung.<br />

Syah,M. 2007. Profesionalisasi Guru dan<br />

Implementasi KTSP. GP Press. Jakarta.<br />

Yuhera. Y.S. Pengembangan Modul<br />

pembelajaran biologi bagi siswa SMP<br />

kelas VII Materi Pokok organisasi<br />

kehidupan. Jurnal pendidikan IPA.<br />

Wati, I. 2009.Pengembangan Bahan Ajar<br />

Materi Struktur dan Fungsi Jaringan<br />

Tumbuhan dengan Pendekatan Jelajah<br />

Alam Sekitar (JAS). Jurnal Pendidikan<br />

IPA 1.<br />

56


PANDUAN UNTUK PENULIS<br />

Tujuan dan Ruang Lingkup<br />

Jurnal Pendidikan adalah suatu jurnal monodisipliner berskala nasional yang<br />

mencakup berbagai pokok persoalan dalam kajian ilmu pendidikan. Secara khusus jurnal<br />

pendidikan menaruh perhatian pada pokok-pokok persoalan tentang perkembangan ilmu<br />

pendidikan dan keguruan serta pembangunan bidang pendidikan dan keguruan. Tujuan dari<br />

jurnal pendidikan ini adalah menyebarluaskan pemikiran-pemikiran konseptual maupun<br />

hasil-hasil penelitian yang telah dicapai dalam bidang Pendidikan.<br />

Penyerahan Naskah<br />

Penulisan menyerahkan 3 (tiga) ekslemplar naskah disertai dengan file elektronik<br />

dalam disket atau compact dist kepada: Redaksi Jurnal Pendidikan, Lembaga Penelitian<br />

Universitas Riau Kampus Binawidya Simpang Panam Pekanbaru Telp. (0761)567093 Fax<br />

(0761) 63279 Email: ur_jurnal_pendidikan@yahoo.com atau riodirgantoro@yahoo.com,<br />

disertai dengan surat pernyataan bahwa naskah belum pernah diterbitkan dan tidak sedang<br />

dalam proses penerbitan pada jurnal lain. Setelah melewati proses review yang dilakukan<br />

oleh 2 penelaah, penulis diharuskan menyerahkan 1 (satu) eksemplar naskah yang telah<br />

direvisi oleh penulis (naskah akhir), disertai file elektronik dalam disket atau campact disc.<br />

Format Naskah<br />

Artikel yang dimuat dalam jurnal ini dapat berupa kajian konseptual dan atau hasilhasil<br />

penelitian pada disiplin ilmu pendidikan. Secara umum, sistematika artikel terdiri atas<br />

pendahuluan /introduksi yang menguraikan latar belakang dan permasalahan yang dikaji<br />

yang ditunjang oleh referensi yang relevan, metode, hasil, dan pembahasan, dan<br />

simpulan/rekomendasi. Pada kajian yang bersifat konseptual, bagian metodologi dapat<br />

ditiadakan bila dianggap tidak perlu.<br />

Naskah ditulis pada kertas berukuran A4 , dengan panjang tulisan maksimal 20<br />

halaman berspasi ganda, termasuk daftar pustaka, tabel, dan lampiran. Setiap halaman<br />

memiliki batas kiri-kanan dan atas-bawah 3 cm. Naskah ditulis dengan menggunakan bahasa<br />

Indonesia yang baik dan benar. Naskah juga dapat ditulis dalam bahasa Inggris.<br />

Naskah dimulai dengan halaman pertama yang memuat:<br />

- Judul singkat ( running head). Penulis diminta untuk membuat judul singkat.<br />

- Judul lengkap (dalam bahasa Indonesia dan Inggris)<br />

- Nama penulis, afiliasi dan alamat korespondensi (mis.E-mail)<br />

Abstrak<br />

- Abstrak dalam bahasa Indonesia, tidak lebih dari 250 kata. Absrak mencakup<br />

permasalahan , metode , dan temuan serta kesimpulan<br />

- Abstrak dalam bahasa Iinggris, tidak lebih dari 200 kata.<br />

Kata Kunci<br />

- Tuliskan maksimal 5 kata-kata kunci (key words)<br />

57


Gambar dan Tabel<br />

- Untuk kepentingan penyuntingan, gambar dan tabel disertakan secara terpisah dari<br />

badan karangan (tidak dimasukan ke dalam teks). Dalam hal ini, penulis menunjukkan<br />

di mana gambar dan atau tabel harus diletakkan pada badan karangan.<br />

- Gambar yang akan ditampilkan dalam jurnal adalah gambar hitam-putih. Bila<br />

menginginkan, penulis dapat menyertakan gamabar berwarna, namun penulis akan<br />

dikenai biaya percetakan gambar berwarna tersebut.<br />

- Gambar dalam bentuk file elektronik, diharapkan ditulis di dalam MS Power Point<br />

atau dengan format.JPG<br />

- Gambar dan tabel diberi nomor sebagai berikut : Gambar 1, Gambar 2 dan seterusnya.<br />

