Edisi 3 - Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Selatan
Edisi 3 - Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Selatan
Edisi 3 - Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Selatan
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
DAKWAH DI PEDESAAN<br />
Disusun Oleh :<br />
AHMADI, S.Sos.I<br />
Penyuluh Agama Islam (PAI) Fungsional<br />
Kabupaten Tanah Laut<br />
<strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong><br />
PENDAHULUAN<br />
Dakwah merupakan hal terpenting dalam ajaran agama, karena dengn<br />
berdakwah ajaran agama dapat dilestarikan dan tidak akan hilang. Karena<br />
pentingnya dakwah bagi keberlangsungan ajaran agama maka hal ini menjadi<br />
perhatian penting untuk bisa mengetahui tata cara dakwah yang efektif<br />
sehingga dakwah bisa diterima di seluruh lapisan masyarakat.<br />
PEMBAHASAN<br />
A. PERINTAH DAKWAH<br />
Perintah dakwah dari Allah kepada Nabi Muhammad saw<br />
yang pesan universalnya juga merupakan perintah bagi seluruh umat<br />
Islam, dengan pesan khusus untuk meneladani sikap dan perilaku Nabi<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 1
Muhammad saw ternyata sedemikian menarik untuk dikaji hingga saat<br />
ini. Perintah itu antara lain terdapat dalam QS An-Nahl, 16: 125,<br />
<br />
<br />
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan<br />
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang<br />
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui<br />
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang<br />
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.<br />
Ayat di atas menerangkan tiga metode (tharîqah) dakwah, yakni<br />
cara pengemban dakwah menyerukan Islam kepada manusia. Ada cara<br />
yang berbeda untuk sasaran dakwah yang berbeda.<br />
Pertama, dengan hikmah, maksudnya dengan dalil atau hujjah yang<br />
jelas sehingga menampakkan kebenaran dan menghilangkan kesamaran.<br />
Hikmah juga berarti perkataan yang tegas dan benar yang dapat<br />
membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Cara ini tertuju kepada<br />
mereka yang ingin mengetahui hakikat kebenaran yang sesungguhnya,<br />
yakni mereka yang memiliki kemampuan berpikir yang tinggi atau<br />
sempurna; seperti para ulama, pemikir, dan cendekiawan.<br />
Kedua, dengan mau’izhah hasanah, yaitu peringatan yang baik yang dapat<br />
menyentuh akal dan hati (perasaan). Misalnya, dengan menyampaikan<br />
atau memberi dorongan / pujian dan memberi peringatan/celaan/ancaman<br />
ketika menyampaikan hujjah. Cara ini tertuju kepada masyarakat secara<br />
umum. Mereka adalah orang-orang yang taraf berpikirnya di bawah<br />
golongan yang diseru dengan hikmah, namun masih dapat berpikir dengan<br />
baik dan mempunyai fitrah dan kecenderungan yang lurus.<br />
Ketiga, dengan jadal (jidâl/mujâdalah) billati hiya ahsan, yaitu debat<br />
yang paling baik. Dari segi cara penyampaian, perdebatan itu disampaikan<br />
dengan cara yang lunak dan lembut, bukan cara yang keras dan kasar. Dari<br />
segi topik, semata terfokus pada usaha mengungkap kebenaran, bukan<br />
2 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
untuk mengalahkan lawan debat semata atau menyerang pribadinya. Dari<br />
segi argumentasi, dijalankan dengan cara menghancurkan kebatilan dan<br />
membangun kebenaran. Cara ini tertuju kepada orang yang cenderung<br />
suka berdebat dan membantah, yang sudah tidak dapat lagi diseru dengan<br />
jalan hikmah dan mau‘izhah hasanah.<br />
Bagian akhir ayat memberikan arti, bahwa jika kita telah menyeru<br />
manusia dengan tiga cara tersebut, maka urusan selanjutnya terserah<br />
Allah. Memberikan hidayah bukan kuasa manusia, melainkan kuasa<br />
Allah semata. Kita hanya berkewajiban menyampaikan; Allahlah yang<br />
akan memberikan petunjuk serta memberikan balasan, baik kepada yang<br />
mendapat hidayah maupun yang tersesat.<br />
Dakwah yang efektif yaitu dakwah yang berhasil dari segi<br />
pendakwahnya, materi dakwahnya dan para pemdengar dakwah itu<br />
sendiri. Ketiga komponen tersebut harus selalu berkaitan agar inti dari<br />
dakwah tersebut dapat disampaikan secara jelas dan tepat serta tidak<br />
mengandung kesalahpahaman antara penda’i, mad’u dan isi dakwah itu<br />
sendiri.<br />
B. KONDISI MASYARAKAT DI PEDESAAN<br />
Desa, kampung atau dusun merupakan area pemukiman yang biasa<br />
terletak di daerah dataran tinggi dan jauh dari keramaian kota, dengan<br />
mata pencaharian yang relatif sama antar warganya seperti bertani,<br />
nelayan dan berternak (lebih mengutamanakn potensi alam), dan sangat<br />
bersifat toleran dalam arti sagat mementingkan aspek kebersamaan dan<br />
kekeluargaan antar sesama warga di desanya. Dibawah ini merupakan<br />
beberapa ciri-ciri masyarakat pedesaan yang akan berkaitan erat dengan<br />
penggunaan metode dakwah yang efektif di pedesaan.<br />
Ciri-ciri masyarakat pedesaan:<br />
1. Letaknya relatif jauh dari kota dan bersifat rural.<br />
2. Lingkungan alam masih besar peranan dan pengaruhnya terhadap<br />
kehidupan masyarakat pedesaan<br />
3. Mata pencaharian bercorak agraris dan relatif homogen (bertani,<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 3
eternak, nelayan, dll)<br />
4. Corak kehidupan sosialnya bersifat gemainschaft (paguyuban dan<br />
memiliki community sentiment yang kuat)<br />
5. Keadaan penduduk (asal-usul), tingkat ekonomi, pendidikan dan<br />
kebudayaannya relatif homogen.<br />
6. Interaksi sosial antar warga desa lebih intim dan langgeng serta<br />
bersifat familistik<br />
7. Memiliki keterikatan yang kuat terhadap tanah kelahirannya dan<br />
tradisi-tradisi warisan leluhurnya<br />
8. Masyarakat desa sangat menjunjung tinggi prinsip-prinsip<br />
kebersamaan / gotong royong kekeluargaan, solidaritas, musyawarah,<br />
kerukunan dan kterlibatan sosial.<br />
9. Jumlah warganya relatif kecil dengan penguasaan IPTEK relatif<br />
rendah, sehingga produksi barang dan jasa relatif juga rendah<br />
10. Pembagian kerja dan spesialisasi belum banyak dikenal, sehingga<br />
deferensiasi sosial masih sedikit<br />
11. Kehidupan sosial budayanya bersifat statis, dan monoton dengan<br />
tingkat perkembangan yang lamban.<br />
12. Masyarakatnya kurang terbuka, kurang kritis, pasrah terhadap nasib,<br />
dan sulit menerima unsur-unsur baru<br />
13. Memiliki sistem nilai budaya (aturan moral) yang mengikat dan<br />
dipedomi warganya dalam melakukan interaksi sosial. Aturan itu<br />
umumnya tidak tertulis<br />
14. Penduduk desa bersifat konservatif, tetapi sangat loyal kepada<br />
pemimpinnya dan menjunjung tinggi tata nilai dan norma-norma ang<br />
berlaku.<br />
Ada beberapa karateristik masyarakat desa yang perlu dipahami,<br />
antara lain yaitu<br />
1. Umumnya mereka curiga terhadap orang luar yang masuk<br />
2. Para orang tua umumya otoriter terhadap anak-anaknya<br />
3. Cara berfkir dan sikapnya konservatif dan statis<br />
4. Mereka amat toleran terhadap nilai-nlai budayanya sendiri, sehingga<br />
kurang toleran terhadap budaya lain<br />
5. Adanya sikap pasrah menerima nasib dan kurang kompetitif<br />
4 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
6. Memiliki sikap kurang komunikatif dengan kelompok sosial<br />
diatasnya.<br />
Seluruh ciri atau karakteristik masyarakat pedesaan di atas sangat<br />
berpengaruh terhadap konsep berdakwah di pedesaan. Bagaimana seorang<br />
da’i dapat menyesuaikan metode dakwahnya dengan keadaan masyarakata<br />
pedesaan yang cenderung menerima sikap pasrah dan kurang komunikatif<br />
dengan golongan diatasya (orang kaya).<br />
Sebagai contoh yaitu desa Sambangan adalah salah satu dari 14<br />
desa yang ada di Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah yang memiliki<br />
karakter sendiri, seperti :<br />
1. Akses jalan yang satu arah.<br />
2. Sarana jalan kurang baik.<br />
3. Transportasi umum sangat terbatas (hanya hari tertentu).<br />
4. Jauh dari pusat kecamatan ± 10 km.<br />
5. Sarana pendidikan formal yang ada hanya SD.<br />
6. Sarana pendidikan non formal Diniyah, TKA-TPA, Majelis Ta’lim<br />
7. Obyek wisata religi “Makam Datu Insan”.<br />
8. Jumlah Penduduk 1.126 jiwa agama 100% Muslim.<br />
9. Masjid 2 buah Nurul Aman dan Raudhatul Muttaqin,<br />
10. Majelis Ta’lim 1 buah, Raudhatul Muttaqin,<br />
11. Group Maulid Habsyi 4 buah, Ar Raudah, Ar Rahmah, An Nisa, Al<br />
Aman,<br />
12. Taman Pendidikan Al Qur’an 1 buah, Al Ikhlas.<br />
13. Mata Pencaharian masyarakat :<br />
a. Petani / kebun<br />
b. Buruh Pabrik<br />
c. Buruh Bangunan<br />
d. Buruh Lepas<br />
e. Guru Agama<br />
f. Swasta<br />
g. Wira Swasta<br />
h. PNS<br />
i. ABRI/POLRI<br />
14. Geografis : Gunungan, Dataran Tinggi, Sungai.<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 5
15. Sarana Air Bersih dgn Sumur gali/bor.<br />
16. Sarana litrsik PLN.<br />
C. KARAKTER DAKWAH DI PEDESAAN<br />
Setelah melihat ciri-ciri keadaan kemasyarakatan di pedesaan, ada<br />
beberapa karakteristik dakwah di daerah pedesaan antara lain yaitu :<br />
1. Metode dakwah yang biasa dilakukan di pedesaan biasanya secara<br />
langsung misalnya dengan pengajian, ceramah, tabliq akbar dan face<br />
to face, hal ini disebabkan karena waktu dan rutinitas yang dilakukan<br />
orang pedesaan relative masih rendah atau masih banyak waktu<br />
kosong serta sikap individualismenya masih rendah. Dan menjadikan<br />
masjid atau musholah sebagai tempat utama dalam berdakwah serta<br />
pesantren sebagai tempat utama untuk pendidikan anaknya.<br />
2. Dari aspek penda’i biasanya cenderung lebih bersifat otoriter dalam<br />
hal penyampaian materi dakwahnya, hal ini karena sifat mad’u nya<br />
yang pasif dan mudah menerima bukan kritikal sehingga dengan sikap<br />
otoriter membuat mad’u mudah menerima apa saja yang disampaikan<br />
oleh da’i.<br />
3. Materi dakwah di pedesaan biasanya lebih bersifat ubudiyah, contohnya<br />
seperti: ibadah, fikih, akhlak dan muamalah. Masyarakat pedesaan<br />
tidak begitu suka dengan materi dakwah yang disangkutpautkan<br />
dengan ilmu pengetahuan, teknologi ataupun politik negara.<br />
4. Citra da’i menjadi hal yang sangat penting dalam menyampaikan<br />
dakwah di pedesaan dibandingkan dengan isi dakwah itu sendiri<br />
karena sifat masyarakat desa yang sangat menghargai orang-orang<br />
yang berilmu dan jiwa sosialitasnya yang tinggi.<br />
5. Masyarakat di pedesaan lebih menyukai dakwah yang sesuai dengan<br />
tradisi mereka yang telah ada, artinnya tidak mudah unutk menerima<br />
pemahaman baru yang berbeda dengan pemahaman Islam yang telah<br />
ada di desa tersebut<br />
6 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
D. PENUTUP<br />
Berdakwah yang merupakan hal terpenting dalam menjalankan<br />
ajaran agama haruslah berjalan seefektif mungkin. Untuk melihat<br />
efektivitas berdakwah, pendakwah selayaknya mengetahui segala<br />
aspek yang mendukung berjalanya dakwah yang efektif terutama dalam<br />
aspek keadaan sosial kemasyarakatan. Karena seperti keadaan sosial di<br />
perkotaan sangat berbeda dengan keadaan sosial di masyarakat pedesaan<br />
yang menjadikan metode, materi dan sifat pendakwah pun harus berbeda<br />
menyesuaikan kondisi masyarakat yang ada.<br />
Untuk dakwah di pedesaan dilihat dari aspek ciri-ciri masyarakat,<br />
keadaan sosial masyarakatnya dapat disimpulakan bahwa dakwah di<br />
daerah pedesaan yang efektif haruslah: menggunakan metode intrapersonal<br />
(langsung) dalam meyampaikan dakwahnya, materi dakwah harus bersifat<br />
agamis seperti masalah ibadah, fikih dan akhlak, mengutamankan citra<br />
da’i, da’i harus bersifat otoriter namun tetap mempunyai jiwa sosial yang<br />
tinggi dan dakwah harus bersifat informatif persuasif bukan yang hanya<br />
bersifat informatif saja sehingga aspek ilmu dan perbuatannya bisa dapat<br />
dilakukan oleh masyarakat desa.<br />
Sehingga siapapun da’inya yang diharapkan oleh masyarakat<br />
pedesaan ialah teladan panutan yang nyata dan dakwah disampaikan<br />
dengan sejuk, santun, menyentuh batin dalam rangka menuju kepada<br />
kehidupan yang damai dan tentran, bahagia di dunia dan akhirat.<br />
Demikian makalah yang dapat saya simpulkan, semoga dapat<br />
menambah keilmuan kita semua. Dan semoga menjadi bahan diskusi<br />
yang lebih mendalam, jika ada kesalahan konsep serta pemahaman yang<br />
telah saya paparkan di makalah ini, mohon kiranya untuk diperbaiki..<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 7
REFERENSI<br />
Rasyidah dan kawan-kawan. Ilmu Dakwah. Diandra Primamitra Media. 2009.<br />
Mubarok Achmad, Psikologi Dakwah, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1999.<br />
http://scooteris.multiply.com/journal/ciri-ciri masyarakat desa/<br />
http://Wikipedia.com/desa dan fungsinya/<br />
http://jurnalstidnatsir.co.cc/pendidikan-berbasis-pesantren-membentuk<br />
masyarakat desa.html<br />
BIODATA<br />
• Nama<br />
: AHMADI, S.Sos.I<br />
• NIP : 19790505 200910 1 002<br />
• Tempat Tgl Lahir : Murung Panti Hilir, 05 Mei 1979<br />
• Jabatan<br />
: Penyuluh Agama Ahli Pertama<br />
• No. KEP<br />
: 1189/KEP/KR.VIII/PEG/2011<br />
• Pangkat / Golongan : Penata Muda, / III.a<br />
• Jenis Binaan : Kelompok Pedesaan<br />
• Instansi<br />
: Seksi Penamas Kantor <strong>Kemenag</strong> Tala<br />
• HP : 081348236232<br />
• e-mail<br />
: ahmadbungas@gmail.com<br />
8 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
Dakwah Tauhid<br />
Solusi Problematika Umat Islam<br />
Oleh<br />
H. Asfiani Norhasani, Lc.<br />
(PAI Teladan Kota Banjarmasin Tahun 2012)<br />
A. Pendahuluan<br />
Muncul kejenuhan dalam benak umat terkait terus berlarutnya<br />
berbagai persoalan. Korupsi merajalela di tengah kemiskinan dan<br />
kebodohan, tingkat pengangguran yang tinggi mendorong tumbuhnya<br />
kriminalitas, rentannya akidah umat dimasuki berbagai pemahaman sesat,<br />
adalah sebagian kecil persoalan keumatan yang sangat menjenuhkan.<br />
Merebaknya aliran sesat keagamaan di berbagai daerah menjadi<br />
isu penting yang harus mendapat perhatian dari umat Islam. Aliran<br />
yang mengajarkan dasar akidah dan keyakinan yang berbeda dengan<br />
paham Ahlis Sunnah wal Jamaah dan aliran sempalan yang mengajak<br />
untuk meninggalkan shalat dan puasa dengan jaminan masuk surga dari<br />
pemipinnya dan pengkultusan sang pemimpin sebagai juru penyelamat<br />
dan kewajiban pengikut untuk taat tanpa batas kepadanya. Walaupun<br />
ulama tidak tinggal diam untuk memberantasnya, namun dari masa ke<br />
masa selalu muncul di pedesaan dan kadang di perkotaan.<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 9
Gerakan pendangkalan akidah umat Islam dengan meragukan umat<br />
terhadap Al-Qur`an dan Sunnah yang dikemas dengan kemasan ilmiyah<br />
dan ajakan untuk berpikir bebas (liberal) dan meninggalkan Tradisi Ilmu<br />
Ulama Terdahulu (Ulama As-Salafus Shalih) yang menyebar melalui<br />
jaringan di berbagai perguruan tinggi Agama menjadi problem yang<br />
mengusik para akademisi muslim yang memiliki ghirah terhadap agama<br />
Islam dan mengharuskan mereka untuk segera mengkanter gerakan ini.<br />
Peristiwa pemboman dan melayangnya jiwa yang tidak bersalah<br />
dengan alasan perang suci di Solo, Poso, dll, akhir-akhir ini menambah<br />
persoalan baru bagi umat, karena palakunya mengaku sebagai Muslim<br />
taat yang menjalankan misi suci jihad melawan kekafiran dan kezaliman.<br />
Inilah di antara permasalahan dan problem umat Islam yang memerlukan<br />
solusi yang tepat, agar umat Islam terbebaskan dari segala permasalah<br />
krosial.<br />
B. Problematika Umat<br />
Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat merupakan<br />
dampak dari adanya perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan ini.<br />
Berbagai kemajuan teknologi dan dinamika politik, ekonomi dan budaya<br />
memberikan dampak negatif kepada kehidupan masyarakat. Persoalan<br />
keumatan dapat dikelompokkan dalam tiga hal :<br />
Pertama, krisis identitas, Kedua, krisis solidaritas, Ketiga, krisis<br />
moralitas. Ketiga hal ini tampak jelas pada sikap pemuda generasi penerus<br />
bangsa. Kegemaran meniru budaya asing seperti Korian Staly, Boy band<br />
ala Jepang dll. menunjukkan betapa jauhnya kawula muda kehilangan<br />
identitas. Fakta menunjukkan krisis solidaritas, ketika krisis melanda<br />
bangsa ini, ada sebuah pemandangan yang sangat bertolak belakang, di<br />
mana kemiskinan dan kemegahan saling berhadapan dengan jelas. Ada<br />
yang miskin dengan segudang rona derita di wajahnya, sementara di<br />
hadapannya sosok yang penuh dengan kemegahan. Yang miskin semakin<br />
terpuruk dalam kemiskinannya, sementara yang kaya semakin kokoh<br />
menunjukkan keangkuhanya. Pergaulan bebas, selingkuh pasangan<br />
suami isteri, merebaknya prostisusi dan sikap pragmatis tanpa rasa malu<br />
walaupun melanggar norma agama atau budaya adalah krisis moralitas.<br />
10 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
Akankah ada solusi terhadap segala persoalan ini?.<br />
C. Makna Dakwah<br />
Dakwah secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan<br />
menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada<br />
Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syari`at dan akhlak Islam. Kata<br />
“dakwah” adalah masdar dari kata kerja da`a yad`u yang berarti panggilan,<br />
seruan atau ajakan.<br />
Orang yang menyampaikan dakwah disebut “da`i” sedangkan<br />
yang menjadi obyek dakwah disebut “mad`u”. Da`i haruslah memahami<br />
ilmu dakwah dengan baik, agar mad`u (audiens) dapat memahami dan<br />
mengikuti ajaran yang disampaikannya.<br />
Kata dakwah selalu disandingkan dengan Islam sehingga menjadi<br />
ad-Da`wah al-Islamyah yang memiliki maksud bahwa setiap muslim<br />
berkewajiban untuk berdakwah. Tetapi dia terlebih dahulu memahami<br />
aspek hukum dan tata cara yang berkaitan dengan dakwah yang disebut<br />
Ilmu dakwah, sehungga para da`i bukan saja paham tentang kebenaran<br />
Islam akan tetapi mereka juga didukung oleh kemampuan yang baik<br />
dalam menyampaikan Risalah Islam.<br />
Metode dakwah selalu mengalami perubahan dari masa ke<br />
masa. Hal ini dipengaruhi arus perubahan sosial kemasyarakatan yang<br />
juga menuntut terbentuknya formulasi baru dalam metode dakwah.<br />
Meningkatnya mobilitas masyarakat saat ini misalnya, tak lagi bisa<br />
dijangkau dengan dakwah dengan tatap muka. Masyarakat yang tingkat<br />
mobilitasnya tinggi lebih memilih dakwah yang mudah diakses tanpa<br />
mengganggu aktivitas kerjanya. Oleh karena itu metode dakwah yang<br />
banyak dianut oleh masyarakat terbagi tiga metode, yaitu dakwah bil<br />
lisan, bil kitabah dan bil hal.<br />
Berdakwah jika dilihat dari kemampuan da`i terdiri atas dua macam.<br />
Pertama, dakwah bersifat individu (fardiyah), yaitu seorang muslim<br />
melakukan dakwah seorang diri berdasarkan kekuatan, kemampuan dan<br />
ilmunya.<br />
Kedua, dakwah bersifat kelompok (jama`iyyah).<br />
Firman Allah SWT :<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 11
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada<br />
kebajikan, menyeru kepada yang ma`ruf dan mencegah dari dari yang<br />
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS.Ali Imran 3:104)<br />
<br />
Dari dua kelompok tadi basis da`i, bisa perorangan, bisa juga<br />
berbasis pada organisasi-organisasi Islam, Pondok Pesantren, Lembagalembaga<br />
dakwah, perguruan Tinggi Islam, yayasan dan lain sebagainya. <br />
<br />
<br />
Di antara akhlak atau sifat-sifat terpenting yang harus dimiliki<br />
seorang da`i adalah jujur, ikhlas, sabar, arif, lembut, kasih sayang, pemaaf,<br />
rendah hati, kemauan yang kuat, disiplin terhadap waktu, konsisten dengan<br />
Islam, perbuatannya sesuai dengan ucapannya, zuhud, wara`, istiqamah,<br />
peka, moderat, merasakan kehadiran Allah SWT, berpegang teguh pada-<br />
Nya dan dalam berdakwah selalu memulai dengan yang dianggap paling<br />
<br />
penting. Alhasil dia berdakwah sebagaimana Rasulullah SAW berdakwah.<br />
Sufyan Ats-Tsauri berkata, “(seorang da`i) tidak mungkin dapat<br />
melakukan amar ma`ruf nahi munkar kecuali mempunyai tiga sifat, yakni<br />
: lembut dalam memerintah dan melarang, adil dalam memerintah dan<br />
melarang serta mengetahui sesuatu yang diperintah dan dilarangnya.”<br />
<br />
Menurut Imam Muhammad Al-Maqdasi, “Sebagian Salaf<br />
berpendapat bahwa (seseorang) tidak dapat melakukan amar ma`ruf nahi<br />
mingkar kecuali dengan cara lembut, sabar dan arif.”<br />
Dalam hal yang sama, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkomentar,<br />
ada tiga sifat yang sangat diperlukan (seorang da`i) : Pertama, berilmu<br />
(mengetahui) sebelum memerintah dan melarang; Kedua, lembut; dan<br />
ketiga, sabar. Ketiga sifat itu saling melangkapi.”<br />
Adapun menurut Ibnu Qayyim, “ada empat cara menyingkirkan<br />
kemungkaaran. Pertama, menghilangkan kemungkaran dan menggantikannya<br />
dengan lawannya (ma`ruf). Kedua, menguranginya, ketiga, menggantikannya<br />
dengan yang lebih buruk. Dua cara pertama disyari`atkan Islam, yang ketiga<br />
perlu ijtihad, sedangkan yang keempat dilarang.”<br />
1<br />
12 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
D. Ajaran Tauhid kunci sukses dakwah Rasulullah SAW<br />
<br />
Sejarah zaman jahiliyah sebelum lahir Rasulullah SAW dan masa<br />
Bi`tsah beliau, meceritakan problematika yang memiliki kemiripan dengan<br />
persoalan yang sedang melanda bangsa kita. Sejarah juga menyebutkan<br />
keberhasilan dan sukses dakwah Rasulullah SAW dalam mengatasi segala<br />
persoalan dalam waktu singkat dalam perhitungan sejarah yaitu 23 (dua<br />
puluh tiga) tahun. Setidaknya terdapat tiga misi yang terkandung dalam<br />
Ajaran Islam yang diajarkan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah<br />
<br />
SWT.<br />
Pertama, meluruskan penyimpangan aqidah dan memperkokoh<br />
keyakinan pada Janji-janji Allah SWT. Bangsa Arab pada waktu itu<br />
mengetahui ajaran Tauhid dan mengakuinya. Hal ini disebut Allah SWT<br />
dalam FirmanNya :<br />
<br />
<br />
Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang<br />
menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?”<br />
tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Maka betapakah mereka (dapat)<br />
