13.03.2015 Views

Edisi 3 - Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Selatan

Edisi 3 - Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Selatan

Edisi 3 - Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Selatan

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

DAKWAH DI PEDESAAN<br />

Disusun Oleh :<br />

AHMADI, S.Sos.I<br />

Penyuluh Agama Islam (PAI) Fungsional<br />

Kabupaten Tanah Laut<br />

<strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong><br />

PENDAHULUAN<br />

Dakwah merupakan hal terpenting dalam ajaran agama, karena dengn<br />

berdakwah ajaran agama dapat dilestarikan dan tidak akan hilang. Karena<br />

pentingnya dakwah bagi keberlangsungan ajaran agama maka hal ini menjadi<br />

perhatian penting untuk bisa mengetahui tata cara dakwah yang efektif<br />

sehingga dakwah bisa diterima di seluruh lapisan masyarakat.<br />

PEMBAHASAN<br />

A. PERINTAH DAKWAH<br />

Perintah dakwah dari Allah kepada Nabi Muhammad saw<br />

yang pesan universalnya juga merupakan perintah bagi seluruh umat<br />

Islam, dengan pesan khusus untuk meneladani sikap dan perilaku Nabi<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 1


Muhammad saw ternyata sedemikian menarik untuk dikaji hingga saat<br />

ini. Perintah itu antara lain terdapat dalam QS An-Nahl, 16: 125,<br />

<br />

<br />

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan<br />

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang<br />

baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui<br />

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang<br />

lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.<br />

Ayat di atas menerangkan tiga metode (tharîqah) dakwah, yakni<br />

cara pengemban dakwah menyerukan Islam kepada manusia. Ada cara<br />

yang berbeda untuk sasaran dakwah yang berbeda.<br />

Pertama, dengan hikmah, maksudnya dengan dalil atau hujjah yang<br />

jelas sehingga menampakkan kebenaran dan menghilangkan kesamaran.<br />

Hikmah juga berarti perkataan yang tegas dan benar yang dapat<br />

membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Cara ini tertuju kepada<br />

mereka yang ingin mengetahui hakikat kebenaran yang sesungguhnya,<br />

yakni mereka yang memiliki kemampuan berpikir yang tinggi atau<br />

sempurna; seperti para ulama, pemikir, dan cendekiawan.<br />

Kedua, dengan mau’izhah hasanah, yaitu peringatan yang baik yang dapat<br />

menyentuh akal dan hati (perasaan). Misalnya, dengan menyampaikan<br />

atau memberi dorongan / pujian dan memberi peringatan/celaan/ancaman<br />

ketika menyampaikan hujjah. Cara ini tertuju kepada masyarakat secara<br />

umum. Mereka adalah orang-orang yang taraf berpikirnya di bawah<br />

golongan yang diseru dengan hikmah, namun masih dapat berpikir dengan<br />

baik dan mempunyai fitrah dan kecenderungan yang lurus.<br />

Ketiga, dengan jadal (jidâl/mujâdalah) billati hiya ahsan, yaitu debat<br />

yang paling baik. Dari segi cara penyampaian, perdebatan itu disampaikan<br />

dengan cara yang lunak dan lembut, bukan cara yang keras dan kasar. Dari<br />

segi topik, semata terfokus pada usaha mengungkap kebenaran, bukan<br />

2 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


untuk mengalahkan lawan debat semata atau menyerang pribadinya. Dari<br />

segi argumentasi, dijalankan dengan cara menghancurkan kebatilan dan<br />

membangun kebenaran. Cara ini tertuju kepada orang yang cenderung<br />

suka berdebat dan membantah, yang sudah tidak dapat lagi diseru dengan<br />

jalan hikmah dan mau‘izhah hasanah.<br />

Bagian akhir ayat memberikan arti, bahwa jika kita telah menyeru<br />

manusia dengan tiga cara tersebut, maka urusan selanjutnya terserah<br />

Allah. Memberikan hidayah bukan kuasa manusia, melainkan kuasa<br />

Allah semata. Kita hanya berkewajiban menyampaikan; Allahlah yang<br />

akan memberikan petunjuk serta memberikan balasan, baik kepada yang<br />

mendapat hidayah maupun yang tersesat.<br />

Dakwah yang efektif yaitu dakwah yang berhasil dari segi<br />

pendakwahnya, materi dakwahnya dan para pemdengar dakwah itu<br />

sendiri. Ketiga komponen tersebut harus selalu berkaitan agar inti dari<br />

dakwah tersebut dapat disampaikan secara jelas dan tepat serta tidak<br />

mengandung kesalahpahaman antara penda’i, mad’u dan isi dakwah itu<br />

sendiri.<br />

B. KONDISI MASYARAKAT DI PEDESAAN<br />

Desa, kampung atau dusun merupakan area pemukiman yang biasa<br />

terletak di daerah dataran tinggi dan jauh dari keramaian kota, dengan<br />

mata pencaharian yang relatif sama antar warganya seperti bertani,<br />

nelayan dan berternak (lebih mengutamanakn potensi alam), dan sangat<br />

bersifat toleran dalam arti sagat mementingkan aspek kebersamaan dan<br />

kekeluargaan antar sesama warga di desanya. Dibawah ini merupakan<br />

beberapa ciri-ciri masyarakat pedesaan yang akan berkaitan erat dengan<br />

penggunaan metode dakwah yang efektif di pedesaan.<br />

Ciri-ciri masyarakat pedesaan:<br />

1. Letaknya relatif jauh dari kota dan bersifat rural.<br />

2. Lingkungan alam masih besar peranan dan pengaruhnya terhadap<br />

kehidupan masyarakat pedesaan<br />

3. Mata pencaharian bercorak agraris dan relatif homogen (bertani,<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 3


eternak, nelayan, dll)<br />

4. Corak kehidupan sosialnya bersifat gemainschaft (paguyuban dan<br />

memiliki community sentiment yang kuat)<br />

5. Keadaan penduduk (asal-usul), tingkat ekonomi, pendidikan dan<br />

kebudayaannya relatif homogen.<br />

6. Interaksi sosial antar warga desa lebih intim dan langgeng serta<br />

bersifat familistik<br />

7. Memiliki keterikatan yang kuat terhadap tanah kelahirannya dan<br />

tradisi-tradisi warisan leluhurnya<br />

8. Masyarakat desa sangat menjunjung tinggi prinsip-prinsip<br />

kebersamaan / gotong royong kekeluargaan, solidaritas, musyawarah,<br />

kerukunan dan kterlibatan sosial.<br />

9. Jumlah warganya relatif kecil dengan penguasaan IPTEK relatif<br />

rendah, sehingga produksi barang dan jasa relatif juga rendah<br />

10. Pembagian kerja dan spesialisasi belum banyak dikenal, sehingga<br />

deferensiasi sosial masih sedikit<br />

11. Kehidupan sosial budayanya bersifat statis, dan monoton dengan<br />

tingkat perkembangan yang lamban.<br />

12. Masyarakatnya kurang terbuka, kurang kritis, pasrah terhadap nasib,<br />

dan sulit menerima unsur-unsur baru<br />

13. Memiliki sistem nilai budaya (aturan moral) yang mengikat dan<br />

dipedomi warganya dalam melakukan interaksi sosial. Aturan itu<br />

umumnya tidak tertulis<br />

14. Penduduk desa bersifat konservatif, tetapi sangat loyal kepada<br />

pemimpinnya dan menjunjung tinggi tata nilai dan norma-norma ang<br />

berlaku.<br />

Ada beberapa karateristik masyarakat desa yang perlu dipahami,<br />

antara lain yaitu<br />

1. Umumnya mereka curiga terhadap orang luar yang masuk<br />

2. Para orang tua umumya otoriter terhadap anak-anaknya<br />

3. Cara berfkir dan sikapnya konservatif dan statis<br />

4. Mereka amat toleran terhadap nilai-nlai budayanya sendiri, sehingga<br />

kurang toleran terhadap budaya lain<br />

5. Adanya sikap pasrah menerima nasib dan kurang kompetitif<br />

4 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


6. Memiliki sikap kurang komunikatif dengan kelompok sosial<br />

diatasnya.<br />

Seluruh ciri atau karakteristik masyarakat pedesaan di atas sangat<br />

berpengaruh terhadap konsep berdakwah di pedesaan. Bagaimana seorang<br />

da’i dapat menyesuaikan metode dakwahnya dengan keadaan masyarakata<br />

pedesaan yang cenderung menerima sikap pasrah dan kurang komunikatif<br />

dengan golongan diatasya (orang kaya).<br />

Sebagai contoh yaitu desa Sambangan adalah salah satu dari 14<br />

desa yang ada di Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah yang memiliki<br />

karakter sendiri, seperti :<br />

1. Akses jalan yang satu arah.<br />

2. Sarana jalan kurang baik.<br />

3. Transportasi umum sangat terbatas (hanya hari tertentu).<br />

4. Jauh dari pusat kecamatan ± 10 km.<br />

5. Sarana pendidikan formal yang ada hanya SD.<br />

6. Sarana pendidikan non formal Diniyah, TKA-TPA, Majelis Ta’lim<br />

7. Obyek wisata religi “Makam Datu Insan”.<br />

8. Jumlah Penduduk 1.126 jiwa agama 100% Muslim.<br />

9. Masjid 2 buah Nurul Aman dan Raudhatul Muttaqin,<br />

10. Majelis Ta’lim 1 buah, Raudhatul Muttaqin,<br />

11. Group Maulid Habsyi 4 buah, Ar Raudah, Ar Rahmah, An Nisa, Al<br />

Aman,<br />

12. Taman Pendidikan Al Qur’an 1 buah, Al Ikhlas.<br />

13. Mata Pencaharian masyarakat :<br />

a. Petani / kebun<br />

b. Buruh Pabrik<br />

c. Buruh Bangunan<br />

d. Buruh Lepas<br />

e. Guru Agama<br />

f. Swasta<br />

g. Wira Swasta<br />

h. PNS<br />

i. ABRI/POLRI<br />

14. Geografis : Gunungan, Dataran Tinggi, Sungai.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 5


15. Sarana Air Bersih dgn Sumur gali/bor.<br />

16. Sarana litrsik PLN.<br />

C. KARAKTER DAKWAH DI PEDESAAN<br />

Setelah melihat ciri-ciri keadaan kemasyarakatan di pedesaan, ada<br />

beberapa karakteristik dakwah di daerah pedesaan antara lain yaitu :<br />

1. Metode dakwah yang biasa dilakukan di pedesaan biasanya secara<br />

langsung misalnya dengan pengajian, ceramah, tabliq akbar dan face<br />

to face, hal ini disebabkan karena waktu dan rutinitas yang dilakukan<br />

orang pedesaan relative masih rendah atau masih banyak waktu<br />

kosong serta sikap individualismenya masih rendah. Dan menjadikan<br />

masjid atau musholah sebagai tempat utama dalam berdakwah serta<br />

pesantren sebagai tempat utama untuk pendidikan anaknya.<br />

2. Dari aspek penda’i biasanya cenderung lebih bersifat otoriter dalam<br />

hal penyampaian materi dakwahnya, hal ini karena sifat mad’u nya<br />

yang pasif dan mudah menerima bukan kritikal sehingga dengan sikap<br />

otoriter membuat mad’u mudah menerima apa saja yang disampaikan<br />

oleh da’i.<br />

3. Materi dakwah di pedesaan biasanya lebih bersifat ubudiyah, contohnya<br />

seperti: ibadah, fikih, akhlak dan muamalah. Masyarakat pedesaan<br />

tidak begitu suka dengan materi dakwah yang disangkutpautkan<br />

dengan ilmu pengetahuan, teknologi ataupun politik negara.<br />

4. Citra da’i menjadi hal yang sangat penting dalam menyampaikan<br />

dakwah di pedesaan dibandingkan dengan isi dakwah itu sendiri<br />

karena sifat masyarakat desa yang sangat menghargai orang-orang<br />

yang berilmu dan jiwa sosialitasnya yang tinggi.<br />

5. Masyarakat di pedesaan lebih menyukai dakwah yang sesuai dengan<br />

tradisi mereka yang telah ada, artinnya tidak mudah unutk menerima<br />

pemahaman baru yang berbeda dengan pemahaman Islam yang telah<br />

ada di desa tersebut<br />

6 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


D. PENUTUP<br />

Berdakwah yang merupakan hal terpenting dalam menjalankan<br />

ajaran agama haruslah berjalan seefektif mungkin. Untuk melihat<br />

efektivitas berdakwah, pendakwah selayaknya mengetahui segala<br />

aspek yang mendukung berjalanya dakwah yang efektif terutama dalam<br />

aspek keadaan sosial kemasyarakatan. Karena seperti keadaan sosial di<br />

perkotaan sangat berbeda dengan keadaan sosial di masyarakat pedesaan<br />

yang menjadikan metode, materi dan sifat pendakwah pun harus berbeda<br />

menyesuaikan kondisi masyarakat yang ada.<br />

Untuk dakwah di pedesaan dilihat dari aspek ciri-ciri masyarakat,<br />

keadaan sosial masyarakatnya dapat disimpulakan bahwa dakwah di<br />

daerah pedesaan yang efektif haruslah: menggunakan metode intrapersonal<br />

(langsung) dalam meyampaikan dakwahnya, materi dakwah harus bersifat<br />

agamis seperti masalah ibadah, fikih dan akhlak, mengutamankan citra<br />

da’i, da’i harus bersifat otoriter namun tetap mempunyai jiwa sosial yang<br />

tinggi dan dakwah harus bersifat informatif persuasif bukan yang hanya<br />

bersifat informatif saja sehingga aspek ilmu dan perbuatannya bisa dapat<br />

dilakukan oleh masyarakat desa.<br />

Sehingga siapapun da’inya yang diharapkan oleh masyarakat<br />

pedesaan ialah teladan panutan yang nyata dan dakwah disampaikan<br />

dengan sejuk, santun, menyentuh batin dalam rangka menuju kepada<br />

kehidupan yang damai dan tentran, bahagia di dunia dan akhirat.<br />

Demikian makalah yang dapat saya simpulkan, semoga dapat<br />

menambah keilmuan kita semua. Dan semoga menjadi bahan diskusi<br />

yang lebih mendalam, jika ada kesalahan konsep serta pemahaman yang<br />

telah saya paparkan di makalah ini, mohon kiranya untuk diperbaiki..<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 7


REFERENSI<br />

Rasyidah dan kawan-kawan. Ilmu Dakwah. Diandra Primamitra Media. 2009.<br />

Mubarok Achmad, Psikologi Dakwah, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1999.<br />

http://scooteris.multiply.com/journal/ciri-ciri masyarakat desa/<br />

http://Wikipedia.com/desa dan fungsinya/<br />

http://jurnalstidnatsir.co.cc/pendidikan-berbasis-pesantren-membentuk<br />

masyarakat desa.html<br />

BIODATA<br />

• Nama<br />

: AHMADI, S.Sos.I<br />

• NIP : 19790505 200910 1 002<br />

• Tempat Tgl Lahir : Murung Panti Hilir, 05 Mei 1979<br />

• Jabatan<br />

: Penyuluh Agama Ahli Pertama<br />

• No. KEP<br />

: 1189/KEP/KR.VIII/PEG/2011<br />

• Pangkat / Golongan : Penata Muda, / III.a<br />

• Jenis Binaan : Kelompok Pedesaan<br />

• Instansi<br />

: Seksi Penamas Kantor <strong>Kemenag</strong> Tala<br />

• HP : 081348236232<br />

• e-mail<br />

: ahmadbungas@gmail.com<br />

8 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Dakwah Tauhid<br />

Solusi Problematika Umat Islam<br />

Oleh<br />

H. Asfiani Norhasani, Lc.<br />

(PAI Teladan Kota Banjarmasin Tahun 2012)<br />

A. Pendahuluan<br />

Muncul kejenuhan dalam benak umat terkait terus berlarutnya<br />

berbagai persoalan. Korupsi merajalela di tengah kemiskinan dan<br />

kebodohan, tingkat pengangguran yang tinggi mendorong tumbuhnya<br />

kriminalitas, rentannya akidah umat dimasuki berbagai pemahaman sesat,<br />

adalah sebagian kecil persoalan keumatan yang sangat menjenuhkan.<br />

Merebaknya aliran sesat keagamaan di berbagai daerah menjadi<br />

isu penting yang harus mendapat perhatian dari umat Islam. Aliran<br />

yang mengajarkan dasar akidah dan keyakinan yang berbeda dengan<br />

paham Ahlis Sunnah wal Jamaah dan aliran sempalan yang mengajak<br />

untuk meninggalkan shalat dan puasa dengan jaminan masuk surga dari<br />

pemipinnya dan pengkultusan sang pemimpin sebagai juru penyelamat<br />

dan kewajiban pengikut untuk taat tanpa batas kepadanya. Walaupun<br />

ulama tidak tinggal diam untuk memberantasnya, namun dari masa ke<br />

masa selalu muncul di pedesaan dan kadang di perkotaan.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 9


Gerakan pendangkalan akidah umat Islam dengan meragukan umat<br />

terhadap Al-Qur`an dan Sunnah yang dikemas dengan kemasan ilmiyah<br />

dan ajakan untuk berpikir bebas (liberal) dan meninggalkan Tradisi Ilmu<br />

Ulama Terdahulu (Ulama As-Salafus Shalih) yang menyebar melalui<br />

jaringan di berbagai perguruan tinggi Agama menjadi problem yang<br />

mengusik para akademisi muslim yang memiliki ghirah terhadap agama<br />

Islam dan mengharuskan mereka untuk segera mengkanter gerakan ini.<br />

Peristiwa pemboman dan melayangnya jiwa yang tidak bersalah<br />

dengan alasan perang suci di Solo, Poso, dll, akhir-akhir ini menambah<br />

persoalan baru bagi umat, karena palakunya mengaku sebagai Muslim<br />

taat yang menjalankan misi suci jihad melawan kekafiran dan kezaliman.<br />

Inilah di antara permasalahan dan problem umat Islam yang memerlukan<br />

solusi yang tepat, agar umat Islam terbebaskan dari segala permasalah<br />

krosial.<br />

B. Problematika Umat<br />

Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat merupakan<br />

dampak dari adanya perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan ini.<br />

Berbagai kemajuan teknologi dan dinamika politik, ekonomi dan budaya<br />

memberikan dampak negatif kepada kehidupan masyarakat. Persoalan<br />

keumatan dapat dikelompokkan dalam tiga hal :<br />

Pertama, krisis identitas, Kedua, krisis solidaritas, Ketiga, krisis<br />

moralitas. Ketiga hal ini tampak jelas pada sikap pemuda generasi penerus<br />

bangsa. Kegemaran meniru budaya asing seperti Korian Staly, Boy band<br />

ala Jepang dll. menunjukkan betapa jauhnya kawula muda kehilangan<br />

identitas. Fakta menunjukkan krisis solidaritas, ketika krisis melanda<br />

bangsa ini, ada sebuah pemandangan yang sangat bertolak belakang, di<br />

mana kemiskinan dan kemegahan saling berhadapan dengan jelas. Ada<br />

yang miskin dengan segudang rona derita di wajahnya, sementara di<br />

hadapannya sosok yang penuh dengan kemegahan. Yang miskin semakin<br />

terpuruk dalam kemiskinannya, sementara yang kaya semakin kokoh<br />

menunjukkan keangkuhanya. Pergaulan bebas, selingkuh pasangan<br />

suami isteri, merebaknya prostisusi dan sikap pragmatis tanpa rasa malu<br />

walaupun melanggar norma agama atau budaya adalah krisis moralitas.<br />

10 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Akankah ada solusi terhadap segala persoalan ini?.<br />

C. Makna Dakwah<br />

Dakwah secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan<br />

menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada<br />

Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syari`at dan akhlak Islam. Kata<br />

“dakwah” adalah masdar dari kata kerja da`a yad`u yang berarti panggilan,<br />

seruan atau ajakan.<br />

Orang yang menyampaikan dakwah disebut “da`i” sedangkan<br />

yang menjadi obyek dakwah disebut “mad`u”. Da`i haruslah memahami<br />

ilmu dakwah dengan baik, agar mad`u (audiens) dapat memahami dan<br />

mengikuti ajaran yang disampaikannya.<br />

Kata dakwah selalu disandingkan dengan Islam sehingga menjadi<br />

ad-Da`wah al-Islamyah yang memiliki maksud bahwa setiap muslim<br />

berkewajiban untuk berdakwah. Tetapi dia terlebih dahulu memahami<br />

aspek hukum dan tata cara yang berkaitan dengan dakwah yang disebut<br />

Ilmu dakwah, sehungga para da`i bukan saja paham tentang kebenaran<br />

Islam akan tetapi mereka juga didukung oleh kemampuan yang baik<br />

dalam menyampaikan Risalah Islam.<br />

Metode dakwah selalu mengalami perubahan dari masa ke<br />

masa. Hal ini dipengaruhi arus perubahan sosial kemasyarakatan yang<br />

juga menuntut terbentuknya formulasi baru dalam metode dakwah.<br />

Meningkatnya mobilitas masyarakat saat ini misalnya, tak lagi bisa<br />

dijangkau dengan dakwah dengan tatap muka. Masyarakat yang tingkat<br />

mobilitasnya tinggi lebih memilih dakwah yang mudah diakses tanpa<br />

mengganggu aktivitas kerjanya. Oleh karena itu metode dakwah yang<br />

banyak dianut oleh masyarakat terbagi tiga metode, yaitu dakwah bil<br />

lisan, bil kitabah dan bil hal.<br />

Berdakwah jika dilihat dari kemampuan da`i terdiri atas dua macam.<br />

Pertama, dakwah bersifat individu (fardiyah), yaitu seorang muslim<br />

melakukan dakwah seorang diri berdasarkan kekuatan, kemampuan dan<br />

ilmunya.<br />

Kedua, dakwah bersifat kelompok (jama`iyyah).<br />

Firman Allah SWT :<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 11


“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada<br />

kebajikan, menyeru kepada yang ma`ruf dan mencegah dari dari yang<br />

munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS.Ali Imran 3:104)<br />

<br />

Dari dua kelompok tadi basis da`i, bisa perorangan, bisa juga<br />

berbasis pada organisasi-organisasi Islam, Pondok Pesantren, Lembagalembaga<br />

dakwah, perguruan Tinggi Islam, yayasan dan lain sebagainya. <br />

<br />

<br />

Di antara akhlak atau sifat-sifat terpenting yang harus dimiliki<br />

seorang da`i adalah jujur, ikhlas, sabar, arif, lembut, kasih sayang, pemaaf,<br />

rendah hati, kemauan yang kuat, disiplin terhadap waktu, konsisten dengan<br />

Islam, perbuatannya sesuai dengan ucapannya, zuhud, wara`, istiqamah,<br />

peka, moderat, merasakan kehadiran Allah SWT, berpegang teguh pada-<br />

Nya dan dalam berdakwah selalu memulai dengan yang dianggap paling<br />

<br />

penting. Alhasil dia berdakwah sebagaimana Rasulullah SAW berdakwah.<br />

Sufyan Ats-Tsauri berkata, “(seorang da`i) tidak mungkin dapat<br />

melakukan amar ma`ruf nahi munkar kecuali mempunyai tiga sifat, yakni<br />

: lembut dalam memerintah dan melarang, adil dalam memerintah dan<br />

melarang serta mengetahui sesuatu yang diperintah dan dilarangnya.”<br />

<br />

Menurut Imam Muhammad Al-Maqdasi, “Sebagian Salaf<br />

berpendapat bahwa (seseorang) tidak dapat melakukan amar ma`ruf nahi<br />

mingkar kecuali dengan cara lembut, sabar dan arif.”<br />

Dalam hal yang sama, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkomentar,<br />

ada tiga sifat yang sangat diperlukan (seorang da`i) : Pertama, berilmu<br />

(mengetahui) sebelum memerintah dan melarang; Kedua, lembut; dan<br />

ketiga, sabar. Ketiga sifat itu saling melangkapi.”<br />

Adapun menurut Ibnu Qayyim, “ada empat cara menyingkirkan<br />

kemungkaaran. Pertama, menghilangkan kemungkaran dan menggantikannya<br />

dengan lawannya (ma`ruf). Kedua, menguranginya, ketiga, menggantikannya<br />

dengan yang lebih buruk. Dua cara pertama disyari`atkan Islam, yang ketiga<br />

perlu ijtihad, sedangkan yang keempat dilarang.”<br />

1<br />

12 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


D. Ajaran Tauhid kunci sukses dakwah Rasulullah SAW<br />

<br />

Sejarah zaman jahiliyah sebelum lahir Rasulullah SAW dan masa<br />

Bi`tsah beliau, meceritakan problematika yang memiliki kemiripan dengan<br />

persoalan yang sedang melanda bangsa kita. Sejarah juga menyebutkan<br />

keberhasilan dan sukses dakwah Rasulullah SAW dalam mengatasi segala<br />

persoalan dalam waktu singkat dalam perhitungan sejarah yaitu 23 (dua<br />

puluh tiga) tahun. Setidaknya terdapat tiga misi yang terkandung dalam<br />

Ajaran Islam yang diajarkan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah<br />

