18. Bi Lek Hud (Mi Le Fo) 彌勒佛 - Klenteng Po An Thian on the Web

<strong>18.</strong> <strong>Bi</strong> <strong><strong>Le</strong>k</strong> <strong>Hud</strong> (<strong>Mi</strong> <strong>Le</strong> <strong>Fo</strong>) 彌 勒 佛
Kata <strong>Bi</strong> <strong><strong>Le</strong>k</strong> <strong>Hud</strong> atau <strong>Mi</strong> <strong>Le</strong> <strong>Fo</strong> berasal dari bahasa Sansekerta :
Buddha Maitreya, yang artinya ‘BuddhaYang memiliki Cinta Kasih
Luhur’.
Cerita :
Sesungguhnya kedudukan Maitreya sekarang ini masih termasuk
dalam tingkatan Bodhisatva, sehingga disebut juga <strong>Bi</strong> <strong><strong>Le</strong>k</strong> <strong>Po</strong> Sat/ <strong>Mi</strong>
<strong>Le</strong> Pu Sa. Namun karena Maitreya dipercayai sebagai Buddha pada
masa yang akan datang, maka banyak orang menyebutnya sebagai
Buddha Maitreya atau <strong>Bi</strong> <strong><strong>Le</strong>k</strong> <strong>Hud</strong>.
Orang Tionghoa memuja <strong>Bi</strong> <strong><strong>Le</strong>k</strong> <strong>Hud</strong> untuk memperoleh kebahagiaan
dan rejeki, oleh sebab itu <strong>Bi</strong> <strong><strong>Le</strong>k</strong> <strong>Hud</strong> sering digambarkan sebagai
seorang bhikshu gendut yang sedang tertawa. Gambaran ini
dipengaruhi oleh cerita pada masa akhir dinasti Tang (sekitar tahun
900), dimana pada waktu itu ada seorang bhikshu yang hidup di
propinsi Zhe Jiang, yang bernama Bu Dai.
Bu Dai adalah seorang bhikshu yang berilmu
tinggi. Tubuhnya gendut dan wajahnya bundar
jenaka. <strong>Bi</strong>la ia bepergian, ia sering membawa
kantong kain yang besar. Ia juga sering menolong
penduduk dan sering meramal, namun karena
wataknya yang aneh, orang sering tidak bisa
menduga maksudnya. Raut mukanya selalu
tersenyum atau tertawa, seolah tidak pernah
merasakan kesusahan. Penduduk disekitar ia
tinggal sering mengamati tingkah lakunya untuk
meramalkan cuaca. <strong>Bi</strong>la ia berjalan terburu-buru
dengan memakai sandal, berarti hari akan hujan.
<strong>Bi</strong>la ia berjalan dengan santai dan memakai sepatu
bhikshu, berarti hari akan cerah.
Suatu malam ia meninggal dengan posisi bersemedi disebuah klenteng
tua. Di depannya terdapat serangkum syair yang ditulisnya sebelum ia
meninggal. Syair itu berbunyi : ‘Maitreya adalah Maitreya.
Sesungguhnya, ia dapat menjelma menjadi apa saja dihadapan
makhluk hidup yang tidak dapat mengenalinya’.
93
| http:// poanthian.blogspot.com

Karena syair di atas itulah maka orang-orang kemudian mempercayai
bahwa Bu Dai sesungguhnya adalah penjelmaan dari Maitreya.
Profil :
Sesuai dengan legenda Bu Dai, maka <strong>Bi</strong> <strong><strong>Le</strong>k</strong> <strong>Hud</strong> biasanya
ditampilkan sebagai seorang bhikshu yang gendut, bermuka bundar
jenaka dan sedang tertawa lebar. Perutnya yang buncit terlihat terbuka
sampai ke pusarnya..
Umumnya ditampilkan dalam posisi duduk setengah bersandar, dengan
satu kaki terlipat sila dan satu kaki terlipat ke atas, serta sebuah
kantong kain terletak disampingnya. Namun ada juga yang
menampilkannya dengan posisi berdiri, dengan satu tangan memegang
buntalan yang dipanggulnya dan satu tangan memegang tongkat atau
memegang sebuah uang emas kuno atau sebuah tasbih. Ada juga yang
menampilkannya bersama-sama dengan 5 orang anak kecil yang
seolah-olah sedang bermain dengannya.
Hari perayaan :
Di klenteng <strong>Po</strong> <strong>An</strong> <strong>Thian</strong>, perayaan Shejid <strong>Bi</strong> <strong><strong>Le</strong>k</strong> <strong>Hud</strong> jatuh pada
tanggal 1 bulan 1 Imlek, bertepatan dengan perayaan Tahun Baru
Imlek.
94
| http:// poanthian.blogspot.com