dipalingkan (dari jalan yang benar).QS.Al`Ankabut 29:61<br />
Namun ajaran Tauhid tidak murni dan disusupi berbagai syirik. <br />
Terbukti dengan penyembahan barhala yang mereka lakukan sebagai<br />
sebuah ibadah. Mereka menjadikan para berhala itu sebagai tuhan yang<br />
<br />
patut<br />
<br />
disembah.<br />
<br />
Hal<br />
<br />
ini jelas<br />
<br />
bertentangan<br />
<br />
dengan<br />
<br />
ajaran<br />
<br />
tauhid.<br />
<br />
Perbuatan syirik berdampak rusaknya tatanan sosial kemasyarkatan.<br />
mereka bukan saja menyimpangkan keesaan Allah SWT, melaikan juga<br />
menyimpangkan hukum-hukum Allah yang telah disampaikan oleh para<br />
Nabi terdahulu. Pada akhirnya, hukum Tuhan diganti dengan hukum<br />
manusia. Runtuhnya tatanan sosial bangsa Arab pada saat itu sebagian<br />
besar disebabkan oleh penyimpangan akidah dari ajaran tauhid.<br />
Islam datang mengajak kembaki ke jalan yang benar sebagaimana<br />
digariskan dalam ajaran para nabi terdahulu. Ajaran tauhid menjadi fokus<br />
utama dakwah Nabi SAW selama 13 (tiga belas) tahun di fase dakwah<br />
di Mekkah yang kemudian diikuti dengan membangun kesadaran untuk<br />
kembali ke hukum Allah sabagai satu-satunya hukum pada fase dakwah<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 13<br />
1
di Madinah.<br />
Kedua, menyempurnakan moralitas anak manusia. Langkah<br />
pertama yang dilakukan Nabi SAW ketika datang perintah Hijrah adalah<br />
<br />
mempererat persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Ansar sebagai<br />
pondasi <br />
terbentuknya moralitas dan tatanan soasial kemasyarakatan<br />
<br />
yang berkeadilan, damai dan sejahtera. Moralitas adalah prasyarat bagi<br />
terbangunnya kehidupan yang lebih baik dan kepatuhan terhadap hukum<br />
Allah SWT. Terbukti ketika ayat pelarangan menum miras sebagaiman<br />
Firman Allah SWT :<br />
<br />
<br />
<br />
90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,<br />
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,<br />
adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatanperbuatan<br />
itu agar kamu mendapat keberuntungan.<br />
91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan<br />
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)<br />
khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat<br />
Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan<br />
pekerjaan itu).Qs.Al-Maidah 5:90-91<br />
1<br />
Diriwayatkan, sabab nuzul ayat ini bahwa miras bagi bangsa Arab<br />
pada masa itu seperti minuman rakyat, mustahil dilarang, namun ketika<br />
ayat ini turun sitiuasinya berbeda sabagaimana diriwayatka Anas bin<br />
Malik ra:<br />
Abu Sulaim (suami Ibu Anas) dan sahabatnya sedang minum ketika<br />
berita turan Ayat larangan minum khamar turun, dia dan sahabtnya<br />
segera menumpahkannya dan meminta agar kendi-kendi yang berisikan<br />
khamar untuk dipecahkan. Pada hari itu jalan-jalan Madinah menjadi<br />
14 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
sungai mengalir kerena banyaknya khamar yang ditumpahkan.<br />
Umil Mu`minin `Aisyah mengomentari peristiwa ini dengan kata:<br />
“Ketaatan ini ksrena Iman mereka telah kokoh setelah digodok Nabi<br />
SAW selama 13 tahun, jika ayat itu turun ketika kaum Muslim masih di<br />
Mekkah, maka tidak akan ditaati.”<br />
Ketiga, menegakkan Hak Asasi Manusia. Nilai-nilai humanisme<br />
menjadi ciri khas dakwah Nabi SAW. Persamaan hak, persaudaraan, dan<br />
perdamaian terus digulirkan di tengah-tengah masyarakat hingga puncak<br />
penegasan pada Hari kesempurnaa Ajaran Agama Islam dideklarasikan<br />
pada khutbah Wada` di Arafah di hadapan seluruh kaum Muslim dan<br />
nabi SAW berpesan untuk disebarkan Ajaran Hak Asasi Manusia dengan<br />
sabdanya: “ hendaklah yang hadir di antara kalian memberitahukan<br />
kepada yang tidak hadir, hendaklah kalian menyampaikan ajaran Islam<br />
ini walaupun satu ayat.” HR. Muslim.<br />
E. Orgensi Dakwah Tauhid<br />
Nilai-nilai keislaman dapat dibagi dalam dua aspek: hubungan<br />
vertikal berupa monoteisme (ketauhidan) dan hubungan horisontal berupa<br />
kesalehan sosial. Secara vertikal, Islam menganut paham tauhid, di mana<br />
Allah SWT sebagai pusatnya. Aqidah harus lurus dan shalih, jauh dari<br />
penyimpangan dan kesesatan, seperti aqidah para sahabat salafus shalih.<br />
Begitu pun dengan warna pemikiran (fikrah) pun akan mencerminkan<br />
wawasan dan cara pandang Islami, selalu merujuk kepada nilai-nilai<br />
Islam. Allah SWT Esa, Dia tempat meminta segala sesuatu, tidak beranak<br />
dan tidak dilahirkan. Tidak ada yang berhak disembah dan taati dengan<br />
buta keculi Dia. Inilah konsep tauhid.<br />
Tauhid tidak berdiri sendiri. Ia harus dijabarkan dalam berbagai<br />
aspek sosial. Dalam ajaran tauhid tanpak ajaran luhur beropa penghormatan<br />
atas hakhak orang lain, saling menyayangi, Menepati janji, kejujuran yang<br />
tulus tanpa ada pamrih dan nilai-nilai luhur lainnya. Dengan demikian,<br />
dimensi horisontal Islam tercermin dalam hubungan yang baik antara<br />
manusia dengan makhluk lainnya, sehingga tercipta tata kehidupan yang<br />
harmonis antara makhluk dunia.<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 15
Persoalan keumatan pada masa kini tidak bisa diatasi kecuali<br />
para da`i melakukan reformulasi konsep dakwah dengan memfokuskan<br />
pengokuhan Tauhid sebagai langkah awal. Langkah kedua yang harus<br />
dilakukan para da`i menghindari terperangkap dalam permasalahan<br />
khilafiyah dalam Fikih dan kefanatikan terhadap mazhab atau golongan,<br />
dan ketiga memulai dengan hal yang terlebih penting sebagaimana yang<br />
akan kita jabarkan.<br />
F. Penjabaran Dakwah Tauhid<br />
Dakwah tauhid dengan memberikan pemahaman yang mendalam<br />
dan aplikatif kepada umat tentang Asmaul Husna, sifat Allah yang<br />
Agung dan memfukoskan kepada Ibadah Qalbiyah seperti Taqwa,<br />
Tawakkal, Raghbah dan Rahba dan lain-lain. melalui ceramah agama<br />
yang dipersiapkan dengan tekun, terarah dan mudah dipahami. Selain<br />
penyampaian dengan metode ceramah atau orasi.<br />
Dakwah tauhid juga dilakukan dengan cara praktik untuk<br />
meningkatan kualitas ibadah baik dalam sisi bacaan, gerakan dan<br />
penghayatan khususnya shalat dan baca al-Qur`an melalui Pesantren<br />
kilat yang intesif, terjadwal dan sesuaikan dengan golongan usia tidak<br />
pada anak-anak tapi dewasa pun terlayani dengan penekanan prinsip Al-<br />
Ihsan: bahwa menyembah Allah SWT seakan hamba melihat-Nya, jika<br />
tidak dapat hendak merasakan kehadiran Allah SWT yang sedang melihat<br />
hamba.<br />
Dakwah Tauhid selain dengan metode dakwah bil-lisan dilakukan<br />
dakwah bil-hal sebagaiman keinginan Majelis Ulama Indonesia yang<br />
dicanangkan pada tahun1985. Dakwah bil-hal ini dilakukan melalui<br />
Tarbiyah Tazkitun Nafs yang diselenggarakan dengan kegiatan I`tikaf<br />
dan Rihlah<br />
Dakwah Tauhid dengan penalaran dan peningkatan kesadaran akan<br />
adanya Allah SWT dan pertolongan-Nya di saat kesedihan, kegalawan<br />
dan kekecewaan atau guncangan jiwa melaui pemaparan pengalaman<br />
dan diskusi ekslusif bagi mahasiswa. Usaha dakwah ini harus dilakukan<br />
dengan tekun, telaten dan kesabaran yang panjang sebagaiman Nabi<br />
SAW lakukan. Bisa kita programkan dalam jangka waktu yang panjang<br />
16 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
lima, sepuluh dan lima belas tahun dan keinginan dan cita-cita luhur<br />
harus tertulis dalam bentuk buku-buku dakwah Tauhid yang dicetak dan<br />
disebarkan secara luas. Tidak lupa menggunakan teknologi masa kini<br />
seperti blog, web, face book dan twiter di internet.<br />
Dakwah ini memerlukan banyak dana, sumbangan dari berbagai<br />
pihak agar dakwah ini mandiri. Perlu dibentuk Koperasi Syariah agar<br />
masyarakat merasakan kesejahteraan ketika menjalankan ajaran tauhid.<br />
Juga perlu bimbingan pengelolaan keuangan untuk mendapatkan<br />
kesejahteraan dunia dan akhirat.<br />
Untuk menata ulang kehidupan sosial kemasyarakatan yang islami,<br />
pemberdayaan Zakat untuk fakir miskin suatu hal yang lazim dilakukan<br />
agar tidak terjadi kesenjangan sosial. Umat Islam memerlukan Dana<br />
Umum Abadi untuk menghadapi bencana alam, kebakaran dan banjir<br />
dengan dana wakaf tunai atau harta dan disebarkan secara merata demi<br />
keutuhan umat.<br />
Dakwah dengan konsep tauhid bersifat permanen, selama di<br />
bumi ada yang mengucapkan Allah, maka tidak akan terjadi Kiamat<br />
sebagaimana ramalan Nabi SAW : “Tidak berdiri Sa`ah (kiamat) hingga<br />
tidak ada lagi orang yang mengucapkan Allah, Allah.”. Oleh karena itu<br />
pengkaderan para da`i yang memahami konsep dakwah Tauhid ini harus<br />
diselenggarakan demi kelestarian hidup manusia.<br />
G. Penutup<br />
Makalah ini dapat disimpukan dengan simpulan berikut ini:<br />
1. Persoalan Umat Islam di Indonesia dapat dikelompokkan dalam tiga<br />
hal, krisis identitas, krisis solidaritas, dan krisis moralitas.<br />
2. Pemahaman para Da`i terhadap makna Dakwah Islamiyah akan<br />
memudahkan mencapai keberhasilan yang diridhai Allah SWT.<br />
3. Ajaran Tauhid kunci sukses dakwah Rasulullah SAW.<br />
4. Orgensi Dakwah dengan konsep Tauhid.<br />
5. Dakwah dengan konsep Tauhid akan memberi tatanan sosial yang<br />
seimbang antara ubudiyah kepada Allah SWT dan hubungan harmonis<br />
sesama manusia<br />
6. Jabaran Dakwah Tauhid yang dilaksanakan di masyarakat akan<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 17
menjawab kejenuhan terhadap persoalan Umat.<br />
Demikian makalah dibuat, apa yang ada di dalam dari kebenara<br />
hanya dari Allah SWT dan ada kesalahan dan kehilafan adalah dari diri<br />
penulis dan syaitan. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan menjaga<br />
kita dalam setiap langkah dalam dakwah ini dan semoga kita mendapatkan<br />
segala rahmat dan ridha-Nya.<br />
Daftar Pustaka<br />
Al-Qur`an Al-Karim<br />
Kementerian Agama Republik Indonesia, Terjemah Tafsir Qur`an Bahasa<br />
Indonesia.<br />
Muslim, Abul Hasan Muslim An-Naisaburi, Al-Jami` As-Sahih bi Syarh an-<br />
Nawawi, Dar ar-Rayan Liturats, cetakan 1 tahun 1987.<br />
Akram Dhiaya Al-`Omari, Sirah an-Nabawiyah as-Shahihah, Maktabah al-<br />
Ulum wal Hikam, Madinah cetakan 5 tahun1993<br />
Muhammad Ahmad al-`Adawi, Da`watur Rusul ila Allah Ta`ala, Dar al<br />
Ma`rifah, Bairut cetakan tahun 1993.<br />
Nandi Naksabandi, Reformulasi Paradigma Dakwah, Kumpulan Makalah<br />
Pengjian Masyarakat Intelektual tahun 2011, <strong>Kemenag</strong> RI 2011.<br />
18 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
Islam dan Konsep HAM<br />
Oleh<br />
Ahmad Barjie B<br />
Indonesia sejak 1993 memiliki Komisi Nasional Hak Asasi Manusia<br />
(Komnas HAM), dibentuk berdasarkan Keppres Nomor 50 tanggal 7 Juni<br />
1993. Pembentukan lembaga ini bertujuan mengembangkan kondisi yang<br />
kondusif bagi pelaksanaan HAM, yang sesuai dengan Pancasila dan UUD<br />
1945 serta meningkatkan perlindungan HAM, guna mendukung terwujudnya<br />
tujuan pembangunan nasional.<br />
Walaupun banyak pihak meragukan efektivitas lembaga ini dalam<br />
penegakan HAM secara adil dan proporsional, karena sifatnya hanya<br />
menampung dan merekomendasi pelanggaran HAM untuk ditindaklanjuti<br />
instansi terkait, namun kehadiran lembaga ini tetap dapat diindikasi untuk<br />
melindungi dan meningkatkan HAM.<br />
Ini terlihat dari banyaknya harapan masyarakat yang digantungkan<br />
sejak lembaga ini berdiri. Menurut Ketua Komnas HAM Ali Said, sebelum<br />
digantikan Munawir Syadzali (keduanya sudah almarhum), pada semester<br />
pertama berdiri Komnas HAM sudah 248 kasus pelanggaran HAM yang<br />
ditangani, terdiri 71 kasus tanah, 63 kasus perburuhan, 16 kasus perumahan,<br />
6 kasus agama, 46 kasus perbuatan tak terpuji oknum aparat pemerintah, dan<br />
46 kasus-kasus lain.<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 19
Kini, setelah sekitar 20 tahun berjalan, tentu jumlah kasus itu semakin<br />
menumpuk di pundak Komnas HAM. Justru itu, jika Komnas HAM mampu<br />
menangani dengan baik, tentu merupakan sebuah pengabdian yang tak ternilai<br />
harganya.<br />
Potret Indonesia<br />
Di mata Barat, khususnya Amerika, Indonesia belum dipandang sebagai<br />
negara yang menggembirakan kondisi HAM-nya. Ini misalnya terlihat dari<br />
laporan International Herald Tribune (1997) yang memuat Clinton’s List, di<br />
mana Indonesia belum termasuk negara yang demokratis, karena masih banyak<br />
terjadi pelanggaran HAM. Sama dengan Malaysia, Vietnam, Myanmar, Laos<br />
dan Brunei Darussalam. Hal yang sama dikemukakan oleh Freedom House<br />
dalam laporan akhir tahun 1996.<br />
Pemerintah Indonesia agaknya acuh tak acuh terhadap tudingan trsebut.<br />
Bahkan DPR-RI balik menuding AS karena di negara yang menyebut dirinya<br />
demokratis itu pun kondisi HAM masih coret-moret. Indonesia justru peduli<br />
terhadap HAM, buktinya ada Komnas HAM dan sejumlah LSM yang peduli<br />
pada HAM.<br />
Sikap acuh tak acuh ini dapat dimaklumi, sebab pemerintah meyakini<br />
bahwa HAM versi Indonesia tidak sama persis dengan HAM versi barat, dan<br />
tudingan barat sol HAM Indonesia dianggap mencampuri urusan dalam negeri<br />
Indonesia yang dapat mengganggu hubungan bilateral.<br />
Sebenarnmya dalam soal penegakan HAM, kurang bijaksana jika terjadi<br />
saling tuding dan membela diri. Begitu juga tidak selalu tepat mempersoalkan<br />
perbedaan versi HAM, sebab banyak dari aspek HAM bernilai universal yang<br />
tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.<br />
Sikap mendasar dan lebih menyelesaikan masalah adalah konsisten kita<br />
dalam melindungi dan menegakkan HAM. Bagi Indonesia, melaksanakan<br />
HAM bukan untuk memenuhi tuntutan barat, tapi karena tuntutan nilai luhur<br />
yang hidup di Indonesia, yang lahir dari norma agama dan falsafah Pancasila.<br />
20 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
HAM Islam<br />
Ajaran Islam banyak memuat tuntutan penegakan dan perlindungan<br />
HAM. Ini berarti, setiap muslim khsusnya dituntut ikut menegakkan dan<br />
melindungi HAM, dalam arti berusaha maksimal untuk mengormati hak-hak<br />
manusia dan menjauhi pelanggarannya, apapun bentuknya.<br />
Syekh Sayyid Sabiq dalam Fiqhus Sunnah (1403 H, 3: 17-21)<br />
menyebutkan berbagai hak manusia yang wajib dihormati, yaitu:<br />
1. Hak hidup, maksudnya setiap individu berhak menjaga dirinya dan<br />
eksistensinya. Orang lain tak boleh mengganggu, kecuali jika orang<br />
itu membunuh dan berbuat kerusakan (al-Maidah: 31). Itu sebabnya<br />
pelanggaran HAM yang berkaitan dengan jiwa manusia, baik dalam<br />
bentuk membunuh, menganiaya, melukai dan sejenisnya, amat berat<br />
dalam pandangan Allah dan merupakan dosa pertama yang diperhitungkan<br />
di akhirat kelak.<br />
2. Hak merdeka, maksudnya semua manusia dilahirkan dalam keadaan<br />
bebas merdeka, bebas beragama dan beribadat (al-Baqarah: 256, Yunus:<br />
99). Manusia bebas pula dalam bekerja dan memilih profesi, juga dalam<br />
berkreasi dan berpikir. Dalam konteks kebebasan berpikir ini, Islam<br />
menekankan kepada kebenaran. Semua masalah bisa didiskusikan<br />
secara baik, guna mencapai kebenaran (an-Nahl: 125). Bakar Musa<br />
dalam Hurriyatul Insaan fil-Islam (Kebebasan Manusia dalam Islam),<br />
menekankan Islam melarang taklid dan indoktrinasi, yang dapat<br />
mematikan kebebasan akal dan nalar yang sehat.<br />
3. Hak tempat tinggal, maksudnya manusia bebas bertempat tinggal di<br />
mana saja yang ia kehendaki, sesuai aturan yang berlaku. Ia pun tidak<br />
terhalang untuk bepergian ke mana saja di permukaan bumi. Tindakan<br />
mengisolasi dan mencekal manusia terlarang dilakukan, kecuali kalau<br />
yang bersangkutan merampas hak orang lain, melanggar hukum dan<br />
undang-undang.<br />
4. Hak belajar dan berpendapat, maksudnya setiap individu berhak<br />
memperoleh pendidikan dan pengajaran, sehingga akalnya terang dan<br />
kualitas hidupnya meningkat. Dari sini Islam pun memberi kebebasan<br />
berpendapat dan berargumentasi. Pendapat dan pemikiran manusia<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 21
tak boleh dikungkung, kecuali kalau sesat dan menyesatkan. Islam<br />
menekankan keberanian dalam menyatakan kebenaran, walaupun<br />
pahit. Islam juga melarang orang menyembunyikan kebenaran yang<br />
diketahuinya (al-Baqarah: 159, 160).<br />
5. Hak mendapatkan perlindungan, maksudnya orang lapar wajib diberi<br />
makan, orang telanjang wajib diberi pakaian, orang sakit wajib diobati,<br />
dan orang takut wajib dilindungi, sehingga kelangsungan hidup dan<br />
keamanannya terjamin. Kewajiban ini dibebankan kepada orang terdekat<br />
(keluarga), kemudian masyarakat dan negara. Semua hak asasi manusia<br />
tersebut berlaku universal, dalam arti tidak terbatas kepada suku, agama,<br />
ras dan golongan tertentu. Allah memberi kemuliaan kepada manusia<br />
untuk memperoleh hak-hak tersebut, tanpa membedakan apakah manusia<br />
itu beriman kepadaNya atau tidak. Artinya sewaktu hidup di dunia semua<br />
hak itu berlaku sama. Hanya di akhirat kelak ada perbedaan derajat<br />
manusia, menurut keimanan dan ketakwaannya.<br />
Perlu Keseimbangan<br />
Hak-hak tersebut di atas berjalan seimbang dengan kewajiban.<br />
Sebelum manusia menuntut hak, ia harus melaksanakan kewajiban, ia harus<br />
melaksanakan kewajiban. Ketika manusia ingin hidup, saat itu pula ia wajib<br />
memelihara kehidupan. Ketika manusia ingin merdeka, saat itu pula ia harus<br />
membuat orang lain merdeka.<br />
Jika kita cermati pasal-pasal UUD 1945 termasuk hasil amandemen,<br />
terlihat banyak sekali berisi hak-hak manusia. Ini berarti ketika Republik<br />
Indonesia lahir, soal hak asasi sudah sangat ditekankan untuk diperjuangkan<br />
pascamerdeka. Ini dapat dimaklumi, karena selama 350 tahun HAM bangsa<br />
indonesia telah diinjak-injak oleh penjajah. Adalah wajar jika bangsa ini<br />
menginginkan HAMnya dilindungi dan dihormati secara layak oleh negara.<br />
Apabila dibandingkan antara HAM Islam, maka tampak pula HAM<br />
yang ingin ditegakkan di Indonesia sangat relevan. Ini tak mengherankan,<br />
karena founding fathers negara kita juga terdiri dari orang-orang yang taat<br />
beragama, dan tak ingin memisahkan antara agama dengan negara.<br />
22 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
Lebih jauh, jika dibandingkan dengan HAM barat pun masih banyak<br />
kesamaannya. Hanya saja HAM barat lebih menekankan kepada kebebasan<br />
individu dan liberalisme, di mana hampir semua hak individu bebas<br />
diekspresikan, bahklan pada beberapa negara diberi kebebasan untuk menghina<br />
para Nabi atas nama kebebasan berkreasi, diberi kebebasan pergaulan dengan<br />
lawan jenis, bahkan kawin sejenis, dll. Jika HAM versi barat diterapkan di<br />
negeri ini, tentu dapat berbenturan dengan nilai-nilai khas yang berlaku di<br />
Indonesia.<br />
Karena itu, kita mengerti jika pemerintah tetap menginginkan agar<br />
penegakan HAM disesuaikan dengan iklim Indonesia. Konsepsi HAM<br />
Indonesia merupakan penjabaran dari sila-sila Pancasila, dan keseimbangan<br />
serta keselarasan antara hak-hak perorangan dan memasyarakat, antara hak<br />
dan kewajiban yang merupakan khas HAM Indonesia.HAM memang berlaku<br />
universal, namun penerapannya harus memperhatikan berbagai hal, termasuk<br />
perbedaan sistem nilai.<br />
Mengingat secara objektif memang ada nuansa perbedaan versi HAM,<br />
minimal dalam cara pandang, maka yang penting adalah penerapannya yang<br />
harus makin ditingkatkan. Bagi bangsa indonesia, landasan yuridis formal<br />
HAM sudah lebih dari cukup, sebab ada Pancasila, UUD 1945, GBHN dan<br />
sejumlah peraturan perundang-undangan. Bahkan ada ajaran Islam yang<br />
diyakini dan hidup di hati warganegara.<br />
Begitu juga secara kelembagaan sudah memadai karena ada DPR,<br />
Komnas HAM, LBH, lembaga-lembaga peradilan, kepolisian dan lainnya,<br />
yang pada intinya bertugas menegakkan hukum dan melindungi HAM.<br />
Hanya saja yang masih parah, adalah pelaksanaan di lapangan. Berbagai<br />
kelemahan masih ditemui, baik berkaitan dengan faktor manusia ataupun<br />
sistem dan aturan lainnya. Tak mengherankan kalau masalah HAM masih<br />
dipersoalkan, bahkan semakin nyaring disuarakan.<br />
Meskipun demikian, kita tetap berharap lembaga-lembaga tersebut<br />
berfungsi dengan baik. Janganlah kita terlalu menuding dan meragukan<br />
efektivitasnya tanpa membantu penyelesaiannya. Kita harus sumbangkan<br />
dukungan dan spirit, agar komitmen penegakan HAM makin meningkat dari<br />
hari ke hari.<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 23
Kita mestinya ingat bahwa undang-undang dibuat karena ada<br />
pelanggaran, dan kekuatan serta kekuasaan yang dimiliki manusia atau<br />
kelompok cenderung memangsa yang lemah, the power tends to corrupt.<br />
Itu artinya tugas-tugas yang berkaitan dengan HAM memang semakin<br />
berat. Untuk itu, adalah tugas masyarakat dan pemerintah yang membantu<br />
lembaga-lembaga yang ada agar sukses dalam menjalankan fungsinya. Bagi<br />
masyarakat memberi data dan masukan, dan bagi pemerintah menindaklanjuti<br />
semua rekomendasi pelanggaran HAM. Sebab, jika tak ditindaklanjuti maka<br />
tak ada gunanya, hanya basa basi dan membuang uang saja.<br />
Alangkah baiknya jika Komnas HAM memiliki kekuatan memaksa,<br />
agar setiap pelanggaran HAM dapat dituntaskan. Aparat kepolisian dan siapa<br />
saja yang memiliki kekuatan hendaknya berhati-hati dalam menciptakan<br />
keamanan dan mengatasi gangguan keamanan, jangan sampai melanggar<br />
HAM. Komnas HAM hendaknya konsisten dalam penyelesaian hingga tuntas.<br />
Dengan begitu, tak ada lagi kasus-kasus HAM yang kabur seperti sekarang.<br />
Peran Juru dakwah<br />
Menegakkan HAM bukan hanya tugas pemerintah, kepolisian, aktivis<br />
dan sebagainya. para ulama, juru dakwah, penyuluh agama dan sebagainya<br />
yang dituntut mengambil peran sesuai dengan bidangnya. bidang tersebut<br />
tentu dalam hal penghayatan dan pengamalan ajaran Islam.<br />
Ada beberapa peran yang dapat dilakukan. Pertama, membangun<br />
kebebasan berpikir dan berpendapat. Maksudnya, manusia dalam beragama<br />
hendaknya diarahkan untuk berpikir bebas, jangan terkungkung dalam<br />