Tabel 1, Tabel 2, dan seterusnya.<br />

- Gambar dan Tabel yang substansinya sama, ditampilkan salah satu.<br />

- Tabel berbentuk pivot table.<br />

Penulisan sub judul (heading) pada setiap bagian<br />

- Subjudul tingkat pertama semuanya dicetak tebal ditulis dengan huruf kapital,<br />

misalnya: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI METODE<br />

SIMULASI.<br />

- Subjudul tingkat kedua, semuanya dicetak tebal dan ditulis dengan huruf kecil,<br />

kecuali huruf pertama dari setiap kata, misalnya: Faktor-faktor yang<br />

Mempengaruhi Hasil Belajar<br />

- Subjudul tingkat ketiga, semuanya ditulis dengan huruf miring dan huruf kecil kecuali<br />

huruf pertama dari setiap kata, misalnya: Faktor Tingkat Kecerdasan Siswa<br />

Ucapan Terimakasih<br />

- Penulis dapat menuliskan ucapan terimakasih kepada individu, lembaga pemberi dana<br />

penelitian dan sebagainya. Ucapan terimakasih ditulis sebelum Daftar Pustaka.<br />

Daftar Pustaka<br />

Kepustakaan yang dicantumkan dalam daftar pustaka hanya kepustakaan yang dikutip<br />

atau yang dijadikan rujukan dan ditulis dalam teks. Penulisan rujukan dalam badan karangan<br />

dilakukan sebagai berikut:<br />

- Apabila terdiri dari satu orang penulis, ditulis sebagai berikut: McNeely (2010) atau<br />

(McNeely, 2010).<br />

- Apabial terdiri dari 2 orang penulis, ditulis sebagai berikut: McNeely & McCurdy<br />

(2010) atau ( McNeely & McCurdy, 2010).<br />

- Apabila terdiri dari tiga orang penulis atau lebih, ditulis sebagai berikut: McNeely et<br />

all. (2010) atau (McNeely et all, 2010). Kata/ istilah et al., hanya digunakan untuk<br />

referensi berbahasa asing. Untuk referensi berbahasa Indonesia digunakan istilah dkk.,<br />

misalnya Suparman, dkk. (2010).<br />

Penusisan daftar pustaka dilakukan sebagai berikut:<br />

Sumber Buku:<br />

- Strahler, A.N. (1957). Physical geography. New York: Wiley.<br />

- Farrington, J., Turton, C., & James, A.J. (Eds.). (1999). Participatory wareshed<br />

development: Challenges for the twenty–first century. New Delhi: Oxford University<br />

Press.<br />

58


- Shaxson, T. F. (2000). People’s invovement in watershed management: Lessons from<br />

working among resource-poor farmers. In R.Lal (Ed.), Intergated watershed<br />

management in the global ecosystem (pp.345 – 363). Boca Raton, FL :CRC Press.<br />

- Van Noordwijk, M., van Roode, M., McCallie, E.L., & Lusiana, B.(1998). Erosion<br />

and sedimentation as multiscale, fractal processes: Implications for models,<br />

eksperiments and the real world. In F.W.T. Penning de Vries, F. Agus , & J. Kerr<br />

(Eds.), Soil erosion at multiple scales (pp. 223–253). New York: CAB International.<br />

Sumber Jurnal:<br />

- Tomich, T.P., Fagi, A. M., de Foresta, H. Michon, G., Michon, G., Murdiyarso, D.,<br />

Stolle, F., & Van Nooordwijk, M. (1988). Indonesia’s fires:smoke as a problem,<br />

smoke as a symptom. Agroforestry Today, 10(1), 4-7.<br />

Sumber Prosiding Seminar:<br />

- Fay, C., de Foresta, H, & Sirait, M. (1998). Progress towards recognizing the rights<br />

and management potensials of local communities in Indonesian state-defined forest<br />

area. Peper presented at the workshop of participatory natural resource management<br />

in developing countries, Mansfield College, Oxford, April 6-7.<br />

Sumber Internet<br />

- Knox McCulloch, A., Meinzen-Dick, R., & Hazell, P. (1998). Property rights,<br />

collective action and technologies for natural resource management: A conceptual<br />

framework. CAPRi Working Paper No. 1. Washington DC, USA: International Food<br />

Policy Research Institute. http://www. Capri.cgiar.org/pdf/capriwp01.pdf.<br />

Sumber Disertasi/Thesis:<br />

- Zandbergen, P. (1998). Urban watershed assesment: Linking watershed healt indicator<br />

to mangement. Ph.D. Thesis. Resource Management and Environmetal Studies,<br />

University of British Columbia, Vancaouver.<br />

Satuan, singkatan, nomenklatur, dan lambing:<br />

- Satuan dan singkatan menggunakan sistem SI ( System International)<br />

- Nomenklatur nama ilmiah tumbuhan dan hewan ditulis lengkap dengan nama authornya.<br />

Nama ilmiah sesuai dengan aturan nomenklatur harus digunakan nama<br />

penulisnya yang pertama kali, selanjutnya dapat disingkat sesuai dengan aturan yang<br />

berlaku dan atau menggunakan nama daerah.<br />

- Penggunaan lambang ditulis sebagai berikut: contoh, lambang alpha ditulis dengan <br />

bukan dengan huruf a.<br />

59

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!