10.02.2015 Views

10 Penghargaan yang diterima Pemerintah Kota Bandung, SWARA ...

10 Penghargaan yang diterima Pemerintah Kota Bandung, SWARA ...

10 Penghargaan yang diterima Pemerintah Kota Bandung, SWARA ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

EDISI 4 / 2009<br />

LINTAS KOTA<br />

wilayah <strong>yang</strong> terbentang antara Gunung<br />

Tangkuban Perahu hingga Soreang (50 KM.) ,<br />

dan antara Padalarang hingga Cicalengka (30<br />

km.) , karena wilayah ini bekas "Danau <strong>Bandung</strong>"<br />

dan arealnya sangat luas atau besar.<br />

Menurut naskah Sejarah <strong>Bandung</strong>, semula<br />

daerah <strong>Bandung</strong> (setelah dibeberapa tempat<br />

terdapat pemukiman/kehidupan manusia)<br />

merupakan daerah kerajaan Timbanganten, sebuah<br />

kerajaan kecil <strong>yang</strong> berada dibawah Hegemoni<br />

kerajaan Pajajaran sekitar tahun 1.450 M.<br />

Kerajaan Timbanganten dengan pusat pemerintahan<br />

(Ibu <strong>Kota</strong>) Tegal Luar (Tegal Mantri) diperintah<br />

oleh Ujang Euken alias Ujang Talaga <strong>yang</strong><br />

kemudian dikenal dengan gelar Prabu Pandan<br />

Ukur. Nama daerahnya pun kemudian disebut<br />

Bumi Ukur atau Tatar Ukur.<br />

Prabu Pandan Ukur kemudian diganti oleh<br />

putranya bernama Dipati Agung dan Ibu kota<br />

kerajaan dipindahkan ke Bayabang, sebuah<br />

tempat ditepi Sungai Citarum. Kedudukan Dipati<br />

Agung sebagai raja selanjutnya digantikan<br />

oleh menantunya, Raden Wangsanata <strong>yang</strong><br />

lebih dikenal dengan nama Dipati Ukur.<br />

Di bawah pemerintahan Dipati Ukur, wilayah<br />

Tata Ukur sangat luas karena mencakup daerah<br />

Karawang, Pamanukan dan Ciasem (de la<br />

faille, l895 : 18-20ff, cf. De Haan, lll, 1912 : 53 ).<br />

Sementara itu, Kerajaan Pajajaran runtuh<br />

(1579/1580) dan tak lama kemudian muncul<br />

kerajaan Sumedang Larang di daerah <strong>Kota</strong><br />

Sumedang sekarang dengan raja pertama Prabu<br />

Geusan Ulun (l580 s/d 1608). Kerajaan dengan<br />

Ibu <strong>Kota</strong> Kutamaya ini wilayahnya mencakup<br />

sebagian besar Tatar Ukur. Ketika pemerintahan<br />

dipegang oleh Rd. Aria Suryadiwangsa<br />

(l608 s/d l620), anak tiri Geusan Ulun, kerajaan<br />

dan wilayah Sumedang larang , termasuk Tatar<br />

Ukur, jatuh ke bawah kekuasaan Sultan Agung<br />

Raja Mataram (1613 s/d 1645) sejak tahun<br />

1620. Sejak itu daerah itu dinamai Priangan<br />

dan status Sumedang Larang berubah dari kerajaan<br />

menjadi kabupaten (Kabupaten Vassal<br />

Mataram), diperintah oleh Raden Aria Suriadiwangsa<br />

sebagai Bupati, merangkap Bupati<br />

Wedana (Bupati Kepala) daerah priangan (1620<br />

-1624), dengan gelar Pangeran Rangga Gempol<br />

Kusumadinata <strong>yang</strong> dikenal sebutan Rangga<br />

Gempol I (Widjadjakusuma, 1961 :23 dan Kem,<br />

1898 :12).<br />

16

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!