fanatisme mazhab secara berlebihan sehingga cenderung menyalahkan<br />
golongan dan pendapat orang dan kelompok lain. Ulama dan juru dakwah<br />
hendaknya proaktif mendorong sikap terbuka, toleran dan menghargai<br />
keberbedaan. Penyerangan dan pengusiran penganut aliran lain secara fisik<br />
seperti Syiah hendaknya tidak terulang. Perbedaan hendaknya dicairkan<br />
melalui dialog dan debat yang sehat.<br />
Para juru dakwah ini hendaknya proaktif berdakwah sehingga masyarakat<br />
memiliki pengetahuan agama yang memadai. semakin banyak tahu, maka<br />
24 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
masyarakat akan semakin dewasa dalam, beragama. sebaliknya, semakin<br />
sempit dan dangkal pengetahuan agama, maka akan mudah menyelahkan<br />
orang lain. Orang yang sedikit ilmunya akan banyak menyalahkan orang.<br />
Sudah waktunya para ulama dan juru dakwah membangun kesamaan persepsi<br />
dalam beragama dengan tidak mempersoalkan masalah-masalah khilafiyah<br />
yang dapat memicu perpecahan.<br />
Kedua, juru dakwah hendaknya mengedepankan dakwah pembangunan.<br />
maksudnya, materi dakwah tidak sekadar berisi ceramah dan pengajian<br />
agama dalam arti sempit, tetapi mengupayakan agar Islam dapat diajkdikan<br />
sebagai solusi dari berbagai problema sosial ekonomi. Selama ini masih<br />
banyak kalangan masyarakat yang hidup miskin, terbelakang, mengalami<br />
masalah sosial, kesehatan dan sebagainya. Mereka ini perlu sekali didekati<br />
dan diberdayakan melalui dakwah bil-hal. para ulama dan juru dakwah perlu<br />
sekali membangun kesadaran pemerintah, pengusaha, kalangan mampu dan<br />
kaya agar mau berbagi dengan sesama. Kemiskinan dan kefakiran sangat<br />
berbahaya sebab dapat mengarah kepada kekafiran.<br />
Pengamat Sosial Keagamaan, Sekretaris Umum Yayasan dan Badan<br />
Pengelola Masjid At-Taqwa Banjarmasin.<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 25
VIRUS GLOBAL DAN ANTISIPASINYA<br />
Oleh<br />
Drs. A. Hajaji, M.Pd.I<br />
Materi disampaikan pada kegiatan pembinaan PAH se<br />
kota Banjarmasin<br />
Keadaan kehidupan kita yang tidak menentu dan kacau balau ini sulit<br />
sekali untuk diteliti karena kita telah menjadi bahagian dari kekacaubalauan<br />
itu. Kita tenggelam di dalamnya dan bernafas di dalamnya. persepsi dan<br />
paradigma kita telah melebur dalam badai kekufuran dan kefasikan kepada<br />
Allah.<br />
Kita hanyut dalam gelombang peradaban bahkan kita terperosok masuk<br />
ke dalamnya sebagai permain. Cobalah kita perhatikan ketika banyak dari<br />
orang tua sibuk memikirkan nilai anaknya dalam pelajaran. Bila tidak bisa<br />
berbahasa inggris atau lainnya, orang tua akan sibuk mencari tempat-tempat<br />
kursus, sekalipun dari kursus itu tidak lagi memperhatikan waktu shalatnya<br />
bahkan orang tua yang mengantar juga ikut-ikutan tidak shalat Asar dan<br />
Maggrib, karena pada saat menjemput anaknya berbarengan dengan waktu<br />
shalat.<br />
Sementara jika anaknya tidak shalat atau tidak bisa membaca kitabnya<br />
Al quran orang tua tidak risau, tidak merasa bersalah alias tenang-tenang<br />
saja, masya Allah. Kejahatan dan kebaikan, kebenaran dan kesesatan dilebur<br />
26 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
menjadi satu sehingga sulit dibedakan. Kehendak Allah telah dijadikan<br />
kehendak golongan, keinginan pribadi dan kecendrungan duniawi yang<br />
terbendung semuanya disembunyikan dalam slogan-slogan kearifan,<br />
kesejahteraan, kebudayaan seni dan lain sebagainya.<br />
Agama seakan dikesampingkan, halal haram hanya dibicarakan ketika<br />
mereka berada di masjid-masjid dan di pengajian saja, tapi setelah itu, lepas<br />
kendali. Kita hidup hakikatnya adalah dalam rangka mengakbarkan Allah,<br />
Allah saja yang Maha segalanya.<br />
Budaya dan peradaban kontemporer ini telah terlalu jauh menyesatkan<br />
manusia dari ketaqwaan, meracuni pikiran manusia dengan kepentingan<br />
komoditi yang demikian kuat, sehingga manusia sendiri telah menjadi alat<br />
negosiasi dan menjadi komoditi itu sendiri. Bahkan kemudian ayat-ayat Allah<br />
telah menjadi komoditi. juga secara bersamaan, sebagai produk profesi atau<br />
bidang usaha untuk mendapatkan simbol-simbol duniawi ini.<br />
Berbagai teori tentang ketuhanan melejit ke permukaan, namun<br />
hanya sekedar teori, sekedar berbagai produk seminar dan diskusi, namun<br />
sirna penghayatan dan penerapannya. Hampir semua manusia begitu senang<br />
dengan teori- teori namun enggan terhadap penerapannya yang murni. Gaya<br />
ketakwaan menjadi trendi, Umrah dan Haji juga telah menjadi sekedar<br />
lambang-lambang dan citra, namun kosong jiwa dan roh pengabdiannya<br />
kepada Allah. Sehingga kata-kata takbir yang digemakan bersama-sama pada<br />
hari ‘Id hanya merupakan hiasan bibir semata dan getaran ritual yang hanya<br />
untuk satu hari, satu hari dalam setahun. Nauzubillahi min dzalik.<br />
Dunia berubah menjadi ranah permainan dan senda gurau belaka<br />
dengan media yang media yang dikemas seolah-olah serius dan prestisius,<br />
sehingga banyak manusia terjebak di dalamnya dan tak mampu keluar dari<br />
permainan ini. Kalau begitu sadar ataupun tidak, kita punya penyakit, penyakit<br />
batin itulah yang dinamakan virus. Virus Global, virus yang menyerang hati<br />
manusia menjadi tidak lagi manusia, virus yang menyebar cepat dan dahsyat<br />
menjadikan manusia seperti bangkai yang berjalan (zombie). Hidup namun<br />
tak memiliki hati. Virus global ini sudah hadir di hadapan kita dan bahkan bisa<br />
jadi sudah tersebar dalam aliran darah dan nafas kita. Seperti yang termuat<br />
dalam firman Allah surah al-Hadid ayat 20:<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 27
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan<br />
dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu<br />
serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan<br />
yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu<br />
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. <br />
dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta<br />
<br />
keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan<br />
yang menipu.<br />
<br />
Pada ayat ini Allah telah menjelaskan ada lima penyakit/virus global<br />
yang akan menyeret siapa saja di dalamnya ke dalam azab yang sangat keras<br />
pada akhirat nanti, yaitu :<br />
1. Laa'ibu (permainan).<br />
<br />
Dunia ini memang permainan belaka, maka permainan menjadi tema<br />
dunia saat ini. Baik anak-anak hingga orang tua semuanya bermain-main<br />
dan tergila-gila dengan permainan. Perhatikan tempat bermain-main di<br />
kota saat ini, sangat megah dibandingkan dengan tempat-tempat belajar<br />
mengaji, Mal-mal, tempat karaoke, taman bermain, kolam renang yang<br />
semuanya menjamur bagai jamur di musim hujan, dan membuat kita<br />
terlena dan menawan mata dan perasaan kita, siring-siring di pinggir<br />
sungai menjadi tempat bermain yang mengasyikkan, bahkan tempat<br />
remaja bercumbu mesra dan menebar maksiat. Akhirnya lupa akan hal<br />
yang sangat penting bagi dirinya, yaitu beribadah kepada Allah swt<br />
2. Lahwun (senda gurau).<br />
Zaman ini juga zaman ketidakseriusan di semua lini kehidupan. Perhatikan<br />
1<br />
bagaimana tidak seriusnya pemerintah, baik pusat dan di daerah mengatasi<br />
28 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
KKN. Korupsi, kolusi dan nepotisme yang merupakan penyakit kanker<br />
bangsa dibiarkan bebas berkembang tanpa keseriusan penanganan yang<br />
berarti. Di meja-meja sidang wakil rakyat telihat serius berdebat masalah<br />
rakyat, namun di belakang layar saling tukar menukar kepentingan dan<br />
berujung pada uang dan kekuasaan. Ketidakseriusan ini merambah juga<br />
pada diri kita dan keluarga. Jarang lagi Al-Qur’an menjadi diskusi yang<br />
serius di rumah dan menjadi pokok pembicaraan yang mendasar dan<br />
menentukan keputusan keluarga. Bahkan kita pun tidak pernah serius<br />
mempelajari Al-Qur’an sebagaimana kita serius mencari kebutuhan perut<br />
keluarga kita. Ini salah satu kita telah terjangkit Virus Global.<br />
3. Zina (perhiasan dan zina).<br />
Berhias dan perzinaan menjadi hal yang sangat mencuat akhir-akhir ini<br />
dalam kehidupan kita. Kita perhatikan bagaimana anak-anak perempuan<br />
tidak malu-malu lagi melepas jilbabnya dan digantikannya dengan celana<br />
yang serba kentat dan baju mini yang tidak menutup aurat. Mereka dengan<br />
sengaja mempertontonkan auratnya, ketat dan seksi meniru orang-orang<br />
<br />
di luar Islam, dengan sengaja menebar syahwat, ditambah lagi dengan<br />
sangat mudahnya mendapatkan video-vidio cabul, dan ini berujuang pada<br />
<br />
perzinaan massal oleh remaja-remaja, berpacaran, bergandengan tangan,<br />
bercumbu rayu di muka umum bahkan hidup bersama tanpa ikatan nikah<br />
<br />
dianggap gaya hidup modern oleh orang-orang yang terjangkit virus<br />
global ini. Tanpa disadarinya virus global itu telah menggiring<br />
<br />
jiwa<br />
<br />
mereka menjadi jiwa binatang yang tak mengenal malu bahkan lebih sesat<br />
lagi, seperti firman Allah surah al-A'raf ayat 79:<br />
• <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)<br />
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi<br />
<br />
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka<br />
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-<br />
<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 29
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak<br />
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai<br />
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orangorang<br />
yang lalai.<br />
4. Tafakhurum ( berbangga-bangga dan sombong).<br />
Berbangga-bangga dan menyombongkan diri dengan kelebihan diri<br />
menjadi trend dan style saat ini. Berbangga dengan jabatan, pengetahuan<br />
dan harta menjadi soroton di media akhir-akhir ini. Dan Indonesia adalah<br />
negara yang paling banyak orang kayanya. Kita saksikan selebritis<br />
memamerkan rumahnya yang besar, kendaraan mahalnya, perhiasan<br />
emasnya yang serba wah, bahkan memamerkan calon pasangan hidupnya<br />
sambil bercumbu mesra di depan khalayak ramai, walaupun belum<br />
menikah. Ironisnya di antara selebritis tersebut juga ada dai dan ustad<br />
ternama seharusnya mengajarkan aqidah, keimanan dan ketaqwaan kepada<br />
ummat. Virus global ini tak pandang bulu dalam menyerang korbannya,<br />
bahkan orang alim dan berilmu sekalipun tak terlepas dari ancaman virus<br />
global ini.<br />
5. Takatsurun (menumpuk-numpuk harta)<br />
Menumpuk-numpuk harta, memperbanyak dan menyimpannya merupakan<br />
gaya hidup zaman ini. Kesenjangan sosial semakin dalam dan lebar, yang<br />
kaya semakin kaya dengan hartanya beranak pinak sementara yang miskin<br />
semakin miskin dan merana dengan sekeping dua keping urang recehan<br />
menghidupi keluarganya. Manusia tidak lagi mmiliki kepekaan jiwa,<br />
empati telah mati sirna, simpati kepada sesama seakan terbang ke awan.<br />
semua ini tentu disebabkan indahnya godaan dunia, virus global telah<br />
melahirkan individualisme-materialisme, sekaligus mematikan empati<br />
dan kasih sayang antara sesama.<br />
Kita menyadari sepenuh hati bahwa kehidupan yang kita jalani<br />
saat ini tidak lagi menanamkan ketaqwaan dalam hati kita. Maka janganlah<br />
terlena dengan kehidupan dunia yang menipu ini, kehidupan yang mematikan<br />
potensi qalbun atau hati kita, yang menghilangkan rasa empati kita kepada<br />
sesama manusia. Virus global yang telah mewabah dengan sangat gencar<br />
dan dahsatnya, permainan dan senda gurau, perhiasan, perzinaan, berbangga<br />
dengan memperbanyak harta adalah virus global yang telah mengalir dalam<br />
30 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
darah kita dan tidak mungkin hilang begitu saja, kalau bukan dengan rahmat<br />
Allah dan dengan ketaqwaan kepada Allah.<br />
Ketaqwaan kepada Allah tersebut dapat kita raih dengan sebuah<br />
petunjuk yang dinamakan Al Qur’an. Sedih rasanya pada saat diadakan<br />
penelitian masyarakat tentang bacaan yang diminati masyarakat kita, ternyata<br />
Al-Qur'an menempati tempat yang sungguh memilukan dan menyedihkan,<br />
yaitu pada tingkatan yang ketujuh. Bacaan-bacaan lain selain Al-Qur'an<br />
mendapatkan peringkat yang lebih baik, koran, majalah dan lain sebaginya.<br />
Bahkan kita seakan tak merasa bersalah kalau tidak bisa membaca Al-Qur'an.<br />
Padahal Alqur’an adalah hudan, petunjuk hidup kita, yang sudah pasti kita<br />
bawa mati. Kenapa kita tidak mempelajarinya mati-matian, namun bacaan<br />
yang lain yang isinya tidak jelas itulah yang mati-matian kita baca. Masya<br />
Allah.<br />
Betapa beratnya perjuangan para Nabi dan Rasul serta seluruh tabiin<br />
dan syuhada yang tak terhitung jumlahnya dalam rangka membela Alquran,<br />
dalam rangka menghadirkan Al quran sampai kepada kita. Mereka berkorban<br />
<br />
dengan<br />
<br />
harta,<br />
<br />
tenaga,<br />
<br />
bahkan<br />
<br />
nyawa<br />
<br />
dan<br />
<br />
darahpun<br />
<br />
yang<br />
<br />
mengalir<br />
<br />
dalam<br />
rangka memperjuangkan dan menghadirkan Alquran ini di tengah kita.<br />
<br />
Tapi pada saat Alquran sudah ada di tengah-tengah kita, justru kita sepelekan,<br />
tidak kita baca, tidak kita pelajari, dimakan rayap dan berdebu. Kita jarang<br />
<br />
sekali membukanya, hanya satu tahun sekali pada saat bulan Ramadhan saja.<br />
Begitukah caranya kita mencintai Allah dan Rasulullah, begitukah caranya<br />
<br />
kita mengharapkan syafaat Rasulullah, sementara ajaran dan kitab yang<br />
dibawa beliau kita perlakukan demikian ?<br />
Perjuangan Rasulullah saw, selama 23 tahun di Mekkah dan Madinah,<br />
72 kali Rasulullah turun ke medan perang memperjuangan Alquran agar<br />
sampai ke tangan kita, sampai di hadapan kita. Makanya janganlah siasiakan<br />
Alquran ini, jangan sepelekan Al quran ini, jangan hinakan Alquran<br />
ini. Kekhawatiran Rasulullah kepada ummatnya tentang hal ini tercermin dari<br />
<br />
pengaduan Rasulullah kepada Allah sebagaimana dinyatakan dalam surah al-<br />
Furqan ayat 30:<br />
• <br />
<br />
<br />
Jurnal Penyuluh<br />
<br />
Bidang<br />
<br />
Penamas<br />
<br />
<strong>Kanwil</strong><br />
<br />
<strong>Kemenag</strong><br />
<br />
Prov.<br />
<br />
Kalsel<br />
31
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran<br />
itu sesuatu yang tidak diacuhkan".<br />
Rasulluah mengadu kepada Allah bahwa umatnya, kita termasuk di<br />
dalammnya, orang-orang yang sangat dicintainya dengan segenap jiwa dan<br />
raganya, umatnya yang ketika akan wafat disebutnya, ummati, ummati. Tetapi<br />
<br />
kenapa mengabaikan Alquran yang agung ini. Menjadikannya sebatas bacaan<br />
dan rapalan dalam upacara adat dan budaya, menjadi hadiah simbolik dalam<br />
<br />
acara pernikahan tanpa keduanya pernah membaca dan mempelajarinya<br />
setelah menikah. Alquran tidak menjadi terapan hidup yang membentuk<br />
<br />
akhlak mulia. Hal itulah yang membuat sedih Rasulullah, bahkan sebahagian<br />
umatnya yang mengaku-aku menyebut nama Rasul dalam syair-syairnya<br />
<br />
justru tidak bisa membaca dan memahami Alquran.<br />
Sebagai orang beriman mari kita ambil pelajaran, dari kita sekarang<br />
kita perbaiki segala kekeliruan Semua kita wajib bertekad untuk terus<br />
belajar dan mengkaji Alquran sebagai petunjuk hidup kita. Alquran ini adalah<br />
lambang tebusan terbesar seluruh nabi dan rasul serta semua alim ulama yang<br />
membelanya<br />
<br />
dengan<br />
<br />
harta dan<br />
<br />
jiwa<br />
<br />
dan<br />
<br />
darahnya.<br />
<br />
Dengan Alquran sajalah manusia bisa bertaqwa, dengan ketaqwaan<br />
<br />
sajalah manusia bisa selamat dari virus global yang ganas yang menggerogoti<br />
ummat hati kaum muslim saat ini. Untuk itu kita pegang dengan erat Alquran<br />
sebagai pedoman hidup kita, kita tegakkan shalat dengan istiqomah agar dapat<br />
<br />
mengantisipasi pengaruh virus global dan teruslah memberi pada sesama<br />
sebagai bentuk eksisitensi jiwa pengorbanan yang ada pada diri kita<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka<br />
dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah..Sesungguhnya orangorang<br />
yang membenci kamu Dialah yang terputus.<br />
32 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel<br />
1
Generasi Muda dan Masa Depan<br />
Aqidah bagi Pemantapan Pribadi<br />
Oleh<br />
Agus Salim<br />
Ketua Remaja Mesjid Agung Miftahul Ihsan<br />
Tema generasi muda akhir akhir ini sering dibicarakan banyak hal hal<br />
yang berkaitan dengan generasi muda itu diangkat ke permukaan. Dalam hal<br />
ini apakah dalam konteks kehidupan sosial, ekonomi, budaya,politik ataukah<br />
dalam kaitannya dalam kehidupanberagama. Memang generasi muda selaku<br />
mahluk manusia adlah serba dimwnsi,peran dan fungsinya tidak Cuma<br />
sekedar menentukan saja, akan tetapi justru dapat menjadi pemicu dan pemacu<br />
kemajuan atau sebaliknya. Atas dasar itulah maka cukup beralasan sekali<br />
manakala hal hal yang bertalian dengan generasi muda itu selalu aktual untuk<br />
dibicarakan. Namun harus diingat yang namanya generasi muda itu punya<br />
cakupan pengertian yang luas sekali dan barang kali tidak sebagaimana yang<br />
sementara ini disalah-kaprahkan orang artinya dimana generasi muda hanya<br />
dipahami sebagai pemuda atau remaja saja.<br />
Dalam kesempatan ini yang menjadi fokus pembicaraan dibatasi pada<br />
satu sisi saja dari eksistensi remaja itu sendiri dan dimaksud generasi muda<br />
itu lebih dititkberatkan pada para remaja saja. Dengan demikian pembicaraan<br />
iini ingin menemukan suatu masukan sekitar fungsi dan peran mereka dalam<br />
keutuhan aqidah dalam upaya memperoleh kemantapan pribadi. Sekiranya<br />
dalam uraian diketemukan beberapa pemaparan yang agak melenceng,<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 33
maka itu hanya dimaksudkan sebagai nalarisasi untuk menjelaskan masalah.<br />
Namun demikian pula perlu digarisbawahi bahwa sajian ini sama sekali tidak<br />
bermaksud untuk menggurui melainkan hanya sebagai informasi dengan<br />
demikian apa yang kita inginkan bersama dapat terpenuhi melalui forum ini,<br />
kendatipun dalam batas yang minimal.<br />
Generasi Muda dan Masa Depan Aqidah<br />
1. Generasi Muda<br />
Apa yang dimaksud dengan generasi muda ternyata tidak hanya mereka<br />
yang disebut kawula muda saja seperti remaja tetapi jauh dari itu. Secara<br />
gamblang yang dinamakan generasi muda adlah mereka yang bukan<br />
termasuk generasi tua, pengertian ini juga bersifat relatif. Sedangkan<br />
batasan generasi tua itu sendiri adalah mereka yang sudah mencapai usia<br />
35 tahun keatas dengan demikian dari segi usia generasi muda adalah<br />
orang orang yang berumur dibawah 35 tahun termasuk didalamnya<br />
bayi,balita,remaja,pemuda, dan dewasa. Namun yang ditekankan dalam<br />
pembahasan ini dibatasi para remaja saja terutama bagi mereka yang<br />
duduk dibangku SD dan SLTP dan SLTA jadi pada dasarnya remaja itu,<br />
hanya satu bagian saja dari istilah generasi muda. Akan tetapi hal ini tidak<br />
berarti mengecilkan arti dan makna kepeloporan remaja itu sendiri sebagai<br />
salah satu potensi generasi muda. Karena remaja juga generasi muda maka<br />
remaja pun layak disebut generasi penerus artinya mereka yang punya<br />
peran tersendiri dalam kelangsungan perjuangan dan pembangunan agama,<br />
bangsa dan negara.<br />
2. Aqidah dan masa Depannya<br />
Aqidah dapat diartikan dengan sendi sendi dasar atau prinsi[p prinsip yang<br />
paling asasi dalam ajaran agama.dan dala hal ini agama yang kita maksud<br />
adalah agama islam.karena itu aqidah islam maksudnya ialah hal hal yang<br />
prinsipil sekali. Umpamanya kepada Allah SWT, kepada malaikat,Nabi dan<br />
Rasul allah, kepada Kitab Kitab Allah, pada qadha dan qadhar dan kepada<br />
hari kiamat. Sungguh pun demikian yang kita kehendaki dalamurutan ini<br />
adalah arti yang secar a umum, artinya menyangkut beberapa persoalan<br />
yang mendasar sensitif dalam ajaran agama. Dengan demikian pengertian<br />
agama yang mengacu pada sistem teologi sebagaiman ajuga yang berlaku<br />
34 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
pada sistem teologi agama agama selain islam.<br />
3. Masa Depan Aqidah<br />
Suatu aqidah masa depannya ditentukan oleh umat manusia yang<br />
menyakini akan kebenaran aqidah itu sendiri yakni beberapa jauh dari<br />
mereka mensikapi aqidah yang benar sifatnya kkonstan/ tetap ia tidak<br />
terpengaruh dengan siklus jaman yang memutatarinya, kendatipun harus<br />
dihadapkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada dua<br />
teori setidaknya yang dapat dihubungkan dengan kelangsungan atau<br />
masa depan suatu akidah yaitu teori evolusi dan teori revelasi. Menurut<br />
teori pertama perjalanan aqidah berkembang secara berproses yang<br />
dipengaruhi oleh manusia itu sendiri sehingga pada akhir prosesnya yang<br />
dimulai dari kepercayaan berangsur-angsur pindah kepada dinamisme,<br />
animisme, polytheisme hingga monotheisme. Sedangkan pada teori kedua<br />
perjalanan aqidah sudah benar sejak aawal dan kalaupun terjadi pergeseran<br />
atau pembiasaan hal ini karna hanya oleh ulah manusia namun dengan<br />
persamaan terjadinya penyelewengan tersebut selalu terlihat adanya peran<br />
para nabi dan Rasul.<br />
Dengan demikian aqidah mmonotheisme akan selalu berada pada posisi<br />
yang paling benar lebih lebih setelah masa kerasulan peran mereka<br />
diteruskan oleh para ulama. Bila dikonfirmasikan semua agama yang<br />
ada dibumin ini, maka aqidah agama agam ardhi atau wadhi siklus masa<br />
depannya memakai teori yang pertama. Sementara itu teori kedua berlaku<br />
pada agama-agama samawi seperti islam. Terlepas dari teori teori diatas<br />
masa depan aqidah islam prospeknya amat ditentukan oleh generasi muda<br />
maksudnya apakh positif negatifnya aqidah islam dimasa mendatang,<br />
tidak bisa dipisahkan dari generasi muda islamnya sendiri. Jadi tergantung<br />
kepada generasi muda yang menjadi tumpuan itu adalah generasi muda saat<br />
ini. Proyeksi aqidah islam dimasa datang tidak bisa dipisahkan kondisinya<br />