<br />

SWT.<br />

Pertama, meluruskan penyimpangan aqidah dan memperkokoh<br />

keyakinan pada Janji-janji Allah SWT. Bangsa Arab pada waktu itu<br />

mengetahui ajaran Tauhid dan mengakuinya. Hal ini disebut Allah SWT<br />

dalam FirmanNya :<br />

<br />

<br />

Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang<br />

menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?”<br />

tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Maka betapakah mereka (dapat)<br />

dipalingkan (dari jalan yang benar).QS.Al`Ankabut 29:61<br />

Namun ajaran Tauhid tidak murni dan disusupi berbagai syirik. <br />

Terbukti dengan penyembahan barhala yang mereka lakukan sebagai<br />

sebuah ibadah. Mereka menjadikan para berhala itu sebagai tuhan yang<br />

<br />

patut<br />

<br />

disembah.<br />

<br />

Hal<br />

<br />

ini jelas<br />

<br />

bertentangan<br />

<br />

dengan<br />

<br />

ajaran<br />

<br />

tauhid.<br />

<br />

Perbuatan syirik berdampak rusaknya tatanan sosial kemasyarkatan.<br />

mereka bukan saja menyimpangkan keesaan Allah SWT, melaikan juga<br />

menyimpangkan hukum-hukum Allah yang telah disampaikan oleh para<br />

Nabi terdahulu. Pada akhirnya, hukum Tuhan diganti dengan hukum<br />

manusia. Runtuhnya tatanan sosial bangsa Arab pada saat itu sebagian<br />

besar disebabkan oleh penyimpangan akidah dari ajaran tauhid.<br />

Islam datang mengajak kembaki ke jalan yang benar sebagaimana<br />

digariskan dalam ajaran para nabi terdahulu. Ajaran tauhid menjadi fokus<br />

utama dakwah Nabi SAW selama 13 (tiga belas) tahun di fase dakwah<br />

di Mekkah yang kemudian diikuti dengan membangun kesadaran untuk<br />

kembali ke hukum Allah sabagai satu-satunya hukum pada fase dakwah<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 13<br />

1


di Madinah.<br />

Kedua, menyempurnakan moralitas anak manusia. Langkah<br />

pertama yang dilakukan Nabi SAW ketika datang perintah Hijrah adalah<br />

<br />

mempererat persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Ansar sebagai<br />

pondasi <br />

terbentuknya moralitas dan tatanan soasial kemasyarakatan<br />

<br />

yang berkeadilan, damai dan sejahtera. Moralitas adalah prasyarat bagi<br />

terbangunnya kehidupan yang lebih baik dan kepatuhan terhadap hukum<br />

Allah SWT. Terbukti ketika ayat pelarangan menum miras sebagaiman<br />

Firman Allah SWT :<br />

<br />

<br />

<br />

90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,<br />

berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,<br />

adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatanperbuatan<br />

itu agar kamu mendapat keberuntungan.<br />

91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan<br />

permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)<br />

khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat<br />

Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan<br />

pekerjaan itu).Qs.Al-Maidah 5:90-91<br />

1<br />

Diriwayatkan, sabab nuzul ayat ini bahwa miras bagi bangsa Arab<br />

pada masa itu seperti minuman rakyat, mustahil dilarang, namun ketika<br />

ayat ini turun sitiuasinya berbeda sabagaimana diriwayatka Anas bin<br />

Malik ra:<br />

Abu Sulaim (suami Ibu Anas) dan sahabatnya sedang minum ketika<br />

berita turan Ayat larangan minum khamar turun, dia dan sahabtnya<br />

segera menumpahkannya dan meminta agar kendi-kendi yang berisikan<br />

khamar untuk dipecahkan. Pada hari itu jalan-jalan Madinah menjadi<br />

14 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


sungai mengalir kerena banyaknya khamar yang ditumpahkan.<br />

Umil Mu`minin `Aisyah mengomentari peristiwa ini dengan kata:<br />

“Ketaatan ini ksrena Iman mereka telah kokoh setelah digodok Nabi<br />

SAW selama 13 tahun, jika ayat itu turun ketika kaum Muslim masih di<br />

Mekkah, maka tidak akan ditaati.”<br />

Ketiga, menegakkan Hak Asasi Manusia. Nilai-nilai humanisme<br />

menjadi ciri khas dakwah Nabi SAW. Persamaan hak, persaudaraan, dan<br />

perdamaian terus digulirkan di tengah-tengah masyarakat hingga puncak<br />

penegasan pada Hari kesempurnaa Ajaran Agama Islam dideklarasikan<br />

pada khutbah Wada` di Arafah di hadapan seluruh kaum Muslim dan<br />

nabi SAW berpesan untuk disebarkan Ajaran Hak Asasi Manusia dengan<br />

sabdanya: “ hendaklah yang hadir di antara kalian memberitahukan<br />

kepada yang tidak hadir, hendaklah kalian menyampaikan ajaran Islam<br />

ini walaupun satu ayat.” HR. Muslim.<br />

E. Orgensi Dakwah Tauhid<br />

Nilai-nilai keislaman dapat dibagi dalam dua aspek: hubungan<br />

vertikal berupa monoteisme (ketauhidan) dan hubungan horisontal berupa<br />

kesalehan sosial. Secara vertikal, Islam menganut paham tauhid, di mana<br />

Allah SWT sebagai pusatnya. Aqidah harus lurus dan shalih, jauh dari<br />

penyimpangan dan kesesatan, seperti aqidah para sahabat salafus shalih.<br />

Begitu pun dengan warna pemikiran (fikrah) pun akan mencerminkan<br />

wawasan dan cara pandang Islami, selalu merujuk kepada nilai-nilai<br />

Islam. Allah SWT Esa, Dia tempat meminta segala sesuatu, tidak beranak<br />

dan tidak dilahirkan. Tidak ada yang berhak disembah dan taati dengan<br />

buta keculi Dia. Inilah konsep tauhid.<br />

Tauhid tidak berdiri sendiri. Ia harus dijabarkan dalam berbagai<br />

aspek sosial. Dalam ajaran tauhid tanpak ajaran luhur beropa penghormatan<br />

atas hakhak orang lain, saling menyayangi, Menepati janji, kejujuran yang<br />

tulus tanpa ada pamrih dan nilai-nilai luhur lainnya. Dengan demikian,<br />

dimensi horisontal Islam tercermin dalam hubungan yang baik antara<br />

manusia dengan makhluk lainnya, sehingga tercipta tata kehidupan yang<br />

harmonis antara makhluk dunia.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 15


Persoalan keumatan pada masa kini tidak bisa diatasi kecuali<br />

para da`i melakukan reformulasi konsep dakwah dengan memfokuskan<br />

pengokuhan Tauhid sebagai langkah awal. Langkah kedua yang harus<br />

dilakukan para da`i menghindari terperangkap dalam permasalahan<br />

khilafiyah dalam Fikih dan kefanatikan terhadap mazhab atau golongan,<br />

dan ketiga memulai dengan hal yang terlebih penting sebagaimana yang<br />

akan kita jabarkan.<br />

F. Penjabaran Dakwah Tauhid<br />

Dakwah tauhid dengan memberikan pemahaman yang mendalam<br />

dan aplikatif kepada umat tentang Asmaul Husna, sifat Allah yang<br />

Agung dan memfukoskan kepada Ibadah Qalbiyah seperti Taqwa,<br />

Tawakkal, Raghbah dan Rahba dan lain-lain. melalui ceramah agama<br />

yang dipersiapkan dengan tekun, terarah dan mudah dipahami. Selain<br />

penyampaian dengan metode ceramah atau orasi.<br />

Dakwah tauhid juga dilakukan dengan cara praktik untuk<br />

meningkatan kualitas ibadah baik dalam sisi bacaan, gerakan dan<br />

penghayatan khususnya shalat dan baca al-Qur`an melalui Pesantren<br />

kilat yang intesif, terjadwal dan sesuaikan dengan golongan usia tidak<br />

pada anak-anak tapi dewasa pun terlayani dengan penekanan prinsip Al-<br />

Ihsan: bahwa menyembah Allah SWT seakan hamba melihat-Nya, jika<br />

tidak dapat hendak merasakan kehadiran Allah SWT yang sedang melihat<br />

hamba.<br />

Dakwah Tauhid selain dengan metode dakwah bil-lisan dilakukan<br />

dakwah bil-hal sebagaiman keinginan Majelis Ulama Indonesia yang<br />

dicanangkan pada tahun1985. Dakwah bil-hal ini dilakukan melalui<br />

Tarbiyah Tazkitun Nafs yang diselenggarakan dengan kegiatan I`tikaf<br />

dan Rihlah<br />

Dakwah Tauhid dengan penalaran dan peningkatan kesadaran akan<br />

adanya Allah SWT dan pertolongan-Nya di saat kesedihan, kegalawan<br />

dan kekecewaan atau guncangan jiwa melaui pemaparan pengalaman<br />

dan diskusi ekslusif bagi mahasiswa. Usaha dakwah ini harus dilakukan<br />

dengan tekun, telaten dan kesabaran yang panjang sebagaiman Nabi<br />

SAW lakukan. Bisa kita programkan dalam jangka waktu yang panjang<br />

16 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


lima, sepuluh dan lima belas tahun dan keinginan dan cita-cita luhur<br />

harus tertulis dalam bentuk buku-buku dakwah Tauhid yang dicetak dan<br />

disebarkan secara luas. Tidak lupa menggunakan teknologi masa kini<br />

seperti blog, web, face book dan twiter di internet.<br />

Dakwah ini memerlukan banyak dana, sumbangan dari berbagai<br />

pihak agar dakwah ini mandiri. Perlu dibentuk Koperasi Syariah agar<br />

masyarakat merasakan kesejahteraan ketika menjalankan ajaran tauhid.<br />

Juga perlu bimbingan pengelolaan keuangan untuk mendapatkan<br />

kesejahteraan dunia dan akhirat.<br />

Untuk menata ulang kehidupan sosial kemasyarakatan yang islami,<br />

pemberdayaan Zakat untuk fakir miskin suatu hal yang lazim dilakukan<br />

agar tidak terjadi kesenjangan sosial. Umat Islam memerlukan Dana<br />

Umum Abadi untuk menghadapi bencana alam, kebakaran dan banjir<br />

dengan dana wakaf tunai atau harta dan disebarkan secara merata demi<br />

keutuhan umat.<br />

Dakwah dengan konsep tauhid bersifat permanen, selama di<br />

bumi ada yang mengucapkan Allah, maka tidak akan terjadi Kiamat<br />

sebagaimana ramalan Nabi SAW : “Tidak berdiri Sa`ah (kiamat) hingga<br />

tidak ada lagi orang yang mengucapkan Allah, Allah.”. Oleh karena itu<br />

pengkaderan para da`i yang memahami konsep dakwah Tauhid ini harus<br />

diselenggarakan demi kelestarian hidup manusia.<br />

G. Penutup<br />

Makalah ini dapat disimpukan dengan simpulan berikut ini:<br />

1. Persoalan Umat Islam di Indonesia dapat dikelompokkan dalam tiga<br />

hal, krisis identitas, krisis solidaritas, dan krisis moralitas.<br />

2. Pemahaman para Da`i terhadap makna Dakwah Islamiyah akan<br />

memudahkan mencapai keberhasilan yang diridhai Allah SWT.<br />

3. Ajaran Tauhid kunci sukses dakwah Rasulullah SAW.<br />

4. Orgensi Dakwah dengan konsep Tauhid.<br />

5. Dakwah dengan konsep Tauhid akan memberi tatanan sosial yang<br />

seimbang antara ubudiyah kepada Allah SWT dan hubungan harmonis<br />

sesama manusia<br />

6. Jabaran Dakwah Tauhid yang dilaksanakan di masyarakat akan<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 17


menjawab kejenuhan terhadap persoalan Umat.<br />

Demikian makalah dibuat, apa yang ada di dalam dari kebenara<br />

hanya dari Allah SWT dan ada kesalahan dan kehilafan adalah dari diri<br />

penulis dan syaitan. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan menjaga<br />

kita dalam setiap langkah dalam dakwah ini dan semoga kita mendapatkan<br />

segala rahmat dan ridha-Nya.<br />

Daftar Pustaka<br />

Al-Qur`an Al-Karim<br />

Kementerian Agama Republik Indonesia, Terjemah Tafsir Qur`an Bahasa<br />

Indonesia.<br />

Muslim, Abul Hasan Muslim An-Naisaburi, Al-Jami` As-Sahih bi Syarh an-<br />

Nawawi, Dar ar-Rayan Liturats, cetakan 1 tahun 1987.<br />

Akram Dhiaya Al-`Omari, Sirah an-Nabawiyah as-Shahihah, Maktabah al-<br />

Ulum wal Hikam, Madinah cetakan 5 tahun1993<br />

Muhammad Ahmad al-`Adawi, Da`watur Rusul ila Allah Ta`ala, Dar al<br />

Ma`rifah, Bairut cetakan tahun 1993.<br />

Nandi Naksabandi, Reformulasi Paradigma Dakwah, Kumpulan Makalah<br />

Pengjian Masyarakat Intelektual tahun 2011, <strong>Kemenag</strong> RI 2011.<br />

18 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Islam dan Konsep HAM<br />

Oleh<br />

Ahmad Barjie B<br />

Indonesia sejak 1993 memiliki Komisi Nasional Hak Asasi Manusia<br />

(Komnas HAM), dibentuk berdasarkan Keppres Nomor 50 tanggal 7 Juni<br />

1993. Pembentukan lembaga ini bertujuan mengembangkan kondisi yang<br />

kondusif bagi pelaksanaan HAM, yang sesuai dengan Pancasila dan UUD<br />

1945 serta meningkatkan perlindungan HAM, guna mendukung terwujudnya<br />

tujuan pembangunan nasional.<br />

Walaupun banyak pihak meragukan efektivitas lembaga ini dalam<br />

penegakan HAM secara adil dan proporsional, karena sifatnya hanya<br />

menampung dan merekomendasi pelanggaran HAM untuk ditindaklanjuti<br />

instansi terkait, namun kehadiran lembaga ini tetap dapat diindikasi untuk<br />

melindungi dan meningkatkan HAM.<br />

Ini terlihat dari banyaknya harapan masyarakat yang digantungkan<br />

sejak lembaga ini berdiri. Menurut Ketua Komnas HAM Ali Said, sebelum<br />

digantikan Munawir Syadzali (keduanya sudah almarhum), pada semester<br />

pertama berdiri Komnas HAM sudah 248 kasus pelanggaran HAM yang<br />

ditangani, terdiri 71 kasus tanah, 63 kasus perburuhan, 16 kasus perumahan,<br />

6 kasus agama, 46 kasus perbuatan tak terpuji oknum aparat pemerintah, dan<br />

46 kasus-kasus lain.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 19


Kini, setelah sekitar 20 tahun berjalan, tentu jumlah kasus itu semakin<br />

menumpuk di pundak Komnas HAM. Justru itu, jika Komnas HAM mampu<br />

menangani dengan baik, tentu merupakan sebuah pengabdian yang tak ternilai<br />

harganya.<br />

Potret Indonesia<br />

Di mata Barat, khususnya Amerika, Indonesia belum dipandang sebagai<br />

negara yang menggembirakan kondisi HAM-nya. Ini misalnya terlihat dari<br />

laporan International Herald Tribune (1997) yang memuat Clinton’s List, di<br />

mana Indonesia belum termasuk negara yang demokratis, karena masih banyak<br />

terjadi pelanggaran HAM. Sama dengan Malaysia, Vietnam, Myanmar, Laos<br />

dan Brunei Darussalam. Hal yang sama dikemukakan oleh Freedom House<br />

dalam laporan akhir tahun 1996.<br />

Pemerintah Indonesia agaknya acuh tak acuh terhadap tudingan trsebut.<br />

Bahkan DPR-RI balik menuding AS karena di negara yang menyebut dirinya<br />

demokratis itu pun kondisi HAM masih coret-moret. Indonesia justru peduli<br />

terhadap HAM, buktinya ada Komnas HAM dan sejumlah LSM yang peduli<br />

pada HAM.<br />

Sikap acuh tak acuh ini dapat dimaklumi, sebab pemerintah meyakini<br />

bahwa HAM versi Indonesia tidak sama persis dengan HAM versi barat, dan<br />

tudingan barat sol HAM Indonesia dianggap mencampuri urusan dalam negeri<br />

Indonesia yang dapat mengganggu hubungan bilateral.<br />

Sebenarnmya dalam soal penegakan HAM, kurang bijaksana jika terjadi<br />

saling tuding dan membela diri. Begitu juga tidak selalu tepat mempersoalkan<br />

perbedaan versi HAM, sebab banyak dari aspek HAM bernilai universal yang<br />

tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.<br />

Sikap mendasar dan lebih menyelesaikan masalah adalah konsisten kita<br />

dalam melindungi dan menegakkan HAM. Bagi Indonesia, melaksanakan<br />

HAM bukan untuk memenuhi tuntutan barat, tapi karena tuntutan nilai luhur<br />

yang hidup di Indonesia, yang lahir dari norma agama dan falsafah Pancasila.<br />

20 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


HAM Islam<br />

Ajaran Islam banyak memuat tuntutan penegakan dan perlindungan<br />

HAM. Ini berarti, setiap muslim khsusnya dituntut ikut menegakkan dan<br />

melindungi HAM, dalam arti berusaha maksimal untuk mengormati hak-hak<br />

manusia dan menjauhi pelanggarannya, apapun bentuknya.<br />

Syekh Sayyid Sabiq dalam Fiqhus Sunnah (1403 H, 3: 17-21)<br />

menyebutkan berbagai hak manusia yang wajib dihormati, yaitu:<br />

1. Hak hidup, maksudnya setiap individu berhak menjaga dirinya dan<br />

eksistensinya. Orang lain tak boleh mengganggu, kecuali jika orang<br />

itu membunuh dan berbuat kerusakan (al-Maidah: 31). Itu sebabnya<br />

pelanggaran HAM yang berkaitan dengan jiwa manusia, baik dalam<br />

bentuk membunuh, menganiaya, melukai dan sejenisnya, amat berat<br />

dalam pandangan Allah dan merupakan dosa pertama yang diperhitungkan<br />

di akhirat kelak.<br />

2. Hak merdeka, maksudnya semua manusia dilahirkan dalam keadaan<br />

bebas merdeka, bebas beragama dan beribadat (al-Baqarah: 256, Yunus:<br />

99). Manusia bebas pula dalam bekerja dan memilih profesi, juga dalam<br />

berkreasi dan berpikir. Dalam konteks kebebasan berpikir ini, Islam<br />

menekankan kepada kebenaran. Semua masalah bisa didiskusikan<br />

secara baik, guna mencapai kebenaran (an-Nahl: 125). Bakar Musa<br />

dalam Hurriyatul Insaan fil-Islam (Kebebasan Manusia dalam Islam),<br />

menekankan Islam melarang taklid dan indoktrinasi, yang dapat<br />

mematikan kebebasan akal dan nalar yang sehat.<br />

3. Hak tempat tinggal, maksudnya manusia bebas bertempat tinggal di<br />

mana saja yang ia kehendaki, sesuai aturan yang berlaku. Ia pun tidak<br />

terhalang untuk bepergian ke mana saja di permukaan bumi. Tindakan<br />

mengisolasi dan mencekal manusia terlarang dilakukan, kecuali kalau<br />

yang bersangkutan merampas hak orang lain, melanggar hukum dan<br />

undang-undang.<br />

4. Hak belajar dan berpendapat, maksudnya setiap individu berhak<br />

memperoleh pendidikan dan pengajaran, sehingga akalnya terang dan<br />

kualitas hidupnya meningkat. Dari sini Islam pun memberi kebebasan<br />

berpendapat dan berargumentasi. Pendapat dan pemikiran manusia<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 21


tak boleh dikungkung, kecuali kalau sesat dan menyesatkan. Islam<br />

menekankan keberanian dalam menyatakan kebenaran, walaupun<br />

pahit. Islam juga melarang orang menyembunyikan kebenaran yang<br />

diketahuinya (al-Baqarah: 159, 160).<br />

5. Hak mendapatkan perlindungan, maksudnya orang lapar wajib diberi<br />

makan, orang telanjang wajib diberi pakaian, orang sakit wajib diobati,<br />

dan orang takut wajib dilindungi, sehingga kelangsungan hidup dan<br />

keamanannya terjamin. Kewajiban ini dibebankan kepada orang terdekat<br />

(keluarga), kemudian masyarakat dan negara. Semua hak asasi manusia<br />

tersebut berlaku universal, dalam arti tidak terbatas kepada suku, agama,<br />

ras dan golongan tertentu. Allah memberi kemuliaan kepada manusia<br />

untuk memperoleh hak-hak tersebut, tanpa membedakan apakah manusia<br />

itu beriman kepadaNya atau tidak. Artinya sewaktu hidup di dunia semua<br />

hak itu berlaku sama. Hanya di akhirat kelak ada perbedaan derajat<br />

manusia, menurut keimanan dan ketakwaannya.<br />

Perlu Keseimbangan<br />

Hak-hak tersebut di atas berjalan seimbang dengan kewajiban.<br />

Sebelum manusia menuntut hak, ia harus melaksanakan kewajiban, ia harus<br />

melaksanakan kewajiban. Ketika manusia ingin hidup, saat itu pula ia wajib<br />

memelihara kehidupan. Ketika manusia ingin merdeka, saat itu pula ia harus<br />

membuat orang lain merdeka.<br />

Jika kita cermati pasal-pasal UUD 1945 termasuk hasil amandemen,<br />

terlihat banyak sekali berisi hak-hak manusia. Ini berarti ketika Republik<br />

Indonesia lahir, soal hak asasi sudah sangat ditekankan untuk diperjuangkan<br />

pascamerdeka. Ini dapat dimaklumi, karena selama 350 tahun HAM bangsa<br />

indonesia telah diinjak-injak oleh penjajah. Adalah wajar jika bangsa ini<br />

menginginkan HAMnya dilindungi dan dihormati secara layak oleh negara.<br />

Apabila dibandingkan antara HAM Islam, maka tampak pula HAM<br />

yang ingin ditegakkan di Indonesia sangat relevan. Ini tak mengherankan,<br />

karena founding fathers negara kita juga terdiri dari orang-orang yang taat<br />

beragama, dan tak ingin memisahkan antara agama dengan negara.<br />

22 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Lebih jauh, jika dibandingkan dengan HAM barat pun masih banyak<br />

kesamaannya. Hanya saja HAM barat lebih menekankan kepada kebebasan<br />

individu dan liberalisme, di mana hampir semua hak individu bebas<br />

diekspresikan, bahklan pada beberapa negara diberi kebebasan untuk menghina<br />

para Nabi atas nama kebebasan berkreasi, diberi kebebasan pergaulan dengan<br />

lawan jenis, bahkan kawin sejenis, dll. Jika HAM versi barat diterapkan di<br />

negeri ini, tentu dapat berbenturan dengan nilai-nilai khas yang berlaku di<br />

Indonesia.<br />

Karena itu, kita mengerti jika pemerintah tetap menginginkan agar<br />

penegakan HAM disesuaikan dengan iklim Indonesia. Konsepsi HAM<br />

Indonesia merupakan penjabaran dari sila-sila Pancasila, dan keseimbangan<br />

serta keselarasan antara hak-hak perorangan dan memasyarakat, antara hak<br />

dan kewajiban yang merupakan khas HAM Indonesia.HAM memang berlaku<br />

universal, namun penerapannya harus memperhatikan berbagai hal, termasuk<br />

perbedaan sistem nilai.<br />

Mengingat secara objektif memang ada nuansa perbedaan versi HAM,<br />

minimal dalam cara pandang, maka yang penting adalah penerapannya yang<br />

harus makin ditingkatkan. Bagi bangsa indonesia, landasan yuridis formal<br />

HAM sudah lebih dari cukup, sebab ada Pancasila, UUD 1945, GBHN dan<br />

sejumlah peraturan perundang-undangan. Bahkan ada ajaran Islam yang<br />

diyakini dan hidup di hati warganegara.<br />

Begitu juga secara kelembagaan sudah memadai karena ada DPR,<br />

Komnas HAM, LBH, lembaga-lembaga peradilan, kepolisian dan lainnya,<br />

yang pada intinya bertugas menegakkan hukum dan melindungi HAM.<br />

Hanya saja yang masih parah, adalah pelaksanaan di lapangan. Berbagai<br />

kelemahan masih ditemui, baik berkaitan dengan faktor manusia ataupun<br />

sistem dan aturan lainnya. Tak mengherankan kalau masalah HAM masih<br />

dipersoalkan, bahkan semakin nyaring disuarakan.<br />

Meskipun demikian, kita tetap berharap lembaga-lembaga tersebut<br />

berfungsi dengan baik. Janganlah kita terlalu menuding dan meragukan<br />

efektivitasnya tanpa membantu penyelesaiannya. Kita harus sumbangkan<br />

dukungan dan spirit, agar komitmen penegakan HAM makin meningkat dari<br />

hari ke hari.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 23


Kita mestinya ingat bahwa undang-undang dibuat karena ada<br />

pelanggaran, dan kekuatan serta kekuasaan yang dimiliki manusia atau<br />

kelompok cenderung memangsa yang lemah, the power tends to corrupt.<br />

Itu artinya tugas-tugas yang berkaitan dengan HAM memang semakin<br />

berat. Untuk itu, adalah tugas masyarakat dan pemerintah yang membantu<br />

lembaga-lembaga yang ada agar sukses dalam menjalankan fungsinya. Bagi<br />

masyarakat memberi data dan masukan, dan bagi pemerintah menindaklanjuti<br />

semua rekomendasi pelanggaran HAM. Sebab, jika tak ditindaklanjuti maka<br />

tak ada gunanya, hanya basa basi dan membuang uang saja.<br />

Alangkah baiknya jika Komnas HAM memiliki kekuatan memaksa,<br />

agar setiap pelanggaran HAM dapat dituntaskan. Aparat kepolisian dan siapa<br />

saja yang memiliki kekuatan hendaknya berhati-hati dalam menciptakan<br />

keamanan dan mengatasi gangguan keamanan, jangan sampai melanggar<br />

HAM. Komnas HAM hendaknya konsisten dalam penyelesaian hingga tuntas.<br />

Dengan begitu, tak ada lagi kasus-kasus HAM yang kabur seperti sekarang.<br />

Peran Juru dakwah<br />

Menegakkan HAM bukan hanya tugas pemerintah, kepolisian, aktivis<br />

dan sebagainya. para ulama, juru dakwah, penyuluh agama dan sebagainya<br />

yang dituntut mengambil peran sesuai dengan bidangnya. bidang tersebut<br />

tentu dalam hal penghayatan dan pengamalan ajaran Islam.<br />

Ada beberapa peran yang dapat dilakukan. Pertama, membangun<br />

kebebasan berpikir dan berpendapat. Maksudnya, manusia dalam beragama<br />

hendaknya diarahkan untuk berpikir bebas, jangan terkungkung dalam<br />

fanatisme mazhab secara berlebihan sehingga cenderung menyalahkan<br />

golongan dan pendapat orang dan kelompok lain. Ulama dan juru dakwah<br />

hendaknya proaktif mendorong sikap terbuka, toleran dan menghargai<br />

keberbedaan. Penyerangan dan pengusiran penganut aliran lain secara fisik<br />

seperti Syiah hendaknya tidak terulang. Perbedaan hendaknya dicairkan<br />

melalui dialog dan debat yang sehat.<br />

Para juru dakwah ini hendaknya proaktif berdakwah sehingga masyarakat<br />

memiliki pengetahuan agama yang memadai. semakin banyak tahu, maka<br />

24 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


masyarakat akan semakin dewasa dalam, beragama. sebaliknya, semakin<br />

sempit dan dangkal pengetahuan agama, maka akan mudah menyelahkan<br />

orang lain. Orang yang sedikit ilmunya akan banyak menyalahkan orang.<br />

Sudah waktunya para ulama dan juru dakwah membangun kesamaan persepsi<br />

dalam beragama dengan tidak mempersoalkan masalah-masalah khilafiyah<br />

yang dapat memicu perpecahan.<br />

Kedua, juru dakwah hendaknya mengedepankan dakwah pembangunan.<br />

maksudnya, materi dakwah tidak sekadar berisi ceramah dan pengajian<br />

agama dalam arti sempit, tetapi mengupayakan agar Islam dapat diajkdikan<br />

sebagai solusi dari berbagai problema sosial ekonomi. Selama ini masih<br />

banyak kalangan masyarakat yang hidup miskin, terbelakang, mengalami<br />

masalah sosial, kesehatan dan sebagainya. Mereka ini perlu sekali didekati<br />

dan diberdayakan melalui dakwah bil-hal. para ulama dan juru dakwah perlu<br />

sekali membangun kesadaran pemerintah, pengusaha, kalangan mampu dan<br />

kaya agar mau berbagi dengan sesama. Kemiskinan dan kefakiran sangat<br />

berbahaya sebab dapat mengarah kepada kekafiran.<br />

Pengamat Sosial Keagamaan, Sekretaris Umum Yayasan dan Badan<br />

Pengelola Masjid At-Taqwa Banjarmasin.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 25


VIRUS GLOBAL DAN ANTISIPASINYA<br />

Oleh<br />

Drs. A. Hajaji, M.Pd.I<br />

Materi disampaikan pada kegiatan pembinaan PAH se<br />

kota Banjarmasin<br />

Keadaan kehidupan kita yang tidak menentu dan kacau balau ini sulit<br />

sekali untuk diteliti karena kita telah menjadi bahagian dari kekacaubalauan<br />

itu. Kita tenggelam di dalamnya dan bernafas di dalamnya. persepsi dan<br />

paradigma kita telah melebur dalam badai kekufuran dan kefasikan kepada<br />

Allah.<br />

Kita hanyut dalam gelombang peradaban bahkan kita terperosok masuk<br />

ke dalamnya sebagai permain. Cobalah kita perhatikan ketika banyak dari<br />

orang tua sibuk memikirkan nilai anaknya dalam pelajaran. Bila tidak bisa<br />

berbahasa inggris atau lainnya, orang tua akan sibuk mencari tempat-tempat<br />

kursus, sekalipun dari kursus itu tidak lagi memperhatikan waktu shalatnya<br />

bahkan orang tua yang mengantar juga ikut-ikutan tidak shalat Asar dan<br />

Maggrib, karena pada saat menjemput anaknya berbarengan dengan waktu<br />

shalat.<br />

Sementara jika anaknya tidak shalat atau tidak bisa membaca kitabnya<br />

Al quran orang tua tidak risau, tidak merasa bersalah alias tenang-tenang<br />

saja, masya Allah. Kejahatan dan kebaikan, kebenaran dan kesesatan dilebur<br />

26 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


menjadi satu sehingga sulit dibedakan. Kehendak Allah telah dijadikan<br />

kehendak golongan, keinginan pribadi dan kecendrungan duniawi yang<br />

terbendung semuanya disembunyikan dalam slogan-slogan kearifan,<br />

kesejahteraan, kebudayaan seni dan lain sebagainya.<br />

Agama seakan dikesampingkan, halal haram hanya dibicarakan ketika<br />

mereka berada di masjid-masjid dan di pengajian saja, tapi setelah itu, lepas<br />

kendali. Kita hidup hakikatnya adalah dalam rangka mengakbarkan Allah,<br />

Allah saja yang Maha segalanya.<br />

Budaya dan peradaban kontemporer ini telah terlalu jauh menyesatkan<br />

manusia dari ketaqwaan, meracuni pikiran manusia dengan kepentingan<br />

komoditi yang demikian kuat, sehingga manusia sendiri telah menjadi alat<br />

negosiasi dan menjadi komoditi itu sendiri. Bahkan kemudian ayat-ayat Allah<br />

telah menjadi komoditi. juga secara bersamaan, sebagai produk profesi atau<br />

bidang usaha untuk mendapatkan simbol-simbol duniawi ini.<br />

Berbagai teori tentang ketuhanan melejit ke permukaan, namun<br />

hanya sekedar teori, sekedar berbagai produk seminar dan diskusi, namun<br />

sirna penghayatan dan penerapannya. Hampir semua manusia begitu senang<br />

dengan teori- teori namun enggan terhadap penerapannya yang murni. Gaya<br />

ketakwaan menjadi trendi, Umrah dan Haji juga telah menjadi sekedar<br />

lambang-lambang dan citra, namun kosong jiwa dan roh pengabdiannya<br />

kepada Allah. Sehingga kata-kata takbir yang digemakan bersama-sama pada<br />

hari ‘Id hanya merupakan hiasan bibir semata dan getaran ritual yang hanya<br />

untuk satu hari, satu hari dalam setahun. Nauzubillahi min dzalik.<br />

Dunia berubah menjadi ranah permainan dan senda gurau belaka<br />

dengan media yang media yang dikemas seolah-olah serius dan prestisius,<br />

sehingga banyak manusia terjebak di dalamnya dan tak mampu keluar dari<br />

permainan ini. Kalau begitu sadar ataupun tidak, kita punya penyakit, penyakit<br />

batin itulah yang dinamakan virus. Virus Global, virus yang menyerang hati<br />

manusia menjadi tidak lagi manusia, virus yang menyebar cepat dan dahsyat<br />

menjadikan manusia seperti bangkai yang berjalan (zombie). Hidup namun<br />

tak memiliki hati. Virus global ini sudah hadir di hadapan kita dan bahkan bisa<br />

jadi sudah tersebar dalam aliran darah dan nafas kita. Seperti yang termuat<br />

dalam firman Allah surah al-Hadid ayat 20:<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 27


Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan<br />

dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu<br />

serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan<br />

yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu<br />

menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. <br />

dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta<br />

<br />

keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan<br />

yang menipu.<br />

<br />

Pada ayat ini Allah telah menjelaskan ada lima penyakit/virus global<br />

yang akan menyeret siapa saja di dalamnya ke dalam azab yang sangat keras<br />

pada akhirat nanti, yaitu :<br />

1. Laa'ibu (permainan).<br />

<br />

Dunia ini memang permainan belaka, maka permainan menjadi tema<br />

dunia saat ini. Baik anak-anak hingga orang tua semuanya bermain-main<br />

dan tergila-gila dengan permainan. Perhatikan tempat bermain-main di<br />

kota saat ini, sangat megah dibandingkan dengan tempat-tempat belajar<br />

mengaji, Mal-mal, tempat karaoke, taman bermain, kolam renang yang<br />

semuanya menjamur bagai jamur di musim hujan, dan membuat kita<br />

terlena dan menawan mata dan perasaan kita, siring-siring di pinggir<br />

sungai menjadi tempat bermain yang mengasyikkan, bahkan tempat<br />

remaja bercumbu mesra dan menebar maksiat. Akhirnya lupa akan hal<br />

yang sangat penting bagi dirinya, yaitu beribadah kepada Allah swt<br />

2. Lahwun (senda gurau).<br />

Zaman ini juga zaman ketidakseriusan di semua lini kehidupan. Perhatikan<br />

1<br />

bagaimana tidak seriusnya pemerintah, baik pusat dan di daerah mengatasi<br />

28 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


KKN. Korupsi, kolusi dan nepotisme yang merupakan penyakit kanker<br />

bangsa dibiarkan bebas berkembang tanpa keseriusan penanganan yang<br />

berarti. Di meja-meja sidang wakil rakyat telihat serius berdebat masalah<br />

rakyat, namun di belakang layar saling tukar menukar kepentingan dan<br />

berujung pada uang dan kekuasaan. Ketidakseriusan ini merambah juga<br />

pada diri kita dan keluarga. Jarang lagi Al-Qur’an menjadi diskusi yang<br />

serius di rumah dan menjadi pokok pembicaraan yang mendasar dan<br />

menentukan keputusan keluarga. Bahkan kita pun tidak pernah serius<br />

mempelajari Al-Qur’an sebagaimana kita serius mencari kebutuhan perut<br />

keluarga kita. Ini salah satu kita telah terjangkit Virus Global.<br />

3. Zina (perhiasan dan zina).<br />

Berhias dan perzinaan menjadi hal yang sangat mencuat akhir-akhir ini<br />

dalam kehidupan kita. Kita perhatikan bagaimana anak-anak perempuan<br />

tidak malu-malu lagi melepas jilbabnya dan digantikannya dengan celana<br />

yang serba kentat dan baju mini yang tidak menutup aurat. Mereka dengan<br />

sengaja mempertontonkan auratnya, ketat dan seksi meniru orang-orang<br />

<br />

di luar Islam, dengan sengaja menebar syahwat, ditambah lagi dengan<br />

sangat mudahnya mendapatkan video-vidio cabul, dan ini berujuang pada<br />

<br />

perzinaan massal oleh remaja-remaja, berpacaran, bergandengan tangan,<br />

bercumbu rayu di muka umum bahkan hidup bersama tanpa ikatan nikah<br />

<br />

dianggap gaya hidup modern oleh orang-orang yang terjangkit virus<br />

global ini. Tanpa disadarinya virus global itu telah menggiring<br />

<br />

jiwa<br />

<br />

mereka menjadi jiwa binatang yang tak mengenal malu bahkan lebih sesat<br />

lagi, seperti firman Allah surah al-A'raf ayat 79:<br />

• <br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)<br />

kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi<br />

<br />

tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka<br />

mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-<br />

<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 29


tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak<br />

dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai<br />

binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orangorang<br />

yang lalai.<br />

4. Tafakhurum ( berbangga-bangga dan sombong).<br />

Berbangga-bangga dan menyombongkan diri dengan kelebihan diri<br />

menjadi trend dan style saat ini. Berbangga dengan jabatan, pengetahuan<br />

dan harta menjadi soroton di media akhir-akhir ini. Dan Indonesia adalah<br />

negara yang paling banyak orang kayanya. Kita saksikan selebritis<br />

memamerkan rumahnya yang besar, kendaraan mahalnya, perhiasan<br />

emasnya yang serba wah, bahkan memamerkan calon pasangan hidupnya<br />

sambil bercumbu mesra di depan khalayak ramai, walaupun belum<br />

menikah. Ironisnya di antara selebritis tersebut juga ada dai dan ustad<br />

ternama seharusnya mengajarkan aqidah, keimanan dan ketaqwaan kepada<br />

ummat. Virus global ini tak pandang bulu dalam menyerang korbannya,<br />

bahkan orang alim dan berilmu sekalipun tak terlepas dari ancaman virus<br />

global ini.<br />

5. Takatsurun (menumpuk-numpuk harta)<br />

Menumpuk-numpuk harta, memperbanyak dan menyimpannya merupakan<br />

gaya hidup zaman ini. Kesenjangan sosial semakin dalam dan lebar, yang<br />

kaya semakin kaya dengan hartanya beranak pinak sementara yang miskin<br />

semakin miskin dan merana dengan sekeping dua keping urang recehan<br />

menghidupi keluarganya. Manusia tidak lagi mmiliki kepekaan jiwa,<br />

empati telah mati sirna, simpati kepada sesama seakan terbang ke awan.<br />

semua ini tentu disebabkan indahnya godaan dunia, virus global telah<br />

melahirkan individualisme-materialisme, sekaligus mematikan empati<br />

dan kasih sayang antara sesama.<br />

Kita menyadari sepenuh hati bahwa kehidupan yang kita jalani<br />

saat ini tidak lagi menanamkan ketaqwaan dalam hati kita. Maka janganlah<br />

terlena dengan kehidupan dunia yang menipu ini, kehidupan yang mematikan<br />

potensi qalbun atau hati kita, yang menghilangkan rasa empati kita kepada<br />

sesama manusia. Virus global yang telah mewabah dengan sangat gencar<br />

dan dahsatnya, permainan dan senda gurau, perhiasan, perzinaan, berbangga<br />

dengan memperbanyak harta adalah virus global yang telah mengalir dalam<br />

30 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


darah kita dan tidak mungkin hilang begitu saja, kalau bukan dengan rahmat<br />

Allah dan dengan ketaqwaan kepada Allah.<br />

Ketaqwaan kepada Allah tersebut dapat kita raih dengan sebuah<br />

petunjuk yang dinamakan Al Qur’an. Sedih rasanya pada saat diadakan<br />

penelitian masyarakat tentang bacaan yang diminati masyarakat kita, ternyata<br />

Al-Qur'an menempati tempat yang sungguh memilukan dan menyedihkan,<br />

yaitu pada tingkatan yang ketujuh. Bacaan-bacaan lain selain Al-Qur'an<br />

mendapatkan peringkat yang lebih baik, koran, majalah dan lain sebaginya.<br />

Bahkan kita seakan tak merasa bersalah kalau tidak bisa membaca Al-Qur'an.<br />

Padahal Alqur’an adalah hudan, petunjuk hidup kita, yang sudah pasti kita<br />

bawa mati. Kenapa kita tidak mempelajarinya mati-matian, namun bacaan<br />

yang lain yang isinya tidak jelas itulah yang mati-matian kita baca. Masya<br />

Allah.<br />

Betapa beratnya perjuangan para Nabi dan Rasul serta seluruh tabiin<br />

dan syuhada yang tak terhitung jumlahnya dalam rangka membela Alquran,<br />

dalam rangka menghadirkan Al quran sampai kepada kita. Mereka berkorban<br />

<br />

dengan<br />

<br />

harta,<br />

<br />

tenaga,<br />

<br />

bahkan<br />

<br />

nyawa<br />

<br />

dan<br />

<br />

darahpun<br />

<br />

yang<br />

<br />

mengalir<br />

<br />

dalam<br />

rangka memperjuangkan dan menghadirkan Alquran ini di tengah kita.<br />

<br />

Tapi pada saat Alquran sudah ada di tengah-tengah kita, justru kita sepelekan,<br />

tidak kita baca, tidak kita pelajari, dimakan rayap dan berdebu. Kita jarang<br />

<br />

sekali membukanya, hanya satu tahun sekali pada saat bulan Ramadhan saja.<br />

Begitukah caranya kita mencintai Allah dan Rasulullah, begitukah caranya<br />

<br />

kita mengharapkan syafaat Rasulullah, sementara ajaran dan kitab yang<br />

dibawa beliau kita perlakukan demikian ?<br />

Perjuangan Rasulullah saw, selama 23 tahun di Mekkah dan Madinah,<br />

72 kali Rasulullah turun ke medan perang memperjuangan Alquran agar<br />

sampai ke tangan kita, sampai di hadapan kita. Makanya janganlah siasiakan<br />

Alquran ini, jangan sepelekan Al quran ini, jangan hinakan Alquran<br />

ini. Kekhawatiran Rasulullah kepada ummatnya tentang hal ini tercermin dari<br />

<br />

pengaduan Rasulullah kepada Allah sebagaimana dinyatakan dalam surah al-<br />

Furqan ayat 30:<br />

• <br />

<br />

<br />

Jurnal Penyuluh<br />

<br />

Bidang<br />

<br />

Penamas<br />

<br />

<strong>Kanwil</strong><br />

<br />

<strong>Kemenag</strong><br />

<br />

Prov.<br />

<br />

Kalsel<br />

31


Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran<br />

itu sesuatu yang tidak diacuhkan".<br />

Rasulluah mengadu kepada Allah bahwa umatnya, kita termasuk di<br />

dalammnya, orang-orang yang sangat dicintainya dengan segenap jiwa dan<br />

raganya, umatnya yang ketika akan wafat disebutnya, ummati, ummati. Tetapi<br />

<br />

kenapa mengabaikan Alquran yang agung ini. Menjadikannya sebatas bacaan<br />

dan rapalan dalam upacara adat dan budaya, menjadi hadiah simbolik dalam<br />

<br />

acara pernikahan tanpa keduanya pernah membaca dan mempelajarinya<br />

setelah menikah. Alquran tidak menjadi terapan hidup yang membentuk<br />

<br />

akhlak mulia. Hal itulah yang membuat sedih Rasulullah, bahkan sebahagian<br />

umatnya yang mengaku-aku menyebut nama Rasul dalam syair-syairnya<br />

<br />

justru tidak bisa membaca dan memahami Alquran.<br />

Sebagai orang beriman mari kita ambil pelajaran, dari kita sekarang<br />

kita perbaiki segala kekeliruan Semua kita wajib bertekad untuk terus<br />

belajar dan mengkaji Alquran sebagai petunjuk hidup kita. Alquran ini adalah<br />

lambang tebusan terbesar seluruh nabi dan rasul serta semua alim ulama yang<br />

membelanya<br />

<br />

dengan<br />

<br />

harta dan<br />

<br />

jiwa<br />

<br />

dan<br />

<br />

darahnya.<br />

<br />

Dengan Alquran sajalah manusia bisa bertaqwa, dengan ketaqwaan<br />

<br />

sajalah manusia bisa selamat dari virus global yang ganas yang menggerogoti<br />

ummat hati kaum muslim saat ini. Untuk itu kita pegang dengan erat Alquran<br />

sebagai pedoman hidup kita, kita tegakkan shalat dengan istiqomah agar dapat<br />