dengan masa sekarang ini ini berarti kita harus dapat mengetahui bahkan<br />
kalau perlu mengkaji tantangan apa yang aqidah islam sekarang.<br />
4. Tantangan Aqidah<br />
Kita mengetahui bersama sekarang ini tidak sedikit tantangan itu<br />
dihadapkan kepada islam baik secara langsung maupun terselubung antara<br />
lain:<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 35
a. Menghancurkan al-qur’an dan melenyapkannya musuh musuh islam<br />
menganggap al-qur’an sebagai sumber kekuatan luar biasa,karena itu<br />
untuk melumpuhkan islam,al-qur’an harusdilenyapkan. Mereka yakin<br />
selama al-qur’an masih ada umat islam tidak akan terkalahkan.<br />
b. Menghancurkan ahlak kaum muslimin. Dalam hal ini ditempuh melalui<br />
berbagai pendekatan melaui media elektronik.sekolah sekolah sekuler<br />
,pergaulan bebas dan lain lain.<br />
c. Memecah belah persatuan kaum muslimin upaya ini dilakukan dengan<br />
cara memperbesar pertentangan diantara umat islam memperbesar<br />
perbedaan paham mengotak otakan organisasi adn lain lain.<br />
d. Merusak kaum wanita dengan menyebarkan kejahatan moral.<br />
Kaum wanita dipandang strategis bagi musuh musuh islam untuk<br />
menghancurkan islam dari dalam. Karena itu mereka membuat<br />
berbagai cara untuk mempengaruhinya seperti pakaian perkawinan<br />
dan pekerjaan.<br />
e. Meragukan umat isalam dengan agamanya sendiri dengan ini<br />
musuh islam mengekspose dari kemajuan barat, pemikiran barat dan<br />
memutarbalikan fakta kebenaran ajaran agama islam seperti hutan<br />
islam yang dikatakan modifikasi dari ajaran agama yahudi dan nasrani<br />
atau undang undang romawi.<br />
Selain itu dewasa ini kita juga sering melihat kelemahan kita sendiri<br />
seperti tercengkramnya negara islam ke negara adi kuasa hilangnya<br />
hak memilih dan menentukan pemerintahan serta masih lemahnya<br />
koordinasi dalam kepemimpinan. Mengantisipasi tantangan yang<br />
sekaligus ancaman itu generasi muda tidak boleh tinggal diam kita<br />
harus bisa berbuat guna membendung arus tersebut dan semuanya<br />
berpotensi untuk hal itu jangan sampai disia siakan.<br />
Urgensi Aqidah Bagi Pemantapan pribadi<br />
Mengingat aqidah itu adalah ajaran pokok yang paling mendasar dalam<br />
ajaran agama kita maka tidak ada alternatif lain lagiyang menjadi pilihan kita<br />
untuk memantapkan pribadi. Dalam hal ini islam dengan menghayati mensikapi<br />
dan menindak lanjuti secara sadar serta kosekuen akan aqidah islam itu sendiri<br />
dalam kehidupan sehari hari untuk itu paling tidak ada lima hal yang mesti kita<br />
36 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
tradisikan dan lestarikan yaitu:<br />
1. Percaya dengan hanya menyembah allah<br />
Dengan percaya sefrta hanya menyembah kepada Allah berarti kiya akan<br />
tetap merasa memiliki dan bertanggung jawab dengan kebenaran islam.<br />
2. Berbuat baik dengan kedua orang tua<br />
Perbuatan yang baik terhadap ayah ibu dapat menjadikan kita sebagai<br />
seorang anak yang taat dan tahu diri sebagai refleksi keimanan kepada<br />
Allah.<br />
3. Jujur dan bertanggung jawab<br />
Kejujuran dan tanggung jawab adalah dua sikap terpuji yang menjadi<br />
identitas generasi muda islam sejati. Bahakan sikap ini pula yang dapat<br />
meningkatkan derajat kepada seseorang bahkan kepercayaan masyarakat<br />
kepada kita.<br />
4. Persaudaraan dan kasih sayang<br />
Melalui persaudaraan dan kasih sayang yang tulus akan mampu<br />
mneingkatkan kepedulian kita terhadap lingkungan bahkan perasaan<br />
yang peka terhadap saudara seagama. Hingga pada gilirannya akan<br />
tumbuh khuwah islamiyah dan ukhuwah insaniyah serta rasa senasip<br />
sepenanggungan.<br />
5. Bermusyawarah<br />
Bermusyawayah akan menghasilkan yang terbaik dari segala tindakan<br />
kita dengan bermusyawarah dapat dideteksi segala macam kemungkinan.<br />
Dengan demikian akan didapat sistem penyelesaian yang benar dan<br />
kompak, terutama dalam menyatukan langkah perjuangan.<br />
Penutup<br />
Demikian ala kadrnya informasi yang dapat disampaikan dengan harapan<br />
dapat menggugah hati nurani serta sikap pribadi kita semua. Dengan demikian<br />
Insya Allah kita akan dapat menyatukan antara pernyataan dan kenyataan<br />
kemudian dengan gilirannya kita dapat mejadi pelopor dan bukan sebagai<br />
pengekor. Dengan kata lain kita mampu menempatkan peran dan fungsi sebai<br />
pengendali bukan sebagai penyebab terjadinya kendala. Semoga Allah SWT<br />
senantiasa memberikan kekuatan,petunjuk dan maghrifah-NYA sehingga tugas<br />
sebagai generasi penerus dapat kita laksanakan dengan sebaik baiknya, amin.<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 37
MEMPERSIAPKAN GENERASI MUDA ISLAM<br />
YANG IDEAL<br />
Oleh<br />
Syahdan, S.H.I<br />
Penyuluh Agama Islam Fungsional<br />
Kec. Liang Anggang Kota Banjarbaru<br />
Abstrak<br />
Di tengah gempuran kemajuan zaman yang kian bebas ini, ancaman terhadap<br />
generasi muda Islam sangatlah beragam, sehingga membuat generasi muda<br />
yang notabene sangat kita harapkan bisa melanjutkan kehidupan yang akan<br />
datang akan terancam, maka dari itu faktor pendidikan terutama pendidikan<br />
agama amatlah penting ditanamkan agar mereka bisa menghadapi segala<br />
ancaman tersebut sehingga tidak terjebak dan terpengaruh hal negative yang<br />
akan merusak jiwa mereka, maka dari itu tulisan ini mencoba mengangkat<br />
apa saja yang menjadi acaman atau berpotensi mengancam keberlangsungan<br />
moral generasi muda Islam saat ini dan penyebabnya baik itu dari internal<br />
maupun eksternal generasi muda itu sendiri disertai dengan data yang<br />
mendukung tulisan ini, juga akan mencari solusi untuk mengatasinya dan<br />
siapa saja yang mempunyai kewajiban untuk menyelamatkan dan untuk<br />
mempersiapkan agar generasi muda saat ini mampu melanjutkan kehidupan<br />
yang ideal dan berlandaskan Islam ini.<br />
Kata Kunci (Keywords) : Ancaman, Penyebab, Solusi, Kewajiban<br />
38 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
A. PENDAHULUAN<br />
Pengertian generasi muda erat hubungannya dengan arti generasi<br />
muda sebagai generasi penerus. Kata "Generasi muda" yang terdiri dari<br />
dua kata yang majemuk, kata yang kedua adalah sifat atau keadaan<br />
kelompok individu itu masih berusia muda dalam kelompok usia muda<br />
yang diwarisi cita-cita dan dibebani hak dan kewajiban, sejak dini telah<br />
diwarnai oleh kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan kegiatan politik.<br />
Maka dalam keadaan seperti ini generasi muda dari suatu bangsa<br />
merupakan "Young Citizen".<br />
Yang dimaksud "Generasi Muda" secara pasti tidak terdapat satu<br />
definisi yang dianggap paling tepat akan tetapi banyak pandangan yang<br />
mengartikannya tergantung dari sudut mana masyarakat melihatnya.<br />
Namun dalam rangka untuk pelaksanaan suatu program pembinaan bahwa<br />
"Generasi Muda" ialah bagian suatu generasi yang berusia 0 – 30 tahun. 1<br />
Untuk lebih dapat mengidentifikasi pengertian, ciri dan aspek yang<br />
terkandung dalam dalam Generasi Muda yaitu:Generasi muda adalah<br />
sebuah fase yang biasanya terhitung mulai usia baligh antara 12 – 23 tahun<br />
yang biasanya sudah bisa membedakan dan mengambil keputusan sendiri<br />
tentang kemana jalan hidupnya. Namun bukan berarti yang di bawah usia<br />
tersebut tidak termasuk generasi muda<br />
Berdasarkan analisis fakta, masa muda adalah masa sesudah anakanak,<br />
biasanya ditandai oleh perubahan fisik dan mental. Kalau kita<br />
klasifikasikan ada tiga tahapan :<br />
Tahapan pertama usia antara 12 – 18 tahun atau usia SMP dan SMU,<br />
masa Pertumbuhan dan pematangan baik fisik maupun mental<br />
Tahapan kedua usia 18 – 23 tahun atau pasca SMU - Mahasiswa adalah<br />
masa peralihan dari remaja menjelang dewasa<br />
Tahapan Ketiga usia 23 – 40 usia dewasa atau usia orang bekerja, mulai<br />
meniti karir dan mulai membina rumah tangga atau lebih familiar dengan<br />
masa pengembangan potensi diri 2<br />
Karena itu agar generasi muda tersebut siap untuk melanjutkan<br />
atau meneruskan cita-cita kita, maka harus disiapkan sedini mungkin agar<br />
1<br />
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/pmak8190/generasi_muda.htm<br />
2<br />
Hari Moekti, Mencetak Generasi Cerdas dan Bertaqwa, (Jakarta, cakrawala publishing<br />
2004) h. 3<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 39
mereka siap untuk menghadapi tantangan zaman yang mana begitu banyak<br />
tantangan dan ancaman yang menanti mereka. Begitu juga bagi generasi<br />
muda Islam yang notabene kita persiapkan untuk melanjutkan kehidupan<br />
islam yang hakiki. Namun ini semua tidak semudah membalikkan<br />
telapak tangan, karena kita harus mengetahui dulu apa saja yang menjadi<br />
penghalang/ancaman yang menghadang mereka untuk bisa menjadi<br />
generasi yang ideal menurut Islam<br />
B. ANCAMAN BAGI GENERASI MUDA ISLAM DAN<br />
PENYEBABNYA<br />
1. Ancaman dari Iblis la’natullah‘alaih<br />
Sebagai musuh utama manusia, maka iblis telah berjanji<br />
dan meminta kepada Allah agar diperkenankan untuk menggiring<br />
manusia menuju kesesatan begitu juga bagi generasi muda kita yang<br />
di abadikan Allah dalam Al-Qur’an :<br />
• <br />
<br />
•<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Artinya : iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya<br />
tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi)<br />
mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,<br />
dari kanan dan dari kiri <br />
mereka.<br />
dan Engkau<br />
tidak akan<br />
<br />
mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al-<br />
A’raf : 16 -17) 3<br />
Dan juga firman-Nya :<br />
<br />
<br />
<br />
•<br />
<br />
<br />
<br />
Artinya : Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah<br />
3<br />
Yayasan penyelenggara Penterjemah /Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Dan Terjemahnya <br />
(Jakarta : DEPAG RI, 1971) , h.223<br />
<br />
<br />
<br />
40 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan<br />
mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi,<br />
dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,kecuali<br />
<br />
hamba-hamba<br />
<br />
Engkau<br />
<br />
yang mukhlis<br />
<br />
di antara<br />
<br />
mereka".<br />
<br />
(QS. Al – Hijr : 39 – 40)<br />
<br />
4<br />
<br />
Maka wajar saja jika kebanyakan generasi kita banyak yang<br />
sudah jauh dari ajaran Islam dan bahkan ada yang phobia terhadap<br />
ajaran – ajaran Islam itu sendiri. Untuk belajar agama sangat sulit<br />
<br />
karena setiap saat iblis berusaha menggiring mereka hanyalah generasigenerasi<br />
Islam yang mukhlis saja yang akan mampu menghadapinya.<br />
<br />
2. Ancaman dari Kaum terlaknat yahudi dan kaum kafir<br />
Allah SWT mengingatkan dalam Firman-Nya :<br />
<br />
<br />
Artinya : Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada<br />
kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah:<br />
"Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang<br />
<br />
benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan<br />
mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka<br />
Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.<br />
(QS. Al-Baqarah : 120) 5<br />
Saat ini peringatan Allah itu sangat Nampak sekali bagaimana<br />
orang-orang yahudi dari dulu hingga sekarang senantiasa selalu<br />
berusaha menjerumuskan kaum muslimin terutama generasi mudanya<br />
agar sedikit demi sedikit meninggalkan ajaran Islam. Sebagaimana<br />
Sabda Rasulullah SAW :<br />
Dari Abu Sa‘id Al Khudri, ia berkata: “Rasululah bersabda:<br />
‘Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian,<br />
sejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk ke dalam<br />
4<br />
I b i d, h. 394<br />
5<br />
I b i d, h. 394<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 41
lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk ke dalamnya.’ Mereka<br />
(para sahabat) bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah kaum Yahudi dan<br />
Nasrani?’ Sabda beliau: “Siapa lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim)<br />
Mereka (Kaum Zionis Yahudi dan Antek-anteknya) berusaha<br />
memasukkan paham dan budaya mereka ke dalam jiwa-jiwa generasi<br />
Muda Islam, diantaranya dengan : 4 S dan 4 F<br />
a. 4 S ( Sing, Sex, Sport dan Smoke)<br />
- SING : Musik-musik yang mempertunjukkan budaya<br />
dan lirik orang kafir dengan berbagai instrumennya.<br />
Saat ini begitu mudahnya generasi muda kita lebih betah<br />
mendengarkan musik ketimbang mendengarkan lantunan<br />
ayat-ayat Al-Qur’an bahkan mereka tahan berjam-jam hanya<br />
untuk mendengarkannya dan rela antri dengan membayar<br />
puluhan bahkan ratusan juta hanya untuk menyaksikan konser<br />
musik yang penyanyinya merupakan idolanya, namun saat<br />
diperdengarkan lantunan ayat-ayat suci telinganya sudah<br />
berontak tidak tahan.<br />
- SEX : Banyaknya media yang menyajikan gambar dan<br />
tayangan yang mengandung unsur pornografi dan porno aksi.<br />
Makanya tidak heran pergaulan bebas (freesek) semakin<br />
marak terjadi di kalangan remaja. Berita-berita di televise dan<br />
surat kabar setiap harinya selalu ada meliput tentang freesek<br />
di kalangan remaja saat ini.<br />
Dinas kesehatan Banjarmasin pernah membuat data tentang<br />
prilaku sek bebas di kalangan pelajar SMP selama tahun 2011<br />
di kota Banjarmasin, berikut datanya<br />
NO KASUS SEKSUAL REMAJA JUMLAH KASUS<br />
1 Kehamilan di Luar Nikah 220 Kasus<br />
2 Persalinan Remaja 325 Kasus<br />
3 Seks Pranikah 148 Kasus<br />
4 Infeksi Saluran Repreduksi 30 Kasus<br />
5 Infeksi Menular Seksual (IMS) 30 Kasus<br />
Data Dinas Kesehatan Banjarmasin (Sumber : Harian Radar Banjarmasin<br />
03/10/2012) 6<br />
6<br />
Harian Radar Banjarmasin, Berita Utama , Rabu 03 oktober 2012<br />
42 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
Itu baru data dari generasi muda tahapan pertama (Usia SMP)<br />
belum lagi usia SMA dan Mahasiswa tentu lebih banyak lagi.<br />
Sebagaimana seringkali ketika terjadi razia oleh kepolisian<br />
di sejumlah hotel dan penginapan di kota Banjarmasin yang<br />
tertangkap kebanyakan kalangan pelajar belum lagi yang<br />
terjadi di Kost-Kost Mahasiswa. Seperti ini pernah di angkat<br />
dalam harian Radar Banjarmasin berupa ulasan hasil laporan<br />
dari Dewi Setya Amalia yang bertema “ Sex Undercover”<br />
yang dilakukan beberapa Mahasiswa di Kota Banjarbaru.<br />
- SPORT : Walaupun olahraga hukumnya mubah (Boleh)<br />
namun jika itu membuat diri kita melalaikan kewajiban kepada<br />
Allah maka bisa jadi Haram. Berbagai macam even olahraga<br />
yang tidak mencerminkan kultur Islam (membuka aurat)<br />
serta digelar tanpa memperhatikan waktu sholat. Contohnya<br />
dalam cabang sepakbola yang mampu menyedot perhatian<br />
semua kalangan tak terkecuali generasi muda. Bahkan mereka<br />
lebih familiar dengan nama Cristiano Ronaldo (CR7) , Lionel<br />
Messi, Didier Drogba, David Beckham dan lainnya daripada<br />
4 Sahabat Rasulullah (Abu Bakar, Umar,Usman dan Ali)<br />
bahkan rela meninggalkan waktu shalat hanya untuk melihat<br />
pertandingan baik itu di televisi atau di Stadion. Belum lagi<br />
begitu banyak cabang olahraga yang menampilkan atlet yang<br />
tidak menutup aurat, renang dan binaraga misalnya.<br />
- SMOKE : Rokok yang sudah umum dikalangan tua maupun<br />
muda,awam maupun intelektual bahkan kebanyakan kaum<br />
muslimin adalah pecandu rokok yang hukumnya menurut<br />
jumhurul'ulama adalah makruh,artinya sesuatu yang dibenci<br />
oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Bahkan menurut sebagian<br />
ulama adalah haram. Belum lagi bahayanya baik terhadap<br />
sendiri terlebih lagi bagi orang lain, yang bisa jadi kita dzalim<br />
terhadap orang lain. Bahkan tidak jarang dari mulai merokok<br />
biasanya berlanjut dengan mencoba Narkoba.<br />
b. 4 F (Fun, Fashion, Food dan Faith)<br />
- FUN : Lawakan, tontonan -tontonan yang lucu yang sering<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 43
kita jumpai dalam tayangan televisi yang hal tersebut sangat<br />
di benci Rasulullah. Karena candaan mereka sering kali<br />
keterlaluan bahkan sampai mencelakakan orang lain. Aneh<br />
memang saat ini perbuatan jahil terhadap orang lain di anggap<br />
sebagai hiburan atau lawakan seperti banyaknya reality show<br />
yang marak di Televisi. Bercanda sebanrnya boleh karena<br />
Rasulullah juga pernah bercanda namun buan canda yang<br />
berlebihan atau malah mencelakakan orang lain<br />
- FASHION : Busana, terutama dikalangan generasi muda yang<br />
kebanyakan sudah berkiblat pada trend-trend orang kafir yang<br />
selalu mengumbar aurat dan menimbulkan syahwat. Wajar<br />
saja karena kebanyakan desainer-desainer kita hanya melihat<br />
dari sisi keindahan seseorang tanpa memperhatikan dari sisi<br />
hokum syara’nya<br />
- FOOD : Makanan, berbagai makanan jadi dan cepat saji<br />
yang diproduksi oleh pabrik yang belum jelas kesucian<br />
dan kehalalannya. Bahkan terjamin tidak thayyib sehingga<br />
kesehatan generasi muda kita jadi taruhan. Padahal apa yang<br />
bisa diharapkan dari generasi yang sakit-sakitan<br />
- FAITH : Kepercayaan, yang dimaksud adalah fahamfaham<br />
yang dikembangkan oleh orang-orang kafir seperti<br />
Liberalisme, Komunisme, Orientalisme, Zionisme,<br />
Kapitalisme dan lain sebagainya. Yang tentunya membuat<br />
generasi muda kita phobia dengan ajaran agamanya sendiri<br />
dan malah lebih tertarik dengan ajaran-ajaran/faham-faham<br />
mereka. Maka wajar saja jika Rasulullah mengingatkan dalam<br />
sebuah haditnya : “Islam dulu datang dalam keadaan asing dan<br />
suatu saat nanti juga akan kembali asing, maka beruntunglah<br />
orang-orang yang asing” (Al-Hadits)<br />
Itulah beberapa ancaman yang mereka lancarkan setiap saat<br />
untuk meracuni dan menggiring generasi muda kea rah kehancuran.<br />
Apa yang bisa kita harapkan dari generasi yang hancur ini.<br />
44 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
C. MENCEGAH LEBIH BAIK DARIPADA MENGOBATI<br />
Setelah kita mengetahui ancaman-ancaman atau jebakan-jebakan<br />
apa saja yang disebabkan oleh dendam Iblis kepada Adam dan anak<br />
cucunya dan juga ketidaksukaan kaum Zionis La’atulllah kepada pengikut<br />
Muhammad SAW, maka yang harus kita kita cermati bagaimana caranya<br />
agar ancaman/jebakan tersebut tidak menimpa Generasi Muda Muslim<br />
kita.<br />
Ada beberapa langkah yang bisa kita ambil, yang intinya dari<br />
semua langkah tersebut bertujuan untuk “Back To Islam” karena hanya<br />
Islamlah yang bisa menjawab ancaman-ancaman tersebut karena “Islam<br />
The best Solution”<br />
Dan tentunya untuk mewujudkan itu semua perlu melibatkan Peran<br />
Orang Tua terutama ibu sebagai “Madrasah” Pertama bagi anak-anaknya,<br />
Peran Masyarakat yang akan menciptakan lingkungan yang kondusif dan<br />
tentunya peran Pemerintah dalam mengatur kehidupan masyarakatnya.<br />
1. Peran orang Tua<br />
Banyak penelitian menunjukkan , bahwa prosentase<br />
keberadaan anak lebih banyak di rumah dibanding sekolah. Nah<br />
apakah keberadaannya di rumah sudah dimanfaatkan orang Tua untuk<br />
mendidik anak-anaknya ? Jawabnya sangat relative bahkan cenderung<br />
terjadi krisis keteladanan 7<br />
Sebagian Orang Tua hanya bisa memerintah namun menjadi<br />
contoh yang baik tidak, contoh menyuruh anak shalat tepat waktu<br />
sedang mereka sibuk dengan pekerjaan saat tiba waktu shalat.<br />
Kadangkala kurangnya kontrol terhadap apa yang dilakukan anak,<br />
misalnya berteman dengan siapa, bepergian kemana sehingga peluang<br />
mereka (Generasi Muda) untuk terjerumus dalam 4 S dan 4 F sangat<br />
terbuka. Namun di sini Orang Tua tidak mesti menjadi Protektif selalu<br />
melarang apa yang dilakukan anak, namun hendaknya Orang Tua<br />
melakukan pendekatan yang mudah dipahami dan diterima anaknya.<br />
Misal mengatur jadwal menonton Televisi. Insya Allah dengan<br />
pendekatan yang baik anak menjadi paham.<br />
7<br />
Syaharuddin, S.Pd.,M.A., Aktualisasai Nilai – nilai Islam Dalam Kehidupan<br />
Bermasyarakat, (Yogyakarta : Eja Publisher, 2009) h. 114<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 45
2. Peran Masyarakat<br />
Keberhasilan pendidikan di rumah tentunya juga harus dibarengi<br />
dengan senantiasa memantau kegiatan si anak di luar rumah atau saat<br />
anak kita berinteraksi dengan masyarakat lingkungan sekitar kita.<br />
Biar bagaimanapun baiknya pendidikan kita di rumah tapi keadaan<br />
lingkungan yang tidak kondusif, misalnya berjudi adalah sudah<br />
menjadi kebiasaan di masyarakat saat ada hajatan, maka bisa jadi<br />
anak kita baik secara terpaksa akan ikut-ikutan kebiasaan yang tidak<br />
baik itu. Maka dari itu control tetap harus jalan dengan memilihkan<br />
lingkungan dan teman yang baik saat mereka terjun ke masyarakat.<br />
3. Peran Pemerintah<br />
Namun dari semua itu yang juga mempunyai peran yang<br />
tidak kalah penting adalah adanya peran pemerintah yang mengatur<br />
kehidupan bermasyarakat dengan menerapkan hokum tegas bagi yang<br />
melanggar, apalagi jika hukum itu berdasarkan hukum dari Al-Qur’an<br />
dan As-Sunnah. Peran pemerintah di sini juga bisa jadi menciptakan<br />
pendidikan yang berkualitas yang menitikberatkan pada pendidikan<br />
agama, tidak seperti saat ini pelajaran Agama hanya menjadi<br />
pelengkap. Bahkan yang lebih parah lagi penulis pernah mendengar<br />
kabar bahwa sebuah sekolah demi mengejar target sekolah berstandar<br />
internasional bersedia memangkas pelajaran agama di sekolahnya<br />
padahal porsi pelajaran agama hanya sedikit yakni 2 jam dalam<br />
seminggu.<br />
Selain itu pemerintah juga bisa mengandalkan peran Penyuluh<br />
Agama yang ada di Kementerian Agama untuk terjun langsung<br />
membimbing generasi muda yang ada di sekolah-sekolah atau<br />
kelompok- kelopmok generasi muda. Dan bisa juga adanya adanya<br />
kerjasama yang apik antara penyuluh agama dengan penyuluhpenyuluh<br />
lainniya yang ada dijajaran pemerintahan, misalnya untuk<br />
mengatasi bahaya Narkoba bisa kerjasama dengan Badan Narkotika<br />
Nasional dan masalah sex bebas di kalangan remaja Penyuluh Agama<br />
bias menggandeng Penyuluh KB yang ada di BKKBN dengan<br />
catatan tidak turut serta mensukseskan rencana segelintir orang yang<br />
menginginkan adanya liberalisasi kondom (ATM Kondom) dan<br />
46 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
pelegalan Aborsi.<br />
Jika semuanya dapat menjalankan perannya masing-masing<br />
dengan baik maka cita-cita kita untuk memiliki generasi muda Islam yang<br />
berkualitas akan tercapai dan ingatlah perkataan seorang Ahli Hikmah<br />
: “Wahai Generasi Muda sesungguhnya di tanganmulah letak perkara<br />
umat, dan di telapak kakimulah letak hidupnya umat ? Camkanlah !!!!”.<br />
Paling tidak sedini mungkin kita menyiapkan mereka sebelum<br />
terlambat, sebagaimana kata orang bijak mencegah lebih baik daripada<br />
mengobati.<br />
D. Penutup<br />
Begitulah setiap saat ancaman-ancaman yang berpotensi<br />
menghancurkan generasi Muda terutama Generasi muda islam kian hari<br />
semakin gencar dilakukan oleh orang-orang yang tidak senang akan<br />
bangkitnya kembali agama yang mulia ini. Mereka berupaya sekuat<br />
tenaga membangun kekuatan dan memberikan pengaruh yang luar biasa<br />
besar sehingga mampu menggiring remaja-remaja kita yang notabene<br />
<br />
generasi penerus setelah kita ke arah kehancuran.<br />
Namun kita tidak boleh tinggal diam, kita semua mempunyai<br />
<br />
amanah yang akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak<br />
terutama bagi mereka yang diberikan amanah untuk menyelamatkan<br />
mereka seperti halnya para ulama termasuk penyuluh Agama Islam<br />
yang ada di Kementerian Agama. Tentu kita tidak ingin cahaya Islam ini<br />
<br />
kembali padam setelah kita berusaha membangkitkan kembali. Namun<br />
hal ini tidak mudah harus ada sinergi setiap elemen masyarakat yang<br />
<br />
peduli atas keberlangsungan generasi masa depan. Allah SWT pernah<br />
mengingatkan kita dalam Firman-Nya :<br />
<br />
• <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Artinya Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang<br />
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,<br />
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab<br />
<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel<br />
47
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka<br />
mengucapkan Perkataan yang benar. (QS. An-Nisa : 9) 8<br />
Akhirnya semoga segala upaya yang kita lakukan menjadikan<br />
generasi muda kita benar-benar siap untuk mengggantikan peran kita di<br />
masa yang akan datang dengan semangat untuk mengembalikan kembali<br />
kemuliaan Islam di bumi Allah ini. Wallahu’alam bishowaf.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/pmak8190/generasi_muda.htm<br />
Moekti ,Hari, Mencetak Generasi Cerdas dan Bertaqwa, cakrawala publishing<br />
,Jakarta, 2004).<br />
Yayasan penyelenggara Penterjemah /Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Dan<br />
Terjemahnya Jakarta : DEPAG RI, 1971<br />
Harian Radar Banjarmasin, Berita Utama , Rabu 03 oktober 2012<br />
Syaharuddin, S.Pd.,M.A., Aktualisasai Nilai – nilai Islam Dalam Kehidupan<br />
Bermasyarakat, Eja Publisher,,Yogyakarta 2009<br />
Fadlurrahman, Nasib Wanita Sebelum Islam, Putra Pelajar, Jakarta 2000<br />
BIODATA PENULIS :<br />
Nama<br />
: Syahdan, S.H.I<br />
Tempat /Tgl Lahir : Banjarmasin, 25 Juli 1981<br />
NIP : 19810725 201101 1 008<br />
Jabatan<br />
: Penyuluh Agama Islam<br />
Fungsional Kec. Liang Anggang<br />
Kota Banjarbaru<br />
No. HP : 05116158873 / 0878143326 81<br />
Pendidikan Terakhir : S1 Pada Universitas Islam<br />
<strong>Kalimantan</strong> Fakultas Agama Islam<br />
8 Yayasan penyelenggara Penterjemah /Pentafsir Al-Qur’an, Op . Cit. h. 116<br />
48 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
MENGATASI KENAKALAN REMAJA<br />
LEWAT RUMAH TANGGA DAN KELUARGA<br />
الحمد هلل, الحمد هلل الذى أنعمنا بنعمة اإليمان و اإلسالم. أشهد أن ال إله إال اهلل وحده الشريك له الملك<br />
العالم, وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله خير البشر واألنام.أللهم صل وسلم وبارك على سيدنا<br />
.محمد وعلى أله و أصحابه ومن تبعهم على الدوام<br />
.أما بعد, فيا أيها المسلمون اتقوا اهلل حق تقاته والتموتن إال وانتم مسلمون<br />
Hadirin Jemaah Jum`at Rahimakumullah !<br />
Dalam kesempatan yang sangat mulia ini, marilah kita sama-sama<br />
bermunajat dan bermuhasabah untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah<br />
SWT di manapun dan kapanpun kita berada, karena hanya orang-orang yang<br />
bertaqwalah yang akan mendapatkan kebahagian dan kemulian yang hakiki di<br />
sisi Allah SWT, sebagaimana firmanNya dalam QS. Al-Hujurat :<br />
.إن اكرمكم عند اهلل اتقىكم<br />
Artinya : Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi<br />
Allah, adalah orang paling bertaqwa.<br />
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah !<br />
Keluarga yang normal adalah keluarga yang mempunyai anggota yang<br />
lengkap dan hubungan yang harmonis di antara mereka, serta mempunyai<br />
faham tentang norma-norma kehidupan yang sama, sehingga tidak<br />
menimbulkan kesulitan bagi anak-anaknya yang tumbuh dan berkembang<br />
dalam menentukan sikap, perilaku, pola pikir, perasaan dan sebagainya.<br />
Orang tua yang baik dalam keluarga akan selalu mengadakan<br />
pembinaan dan pengarahan serta memberikan keteladanan dalam bertingkah<br />
laku yang terpuji kepada anak-anaknya. Proses pendidikan dan pengajaran<br />
non formal demi terbina dan berkembangnya kepribadian anak yang utuh<br />
dan menyenangkan tidak boleh melemah atau menyusut, tapi harus semakin<br />
ditingkatkan, sebab keadaan moral dan akhlaq yang berkembang dalam<br />
kehidupan masyarakat dan bangsa akhir-akhir ini semakin runyam. Oleh<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 49
karena itu, setiap orang tua dalam keluarga harus menyadari dengan baik<br />
akan fungsi dan tanggung jawabnya terhadap anak-anak yang mereka miliki<br />
sebagai titipan dan amanah dari Allah SWT, yang pada suatu saat nanti akan<br />
diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah Rabbul’izzati.<br />
Allah SWT berfirman dalam surah At-Tahrim ayat 6:<br />
يا يها الذين امنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها ملئكة غالظ شداد اليعصون<br />
.اهلل ما امرهم ويفعلون ما يؤمرون<br />
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan<br />
keluargamu dari api neraka, yang kayu bakarnya terdiri dari<br />
manusia dan batu-batuan, penjaganya malaikat-malaikat yang<br />
kasar dan keras, mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa<br />
yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan<br />
apa yang diperintahkan.<br />
Sadar akan peringatan dan himbauan Allah SWT yang demikian itu,<br />
maka tentulah setiap orang tua dalam keluarga yang baik akan mengupayakan<br />
semaksimal mungkin melalui pendidikan, pengajaran dan aktualisasi kasih<br />
sayang dalam kehidupan yang harmonis, agar anak-anaknya mempunyai<br />
akhlak yang mulia dan budi pekerti yang terpuji, serta terhindar dari tingkah<br />
laku dan kebiasaan hidup yang tercela, seperti menjadi anak yang nakal, yang<br />
suka melakukan perbuatan keji dan munkar. Setiap warga masyarakat tentu<br />
menyadari bahwa perilaku remaja yang nakal sangat menggangu ketentraman,<br />
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup dalam keluarga serta masyarakat.<br />
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah !<br />
Mempunyai anak yang shaleh, rajin dan pandai serta taat beribadah,<br />
tentunya menjadi idaman setiap orang tua, karena Rasulullah SAW pernah<br />
bersabda :<br />
.إذا مات ابن آدم انقطع عمله إال من ثالث صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له<br />
Artinya : Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah<br />
50 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
semua amalnya, kecuali tiga perkara, yakni sedekah jariyah, atau<br />
ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang selalu berdo`a untuk<br />
orang tuanya.<br />
Betapa bahagianya kita kalau mempunyai anak yang shaleh, ketika<br />
kita masih hidup, dia selalu berbakti dan berbuat baik kepada kita. Dan ketika<br />
kita telah berpulang ke rahmatullah, dia akan selalu mendo`akan kita agar<br />
Allah mengampuni dosa-dosa kita dan terbebas dari siksa kubur dan siksa api<br />
neraka.<br />
Sebaliknya, betapa sengsaranya kita kalau mempunyai anak<br />
yang nakal, yang terjerumus dalam kemaksiatan dan kemunkaran, ketika<br />
kita masih hidup, dia selalu berbuat jahat, durhaka dan memalukan keluarga.<br />
Dan ketika telah berpulang ke rahmatullah, dia pun tidak pernah mendo`akan<br />
kita, dan bahkan menambah beban derita kita di akhirat karena kejahatannya.<br />
Rasulullah SAW pernah menceritakan bahwa ada orang yang shaleh, ketika<br />
akan masuk sorga, terhalang oleh dosa-dosa anaknya, karena orang tua tadi<br />
terlalu asik beribadah sehingga melupakan pendidikan terhadap anaknya,<br />
maka anaknya menjadi orang yang nakal.<br />
Kaum Muslimin yang dicintai Allah !<br />
Rasulullah SAW pernah bersabda :<br />
,ابيطلاإهقزريلا والسباحةوالرمايةوأن الكتابة وأنيعلمه وأدبه اسمه حقالولدعلىوالدهأنيحسن )رواهالحاكم<br />
إذاأدرك يزوجه (وأن Artinya : “Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberinya nama<br />
yang baik, mendidiknya dengan adab yang baik, mengajarinya<br />
menulis, berenang, memanah dan tidak memberinya nafkah kecuali<br />
dengan rezki yang baik, serta mengawinkannya apabila dia telah<br />
mendapat jodoh.” (HR. Al-Hakim).<br />
Hadist Nabi ini menjelaskan bahwa orang tua mempunyai beberapa kewajiban<br />
terhadap anaknya, antara lain :<br />
1. Memberi anak nama yang baik, karena nama adalah do`a ;<br />
2. Mendidik anak dengan adab yang baik, sehingga anak itu memiliki akhlaq<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 51
yang mulia dan menjadi anak yang shaleh;<br />
3. Mengajari anak menulis, maksudnya mengajari anak dengan ilmu<br />
pengetahuan yang luas, baik ilmu agama maupun umum. Saidina Ali<br />
Karramallahu Wajhah pernah berkata :<br />
.علمواأوالدكم فإنهم مخلوقون لزمان غيرزمانكم<br />
Artinya : “Ajarilah atau didiklah anak-anak kalian (dengan pendidikan dan<br />
pengajaran yang lebih tinggi), karena mereka diciptakan untuk<br />
suatu zaman yang berbeda dengan zaman kamu sekalian.”<br />
4. Memberinya nafkah dari rezki yang halal, Nabi Muhammad SAW pernah<br />
bersabda :<br />
.كل لحم نبت من حرام فالنار أولى به<br />
Artinya : Setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram, maka api<br />
neraka lebih berhak untuknya.<br />
5. Menikahkan anak ketika ia sudah mencapai umur yang cukup, artinya<br />
apabila anak kita umurnya sudah cukup dan sudah mempunyai pasangan,<br />
maka hendaknya segera dinikahkan, agar tidak terjadi fitnah atau<br />
perzinahan.<br />
Demikianlah khutbah yang disampaikan, dengan harapan kita berusaha untuk<br />
mendidik anak kita agar menjadi anak yang shaleh, rajin dan pandai serta<br />
taat beribadah. Oleh karena itu, berilah anak-anak kita pendidikan yang baik,<br />
bekali mereka dengan agama (iman dan taqwa) yang cukup, awasi pergaulan<br />
mereka agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan dan kemunkaratan serta<br />
jadikanlah diri kita sebagai contoh teladan yang baik dalam keluarga dan<br />
rumah tangga kita. Karena itu semua, adalah kewajiban kita selaku orang tua.<br />
إذا قرء القرآن فاستمعوا له وانصتوا لعلكم ترحمون : اعوذ باهلل من الشيطان الرجيم ,ياأيها الذين<br />
آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها ملئكة غالظ شداد اليعصون اهلل ما<br />
.امرهم ويفعلون ما يؤمرون<br />
بارك اهلل لى ولكم فى القرآن العظيم, ونفعنى وإياكم بما فيه من اآليات والذكر الحكيم, وتقبل منى<br />
ومنكم تالوته إنه هو السميع العليم, أقول قولى هذا واستغفر اهلل لى ولكم ولسائر المؤمنين والمؤمنات<br />
.والمسلمين والمسلمات فاستغفروه – إنه هو الغفور الرحيم<br />
52 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
Kajian Tafsir<br />
SURAH AN-NISA : 58-59<br />
Oleh<br />
Bani Yasin<br />
• <br />
•• <br />
• <br />
• <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat<br />
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila<br />
menetapkan قال menetapkan hukum di antara manusia supaya : kamu فقال :<br />
sebaik- Allah memberi pengajaran yang القوم : " Sesungguhnya dengan adil. قال ."<br />
baiknya kepadamu. " : قال Sesungguhnya Allah " adalah یسمع Maha " : بعضھم mendengar<br />
." lagi الساعة Maha Melihat.<br />
قال : "<br />
عن أبى ھریرة بینما النبي ص م فى مجلس یحدث القوم جاءه أعرابى متى<br />
الساعة ؟ فمضى رسول االله ص م یحدث, فقال بعض سمع ما قال فكره ما<br />
وقال بل لم حتى إذا قضى حدیثھ أین أراه السائل عن الساعة".<br />
قال : "ھا أنا یا رسول االله". فإذا ضیعت الأمانة فانتظر قال كیف<br />
إضاعتھا ؟ قال إذا وسد الأمر إلى غیر أھلھ فانتظر الساعة.<br />
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul<br />
(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan<br />
pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al<br />
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman<br />
kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama<br />
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 53
Sabab an-Nuzul (Sebab Turunnya Ayat) :<br />
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa setelah Rasulullah SAW<br />
memasuki kota Mekkah pada hari pembebasan (Fathu Makkah), Usman bin<br />
Talhah pengurus Ka`bah pada waktu itu menguasai pintu Ka`bah. Ia tidak<br />
mau memberikan kunci Ka`bah kepada Rasulullah SAW.<br />
Kemudian Ali bin Thalib merebut kunci Ka`bah itu dari Usman bin<br />
Thalhah secara paksa dan membuka Ka`bah, lalu Rasulullah masuk ke dalam<br />
Ka`bah dan shalat dua rakaat. Setelah beliau keluar dari Ka`bah tampillah<br />
paman beliau Abbas ke hadapannya dan meminta diberi jabatan pemelihara<br />
Ka`bah dan jabatan penyediaan air untuk jamaah haji, maka turunlah ayat<br />
ini, lalu Rasulullah SAW memerintahkan Ali bin Abi Thalib mengembalikan<br />
kunci Ka`bah kepada Usman bin Thalhah dan meminta maaf kepadanya atas<br />
perbuatannya merebut kunci itu secara paksa.<br />
Tafsir :<br />
Setelah menjelaskan keburukan sebagian orang Yahudi, seperti tidak<br />
menunaikan amanah yang Allah percayakan kepada mereka, yakni amanah<br />
mengamalkan kitab suci dan tidak menyembunyikan isinya, kini al-Qur’an<br />
kembali menuntun kaum muslimin agar tidak mengikuti jejak mereka. Tuntunan<br />
kali ini sungguh sangat ditekankan, karena ayat ini langsung menyebut nama<br />
Allah sebagai yang menuntun dan memerintahkan, sebagaimana terbaca<br />
dalam firman-Nya dalam Surah An-Nisa ayat 58. Sesungguhnya Allah Yang<br />
Maha Agung, yang wajib wujud-Nya serta menyandang segala sifat terpuji<br />
lagi suci segala sifat tercela, menyuruh kamu menunaikan amanah-amanah<br />
secara sempurna dan tepat waktu, kepada pemiliknya, yakni yang berhak<br />
menerimanya, baik amanah Allah kepada kaum maupun amanah manusia,<br />
betapapun banyaknya yang diserahkannya kepada kamu, dan Allah juga<br />
menyuruh kamu apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, baik<br />
yang berselisih dengan manusia lain maupun tanpa perselisihan, maka<br />
supaya kamu harus menetapkan putusan dengan adil sesuai dengan apa yang<br />
diajarkan Allah SWT, tidak memihak kecuali kepada kebenaran dan tidak pula<br />
menjatuhkan sanksi kecuali kepada yang melanggar, tidak menganiaya walau<br />
lawanmu dan tidak pula memihak kepada temanmu. Sesungguhnya Allah<br />
dengan memerintahkan menunaikan amanah dan menetapkan hukum dengan<br />
54 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
adil, telah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Karena<br />
itu, berupayalah sekuat tenaga untuk melaksanakannya, dan ketahuilah bahwa<br />
Dia yang memerintahkan kedua hal ini mengawasi kamu, dan sesungguhnya<br />
Allah sejak dulu hingga kini adalah Maha Mendengar apa yang kamu<br />
bicarakan, baik dengan orang lain maupun dengan hati kecilmu sendiri, lagi<br />
Maha Melihat sikap dan tingkah laku kamu.<br />
Amanah adalah sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain untuk<br />
dipelihara dan dikembalikan bila tiba saatnya atau bila diminta oleh<br />
pemiliknya. Amanah adalah lawan dari khianat. Ia tidak diberikan kecuali<br />
kepada orang yang dinilai oleh pemberinya dapat memelihara dengan baik<br />
apa yang diberikannya itu.<br />
Agama mengajarkan bahwa amanah / kepercayaan adalah asas<br />
keimanan berdasarkan sabda Nabi saw., ‘’Tidak ada iman bagi yang tidak<br />
memiliki amanah.’’ Selanjutnya, amanah yang merupakan lawan dari khianat<br />
adalah sendi utama interaksi. Amanah tersebut membutuhkan kepercayaan dan<br />
kepercayaan itu melahirkan ketenangan batin yang selanjutnya melahirkan<br />
keyakinan.<br />
Di atas, terbaca bahwa ayat ini menggunakan bentuk jamak dari kata<br />
amanah. Hal ini karena amanah bukan sekadar sesuatu yang bersifat material,<br />
tetapi juga non-material dan bermacam-macam. Semuanya diperintahkan<br />
Allah agar ditunaikan. Ada amanah antara manusia dengan Allah, antara<br />
manusia dengan manusia lainnya, antara manusia dengan lingkungannya, dan<br />
antara manusia dengan dirinya sendiri. Masing-masing memiliki rincian, dan<br />
setiap rincian harus dipenuhi, walaupun seandainya amanah yang banyak itu<br />
hanya milik seorang.<br />
Kemudian Allah memerintahkan untuk menetapkan hukum dengan adil.<br />
Perintah ini dimulai dengan menyatakan “ apabila kamu menetapkan hukum<br />
di antara manusia”. Tetapi sebelumnya, ketika memerintahkan menunaikan<br />
amanah, redaksi semacam ini tidak ditemukan. Ini mengisyaratkan bahwa<br />
setiap manusia telah menerima amanah secara potensial sebelum kelahirannya<br />
dan secara aktual sejak dia akil baligh. Bukankah Allah berfirman:<br />
”Sesungguhya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan<br />
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikulnya dan mereka<br />
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia.<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 55
Sesungguhnya manusia itu amat Zalim dan amat bodoh’’ (QS.al-Ahzab<br />
[33]: 72. Tetapi, menetapkan hukum bukanlah wewenang setiap orang. Ada<br />
syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk tampil melaksanakannya, antara<br />
lain; pengetahuan tentang hukum dan tata cara menetapkannya, serta kasus<br />
yang dihadapi. Bagi yang memenuhi syarat-syaratnya dan bermaksud tampil<br />
menetapkan hukum, kepadanya lah ditujukan perintah di atas, yaitu kamu<br />
harus menetapkan dengan adil.<br />
Ayat di atas, ketika memerintahkan menunaikan amanah, ditekannya<br />
bahwa amanah tersebut harus ditunaikan kepada ahlinya atau pemiliknya,<br />
dan ketika memerintahkan menetapkan hukum dengan adil, dinyatakannya<br />
apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia. Ini berarti bahwa perintah<br />
berlaku adil itu ditunjukan terhadap manusia secara keseluruhan. Dengan<br />
demikian, baik amanah maupun keadilan harus ditunaikan dan ditegakkan<br />
tanpa membedakan agama, keturunan atau ras. Ayat-ayat al-Qur’an yang<br />
menekankan hal ini sungguh banyak. Salah satu di antaranya berupa teguran<br />
kepada Nabi SAW yang hampir saja terpedaya oleh dalih seorang muslim yang<br />
munafik, yang bermaksud mempersalahkan seorang Yahudi. Dalam konteks <br />
inilah turun firman-Nya: ‘’Dan janganlah engkau menjadi penentang orangorang<br />
yang tidak bersalah, karena (membela) orang-orang yang khianat’’ (QS. <br />
An-Nisa’ [4]: 105). Nabi SAW pun seringkali mengingatkan hal ini, misalnya<br />
dengan sabda beliau, ‘’Berhati-hatilah terhadap do`anya orang yang teraniaya! <br />
Karena doa orang yang teraniaya itu diterima oleh Allah, walaupun dia orang<br />
yang durhaka, (karena) kedurhakaannya dipertanggungjawabkan oleh dirinya <br />
sendiri’’ (HR. Ahmad dan al-Bazzar melalui Abu Hurairah).<br />
Dalam hadits lain Nabi Muhammad SAW bersabda :<br />
عن أبى ھریرة بینما النبي ص م فى مجلس یحدث القوم جاءه أعرابى متى<br />
الساعة ؟ فمضى رسول االله ص م یحدث, فقال بعض سمع ما قال فكره ما<br />
وقال بل لم حتى إذا قضى حدیثھ أین أراه السائل عن الساعة".<br />
قال : "ھا أنا یا رسول االله". فإذا ضیعت الأمانة فانتظر قال كیف<br />
إضاعتھا ؟ قال إذا وسد الأمر إلى غیر أھلھ فانتظر الساعة.<br />
فقال :<br />
قال ".<br />
الساعة ".<br />
القوم : "<br />
قال : "<br />
یسمع "<br />
قال : "<br />
قال :<br />
بعضھم : "<br />
artinya : Ketika Nabi Muhammad SAW berbincang-bincang dengan suatu<br />
kaum dalam satu majelis, ada seorang badui bertanya kepada<br />
56 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
Rasulullah SAW : “ Ya Rasululallah, kapan sebetulnya kiamat<br />
akan datang? “ Nabi SAW terus berbincang-bincang dengan<br />
kaum itu. Sehingga sebagian sahabat berpendapat bahwa Nabi<br />
mendengar pertanyaan itu, tapi beliau membencinya, dan sebagian<br />
lain berpendapat bahwa Nabi tidak mendengarnya. Pada waktu<br />
beliau selesai berbicara, beliau bertanya, mana orang yang<br />
bertanya tentang hari kiamat tadi ?. Orang Badui tadi menjawab<br />
: ” Saya yaa Rasulullah “. Nabi bersabda : “ Apabila amanah<br />
sudah diabaikan, maka tunggulah saat kerusakan / kehancurannya<br />
(sebab kehancuran identik dengan kiamat). Para sahabat bertanya<br />
kembali : “ Bagaimana amanah itu bisa diabaikan ? “, Rasulullah<br />
SAW menjawab : “ Apabila suatu urusan atau jabatan diserahkan<br />
kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran<br />
itu. (HR. Bukhari dan Muslim).<br />
Selanjutnya surah An-Nisa ayat 59 memerintahkan agar kaum Muslimin<br />
taat dan patuh kepada-Nya, kepada rasul-Nya dan kepada orang yang<br />
memegang kekuasaan diantara mereka agar tercipta kemaslahatan umum.<br />
Untuk kesempurnaan pelaksanaan amanat dan hukum sebaik-baiknya dan<br />
seadil-adilnya, hendaklah kaum Muslimin:<br />
a. Taat dan patuh kepada perintah Allah dengan mengamalkan isi Kitab<br />
Suci Al-Qur’an, melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan-<br />
Nya, sekalipun terasa berat, tidak sesuai dengan keinginan dan kehendak<br />
pribadi. Sebenarnya segala yang diperintahkan Allah itu mengandung<br />
maslahat dan apa yang dilarang-Nya mengandung mudarat.<br />
b. Melaksanakan ajaran-ajaran yang dibawa Rasullah saw pembawa amanat<br />
dari Allah untuk dilaksanakan oleh segenap hamba-Nya. Dia ditugaskan<br />