<br />

mengantisipasi pengaruh virus global dan teruslah memberi pada sesama<br />

sebagai bentuk eksisitensi jiwa pengorbanan yang ada pada diri kita<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka<br />

dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah..Sesungguhnya orangorang<br />

yang membenci kamu Dialah yang terputus.<br />

32 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel<br />

1


Generasi Muda dan Masa Depan<br />

Aqidah bagi Pemantapan Pribadi<br />

Oleh<br />

Agus Salim<br />

Ketua Remaja Mesjid Agung Miftahul Ihsan<br />

Tema generasi muda akhir akhir ini sering dibicarakan banyak hal hal<br />

yang berkaitan dengan generasi muda itu diangkat ke permukaan. Dalam hal<br />

ini apakah dalam konteks kehidupan sosial, ekonomi, budaya,politik ataukah<br />

dalam kaitannya dalam kehidupanberagama. Memang generasi muda selaku<br />

mahluk manusia adlah serba dimwnsi,peran dan fungsinya tidak Cuma<br />

sekedar menentukan saja, akan tetapi justru dapat menjadi pemicu dan pemacu<br />

kemajuan atau sebaliknya. Atas dasar itulah maka cukup beralasan sekali<br />

manakala hal hal yang bertalian dengan generasi muda itu selalu aktual untuk<br />

dibicarakan. Namun harus diingat yang namanya generasi muda itu punya<br />

cakupan pengertian yang luas sekali dan barang kali tidak sebagaimana yang<br />

sementara ini disalah-kaprahkan orang artinya dimana generasi muda hanya<br />

dipahami sebagai pemuda atau remaja saja.<br />

Dalam kesempatan ini yang menjadi fokus pembicaraan dibatasi pada<br />

satu sisi saja dari eksistensi remaja itu sendiri dan dimaksud generasi muda<br />

itu lebih dititkberatkan pada para remaja saja. Dengan demikian pembicaraan<br />

iini ingin menemukan suatu masukan sekitar fungsi dan peran mereka dalam<br />

keutuhan aqidah dalam upaya memperoleh kemantapan pribadi. Sekiranya<br />

dalam uraian diketemukan beberapa pemaparan yang agak melenceng,<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 33


maka itu hanya dimaksudkan sebagai nalarisasi untuk menjelaskan masalah.<br />

Namun demikian pula perlu digarisbawahi bahwa sajian ini sama sekali tidak<br />

bermaksud untuk menggurui melainkan hanya sebagai informasi dengan<br />

demikian apa yang kita inginkan bersama dapat terpenuhi melalui forum ini,<br />

kendatipun dalam batas yang minimal.<br />

Generasi Muda dan Masa Depan Aqidah<br />

1. Generasi Muda<br />

Apa yang dimaksud dengan generasi muda ternyata tidak hanya mereka<br />

yang disebut kawula muda saja seperti remaja tetapi jauh dari itu. Secara<br />

gamblang yang dinamakan generasi muda adlah mereka yang bukan<br />

termasuk generasi tua, pengertian ini juga bersifat relatif. Sedangkan<br />

batasan generasi tua itu sendiri adalah mereka yang sudah mencapai usia<br />

35 tahun keatas dengan demikian dari segi usia generasi muda adalah<br />

orang orang yang berumur dibawah 35 tahun termasuk didalamnya<br />

bayi,balita,remaja,pemuda, dan dewasa. Namun yang ditekankan dalam<br />

pembahasan ini dibatasi para remaja saja terutama bagi mereka yang<br />

duduk dibangku SD dan SLTP dan SLTA jadi pada dasarnya remaja itu,<br />

hanya satu bagian saja dari istilah generasi muda. Akan tetapi hal ini tidak<br />

berarti mengecilkan arti dan makna kepeloporan remaja itu sendiri sebagai<br />

salah satu potensi generasi muda. Karena remaja juga generasi muda maka<br />

remaja pun layak disebut generasi penerus artinya mereka yang punya<br />

peran tersendiri dalam kelangsungan perjuangan dan pembangunan agama,<br />

bangsa dan negara.<br />

2. Aqidah dan masa Depannya<br />

Aqidah dapat diartikan dengan sendi sendi dasar atau prinsi[p prinsip yang<br />

paling asasi dalam ajaran agama.dan dala hal ini agama yang kita maksud<br />

adalah agama islam.karena itu aqidah islam maksudnya ialah hal hal yang<br />

prinsipil sekali. Umpamanya kepada Allah SWT, kepada malaikat,Nabi dan<br />

Rasul allah, kepada Kitab Kitab Allah, pada qadha dan qadhar dan kepada<br />

hari kiamat. Sungguh pun demikian yang kita kehendaki dalamurutan ini<br />

adalah arti yang secar a umum, artinya menyangkut beberapa persoalan<br />

yang mendasar sensitif dalam ajaran agama. Dengan demikian pengertian<br />

agama yang mengacu pada sistem teologi sebagaiman ajuga yang berlaku<br />

34 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


pada sistem teologi agama agama selain islam.<br />

3. Masa Depan Aqidah<br />

Suatu aqidah masa depannya ditentukan oleh umat manusia yang<br />

menyakini akan kebenaran aqidah itu sendiri yakni beberapa jauh dari<br />

mereka mensikapi aqidah yang benar sifatnya kkonstan/ tetap ia tidak<br />

terpengaruh dengan siklus jaman yang memutatarinya, kendatipun harus<br />

dihadapkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada dua<br />

teori setidaknya yang dapat dihubungkan dengan kelangsungan atau<br />

masa depan suatu akidah yaitu teori evolusi dan teori revelasi. Menurut<br />

teori pertama perjalanan aqidah berkembang secara berproses yang<br />

dipengaruhi oleh manusia itu sendiri sehingga pada akhir prosesnya yang<br />

dimulai dari kepercayaan berangsur-angsur pindah kepada dinamisme,<br />

animisme, polytheisme hingga monotheisme. Sedangkan pada teori kedua<br />

perjalanan aqidah sudah benar sejak aawal dan kalaupun terjadi pergeseran<br />

atau pembiasaan hal ini karna hanya oleh ulah manusia namun dengan<br />

persamaan terjadinya penyelewengan tersebut selalu terlihat adanya peran<br />

para nabi dan Rasul.<br />

Dengan demikian aqidah mmonotheisme akan selalu berada pada posisi<br />

yang paling benar lebih lebih setelah masa kerasulan peran mereka<br />

diteruskan oleh para ulama. Bila dikonfirmasikan semua agama yang<br />

ada dibumin ini, maka aqidah agama agam ardhi atau wadhi siklus masa<br />

depannya memakai teori yang pertama. Sementara itu teori kedua berlaku<br />

pada agama-agama samawi seperti islam. Terlepas dari teori teori diatas<br />

masa depan aqidah islam prospeknya amat ditentukan oleh generasi muda<br />

maksudnya apakh positif negatifnya aqidah islam dimasa mendatang,<br />

tidak bisa dipisahkan dari generasi muda islamnya sendiri. Jadi tergantung<br />

kepada generasi muda yang menjadi tumpuan itu adalah generasi muda saat<br />

ini. Proyeksi aqidah islam dimasa datang tidak bisa dipisahkan kondisinya<br />

dengan masa sekarang ini ini berarti kita harus dapat mengetahui bahkan<br />

kalau perlu mengkaji tantangan apa yang aqidah islam sekarang.<br />

4. Tantangan Aqidah<br />

Kita mengetahui bersama sekarang ini tidak sedikit tantangan itu<br />

dihadapkan kepada islam baik secara langsung maupun terselubung antara<br />

lain:<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 35


a. Menghancurkan al-qur’an dan melenyapkannya musuh musuh islam<br />

menganggap al-qur’an sebagai sumber kekuatan luar biasa,karena itu<br />

untuk melumpuhkan islam,al-qur’an harusdilenyapkan. Mereka yakin<br />

selama al-qur’an masih ada umat islam tidak akan terkalahkan.<br />

b. Menghancurkan ahlak kaum muslimin. Dalam hal ini ditempuh melalui<br />

berbagai pendekatan melaui media elektronik.sekolah sekolah sekuler<br />

,pergaulan bebas dan lain lain.<br />

c. Memecah belah persatuan kaum muslimin upaya ini dilakukan dengan<br />

cara memperbesar pertentangan diantara umat islam memperbesar<br />

perbedaan paham mengotak otakan organisasi adn lain lain.<br />

d. Merusak kaum wanita dengan menyebarkan kejahatan moral.<br />

Kaum wanita dipandang strategis bagi musuh musuh islam untuk<br />

menghancurkan islam dari dalam. Karena itu mereka membuat<br />

berbagai cara untuk mempengaruhinya seperti pakaian perkawinan<br />

dan pekerjaan.<br />

e. Meragukan umat isalam dengan agamanya sendiri dengan ini<br />

musuh islam mengekspose dari kemajuan barat, pemikiran barat dan<br />

memutarbalikan fakta kebenaran ajaran agama islam seperti hutan<br />

islam yang dikatakan modifikasi dari ajaran agama yahudi dan nasrani<br />

atau undang undang romawi.<br />

Selain itu dewasa ini kita juga sering melihat kelemahan kita sendiri<br />

seperti tercengkramnya negara islam ke negara adi kuasa hilangnya<br />

hak memilih dan menentukan pemerintahan serta masih lemahnya<br />

koordinasi dalam kepemimpinan. Mengantisipasi tantangan yang<br />

sekaligus ancaman itu generasi muda tidak boleh tinggal diam kita<br />

harus bisa berbuat guna membendung arus tersebut dan semuanya<br />

berpotensi untuk hal itu jangan sampai disia siakan.<br />

Urgensi Aqidah Bagi Pemantapan pribadi<br />

Mengingat aqidah itu adalah ajaran pokok yang paling mendasar dalam<br />

ajaran agama kita maka tidak ada alternatif lain lagiyang menjadi pilihan kita<br />

untuk memantapkan pribadi. Dalam hal ini islam dengan menghayati mensikapi<br />

dan menindak lanjuti secara sadar serta kosekuen akan aqidah islam itu sendiri<br />

dalam kehidupan sehari hari untuk itu paling tidak ada lima hal yang mesti kita<br />

36 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


tradisikan dan lestarikan yaitu:<br />

1. Percaya dengan hanya menyembah allah<br />

Dengan percaya sefrta hanya menyembah kepada Allah berarti kiya akan<br />

tetap merasa memiliki dan bertanggung jawab dengan kebenaran islam.<br />

2. Berbuat baik dengan kedua orang tua<br />

Perbuatan yang baik terhadap ayah ibu dapat menjadikan kita sebagai<br />

seorang anak yang taat dan tahu diri sebagai refleksi keimanan kepada<br />

Allah.<br />

3. Jujur dan bertanggung jawab<br />

Kejujuran dan tanggung jawab adalah dua sikap terpuji yang menjadi<br />

identitas generasi muda islam sejati. Bahakan sikap ini pula yang dapat<br />

meningkatkan derajat kepada seseorang bahkan kepercayaan masyarakat<br />

kepada kita.<br />

4. Persaudaraan dan kasih sayang<br />

Melalui persaudaraan dan kasih sayang yang tulus akan mampu<br />

mneingkatkan kepedulian kita terhadap lingkungan bahkan perasaan<br />

yang peka terhadap saudara seagama. Hingga pada gilirannya akan<br />

tumbuh khuwah islamiyah dan ukhuwah insaniyah serta rasa senasip<br />

sepenanggungan.<br />

5. Bermusyawarah<br />

Bermusyawayah akan menghasilkan yang terbaik dari segala tindakan<br />

kita dengan bermusyawarah dapat dideteksi segala macam kemungkinan.<br />

Dengan demikian akan didapat sistem penyelesaian yang benar dan<br />

kompak, terutama dalam menyatukan langkah perjuangan.<br />

Penutup<br />

Demikian ala kadrnya informasi yang dapat disampaikan dengan harapan<br />

dapat menggugah hati nurani serta sikap pribadi kita semua. Dengan demikian<br />

Insya Allah kita akan dapat menyatukan antara pernyataan dan kenyataan<br />

kemudian dengan gilirannya kita dapat mejadi pelopor dan bukan sebagai<br />

pengekor. Dengan kata lain kita mampu menempatkan peran dan fungsi sebai<br />

pengendali bukan sebagai penyebab terjadinya kendala. Semoga Allah SWT<br />

senantiasa memberikan kekuatan,petunjuk dan maghrifah-NYA sehingga tugas<br />

sebagai generasi penerus dapat kita laksanakan dengan sebaik baiknya, amin.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 37


MEMPERSIAPKAN GENERASI MUDA ISLAM<br />

YANG IDEAL<br />

Oleh<br />

Syahdan, S.H.I<br />

Penyuluh Agama Islam Fungsional<br />

Kec. Liang Anggang Kota Banjarbaru<br />

Abstrak<br />

Di tengah gempuran kemajuan zaman yang kian bebas ini, ancaman terhadap<br />

generasi muda Islam sangatlah beragam, sehingga membuat generasi muda<br />

yang notabene sangat kita harapkan bisa melanjutkan kehidupan yang akan<br />

datang akan terancam, maka dari itu faktor pendidikan terutama pendidikan<br />

agama amatlah penting ditanamkan agar mereka bisa menghadapi segala<br />

ancaman tersebut sehingga tidak terjebak dan terpengaruh hal negative yang<br />

akan merusak jiwa mereka, maka dari itu tulisan ini mencoba mengangkat<br />

apa saja yang menjadi acaman atau berpotensi mengancam keberlangsungan<br />

moral generasi muda Islam saat ini dan penyebabnya baik itu dari internal<br />

maupun eksternal generasi muda itu sendiri disertai dengan data yang<br />

mendukung tulisan ini, juga akan mencari solusi untuk mengatasinya dan<br />

siapa saja yang mempunyai kewajiban untuk menyelamatkan dan untuk<br />

mempersiapkan agar generasi muda saat ini mampu melanjutkan kehidupan<br />

yang ideal dan berlandaskan Islam ini.<br />

Kata Kunci (Keywords) : Ancaman, Penyebab, Solusi, Kewajiban<br />

38 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


A. PENDAHULUAN<br />

Pengertian generasi muda erat hubungannya dengan arti generasi<br />

muda sebagai generasi penerus. Kata "Generasi muda" yang terdiri dari<br />

dua kata yang majemuk, kata yang kedua adalah sifat atau keadaan<br />

kelompok individu itu masih berusia muda dalam kelompok usia muda<br />

yang diwarisi cita-cita dan dibebani hak dan kewajiban, sejak dini telah<br />

diwarnai oleh kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan kegiatan politik.<br />

Maka dalam keadaan seperti ini generasi muda dari suatu bangsa<br />

merupakan "Young Citizen".<br />

Yang dimaksud "Generasi Muda" secara pasti tidak terdapat satu<br />

definisi yang dianggap paling tepat akan tetapi banyak pandangan yang<br />

mengartikannya tergantung dari sudut mana masyarakat melihatnya.<br />

Namun dalam rangka untuk pelaksanaan suatu program pembinaan bahwa<br />

"Generasi Muda" ialah bagian suatu generasi yang berusia 0 – 30 tahun. 1<br />

Untuk lebih dapat mengidentifikasi pengertian, ciri dan aspek yang<br />

terkandung dalam dalam Generasi Muda yaitu:Generasi muda adalah<br />

sebuah fase yang biasanya terhitung mulai usia baligh antara 12 – 23 tahun<br />

yang biasanya sudah bisa membedakan dan mengambil keputusan sendiri<br />

tentang kemana jalan hidupnya. Namun bukan berarti yang di bawah usia<br />

tersebut tidak termasuk generasi muda<br />

Berdasarkan analisis fakta, masa muda adalah masa sesudah anakanak,<br />

biasanya ditandai oleh perubahan fisik dan mental. Kalau kita<br />

klasifikasikan ada tiga tahapan :<br />

Tahapan pertama usia antara 12 – 18 tahun atau usia SMP dan SMU,<br />

masa Pertumbuhan dan pematangan baik fisik maupun mental<br />

Tahapan kedua usia 18 – 23 tahun atau pasca SMU - Mahasiswa adalah<br />

masa peralihan dari remaja menjelang dewasa<br />

Tahapan Ketiga usia 23 – 40 usia dewasa atau usia orang bekerja, mulai<br />

meniti karir dan mulai membina rumah tangga atau lebih familiar dengan<br />

masa pengembangan potensi diri 2<br />

Karena itu agar generasi muda tersebut siap untuk melanjutkan<br />

atau meneruskan cita-cita kita, maka harus disiapkan sedini mungkin agar<br />

1<br />

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/pmak8190/generasi_muda.htm<br />

2<br />

Hari Moekti, Mencetak Generasi Cerdas dan Bertaqwa, (Jakarta, cakrawala publishing<br />

2004) h. 3<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 39


mereka siap untuk menghadapi tantangan zaman yang mana begitu banyak<br />

tantangan dan ancaman yang menanti mereka. Begitu juga bagi generasi<br />

muda Islam yang notabene kita persiapkan untuk melanjutkan kehidupan<br />

islam yang hakiki. Namun ini semua tidak semudah membalikkan<br />

telapak tangan, karena kita harus mengetahui dulu apa saja yang menjadi<br />

penghalang/ancaman yang menghadang mereka untuk bisa menjadi<br />

generasi yang ideal menurut Islam<br />

B. ANCAMAN BAGI GENERASI MUDA ISLAM DAN<br />

PENYEBABNYA<br />

1. Ancaman dari Iblis la’natullah‘alaih<br />

Sebagai musuh utama manusia, maka iblis telah berjanji<br />

dan meminta kepada Allah agar diperkenankan untuk menggiring<br />

manusia menuju kesesatan begitu juga bagi generasi muda kita yang<br />

di abadikan Allah dalam Al-Qur’an :<br />

• <br />

<br />

•<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Artinya : iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya<br />

tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi)<br />

mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,<br />

dari kanan dan dari kiri <br />

mereka.<br />

dan Engkau<br />

tidak akan<br />

<br />

mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al-<br />

A’raf : 16 -17) 3<br />

Dan juga firman-Nya :<br />

<br />

<br />

<br />

•<br />

<br />

<br />

<br />

Artinya : Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah<br />

3<br />

Yayasan penyelenggara Penterjemah /Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Dan Terjemahnya <br />

(Jakarta : DEPAG RI, 1971) , h.223<br />

<br />

<br />

<br />

40 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan<br />

mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi,<br />

dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,kecuali<br />

<br />

hamba-hamba<br />

<br />

Engkau<br />

<br />

yang mukhlis<br />

<br />

di antara<br />

<br />

mereka".<br />

<br />

(QS. Al – Hijr : 39 – 40)<br />

<br />

4<br />

<br />

Maka wajar saja jika kebanyakan generasi kita banyak yang<br />

sudah jauh dari ajaran Islam dan bahkan ada yang phobia terhadap<br />

ajaran – ajaran Islam itu sendiri. Untuk belajar agama sangat sulit<br />

<br />

karena setiap saat iblis berusaha menggiring mereka hanyalah generasigenerasi<br />

Islam yang mukhlis saja yang akan mampu menghadapinya.<br />

<br />

2. Ancaman dari Kaum terlaknat yahudi dan kaum kafir<br />

Allah SWT mengingatkan dalam Firman-Nya :<br />

<br />

<br />

Artinya : Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada<br />

kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah:<br />

"Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang<br />

<br />

benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan<br />

mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka<br />

Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.<br />

(QS. Al-Baqarah : 120) 5<br />

Saat ini peringatan Allah itu sangat Nampak sekali bagaimana<br />

orang-orang yahudi dari dulu hingga sekarang senantiasa selalu<br />

berusaha menjerumuskan kaum muslimin terutama generasi mudanya<br />

agar sedikit demi sedikit meninggalkan ajaran Islam. Sebagaimana<br />

Sabda Rasulullah SAW :<br />

Dari Abu Sa‘id Al Khudri, ia berkata: “Rasululah bersabda:<br />

‘Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian,<br />

sejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk ke dalam<br />

4<br />

I b i d, h. 394<br />

5<br />

I b i d, h. 394<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 41


lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk ke dalamnya.’ Mereka<br />

(para sahabat) bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah kaum Yahudi dan<br />

Nasrani?’ Sabda beliau: “Siapa lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim)<br />

Mereka (Kaum Zionis Yahudi dan Antek-anteknya) berusaha<br />

memasukkan paham dan budaya mereka ke dalam jiwa-jiwa generasi<br />

Muda Islam, diantaranya dengan : 4 S dan 4 F<br />

a. 4 S ( Sing, Sex, Sport dan Smoke)<br />

- SING : Musik-musik yang mempertunjukkan budaya<br />

dan lirik orang kafir dengan berbagai instrumennya.<br />

Saat ini begitu mudahnya generasi muda kita lebih betah<br />

mendengarkan musik ketimbang mendengarkan lantunan<br />

ayat-ayat Al-Qur’an bahkan mereka tahan berjam-jam hanya<br />

untuk mendengarkannya dan rela antri dengan membayar<br />

puluhan bahkan ratusan juta hanya untuk menyaksikan konser<br />

musik yang penyanyinya merupakan idolanya, namun saat<br />

diperdengarkan lantunan ayat-ayat suci telinganya sudah<br />

berontak tidak tahan.<br />

- SEX : Banyaknya media yang menyajikan gambar dan<br />

tayangan yang mengandung unsur pornografi dan porno aksi.<br />

Makanya tidak heran pergaulan bebas (freesek) semakin<br />

marak terjadi di kalangan remaja. Berita-berita di televise dan<br />

surat kabar setiap harinya selalu ada meliput tentang freesek<br />

di kalangan remaja saat ini.<br />

Dinas kesehatan Banjarmasin pernah membuat data tentang<br />

prilaku sek bebas di kalangan pelajar SMP selama tahun 2011<br />

di kota Banjarmasin, berikut datanya<br />

NO KASUS SEKSUAL REMAJA JUMLAH KASUS<br />

1 Kehamilan di Luar Nikah 220 Kasus<br />

2 Persalinan Remaja 325 Kasus<br />

3 Seks Pranikah 148 Kasus<br />

4 Infeksi Saluran Repreduksi 30 Kasus<br />

5 Infeksi Menular Seksual (IMS) 30 Kasus<br />

Data Dinas Kesehatan Banjarmasin (Sumber : Harian Radar Banjarmasin<br />

03/10/2012) 6<br />

6<br />

Harian Radar Banjarmasin, Berita Utama , Rabu 03 oktober 2012<br />

42 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Itu baru data dari generasi muda tahapan pertama (Usia SMP)<br />

belum lagi usia SMA dan Mahasiswa tentu lebih banyak lagi.<br />

Sebagaimana seringkali ketika terjadi razia oleh kepolisian<br />

di sejumlah hotel dan penginapan di kota Banjarmasin yang<br />

tertangkap kebanyakan kalangan pelajar belum lagi yang<br />

terjadi di Kost-Kost Mahasiswa. Seperti ini pernah di angkat<br />

dalam harian Radar Banjarmasin berupa ulasan hasil laporan<br />

dari Dewi Setya Amalia yang bertema “ Sex Undercover”<br />

yang dilakukan beberapa Mahasiswa di Kota Banjarbaru.<br />

- SPORT : Walaupun olahraga hukumnya mubah (Boleh)<br />

namun jika itu membuat diri kita melalaikan kewajiban kepada<br />

Allah maka bisa jadi Haram. Berbagai macam even olahraga<br />

yang tidak mencerminkan kultur Islam (membuka aurat)<br />

serta digelar tanpa memperhatikan waktu sholat. Contohnya<br />

dalam cabang sepakbola yang mampu menyedot perhatian<br />

semua kalangan tak terkecuali generasi muda. Bahkan mereka<br />

lebih familiar dengan nama Cristiano Ronaldo (CR7) , Lionel<br />

Messi, Didier Drogba, David Beckham dan lainnya daripada<br />

4 Sahabat Rasulullah (Abu Bakar, Umar,Usman dan Ali)<br />

bahkan rela meninggalkan waktu shalat hanya untuk melihat<br />

pertandingan baik itu di televisi atau di Stadion. Belum lagi<br />

begitu banyak cabang olahraga yang menampilkan atlet yang<br />

tidak menutup aurat, renang dan binaraga misalnya.<br />

- SMOKE : Rokok yang sudah umum dikalangan tua maupun<br />

muda,awam maupun intelektual bahkan kebanyakan kaum<br />

muslimin adalah pecandu rokok yang hukumnya menurut<br />

jumhurul'ulama adalah makruh,artinya sesuatu yang dibenci<br />

oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Bahkan menurut sebagian<br />

ulama adalah haram. Belum lagi bahayanya baik terhadap<br />

sendiri terlebih lagi bagi orang lain, yang bisa jadi kita dzalim<br />

terhadap orang lain. Bahkan tidak jarang dari mulai merokok<br />

biasanya berlanjut dengan mencoba Narkoba.<br />

b. 4 F (Fun, Fashion, Food dan Faith)<br />

- FUN : Lawakan, tontonan -tontonan yang lucu yang sering<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 43


kita jumpai dalam tayangan televisi yang hal tersebut sangat<br />

di benci Rasulullah. Karena candaan mereka sering kali<br />

keterlaluan bahkan sampai mencelakakan orang lain. Aneh<br />

memang saat ini perbuatan jahil terhadap orang lain di anggap<br />

sebagai hiburan atau lawakan seperti banyaknya reality show<br />

yang marak di Televisi. Bercanda sebanrnya boleh karena<br />

Rasulullah juga pernah bercanda namun buan canda yang<br />

berlebihan atau malah mencelakakan orang lain<br />

- FASHION : Busana, terutama dikalangan generasi muda yang<br />

kebanyakan sudah berkiblat pada trend-trend orang kafir yang<br />

selalu mengumbar aurat dan menimbulkan syahwat. Wajar<br />

saja karena kebanyakan desainer-desainer kita hanya melihat<br />

dari sisi keindahan seseorang tanpa memperhatikan dari sisi<br />

hokum syara’nya<br />

- FOOD : Makanan, berbagai makanan jadi dan cepat saji<br />

yang diproduksi oleh pabrik yang belum jelas kesucian<br />

dan kehalalannya. Bahkan terjamin tidak thayyib sehingga<br />

kesehatan generasi muda kita jadi taruhan. Padahal apa yang<br />

bisa diharapkan dari generasi yang sakit-sakitan<br />

- FAITH : Kepercayaan, yang dimaksud adalah fahamfaham<br />

yang dikembangkan oleh orang-orang kafir seperti<br />

Liberalisme, Komunisme, Orientalisme, Zionisme,<br />

Kapitalisme dan lain sebagainya. Yang tentunya membuat<br />

generasi muda kita phobia dengan ajaran agamanya sendiri<br />

dan malah lebih tertarik dengan ajaran-ajaran/faham-faham<br />

mereka. Maka wajar saja jika Rasulullah mengingatkan dalam<br />

sebuah haditnya : “Islam dulu datang dalam keadaan asing dan<br />

suatu saat nanti juga akan kembali asing, maka beruntunglah<br />

orang-orang yang asing” (Al-Hadits)<br />

Itulah beberapa ancaman yang mereka lancarkan setiap saat<br />

untuk meracuni dan menggiring generasi muda kea rah kehancuran.<br />

Apa yang bisa kita harapkan dari generasi yang hancur ini.<br />

44 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


C. MENCEGAH LEBIH BAIK DARIPADA MENGOBATI<br />

Setelah kita mengetahui ancaman-ancaman atau jebakan-jebakan<br />

apa saja yang disebabkan oleh dendam Iblis kepada Adam dan anak<br />

cucunya dan juga ketidaksukaan kaum Zionis La’atulllah kepada pengikut<br />

Muhammad SAW, maka yang harus kita kita cermati bagaimana caranya<br />

agar ancaman/jebakan tersebut tidak menimpa Generasi Muda Muslim<br />

kita.<br />

Ada beberapa langkah yang bisa kita ambil, yang intinya dari<br />

semua langkah tersebut bertujuan untuk “Back To Islam” karena hanya<br />

Islamlah yang bisa menjawab ancaman-ancaman tersebut karena “Islam<br />

The best Solution”<br />

Dan tentunya untuk mewujudkan itu semua perlu melibatkan Peran<br />

Orang Tua terutama ibu sebagai “Madrasah” Pertama bagi anak-anaknya,<br />

Peran Masyarakat yang akan menciptakan lingkungan yang kondusif dan<br />

tentunya peran Pemerintah dalam mengatur kehidupan masyarakatnya.<br />

1. Peran orang Tua<br />

Banyak penelitian menunjukkan , bahwa prosentase<br />

keberadaan anak lebih banyak di rumah dibanding sekolah. Nah<br />

apakah keberadaannya di rumah sudah dimanfaatkan orang Tua untuk<br />

mendidik anak-anaknya ? Jawabnya sangat relative bahkan cenderung<br />

terjadi krisis keteladanan 7<br />

Sebagian Orang Tua hanya bisa memerintah namun menjadi<br />

contoh yang baik tidak, contoh menyuruh anak shalat tepat waktu<br />

sedang mereka sibuk dengan pekerjaan saat tiba waktu shalat.<br />

Kadangkala kurangnya kontrol terhadap apa yang dilakukan anak,<br />

misalnya berteman dengan siapa, bepergian kemana sehingga peluang<br />

mereka (Generasi Muda) untuk terjerumus dalam 4 S dan 4 F sangat<br />

terbuka. Namun di sini Orang Tua tidak mesti menjadi Protektif selalu<br />

melarang apa yang dilakukan anak, namun hendaknya Orang Tua<br />

melakukan pendekatan yang mudah dipahami dan diterima anaknya.<br />

Misal mengatur jadwal menonton Televisi. Insya Allah dengan<br />

pendekatan yang baik anak menjadi paham.<br />

7<br />

Syaharuddin, S.Pd.,M.A., Aktualisasai Nilai – nilai Islam Dalam Kehidupan<br />

Bermasyarakat, (Yogyakarta : Eja Publisher, 2009) h. 114<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 45


2. Peran Masyarakat<br />

Keberhasilan pendidikan di rumah tentunya juga harus dibarengi<br />

dengan senantiasa memantau kegiatan si anak di luar rumah atau saat<br />

anak kita berinteraksi dengan masyarakat lingkungan sekitar kita.<br />

Biar bagaimanapun baiknya pendidikan kita di rumah tapi keadaan<br />

lingkungan yang tidak kondusif, misalnya berjudi adalah sudah<br />

menjadi kebiasaan di masyarakat saat ada hajatan, maka bisa jadi<br />

anak kita baik secara terpaksa akan ikut-ikutan kebiasaan yang tidak<br />

baik itu. Maka dari itu control tetap harus jalan dengan memilihkan<br />

lingkungan dan teman yang baik saat mereka terjun ke masyarakat.<br />

3. Peran Pemerintah<br />

Namun dari semua itu yang juga mempunyai peran yang<br />

tidak kalah penting adalah adanya peran pemerintah yang mengatur<br />

kehidupan bermasyarakat dengan menerapkan hokum tegas bagi yang<br />

melanggar, apalagi jika hukum itu berdasarkan hukum dari Al-Qur’an<br />

dan As-Sunnah. Peran pemerintah di sini juga bisa jadi menciptakan<br />

pendidikan yang berkualitas yang menitikberatkan pada pendidikan<br />

agama, tidak seperti saat ini pelajaran Agama hanya menjadi<br />

pelengkap. Bahkan yang lebih parah lagi penulis pernah mendengar<br />

kabar bahwa sebuah sekolah demi mengejar target sekolah berstandar<br />

internasional bersedia memangkas pelajaran agama di sekolahnya<br />

padahal porsi pelajaran agama hanya sedikit yakni 2 jam dalam<br />

seminggu.<br />

Selain itu pemerintah juga bisa mengandalkan peran Penyuluh<br />

Agama yang ada di Kementerian Agama untuk terjun langsung<br />

membimbing generasi muda yang ada di sekolah-sekolah atau<br />

kelompok- kelopmok generasi muda. Dan bisa juga adanya adanya<br />

kerjasama yang apik antara penyuluh agama dengan penyuluhpenyuluh<br />

lainniya yang ada dijajaran pemerintahan, misalnya untuk<br />

mengatasi bahaya Narkoba bisa kerjasama dengan Badan Narkotika<br />

Nasional dan masalah sex bebas di kalangan remaja Penyuluh Agama<br />

bias menggandeng Penyuluh KB yang ada di BKKBN dengan<br />

catatan tidak turut serta mensukseskan rencana segelintir orang yang<br />

menginginkan adanya liberalisasi kondom (ATM Kondom) dan<br />

46 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


pelegalan Aborsi.<br />

Jika semuanya dapat menjalankan perannya masing-masing<br />

dengan baik maka cita-cita kita untuk memiliki generasi muda Islam yang<br />

berkualitas akan tercapai dan ingatlah perkataan seorang Ahli Hikmah<br />

: “Wahai Generasi Muda sesungguhnya di tanganmulah letak perkara<br />

umat, dan di telapak kakimulah letak hidupnya umat ? Camkanlah !!!!”.<br />

Paling tidak sedini mungkin kita menyiapkan mereka sebelum<br />

terlambat, sebagaimana kata orang bijak mencegah lebih baik daripada<br />

mengobati.<br />

D. Penutup<br />

Begitulah setiap saat ancaman-ancaman yang berpotensi<br />

menghancurkan generasi Muda terutama Generasi muda islam kian hari<br />

semakin gencar dilakukan oleh orang-orang yang tidak senang akan<br />

bangkitnya kembali agama yang mulia ini. Mereka berupaya sekuat<br />

tenaga membangun kekuatan dan memberikan pengaruh yang luar biasa<br />

besar sehingga mampu menggiring remaja-remaja kita yang notabene<br />

<br />

generasi penerus setelah kita ke arah kehancuran.<br />

Namun kita tidak boleh tinggal diam, kita semua mempunyai<br />

<br />

amanah yang akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak<br />

terutama bagi mereka yang diberikan amanah untuk menyelamatkan<br />

mereka seperti halnya para ulama termasuk penyuluh Agama Islam<br />

yang ada di Kementerian Agama. Tentu kita tidak ingin cahaya Islam ini<br />

<br />

kembali padam setelah kita berusaha membangkitkan kembali. Namun<br />

hal ini tidak mudah harus ada sinergi setiap elemen masyarakat yang<br />

<br />

peduli atas keberlangsungan generasi masa depan. Allah SWT pernah<br />

mengingatkan kita dalam Firman-Nya :<br />

<br />

• <br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Artinya Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang<br />

seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,<br />

yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab<br />

<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel<br />

47


itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka<br />

mengucapkan Perkataan yang benar. (QS. An-Nisa : 9) 8<br />

Akhirnya semoga segala upaya yang kita lakukan menjadikan<br />

generasi muda kita benar-benar siap untuk mengggantikan peran kita di<br />

masa yang akan datang dengan semangat untuk mengembalikan kembali<br />

kemuliaan Islam di bumi Allah ini. Wallahu’alam bishowaf.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/pmak8190/generasi_muda.htm<br />

Moekti ,Hari, Mencetak Generasi Cerdas dan Bertaqwa, cakrawala publishing<br />

,Jakarta, 2004).<br />

Yayasan penyelenggara Penterjemah /Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Dan<br />

Terjemahnya Jakarta : DEPAG RI, 1971<br />

Harian Radar Banjarmasin, Berita Utama , Rabu 03 oktober 2012<br />

Syaharuddin, S.Pd.,M.A., Aktualisasai Nilai – nilai Islam Dalam Kehidupan<br />

Bermasyarakat, Eja Publisher,,Yogyakarta 2009<br />

Fadlurrahman, Nasib Wanita Sebelum Islam, Putra Pelajar, Jakarta 2000<br />

BIODATA PENULIS :<br />

Nama<br />

: Syahdan, S.H.I<br />

Tempat /Tgl Lahir : Banjarmasin, 25 Juli 1981<br />

NIP : 19810725 201101 1 008<br />

Jabatan<br />

: Penyuluh Agama Islam<br />

Fungsional Kec. Liang Anggang<br />

Kota Banjarbaru<br />

No. HP : 05116158873 / 0878143326 81<br />

Pendidikan Terakhir : S1 Pada Universitas Islam<br />

<strong>Kalimantan</strong> Fakultas Agama Islam<br />

8 Yayasan penyelenggara Penterjemah /Pentafsir Al-Qur’an, Op . Cit. h. 116<br />

48 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


MENGATASI KENAKALAN REMAJA<br />

LEWAT RUMAH TANGGA DAN KELUARGA<br />

الحمد هلل,‏ الحمد هلل الذى أنعمنا بنعمة اإليمان و اإلسالم.‏ أشهد أن ال إله إال اهلل وحده الشريك له الملك<br />

العالم,‏ وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله خير البشر واألنام.أللهم صل وسلم وبارك على سيدنا<br />

‏.محمد وعلى أله و أصحابه ومن تبعهم على الدوام<br />

‏.أما بعد,‏ فيا أيها المسلمون اتقوا اهلل حق تقاته والتموتن إال وانتم مسلمون<br />

Hadirin Jemaah Jum`at Rahimakumullah !<br />

Dalam kesempatan yang sangat mulia ini, marilah kita sama-sama<br />

bermunajat dan bermuhasabah untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah<br />

SWT di manapun dan kapanpun kita berada, karena hanya orang-orang yang<br />

bertaqwalah yang akan mendapatkan kebahagian dan kemulian yang hakiki di<br />

sisi Allah SWT, sebagaimana firmanNya dalam QS. Al-Hujurat :<br />

‏.إن اكرمكم عند اهلل اتقىكم<br />

Artinya : Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi<br />

Allah, adalah orang paling bertaqwa.<br />

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah !<br />

Keluarga yang normal adalah keluarga yang mempunyai anggota yang<br />

lengkap dan hubungan yang harmonis di antara mereka, serta mempunyai<br />

faham tentang norma-norma kehidupan yang sama, sehingga tidak<br />

menimbulkan kesulitan bagi anak-anaknya yang tumbuh dan berkembang<br />

dalam menentukan sikap, perilaku, pola pikir, perasaan dan sebagainya.<br />

Orang tua yang baik dalam keluarga akan selalu mengadakan<br />

pembinaan dan pengarahan serta memberikan keteladanan dalam bertingkah<br />

laku yang terpuji kepada anak-anaknya. Proses pendidikan dan pengajaran<br />

non formal demi terbina dan berkembangnya kepribadian anak yang utuh<br />

dan menyenangkan tidak boleh melemah atau menyusut, tapi harus semakin<br />

ditingkatkan, sebab keadaan moral dan akhlaq yang berkembang dalam<br />

kehidupan masyarakat dan bangsa akhir-akhir ini semakin runyam. Oleh<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 49


karena itu, setiap orang tua dalam keluarga harus menyadari dengan baik<br />

akan fungsi dan tanggung jawabnya terhadap anak-anak yang mereka miliki<br />

sebagai titipan dan amanah dari Allah SWT, yang pada suatu saat nanti akan<br />

diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah Rabbul’izzati.<br />

Allah SWT berfirman dalam surah At-Tahrim ayat 6:<br />

يا يها الذين امنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها ملئكة غالظ شداد اليعصون<br />

‏.اهلل ما امرهم ويفعلون ما يؤمرون<br />

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan<br />

keluargamu dari api neraka, yang kayu bakarnya terdiri dari<br />

manusia dan batu-batuan, penjaganya malaikat-malaikat yang<br />

kasar dan keras, mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa<br />

yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan<br />

apa yang diperintahkan.<br />

Sadar akan peringatan dan himbauan Allah SWT yang demikian itu,<br />

maka tentulah setiap orang tua dalam keluarga yang baik akan mengupayakan<br />

semaksimal mungkin melalui pendidikan, pengajaran dan aktualisasi kasih<br />

sayang dalam kehidupan yang harmonis, agar anak-anaknya mempunyai<br />

akhlak yang mulia dan budi pekerti yang terpuji, serta terhindar dari tingkah<br />

laku dan kebiasaan hidup yang tercela, seperti menjadi anak yang nakal, yang<br />

suka melakukan perbuatan keji dan munkar. Setiap warga masyarakat tentu<br />

menyadari bahwa perilaku remaja yang nakal sangat menggangu ketentraman,<br />

kebahagiaan dan kesejahteraan hidup dalam keluarga serta masyarakat.<br />

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah !<br />

Mempunyai anak yang shaleh, rajin dan pandai serta taat beribadah,<br />

tentunya menjadi idaman setiap orang tua, karena Rasulullah SAW pernah<br />

bersabda :<br />

‏.إذا مات ابن آدم انقطع عمله إال من ثالث صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له<br />

Artinya : Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah<br />

50 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


semua amalnya, kecuali tiga perkara, yakni sedekah jariyah, atau<br />

ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang selalu berdo`a untuk<br />

orang tuanya.<br />

Betapa bahagianya kita kalau mempunyai anak yang shaleh, ketika<br />

kita masih hidup, dia selalu berbakti dan berbuat baik kepada kita. Dan ketika<br />

kita telah berpulang ke rahmatullah, dia akan selalu mendo`akan kita agar<br />

Allah mengampuni dosa-dosa kita dan terbebas dari siksa kubur dan siksa api<br />

neraka.<br />

Sebaliknya, betapa sengsaranya kita kalau mempunyai anak<br />

yang nakal, yang terjerumus dalam kemaksiatan dan kemunkaran, ketika<br />

kita masih hidup, dia selalu berbuat jahat, durhaka dan memalukan keluarga.<br />

Dan ketika telah berpulang ke rahmatullah, dia pun tidak pernah mendo`akan<br />

kita, dan bahkan menambah beban derita kita di akhirat karena kejahatannya.<br />

Rasulullah SAW pernah menceritakan bahwa ada orang yang shaleh, ketika<br />

akan masuk sorga, terhalang oleh dosa-dosa anaknya, karena orang tua tadi<br />

terlalu asik beribadah sehingga melupakan pendidikan terhadap anaknya,<br />

maka anaknya menjadi orang yang nakal.<br />

Kaum Muslimin yang dicintai Allah !<br />

Rasulullah SAW pernah bersabda :<br />

,ابيط‌لاإ‌هقز‌ريلا والسباحةوالرمايةوأن ‏الكتابة وأنيعلمه ‏وأدبه ‏اسمه حقالولدعلىوالدهأنيحسن ‏)رواهالحاكم<br />

إذاأدرك ‏يزوجه ‏(وأن Artinya : “Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberinya nama<br />

yang baik, mendidiknya dengan adab yang baik, mengajarinya<br />

menulis, berenang, memanah dan tidak memberinya nafkah kecuali<br />

dengan rezki yang baik, serta mengawinkannya apabila dia telah<br />

mendapat jodoh.” (HR. Al-Hakim).<br />

Hadist Nabi ini menjelaskan bahwa orang tua mempunyai beberapa kewajiban<br />

terhadap anaknya, antara lain :<br />

1. Memberi anak nama yang baik, karena nama adalah do`a ;<br />

2. Mendidik anak dengan adab yang baik, sehingga anak itu memiliki akhlaq<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 51


yang mulia dan menjadi anak yang shaleh;<br />

3. Mengajari anak menulis, maksudnya mengajari anak dengan ilmu<br />

pengetahuan yang luas, baik ilmu agama maupun umum. Saidina Ali<br />

Karramallahu Wajhah pernah berkata :<br />

‏.علمواأوالدكم ‏فإنهم ‏مخلوقون ‏لزمان ‏غيرزمانكم<br />

Artinya : “Ajarilah atau didiklah anak-anak kalian (dengan pendidikan dan<br />

pengajaran yang lebih tinggi), karena mereka diciptakan untuk<br />

suatu zaman yang berbeda dengan zaman kamu sekalian.”<br />

4. Memberinya nafkah dari rezki yang halal, Nabi Muhammad SAW pernah<br />

bersabda :<br />

‏.كل لحم نبت من حرام فالنار أولى به<br />

Artinya : Setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram, maka api<br />

neraka lebih berhak untuknya.<br />

5. Menikahkan anak ketika ia sudah mencapai umur yang cukup, artinya<br />

apabila anak kita umurnya sudah cukup dan sudah mempunyai pasangan,<br />

maka hendaknya segera dinikahkan, agar tidak terjadi fitnah atau<br />

perzinahan.<br />

Demikianlah khutbah yang disampaikan, dengan harapan kita berusaha untuk<br />

mendidik anak kita agar menjadi anak yang shaleh, rajin dan pandai serta<br />

taat beribadah. Oleh karena itu, berilah anak-anak kita pendidikan yang baik,<br />

bekali mereka dengan agama (iman dan taqwa) yang cukup, awasi pergaulan<br />

mereka agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan dan kemunkaratan serta<br />

jadikanlah diri kita sebagai contoh teladan yang baik dalam keluarga dan<br />

rumah tangga kita. Karena itu semua, adalah kewajiban kita selaku orang tua.<br />

إذا قرء القرآن فاستمعوا له وانصتوا لعلكم ترحمون : اعوذ باهلل من الشيطان الرجيم ‏,ياأيها الذين<br />

آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها ملئكة غالظ شداد اليعصون اهلل ما<br />

‏.امرهم ويفعلون ما يؤمرون<br />

بارك اهلل لى ولكم فى القرآن العظيم,‏ ونفعنى وإياكم بما فيه من اآليات والذكر الحكيم,‏ وتقبل منى<br />

ومنكم تالوته إنه هو السميع العليم,‏ أقول قولى هذا واستغفر اهلل لى ولكم ولسائر المؤمنين والمؤمنات<br />

‏.والمسلمين والمسلمات فاستغفروه – إنه هو الغفور الرحيم<br />

52 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Kajian Tafsir<br />

SURAH AN-NISA : 58-59<br />

Oleh<br />

Bani Yasin<br />

• <br />

•• <br />

• <br />

• <br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat<br />

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila<br />

menetapkan قال menetapkan hukum di antara manusia supaya : kamu فقال :<br />

sebaik- Allah memberi pengajaran yang القوم : " Sesungguhnya dengan adil. قال ."<br />

baiknya kepadamu. " : قال Sesungguhnya Allah " adalah یسمع Maha " : بعضھم mendengar<br />

." lagi الساعة Maha Melihat.<br />

قال : "<br />

عن أبى ھریرة بینما النبي ص م فى مجلس یحدث القوم جاءه أعرابى متى<br />

الساعة ؟ فمضى رسول االله ص م یحدث,‏ فقال بعض سمع ما قال فكره ما<br />

وقال بل لم حتى إذا قضى حدیثھ أین أراه السائل عن الساعة".‏<br />

قال : ‏"ھا أنا یا رسول االله".‏ فإذا ضیعت الأمانة فانتظر قال كیف<br />

إضاعتھا ؟ قال إذا وسد الأمر إلى غیر أھلھ فانتظر الساعة.‏<br />

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul<br />

(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan<br />

pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al<br />

Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman<br />

kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama<br />

(bagimu) dan lebih baik akibatnya.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 53


Sabab an-Nuzul (Sebab Turunnya Ayat) :<br />

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa setelah Rasulullah SAW<br />

memasuki kota Mekkah pada hari pembebasan (Fathu Makkah), Usman bin<br />

Talhah pengurus Ka`bah pada waktu itu menguasai pintu Ka`bah. Ia tidak<br />

mau memberikan kunci Ka`bah kepada Rasulullah SAW.<br />

Kemudian Ali bin Thalib merebut kunci Ka`bah itu dari Usman bin<br />

Thalhah secara paksa dan membuka Ka`bah, lalu Rasulullah masuk ke dalam<br />

Ka`bah dan shalat dua rakaat. Setelah beliau keluar dari Ka`bah tampillah<br />

paman beliau Abbas ke hadapannya dan meminta diberi jabatan pemelihara<br />

Ka`bah dan jabatan penyediaan air untuk jamaah haji, maka turunlah ayat<br />

ini, lalu Rasulullah SAW memerintahkan Ali bin Abi Thalib mengembalikan<br />

kunci Ka`bah kepada Usman bin Thalhah dan meminta maaf kepadanya atas<br />

perbuatannya merebut kunci itu secara paksa.<br />

Tafsir :<br />

Setelah menjelaskan keburukan sebagian orang Yahudi, seperti tidak<br />

menunaikan amanah yang Allah percayakan kepada mereka, yakni amanah<br />

mengamalkan kitab suci dan tidak menyembunyikan isinya, kini al-Qur’an<br />

kembali menuntun kaum muslimin agar tidak mengikuti jejak mereka. Tuntunan<br />

kali ini sungguh sangat ditekankan, karena ayat ini langsung menyebut nama<br />

Allah sebagai yang menuntun dan memerintahkan, sebagaimana terbaca<br />

dalam firman-Nya dalam Surah An-Nisa ayat 58. Sesungguhnya Allah Yang<br />

Maha Agung, yang wajib wujud-Nya serta menyandang segala sifat terpuji<br />

lagi suci segala sifat tercela, menyuruh kamu menunaikan amanah-amanah<br />

secara sempurna dan tepat waktu, kepada pemiliknya, yakni yang berhak<br />

menerimanya, baik amanah Allah kepada kaum maupun amanah manusia,<br />

betapapun banyaknya yang diserahkannya kepada kamu, dan Allah juga<br />

menyuruh kamu apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, baik<br />

yang berselisih dengan manusia lain maupun tanpa perselisihan, maka<br />

supaya kamu harus menetapkan putusan dengan adil sesuai dengan apa yang<br />

diajarkan Allah SWT, tidak memihak kecuali kepada kebenaran dan tidak pula<br />

menjatuhkan sanksi kecuali kepada yang melanggar, tidak menganiaya walau<br />

lawanmu dan tidak pula memihak kepada temanmu. Sesungguhnya Allah<br />

dengan memerintahkan menunaikan amanah dan menetapkan hukum dengan<br />

54 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


adil, telah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Karena<br />

itu, berupayalah sekuat tenaga untuk melaksanakannya, dan ketahuilah bahwa<br />

Dia yang memerintahkan kedua hal ini mengawasi kamu, dan sesungguhnya<br />

Allah sejak dulu hingga kini adalah Maha Mendengar apa yang kamu<br />

bicarakan, baik dengan orang lain maupun dengan hati kecilmu sendiri, lagi<br />

Maha Melihat sikap dan tingkah laku kamu.<br />

Amanah adalah sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain untuk<br />

dipelihara dan dikembalikan bila tiba saatnya atau bila diminta oleh<br />

pemiliknya. Amanah adalah lawan dari khianat. Ia tidak diberikan kecuali<br />

kepada orang yang dinilai oleh pemberinya dapat memelihara dengan baik<br />

apa yang diberikannya itu.<br />

Agama mengajarkan bahwa amanah / kepercayaan adalah asas<br />

keimanan berdasarkan sabda Nabi saw., ‘’Tidak ada iman bagi yang tidak<br />

memiliki amanah.’’ Selanjutnya, amanah yang merupakan lawan dari khianat<br />

adalah sendi utama interaksi. Amanah tersebut membutuhkan kepercayaan dan<br />

kepercayaan itu melahirkan ketenangan batin yang selanjutnya melahirkan<br />

keyakinan.<br />

Di atas, terbaca bahwa ayat ini menggunakan bentuk jamak dari kata<br />

amanah. Hal ini karena amanah bukan sekadar sesuatu yang bersifat material,<br />

tetapi juga non-material dan bermacam-macam. Semuanya diperintahkan<br />

Allah agar ditunaikan. Ada amanah antara manusia dengan Allah, antara<br />

manusia dengan manusia lainnya, antara manusia dengan lingkungannya, dan<br />

antara manusia dengan dirinya sendiri. Masing-masing memiliki rincian, dan<br />

setiap rincian harus dipenuhi, walaupun seandainya amanah yang banyak itu<br />

hanya milik seorang.<br />

Kemudian Allah memerintahkan untuk menetapkan hukum dengan adil.<br />

Perintah ini dimulai dengan menyatakan “ apabila kamu menetapkan hukum<br />

di antara manusia”. Tetapi sebelumnya, ketika memerintahkan menunaikan<br />

amanah, redaksi semacam ini tidak ditemukan. Ini mengisyaratkan bahwa<br />

setiap manusia telah menerima amanah secara potensial sebelum kelahirannya<br />

dan secara aktual sejak dia akil baligh. Bukankah Allah berfirman:<br />

”Sesungguhya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan<br />

gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikulnya dan mereka<br />

khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 55


Sesungguhnya manusia itu amat Zalim dan amat bodoh’’ (QS.al-Ahzab<br />

[33]: 72. Tetapi, menetapkan hukum bukanlah wewenang setiap orang. Ada<br />

syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk tampil melaksanakannya, antara<br />

lain; pengetahuan tentang hukum dan tata cara menetapkannya, serta kasus<br />

yang dihadapi. Bagi yang memenuhi syarat-syaratnya dan bermaksud tampil<br />

menetapkan hukum, kepadanya lah ditujukan perintah di atas, yaitu kamu<br />

harus menetapkan dengan adil.<br />

Ayat di atas, ketika memerintahkan menunaikan amanah, ditekannya<br />

bahwa amanah tersebut harus ditunaikan kepada ahlinya atau pemiliknya,<br />

dan ketika memerintahkan menetapkan hukum dengan adil, dinyatakannya<br />

apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia. Ini berarti bahwa perintah<br />

berlaku adil itu ditunjukan terhadap manusia secara keseluruhan. Dengan<br />

demikian, baik amanah maupun keadilan harus ditunaikan dan ditegakkan<br />

tanpa membedakan agama, keturunan atau ras. Ayat-ayat al-Qur’an yang<br />

menekankan hal ini sungguh banyak. Salah satu di antaranya berupa teguran<br />

kepada Nabi SAW yang hampir saja terpedaya oleh dalih seorang muslim yang<br />

munafik, yang bermaksud mempersalahkan seorang Yahudi. Dalam konteks <br />

inilah turun firman-Nya: ‘’Dan janganlah engkau menjadi penentang orangorang<br />

yang tidak bersalah, karena (membela) orang-orang yang khianat’’ (QS. <br />

An-Nisa’ [4]: 105). Nabi SAW pun seringkali mengingatkan hal ini, misalnya<br />

dengan sabda beliau, ‘’Berhati-hatilah terhadap do`anya orang yang teraniaya! <br />

Karena doa orang yang teraniaya itu diterima oleh Allah, walaupun dia orang<br />

yang durhaka, (karena) kedurhakaannya dipertanggungjawabkan oleh dirinya <br />

sendiri’’ (HR. Ahmad dan al-Bazzar melalui Abu Hurairah).<br />

Dalam hadits lain Nabi Muhammad SAW bersabda :<br />

عن أبى ھریرة بینما النبي ص م فى مجلس یحدث القوم جاءه أعرابى متى<br />

الساعة ؟ فمضى رسول االله ص م یحدث,‏ فقال بعض سمع ما قال فكره ما<br />

وقال بل لم حتى إذا قضى حدیثھ أین أراه السائل عن الساعة".‏<br />

قال : ‏"ھا أنا یا رسول االله".‏ فإذا ضیعت الأمانة فانتظر قال كیف<br />

إضاعتھا ؟ قال إذا وسد الأمر إلى غیر أھلھ فانتظر الساعة.‏<br />

فقال :<br />

قال ".<br />

الساعة ".<br />

القوم : "<br />

قال : "<br />

یسمع "<br />

قال : "<br />

قال :<br />

بعضھم : "<br />

artinya : Ketika Nabi Muhammad SAW berbincang-bincang dengan suatu<br />

kaum dalam satu majelis, ada seorang badui bertanya kepada<br />

56 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Rasulullah SAW : “ Ya Rasululallah, kapan sebetulnya kiamat<br />

akan datang? “ Nabi SAW terus berbincang-bincang dengan<br />

kaum itu. Sehingga sebagian sahabat berpendapat bahwa Nabi<br />

mendengar pertanyaan itu, tapi beliau membencinya, dan sebagian<br />

lain berpendapat bahwa Nabi tidak mendengarnya. Pada waktu<br />

beliau selesai berbicara, beliau bertanya, mana orang yang<br />

bertanya tentang hari kiamat tadi ?. Orang Badui tadi menjawab<br />

: ” Saya yaa Rasulullah “. Nabi bersabda : “ Apabila amanah<br />

sudah diabaikan, maka tunggulah saat kerusakan / kehancurannya<br />

(sebab kehancuran identik dengan kiamat). Para sahabat bertanya<br />

kembali : “ Bagaimana amanah itu bisa diabaikan ? “, Rasulullah<br />

SAW menjawab : “ Apabila suatu urusan atau jabatan diserahkan<br />

kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran<br />

itu. (HR. Bukhari dan Muslim).<br />

Selanjutnya surah An-Nisa ayat 59 memerintahkan agar kaum Muslimin<br />

taat dan patuh kepada-Nya, kepada rasul-Nya dan kepada orang yang<br />

memegang kekuasaan diantara mereka agar tercipta kemaslahatan umum.<br />

Untuk kesempurnaan pelaksanaan amanat dan hukum sebaik-baiknya dan<br />

seadil-adilnya, hendaklah kaum Muslimin:<br />

a. Taat dan patuh kepada perintah Allah dengan mengamalkan isi Kitab<br />

Suci Al-Qur’an, melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan-<br />

Nya, sekalipun terasa berat, tidak sesuai dengan keinginan dan kehendak<br />

pribadi. Sebenarnya segala yang diperintahkan Allah itu mengandung<br />

maslahat dan apa yang dilarang-Nya mengandung mudarat.<br />

b. Melaksanakan ajaran-ajaran yang dibawa Rasullah saw pembawa amanat<br />

dari Allah untuk dilaksanakan oleh segenap hamba-Nya. Dia ditugaskan<br />

untuk menjelaskan kepada manusia isi AL-Qur’an. Allah berfirman :<br />

‘’..Dan Kami turunkan Az-Zikr (Al-Qur’an) kepadamu, agar engkau<br />

menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka<br />

....’’(an-Nahl/16:44).<br />

c. Patuh kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ulil amril<br />

yaitu orang-orang yang memegang kekuasaan di antara mereka.<br />

Apabila mereka telah sepakat dalam suatu hal, maka kaum Muslimin<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 57


erkewajibkan melaksanakannya dengan syarat bahwa keputusan mereka<br />

tidak bertentangan dengan Kitab Al-Qur’an dan Hadis. Kalau tidak<br />

demikian halnya, maka kita tidak wajib melaksanakannya, bahkan wajib<br />

menentangnya, karena tidak dibenarkan seseorang itu taat dan patuh karena<br />

sesuatu yang merupakan dosa dan maksiat pada Allah. Nabi Muhammad<br />

saw bersabda: ‘’Tidak (dibenarkan) taat kepada makhluk di dalam halhal<br />

yang merupakan maksiat kepada Khalik (Allah SWT).’’(Riwayat<br />

Ahmad).<br />

d. Kalau ada sesuatu yang diperselisihkan dan tidak tercapai kata sepakat,<br />

maka wajib dikembalikan kepada Al-Qur’an dan hadis. Kalau tidak<br />

terdapat di dalamnya haruslah disesuaikan dengan (dikiaskan kepada)<br />

hal-hal yang ada persamaan dan persesuaiannya di dalam Al-Qur’an dan<br />

sunah Rasulullah saw.<br />

Tentunya yang dapat melakukan kias seperti yang dimaksud di atas<br />

ialah orang-orang yang berilmu pengetahuan, mengetahui dan memahami isi<br />

Al-Qur’an dan sunah Rasul. Demikianlah hendaknya dilakukan oleh orangorang<br />

yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhirat.<br />

Kesimpulan<br />

1. Allah mewajibkan kepada setiap Muslim yang memikul amanat, agar<br />

melaksanakannya dengan jujur, baik amanat yang diterimanya dari Allah<br />

atau amanat sesama manusia.<br />

2. Allah memerintahkan kepda setiap Muslimin agar berlaku adil dalam<br />

setiap tindakannya.<br />

3. Allah memerintahkan pula kepada kaum Muslimin agar menaati<br />

segala perintah-Nya, perintah Rasul-Nya dan ketetapan-ketetapan yang<br />

ditetapkan ulil amril di antara mereka.<br />

4. Apabila terjadi perselisihan di antara mereka, maka hendaklah diselesaikan<br />

sesuai dengan hukum Allah dan Rasul-Nya.<br />

58 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 59


60 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 61


Menyambut Hari Hari Amal Bakti Kementerian Agama ke 67<br />

SEJARAH SINGKAT KANTOR WILAYAH<br />

KEMENTERIAN AGAMA<br />

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN<br />

A. Berdirinya Departemen Agama Republik Indonesia dasarnya ialah :<br />

1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat 1 dan 2; (1) Negara<br />

berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Negara menjamin<br />

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing<br />

dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya<br />

itu;<br />

2. Penetapan Pemerintah Nomor 1/SD Tahun 1946 tentang dibentuknya<br />

Kementerian Agama;<br />

3. Penetapan Pemerintah Nomor 5/SD Tahun 1946 tentang pelimpahan<br />

tugas-tugas keagamaan dari beberapa departemen, mencakup :<br />

perkawinan, peradilan agama, kemesjidan, urusan Mahkamah Islam<br />

Tinggi, dan pengajaran agama di sekolah-sekolah;<br />

4. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor : 1/SD Tahun 1946,<br />

tanggal 03 Januari 1946, tentang pendirian Departemen Agama yang<br />

ditetapkan di Jogjakarta;<br />

5. Kedudukan Departemen Agama sebagai bagian dari Pemerintahan<br />

Negara yang dipimpin oleh seorang Menteri Agama. Menteri Agama<br />

bertanggungjawab langsung kepada Presiden;<br />

6. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Tahun 1956, maka<br />

ditetapkan “ hari berdirinya Kementerian Agama dalam Negara<br />

Republik Indonesia yaitu hari Kamis tanggal 3 Januari 1946 (Masehi)<br />

bertepatan dengan tanggal 29 Muharram 1364 (Hijriyah).<br />

B. Sekilas Kantor Wilayah Kementerian Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong><br />

<strong>Selatan</strong><br />

Instansi Departemen Agama di <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> diawali dengan<br />

terbentuknya Kantor Urusan Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> yang<br />

62 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


erstatus persiapan. Pembentukan Kantor Persiapan ini adalah atas usaha<br />

K.H.Muhammad Hanafi Gobet dan kawan-kawan berdasarkan permintaan<br />

Menteri Agama kepada beliau di Yogyakarta pada tahun 1949. Kantor<br />

Persiapan ini pertama kali menempati rumah H. Iberahim, yakni orang<br />

tua K.H. Hanafi Gobet sendiri, di Jalan <strong>Kalimantan</strong> (sekarang Jl. Mayjen<br />

S. Parman Banjarmasin). Dalam masa persiapan ini oleh Departemen<br />

Agama Pusat ditugaskan Bapak K.H. R. Asnawi Hadisiswono sebagai<br />

Kepala Kantor dan K.H. Hanafi Gobet sebagai wakilnya.<br />

Tanggal 01 Agustus 1950, Kantor Urusan Agama <strong>Provinsi</strong><br />

<strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> ini diresmikan oleh Menteri Agama RI dengan K.H.<br />

Hanafi Gobet sebagai Kepala. Pada tahun 1951, Kantor Urusan Agama<br />

ini dipecah menjadi 3 instansi (jawatan) yakni :<br />

a. Kantor Urusan Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong>, dipimpin oleh<br />

K.H.Hanapi Gobet;<br />

b. Kantor Pendidikan Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong>, di pimpin<br />

oleh (pjs) Dahlan;<br />

c. Kantor Penerangan Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong>, di pimpin<br />

oleh (pjs) H.Abdullah Yazidi.<br />

Ketiga Kantor Jawatan tersebut berjalan sendiri-sendiri, belum<br />

ada koordinasi secara instansional. Baru pada tahun 1968 yakni setelah<br />

adanya Keputusan Menteri Agama RI Nomor 56 dan 91 Tahun 1967,<br />

Instruksi Menteri Agama RI Nomor 15 Tahun 1967 dan Keputusan<br />

Menteri Agama RI Nomor 113 Tahun 1968, terbentuklah perwakilan<br />

Departemen Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> yang berfungsi untuk<br />

mengkoordinasi jawatan-jawatan agama yang ada.<br />

Perwakilan semacam ini hanya ada di tingkat <strong>Provinsi</strong>, sedangkan<br />

perwakilan Kabupaten/Kota belum ada. Kemudian dengan terbentuknya<br />

<strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong>, <strong>Kalimantan</strong> Timur, <strong>Kalimantan</strong> Barat yang<br />

efektif berlaku mulai 10 Januari 1957 maka Kantor Wilayah Departemen<br />

Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> mengikuti perubahan itu.<br />

Sejalan dengan perkembangan Departemen Agama dalam<br />

menghadapi volume kerja yang semakin besar, di mana jawatan-jawatan<br />

di daerah bukan saja dikoordinasi, tetapi perlu dibimbing, dibina dan<br />

dikembangkan secara langsung, intensif dan terarah, maka dikeluarkanlah<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 63


Keputusan Mendagri Nomor 36 Tahun 1972 yang menyempurnakan<br />

struktur organisasi, tugas dan wewenang instansi Departemen Agama di<br />

daerah-daerah.<br />

Atas dasar keputusan tersebut, maka di <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong><br />

yang selama ini hanya ada perwakilan Departemen Agama <strong>Provinsi</strong>,<br />

didirikanlah kantor perwakilan Kabupaten/Kota. Kemudian dengan<br />

diterbitkannya Kepres Nomor 44, 45 Tahun 1974 yang diikuti lagi dengan<br />

keluarnya KMA Nomor 18 Tahun 1975, maka terjadi lagi perubahan<br />

nama perwakilan itu menjadi Kantor Wilayah untuk tingkat <strong>Provinsi</strong> dan<br />

Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk tingkat Kabupaten/<br />

Kota serta Kantor Urusan Agama Kecamatan untuk tingkat Kecamatan.<br />

Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong><br />

<strong>Selatan</strong> sejak terbentuknya sampai sekarang adalah sebagai berikut :<br />

1. K.H.Hanafi Gobet, tahun 1950 – 1967;<br />

2. K.H. Djuhri Sulaiman, tahun 1967 – 1969;<br />

3. K.H. Sumbono Al- Salihun, tahun 1969 – 1974;<br />

4. Drs. H. Anang Mochtar Sofyan, tahun 1974 – 1982;<br />

5. Drs. H. Noorsyamsul, tahun 1982 – 1984;<br />

6. H. M. Thalhah, tahun 1984 (Pjs);<br />

7. H. A. Chalik Dachlan, tahun 1984 – 1985 (Pjs);<br />

8. H.M. Umar Yasin, BA, tahun 1985 – 1996;<br />

9. Drs. H. M. Laily Mansyur, Lph., tahun 1996 - 1997;<br />

10. Drs. H. Rafi’i Salim, tahun 1997 - 1998;<br />

11. PROF. DR. H. Kamrani Buseri, tahun 1998 – 2000;<br />

12. PROF. DR. H. Artani Hasbi, tahun 2001 – 2006;<br />

13. PROF. DR. H.A. Fahmy Arief, MA, tahun 2006 – 2010<br />

14. H.Abdul Halim H Ahmad, Lc .MM, tahun 2010 sampai sekarang;<br />

64 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


KOMPETENSI DASAR PENYULUH AGAMA<br />

FUNGSIONAL TINGKAT TERAMPIL<br />

Oleh : Sururudin<br />

BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

A. Latar Belakang Masalah<br />

Penyuluh agama adalah para juru penerang penyampai pesan<br />

bagi masyarakat mengenai prinsip-prinsip dan etika nilai keberagamaan<br />

yang baik. Hasil akhir yang ingin dicapai dari penyuluh agama, pada<br />

hakekatnya ialah terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki<br />

pemahaman mengenai agamanya secara memadai yang ditunjukkan<br />

melalui pengamalannya yang penuh komitmen dan konsisten, disertai<br />

wawasan multikultur untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang<br />

harmonis dan saling menghargai satu sama lain.<br />

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi<br />

maka tantangan tugas para penyuluh agama Islam semakin berat, karena<br />

dalam kenyataan kehidupan di tataran masyarakat mengalami perubahan<br />

pola hidup yang menonjol.<br />

Di tengah situasi demikian, dalam menuju keberhasilan kegiatan<br />

penyuluhan tersebut, perlu sekali keberadaan penyuluh agama atau juru<br />

dakwah, salah satunya penyuluh agama fungsional tingkat terampil,<br />

untuk memiliki kemampuan, kecakapan yang memadai sehingga<br />

mampu memutuskan, menentukan sebuah proses kegiatan bimbingan<br />

dan penyuluhan. Dapat berjalan sistematis, berhasil guna, berdaya guna<br />

dalam upaya pencapaian tujuan yang diinginkan.<br />

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diketahui siapakah<br />

Penyuluh Agama Fungsional tingkat Terampil itu, Apa Peran dan Tugas<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 65


Pokok Penyuluh Agama Fungsional Tingkat Terampil dalam kegiatan<br />

bimbingan dan penyuluhan dan pembangunan, dan Kompetensi Dasar<br />

apa saja yang harus dimiliki oleh Penyuluh Agama Fungsional tingkat<br />

Terampil ?<br />

Tujuan penulisan ini untuk mengetahui kedudukan Penyuluh<br />

Agama Fungsional Tingkat Terampil, Untuk mengetahui peran dan<br />

tugas pokok Penyuluh Agama Fungsional Tingkat Terampil, dan untuk<br />

mengetahui Kompetensi dasar yang harus dimiliki Penyuluh Agama<br />

Fungsional Tingkat Terampil.<br />

Tulisan ini diharapkan bermanfaat sebagai media bantu untuk<br />

mengetahui seluk beluk sekitar Penyuluh Agama Fungsional Tingkat<br />

Terampil khususnya mengenai kedudukan, peran dan tugas pokok serta<br />

kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh Penyuluh Agama Fungsional<br />

Tingkat Terampil.<br />

BAB II<br />

KOMPETENSI DASAR PENYULUH AGAMA FUNGSIONAL<br />

A. Pengertian Penyuluh Agama Fungsional tingkat Terampil<br />

Penyuluh Agama Fungsional Tingkat Terampil merupakan bagian<br />

jenjang dari penyuluh agama. Secara umum pengertian penyuluh agama<br />

menurut Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Kepala Badan<br />

Kepegawaian Negara Nomor 574 tahun 1999 dan Nomor 178 tahun<br />

1999 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya,<br />

menyebutkan bahwa penyuluh agama adalah Pegawai Negeri Sipil yang<br />

diberi tugas, tanggung jawab, wewenang untuk melakukan kegiatan<br />

bimbingan dan penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa<br />

agama.<br />

Sedangkan pengertian Penyuluh Agama Fungsional Tingkat<br />

Terampil adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan<br />

penyuluh berdasarkan pengalaman kerja, mulai diangkat menjadi PNS<br />

golongan II, pendidikan SLTA.<br />

Jenjang Jabatan Penyuluh Agama Fungsional Tingkat Terampil<br />

66 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


dan jenjang pangkat, sebagai berikut :<br />

1. Penyuluh Agama Pelaksana ( II/a – II/d )<br />

1. Penyuluh Agama Pelaksana lanjutan ( III/a – III/b )<br />

3. Penyuluh Agama Penyelia ( III/c – III/d )<br />

B. Peran, Fungsi dan Tugas Pokok Penyuluh Agama Fungsional tingkat<br />

Terampil<br />

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 79 tahun 1985<br />

bahwa keberadaan penyuluh agama dalam berbagai jenjang mempunyai<br />

peranan yang penting dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan<br />

bernegara, antara lain :<br />

1. Penyuluh Agama sebagai pembimbing masyarakat.<br />

2. Penyuluh Agama sebagai panutan<br />

3. Penyuluh sebagai penyambung tugas pemerintah<br />

Sesuai Keputusan Menteri Negara Koordinator Pengawasan<br />

Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 54/KEP/<br />

MK.WASPAN/9/1999, tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama<br />

dan Angka Kreditnya, bahwa dalam kegiatan tugas Penyuluhan Agama<br />

Islam, melekat fungsi-fungsi sebagai berikut :<br />

1. Fungsi Informatif dan Edukatif<br />

Penyuluh Agama Islam memposisikan sebagai da’i yang berkewajiban<br />

mendakwahkan Islam, menyampaikan penerangan agama dan<br />

mendidik masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai ajaran agama.<br />

2. Fungsi Konsultatif<br />

Penyuluh Agama Islam menyediakan dirinya untuk turut memikirkan<br />

dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat,<br />

baik secara pribadi, keluarga maupun sebagai anggota masyarakat<br />

umum.<br />

3. Fungsi Advokatif<br />

Penyuluh Agama Islam memiliki tanggung jawab moral dan sosial<br />

untuk melakukan kegiatan pembelaan terhadap umat / masyarakat<br />

dari berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang<br />

merugikan aqidah, mengganggu ibadah dan merusak akhlak.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 67


C. Tugas Pokok Penyuluh Agama Fungsional tingkat Terampil<br />

Tugas pokok Penyuluh Agama Fungsional tingkat Terampil dalam<br />

kegiatan penyuluhan dan bimbingan, antara lain :<br />

1. Menyusun rencana kerja operasional<br />

2. Menidentifikasi kebutuhan sasaran<br />

3. Menyusun konsep program<br />

4. Menyusun konsep program sebagai penyaji<br />

5. Merumuskan program kerja<br />

6. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan / penyuluhan dalam<br />

bentuk naskah<br />

7. Melaksanakan bimbingan / penyuluhan melalui tatap muka kepada<br />

masyarakat<br />

8. Melaksanakan bimbingan / penyuluhan melalui pentas pertunjukan<br />

sebagai pemain<br />

9. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan / penyuluhan<br />

10. Melaksanakan konsultasi perorangan<br />

11. Melaksanakan konsultasi kelompok<br />

12. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan / kelompok<br />

13. Mengumpulkan bahan untuk menyusun juklak / juknis bimbingan /<br />

penyuluhan<br />

14. Mengolah dan menganalisa data untuk menyusun juklak / juknis<br />

bimbingan / penyuluhan.<br />

Evaluasi adalah “Suatu cara menganalisa suatu kegiatan<br />

secara sistematis dengan menggunakan bahan dan cara tertentu untuk<br />

mengetahui seberapa jauh hasil suatu pekerjaan / kegiatan itu dapat<br />

di capai“. Jadi pada prinsipnya evaluasi merupakan suatu proses yang<br />

sistematik untuk menentukan seberapa jauh efektivitas suatu kegiatan<br />

serta pencapaian hasil yang ditergetkan melalui pengumpulan informasi<br />

dari berbagai aspek yang terkait dengan menggunakan instrument dan<br />

bahan yang tersedia (Depag, 1996: 54).<br />

Adapun pelaporan adalah “Suatu bentuk kegiatan yang<br />

dilaksanakan secara terus menerus dengan menggunakan suatu cara<br />

tertentu yang telah disepakati untuk menyajikan suatu data sebagi<br />

informasi yang dibutuhkan secara tepat, lengkap dan akurat, sehingga<br />

68 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


dapat dijadikan sebagai bahan perencanaan lebih lanjut “ (Depag, 2007:<br />

50).<br />

D. DASAR HUKUM<br />

1. Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Kepala Badan<br />

Kepegawaian Negara Nomor 574 Tahun 1999 dan Nomor 178<br />

Tahun 1999, tentang jabatan fungsional Penyuluh Agama dan Angka<br />

kredtnya.<br />

2. Keputusan Menteri Negara Koordinator Pengawasan Pembangunan<br />

dan Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor 54/KEP/<br />

MK.WASPAN/9/1999, tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama<br />

dan Angka kreditnya, disebutkan bahwa tugas pokok Penyuluh<br />

Agama adalah melakukan dan mengembangkan kegiatan bimbingan<br />

atau penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama.<br />

E. JENIS DAN BAHAN EVALUASI PENYULUHAN AGAMA ISLAM<br />

1. Evaluasi Penyuluhan Agama, dikelompokkan menjadi tiga yaitu :<br />

a. Evaluasi program, meliputi kurikulum, sarana dan prasaran<br />

penyuluhan, administrasi kelembagaan (kelompok binaan), tenaga<br />

teknis (penyuluh agama) serta keadaan kelompok binaan secara<br />

umum.<br />

b. Evalusi proses penyuluhan, diarahkan kepada pelaksanaan tugas<br />

individual dan tugas kelompok, juga ditujukan kepada disiplin dan<br />

upaya yang dilakukan jamaah dalam kegiatan penyuluhan.<br />

c. Evaluasi hasil penyuluhan, merupakan upaya pengumpulan<br />

informasi untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan<br />

kemampuan yang dicapai jamaah pada setiap jangka waktu<br />

tertentu. Yang harus diperhatikan adalah materi, bahan kajian dan<br />

ciri-ciri yang dimiliki setiap materi penyuluhan.<br />

2. Bahan evaluasi penyuluhan agama, dikelompokkan menjadi tiga<br />

kelompok, yaitu :<br />

a. Materi, yang dievaluasi di antaranya adalah keterkaitan materi<br />

yang diberikan saat itu dengan materi yang lain, daya serap peserta<br />

terhadap materi yang diberikan dan perhatian peserta terhadap<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 69


materi yang diberikan.<br />

b. Peserta, yang dievaluasi adalah jumlah kehadiran peserta minggu<br />

lalu dan saat itu, kegairahan peserta dalam mengikuti materi yang<br />

diberikan, dan respon/umpan balik peserta terhadap materi yang<br />

diberikan.<br />

c. Penyelenggaraan, yang dievaluasi adalah ketepatan waktu yang<br />

digunakan, peralatan yang digunakan dan kerjasama antara<br />

penyelenggara(Depag, 2007: 36-39)<br />

F. JENIS DAN BAHAN PELAPORAN PENYULUHAN AGAMA<br />

ISLAM<br />

1. Jenis Pelaporan, dikelompokkan menjadi dua yaitu :<br />

a. Laporan bimbingan / penyuluhan, adalah suatu bentuk penyajian<br />

data yang berisi kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan Penyuluh<br />

Agama selama satu minggu dalam melaksanakan bimbingan<br />

/ penyuluhan kepada masyarakat yang menjadi kelompok<br />

binaannya baik bertatap muka langsung ataupun malalui media<br />

massa. Adapun kegiatan yang dilaporkan meliputi persiapan,<br />

pelaksanaan dan evaluasi.<br />

b. Laporan konsultasi, adalah bentuk penyajian data yang berisi<br />

kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan Penyuluh Agama selama<br />

satu minggu dalam memberikan arahan dan bimbingan langsung<br />

melalui dialog dua arah, di bidang keagamaan dan pembangunan<br />

kepada masyarakat/ kelompok binaan yang membutuhkan<br />

konsultasi baik secara perorangan ataupun kelompok.<br />

2. Bahan Pelaporan, untuk memudahkan memperoleh bahan laporan<br />

dan menyusun laporan mingguan, yang perlu dipersiapkan adalah :<br />

a. Rencana kegiatan operasional<br />

b. Jadwal kegiatan bimbingan/ penyuluhan<br />

c. Buku catatan harian yang berisi rincian kegiatan penyuluhan<br />

yang meliputi waktu, jenis materi, sasaran dan hasil penyuluhan.<br />

d. Map umtuk menyimpan materi penyuluhan<br />

e. Map untuk menyimpan laporan kegiatan (Depag, 2007: 51-54).<br />

70 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


BAB III<br />

TEKNIK EVALUASI DAN PELAPORAN PENYULUHAN AGAMA<br />

ISLAM DI KABUPATEN A<br />

A. TEKNIK EVALUASI PENYULUHAN<br />

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan di setiap kelompok binaan<br />

para penyuluh agama Islam di Kabupaten A sebagian besar sudah dapat<br />

melakukan kegiatan evaluasi dan pelaporan secara rutin. Yang dievaluasi<br />

dari kegiatan tersebut adalah dalam hal : materi penyuluhan, penyajian<br />

penyuluhan, peserta dan pasca penyuluhan, di mana keempat hal tersebut<br />

termasuk dalam kategori evaluasi pribadi (self evaluation). Juga dalam<br />

hal program penyuluhan yang meliputi kurikulum kegiatan dan sarana /<br />

prasarana penyuluhan.<br />

Selain itu juga diperlukan evaluasi melalui test dalam rangka<br />

menentukan apakah para peserta penyuluhan di kelompok-kelompok<br />

binaan di Kabupaten A dapat mempelajari dengan baik dan benar<br />

terhadap apa yang disampaikan oleh para penyuluh agama Islam.<br />

Hal ini dapat dilakukan secara informal dengan mengajukan berbagai<br />

pertanyaan setelah selesai menyampaikan materi penyuluhan atau dengan<br />

menggunakan instrument / blanko evaluasi.<br />

B. TEKNIK PELAPORAN PENYULUHAN<br />

Setiap pelaksanaan kegiatan penyuluhan Agama Islam yang telah<br />

dievaluasi selanjutnya dituangkan dalam sebuah Laporan Mingguan dan<br />

Laporan bulanan, baik laporan kegiatan bimbingan / penyuluhan ataupun<br />

laporan konsultasi dan kemudian dilaporkan kepada Kasi Pendamas<br />

Kandepag Kabupaten A<br />

Selain itu, setiap Penyuluh Agama Islam di Kabupaten A dianjurkan<br />

untuk membuat Buku Catatan Harian yang berisi kegiatan-kegiatan<br />

yang dilaksanakan. Catatan harian tersebut mencakup rincian kegiatan<br />

penyuluhan yang meliputi waktu, tempat, kelompok sasaran, jenis<br />

kegiatan, jenis materi, dan jumlah anggota kelompok sasaran / kelompok<br />

binaan.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 71


Setiap Penyuluh Agama Islam di Kabupen A diharuskan untuk<br />

melakukan evaluasi dan pelaporan secara rutin dan terus menerus dalam<br />

setiap kegiatan penyuluhan agama Islam yang telah dilakukan di wilayah<br />

binaannya masing-masing. Hal ini dimaksudkan selain untuk memudahkan<br />

para Penyuluh Agama Islam dalam pengajuan Kenaikan Pangkat, juga<br />

sebagai salah satu langkah tertib administrasi karena selama ini masih<br />

ada di antara para Penyuluh Agama Islam yang belum melakukan hal<br />

tersebut sehingga ketika akan mengajukan kenaikan pangkat mengalami<br />

kesulitan dalam mengumpulkan laporan hasil kegiatan penyuluhan yang<br />

telah dilakukan. Akhirnya rencana untuk kenaikan selalu tertunda. Di<br />

sinilah pentingnya kegiatan evaluasi dan pelaporan hasil penyuluhan<br />

agama Islam.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Departemen Agama RI, Tehnik Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan Agama<br />

Islam, 1996/1997<br />

Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Tentang Jabatan Fungsional<br />

Penyuluh, 2007.<br />

Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan, Jurnal Diklat Tenaga Teknis Keagamaan,<br />

2006.<br />

Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan, Jurnal Diklat Tenaga Teknis Keagamaan,<br />

2008.<br />

72 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH<br />

POPULER KEAGAMAAN PENYULUH AGAMA<br />

FUNGSIONAL PADA MEDIA CETAK<br />

Oleh : M. Zaenul Asyhuri<br />

Selain bahasa, tulisan juga berfungsi sebagai alat komunikasi dan<br />

sarana pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta penyampaian ajaran<br />

agama Islam.<br />

Pengertian Karya Ilmiah Populer adalah karya ilmiah yang digemari<br />

oleh orang banyak. Hal ini ada kaitannya pula dengan sistim sirkulasi dan<br />

marketing sebuah perusahaan media massa. Disebut karya ilmiah popular<br />

adalah karya ilmiah yang diekspos pada sebuah media massa cetak seperti<br />

Koran, majalah dsb.<br />

Jenis tulisan itu bermacam-macam antara lain: (1) News, (2) Feature,<br />

(3) Essay, (4) Laporan atau Reportase, (5) Artikel Opini. Namun dalam<br />

penggunaan istilah ilmiah popular identik dengan tulisan jenis artikel opini.<br />

Sementara artikel opini adalah karangan yang berisi ulasan atau opini terhadap<br />

suatu masalah atau dengan kata lain menganalisa suatu persoalan. Karena itu,<br />

aspek analisa serta opini (pendapat) penulisnya lebih menonjol.<br />

Kriteria Tulisan<br />

Sesuai dengan fungsinya, yakni untuk membantu pembaca mencerna<br />

informasi, menentukan pendapat dan sikap, dan melihat kedepan, maka artikel<br />

opini harus :<br />

1. Didukung dengan fakta yang akurat<br />

Apabila tulisan dimaksud menyebut firman Allah, maka harus disebutkan<br />

pula surat apa dan ayat berapa. Jika menyebutkan sabda nabi, maka harus<br />

disebutkan Hadits riwayat siapa atau di dalam kitab apa. Demikian halnya<br />

jika menunjukkan data angka tertentu, maka harus disebutkan sumber<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 73


pengambilan datanya, kecuali data yang telah diketahui oleh umum.<br />

Sekalipun demikian, penulis bisa menggunakan kata fleksibel seperti<br />

tidak kurang, lebih kurang dan sebagainya.<br />

2. Tidak emosional<br />

Penulis tidak bisa menunjukkan emosionalitasnya sehingga kelihatan<br />

tidak sportif dan tidak proporsional. Bahkan dalam suatu hal yang penulis<br />

tidak setuju, cara penulisannya pun harus halus seperti, saya kurang<br />

sependapat dengan …………, karena menurut hemat saya …..<br />

3. Tidak terlalu panjang<br />

Untuk ukuran media massa koran, tulisan ilmiah popular antara 1/2 sampai<br />

dengan empat halaman sesuai dengan kolom yang tersedia. Tulisan yang<br />

panjang bisa juga dan kadang-kadang kalau bagus serta menarik dimuat<br />

di koran, tetapi pemuatannya secara bersambung.<br />

Supaya tulisannya jelas dan padat, maka penggunaan kalimat efektifnya<br />

diterapkan semaksimal mungkin.<br />

4. Tuntas ulasannya<br />

Tidak menggantungkan sebagian ulasan sehingga menimbulkan<br />

pemahaman yang keliru. Atau dengan kata lain ulasannya harus lengkap<br />

dan tidak boleh ada yang tertinggal atau disembunyikan.<br />

5. Argumentatif dan rasional<br />

Bahasa yang digunakan dibuat argumentatif agar pembaca yakin bahwa<br />

apa yang diutarakan, apa yang dibahas, atau apa yang disanggah dapat<br />

meyakinkan penulis bahwa opini atau pendapatnya benar. Serta tidak<br />

mengungkap hal-hal yang tidak bisa dinalar oleh pembaca.<br />

6. Komunikatif<br />

Artinya bahwa tulisan itu hendaknya menimbulkan interes kedua belah<br />

pihak, antara penulis dan pembaca. Sehingga dalam penggunaan bahasa<br />

diupayakan seolah-olah pembaca diajak turut berpikir dan berbicara.<br />

74 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


7. Ada hal yang baru/ aktual<br />

Terdapat masukan/ ide atau hal baru dalam tulisan baik itu penemuan,<br />

penelitian, angan-angan atau cita-cita yang dituangkan. Serta sesuai<br />

dengan situasi dan kondisi kebutuhan pembaca saat itu (actual)<br />

8. Asli pendapat penulis<br />

Tidak merupakan jiplakan atau plagiasi dari karya orang lain. Kalau<br />

terpaksa dalam tulisan mencantumkan pendapat atau kutipan orang lain,<br />

maka sumber atau orangnya disebutkan.<br />

9. Mendidik<br />

Tulisan yang dimuat harus mendidik moral, akhlak, dan hal-hal<br />

keduniaan lainnya demi kemajuan pembaca atau masa depan pembaca.<br />

Tidak diperkenankan menulis dengan isi memprovokasi, mengarahkan<br />

pembaca untuk berbuat anarkhis dsb.<br />

10. Penggunaan Bahasa<br />

Tidak mengulang-ulang bahasa yang sama, menghindari pemborosan<br />

kata, dan menggunakan pilihan bahasa yang paling halus dan sederhana<br />

namun indah dan mudah dipahami pemcaba. Dapat menggunakan istilah<br />

asing dengan catatn diberi penjelasan.<br />

11. Dapat dipertanggungjawabkan<br />

Tulisan tidak mengandung delik atau cacat hukum yang bisa membawa<br />

penulis berurusan dengan meja hijau. Serta tidak mengungkap fakta atau<br />

contoh yang fiktif/ tidak benar.<br />

Teknik Penulisan<br />

Pedoman penulisan karya tulis ini sebenarnya juga mengacu pada<br />

pedoman penulisan karya tulis ilmiah pada umumnya. Tetapi mengingat<br />

keterbatasan kolom yang tersedia, tuntutan bisnis dan tuntutan pembaca,<br />

maka teknik penulisannya pada umumnya sebagai berikut:<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 75


Diketik dengan huruf pika/ font size 12 dan spasi ganda pada kertas<br />

berwarna putih ukuran folio sepanjang 3 sampai 4 halaman. Judul diketik<br />

dengan huruf kapital pada posisi tengah atas. Judul digarisbawahi dan di<br />

bawah judul diketik nama lengkap penulis sesuai dengan identitas yang<br />

disertakan. Kemudian pada akhir tulisan disebutkan status dan jabatan penulis<br />

sehari-hari.<br />

Komposisi tulisan pendahuluan atau pengantar menuju isi 15 – 20%<br />

dari isi tulisan, isi 70 – 80% dari isi tulisan, dan penutup 5 – 10% dari isi<br />

tulisan.<br />

Naskah dibuat dalam dua rangkap dan asli naskah dimasukkan dalam<br />

amplop ukuran departemen, diketik nama dan alamat pengirim serta redaksi<br />

tujuan pengiriman. (Contoh pada tutor/ instruktur). Maksud dibuatnya naskah<br />

dalam dua rangkap, karena dipakai sebagai alat kontrol/ koreksi terhadap<br />

tulisan yang telah dimuat di media massa. Karena Redaksi berhak merubah<br />

tulisan yang masuk ke meja redaksi sepanjang tidak mengubah maksud dan inti<br />

dari tulisan. Jangan sampai tulisan yang sudah diekspos ternyata menyimpang<br />

atau dipolitisasi oleh redaksi demi keuntungan sepihak.<br />

Teknik Penyusunan<br />

Teknik penyusunan karya tulis ilmiah populer yang paling mudah untuk<br />

dipedomani:<br />

1. Buatlah thema / judul tulisan sebelum memulai menulis<br />

Suatu karya mustahil dapat tertulis dengan baik tanpa menentukan tema<br />

terlebih dahulu sebelum menyusun tulisan walaupun thema tersebut tidak<br />

ditulis. Tetapi bagi penulis profesional, tema tulisan sifatnya tidak paten.<br />

Artinya, terkadang di tengah menulis, kemudian menemukan hal baru<br />

dan hal itu yang menurutnya lebih penting dan menarik untuk dikupas.<br />

Penentuan judul dilakukan setelah tulisan selesai disusun agar tergambar<br />

jelas kesesuaian antara judul dengan isinya. Dan kalimat judul yang<br />

paling baik adalah tidak lebih dari 3 kata.<br />

2. Buatlah kerangka (out line) naskah<br />

3. Pengumpulan bahan<br />

76 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


4. Pengolahan bahan<br />

5. Penyusunan<br />

Buatlah tulisan awal sebagus dan semenarik mungkin agar pembaca<br />

tertarik dan kemudian membacanya dengan cermat, tenang dan senang. Tetapi<br />

untuk membuat tulisan awal menarik tidaklah mudah.<br />

Seorang penulis kadang-kadang untuk mengawali sebuah tulisan<br />

memerlukan waktu berjam-jam bahkan sampai berhari-hari. Tetapi<br />

begitu tulisan awal atau fondasi tulisan telah selesai, maka isi tulisan dan<br />

mengkahirinya sangat mudah.<br />

Untuk mengawali sebuah tulisan, dapat dilakukan dengan<br />

mengungkapkan suatu peristiwa, kasus, anekdot, ayat/ hadits dan kisah teladan<br />

serta hal-hal menarik lainnya.<br />

Mengingat menulis itu merupakan proses kreativitas, maka tidak<br />

banyak orang yang menulis dengan baik. Tetapi seseorang bisa belajar dan<br />

berlatih terus agar bisa menulis dengan baik. Sehingga sebagai penyuluh, kita<br />

tidak hanya pandai ceramah melainkan juga mahir menuangkan ceramah itu<br />

dalam bentuk tulisan.<br />

Untuk mengakhiri tulisan ini, perlu disampaikan bahwa dalam mengirim<br />

sebuah karya tulis ilmiah popular ke media massa, foto copy identitas penulis<br />

(diutamakan sesuai dengan profesinya) disertakan*** (Sumber Blok Pokjaluh<br />

<strong>Kemenag</strong> Pekalongan).<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 77


PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA<br />

NOMOR 13 TAHUN 2012<br />

TENTANG<br />

ORGANISASI DAN TATA KERJA<br />

INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA<br />

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA<br />

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,<br />

Menimbang : Bahwa sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 63<br />

Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja lnstansi Vertikal<br />

Kementerian Agama, dipandang perlu untuk menetapkan<br />

Peraturan Menteri Agama tentang Organisasi dan Tata Kerja<br />

Instansi Vertikal Kementerian Agama;<br />

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian<br />

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008<br />

Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia<br />

Nomor 4916);<br />

2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan<br />

dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah<br />

dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 tentang<br />

Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun<br />

2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian<br />

Negara;<br />

3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,<br />

Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan<br />

Organisasi, Tugas, Fungsi Eselon I Kementerian Negara<br />

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan<br />

Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan<br />

Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang<br />

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta<br />

Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi Eselon I Kementerian<br />

Negara;<br />

4. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2011 tentang Organisasi<br />

78 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


dan Tata Kerja lnstansi Vertikal Kementerian Agama;<br />

5. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang<br />

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara<br />

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 592);<br />

Memperhatikan : Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur<br />

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor B/1090/M.<br />

PANRB/4/2012 tanggal 11 April 2012 tentang Organisasi<br />

Dan Tata Kerja Instansi Vertikal di lingkungan<br />

Kementerian Agama;<br />

MEMUTUSKAN:<br />

Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG<br />

ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI<br />

VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA.<br />

BAB I<br />

UMUM<br />

Pasal 1<br />

(1) Instansi Vertikal Kementerian Agama adalah instansi di lingkungan<br />

Kementerian Agama yang melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian<br />

Agama di daerah.<br />

(2) Instansi Vertikal Kementerian Agama terdiri atas kantor wilayah<br />

Kementerian Agama provinsi dan kantor Kementerian Agama kabupaten/<br />

kota.<br />

Bagian Keduapuluh Dua<br />

Kantor Wilayah Kementerian Agama<br />

<strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong><br />

Pasal 689<br />

(1) Susunan Organisasi Kantor Wilayah Kementerian Agama <strong>Provinsi</strong><br />

<strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> terdiri atas:<br />

a. Bagian Tata Usaha;<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 79


. Bidang Pendidikan Madrasah;<br />

c. Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam;<br />

d. Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />

e. Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah;<br />

f. Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf;<br />

g. Pembimbing Masyarakat Kristen;<br />

h. Pembimbing Masyarakat Katolik;<br />

i. Pembimbing Masyarakat Hindu;<br />

j. Pembimbing Masyarakat Buddha; dan<br />

k. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

(2) Selain organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kantor Wilayah<br />

Kementerian Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> membawahi Kantor<br />

Kementerian Agama:<br />

a. Kabupaten Tanah Laut;<br />

b. Kabupaten Banjar;<br />

c. Kabupaten Barito Kuala;<br />

d. Kabupaten Tapin;<br />

e. Kabupaten Hulu Sungai <strong>Selatan</strong><br />

f. Kabupaten Hulu Sungai Utara;<br />

g. Kabupaten Hulu Sungai Tengah;<br />

h. Kota Banjarmasin;<br />

i. Kabupaten Tabalong;<br />

j. Kabupaten Tanah Bumbu;<br />

k. Kota Banjarbaru;<br />

l. Kabupaten Kotabaru;dan<br />

m. Kabupaten Balangan;<br />

Pasal 690<br />

Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689 ayat (1) huruf a<br />

mempunyai tugas melaksanakan koordinasi perumusan kebijakan teknis dan<br />

pelaksanaan pelayanan dan pembinaan administrasi, keuangan dan barang<br />

milik negara di lingkungan Kantor Wilayah.<br />

Pasal 691<br />

80 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 690, Bagian<br />

Tata Usaha menyelenggarakan fungsi:<br />

a. koordinasi penyusunan rencana, evaluasi program dan anggaran, serta<br />

laporan;<br />

b. pelaksanaan urusan keuangan;<br />

c. penyusunan organisasi dan tata laksana;<br />

d. pengelolaan urusan kepegawaian;<br />

e. penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum;<br />

f. pelaksanaan bimbingan kerukunan umat beragama;<br />

g. pelayanan informasi dan hubungan masyarakat; dan<br />

h. pelaksanaan urusan ketatausahaan, rumah tangga, perlengkapan, dan<br />

i. pengelolaan barang milik/kekayaan negara pada Kantor Wilayah<br />

j. Kementerian Agama.<br />

Pasal 692<br />

Susunan Organisasi Bagian Tata Usaha terdiri atas:<br />

a. Subbagian Perencanaan dan Keuangan;<br />

b. Subbagian Organisasi, Tata Laksana, dan Kepegawaian;<br />

c. Subbagian Hukum dan Kerukunan Umat Beragama;<br />

d. Subbagian Informasi dan Hubungan Masyarakat;<br />

e. Subbagian Umum; dan<br />

f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

Pasal 693<br />

(1) Subbagian Perencanaan dan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam<br />

Pasal 692 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />

koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran, evaluasi dan<br />

laporan, serta pelaksanaan urusan keuangan.<br />

(2) Subbagian Organisasi, Tata Laksana, dan Kepegawaian sebagaimana<br />

dimaksud dalam Pasal 692 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan<br />

bahan penyusunan organisasi dan tata laksana serta pengelolaan urusan<br />

kepegawaian.<br />

(3) Subbagian Hukum dan Kerukunan Umat Beragama sebagaimana<br />

dimaksud dalam Pasal 692 huruf c mempunyai tugas melakukan penyiapan<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 81


ahan penyusunan peraturan perundang-undangan, bantuan hukum,<br />

dan pelaksanaan bimbingan kerukunan umat beragama serta pelayanan<br />

masyarakat Khonghucu.<br />

(4) Subbagian Informasi dan Hubungan Masyarakat sebagaimana dimaksud<br />

dalam Pasal 692 huruf d mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />

pelaksanaan urusan pengelolaan informasi dan hubungan masyarakat.<br />

(5) Subbagian Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 692 huruf e<br />

mempunyai tugas melakukan urusan ketatausahaan, rumah tangga,<br />

perlengkapan, pemeliharan dan pengelolaan barang milik/kekayaan<br />

negara.<br />

Pasal 694 … 242<br />

Pasal 694<br />

Bidang Pendidikan Madrasah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689 ayat<br />

(1) huruf b mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, bimbingan, dan<br />

pembinaan serta pengelolaan sistem informasi di bidang pendidikan madrasah<br />

berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah<br />

Kementerian Agama Kementerian Agama.<br />

Pasal 695<br />

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 694, Bidang<br />

Pendidikan Madrasah menyelenggarakan fungsi :<br />

a. penyiapan perumusan kebijakan teknis dan perencanaan di bidang<br />

pendidikan madrasah;<br />

b. pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang kurikulum<br />

dan evaluasi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana,<br />

pengembangan potensi siswa, kelembagaan, kerja sama, dan pengelolaan<br />

sistem informasi pendidikan madrasah; dan<br />

c. evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pendidikan madrasah.<br />

Pasal 696<br />

Susunan Organisasi Bidang Pendidikan Madrasah terdiri atas:<br />

a. Seksi Kurikulum dan Evaluasi;<br />

82 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


. Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan;<br />

c. Seksi Sarana dan Prasarana;<br />

d. Seksi Kesiswaan;<br />

e. Seksi Kelembagaan dan Sistem Informasi Madrasah; dan<br />

f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

Pasal 697<br />

(1) Seksi Kurikulum dan Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 696<br />

huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan<br />

pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang kurikulum dan<br />

evaluasi pada Raudlatul Athfal (RA) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI),<br />

Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah<br />

Aliyah Kejuruan (MAK).<br />

(2) Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud<br />

dalam Pasal 696 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />

pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis dan pembinaan di bidang<br />

pendidik dan tenaga kependidikan pada RA, MI, MTs, MA dan MAK.<br />

(3) Seksi Sarana dan Prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 696 huruf<br />

c mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan ,<br />

bimbingan teknis dan pembinaan di bidang sarana dan prasarana RA, MI,<br />

MTs, MA dan MAK.<br />

(4) Seksi Kesiswaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 696 huruf d<br />

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis dan pembinaan di bidang pengembangan potensi siswa<br />

pada RA, MI, MTs, MA dan MAK.<br />

(5) Seksi … 243<br />

(6) Seksi Kelembagaan dan Sistem Informasi Madrasah sebagaimana<br />

dimaksud dalam Pasal 696 huruf e mempunyai tugas melakukan penyiapan<br />

bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di<br />

bidang pengembangan kelembagaan, kerja sama serta pengelolaan sistem<br />

informasi pendidikan RA, MI, MTs, MA dan MAK.<br />

Pasal 698<br />

Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam sebagaimana dimaksud<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 83


dalam Pasal 689 ayat (1) huruf c mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,<br />

bimbingan, pembinaan, dan pengelolaan sistem informasi di bidang pendidikan<br />

agama dan keagamaan Islam berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan<br />

oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.<br />

Pasal 699<br />

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 698, Bidang<br />

Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam menyelenggarakan fungsi:<br />

a. penyiapan perumusan kebijakan teknis dan perencanaan di bidang<br />

pendidikan agama dan keagamaan Islam;<br />

b. pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang pendidikan<br />

agama Islam pada pendidikan anak usia dini, taman kanakkanak,<br />

pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan diniyah, pendidikan<br />

al-Quran, dan pondok pesantren, serta pengelolaan sistem informasi<br />

pendidikan agama dan keagamaan Islam; dan<br />

c. evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pendidikan pendidikan agama<br />

dan keagamaan.<br />

Pasal 700<br />

Susunan Organisasi Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam terdiri<br />

atas:<br />

a. Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini dan<br />

Pendidikan Dasar;<br />

b. Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Menengah;<br />

c. Seksi Pondok Pesantren;<br />

d. Seksi Pendidikan Diniyah dan Al-Quran;<br />

e. Seksi Sistem Informasi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam; dan<br />

f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

Pasal 701<br />

(1) Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini dan<br />

Pendidikan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 700 huruf a<br />

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pendidikan agama Islam pada<br />

84 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar.<br />

(2) Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Menengah sebagaimana<br />

dimaksud dalam Pasal 700 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan<br />

bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang<br />

pendidikan agama Islam pada pendidikan menengah.<br />

(3) Seksi Pondok Pesantren sebagaimana dimaksud dalam Pasal 700 huruf c<br />

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pondok pesantren.<br />

(4) Seksi Pendidikan Diniyah dan Al-Quran sebagaimana dimaksud dalam<br />

Pasal 700 huruf d mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />

pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan penyiapan pembinaan di<br />

bidang pendidikan diniyah dan al-Quran.<br />

(5) Seksi Sistem Informasi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam<br />

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 700 huruf e mempunyai tugas<br />

melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis,<br />

dan pembinaan di bidang pengelolaan sistem informasi pendidikan agama<br />

dan keagamaan Islam.<br />

Pasal 702<br />

Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br />

689 ayat (1) huruf d mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, bimbingan,<br />

pembinaan, dan pengelolaan sistem informasi di bidang<br />

penyelenggaraan haji dan umrah berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan<br />

oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.<br />

Pasal 703<br />

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 702, Bidang<br />

Penyelenggaraan Haji dan Umrah menyelenggarakan fungsi:<br />

a. penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang penyelenggaraan haji<br />

dan umrah;<br />

b. pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang pendaftaran,<br />

dokumen, akomodasi, transportasi, perlengkapan haji, pengelolaan<br />

keuangan haji, pembinaan jemaah haji dan umrah serta pengelolaan<br />

sistem informasi haji dan umrah;<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 85


c. evaluasi dan penyusunan laporan di bidang penyelenggaraan haji dan<br />

umrah.<br />

Pasal 704<br />

Susunan Organisasi Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah terdiri atas:<br />

a. Seksi Pendaftaran dan Dokumen Haji;<br />

b. Seksi Pembinaan Haji dan Umrah;<br />

c. Seksi Akomodasi, Transportasi, dan Perlengkapan Haji;<br />

d. Seksi Pengelolaan Keuangan Haji;<br />

e. Seksi Sistem Informasi Haji; dan<br />

f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

Pasal 705<br />

(1) Seksi Pendaftaran dan Dokumen Haji sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br />

704 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan<br />

pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pendaftaran dan<br />

dokumen haji.<br />

(2) Seksi Pembinaan Haji dan Umrah sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br />

704 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan<br />

pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pembinaan haji<br />

dan umrah.<br />

(3) Seksi … 245<br />

(4) Seksi Akomodasi, Transportasi, dan Perlengkapan Haji sebagaimana<br />

dimaksud dalam Pasal 704 huruf c mempunyai tugas melakukan penyiapan<br />

bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang<br />

akomodasi, transportasi, dan perlengkapan haji.<br />

(5) Seksi Pengelolaan Keuangan Haji sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br />

704 huruf d mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan<br />

pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pengelolaan<br />

keuangan haji.<br />

(6) Seksi Sistem Informasi Haji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 704 huruf<br />

e mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pengelolaan sistem informasi<br />

haji dan umrah.<br />

Pasal 706<br />

86 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah sebagaimana dimaksud<br />

dalam 689 ayat (1) huruf e mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,<br />

bimbingan, pembinaan, dan pengelolaan sistem informasi di bidang urusan<br />

agama Islam dan pembinaan syariah berdasarkankebijakan teknis yang<br />

ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.<br />

Pasal 707<br />

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 706, Bidang<br />

Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah menyelenggarakan fungsi:<br />

a. penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang urusan agama Islam dan<br />

pembinaan syariah;<br />

b. pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang<br />

kepenghuluan, pemberdayaan kantor urusan agama dan keluarga sakinah,<br />

pemberdayaan masjid, produk halal, hisab rukyat, dan pembinaan syariah,<br />

serta pengelolaan sistem informasi urusan agama Islam dan pembinaan<br />

syariah; dan<br />

c. evaluasi dan penyusunan laporan di bidang urusan agama Islam dan<br />

pembinaan syariah.<br />

Pasal 708<br />

Susunan Organisasi Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah<br />

terdiri atas:<br />

a. Seksi Kepenghuluan;<br />

b. Seksi Pemberdayaan Kantor Urusan Agama;<br />

c. Seksi Kemasjidan;<br />

d. Seksi Produk Halal;<br />

e. Seksi Pembinaan Syariah dan Sistem Informasi Urusan Agama Islam;dan<br />

f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

Pasal 709<br />

(1) Seksi Kepenghuluan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 708 huruf a<br />

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang kepenghuluan.<br />

(2) Seksi Pemberdayaan Kantor Urusan Agama sebagaimana dimaksud<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 87


dalam Pasal 708 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />

pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang<br />

pemberdayaan kantor urusan agama.<br />

(3) Seksi Kemasjidan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 708 huruf c<br />

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang kemasjidan.<br />

(4) Seksi Produk Halal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 708 huruf d<br />

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang produk halal.<br />

(5) Seksi Pembinaan Syariah dan Sistem Informasi Urusan Agama Islam<br />

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 708 huruf e mempunyai tugas<br />

melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis,<br />

dan pembinaan di bidang hisab rukyat dan pembinaan syariah, serta<br />

pengelolaan sistem informasi urusan agama Islam.<br />

Pasal 710<br />

Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf sebagaimana dimaksud<br />

dalam Pasal 689 ayat (1) huruf f mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,<br />

bimbingan, pembinaan, dan pengelolaan system informasi di bidang<br />

penerangan agama Islam, zakat dan wakaf berdasarkan kebijakan teknis yang<br />

ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.<br />

Pasal 711<br />

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 710, Bidang<br />

Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf menyelenggarakan fungsi:<br />

a. penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang penerangan agama<br />

Islam, zakat, dan wakaf;<br />

b. pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang penerangan<br />

dan penyuluhan agama Islam, kemitraan umat Islam dan publikasi dakwah,<br />

hari besar Islam, seni budaya Islam, musabaqah Al-Quran dan Al-Hadits,<br />

zakat, dan wakaf, serta pengelolaan sistem informasi penerangan agama<br />

Islam, zakat, dan wakaf; dan<br />

c. evaluasi dan penyusunan laporan di bidang penerangan agama Islam,<br />

zakat, dan wakaf.<br />

88 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Pasal 712<br />

Susunan Organisasi Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf<br />

terdiri atas:<br />

a. Seksi Penerangan dan Penyuluhan Agama Islam;<br />

b. Seksi Kemitraan Umat, Publikasi Dakwah dan Hari Besar Agama Islam;<br />

c. Seksi Pengembangan Seni Budaya Islam, Musabaqah Al-Quran dan Al-<br />

Hadits;<br />

d. Seksi Pemberdayaan Zakat;<br />

e. Seksi Pemberdayaan Wakaf; dan<br />

f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

Pasal 713<br />

a. Seksi Penerangan dan Penyuluhan Agama Islam sebagaimana dimaksud<br />

dalam Pasal 712 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />

pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang<br />

penerangan dan penyuluhan agama Islam serta pengelolaan sistem<br />

informasi penerangan agama Islam, zakat, dan wakaf.<br />

b. Seksi Kemitraan Umat, Publikasi Dakwah dan Hari Besar Agama Islam<br />

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 712 huruf b mempunyai tugas<br />

melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis,<br />

dan pembinaan di bidang kemitraan umat Islam, publikasi dakwah dan<br />

hari besar Islam.<br />

c. Seksi Pengembangan Seni Budaya Islam, Musabaqah Al-Quran dan Al-<br />

Hadits sebagaimana dimaksud dalam Pasal 712 huruf c mempunyai tugas<br />

melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis,<br />

dan pembinaan di bidang pengembangan seni budaya Islam, musabaqah<br />

al-Quran dan al-Hadits.<br />

d. Seksi Pemberdayaan Zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 712 huruf<br />

d mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pemberdayaan zakat.<br />

e. Seksi Pemberdayaan Wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 712 huruf<br />

e mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pemberdayaan wakaf.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 89


Pasal 718<br />

(1) Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tanah Laut,<br />

Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tapin, Kabupaten<br />

Hulu Sungai <strong>Selatan</strong>, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu<br />

Sungai Tengah, dan Kota Banjarmasin sebagaimana dimaksud dalam<br />

Pasal 689 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf h terdiri atas:<br />

a. Subbagian Tata Usaha;<br />

b. Seksi Pendidikan Madrasah;<br />

c. Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren;<br />

d. Seksi Pendidikan Agama Islam;<br />

e. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />

f. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;<br />

g. Penyelenggara Syariah; dan<br />

h. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

(2) Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tabalong<br />

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689 ayat (2) huruf i terdiri atas:<br />

a. Subbagian Tata Usaha;<br />

b. Seksi Pendidikan Madrasah;<br />

c. Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren;<br />

d. Seksi Pendidikan Agama Islam;<br />

e. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />

f. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;<br />

g. Penyelenggara Syariah;<br />

h. Penyelenggara Kristen; dan<br />

i. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

(3) Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tanah<br />

Bumbu dan Kota Banjarbaru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689<br />

ayat (2) huruf j dan huruf k terdiri atas:<br />

a. Subbagian Tata Usaha;<br />

b. Seksi Pendidikan Madrasah;<br />

c. Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam<br />

d. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />

e. Seksi … 249<br />

90 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


f. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;<br />

g. Penyelenggara Syariah; dan<br />

h. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

(4) Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kotabaru<br />

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689 ayat (2) huruf l terdiri atas:<br />

a. Subbagian Tata Usaha;<br />

b. Seksi Pendidikan Madrasah;<br />

c. Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam;<br />

d. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />

e. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;<br />

f. Penyelenggara Syariah;<br />

g. Penyelenggara Katolik; dan<br />

h. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

(5) Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Balangan<br />

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689 ayat (2) huruf m terdiri atas:<br />

a. Subbagian Tata Usaha;<br />

b. Seksi Pendidikan Madrasah;<br />

c. Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam;<br />

d. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />

e. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;<br />

f. Penyelenggara Syariah;<br />

g. Penyelenggara Buddha; dan<br />

h. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

Pasal 719<br />

(1) Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />

mempunyai tugas melakukan koordinasi perumusan kebijakan teknis<br />

dan perencanaan, pelaksanaan pelayanan dan pembinaan administrasi,<br />

keuangan dan barang milik negara di lingkungan Kantor Kementerian<br />

Agama.<br />

(2) Seksi Pendidikan Madrasah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />

mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />

serta pengelolaan data dan informasi di bidang RA, MI, MTs, MA dan<br />

MAK.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 91


(3) Seksi Pendidikan Agama Islam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />

mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />

serta pengelolaan data dan informasi di bidang pendidikan agama Islam<br />

pada PAUD, SD/SDLB, SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK.<br />

(4) Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam sebagaimana dimaksud<br />

dalam Pasal 718 mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan<br />

teknis, pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di bidang<br />

pendidikan agama Islam dan pendidikan keagamaan Islam.<br />

(5) Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren sebagaimana dimaksud<br />

dalam Pasal 718 mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan<br />

teknis, pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di bidang<br />

pendidikan diniyah dan pondok pesantren.<br />

(6) Seksi … 250<br />

(7) Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebagaimana dimaksud dalam<br />

Pasal 718 mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis,<br />

pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di bidang penyelenggaraan<br />

haji dan umrah.<br />

(8) Seksi Bimbingan Masyarakat Islam sebagaimana dimaksud dalam<br />

Pasal 718 mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis,<br />

pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di bidang bimbingan<br />

masyarakat Islam.<br />

Pasal 720<br />

(1) Penyelenggara Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />

mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />

serta pengelolaan data dan informasi di bidang pembinaan syariah.<br />

(2) Penyelenggara Kristen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />

mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />

serta pengelolaan data dan informasi di bidang bimbingan masyarakat<br />

Kristen.<br />

(3) Penyelenggara Katolik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />

mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />

serta pengelolaan data dan informasi di bidang bimbingan masyarakat<br />

Katolik.<br />

92 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


(4) Penyelenggara Buddha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />

mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />

serta pengelolaan data dan informasi di bidang bimbingan masyarakat<br />

Buddha.<br />

Ditetapkan di Jakarta<br />

pada tanggal 16 Agustus 2012<br />

MENTERI AGAMA REPUBLIK<br />

INDONESIA,<br />

TTD<br />

SURYADHARMA ALI<br />

Diundangkan di Jakarta<br />

pada tanggal 24 Agustus 2012<br />

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI<br />

MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,<br />

TTD<br />

AMIR SYAMSUDDIN<br />

BERITA NEGARA REPUBLIK<br />

INDONESIA<br />

TAHUN 2012 NOMOR 851<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 93


Ketentuan Tulisan Jurnal Penyuluh<br />

1. Karangan ditulis dalam bahasa indonesia atau bahasa inggris dengan perangkat<br />

lunak pengolah kata microsoft word, font Times New Roman Arial, maksimum<br />

10 halaman kuarto dengan spasi satu setengah.<br />

2. Karangan hasil karya sendiri atau penelitian disusun dengan sistematika sebagai<br />

berikut : Judul. Nama pengarang. Abstract. Keywords. Pendahuluan. Pembahasan.<br />

Kesimpulan dan Saran. Daftar Kepustakaan. Sistematika tersebut dapat disesuaikan<br />

untuk penyusunan karangan ilmiah non-penelitian.<br />

3. JUDUL<br />

a. Karangan dicetak dengan huruf besar, tebal, dan tidak melebihi 18 kata.<br />

b. Nama Pengarang, instansi asal, alamat, dan alamat e-mail dicetak dibawah<br />

judul.<br />

c. Abstract (tidak lebih dari 150 kata) dan keywords (3 sampai 5 kata) ditulis<br />

dalam bahasa Indonesia atau inggris, satu spasi, dengan huruf miring.<br />

d. Tulisan menggunakan endnote.<br />

e. Daftar Kepustakaan dicantumkan secara urut abjad nama pengarang dengan<br />

ketentuan sebagai berikut :<br />

• Untuk buku acuan (monograf): Nama belakang pengarang diikuti nama<br />

lain. Tahun. Judul Buku. Kota Penerbit: Penerbit.<br />

• Untuk karangan dalam buku dengan banyak kontributor: Nama<br />

Pengarang. Tahun. “Judul Karangan” Dalam: Nama Editor. Judul Buku.<br />

Kota Penerbit: Penerbit. Halaman.<br />

• Untuk karangan dalam jurnal/majalah: Nama Pengarang. Tahun. “Judul<br />

Karangan.” Nama Majalah, Volume (Nomor): Halaman.<br />

• Untuk karangan dari internet: Nama Pengarang. Tahun. “Judul Karangan.”<br />

Alamat di internet (URL). Tanggal mengakses karangan tersebut.<br />

4. Gambar diberi nomor dan keterangan di bawahnya, sedangkan Tabel diberi nomor<br />

dan keterangan diatasnya. Keduanya sedapat mungkin disatukan dengan file naskah.<br />

Bila gambar/tabel dikirimkan secara terpisah, harap dicantumkan dalam lembar<br />

tersendiri dengan kualitas yang baik.<br />

5. Naskah karangan dilengkapi dengan biodata singkat pengarang dikirimkan ke<br />

alamat kantor Jurnal Bimas Islam berupa naskah tercetak (print out) dengan<br />

menyertakan soft copy dalam disket/flash disk atau dapat dikirim melalui e-mail<br />

Jurnal Bimas Islam.<br />

6. Tulisan yang diterima redaksi menjadi arsip atau dokumen Tim Jurnal. Redaksi<br />

berkah merubah tulisan sepanjang tidak merupakan substansi tulisan.<br />

94 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Resensi Buku<br />

Proses Beragama<br />

Judul :<br />

Materi Bimbingan Agama pada Muslim Pemula<br />

(Muallaf)<br />

Penyusun :<br />

Faiz Fayadi, et al..<br />

Tebal :<br />

115 halaman<br />

Penerbit :<br />

Direktorat Penerangan Agama Islam Direktorat<br />

Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian<br />

Agama RI, 2012.<br />

Penganut agama Islam secara kuantitas selalu bertambah, baik dari kalangan yang<br />

sudah muslim sejak lahir, maupun dari kalangan muallaf.<br />

Muallaf artinya orang yang masih pemula sebagai muslim, dalam arti masa<br />

keislamannya relatif belum lama dan secara agama masih memerlukan bimbingan agar<br />

semakin kuat dan mantap, baik di segi akidah, ibadah maupun akhlaknya.<br />

Dakwah yang paling penting bagi muslim pemula adalah pembinaan akidah tauhid.<br />

Karena itu ketika ada orang masuk Islam, bimbingan yang lebih dahulu diberikan adalah<br />

bimbingan tauhid. Barangkali pendekatan yang dilakukan dapat meniru cara berdakwah<br />

Rasulullah saw pada periode Mekkah, di mana saat itu beliau lebih menekankan kepada<br />

ajaran tauhid. Baru ketika menjelang hijrah ke Medinah perintah shalat turun dan ketika<br />

itulah ibadah shalat fardlu menjadi kewajiban setiap muslim.<br />

Jadi, terhadap muallaf ini tidak langsung diberikan bimbingan ibadah yang dirasa<br />

memberatkan. Tidak jarang orang yang semula bersedia menjadi muallaf, lalu balik lagi ke<br />

agama semula, karena tidak sanggaup mengerjakan sjhalat, puasa dan sebagainya. Bisa<br />

pula terjadi seseorang bersedia masuk islam, tapi belum mampu menjalankan syariat,<br />

khususnya ibadah karena tauhidnya belum mantap.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 95


Dalam konteks pembinaan tauhid ini juga diupayakan untuk membersihkan<br />

kepercayaan sebelumnya yang kemungkinan masih bercampur atau bernuansa syirik. hal<br />

ini juga penting, sebab antara tauhid dengan syirik tidak bisa dicampuradukkan.<br />

Apabila akidah tauhid sudah tertanam dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah<br />

bimbingan ibadah. Ibadah yang diprioritaskan tentu ibadah shalat, karena ia merupakan<br />

tiang agama. Untuk itu setiap muallaf perlu diberikan bimbingan tentang shalat, tidak saja<br />

tata caranya (kaifiyatnya), tetapi juga fadhilah, keutamaan atau hikmahnya. bersama<br />

dengan shalat juga perlu diberikan bimbingan zikir dan doa-doa pendek. Semua ini sangat<br />

penting, sebab shalat, zikir dan doa mengandung banyak manfaat, lebih-lebih bagi muallaf.<br />

Ketika menjalani proses perubahan agama (konversi agama), tak mustahil<br />

mereka mengalami kegoncangan jiwa. Maka shalat sangat berguna muntuk menanamkan<br />

ketenangan, kedamaian, jauh dari resah dan gelisah. ketika mereka mampu melaksanakan<br />

shalat, maka ketenangan akan terwujud. Buku ini dapat dijadikan pedoman penting dalam<br />

membina keberagamaan muallaf.<br />

Muslim muallaf juga perlu diberikan pelayanan administrasi. maksudnya, prosesi<br />

dan identitas keislaman mereka perlu dibuatkan berita acaranya dan didaftarkan kepada<br />

instansi terkait, khususnya Kementerian Agama kabupaten/kota. Prosesi keislaman<br />

itu boleh saja dilakukan di masjid, langgar atau di mana saja, tetapi ada dokumen yang<br />

berkuatan hukum sebagai bukti otentik keislaman muallaf tersebut.<br />

Tidak dapat dikesampingkan, muallaf perlu dibina dan diayomi, bagi yang ekonominya<br />

lemah perlu dibantu, sebab ketika masuk Islam mungkin mereka mengalami masalah dalam<br />

pekerjaan, keluarga dan sebagainya. Kelemahan dakwah Islam selama ini adalah kurangnya<br />

pembinaan terhadap muallaf, khususnya di segi sosial ekonomi. Semua ini penting untuk<br />

diperhatikan tidak saja bagi instansi pemerintah terkait, tertapi juga para ulama, guru<br />

agama, para penyuluh agama dan tokoh masyarakat. (Ahmad Barjie B).<br />

96 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!