untuk menjelaskan kepada manusia isi AL-Qur’an. Allah berfirman :<br />
‘’..Dan Kami turunkan Az-Zikr (Al-Qur’an) kepadamu, agar engkau<br />
menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka<br />
....’’(an-Nahl/16:44).<br />
c. Patuh kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ulil amril<br />
yaitu orang-orang yang memegang kekuasaan di antara mereka.<br />
Apabila mereka telah sepakat dalam suatu hal, maka kaum Muslimin<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 57
erkewajibkan melaksanakannya dengan syarat bahwa keputusan mereka<br />
tidak bertentangan dengan Kitab Al-Qur’an dan Hadis. Kalau tidak<br />
demikian halnya, maka kita tidak wajib melaksanakannya, bahkan wajib<br />
menentangnya, karena tidak dibenarkan seseorang itu taat dan patuh karena<br />
sesuatu yang merupakan dosa dan maksiat pada Allah. Nabi Muhammad<br />
saw bersabda: ‘’Tidak (dibenarkan) taat kepada makhluk di dalam halhal<br />
yang merupakan maksiat kepada Khalik (Allah SWT).’’(Riwayat<br />
Ahmad).<br />
d. Kalau ada sesuatu yang diperselisihkan dan tidak tercapai kata sepakat,<br />
maka wajib dikembalikan kepada Al-Qur’an dan hadis. Kalau tidak<br />
terdapat di dalamnya haruslah disesuaikan dengan (dikiaskan kepada)<br />
hal-hal yang ada persamaan dan persesuaiannya di dalam Al-Qur’an dan<br />
sunah Rasulullah saw.<br />
Tentunya yang dapat melakukan kias seperti yang dimaksud di atas<br />
ialah orang-orang yang berilmu pengetahuan, mengetahui dan memahami isi<br />
Al-Qur’an dan sunah Rasul. Demikianlah hendaknya dilakukan oleh orangorang<br />
yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhirat.<br />
Kesimpulan<br />
1. Allah mewajibkan kepada setiap Muslim yang memikul amanat, agar<br />
melaksanakannya dengan jujur, baik amanat yang diterimanya dari Allah<br />
atau amanat sesama manusia.<br />
2. Allah memerintahkan kepda setiap Muslimin agar berlaku adil dalam<br />
setiap tindakannya.<br />
3. Allah memerintahkan pula kepada kaum Muslimin agar menaati<br />
segala perintah-Nya, perintah Rasul-Nya dan ketetapan-ketetapan yang<br />
ditetapkan ulil amril di antara mereka.<br />
4. Apabila terjadi perselisihan di antara mereka, maka hendaklah diselesaikan<br />
sesuai dengan hukum Allah dan Rasul-Nya.<br />
58 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 59
60 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 61
Menyambut Hari Hari Amal Bakti Kementerian Agama ke 67<br />
SEJARAH SINGKAT KANTOR WILAYAH<br />
KEMENTERIAN AGAMA<br />
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN<br />
A. Berdirinya Departemen Agama Republik Indonesia dasarnya ialah :<br />
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat 1 dan 2; (1) Negara<br />
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Negara menjamin<br />
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing<br />
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya<br />
itu;<br />
2. Penetapan Pemerintah Nomor 1/SD Tahun 1946 tentang dibentuknya<br />
Kementerian Agama;<br />
3. Penetapan Pemerintah Nomor 5/SD Tahun 1946 tentang pelimpahan<br />
tugas-tugas keagamaan dari beberapa departemen, mencakup :<br />
perkawinan, peradilan agama, kemesjidan, urusan Mahkamah Islam<br />
Tinggi, dan pengajaran agama di sekolah-sekolah;<br />
4. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor : 1/SD Tahun 1946,<br />
tanggal 03 Januari 1946, tentang pendirian Departemen Agama yang<br />
ditetapkan di Jogjakarta;<br />
5. Kedudukan Departemen Agama sebagai bagian dari Pemerintahan<br />
Negara yang dipimpin oleh seorang Menteri Agama. Menteri Agama<br />
bertanggungjawab langsung kepada Presiden;<br />
6. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Tahun 1956, maka<br />
ditetapkan “ hari berdirinya Kementerian Agama dalam Negara<br />
Republik Indonesia yaitu hari Kamis tanggal 3 Januari 1946 (Masehi)<br />
bertepatan dengan tanggal 29 Muharram 1364 (Hijriyah).<br />
B. Sekilas Kantor Wilayah Kementerian Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong><br />
<strong>Selatan</strong><br />
Instansi Departemen Agama di <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> diawali dengan<br />
terbentuknya Kantor Urusan Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> yang<br />
62 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
erstatus persiapan. Pembentukan Kantor Persiapan ini adalah atas usaha<br />
K.H.Muhammad Hanafi Gobet dan kawan-kawan berdasarkan permintaan<br />
Menteri Agama kepada beliau di Yogyakarta pada tahun 1949. Kantor<br />
Persiapan ini pertama kali menempati rumah H. Iberahim, yakni orang<br />
tua K.H. Hanafi Gobet sendiri, di Jalan <strong>Kalimantan</strong> (sekarang Jl. Mayjen<br />
S. Parman Banjarmasin). Dalam masa persiapan ini oleh Departemen<br />
Agama Pusat ditugaskan Bapak K.H. R. Asnawi Hadisiswono sebagai<br />
Kepala Kantor dan K.H. Hanafi Gobet sebagai wakilnya.<br />
Tanggal 01 Agustus 1950, Kantor Urusan Agama <strong>Provinsi</strong><br />
<strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> ini diresmikan oleh Menteri Agama RI dengan K.H.<br />
Hanafi Gobet sebagai Kepala. Pada tahun 1951, Kantor Urusan Agama<br />
ini dipecah menjadi 3 instansi (jawatan) yakni :<br />
a. Kantor Urusan Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong>, dipimpin oleh<br />
K.H.Hanapi Gobet;<br />
b. Kantor Pendidikan Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong>, di pimpin<br />
oleh (pjs) Dahlan;<br />
c. Kantor Penerangan Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong>, di pimpin<br />
oleh (pjs) H.Abdullah Yazidi.<br />
Ketiga Kantor Jawatan tersebut berjalan sendiri-sendiri, belum<br />
ada koordinasi secara instansional. Baru pada tahun 1968 yakni setelah<br />
adanya Keputusan Menteri Agama RI Nomor 56 dan 91 Tahun 1967,<br />
Instruksi Menteri Agama RI Nomor 15 Tahun 1967 dan Keputusan<br />
Menteri Agama RI Nomor 113 Tahun 1968, terbentuklah perwakilan<br />
Departemen Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> yang berfungsi untuk<br />
mengkoordinasi jawatan-jawatan agama yang ada.<br />
Perwakilan semacam ini hanya ada di tingkat <strong>Provinsi</strong>, sedangkan<br />
perwakilan Kabupaten/Kota belum ada. Kemudian dengan terbentuknya<br />
<strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong>, <strong>Kalimantan</strong> Timur, <strong>Kalimantan</strong> Barat yang<br />
efektif berlaku mulai 10 Januari 1957 maka Kantor Wilayah Departemen<br />
Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> mengikuti perubahan itu.<br />
Sejalan dengan perkembangan Departemen Agama dalam<br />
menghadapi volume kerja yang semakin besar, di mana jawatan-jawatan<br />
di daerah bukan saja dikoordinasi, tetapi perlu dibimbing, dibina dan<br />
dikembangkan secara langsung, intensif dan terarah, maka dikeluarkanlah<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 63
Keputusan Mendagri Nomor 36 Tahun 1972 yang menyempurnakan<br />
struktur organisasi, tugas dan wewenang instansi Departemen Agama di<br />
daerah-daerah.<br />
Atas dasar keputusan tersebut, maka di <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong><br />
yang selama ini hanya ada perwakilan Departemen Agama <strong>Provinsi</strong>,<br />
didirikanlah kantor perwakilan Kabupaten/Kota. Kemudian dengan<br />
diterbitkannya Kepres Nomor 44, 45 Tahun 1974 yang diikuti lagi dengan<br />
keluarnya KMA Nomor 18 Tahun 1975, maka terjadi lagi perubahan<br />
nama perwakilan itu menjadi Kantor Wilayah untuk tingkat <strong>Provinsi</strong> dan<br />
Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk tingkat Kabupaten/<br />
Kota serta Kantor Urusan Agama Kecamatan untuk tingkat Kecamatan.<br />
Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong><br />
<strong>Selatan</strong> sejak terbentuknya sampai sekarang adalah sebagai berikut :<br />
1. K.H.Hanafi Gobet, tahun 1950 – 1967;<br />
2. K.H. Djuhri Sulaiman, tahun 1967 – 1969;<br />
3. K.H. Sumbono Al- Salihun, tahun 1969 – 1974;<br />
4. Drs. H. Anang Mochtar Sofyan, tahun 1974 – 1982;<br />
5. Drs. H. Noorsyamsul, tahun 1982 – 1984;<br />
6. H. M. Thalhah, tahun 1984 (Pjs);<br />
7. H. A. Chalik Dachlan, tahun 1984 – 1985 (Pjs);<br />
8. H.M. Umar Yasin, BA, tahun 1985 – 1996;<br />
9. Drs. H. M. Laily Mansyur, Lph., tahun 1996 - 1997;<br />
10. Drs. H. Rafi’i Salim, tahun 1997 - 1998;<br />
11. PROF. DR. H. Kamrani Buseri, tahun 1998 – 2000;<br />
12. PROF. DR. H. Artani Hasbi, tahun 2001 – 2006;<br />
13. PROF. DR. H.A. Fahmy Arief, MA, tahun 2006 – 2010<br />
14. H.Abdul Halim H Ahmad, Lc .MM, tahun 2010 sampai sekarang;<br />
64 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
KOMPETENSI DASAR PENYULUH AGAMA<br />
FUNGSIONAL TINGKAT TERAMPIL<br />
Oleh : Sururudin<br />
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
A. Latar Belakang Masalah<br />
Penyuluh agama adalah para juru penerang penyampai pesan<br />
bagi masyarakat mengenai prinsip-prinsip dan etika nilai keberagamaan<br />
yang baik. Hasil akhir yang ingin dicapai dari penyuluh agama, pada<br />
hakekatnya ialah terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki<br />
pemahaman mengenai agamanya secara memadai yang ditunjukkan<br />
melalui pengamalannya yang penuh komitmen dan konsisten, disertai<br />
wawasan multikultur untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang<br />
harmonis dan saling menghargai satu sama lain.<br />
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi<br />
maka tantangan tugas para penyuluh agama Islam semakin berat, karena<br />
dalam kenyataan kehidupan di tataran masyarakat mengalami perubahan<br />
pola hidup yang menonjol.<br />
Di tengah situasi demikian, dalam menuju keberhasilan kegiatan<br />
penyuluhan tersebut, perlu sekali keberadaan penyuluh agama atau juru<br />
dakwah, salah satunya penyuluh agama fungsional tingkat terampil,<br />
untuk memiliki kemampuan, kecakapan yang memadai sehingga<br />
mampu memutuskan, menentukan sebuah proses kegiatan bimbingan<br />
dan penyuluhan. Dapat berjalan sistematis, berhasil guna, berdaya guna<br />
dalam upaya pencapaian tujuan yang diinginkan.<br />
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diketahui siapakah<br />
Penyuluh Agama Fungsional tingkat Terampil itu, Apa Peran dan Tugas<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 65
Pokok Penyuluh Agama Fungsional Tingkat Terampil dalam kegiatan<br />
bimbingan dan penyuluhan dan pembangunan, dan Kompetensi Dasar<br />
apa saja yang harus dimiliki oleh Penyuluh Agama Fungsional tingkat<br />
Terampil ?<br />
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui kedudukan Penyuluh<br />
Agama Fungsional Tingkat Terampil, Untuk mengetahui peran dan<br />
tugas pokok Penyuluh Agama Fungsional Tingkat Terampil, dan untuk<br />
mengetahui Kompetensi dasar yang harus dimiliki Penyuluh Agama<br />
Fungsional Tingkat Terampil.<br />
Tulisan ini diharapkan bermanfaat sebagai media bantu untuk<br />
mengetahui seluk beluk sekitar Penyuluh Agama Fungsional Tingkat<br />
Terampil khususnya mengenai kedudukan, peran dan tugas pokok serta<br />
kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh Penyuluh Agama Fungsional<br />
Tingkat Terampil.<br />
BAB II<br />
KOMPETENSI DASAR PENYULUH AGAMA FUNGSIONAL<br />
A. Pengertian Penyuluh Agama Fungsional tingkat Terampil<br />
Penyuluh Agama Fungsional Tingkat Terampil merupakan bagian<br />
jenjang dari penyuluh agama. Secara umum pengertian penyuluh agama<br />
menurut Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Kepala Badan<br />
Kepegawaian Negara Nomor 574 tahun 1999 dan Nomor 178 tahun<br />
1999 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya,<br />
menyebutkan bahwa penyuluh agama adalah Pegawai Negeri Sipil yang<br />
diberi tugas, tanggung jawab, wewenang untuk melakukan kegiatan<br />
bimbingan dan penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa<br />
agama.<br />
Sedangkan pengertian Penyuluh Agama Fungsional Tingkat<br />
Terampil adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan<br />
penyuluh berdasarkan pengalaman kerja, mulai diangkat menjadi PNS<br />
golongan II, pendidikan SLTA.<br />
Jenjang Jabatan Penyuluh Agama Fungsional Tingkat Terampil<br />
66 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
dan jenjang pangkat, sebagai berikut :<br />
1. Penyuluh Agama Pelaksana ( II/a – II/d )<br />
1. Penyuluh Agama Pelaksana lanjutan ( III/a – III/b )<br />
3. Penyuluh Agama Penyelia ( III/c – III/d )<br />
B. Peran, Fungsi dan Tugas Pokok Penyuluh Agama Fungsional tingkat<br />
Terampil<br />
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 79 tahun 1985<br />
bahwa keberadaan penyuluh agama dalam berbagai jenjang mempunyai<br />
peranan yang penting dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan<br />
bernegara, antara lain :<br />
1. Penyuluh Agama sebagai pembimbing masyarakat.<br />
2. Penyuluh Agama sebagai panutan<br />
3. Penyuluh sebagai penyambung tugas pemerintah<br />
Sesuai Keputusan Menteri Negara Koordinator Pengawasan<br />
Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 54/KEP/<br />
MK.WASPAN/9/1999, tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama<br />
dan Angka Kreditnya, bahwa dalam kegiatan tugas Penyuluhan Agama<br />
Islam, melekat fungsi-fungsi sebagai berikut :<br />
1. Fungsi Informatif dan Edukatif<br />
Penyuluh Agama Islam memposisikan sebagai da’i yang berkewajiban<br />
mendakwahkan Islam, menyampaikan penerangan agama dan<br />
mendidik masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai ajaran agama.<br />
2. Fungsi Konsultatif<br />
Penyuluh Agama Islam menyediakan dirinya untuk turut memikirkan<br />
dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat,<br />
baik secara pribadi, keluarga maupun sebagai anggota masyarakat<br />
umum.<br />
3. Fungsi Advokatif<br />
Penyuluh Agama Islam memiliki tanggung jawab moral dan sosial<br />
untuk melakukan kegiatan pembelaan terhadap umat / masyarakat<br />
dari berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang<br />
merugikan aqidah, mengganggu ibadah dan merusak akhlak.<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 67
C. Tugas Pokok Penyuluh Agama Fungsional tingkat Terampil<br />
Tugas pokok Penyuluh Agama Fungsional tingkat Terampil dalam<br />
kegiatan penyuluhan dan bimbingan, antara lain :<br />
1. Menyusun rencana kerja operasional<br />
2. Menidentifikasi kebutuhan sasaran<br />
3. Menyusun konsep program<br />
4. Menyusun konsep program sebagai penyaji<br />
5. Merumuskan program kerja<br />
6. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan / penyuluhan dalam<br />
bentuk naskah<br />
7. Melaksanakan bimbingan / penyuluhan melalui tatap muka kepada<br />
masyarakat<br />
8. Melaksanakan bimbingan / penyuluhan melalui pentas pertunjukan<br />
sebagai pemain<br />
9. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan / penyuluhan<br />
10. Melaksanakan konsultasi perorangan<br />
11. Melaksanakan konsultasi kelompok<br />
12. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan / kelompok<br />
13. Mengumpulkan bahan untuk menyusun juklak / juknis bimbingan /<br />
penyuluhan<br />
14. Mengolah dan menganalisa data untuk menyusun juklak / juknis<br />
bimbingan / penyuluhan.<br />
Evaluasi adalah “Suatu cara menganalisa suatu kegiatan<br />
secara sistematis dengan menggunakan bahan dan cara tertentu untuk<br />
mengetahui seberapa jauh hasil suatu pekerjaan / kegiatan itu dapat<br />
di capai“. Jadi pada prinsipnya evaluasi merupakan suatu proses yang<br />
sistematik untuk menentukan seberapa jauh efektivitas suatu kegiatan<br />
serta pencapaian hasil yang ditergetkan melalui pengumpulan informasi<br />
dari berbagai aspek yang terkait dengan menggunakan instrument dan<br />
bahan yang tersedia (Depag, 1996: 54).<br />
Adapun pelaporan adalah “Suatu bentuk kegiatan yang<br />
dilaksanakan secara terus menerus dengan menggunakan suatu cara<br />
tertentu yang telah disepakati untuk menyajikan suatu data sebagi<br />
informasi yang dibutuhkan secara tepat, lengkap dan akurat, sehingga<br />
68 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
dapat dijadikan sebagai bahan perencanaan lebih lanjut “ (Depag, 2007:<br />
50).<br />
D. DASAR HUKUM<br />
1. Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Kepala Badan<br />
Kepegawaian Negara Nomor 574 Tahun 1999 dan Nomor 178<br />
Tahun 1999, tentang jabatan fungsional Penyuluh Agama dan Angka<br />
kredtnya.<br />
2. Keputusan Menteri Negara Koordinator Pengawasan Pembangunan<br />
dan Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor 54/KEP/<br />
MK.WASPAN/9/1999, tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama<br />
dan Angka kreditnya, disebutkan bahwa tugas pokok Penyuluh<br />
Agama adalah melakukan dan mengembangkan kegiatan bimbingan<br />
atau penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama.<br />
E. JENIS DAN BAHAN EVALUASI PENYULUHAN AGAMA ISLAM<br />
1. Evaluasi Penyuluhan Agama, dikelompokkan menjadi tiga yaitu :<br />
a. Evaluasi program, meliputi kurikulum, sarana dan prasaran<br />
penyuluhan, administrasi kelembagaan (kelompok binaan), tenaga<br />
teknis (penyuluh agama) serta keadaan kelompok binaan secara<br />
umum.<br />
b. Evalusi proses penyuluhan, diarahkan kepada pelaksanaan tugas<br />
individual dan tugas kelompok, juga ditujukan kepada disiplin dan<br />
upaya yang dilakukan jamaah dalam kegiatan penyuluhan.<br />
c. Evaluasi hasil penyuluhan, merupakan upaya pengumpulan<br />
informasi untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan<br />
kemampuan yang dicapai jamaah pada setiap jangka waktu<br />
tertentu. Yang harus diperhatikan adalah materi, bahan kajian dan<br />
ciri-ciri yang dimiliki setiap materi penyuluhan.<br />
2. Bahan evaluasi penyuluhan agama, dikelompokkan menjadi tiga<br />
kelompok, yaitu :<br />
a. Materi, yang dievaluasi di antaranya adalah keterkaitan materi<br />
yang diberikan saat itu dengan materi yang lain, daya serap peserta<br />
terhadap materi yang diberikan dan perhatian peserta terhadap<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 69
materi yang diberikan.<br />
b. Peserta, yang dievaluasi adalah jumlah kehadiran peserta minggu<br />
lalu dan saat itu, kegairahan peserta dalam mengikuti materi yang<br />
diberikan, dan respon/umpan balik peserta terhadap materi yang<br />
diberikan.<br />
c. Penyelenggaraan, yang dievaluasi adalah ketepatan waktu yang<br />
digunakan, peralatan yang digunakan dan kerjasama antara<br />
penyelenggara(Depag, 2007: 36-39)<br />
F. JENIS DAN BAHAN PELAPORAN PENYULUHAN AGAMA<br />
ISLAM<br />
1. Jenis Pelaporan, dikelompokkan menjadi dua yaitu :<br />
a. Laporan bimbingan / penyuluhan, adalah suatu bentuk penyajian<br />
data yang berisi kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan Penyuluh<br />
Agama selama satu minggu dalam melaksanakan bimbingan<br />
/ penyuluhan kepada masyarakat yang menjadi kelompok<br />
binaannya baik bertatap muka langsung ataupun malalui media<br />
massa. Adapun kegiatan yang dilaporkan meliputi persiapan,<br />
pelaksanaan dan evaluasi.<br />
b. Laporan konsultasi, adalah bentuk penyajian data yang berisi<br />
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan Penyuluh Agama selama<br />
satu minggu dalam memberikan arahan dan bimbingan langsung<br />
melalui dialog dua arah, di bidang keagamaan dan pembangunan<br />
kepada masyarakat/ kelompok binaan yang membutuhkan<br />
konsultasi baik secara perorangan ataupun kelompok.<br />
2. Bahan Pelaporan, untuk memudahkan memperoleh bahan laporan<br />
dan menyusun laporan mingguan, yang perlu dipersiapkan adalah :<br />
a. Rencana kegiatan operasional<br />
b. Jadwal kegiatan bimbingan/ penyuluhan<br />
c. Buku catatan harian yang berisi rincian kegiatan penyuluhan<br />
yang meliputi waktu, jenis materi, sasaran dan hasil penyuluhan.<br />
d. Map umtuk menyimpan materi penyuluhan<br />
e. Map untuk menyimpan laporan kegiatan (Depag, 2007: 51-54).<br />
70 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
BAB III<br />
TEKNIK EVALUASI DAN PELAPORAN PENYULUHAN AGAMA<br />
ISLAM DI KABUPATEN A<br />
A. TEKNIK EVALUASI PENYULUHAN<br />
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan di setiap kelompok binaan<br />
para penyuluh agama Islam di Kabupaten A sebagian besar sudah dapat<br />
melakukan kegiatan evaluasi dan pelaporan secara rutin. Yang dievaluasi<br />
dari kegiatan tersebut adalah dalam hal : materi penyuluhan, penyajian<br />
penyuluhan, peserta dan pasca penyuluhan, di mana keempat hal tersebut<br />
termasuk dalam kategori evaluasi pribadi (self evaluation). Juga dalam<br />
hal program penyuluhan yang meliputi kurikulum kegiatan dan sarana /<br />
prasarana penyuluhan.<br />
Selain itu juga diperlukan evaluasi melalui test dalam rangka<br />
menentukan apakah para peserta penyuluhan di kelompok-kelompok<br />
binaan di Kabupaten A dapat mempelajari dengan baik dan benar<br />
terhadap apa yang disampaikan oleh para penyuluh agama Islam.<br />
Hal ini dapat dilakukan secara informal dengan mengajukan berbagai<br />
pertanyaan setelah selesai menyampaikan materi penyuluhan atau dengan<br />
menggunakan instrument / blanko evaluasi.<br />
B. TEKNIK PELAPORAN PENYULUHAN<br />
Setiap pelaksanaan kegiatan penyuluhan Agama Islam yang telah<br />
dievaluasi selanjutnya dituangkan dalam sebuah Laporan Mingguan dan<br />
Laporan bulanan, baik laporan kegiatan bimbingan / penyuluhan ataupun<br />
laporan konsultasi dan kemudian dilaporkan kepada Kasi Pendamas<br />
Kandepag Kabupaten A<br />
Selain itu, setiap Penyuluh Agama Islam di Kabupaten A dianjurkan<br />
untuk membuat Buku Catatan Harian yang berisi kegiatan-kegiatan<br />
yang dilaksanakan. Catatan harian tersebut mencakup rincian kegiatan<br />
penyuluhan yang meliputi waktu, tempat, kelompok sasaran, jenis<br />
kegiatan, jenis materi, dan jumlah anggota kelompok sasaran / kelompok<br />
binaan.<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 71
Setiap Penyuluh Agama Islam di Kabupen A diharuskan untuk<br />
melakukan evaluasi dan pelaporan secara rutin dan terus menerus dalam<br />
setiap kegiatan penyuluhan agama Islam yang telah dilakukan di wilayah<br />
binaannya masing-masing. Hal ini dimaksudkan selain untuk memudahkan<br />
para Penyuluh Agama Islam dalam pengajuan Kenaikan Pangkat, juga<br />
sebagai salah satu langkah tertib administrasi karena selama ini masih<br />
ada di antara para Penyuluh Agama Islam yang belum melakukan hal<br />
tersebut sehingga ketika akan mengajukan kenaikan pangkat mengalami<br />
kesulitan dalam mengumpulkan laporan hasil kegiatan penyuluhan yang<br />
telah dilakukan. Akhirnya rencana untuk kenaikan selalu tertunda. Di<br />
sinilah pentingnya kegiatan evaluasi dan pelaporan hasil penyuluhan<br />
agama Islam.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Departemen Agama RI, Tehnik Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan Agama<br />
Islam, 1996/1997<br />
Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Tentang Jabatan Fungsional<br />
Penyuluh, 2007.<br />
Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan, Jurnal Diklat Tenaga Teknis Keagamaan,<br />
2006.<br />
Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan, Jurnal Diklat Tenaga Teknis Keagamaan,<br />
2008.<br />
72 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH<br />
POPULER KEAGAMAAN PENYULUH AGAMA<br />
FUNGSIONAL PADA MEDIA CETAK<br />
Oleh : M. Zaenul Asyhuri<br />
Selain bahasa, tulisan juga berfungsi sebagai alat komunikasi dan<br />
sarana pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta penyampaian ajaran<br />
agama Islam.<br />
Pengertian Karya Ilmiah Populer adalah karya ilmiah yang digemari<br />
oleh orang banyak. Hal ini ada kaitannya pula dengan sistim sirkulasi dan<br />
marketing sebuah perusahaan media massa. Disebut karya ilmiah popular<br />
adalah karya ilmiah yang diekspos pada sebuah media massa cetak seperti<br />
Koran, majalah dsb.<br />
Jenis tulisan itu bermacam-macam antara lain: (1) News, (2) Feature,<br />
(3) Essay, (4) Laporan atau Reportase, (5) Artikel Opini. Namun dalam<br />
penggunaan istilah ilmiah popular identik dengan tulisan jenis artikel opini.<br />
Sementara artikel opini adalah karangan yang berisi ulasan atau opini terhadap<br />
suatu masalah atau dengan kata lain menganalisa suatu persoalan. Karena itu,<br />
aspek analisa serta opini (pendapat) penulisnya lebih menonjol.<br />
Kriteria Tulisan<br />
Sesuai dengan fungsinya, yakni untuk membantu pembaca mencerna<br />
informasi, menentukan pendapat dan sikap, dan melihat kedepan, maka artikel<br />
opini harus :<br />
1. Didukung dengan fakta yang akurat<br />
Apabila tulisan dimaksud menyebut firman Allah, maka harus disebutkan<br />
pula surat apa dan ayat berapa. Jika menyebutkan sabda nabi, maka harus<br />
disebutkan Hadits riwayat siapa atau di dalam kitab apa. Demikian halnya<br />
jika menunjukkan data angka tertentu, maka harus disebutkan sumber<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 73
pengambilan datanya, kecuali data yang telah diketahui oleh umum.<br />
Sekalipun demikian, penulis bisa menggunakan kata fleksibel seperti<br />
tidak kurang, lebih kurang dan sebagainya.<br />
2. Tidak emosional<br />
Penulis tidak bisa menunjukkan emosionalitasnya sehingga kelihatan<br />
tidak sportif dan tidak proporsional. Bahkan dalam suatu hal yang penulis<br />
tidak setuju, cara penulisannya pun harus halus seperti, saya kurang<br />
sependapat dengan …………, karena menurut hemat saya …..<br />
3. Tidak terlalu panjang<br />
Untuk ukuran media massa koran, tulisan ilmiah popular antara 1/2 sampai<br />
dengan empat halaman sesuai dengan kolom yang tersedia. Tulisan yang<br />
panjang bisa juga dan kadang-kadang kalau bagus serta menarik dimuat<br />
di koran, tetapi pemuatannya secara bersambung.<br />
Supaya tulisannya jelas dan padat, maka penggunaan kalimat efektifnya<br />
diterapkan semaksimal mungkin.<br />
4. Tuntas ulasannya<br />
Tidak menggantungkan sebagian ulasan sehingga menimbulkan<br />
pemahaman yang keliru. Atau dengan kata lain ulasannya harus lengkap<br />
dan tidak boleh ada yang tertinggal atau disembunyikan.<br />
5. Argumentatif dan rasional<br />
Bahasa yang digunakan dibuat argumentatif agar pembaca yakin bahwa<br />
apa yang diutarakan, apa yang dibahas, atau apa yang disanggah dapat<br />
meyakinkan penulis bahwa opini atau pendapatnya benar. Serta tidak<br />
mengungkap hal-hal yang tidak bisa dinalar oleh pembaca.<br />
6. Komunikatif<br />
Artinya bahwa tulisan itu hendaknya menimbulkan interes kedua belah<br />
pihak, antara penulis dan pembaca. Sehingga dalam penggunaan bahasa<br />
diupayakan seolah-olah pembaca diajak turut berpikir dan berbicara.<br />
74 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
7. Ada hal yang baru/ aktual<br />
Terdapat masukan/ ide atau hal baru dalam tulisan baik itu penemuan,<br />
penelitian, angan-angan atau cita-cita yang dituangkan. Serta sesuai<br />
dengan situasi dan kondisi kebutuhan pembaca saat itu (actual)<br />
8. Asli pendapat penulis<br />
Tidak merupakan jiplakan atau plagiasi dari karya orang lain. Kalau<br />
terpaksa dalam tulisan mencantumkan pendapat atau kutipan orang lain,<br />
maka sumber atau orangnya disebutkan.<br />
9. Mendidik<br />
Tulisan yang dimuat harus mendidik moral, akhlak, dan hal-hal<br />
keduniaan lainnya demi kemajuan pembaca atau masa depan pembaca.<br />
Tidak diperkenankan menulis dengan isi memprovokasi, mengarahkan<br />
pembaca untuk berbuat anarkhis dsb.<br />
10. Penggunaan Bahasa<br />
Tidak mengulang-ulang bahasa yang sama, menghindari pemborosan<br />
kata, dan menggunakan pilihan bahasa yang paling halus dan sederhana<br />
namun indah dan mudah dipahami pemcaba. Dapat menggunakan istilah<br />
asing dengan catatn diberi penjelasan.<br />
11. Dapat dipertanggungjawabkan<br />
Tulisan tidak mengandung delik atau cacat hukum yang bisa membawa<br />
penulis berurusan dengan meja hijau. Serta tidak mengungkap fakta atau<br />
contoh yang fiktif/ tidak benar.<br />
Teknik Penulisan<br />
Pedoman penulisan karya tulis ini sebenarnya juga mengacu pada<br />
pedoman penulisan karya tulis ilmiah pada umumnya. Tetapi mengingat<br />
keterbatasan kolom yang tersedia, tuntutan bisnis dan tuntutan pembaca,<br />
maka teknik penulisannya pada umumnya sebagai berikut:<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 75
Diketik dengan huruf pika/ font size 12 dan spasi ganda pada kertas<br />
berwarna putih ukuran folio sepanjang 3 sampai 4 halaman. Judul diketik<br />
dengan huruf kapital pada posisi tengah atas. Judul digarisbawahi dan di<br />
bawah judul diketik nama lengkap penulis sesuai dengan identitas yang<br />
disertakan. Kemudian pada akhir tulisan disebutkan status dan jabatan penulis<br />
sehari-hari.<br />
Komposisi tulisan pendahuluan atau pengantar menuju isi 15 – 20%<br />
dari isi tulisan, isi 70 – 80% dari isi tulisan, dan penutup 5 – 10% dari isi<br />
tulisan.<br />
Naskah dibuat dalam dua rangkap dan asli naskah dimasukkan dalam<br />
amplop ukuran departemen, diketik nama dan alamat pengirim serta redaksi<br />
tujuan pengiriman. (Contoh pada tutor/ instruktur). Maksud dibuatnya naskah<br />
dalam dua rangkap, karena dipakai sebagai alat kontrol/ koreksi terhadap<br />
tulisan yang telah dimuat di media massa. Karena Redaksi berhak merubah<br />
tulisan yang masuk ke meja redaksi sepanjang tidak mengubah maksud dan inti<br />
dari tulisan. Jangan sampai tulisan yang sudah diekspos ternyata menyimpang<br />
atau dipolitisasi oleh redaksi demi keuntungan sepihak.<br />
Teknik Penyusunan<br />
Teknik penyusunan karya tulis ilmiah populer yang paling mudah untuk<br />
dipedomani:<br />
1. Buatlah thema / judul tulisan sebelum memulai menulis<br />
Suatu karya mustahil dapat tertulis dengan baik tanpa menentukan tema<br />
terlebih dahulu sebelum menyusun tulisan walaupun thema tersebut tidak<br />
ditulis. Tetapi bagi penulis profesional, tema tulisan sifatnya tidak paten.<br />
Artinya, terkadang di tengah menulis, kemudian menemukan hal baru<br />
dan hal itu yang menurutnya lebih penting dan menarik untuk dikupas.<br />
Penentuan judul dilakukan setelah tulisan selesai disusun agar tergambar<br />
jelas kesesuaian antara judul dengan isinya. Dan kalimat judul yang<br />
paling baik adalah tidak lebih dari 3 kata.<br />
2. Buatlah kerangka (out line) naskah<br />
3. Pengumpulan bahan<br />
76 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
4. Pengolahan bahan<br />
5. Penyusunan<br />
Buatlah tulisan awal sebagus dan semenarik mungkin agar pembaca<br />
tertarik dan kemudian membacanya dengan cermat, tenang dan senang. Tetapi<br />
untuk membuat tulisan awal menarik tidaklah mudah.<br />
Seorang penulis kadang-kadang untuk mengawali sebuah tulisan<br />
memerlukan waktu berjam-jam bahkan sampai berhari-hari. Tetapi<br />
begitu tulisan awal atau fondasi tulisan telah selesai, maka isi tulisan dan<br />
mengkahirinya sangat mudah.<br />
Untuk mengawali sebuah tulisan, dapat dilakukan dengan<br />
mengungkapkan suatu peristiwa, kasus, anekdot, ayat/ hadits dan kisah teladan<br />
serta hal-hal menarik lainnya.<br />
Mengingat menulis itu merupakan proses kreativitas, maka tidak<br />
banyak orang yang menulis dengan baik. Tetapi seseorang bisa belajar dan<br />
berlatih terus agar bisa menulis dengan baik. Sehingga sebagai penyuluh, kita<br />
tidak hanya pandai ceramah melainkan juga mahir menuangkan ceramah itu<br />
dalam bentuk tulisan.<br />
Untuk mengakhiri tulisan ini, perlu disampaikan bahwa dalam mengirim<br />
sebuah karya tulis ilmiah popular ke media massa, foto copy identitas penulis<br />
(diutamakan sesuai dengan profesinya) disertakan*** (Sumber Blok Pokjaluh<br />
<strong>Kemenag</strong> Pekalongan).<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 77
PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA<br />
NOMOR 13 TAHUN 2012<br />
TENTANG<br />
ORGANISASI DAN TATA KERJA<br />
INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA<br />
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA<br />
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,<br />
Menimbang : Bahwa sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 63<br />
Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja lnstansi Vertikal<br />
Kementerian Agama, dipandang perlu untuk menetapkan<br />
Peraturan Menteri Agama tentang Organisasi dan Tata Kerja<br />
Instansi Vertikal Kementerian Agama;<br />
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian<br />
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008<br />
Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia<br />
Nomor 4916);<br />
2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan<br />
dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah<br />
dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 tentang<br />
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun<br />
2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian<br />
Negara;<br />
3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,<br />
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan<br />
Organisasi, Tugas, Fungsi Eselon I Kementerian Negara<br />
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan<br />
Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan<br />
Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang<br />
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta<br />
Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi Eselon I Kementerian<br />
Negara;<br />
4. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2011 tentang Organisasi<br />
78 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
dan Tata Kerja lnstansi Vertikal Kementerian Agama;<br />
5. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang<br />
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara<br />
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 592);<br />
Memperhatikan : Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur<br />
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor B/1090/M.<br />
PANRB/4/2012 tanggal 11 April 2012 tentang Organisasi<br />
Dan Tata Kerja Instansi Vertikal di lingkungan<br />
Kementerian Agama;<br />
MEMUTUSKAN:<br />
Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG<br />
ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI<br />
VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA.<br />
BAB I<br />
UMUM<br />
Pasal 1<br />
(1) Instansi Vertikal Kementerian Agama adalah instansi di lingkungan<br />
Kementerian Agama yang melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian<br />
Agama di daerah.<br />
(2) Instansi Vertikal Kementerian Agama terdiri atas kantor wilayah<br />
Kementerian Agama provinsi dan kantor Kementerian Agama kabupaten/<br />
kota.<br />
Bagian Keduapuluh Dua<br />
Kantor Wilayah Kementerian Agama<br />
<strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong><br />
Pasal 689<br />
(1) Susunan Organisasi Kantor Wilayah Kementerian Agama <strong>Provinsi</strong><br />
<strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> terdiri atas:<br />
a. Bagian Tata Usaha;<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 79
. Bidang Pendidikan Madrasah;<br />
c. Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam;<br />
d. Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />
e. Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah;<br />
f. Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf;<br />
g. Pembimbing Masyarakat Kristen;<br />
h. Pembimbing Masyarakat Katolik;<br />
i. Pembimbing Masyarakat Hindu;<br />
j. Pembimbing Masyarakat Buddha; dan<br />
k. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />
(2) Selain organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kantor Wilayah<br />
Kementerian Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> membawahi Kantor<br />
Kementerian Agama:<br />
a. Kabupaten Tanah Laut;<br />
b. Kabupaten Banjar;<br />
c. Kabupaten Barito Kuala;<br />
d. Kabupaten Tapin;<br />
e. Kabupaten Hulu Sungai <strong>Selatan</strong><br />
f. Kabupaten Hulu Sungai Utara;<br />
g. Kabupaten Hulu Sungai Tengah;<br />
h. Kota Banjarmasin;<br />
i. Kabupaten Tabalong;<br />
j. Kabupaten Tanah Bumbu;<br />
k. Kota Banjarbaru;<br />
l. Kabupaten Kotabaru;dan<br />
m. Kabupaten Balangan;<br />
Pasal 690<br />
Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689 ayat (1) huruf a<br />
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi perumusan kebijakan teknis dan<br />
pelaksanaan pelayanan dan pembinaan administrasi, keuangan dan barang<br />
milik negara di lingkungan Kantor Wilayah.<br />
Pasal 691<br />
80 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 690, Bagian<br />
Tata Usaha menyelenggarakan fungsi:<br />
a. koordinasi penyusunan rencana, evaluasi program dan anggaran, serta<br />
laporan;<br />
b. pelaksanaan urusan keuangan;<br />
c. penyusunan organisasi dan tata laksana;<br />
d. pengelolaan urusan kepegawaian;<br />
e. penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum;<br />
f. pelaksanaan bimbingan kerukunan umat beragama;<br />
g. pelayanan informasi dan hubungan masyarakat; dan<br />
h. pelaksanaan urusan ketatausahaan, rumah tangga, perlengkapan, dan<br />
i. pengelolaan barang milik/kekayaan negara pada Kantor Wilayah<br />
j. Kementerian Agama.<br />
Pasal 692<br />
Susunan Organisasi Bagian Tata Usaha terdiri atas:<br />
a. Subbagian Perencanaan dan Keuangan;<br />
b. Subbagian Organisasi, Tata Laksana, dan Kepegawaian;<br />
c. Subbagian Hukum dan Kerukunan Umat Beragama;<br />
d. Subbagian Informasi dan Hubungan Masyarakat;<br />
e. Subbagian Umum; dan<br />
f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />
Pasal 693<br />
(1) Subbagian Perencanaan dan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam<br />
Pasal 692 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />
koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran, evaluasi dan<br />
laporan, serta pelaksanaan urusan keuangan.<br />
(2) Subbagian Organisasi, Tata Laksana, dan Kepegawaian sebagaimana<br />
dimaksud dalam Pasal 692 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan<br />
bahan penyusunan organisasi dan tata laksana serta pengelolaan urusan<br />
kepegawaian.<br />
(3) Subbagian Hukum dan Kerukunan Umat Beragama sebagaimana<br />
dimaksud dalam Pasal 692 huruf c mempunyai tugas melakukan penyiapan<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 81
ahan penyusunan peraturan perundang-undangan, bantuan hukum,<br />
dan pelaksanaan bimbingan kerukunan umat beragama serta pelayanan<br />
masyarakat Khonghucu.<br />
(4) Subbagian Informasi dan Hubungan Masyarakat sebagaimana dimaksud<br />
dalam Pasal 692 huruf d mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />
pelaksanaan urusan pengelolaan informasi dan hubungan masyarakat.<br />
(5) Subbagian Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 692 huruf e<br />
mempunyai tugas melakukan urusan ketatausahaan, rumah tangga,<br />
perlengkapan, pemeliharan dan pengelolaan barang milik/kekayaan<br />
negara.<br />
Pasal 694 … 242<br />
Pasal 694<br />
Bidang Pendidikan Madrasah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689 ayat<br />
(1) huruf b mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, bimbingan, dan<br />
pembinaan serta pengelolaan sistem informasi di bidang pendidikan madrasah<br />
berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah<br />
Kementerian Agama Kementerian Agama.<br />
Pasal 695<br />
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 694, Bidang<br />
Pendidikan Madrasah menyelenggarakan fungsi :<br />
a. penyiapan perumusan kebijakan teknis dan perencanaan di bidang<br />
pendidikan madrasah;<br />
b. pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang kurikulum<br />
dan evaluasi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana,<br />
pengembangan potensi siswa, kelembagaan, kerja sama, dan pengelolaan<br />
sistem informasi pendidikan madrasah; dan<br />
c. evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pendidikan madrasah.<br />
Pasal 696<br />
Susunan Organisasi Bidang Pendidikan Madrasah terdiri atas:<br />
a. Seksi Kurikulum dan Evaluasi;<br />
82 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
. Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan;<br />
c. Seksi Sarana dan Prasarana;<br />
d. Seksi Kesiswaan;<br />
e. Seksi Kelembagaan dan Sistem Informasi Madrasah; dan<br />
f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />
Pasal 697<br />
(1) Seksi Kurikulum dan Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 696<br />
huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan<br />
pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang kurikulum dan<br />
evaluasi pada Raudlatul Athfal (RA) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI),<br />
Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah<br />
Aliyah Kejuruan (MAK).<br />
(2) Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud<br />
dalam Pasal 696 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />
pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis dan pembinaan di bidang<br />
pendidik dan tenaga kependidikan pada RA, MI, MTs, MA dan MAK.<br />
(3) Seksi Sarana dan Prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 696 huruf<br />
c mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan ,<br />
bimbingan teknis dan pembinaan di bidang sarana dan prasarana RA, MI,<br />
MTs, MA dan MAK.<br />
(4) Seksi Kesiswaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 696 huruf d<br />
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />
bimbingan teknis dan pembinaan di bidang pengembangan potensi siswa<br />
pada RA, MI, MTs, MA dan MAK.<br />
(5) Seksi … 243<br />
(6) Seksi Kelembagaan dan Sistem Informasi Madrasah sebagaimana<br />
dimaksud dalam Pasal 696 huruf e mempunyai tugas melakukan penyiapan<br />
bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di<br />
bidang pengembangan kelembagaan, kerja sama serta pengelolaan sistem<br />
informasi pendidikan RA, MI, MTs, MA dan MAK.<br />
Pasal 698<br />
Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam sebagaimana dimaksud<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 83
dalam Pasal 689 ayat (1) huruf c mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,<br />
bimbingan, pembinaan, dan pengelolaan sistem informasi di bidang pendidikan<br />
agama dan keagamaan Islam berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan<br />
oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.<br />
Pasal 699<br />
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 698, Bidang<br />
Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam menyelenggarakan fungsi:<br />
a. penyiapan perumusan kebijakan teknis dan perencanaan di bidang<br />
pendidikan agama dan keagamaan Islam;<br />
b. pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang pendidikan<br />
agama Islam pada pendidikan anak usia dini, taman kanakkanak,<br />
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan diniyah, pendidikan<br />
al-Quran, dan pondok pesantren, serta pengelolaan sistem informasi<br />
pendidikan agama dan keagamaan Islam; dan<br />
c. evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pendidikan pendidikan agama<br />
dan keagamaan.<br />
Pasal 700<br />
Susunan Organisasi Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam terdiri<br />
atas:<br />
a. Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini dan<br />
Pendidikan Dasar;<br />
b. Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Menengah;<br />
c. Seksi Pondok Pesantren;<br />
d. Seksi Pendidikan Diniyah dan Al-Quran;<br />
e. Seksi Sistem Informasi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam; dan<br />
f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />
Pasal 701<br />
(1) Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini dan<br />
Pendidikan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 700 huruf a<br />
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />
bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pendidikan agama Islam pada<br />
84 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar.<br />
(2) Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Menengah sebagaimana<br />
dimaksud dalam Pasal 700 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan<br />
bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang<br />
pendidikan agama Islam pada pendidikan menengah.<br />
(3) Seksi Pondok Pesantren sebagaimana dimaksud dalam Pasal 700 huruf c<br />
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />
bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pondok pesantren.<br />
(4) Seksi Pendidikan Diniyah dan Al-Quran sebagaimana dimaksud dalam<br />
Pasal 700 huruf d mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />
pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan penyiapan pembinaan di<br />
bidang pendidikan diniyah dan al-Quran.<br />
(5) Seksi Sistem Informasi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam<br />
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 700 huruf e mempunyai tugas<br />
melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis,<br />
dan pembinaan di bidang pengelolaan sistem informasi pendidikan agama<br />
dan keagamaan Islam.<br />
Pasal 702<br />
Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br />
689 ayat (1) huruf d mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, bimbingan,<br />
pembinaan, dan pengelolaan sistem informasi di bidang<br />
penyelenggaraan haji dan umrah berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan<br />
oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.<br />
Pasal 703<br />
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 702, Bidang<br />
Penyelenggaraan Haji dan Umrah menyelenggarakan fungsi:<br />
a. penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang penyelenggaraan haji<br />
dan umrah;<br />
b. pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang pendaftaran,<br />
dokumen, akomodasi, transportasi, perlengkapan haji, pengelolaan<br />
keuangan haji, pembinaan jemaah haji dan umrah serta pengelolaan<br />
sistem informasi haji dan umrah;<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 85
c. evaluasi dan penyusunan laporan di bidang penyelenggaraan haji dan<br />
umrah.<br />
Pasal 704<br />
Susunan Organisasi Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah terdiri atas:<br />
a. Seksi Pendaftaran dan Dokumen Haji;<br />
b. Seksi Pembinaan Haji dan Umrah;<br />
c. Seksi Akomodasi, Transportasi, dan Perlengkapan Haji;<br />
d. Seksi Pengelolaan Keuangan Haji;<br />
e. Seksi Sistem Informasi Haji; dan<br />
f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />
Pasal 705<br />
(1) Seksi Pendaftaran dan Dokumen Haji sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br />
704 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan<br />
pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pendaftaran dan<br />
dokumen haji.<br />
(2) Seksi Pembinaan Haji dan Umrah sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br />
704 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan<br />
pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pembinaan haji<br />
dan umrah.<br />
(3) Seksi … 245<br />
(4) Seksi Akomodasi, Transportasi, dan Perlengkapan Haji sebagaimana<br />
dimaksud dalam Pasal 704 huruf c mempunyai tugas melakukan penyiapan<br />
bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang<br />
akomodasi, transportasi, dan perlengkapan haji.<br />
(5) Seksi Pengelolaan Keuangan Haji sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br />
704 huruf d mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan<br />
pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pengelolaan<br />
keuangan haji.<br />
(6) Seksi Sistem Informasi Haji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 704 huruf<br />
e mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />
bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pengelolaan sistem informasi<br />
haji dan umrah.<br />
Pasal 706<br />
86 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah sebagaimana dimaksud<br />
dalam 689 ayat (1) huruf e mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,<br />
bimbingan, pembinaan, dan pengelolaan sistem informasi di bidang urusan<br />
agama Islam dan pembinaan syariah berdasarkankebijakan teknis yang<br />
ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.<br />
Pasal 707<br />
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 706, Bidang<br />
Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah menyelenggarakan fungsi:<br />
a. penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang urusan agama Islam dan<br />
pembinaan syariah;<br />
b. pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang<br />
kepenghuluan, pemberdayaan kantor urusan agama dan keluarga sakinah,<br />
pemberdayaan masjid, produk halal, hisab rukyat, dan pembinaan syariah,<br />
serta pengelolaan sistem informasi urusan agama Islam dan pembinaan<br />
syariah; dan<br />
c. evaluasi dan penyusunan laporan di bidang urusan agama Islam dan<br />
pembinaan syariah.<br />
Pasal 708<br />
Susunan Organisasi Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah<br />
terdiri atas:<br />
a. Seksi Kepenghuluan;<br />
b. Seksi Pemberdayaan Kantor Urusan Agama;<br />
c. Seksi Kemasjidan;<br />
d. Seksi Produk Halal;<br />
e. Seksi Pembinaan Syariah dan Sistem Informasi Urusan Agama Islam;dan<br />
f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />
Pasal 709<br />
(1) Seksi Kepenghuluan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 708 huruf a<br />
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />
bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang kepenghuluan.<br />
(2) Seksi Pemberdayaan Kantor Urusan Agama sebagaimana dimaksud<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 87
dalam Pasal 708 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />
pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang<br />
pemberdayaan kantor urusan agama.<br />
(3) Seksi Kemasjidan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 708 huruf c<br />
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />
bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang kemasjidan.<br />
(4) Seksi Produk Halal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 708 huruf d<br />
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />
bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang produk halal.<br />
(5) Seksi Pembinaan Syariah dan Sistem Informasi Urusan Agama Islam<br />
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 708 huruf e mempunyai tugas<br />
melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis,<br />
dan pembinaan di bidang hisab rukyat dan pembinaan syariah, serta<br />
pengelolaan sistem informasi urusan agama Islam.<br />
Pasal 710<br />
Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf sebagaimana dimaksud<br />
dalam Pasal 689 ayat (1) huruf f mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,<br />
bimbingan, pembinaan, dan pengelolaan system informasi di bidang<br />
penerangan agama Islam, zakat dan wakaf berdasarkan kebijakan teknis yang<br />
ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.<br />
Pasal 711<br />
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 710, Bidang<br />
Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf menyelenggarakan fungsi:<br />
a. penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang penerangan agama<br />
Islam, zakat, dan wakaf;<br />
b. pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang penerangan<br />
dan penyuluhan agama Islam, kemitraan umat Islam dan publikasi dakwah,<br />
hari besar Islam, seni budaya Islam, musabaqah Al-Quran dan Al-Hadits,<br />
zakat, dan wakaf, serta pengelolaan sistem informasi penerangan agama<br />
Islam, zakat, dan wakaf; dan<br />
c. evaluasi dan penyusunan laporan di bidang penerangan agama Islam,<br />
zakat, dan wakaf.<br />
88 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
Pasal 712<br />
Susunan Organisasi Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf<br />
terdiri atas:<br />
a. Seksi Penerangan dan Penyuluhan Agama Islam;<br />
b. Seksi Kemitraan Umat, Publikasi Dakwah dan Hari Besar Agama Islam;<br />
c. Seksi Pengembangan Seni Budaya Islam, Musabaqah Al-Quran dan Al-<br />
Hadits;<br />
d. Seksi Pemberdayaan Zakat;<br />
e. Seksi Pemberdayaan Wakaf; dan<br />
f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />
Pasal 713<br />
a. Seksi Penerangan dan Penyuluhan Agama Islam sebagaimana dimaksud<br />
dalam Pasal 712 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />
pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang<br />
penerangan dan penyuluhan agama Islam serta pengelolaan sistem<br />
informasi penerangan agama Islam, zakat, dan wakaf.<br />
b. Seksi Kemitraan Umat, Publikasi Dakwah dan Hari Besar Agama Islam<br />
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 712 huruf b mempunyai tugas<br />
melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis,<br />
dan pembinaan di bidang kemitraan umat Islam, publikasi dakwah dan<br />
hari besar Islam.<br />
c. Seksi Pengembangan Seni Budaya Islam, Musabaqah Al-Quran dan Al-<br />
Hadits sebagaimana dimaksud dalam Pasal 712 huruf c mempunyai tugas<br />
melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis,<br />
dan pembinaan di bidang pengembangan seni budaya Islam, musabaqah<br />
al-Quran dan al-Hadits.<br />
d. Seksi Pemberdayaan Zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 712 huruf<br />
d mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />
bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pemberdayaan zakat.<br />
e. Seksi Pemberdayaan Wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 712 huruf<br />
e mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />
bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pemberdayaan wakaf.<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 89
Pasal 718<br />
(1) Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tanah Laut,<br />
Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tapin, Kabupaten<br />
Hulu Sungai <strong>Selatan</strong>, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu<br />
Sungai Tengah, dan Kota Banjarmasin sebagaimana dimaksud dalam<br />
Pasal 689 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf h terdiri atas:<br />
a. Subbagian Tata Usaha;<br />
b. Seksi Pendidikan Madrasah;<br />
c. Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren;<br />
d. Seksi Pendidikan Agama Islam;<br />
e. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />
f. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;<br />
g. Penyelenggara Syariah; dan<br />
h. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />
(2) Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tabalong<br />
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689 ayat (2) huruf i terdiri atas:<br />
a. Subbagian Tata Usaha;<br />
b. Seksi Pendidikan Madrasah;<br />
c. Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren;<br />
d. Seksi Pendidikan Agama Islam;<br />
e. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />
f. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;<br />
g. Penyelenggara Syariah;<br />
h. Penyelenggara Kristen; dan<br />
i. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />
(3) Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tanah<br />
Bumbu dan Kota Banjarbaru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689<br />
ayat (2) huruf j dan huruf k terdiri atas:<br />
a. Subbagian Tata Usaha;<br />
b. Seksi Pendidikan Madrasah;<br />
c. Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam<br />
d. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />
e. Seksi … 249<br />
90 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
f. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;<br />
g. Penyelenggara Syariah; dan<br />
h. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />
(4) Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kotabaru<br />
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689 ayat (2) huruf l terdiri atas:<br />
a. Subbagian Tata Usaha;<br />
b. Seksi Pendidikan Madrasah;<br />
c. Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam;<br />
d. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />
e. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;<br />
f. Penyelenggara Syariah;<br />
g. Penyelenggara Katolik; dan<br />
h. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />
(5) Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Balangan<br />
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689 ayat (2) huruf m terdiri atas:<br />
a. Subbagian Tata Usaha;<br />
b. Seksi Pendidikan Madrasah;<br />
c. Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam;<br />
d. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />
e. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;<br />
f. Penyelenggara Syariah;<br />
g. Penyelenggara Buddha; dan<br />
h. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />
Pasal 719<br />
(1) Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />
mempunyai tugas melakukan koordinasi perumusan kebijakan teknis<br />
dan perencanaan, pelaksanaan pelayanan dan pembinaan administrasi,<br />
keuangan dan barang milik negara di lingkungan Kantor Kementerian<br />
Agama.<br />
(2) Seksi Pendidikan Madrasah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />
mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />
serta pengelolaan data dan informasi di bidang RA, MI, MTs, MA dan<br />
MAK.<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 91
(3) Seksi Pendidikan Agama Islam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />
mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />
serta pengelolaan data dan informasi di bidang pendidikan agama Islam<br />
pada PAUD, SD/SDLB, SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK.<br />
(4) Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam sebagaimana dimaksud<br />
dalam Pasal 718 mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan<br />
teknis, pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di bidang<br />
pendidikan agama Islam dan pendidikan keagamaan Islam.<br />
(5) Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren sebagaimana dimaksud<br />
dalam Pasal 718 mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan<br />
teknis, pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di bidang<br />
pendidikan diniyah dan pondok pesantren.<br />
(6) Seksi … 250<br />
(7) Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebagaimana dimaksud dalam<br />
Pasal 718 mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis,<br />
pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di bidang penyelenggaraan<br />
haji dan umrah.<br />
(8) Seksi Bimbingan Masyarakat Islam sebagaimana dimaksud dalam<br />
Pasal 718 mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis,<br />
pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di bidang bimbingan<br />
masyarakat Islam.<br />
Pasal 720<br />
(1) Penyelenggara Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />
mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />
serta pengelolaan data dan informasi di bidang pembinaan syariah.<br />
(2) Penyelenggara Kristen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />
mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />
serta pengelolaan data dan informasi di bidang bimbingan masyarakat<br />
Kristen.<br />
(3) Penyelenggara Katolik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />
mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />
serta pengelolaan data dan informasi di bidang bimbingan masyarakat<br />
Katolik.<br />
92 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
(4) Penyelenggara Buddha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />
mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />
serta pengelolaan data dan informasi di bidang bimbingan masyarakat<br />
Buddha.<br />
Ditetapkan di Jakarta<br />
pada tanggal 16 Agustus 2012<br />
MENTERI AGAMA REPUBLIK<br />
INDONESIA,<br />
TTD<br />
SURYADHARMA ALI<br />
Diundangkan di Jakarta<br />
pada tanggal 24 Agustus 2012<br />
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI<br />
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,<br />
TTD<br />
AMIR SYAMSUDDIN<br />
BERITA NEGARA REPUBLIK<br />
INDONESIA<br />
TAHUN 2012 NOMOR 851<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 93
Ketentuan Tulisan Jurnal Penyuluh<br />
1. Karangan ditulis dalam bahasa indonesia atau bahasa inggris dengan perangkat<br />
lunak pengolah kata microsoft word, font Times New Roman Arial, maksimum<br />
10 halaman kuarto dengan spasi satu setengah.<br />
2. Karangan hasil karya sendiri atau penelitian disusun dengan sistematika sebagai<br />
berikut : Judul. Nama pengarang. Abstract. Keywords. Pendahuluan. Pembahasan.<br />
Kesimpulan dan Saran. Daftar Kepustakaan. Sistematika tersebut dapat disesuaikan<br />
untuk penyusunan karangan ilmiah non-penelitian.<br />
3. JUDUL<br />
a. Karangan dicetak dengan huruf besar, tebal, dan tidak melebihi 18 kata.<br />
b. Nama Pengarang, instansi asal, alamat, dan alamat e-mail dicetak dibawah<br />
judul.<br />
c. Abstract (tidak lebih dari 150 kata) dan keywords (3 sampai 5 kata) ditulis<br />
dalam bahasa Indonesia atau inggris, satu spasi, dengan huruf miring.<br />
d. Tulisan menggunakan endnote.<br />
e. Daftar Kepustakaan dicantumkan secara urut abjad nama pengarang dengan<br />
ketentuan sebagai berikut :<br />
• Untuk buku acuan (monograf): Nama belakang pengarang diikuti nama<br />
lain. Tahun. Judul Buku. Kota Penerbit: Penerbit.<br />
• Untuk karangan dalam buku dengan banyak kontributor: Nama<br />
Pengarang. Tahun. “Judul Karangan” Dalam: Nama Editor. Judul Buku.<br />
Kota Penerbit: Penerbit. Halaman.<br />
• Untuk karangan dalam jurnal/majalah: Nama Pengarang. Tahun. “Judul<br />
Karangan.” Nama Majalah, Volume (Nomor): Halaman.<br />
• Untuk karangan dari internet: Nama Pengarang. Tahun. “Judul Karangan.”<br />
Alamat di internet (URL). Tanggal mengakses karangan tersebut.<br />
4. Gambar diberi nomor dan keterangan di bawahnya, sedangkan Tabel diberi nomor<br />
dan keterangan diatasnya. Keduanya sedapat mungkin disatukan dengan file naskah.<br />
Bila gambar/tabel dikirimkan secara terpisah, harap dicantumkan dalam lembar<br />
tersendiri dengan kualitas yang baik.<br />
5. Naskah karangan dilengkapi dengan biodata singkat pengarang dikirimkan ke<br />
alamat kantor Jurnal Bimas Islam berupa naskah tercetak (print out) dengan<br />
menyertakan soft copy dalam disket/flash disk atau dapat dikirim melalui e-mail<br />
Jurnal Bimas Islam.<br />
6. Tulisan yang diterima redaksi menjadi arsip atau dokumen Tim Jurnal. Redaksi<br />
berkah merubah tulisan sepanjang tidak merupakan substansi tulisan.<br />
94 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel
Resensi Buku<br />
Proses Beragama<br />
Judul :<br />
Materi Bimbingan Agama pada Muslim Pemula<br />
(Muallaf)<br />
Penyusun :<br />
Faiz Fayadi, et al..<br />
Tebal :<br />
115 halaman<br />
Penerbit :<br />
Direktorat Penerangan Agama Islam Direktorat<br />
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian<br />
Agama RI, 2012.<br />
Penganut agama Islam secara kuantitas selalu bertambah, baik dari kalangan yang<br />
sudah muslim sejak lahir, maupun dari kalangan muallaf.<br />
Muallaf artinya orang yang masih pemula sebagai muslim, dalam arti masa<br />
keislamannya relatif belum lama dan secara agama masih memerlukan bimbingan agar<br />
semakin kuat dan mantap, baik di segi akidah, ibadah maupun akhlaknya.<br />
Dakwah yang paling penting bagi muslim pemula adalah pembinaan akidah tauhid.<br />
Karena itu ketika ada orang masuk Islam, bimbingan yang lebih dahulu diberikan adalah<br />
bimbingan tauhid. Barangkali pendekatan yang dilakukan dapat meniru cara berdakwah<br />
Rasulullah saw pada periode Mekkah, di mana saat itu beliau lebih menekankan kepada<br />
ajaran tauhid. Baru ketika menjelang hijrah ke Medinah perintah shalat turun dan ketika<br />
itulah ibadah shalat fardlu menjadi kewajiban setiap muslim.<br />
Jadi, terhadap muallaf ini tidak langsung diberikan bimbingan ibadah yang dirasa<br />
memberatkan. Tidak jarang orang yang semula bersedia menjadi muallaf, lalu balik lagi ke<br />
agama semula, karena tidak sanggaup mengerjakan sjhalat, puasa dan sebagainya. Bisa<br />
pula terjadi seseorang bersedia masuk islam, tapi belum mampu menjalankan syariat,<br />
khususnya ibadah karena tauhidnya belum mantap.<br />
Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 95
Dalam konteks pembinaan tauhid ini juga diupayakan untuk membersihkan<br />
kepercayaan sebelumnya yang kemungkinan masih bercampur atau bernuansa syirik. hal<br />
ini juga penting, sebab antara tauhid dengan syirik tidak bisa dicampuradukkan.<br />
Apabila akidah tauhid sudah tertanam dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah<br />
bimbingan ibadah. Ibadah yang diprioritaskan tentu ibadah shalat, karena ia merupakan<br />
tiang agama. Untuk itu setiap muallaf perlu diberikan bimbingan tentang shalat, tidak saja<br />
tata caranya (kaifiyatnya), tetapi juga fadhilah, keutamaan atau hikmahnya. bersama<br />
dengan shalat juga perlu diberikan bimbingan zikir dan doa-doa pendek. Semua ini sangat<br />
penting, sebab shalat, zikir dan doa mengandung banyak manfaat, lebih-lebih bagi muallaf.<br />
Ketika menjalani proses perubahan agama (konversi agama), tak mustahil<br />
mereka mengalami kegoncangan jiwa. Maka shalat sangat berguna muntuk menanamkan<br />
ketenangan, kedamaian, jauh dari resah dan gelisah. ketika mereka mampu melaksanakan<br />
shalat, maka ketenangan akan terwujud. Buku ini dapat dijadikan pedoman penting dalam<br />
membina keberagamaan muallaf.<br />
Muslim muallaf juga perlu diberikan pelayanan administrasi. maksudnya, prosesi<br />
dan identitas keislaman mereka perlu dibuatkan berita acaranya dan didaftarkan kepada<br />
instansi terkait, khususnya Kementerian Agama kabupaten/kota. Prosesi keislaman<br />
itu boleh saja dilakukan di masjid, langgar atau di mana saja, tetapi ada dokumen yang<br />
berkuatan hukum sebagai bukti otentik keislaman muallaf tersebut.<br />
Tidak dapat dikesampingkan, muallaf perlu dibina dan diayomi, bagi yang ekonominya<br />
lemah perlu dibantu, sebab ketika masuk Islam mungkin mereka mengalami masalah dalam<br />
pekerjaan, keluarga dan sebagainya. Kelemahan dakwah Islam selama ini adalah kurangnya<br />
pembinaan terhadap muallaf, khususnya di segi sosial ekonomi. Semua ini penting untuk<br />
diperhatikan tidak saja bagi instansi pemerintah terkait, tertapi juga para ulama, guru<br />
agama, para penyuluh agama dan tokoh masyarakat. (Ahmad Barjie B).<br />
96 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel