13.03.2015 Views

Edisi 3 - Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Selatan

Edisi 3 - Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Selatan

Edisi 3 - Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Selatan

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

DAKWAH DI PEDESAAN<br />

Disusun Oleh :<br />

AHMADI, S.Sos.I<br />

Penyuluh Agama Islam (PAI) Fungsional<br />

Kabupaten Tanah Laut<br />

<strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong><br />

PENDAHULUAN<br />

Dakwah merupakan hal terpenting dalam ajaran agama, karena dengn<br />

berdakwah ajaran agama dapat dilestarikan dan tidak akan hilang. Karena<br />

pentingnya dakwah bagi keberlangsungan ajaran agama maka hal ini menjadi<br />

perhatian penting untuk bisa mengetahui tata cara dakwah yang efektif<br />

sehingga dakwah bisa diterima di seluruh lapisan masyarakat.<br />

PEMBAHASAN<br />

A. PERINTAH DAKWAH<br />

Perintah dakwah dari Allah kepada Nabi Muhammad saw<br />

yang pesan universalnya juga merupakan perintah bagi seluruh umat<br />

Islam, dengan pesan khusus untuk meneladani sikap dan perilaku Nabi<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 1


Muhammad saw ternyata sedemikian menarik untuk dikaji hingga saat<br />

ini. Perintah itu antara lain terdapat dalam QS An-Nahl, 16: 125,<br />

<br />

<br />

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan<br />

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang<br />

baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui<br />

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang<br />

lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.<br />

Ayat di atas menerangkan tiga metode (tharîqah) dakwah, yakni<br />

cara pengemban dakwah menyerukan Islam kepada manusia. Ada cara<br />

yang berbeda untuk sasaran dakwah yang berbeda.<br />

Pertama, dengan hikmah, maksudnya dengan dalil atau hujjah yang<br />

jelas sehingga menampakkan kebenaran dan menghilangkan kesamaran.<br />

Hikmah juga berarti perkataan yang tegas dan benar yang dapat<br />

membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Cara ini tertuju kepada<br />

mereka yang ingin mengetahui hakikat kebenaran yang sesungguhnya,<br />

yakni mereka yang memiliki kemampuan berpikir yang tinggi atau<br />

sempurna; seperti para ulama, pemikir, dan cendekiawan.<br />

Kedua, dengan mau’izhah hasanah, yaitu peringatan yang baik yang dapat<br />

menyentuh akal dan hati (perasaan). Misalnya, dengan menyampaikan<br />

atau memberi dorongan / pujian dan memberi peringatan/celaan/ancaman<br />

ketika menyampaikan hujjah. Cara ini tertuju kepada masyarakat secara<br />

umum. Mereka adalah orang-orang yang taraf berpikirnya di bawah<br />

golongan yang diseru dengan hikmah, namun masih dapat berpikir dengan<br />

baik dan mempunyai fitrah dan kecenderungan yang lurus.<br />

Ketiga, dengan jadal (jidâl/mujâdalah) billati hiya ahsan, yaitu debat<br />

yang paling baik. Dari segi cara penyampaian, perdebatan itu disampaikan<br />

dengan cara yang lunak dan lembut, bukan cara yang keras dan kasar. Dari<br />

segi topik, semata terfokus pada usaha mengungkap kebenaran, bukan<br />

2 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


untuk mengalahkan lawan debat semata atau menyerang pribadinya. Dari<br />

segi argumentasi, dijalankan dengan cara menghancurkan kebatilan dan<br />

membangun kebenaran. Cara ini tertuju kepada orang yang cenderung<br />

suka berdebat dan membantah, yang sudah tidak dapat lagi diseru dengan<br />

jalan hikmah dan mau‘izhah hasanah.<br />

Bagian akhir ayat memberikan arti, bahwa jika kita telah menyeru<br />

manusia dengan tiga cara tersebut, maka urusan selanjutnya terserah<br />

Allah. Memberikan hidayah bukan kuasa manusia, melainkan kuasa<br />

Allah semata. Kita hanya berkewajiban menyampaikan; Allahlah yang<br />

akan memberikan petunjuk serta memberikan balasan, baik kepada yang<br />

mendapat hidayah maupun yang tersesat.<br />

Dakwah yang efektif yaitu dakwah yang berhasil dari segi<br />

pendakwahnya, materi dakwahnya dan para pemdengar dakwah itu<br />

sendiri. Ketiga komponen tersebut harus selalu berkaitan agar inti dari<br />

dakwah tersebut dapat disampaikan secara jelas dan tepat serta tidak<br />

mengandung kesalahpahaman antara penda’i, mad’u dan isi dakwah itu<br />

sendiri.<br />

B. KONDISI MASYARAKAT DI PEDESAAN<br />

Desa, kampung atau dusun merupakan area pemukiman yang biasa<br />

terletak di daerah dataran tinggi dan jauh dari keramaian kota, dengan<br />

mata pencaharian yang relatif sama antar warganya seperti bertani,<br />

nelayan dan berternak (lebih mengutamanakn potensi alam), dan sangat<br />

bersifat toleran dalam arti sagat mementingkan aspek kebersamaan dan<br />

kekeluargaan antar sesama warga di desanya. Dibawah ini merupakan<br />

beberapa ciri-ciri masyarakat pedesaan yang akan berkaitan erat dengan<br />

penggunaan metode dakwah yang efektif di pedesaan.<br />

Ciri-ciri masyarakat pedesaan:<br />

1. Letaknya relatif jauh dari kota dan bersifat rural.<br />

2. Lingkungan alam masih besar peranan dan pengaruhnya terhadap<br />

kehidupan masyarakat pedesaan<br />

3. Mata pencaharian bercorak agraris dan relatif homogen (bertani,<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 3


eternak, nelayan, dll)<br />

4. Corak kehidupan sosialnya bersifat gemainschaft (paguyuban dan<br />

memiliki community sentiment yang kuat)<br />

5. Keadaan penduduk (asal-usul), tingkat ekonomi, pendidikan dan<br />

kebudayaannya relatif homogen.<br />

6. Interaksi sosial antar warga desa lebih intim dan langgeng serta<br />

bersifat familistik<br />

7. Memiliki keterikatan yang kuat terhadap tanah kelahirannya dan<br />

tradisi-tradisi warisan leluhurnya<br />

8. Masyarakat desa sangat menjunjung tinggi prinsip-prinsip<br />

kebersamaan / gotong royong kekeluargaan, solidaritas, musyawarah,<br />

kerukunan dan kterlibatan sosial.<br />

9. Jumlah warganya relatif kecil dengan penguasaan IPTEK relatif<br />

rendah, sehingga produksi barang dan jasa relatif juga rendah<br />

10. Pembagian kerja dan spesialisasi belum banyak dikenal, sehingga<br />

deferensiasi sosial masih sedikit<br />

11. Kehidupan sosial budayanya bersifat statis, dan monoton dengan<br />

tingkat perkembangan yang lamban.<br />

12. Masyarakatnya kurang terbuka, kurang kritis, pasrah terhadap nasib,<br />

dan sulit menerima unsur-unsur baru<br />

13. Memiliki sistem nilai budaya (aturan moral) yang mengikat dan<br />

dipedomi warganya dalam melakukan interaksi sosial. Aturan itu<br />

umumnya tidak tertulis<br />

14. Penduduk desa bersifat konservatif, tetapi sangat loyal kepada<br />

pemimpinnya dan menjunjung tinggi tata nilai dan norma-norma ang<br />

berlaku.<br />

Ada beberapa karateristik masyarakat desa yang perlu dipahami,<br />

antara lain yaitu<br />

1. Umumnya mereka curiga terhadap orang luar yang masuk<br />

2. Para orang tua umumya otoriter terhadap anak-anaknya<br />

3. Cara berfkir dan sikapnya konservatif dan statis<br />

4. Mereka amat toleran terhadap nilai-nlai budayanya sendiri, sehingga<br />

kurang toleran terhadap budaya lain<br />

5. Adanya sikap pasrah menerima nasib dan kurang kompetitif<br />

4 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


6. Memiliki sikap kurang komunikatif dengan kelompok sosial<br />

diatasnya.<br />

Seluruh ciri atau karakteristik masyarakat pedesaan di atas sangat<br />

berpengaruh terhadap konsep berdakwah di pedesaan. Bagaimana seorang<br />

da’i dapat menyesuaikan metode dakwahnya dengan keadaan masyarakata<br />

pedesaan yang cenderung menerima sikap pasrah dan kurang komunikatif<br />

dengan golongan diatasya (orang kaya).<br />

Sebagai contoh yaitu desa Sambangan adalah salah satu dari 14<br />

desa yang ada di Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah yang memiliki<br />

karakter sendiri, seperti :<br />

1. Akses jalan yang satu arah.<br />

2. Sarana jalan kurang baik.<br />

3. Transportasi umum sangat terbatas (hanya hari tertentu).<br />

4. Jauh dari pusat kecamatan ± 10 km.<br />

5. Sarana pendidikan formal yang ada hanya SD.<br />

6. Sarana pendidikan non formal Diniyah, TKA-TPA, Majelis Ta’lim<br />

7. Obyek wisata religi “Makam Datu Insan”.<br />

8. Jumlah Penduduk 1.126 jiwa agama 100% Muslim.<br />

9. Masjid 2 buah Nurul Aman dan Raudhatul Muttaqin,<br />

10. Majelis Ta’lim 1 buah, Raudhatul Muttaqin,<br />

11. Group Maulid Habsyi 4 buah, Ar Raudah, Ar Rahmah, An Nisa, Al<br />

Aman,<br />

12. Taman Pendidikan Al Qur’an 1 buah, Al Ikhlas.<br />

13. Mata Pencaharian masyarakat :<br />

a. Petani / kebun<br />

b. Buruh Pabrik<br />

c. Buruh Bangunan<br />

d. Buruh Lepas<br />

e. Guru Agama<br />

f. Swasta<br />

g. Wira Swasta<br />

h. PNS<br />

i. ABRI/POLRI<br />

14. Geografis : Gunungan, Dataran Tinggi, Sungai.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 5


15. Sarana Air Bersih dgn Sumur gali/bor.<br />

16. Sarana litrsik PLN.<br />

C. KARAKTER DAKWAH DI PEDESAAN<br />

Setelah melihat ciri-ciri keadaan kemasyarakatan di pedesaan, ada<br />

beberapa karakteristik dakwah di daerah pedesaan antara lain yaitu :<br />

1. Metode dakwah yang biasa dilakukan di pedesaan biasanya secara<br />

langsung misalnya dengan pengajian, ceramah, tabliq akbar dan face<br />

to face, hal ini disebabkan karena waktu dan rutinitas yang dilakukan<br />

orang pedesaan relative masih rendah atau masih banyak waktu<br />

kosong serta sikap individualismenya masih rendah. Dan menjadikan<br />

masjid atau musholah sebagai tempat utama dalam berdakwah serta<br />

pesantren sebagai tempat utama untuk pendidikan anaknya.<br />

2. Dari aspek penda’i biasanya cenderung lebih bersifat otoriter dalam<br />

hal penyampaian materi dakwahnya, hal ini karena sifat mad’u nya<br />

yang pasif dan mudah menerima bukan kritikal sehingga dengan sikap<br />

otoriter membuat mad’u mudah menerima apa saja yang disampaikan<br />

oleh da’i.<br />

3. Materi dakwah di pedesaan biasanya lebih bersifat ubudiyah, contohnya<br />

seperti: ibadah, fikih, akhlak dan muamalah. Masyarakat pedesaan<br />

tidak begitu suka dengan materi dakwah yang disangkutpautkan<br />

dengan ilmu pengetahuan, teknologi ataupun politik negara.<br />

4. Citra da’i menjadi hal yang sangat penting dalam menyampaikan<br />

dakwah di pedesaan dibandingkan dengan isi dakwah itu sendiri<br />

karena sifat masyarakat desa yang sangat menghargai orang-orang<br />

yang berilmu dan jiwa sosialitasnya yang tinggi.<br />

5. Masyarakat di pedesaan lebih menyukai dakwah yang sesuai dengan<br />

tradisi mereka yang telah ada, artinnya tidak mudah unutk menerima<br />

pemahaman baru yang berbeda dengan pemahaman Islam yang telah<br />

ada di desa tersebut<br />

6 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


D. PENUTUP<br />

Berdakwah yang merupakan hal terpenting dalam menjalankan<br />

ajaran agama haruslah berjalan seefektif mungkin. Untuk melihat<br />

efektivitas berdakwah, pendakwah selayaknya mengetahui segala<br />

aspek yang mendukung berjalanya dakwah yang efektif terutama dalam<br />

aspek keadaan sosial kemasyarakatan. Karena seperti keadaan sosial di<br />

perkotaan sangat berbeda dengan keadaan sosial di masyarakat pedesaan<br />

yang menjadikan metode, materi dan sifat pendakwah pun harus berbeda<br />

menyesuaikan kondisi masyarakat yang ada.<br />

Untuk dakwah di pedesaan dilihat dari aspek ciri-ciri masyarakat,<br />

keadaan sosial masyarakatnya dapat disimpulakan bahwa dakwah di<br />

daerah pedesaan yang efektif haruslah: menggunakan metode intrapersonal<br />

(langsung) dalam meyampaikan dakwahnya, materi dakwah harus bersifat<br />

agamis seperti masalah ibadah, fikih dan akhlak, mengutamankan citra<br />

da’i, da’i harus bersifat otoriter namun tetap mempunyai jiwa sosial yang<br />

tinggi dan dakwah harus bersifat informatif persuasif bukan yang hanya<br />

bersifat informatif saja sehingga aspek ilmu dan perbuatannya bisa dapat<br />

dilakukan oleh masyarakat desa.<br />

Sehingga siapapun da’inya yang diharapkan oleh masyarakat<br />

pedesaan ialah teladan panutan yang nyata dan dakwah disampaikan<br />

dengan sejuk, santun, menyentuh batin dalam rangka menuju kepada<br />

kehidupan yang damai dan tentran, bahagia di dunia dan akhirat.<br />

Demikian makalah yang dapat saya simpulkan, semoga dapat<br />

menambah keilmuan kita semua. Dan semoga menjadi bahan diskusi<br />

yang lebih mendalam, jika ada kesalahan konsep serta pemahaman yang<br />

telah saya paparkan di makalah ini, mohon kiranya untuk diperbaiki..<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 7


REFERENSI<br />

Rasyidah dan kawan-kawan. Ilmu Dakwah. Diandra Primamitra Media. 2009.<br />

Mubarok Achmad, Psikologi Dakwah, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1999.<br />

http://scooteris.multiply.com/journal/ciri-ciri masyarakat desa/<br />

http://Wikipedia.com/desa dan fungsinya/<br />

http://jurnalstidnatsir.co.cc/pendidikan-berbasis-pesantren-membentuk<br />

masyarakat desa.html<br />

BIODATA<br />

• Nama<br />

: AHMADI, S.Sos.I<br />

• NIP : 19790505 200910 1 002<br />

• Tempat Tgl Lahir : Murung Panti Hilir, 05 Mei 1979<br />

• Jabatan<br />

: Penyuluh Agama Ahli Pertama<br />

• No. KEP<br />

: 1189/KEP/KR.VIII/PEG/2011<br />

• Pangkat / Golongan : Penata Muda, / III.a<br />

• Jenis Binaan : Kelompok Pedesaan<br />

• Instansi<br />

: Seksi Penamas Kantor <strong>Kemenag</strong> Tala<br />

• HP : 081348236232<br />

• e-mail<br />

: ahmadbungas@gmail.com<br />

8 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Dakwah Tauhid<br />

Solusi Problematika Umat Islam<br />

Oleh<br />

H. Asfiani Norhasani, Lc.<br />

(PAI Teladan Kota Banjarmasin Tahun 2012)<br />

A. Pendahuluan<br />

Muncul kejenuhan dalam benak umat terkait terus berlarutnya<br />

berbagai persoalan. Korupsi merajalela di tengah kemiskinan dan<br />

kebodohan, tingkat pengangguran yang tinggi mendorong tumbuhnya<br />

kriminalitas, rentannya akidah umat dimasuki berbagai pemahaman sesat,<br />

adalah sebagian kecil persoalan keumatan yang sangat menjenuhkan.<br />

Merebaknya aliran sesat keagamaan di berbagai daerah menjadi<br />

isu penting yang harus mendapat perhatian dari umat Islam. Aliran<br />

yang mengajarkan dasar akidah dan keyakinan yang berbeda dengan<br />

paham Ahlis Sunnah wal Jamaah dan aliran sempalan yang mengajak<br />

untuk meninggalkan shalat dan puasa dengan jaminan masuk surga dari<br />

pemipinnya dan pengkultusan sang pemimpin sebagai juru penyelamat<br />

dan kewajiban pengikut untuk taat tanpa batas kepadanya. Walaupun<br />

ulama tidak tinggal diam untuk memberantasnya, namun dari masa ke<br />

masa selalu muncul di pedesaan dan kadang di perkotaan.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 9


Gerakan pendangkalan akidah umat Islam dengan meragukan umat<br />

terhadap Al-Qur`an dan Sunnah yang dikemas dengan kemasan ilmiyah<br />

dan ajakan untuk berpikir bebas (liberal) dan meninggalkan Tradisi Ilmu<br />

Ulama Terdahulu (Ulama As-Salafus Shalih) yang menyebar melalui<br />

jaringan di berbagai perguruan tinggi Agama menjadi problem yang<br />

mengusik para akademisi muslim yang memiliki ghirah terhadap agama<br />

Islam dan mengharuskan mereka untuk segera mengkanter gerakan ini.<br />

Peristiwa pemboman dan melayangnya jiwa yang tidak bersalah<br />

dengan alasan perang suci di Solo, Poso, dll, akhir-akhir ini menambah<br />

persoalan baru bagi umat, karena palakunya mengaku sebagai Muslim<br />

taat yang menjalankan misi suci jihad melawan kekafiran dan kezaliman.<br />

Inilah di antara permasalahan dan problem umat Islam yang memerlukan<br />

solusi yang tepat, agar umat Islam terbebaskan dari segala permasalah<br />

krosial.<br />

B. Problematika Umat<br />

Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat merupakan<br />

dampak dari adanya perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan ini.<br />

Berbagai kemajuan teknologi dan dinamika politik, ekonomi dan budaya<br />

memberikan dampak negatif kepada kehidupan masyarakat. Persoalan<br />

keumatan dapat dikelompokkan dalam tiga hal :<br />

Pertama, krisis identitas, Kedua, krisis solidaritas, Ketiga, krisis<br />

moralitas. Ketiga hal ini tampak jelas pada sikap pemuda generasi penerus<br />

bangsa. Kegemaran meniru budaya asing seperti Korian Staly, Boy band<br />

ala Jepang dll. menunjukkan betapa jauhnya kawula muda kehilangan<br />

identitas. Fakta menunjukkan krisis solidaritas, ketika krisis melanda<br />

bangsa ini, ada sebuah pemandangan yang sangat bertolak belakang, di<br />

mana kemiskinan dan kemegahan saling berhadapan dengan jelas. Ada<br />

yang miskin dengan segudang rona derita di wajahnya, sementara di<br />

hadapannya sosok yang penuh dengan kemegahan. Yang miskin semakin<br />

terpuruk dalam kemiskinannya, sementara yang kaya semakin kokoh<br />

menunjukkan keangkuhanya. Pergaulan bebas, selingkuh pasangan<br />

suami isteri, merebaknya prostisusi dan sikap pragmatis tanpa rasa malu<br />

walaupun melanggar norma agama atau budaya adalah krisis moralitas.<br />

10 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Akankah ada solusi terhadap segala persoalan ini?.<br />

C. Makna Dakwah<br />

Dakwah secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan<br />

menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada<br />

Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syari`at dan akhlak Islam. Kata<br />

“dakwah” adalah masdar dari kata kerja da`a yad`u yang berarti panggilan,<br />

seruan atau ajakan.<br />

Orang yang menyampaikan dakwah disebut “da`i” sedangkan<br />

yang menjadi obyek dakwah disebut “mad`u”. Da`i haruslah memahami<br />

ilmu dakwah dengan baik, agar mad`u (audiens) dapat memahami dan<br />

mengikuti ajaran yang disampaikannya.<br />

Kata dakwah selalu disandingkan dengan Islam sehingga menjadi<br />

ad-Da`wah al-Islamyah yang memiliki maksud bahwa setiap muslim<br />

berkewajiban untuk berdakwah. Tetapi dia terlebih dahulu memahami<br />

aspek hukum dan tata cara yang berkaitan dengan dakwah yang disebut<br />

Ilmu dakwah, sehungga para da`i bukan saja paham tentang kebenaran<br />

Islam akan tetapi mereka juga didukung oleh kemampuan yang baik<br />

dalam menyampaikan Risalah Islam.<br />

Metode dakwah selalu mengalami perubahan dari masa ke<br />

masa. Hal ini dipengaruhi arus perubahan sosial kemasyarakatan yang<br />

juga menuntut terbentuknya formulasi baru dalam metode dakwah.<br />

Meningkatnya mobilitas masyarakat saat ini misalnya, tak lagi bisa<br />

dijangkau dengan dakwah dengan tatap muka. Masyarakat yang tingkat<br />

mobilitasnya tinggi lebih memilih dakwah yang mudah diakses tanpa<br />

mengganggu aktivitas kerjanya. Oleh karena itu metode dakwah yang<br />

banyak dianut oleh masyarakat terbagi tiga metode, yaitu dakwah bil<br />

lisan, bil kitabah dan bil hal.<br />

Berdakwah jika dilihat dari kemampuan da`i terdiri atas dua macam.<br />

Pertama, dakwah bersifat individu (fardiyah), yaitu seorang muslim<br />

melakukan dakwah seorang diri berdasarkan kekuatan, kemampuan dan<br />

ilmunya.<br />

Kedua, dakwah bersifat kelompok (jama`iyyah).<br />

Firman Allah SWT :<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 11


“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada<br />

kebajikan, menyeru kepada yang ma`ruf dan mencegah dari dari yang<br />

munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS.Ali Imran 3:104)<br />

<br />

Dari dua kelompok tadi basis da`i, bisa perorangan, bisa juga<br />

berbasis pada organisasi-organisasi Islam, Pondok Pesantren, Lembagalembaga<br />

dakwah, perguruan Tinggi Islam, yayasan dan lain sebagainya. <br />

<br />

<br />

Di antara akhlak atau sifat-sifat terpenting yang harus dimiliki<br />

seorang da`i adalah jujur, ikhlas, sabar, arif, lembut, kasih sayang, pemaaf,<br />

rendah hati, kemauan yang kuat, disiplin terhadap waktu, konsisten dengan<br />

Islam, perbuatannya sesuai dengan ucapannya, zuhud, wara`, istiqamah,<br />

peka, moderat, merasakan kehadiran Allah SWT, berpegang teguh pada-<br />

Nya dan dalam berdakwah selalu memulai dengan yang dianggap paling<br />

<br />

penting. Alhasil dia berdakwah sebagaimana Rasulullah SAW berdakwah.<br />

Sufyan Ats-Tsauri berkata, “(seorang da`i) tidak mungkin dapat<br />

melakukan amar ma`ruf nahi munkar kecuali mempunyai tiga sifat, yakni<br />

: lembut dalam memerintah dan melarang, adil dalam memerintah dan<br />

melarang serta mengetahui sesuatu yang diperintah dan dilarangnya.”<br />

<br />

Menurut Imam Muhammad Al-Maqdasi, “Sebagian Salaf<br />

berpendapat bahwa (seseorang) tidak dapat melakukan amar ma`ruf nahi<br />

mingkar kecuali dengan cara lembut, sabar dan arif.”<br />

Dalam hal yang sama, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkomentar,<br />

ada tiga sifat yang sangat diperlukan (seorang da`i) : Pertama, berilmu<br />

(mengetahui) sebelum memerintah dan melarang; Kedua, lembut; dan<br />

ketiga, sabar. Ketiga sifat itu saling melangkapi.”<br />

Adapun menurut Ibnu Qayyim, “ada empat cara menyingkirkan<br />

kemungkaaran. Pertama, menghilangkan kemungkaran dan menggantikannya<br />

dengan lawannya (ma`ruf). Kedua, menguranginya, ketiga, menggantikannya<br />

dengan yang lebih buruk. Dua cara pertama disyari`atkan Islam, yang ketiga<br />

perlu ijtihad, sedangkan yang keempat dilarang.”<br />

1<br />

12 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


D. Ajaran Tauhid kunci sukses dakwah Rasulullah SAW<br />

<br />

Sejarah zaman jahiliyah sebelum lahir Rasulullah SAW dan masa<br />

Bi`tsah beliau, meceritakan problematika yang memiliki kemiripan dengan<br />

persoalan yang sedang melanda bangsa kita. Sejarah juga menyebutkan<br />

keberhasilan dan sukses dakwah Rasulullah SAW dalam mengatasi segala<br />

persoalan dalam waktu singkat dalam perhitungan sejarah yaitu 23 (dua<br />

puluh tiga) tahun. Setidaknya terdapat tiga misi yang terkandung dalam<br />

Ajaran Islam yang diajarkan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah<br />

<br />

SWT.<br />

Pertama, meluruskan penyimpangan aqidah dan memperkokoh<br />

keyakinan pada Janji-janji Allah SWT. Bangsa Arab pada waktu itu<br />

mengetahui ajaran Tauhid dan mengakuinya. Hal ini disebut Allah SWT<br />

dalam FirmanNya :<br />

<br />

<br />

Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang<br />

menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?”<br />

tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Maka betapakah mereka (dapat)<br />

dipalingkan (dari jalan yang benar).QS.Al`Ankabut 29:61<br />

Namun ajaran Tauhid tidak murni dan disusupi berbagai syirik. <br />

Terbukti dengan penyembahan barhala yang mereka lakukan sebagai<br />

sebuah ibadah. Mereka menjadikan para berhala itu sebagai tuhan yang<br />

<br />

patut<br />

<br />

disembah.<br />

<br />

Hal<br />

<br />

ini jelas<br />

<br />

bertentangan<br />

<br />

dengan<br />

<br />

ajaran<br />

<br />

tauhid.<br />

<br />

Perbuatan syirik berdampak rusaknya tatanan sosial kemasyarkatan.<br />

mereka bukan saja menyimpangkan keesaan Allah SWT, melaikan juga<br />

menyimpangkan hukum-hukum Allah yang telah disampaikan oleh para<br />

Nabi terdahulu. Pada akhirnya, hukum Tuhan diganti dengan hukum<br />

manusia. Runtuhnya tatanan sosial bangsa Arab pada saat itu sebagian<br />

besar disebabkan oleh penyimpangan akidah dari ajaran tauhid.<br />

Islam datang mengajak kembaki ke jalan yang benar sebagaimana<br />

digariskan dalam ajaran para nabi terdahulu. Ajaran tauhid menjadi fokus<br />

utama dakwah Nabi SAW selama 13 (tiga belas) tahun di fase dakwah<br />

di Mekkah yang kemudian diikuti dengan membangun kesadaran untuk<br />

kembali ke hukum Allah sabagai satu-satunya hukum pada fase dakwah<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 13<br />

1


di Madinah.<br />

Kedua, menyempurnakan moralitas anak manusia. Langkah<br />

pertama yang dilakukan Nabi SAW ketika datang perintah Hijrah adalah<br />

<br />

mempererat persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Ansar sebagai<br />

pondasi <br />

terbentuknya moralitas dan tatanan soasial kemasyarakatan<br />

<br />

yang berkeadilan, damai dan sejahtera. Moralitas adalah prasyarat bagi<br />

terbangunnya kehidupan yang lebih baik dan kepatuhan terhadap hukum<br />

Allah SWT. Terbukti ketika ayat pelarangan menum miras sebagaiman<br />

Firman Allah SWT :<br />

<br />

<br />

<br />

90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,<br />

berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,<br />

adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatanperbuatan<br />

itu agar kamu mendapat keberuntungan.<br />

91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan<br />

permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)<br />

khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat<br />

Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan<br />

pekerjaan itu).Qs.Al-Maidah 5:90-91<br />

1<br />

Diriwayatkan, sabab nuzul ayat ini bahwa miras bagi bangsa Arab<br />

pada masa itu seperti minuman rakyat, mustahil dilarang, namun ketika<br />

ayat ini turun sitiuasinya berbeda sabagaimana diriwayatka Anas bin<br />

Malik ra:<br />

Abu Sulaim (suami Ibu Anas) dan sahabatnya sedang minum ketika<br />

berita turan Ayat larangan minum khamar turun, dia dan sahabtnya<br />

segera menumpahkannya dan meminta agar kendi-kendi yang berisikan<br />

khamar untuk dipecahkan. Pada hari itu jalan-jalan Madinah menjadi<br />

14 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


sungai mengalir kerena banyaknya khamar yang ditumpahkan.<br />

Umil Mu`minin `Aisyah mengomentari peristiwa ini dengan kata:<br />

“Ketaatan ini ksrena Iman mereka telah kokoh setelah digodok Nabi<br />

SAW selama 13 tahun, jika ayat itu turun ketika kaum Muslim masih di<br />

Mekkah, maka tidak akan ditaati.”<br />

Ketiga, menegakkan Hak Asasi Manusia. Nilai-nilai humanisme<br />

menjadi ciri khas dakwah Nabi SAW. Persamaan hak, persaudaraan, dan<br />

perdamaian terus digulirkan di tengah-tengah masyarakat hingga puncak<br />

penegasan pada Hari kesempurnaa Ajaran Agama Islam dideklarasikan<br />

pada khutbah Wada` di Arafah di hadapan seluruh kaum Muslim dan<br />

nabi SAW berpesan untuk disebarkan Ajaran Hak Asasi Manusia dengan<br />

sabdanya: “ hendaklah yang hadir di antara kalian memberitahukan<br />

kepada yang tidak hadir, hendaklah kalian menyampaikan ajaran Islam<br />

ini walaupun satu ayat.” HR. Muslim.<br />

E. Orgensi Dakwah Tauhid<br />

Nilai-nilai keislaman dapat dibagi dalam dua aspek: hubungan<br />

vertikal berupa monoteisme (ketauhidan) dan hubungan horisontal berupa<br />

kesalehan sosial. Secara vertikal, Islam menganut paham tauhid, di mana<br />

Allah SWT sebagai pusatnya. Aqidah harus lurus dan shalih, jauh dari<br />

penyimpangan dan kesesatan, seperti aqidah para sahabat salafus shalih.<br />

Begitu pun dengan warna pemikiran (fikrah) pun akan mencerminkan<br />

wawasan dan cara pandang Islami, selalu merujuk kepada nilai-nilai<br />

Islam. Allah SWT Esa, Dia tempat meminta segala sesuatu, tidak beranak<br />

dan tidak dilahirkan. Tidak ada yang berhak disembah dan taati dengan<br />

buta keculi Dia. Inilah konsep tauhid.<br />

Tauhid tidak berdiri sendiri. Ia harus dijabarkan dalam berbagai<br />

aspek sosial. Dalam ajaran tauhid tanpak ajaran luhur beropa penghormatan<br />

atas hakhak orang lain, saling menyayangi, Menepati janji, kejujuran yang<br />

tulus tanpa ada pamrih dan nilai-nilai luhur lainnya. Dengan demikian,<br />

dimensi horisontal Islam tercermin dalam hubungan yang baik antara<br />

manusia dengan makhluk lainnya, sehingga tercipta tata kehidupan yang<br />

harmonis antara makhluk dunia.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 15


Persoalan keumatan pada masa kini tidak bisa diatasi kecuali<br />

para da`i melakukan reformulasi konsep dakwah dengan memfokuskan<br />

pengokuhan Tauhid sebagai langkah awal. Langkah kedua yang harus<br />

dilakukan para da`i menghindari terperangkap dalam permasalahan<br />

khilafiyah dalam Fikih dan kefanatikan terhadap mazhab atau golongan,<br />

dan ketiga memulai dengan hal yang terlebih penting sebagaimana yang<br />

akan kita jabarkan.<br />

F. Penjabaran Dakwah Tauhid<br />

Dakwah tauhid dengan memberikan pemahaman yang mendalam<br />

dan aplikatif kepada umat tentang Asmaul Husna, sifat Allah yang<br />

Agung dan memfukoskan kepada Ibadah Qalbiyah seperti Taqwa,<br />

Tawakkal, Raghbah dan Rahba dan lain-lain. melalui ceramah agama<br />

yang dipersiapkan dengan tekun, terarah dan mudah dipahami. Selain<br />

penyampaian dengan metode ceramah atau orasi.<br />

Dakwah tauhid juga dilakukan dengan cara praktik untuk<br />

meningkatan kualitas ibadah baik dalam sisi bacaan, gerakan dan<br />

penghayatan khususnya shalat dan baca al-Qur`an melalui Pesantren<br />

kilat yang intesif, terjadwal dan sesuaikan dengan golongan usia tidak<br />

pada anak-anak tapi dewasa pun terlayani dengan penekanan prinsip Al-<br />

Ihsan: bahwa menyembah Allah SWT seakan hamba melihat-Nya, jika<br />

tidak dapat hendak merasakan kehadiran Allah SWT yang sedang melihat<br />

hamba.<br />

Dakwah Tauhid selain dengan metode dakwah bil-lisan dilakukan<br />

dakwah bil-hal sebagaiman keinginan Majelis Ulama Indonesia yang<br />

dicanangkan pada tahun1985. Dakwah bil-hal ini dilakukan melalui<br />

Tarbiyah Tazkitun Nafs yang diselenggarakan dengan kegiatan I`tikaf<br />

dan Rihlah<br />

Dakwah Tauhid dengan penalaran dan peningkatan kesadaran akan<br />

adanya Allah SWT dan pertolongan-Nya di saat kesedihan, kegalawan<br />

dan kekecewaan atau guncangan jiwa melaui pemaparan pengalaman<br />

dan diskusi ekslusif bagi mahasiswa. Usaha dakwah ini harus dilakukan<br />

dengan tekun, telaten dan kesabaran yang panjang sebagaiman Nabi<br />

SAW lakukan. Bisa kita programkan dalam jangka waktu yang panjang<br />

16 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


lima, sepuluh dan lima belas tahun dan keinginan dan cita-cita luhur<br />

harus tertulis dalam bentuk buku-buku dakwah Tauhid yang dicetak dan<br />

disebarkan secara luas. Tidak lupa menggunakan teknologi masa kini<br />

seperti blog, web, face book dan twiter di internet.<br />

Dakwah ini memerlukan banyak dana, sumbangan dari berbagai<br />

pihak agar dakwah ini mandiri. Perlu dibentuk Koperasi Syariah agar<br />

masyarakat merasakan kesejahteraan ketika menjalankan ajaran tauhid.<br />

Juga perlu bimbingan pengelolaan keuangan untuk mendapatkan<br />

kesejahteraan dunia dan akhirat.<br />

Untuk menata ulang kehidupan sosial kemasyarakatan yang islami,<br />

pemberdayaan Zakat untuk fakir miskin suatu hal yang lazim dilakukan<br />

agar tidak terjadi kesenjangan sosial. Umat Islam memerlukan Dana<br />

Umum Abadi untuk menghadapi bencana alam, kebakaran dan banjir<br />

dengan dana wakaf tunai atau harta dan disebarkan secara merata demi<br />

keutuhan umat.<br />

Dakwah dengan konsep tauhid bersifat permanen, selama di<br />

bumi ada yang mengucapkan Allah, maka tidak akan terjadi Kiamat<br />

sebagaimana ramalan Nabi SAW : “Tidak berdiri Sa`ah (kiamat) hingga<br />

tidak ada lagi orang yang mengucapkan Allah, Allah.”. Oleh karena itu<br />

pengkaderan para da`i yang memahami konsep dakwah Tauhid ini harus<br />

diselenggarakan demi kelestarian hidup manusia.<br />

G. Penutup<br />

Makalah ini dapat disimpukan dengan simpulan berikut ini:<br />

1. Persoalan Umat Islam di Indonesia dapat dikelompokkan dalam tiga<br />

hal, krisis identitas, krisis solidaritas, dan krisis moralitas.<br />

2. Pemahaman para Da`i terhadap makna Dakwah Islamiyah akan<br />

memudahkan mencapai keberhasilan yang diridhai Allah SWT.<br />

3. Ajaran Tauhid kunci sukses dakwah Rasulullah SAW.<br />

4. Orgensi Dakwah dengan konsep Tauhid.<br />

5. Dakwah dengan konsep Tauhid akan memberi tatanan sosial yang<br />

seimbang antara ubudiyah kepada Allah SWT dan hubungan harmonis<br />

sesama manusia<br />

6. Jabaran Dakwah Tauhid yang dilaksanakan di masyarakat akan<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 17


menjawab kejenuhan terhadap persoalan Umat.<br />

Demikian makalah dibuat, apa yang ada di dalam dari kebenara<br />

hanya dari Allah SWT dan ada kesalahan dan kehilafan adalah dari diri<br />

penulis dan syaitan. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan menjaga<br />

kita dalam setiap langkah dalam dakwah ini dan semoga kita mendapatkan<br />

segala rahmat dan ridha-Nya.<br />

Daftar Pustaka<br />

Al-Qur`an Al-Karim<br />

Kementerian Agama Republik Indonesia, Terjemah Tafsir Qur`an Bahasa<br />

Indonesia.<br />

Muslim, Abul Hasan Muslim An-Naisaburi, Al-Jami` As-Sahih bi Syarh an-<br />

Nawawi, Dar ar-Rayan Liturats, cetakan 1 tahun 1987.<br />

Akram Dhiaya Al-`Omari, Sirah an-Nabawiyah as-Shahihah, Maktabah al-<br />

Ulum wal Hikam, Madinah cetakan 5 tahun1993<br />

Muhammad Ahmad al-`Adawi, Da`watur Rusul ila Allah Ta`ala, Dar al<br />

Ma`rifah, Bairut cetakan tahun 1993.<br />

Nandi Naksabandi, Reformulasi Paradigma Dakwah, Kumpulan Makalah<br />

Pengjian Masyarakat Intelektual tahun 2011, <strong>Kemenag</strong> RI 2011.<br />

18 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Islam dan Konsep HAM<br />

Oleh<br />

Ahmad Barjie B<br />

Indonesia sejak 1993 memiliki Komisi Nasional Hak Asasi Manusia<br />

(Komnas HAM), dibentuk berdasarkan Keppres Nomor 50 tanggal 7 Juni<br />

1993. Pembentukan lembaga ini bertujuan mengembangkan kondisi yang<br />

kondusif bagi pelaksanaan HAM, yang sesuai dengan Pancasila dan UUD<br />

1945 serta meningkatkan perlindungan HAM, guna mendukung terwujudnya<br />

tujuan pembangunan nasional.<br />

Walaupun banyak pihak meragukan efektivitas lembaga ini dalam<br />

penegakan HAM secara adil dan proporsional, karena sifatnya hanya<br />

menampung dan merekomendasi pelanggaran HAM untuk ditindaklanjuti<br />

instansi terkait, namun kehadiran lembaga ini tetap dapat diindikasi untuk<br />

melindungi dan meningkatkan HAM.<br />

Ini terlihat dari banyaknya harapan masyarakat yang digantungkan<br />

sejak lembaga ini berdiri. Menurut Ketua Komnas HAM Ali Said, sebelum<br />

digantikan Munawir Syadzali (keduanya sudah almarhum), pada semester<br />

pertama berdiri Komnas HAM sudah 248 kasus pelanggaran HAM yang<br />

ditangani, terdiri 71 kasus tanah, 63 kasus perburuhan, 16 kasus perumahan,<br />

6 kasus agama, 46 kasus perbuatan tak terpuji oknum aparat pemerintah, dan<br />

46 kasus-kasus lain.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 19


Kini, setelah sekitar 20 tahun berjalan, tentu jumlah kasus itu semakin<br />

menumpuk di pundak Komnas HAM. Justru itu, jika Komnas HAM mampu<br />

menangani dengan baik, tentu merupakan sebuah pengabdian yang tak ternilai<br />

harganya.<br />

Potret Indonesia<br />

Di mata Barat, khususnya Amerika, Indonesia belum dipandang sebagai<br />

negara yang menggembirakan kondisi HAM-nya. Ini misalnya terlihat dari<br />

laporan International Herald Tribune (1997) yang memuat Clinton’s List, di<br />

mana Indonesia belum termasuk negara yang demokratis, karena masih banyak<br />

terjadi pelanggaran HAM. Sama dengan Malaysia, Vietnam, Myanmar, Laos<br />

dan Brunei Darussalam. Hal yang sama dikemukakan oleh Freedom House<br />

dalam laporan akhir tahun 1996.<br />

Pemerintah Indonesia agaknya acuh tak acuh terhadap tudingan trsebut.<br />

Bahkan DPR-RI balik menuding AS karena di negara yang menyebut dirinya<br />

demokratis itu pun kondisi HAM masih coret-moret. Indonesia justru peduli<br />

terhadap HAM, buktinya ada Komnas HAM dan sejumlah LSM yang peduli<br />

pada HAM.<br />

Sikap acuh tak acuh ini dapat dimaklumi, sebab pemerintah meyakini<br />

bahwa HAM versi Indonesia tidak sama persis dengan HAM versi barat, dan<br />

tudingan barat sol HAM Indonesia dianggap mencampuri urusan dalam negeri<br />

Indonesia yang dapat mengganggu hubungan bilateral.<br />

Sebenarnmya dalam soal penegakan HAM, kurang bijaksana jika terjadi<br />

saling tuding dan membela diri. Begitu juga tidak selalu tepat mempersoalkan<br />

perbedaan versi HAM, sebab banyak dari aspek HAM bernilai universal yang<br />

tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.<br />

Sikap mendasar dan lebih menyelesaikan masalah adalah konsisten kita<br />

dalam melindungi dan menegakkan HAM. Bagi Indonesia, melaksanakan<br />

HAM bukan untuk memenuhi tuntutan barat, tapi karena tuntutan nilai luhur<br />

yang hidup di Indonesia, yang lahir dari norma agama dan falsafah Pancasila.<br />

20 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


HAM Islam<br />

Ajaran Islam banyak memuat tuntutan penegakan dan perlindungan<br />

HAM. Ini berarti, setiap muslim khsusnya dituntut ikut menegakkan dan<br />

melindungi HAM, dalam arti berusaha maksimal untuk mengormati hak-hak<br />

manusia dan menjauhi pelanggarannya, apapun bentuknya.<br />

Syekh Sayyid Sabiq dalam Fiqhus Sunnah (1403 H, 3: 17-21)<br />

menyebutkan berbagai hak manusia yang wajib dihormati, yaitu:<br />

1. Hak hidup, maksudnya setiap individu berhak menjaga dirinya dan<br />

eksistensinya. Orang lain tak boleh mengganggu, kecuali jika orang<br />

itu membunuh dan berbuat kerusakan (al-Maidah: 31). Itu sebabnya<br />

pelanggaran HAM yang berkaitan dengan jiwa manusia, baik dalam<br />

bentuk membunuh, menganiaya, melukai dan sejenisnya, amat berat<br />

dalam pandangan Allah dan merupakan dosa pertama yang diperhitungkan<br />

di akhirat kelak.<br />

2. Hak merdeka, maksudnya semua manusia dilahirkan dalam keadaan<br />

bebas merdeka, bebas beragama dan beribadat (al-Baqarah: 256, Yunus:<br />

99). Manusia bebas pula dalam bekerja dan memilih profesi, juga dalam<br />

berkreasi dan berpikir. Dalam konteks kebebasan berpikir ini, Islam<br />

menekankan kepada kebenaran. Semua masalah bisa didiskusikan<br />

secara baik, guna mencapai kebenaran (an-Nahl: 125). Bakar Musa<br />

dalam Hurriyatul Insaan fil-Islam (Kebebasan Manusia dalam Islam),<br />

menekankan Islam melarang taklid dan indoktrinasi, yang dapat<br />

mematikan kebebasan akal dan nalar yang sehat.<br />

3. Hak tempat tinggal, maksudnya manusia bebas bertempat tinggal di<br />

mana saja yang ia kehendaki, sesuai aturan yang berlaku. Ia pun tidak<br />

terhalang untuk bepergian ke mana saja di permukaan bumi. Tindakan<br />

mengisolasi dan mencekal manusia terlarang dilakukan, kecuali kalau<br />

yang bersangkutan merampas hak orang lain, melanggar hukum dan<br />

undang-undang.<br />

4. Hak belajar dan berpendapat, maksudnya setiap individu berhak<br />

memperoleh pendidikan dan pengajaran, sehingga akalnya terang dan<br />

kualitas hidupnya meningkat. Dari sini Islam pun memberi kebebasan<br />

berpendapat dan berargumentasi. Pendapat dan pemikiran manusia<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 21


tak boleh dikungkung, kecuali kalau sesat dan menyesatkan. Islam<br />

menekankan keberanian dalam menyatakan kebenaran, walaupun<br />

pahit. Islam juga melarang orang menyembunyikan kebenaran yang<br />

diketahuinya (al-Baqarah: 159, 160).<br />

5. Hak mendapatkan perlindungan, maksudnya orang lapar wajib diberi<br />

makan, orang telanjang wajib diberi pakaian, orang sakit wajib diobati,<br />

dan orang takut wajib dilindungi, sehingga kelangsungan hidup dan<br />

keamanannya terjamin. Kewajiban ini dibebankan kepada orang terdekat<br />

(keluarga), kemudian masyarakat dan negara. Semua hak asasi manusia<br />

tersebut berlaku universal, dalam arti tidak terbatas kepada suku, agama,<br />

ras dan golongan tertentu. Allah memberi kemuliaan kepada manusia<br />

untuk memperoleh hak-hak tersebut, tanpa membedakan apakah manusia<br />

itu beriman kepadaNya atau tidak. Artinya sewaktu hidup di dunia semua<br />

hak itu berlaku sama. Hanya di akhirat kelak ada perbedaan derajat<br />

manusia, menurut keimanan dan ketakwaannya.<br />

Perlu Keseimbangan<br />

Hak-hak tersebut di atas berjalan seimbang dengan kewajiban.<br />

Sebelum manusia menuntut hak, ia harus melaksanakan kewajiban, ia harus<br />

melaksanakan kewajiban. Ketika manusia ingin hidup, saat itu pula ia wajib<br />

memelihara kehidupan. Ketika manusia ingin merdeka, saat itu pula ia harus<br />

membuat orang lain merdeka.<br />

Jika kita cermati pasal-pasal UUD 1945 termasuk hasil amandemen,<br />

terlihat banyak sekali berisi hak-hak manusia. Ini berarti ketika Republik<br />

Indonesia lahir, soal hak asasi sudah sangat ditekankan untuk diperjuangkan<br />

pascamerdeka. Ini dapat dimaklumi, karena selama 350 tahun HAM bangsa<br />

indonesia telah diinjak-injak oleh penjajah. Adalah wajar jika bangsa ini<br />

menginginkan HAMnya dilindungi dan dihormati secara layak oleh negara.<br />

Apabila dibandingkan antara HAM Islam, maka tampak pula HAM<br />

yang ingin ditegakkan di Indonesia sangat relevan. Ini tak mengherankan,<br />

karena founding fathers negara kita juga terdiri dari orang-orang yang taat<br />

beragama, dan tak ingin memisahkan antara agama dengan negara.<br />

22 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Lebih jauh, jika dibandingkan dengan HAM barat pun masih banyak<br />

kesamaannya. Hanya saja HAM barat lebih menekankan kepada kebebasan<br />

individu dan liberalisme, di mana hampir semua hak individu bebas<br />

diekspresikan, bahklan pada beberapa negara diberi kebebasan untuk menghina<br />

para Nabi atas nama kebebasan berkreasi, diberi kebebasan pergaulan dengan<br />

lawan jenis, bahkan kawin sejenis, dll. Jika HAM versi barat diterapkan di<br />

negeri ini, tentu dapat berbenturan dengan nilai-nilai khas yang berlaku di<br />

Indonesia.<br />

Karena itu, kita mengerti jika pemerintah tetap menginginkan agar<br />

penegakan HAM disesuaikan dengan iklim Indonesia. Konsepsi HAM<br />

Indonesia merupakan penjabaran dari sila-sila Pancasila, dan keseimbangan<br />

serta keselarasan antara hak-hak perorangan dan memasyarakat, antara hak<br />

dan kewajiban yang merupakan khas HAM Indonesia.HAM memang berlaku<br />

universal, namun penerapannya harus memperhatikan berbagai hal, termasuk<br />

perbedaan sistem nilai.<br />

Mengingat secara objektif memang ada nuansa perbedaan versi HAM,<br />

minimal dalam cara pandang, maka yang penting adalah penerapannya yang<br />

harus makin ditingkatkan. Bagi bangsa indonesia, landasan yuridis formal<br />

HAM sudah lebih dari cukup, sebab ada Pancasila, UUD 1945, GBHN dan<br />

sejumlah peraturan perundang-undangan. Bahkan ada ajaran Islam yang<br />

diyakini dan hidup di hati warganegara.<br />

Begitu juga secara kelembagaan sudah memadai karena ada DPR,<br />

Komnas HAM, LBH, lembaga-lembaga peradilan, kepolisian dan lainnya,<br />

yang pada intinya bertugas menegakkan hukum dan melindungi HAM.<br />

Hanya saja yang masih parah, adalah pelaksanaan di lapangan. Berbagai<br />

kelemahan masih ditemui, baik berkaitan dengan faktor manusia ataupun<br />

sistem dan aturan lainnya. Tak mengherankan kalau masalah HAM masih<br />

dipersoalkan, bahkan semakin nyaring disuarakan.<br />

Meskipun demikian, kita tetap berharap lembaga-lembaga tersebut<br />

berfungsi dengan baik. Janganlah kita terlalu menuding dan meragukan<br />

efektivitasnya tanpa membantu penyelesaiannya. Kita harus sumbangkan<br />

dukungan dan spirit, agar komitmen penegakan HAM makin meningkat dari<br />

hari ke hari.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 23


Kita mestinya ingat bahwa undang-undang dibuat karena ada<br />

pelanggaran, dan kekuatan serta kekuasaan yang dimiliki manusia atau<br />

kelompok cenderung memangsa yang lemah, the power tends to corrupt.<br />

Itu artinya tugas-tugas yang berkaitan dengan HAM memang semakin<br />

berat. Untuk itu, adalah tugas masyarakat dan pemerintah yang membantu<br />

lembaga-lembaga yang ada agar sukses dalam menjalankan fungsinya. Bagi<br />

masyarakat memberi data dan masukan, dan bagi pemerintah menindaklanjuti<br />

semua rekomendasi pelanggaran HAM. Sebab, jika tak ditindaklanjuti maka<br />

tak ada gunanya, hanya basa basi dan membuang uang saja.<br />

Alangkah baiknya jika Komnas HAM memiliki kekuatan memaksa,<br />

agar setiap pelanggaran HAM dapat dituntaskan. Aparat kepolisian dan siapa<br />

saja yang memiliki kekuatan hendaknya berhati-hati dalam menciptakan<br />

keamanan dan mengatasi gangguan keamanan, jangan sampai melanggar<br />

HAM. Komnas HAM hendaknya konsisten dalam penyelesaian hingga tuntas.<br />

Dengan begitu, tak ada lagi kasus-kasus HAM yang kabur seperti sekarang.<br />

Peran Juru dakwah<br />

Menegakkan HAM bukan hanya tugas pemerintah, kepolisian, aktivis<br />

dan sebagainya. para ulama, juru dakwah, penyuluh agama dan sebagainya<br />

yang dituntut mengambil peran sesuai dengan bidangnya. bidang tersebut<br />

tentu dalam hal penghayatan dan pengamalan ajaran Islam.<br />

Ada beberapa peran yang dapat dilakukan. Pertama, membangun<br />

kebebasan berpikir dan berpendapat. Maksudnya, manusia dalam beragama<br />

hendaknya diarahkan untuk berpikir bebas, jangan terkungkung dalam<br />

fanatisme mazhab secara berlebihan sehingga cenderung menyalahkan<br />

golongan dan pendapat orang dan kelompok lain. Ulama dan juru dakwah<br />

hendaknya proaktif mendorong sikap terbuka, toleran dan menghargai<br />

keberbedaan. Penyerangan dan pengusiran penganut aliran lain secara fisik<br />

seperti Syiah hendaknya tidak terulang. Perbedaan hendaknya dicairkan<br />

melalui dialog dan debat yang sehat.<br />

Para juru dakwah ini hendaknya proaktif berdakwah sehingga masyarakat<br />

memiliki pengetahuan agama yang memadai. semakin banyak tahu, maka<br />

24 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


masyarakat akan semakin dewasa dalam, beragama. sebaliknya, semakin<br />

sempit dan dangkal pengetahuan agama, maka akan mudah menyelahkan<br />

orang lain. Orang yang sedikit ilmunya akan banyak menyalahkan orang.<br />

Sudah waktunya para ulama dan juru dakwah membangun kesamaan persepsi<br />

dalam beragama dengan tidak mempersoalkan masalah-masalah khilafiyah<br />

yang dapat memicu perpecahan.<br />

Kedua, juru dakwah hendaknya mengedepankan dakwah pembangunan.<br />

maksudnya, materi dakwah tidak sekadar berisi ceramah dan pengajian<br />

agama dalam arti sempit, tetapi mengupayakan agar Islam dapat diajkdikan<br />

sebagai solusi dari berbagai problema sosial ekonomi. Selama ini masih<br />

banyak kalangan masyarakat yang hidup miskin, terbelakang, mengalami<br />

masalah sosial, kesehatan dan sebagainya. Mereka ini perlu sekali didekati<br />

dan diberdayakan melalui dakwah bil-hal. para ulama dan juru dakwah perlu<br />

sekali membangun kesadaran pemerintah, pengusaha, kalangan mampu dan<br />

kaya agar mau berbagi dengan sesama. Kemiskinan dan kefakiran sangat<br />

berbahaya sebab dapat mengarah kepada kekafiran.<br />

Pengamat Sosial Keagamaan, Sekretaris Umum Yayasan dan Badan<br />

Pengelola Masjid At-Taqwa Banjarmasin.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 25


VIRUS GLOBAL DAN ANTISIPASINYA<br />

Oleh<br />

Drs. A. Hajaji, M.Pd.I<br />

Materi disampaikan pada kegiatan pembinaan PAH se<br />

kota Banjarmasin<br />

Keadaan kehidupan kita yang tidak menentu dan kacau balau ini sulit<br />

sekali untuk diteliti karena kita telah menjadi bahagian dari kekacaubalauan<br />

itu. Kita tenggelam di dalamnya dan bernafas di dalamnya. persepsi dan<br />

paradigma kita telah melebur dalam badai kekufuran dan kefasikan kepada<br />

Allah.<br />

Kita hanyut dalam gelombang peradaban bahkan kita terperosok masuk<br />

ke dalamnya sebagai permain. Cobalah kita perhatikan ketika banyak dari<br />

orang tua sibuk memikirkan nilai anaknya dalam pelajaran. Bila tidak bisa<br />

berbahasa inggris atau lainnya, orang tua akan sibuk mencari tempat-tempat<br />

kursus, sekalipun dari kursus itu tidak lagi memperhatikan waktu shalatnya<br />

bahkan orang tua yang mengantar juga ikut-ikutan tidak shalat Asar dan<br />

Maggrib, karena pada saat menjemput anaknya berbarengan dengan waktu<br />

shalat.<br />

Sementara jika anaknya tidak shalat atau tidak bisa membaca kitabnya<br />

Al quran orang tua tidak risau, tidak merasa bersalah alias tenang-tenang<br />

saja, masya Allah. Kejahatan dan kebaikan, kebenaran dan kesesatan dilebur<br />

26 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


menjadi satu sehingga sulit dibedakan. Kehendak Allah telah dijadikan<br />

kehendak golongan, keinginan pribadi dan kecendrungan duniawi yang<br />

terbendung semuanya disembunyikan dalam slogan-slogan kearifan,<br />

kesejahteraan, kebudayaan seni dan lain sebagainya.<br />

Agama seakan dikesampingkan, halal haram hanya dibicarakan ketika<br />

mereka berada di masjid-masjid dan di pengajian saja, tapi setelah itu, lepas<br />

kendali. Kita hidup hakikatnya adalah dalam rangka mengakbarkan Allah,<br />

Allah saja yang Maha segalanya.<br />

Budaya dan peradaban kontemporer ini telah terlalu jauh menyesatkan<br />

manusia dari ketaqwaan, meracuni pikiran manusia dengan kepentingan<br />

komoditi yang demikian kuat, sehingga manusia sendiri telah menjadi alat<br />

negosiasi dan menjadi komoditi itu sendiri. Bahkan kemudian ayat-ayat Allah<br />

telah menjadi komoditi. juga secara bersamaan, sebagai produk profesi atau<br />

bidang usaha untuk mendapatkan simbol-simbol duniawi ini.<br />

Berbagai teori tentang ketuhanan melejit ke permukaan, namun<br />

hanya sekedar teori, sekedar berbagai produk seminar dan diskusi, namun<br />

sirna penghayatan dan penerapannya. Hampir semua manusia begitu senang<br />

dengan teori- teori namun enggan terhadap penerapannya yang murni. Gaya<br />

ketakwaan menjadi trendi, Umrah dan Haji juga telah menjadi sekedar<br />

lambang-lambang dan citra, namun kosong jiwa dan roh pengabdiannya<br />

kepada Allah. Sehingga kata-kata takbir yang digemakan bersama-sama pada<br />

hari ‘Id hanya merupakan hiasan bibir semata dan getaran ritual yang hanya<br />

untuk satu hari, satu hari dalam setahun. Nauzubillahi min dzalik.<br />

Dunia berubah menjadi ranah permainan dan senda gurau belaka<br />

dengan media yang media yang dikemas seolah-olah serius dan prestisius,<br />

sehingga banyak manusia terjebak di dalamnya dan tak mampu keluar dari<br />

permainan ini. Kalau begitu sadar ataupun tidak, kita punya penyakit, penyakit<br />

batin itulah yang dinamakan virus. Virus Global, virus yang menyerang hati<br />

manusia menjadi tidak lagi manusia, virus yang menyebar cepat dan dahsyat<br />

menjadikan manusia seperti bangkai yang berjalan (zombie). Hidup namun<br />

tak memiliki hati. Virus global ini sudah hadir di hadapan kita dan bahkan bisa<br />

jadi sudah tersebar dalam aliran darah dan nafas kita. Seperti yang termuat<br />

dalam firman Allah surah al-Hadid ayat 20:<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 27


Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan<br />

dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu<br />

serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan<br />

yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu<br />

menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. <br />

dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta<br />

<br />

keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan<br />

yang menipu.<br />

<br />

Pada ayat ini Allah telah menjelaskan ada lima penyakit/virus global<br />

yang akan menyeret siapa saja di dalamnya ke dalam azab yang sangat keras<br />

pada akhirat nanti, yaitu :<br />

1. Laa'ibu (permainan).<br />

<br />

Dunia ini memang permainan belaka, maka permainan menjadi tema<br />

dunia saat ini. Baik anak-anak hingga orang tua semuanya bermain-main<br />

dan tergila-gila dengan permainan. Perhatikan tempat bermain-main di<br />

kota saat ini, sangat megah dibandingkan dengan tempat-tempat belajar<br />

mengaji, Mal-mal, tempat karaoke, taman bermain, kolam renang yang<br />

semuanya menjamur bagai jamur di musim hujan, dan membuat kita<br />

terlena dan menawan mata dan perasaan kita, siring-siring di pinggir<br />

sungai menjadi tempat bermain yang mengasyikkan, bahkan tempat<br />

remaja bercumbu mesra dan menebar maksiat. Akhirnya lupa akan hal<br />

yang sangat penting bagi dirinya, yaitu beribadah kepada Allah swt<br />

2. Lahwun (senda gurau).<br />

Zaman ini juga zaman ketidakseriusan di semua lini kehidupan. Perhatikan<br />

1<br />

bagaimana tidak seriusnya pemerintah, baik pusat dan di daerah mengatasi<br />

28 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


KKN. Korupsi, kolusi dan nepotisme yang merupakan penyakit kanker<br />

bangsa dibiarkan bebas berkembang tanpa keseriusan penanganan yang<br />

berarti. Di meja-meja sidang wakil rakyat telihat serius berdebat masalah<br />

rakyat, namun di belakang layar saling tukar menukar kepentingan dan<br />

berujung pada uang dan kekuasaan. Ketidakseriusan ini merambah juga<br />

pada diri kita dan keluarga. Jarang lagi Al-Qur’an menjadi diskusi yang<br />

serius di rumah dan menjadi pokok pembicaraan yang mendasar dan<br />

menentukan keputusan keluarga. Bahkan kita pun tidak pernah serius<br />

mempelajari Al-Qur’an sebagaimana kita serius mencari kebutuhan perut<br />

keluarga kita. Ini salah satu kita telah terjangkit Virus Global.<br />

3. Zina (perhiasan dan zina).<br />

Berhias dan perzinaan menjadi hal yang sangat mencuat akhir-akhir ini<br />

dalam kehidupan kita. Kita perhatikan bagaimana anak-anak perempuan<br />

tidak malu-malu lagi melepas jilbabnya dan digantikannya dengan celana<br />

yang serba kentat dan baju mini yang tidak menutup aurat. Mereka dengan<br />

sengaja mempertontonkan auratnya, ketat dan seksi meniru orang-orang<br />

<br />

di luar Islam, dengan sengaja menebar syahwat, ditambah lagi dengan<br />

sangat mudahnya mendapatkan video-vidio cabul, dan ini berujuang pada<br />

<br />

perzinaan massal oleh remaja-remaja, berpacaran, bergandengan tangan,<br />

bercumbu rayu di muka umum bahkan hidup bersama tanpa ikatan nikah<br />

<br />

dianggap gaya hidup modern oleh orang-orang yang terjangkit virus<br />

global ini. Tanpa disadarinya virus global itu telah menggiring<br />

<br />

jiwa<br />

<br />

mereka menjadi jiwa binatang yang tak mengenal malu bahkan lebih sesat<br />

lagi, seperti firman Allah surah al-A'raf ayat 79:<br />

• <br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)<br />

kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi<br />

<br />

tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka<br />

mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-<br />

<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 29


tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak<br />

dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai<br />

binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orangorang<br />

yang lalai.<br />

4. Tafakhurum ( berbangga-bangga dan sombong).<br />

Berbangga-bangga dan menyombongkan diri dengan kelebihan diri<br />

menjadi trend dan style saat ini. Berbangga dengan jabatan, pengetahuan<br />

dan harta menjadi soroton di media akhir-akhir ini. Dan Indonesia adalah<br />

negara yang paling banyak orang kayanya. Kita saksikan selebritis<br />

memamerkan rumahnya yang besar, kendaraan mahalnya, perhiasan<br />

emasnya yang serba wah, bahkan memamerkan calon pasangan hidupnya<br />

sambil bercumbu mesra di depan khalayak ramai, walaupun belum<br />

menikah. Ironisnya di antara selebritis tersebut juga ada dai dan ustad<br />

ternama seharusnya mengajarkan aqidah, keimanan dan ketaqwaan kepada<br />

ummat. Virus global ini tak pandang bulu dalam menyerang korbannya,<br />

bahkan orang alim dan berilmu sekalipun tak terlepas dari ancaman virus<br />

global ini.<br />

5. Takatsurun (menumpuk-numpuk harta)<br />

Menumpuk-numpuk harta, memperbanyak dan menyimpannya merupakan<br />

gaya hidup zaman ini. Kesenjangan sosial semakin dalam dan lebar, yang<br />

kaya semakin kaya dengan hartanya beranak pinak sementara yang miskin<br />

semakin miskin dan merana dengan sekeping dua keping urang recehan<br />

menghidupi keluarganya. Manusia tidak lagi mmiliki kepekaan jiwa,<br />

empati telah mati sirna, simpati kepada sesama seakan terbang ke awan.<br />

semua ini tentu disebabkan indahnya godaan dunia, virus global telah<br />

melahirkan individualisme-materialisme, sekaligus mematikan empati<br />

dan kasih sayang antara sesama.<br />

Kita menyadari sepenuh hati bahwa kehidupan yang kita jalani<br />

saat ini tidak lagi menanamkan ketaqwaan dalam hati kita. Maka janganlah<br />

terlena dengan kehidupan dunia yang menipu ini, kehidupan yang mematikan<br />

potensi qalbun atau hati kita, yang menghilangkan rasa empati kita kepada<br />

sesama manusia. Virus global yang telah mewabah dengan sangat gencar<br />

dan dahsatnya, permainan dan senda gurau, perhiasan, perzinaan, berbangga<br />

dengan memperbanyak harta adalah virus global yang telah mengalir dalam<br />

30 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


darah kita dan tidak mungkin hilang begitu saja, kalau bukan dengan rahmat<br />

Allah dan dengan ketaqwaan kepada Allah.<br />

Ketaqwaan kepada Allah tersebut dapat kita raih dengan sebuah<br />

petunjuk yang dinamakan Al Qur’an. Sedih rasanya pada saat diadakan<br />

penelitian masyarakat tentang bacaan yang diminati masyarakat kita, ternyata<br />

Al-Qur'an menempati tempat yang sungguh memilukan dan menyedihkan,<br />

yaitu pada tingkatan yang ketujuh. Bacaan-bacaan lain selain Al-Qur'an<br />

mendapatkan peringkat yang lebih baik, koran, majalah dan lain sebaginya.<br />

Bahkan kita seakan tak merasa bersalah kalau tidak bisa membaca Al-Qur'an.<br />

Padahal Alqur’an adalah hudan, petunjuk hidup kita, yang sudah pasti kita<br />

bawa mati. Kenapa kita tidak mempelajarinya mati-matian, namun bacaan<br />

yang lain yang isinya tidak jelas itulah yang mati-matian kita baca. Masya<br />

Allah.<br />

Betapa beratnya perjuangan para Nabi dan Rasul serta seluruh tabiin<br />

dan syuhada yang tak terhitung jumlahnya dalam rangka membela Alquran,<br />

dalam rangka menghadirkan Al quran sampai kepada kita. Mereka berkorban<br />

<br />

dengan<br />

<br />

harta,<br />

<br />

tenaga,<br />

<br />

bahkan<br />

<br />

nyawa<br />

<br />

dan<br />

<br />

darahpun<br />

<br />

yang<br />

<br />

mengalir<br />

<br />

dalam<br />

rangka memperjuangkan dan menghadirkan Alquran ini di tengah kita.<br />

<br />

Tapi pada saat Alquran sudah ada di tengah-tengah kita, justru kita sepelekan,<br />

tidak kita baca, tidak kita pelajari, dimakan rayap dan berdebu. Kita jarang<br />

<br />

sekali membukanya, hanya satu tahun sekali pada saat bulan Ramadhan saja.<br />

Begitukah caranya kita mencintai Allah dan Rasulullah, begitukah caranya<br />

<br />

kita mengharapkan syafaat Rasulullah, sementara ajaran dan kitab yang<br />

dibawa beliau kita perlakukan demikian ?<br />

Perjuangan Rasulullah saw, selama 23 tahun di Mekkah dan Madinah,<br />

72 kali Rasulullah turun ke medan perang memperjuangan Alquran agar<br />

sampai ke tangan kita, sampai di hadapan kita. Makanya janganlah siasiakan<br />

Alquran ini, jangan sepelekan Al quran ini, jangan hinakan Alquran<br />

ini. Kekhawatiran Rasulullah kepada ummatnya tentang hal ini tercermin dari<br />

<br />

pengaduan Rasulullah kepada Allah sebagaimana dinyatakan dalam surah al-<br />

Furqan ayat 30:<br />

• <br />

<br />

<br />

Jurnal Penyuluh<br />

<br />

Bidang<br />

<br />

Penamas<br />

<br />

<strong>Kanwil</strong><br />

<br />

<strong>Kemenag</strong><br />

<br />

Prov.<br />

<br />

Kalsel<br />

31


Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran<br />

itu sesuatu yang tidak diacuhkan".<br />

Rasulluah mengadu kepada Allah bahwa umatnya, kita termasuk di<br />

dalammnya, orang-orang yang sangat dicintainya dengan segenap jiwa dan<br />

raganya, umatnya yang ketika akan wafat disebutnya, ummati, ummati. Tetapi<br />

<br />

kenapa mengabaikan Alquran yang agung ini. Menjadikannya sebatas bacaan<br />

dan rapalan dalam upacara adat dan budaya, menjadi hadiah simbolik dalam<br />

<br />

acara pernikahan tanpa keduanya pernah membaca dan mempelajarinya<br />

setelah menikah. Alquran tidak menjadi terapan hidup yang membentuk<br />

<br />

akhlak mulia. Hal itulah yang membuat sedih Rasulullah, bahkan sebahagian<br />

umatnya yang mengaku-aku menyebut nama Rasul dalam syair-syairnya<br />

<br />

justru tidak bisa membaca dan memahami Alquran.<br />

Sebagai orang beriman mari kita ambil pelajaran, dari kita sekarang<br />

kita perbaiki segala kekeliruan Semua kita wajib bertekad untuk terus<br />

belajar dan mengkaji Alquran sebagai petunjuk hidup kita. Alquran ini adalah<br />

lambang tebusan terbesar seluruh nabi dan rasul serta semua alim ulama yang<br />

membelanya<br />

<br />

dengan<br />

<br />

harta dan<br />

<br />

jiwa<br />

<br />

dan<br />

<br />

darahnya.<br />

<br />

Dengan Alquran sajalah manusia bisa bertaqwa, dengan ketaqwaan<br />

<br />

sajalah manusia bisa selamat dari virus global yang ganas yang menggerogoti<br />

ummat hati kaum muslim saat ini. Untuk itu kita pegang dengan erat Alquran<br />

sebagai pedoman hidup kita, kita tegakkan shalat dengan istiqomah agar dapat<br />

<br />

mengantisipasi pengaruh virus global dan teruslah memberi pada sesama<br />

sebagai bentuk eksisitensi jiwa pengorbanan yang ada pada diri kita<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka<br />

dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah..Sesungguhnya orangorang<br />

yang membenci kamu Dialah yang terputus.<br />

32 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel<br />

1


Generasi Muda dan Masa Depan<br />

Aqidah bagi Pemantapan Pribadi<br />

Oleh<br />

Agus Salim<br />

Ketua Remaja Mesjid Agung Miftahul Ihsan<br />

Tema generasi muda akhir akhir ini sering dibicarakan banyak hal hal<br />

yang berkaitan dengan generasi muda itu diangkat ke permukaan. Dalam hal<br />

ini apakah dalam konteks kehidupan sosial, ekonomi, budaya,politik ataukah<br />

dalam kaitannya dalam kehidupanberagama. Memang generasi muda selaku<br />

mahluk manusia adlah serba dimwnsi,peran dan fungsinya tidak Cuma<br />

sekedar menentukan saja, akan tetapi justru dapat menjadi pemicu dan pemacu<br />

kemajuan atau sebaliknya. Atas dasar itulah maka cukup beralasan sekali<br />

manakala hal hal yang bertalian dengan generasi muda itu selalu aktual untuk<br />

dibicarakan. Namun harus diingat yang namanya generasi muda itu punya<br />

cakupan pengertian yang luas sekali dan barang kali tidak sebagaimana yang<br />

sementara ini disalah-kaprahkan orang artinya dimana generasi muda hanya<br />

dipahami sebagai pemuda atau remaja saja.<br />

Dalam kesempatan ini yang menjadi fokus pembicaraan dibatasi pada<br />

satu sisi saja dari eksistensi remaja itu sendiri dan dimaksud generasi muda<br />

itu lebih dititkberatkan pada para remaja saja. Dengan demikian pembicaraan<br />

iini ingin menemukan suatu masukan sekitar fungsi dan peran mereka dalam<br />

keutuhan aqidah dalam upaya memperoleh kemantapan pribadi. Sekiranya<br />

dalam uraian diketemukan beberapa pemaparan yang agak melenceng,<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 33


maka itu hanya dimaksudkan sebagai nalarisasi untuk menjelaskan masalah.<br />

Namun demikian pula perlu digarisbawahi bahwa sajian ini sama sekali tidak<br />

bermaksud untuk menggurui melainkan hanya sebagai informasi dengan<br />

demikian apa yang kita inginkan bersama dapat terpenuhi melalui forum ini,<br />

kendatipun dalam batas yang minimal.<br />

Generasi Muda dan Masa Depan Aqidah<br />

1. Generasi Muda<br />

Apa yang dimaksud dengan generasi muda ternyata tidak hanya mereka<br />

yang disebut kawula muda saja seperti remaja tetapi jauh dari itu. Secara<br />

gamblang yang dinamakan generasi muda adlah mereka yang bukan<br />

termasuk generasi tua, pengertian ini juga bersifat relatif. Sedangkan<br />

batasan generasi tua itu sendiri adalah mereka yang sudah mencapai usia<br />

35 tahun keatas dengan demikian dari segi usia generasi muda adalah<br />

orang orang yang berumur dibawah 35 tahun termasuk didalamnya<br />

bayi,balita,remaja,pemuda, dan dewasa. Namun yang ditekankan dalam<br />

pembahasan ini dibatasi para remaja saja terutama bagi mereka yang<br />

duduk dibangku SD dan SLTP dan SLTA jadi pada dasarnya remaja itu,<br />

hanya satu bagian saja dari istilah generasi muda. Akan tetapi hal ini tidak<br />

berarti mengecilkan arti dan makna kepeloporan remaja itu sendiri sebagai<br />

salah satu potensi generasi muda. Karena remaja juga generasi muda maka<br />

remaja pun layak disebut generasi penerus artinya mereka yang punya<br />

peran tersendiri dalam kelangsungan perjuangan dan pembangunan agama,<br />

bangsa dan negara.<br />

2. Aqidah dan masa Depannya<br />

Aqidah dapat diartikan dengan sendi sendi dasar atau prinsi[p prinsip yang<br />

paling asasi dalam ajaran agama.dan dala hal ini agama yang kita maksud<br />

adalah agama islam.karena itu aqidah islam maksudnya ialah hal hal yang<br />

prinsipil sekali. Umpamanya kepada Allah SWT, kepada malaikat,Nabi dan<br />

Rasul allah, kepada Kitab Kitab Allah, pada qadha dan qadhar dan kepada<br />

hari kiamat. Sungguh pun demikian yang kita kehendaki dalamurutan ini<br />

adalah arti yang secar a umum, artinya menyangkut beberapa persoalan<br />

yang mendasar sensitif dalam ajaran agama. Dengan demikian pengertian<br />

agama yang mengacu pada sistem teologi sebagaiman ajuga yang berlaku<br />

34 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


pada sistem teologi agama agama selain islam.<br />

3. Masa Depan Aqidah<br />

Suatu aqidah masa depannya ditentukan oleh umat manusia yang<br />

menyakini akan kebenaran aqidah itu sendiri yakni beberapa jauh dari<br />

mereka mensikapi aqidah yang benar sifatnya kkonstan/ tetap ia tidak<br />

terpengaruh dengan siklus jaman yang memutatarinya, kendatipun harus<br />

dihadapkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada dua<br />

teori setidaknya yang dapat dihubungkan dengan kelangsungan atau<br />

masa depan suatu akidah yaitu teori evolusi dan teori revelasi. Menurut<br />

teori pertama perjalanan aqidah berkembang secara berproses yang<br />

dipengaruhi oleh manusia itu sendiri sehingga pada akhir prosesnya yang<br />

dimulai dari kepercayaan berangsur-angsur pindah kepada dinamisme,<br />

animisme, polytheisme hingga monotheisme. Sedangkan pada teori kedua<br />

perjalanan aqidah sudah benar sejak aawal dan kalaupun terjadi pergeseran<br />

atau pembiasaan hal ini karna hanya oleh ulah manusia namun dengan<br />

persamaan terjadinya penyelewengan tersebut selalu terlihat adanya peran<br />

para nabi dan Rasul.<br />

Dengan demikian aqidah mmonotheisme akan selalu berada pada posisi<br />

yang paling benar lebih lebih setelah masa kerasulan peran mereka<br />

diteruskan oleh para ulama. Bila dikonfirmasikan semua agama yang<br />

ada dibumin ini, maka aqidah agama agam ardhi atau wadhi siklus masa<br />

depannya memakai teori yang pertama. Sementara itu teori kedua berlaku<br />

pada agama-agama samawi seperti islam. Terlepas dari teori teori diatas<br />

masa depan aqidah islam prospeknya amat ditentukan oleh generasi muda<br />

maksudnya apakh positif negatifnya aqidah islam dimasa mendatang,<br />

tidak bisa dipisahkan dari generasi muda islamnya sendiri. Jadi tergantung<br />

kepada generasi muda yang menjadi tumpuan itu adalah generasi muda saat<br />

ini. Proyeksi aqidah islam dimasa datang tidak bisa dipisahkan kondisinya<br />

dengan masa sekarang ini ini berarti kita harus dapat mengetahui bahkan<br />

kalau perlu mengkaji tantangan apa yang aqidah islam sekarang.<br />

4. Tantangan Aqidah<br />

Kita mengetahui bersama sekarang ini tidak sedikit tantangan itu<br />

dihadapkan kepada islam baik secara langsung maupun terselubung antara<br />

lain:<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 35


a. Menghancurkan al-qur’an dan melenyapkannya musuh musuh islam<br />

menganggap al-qur’an sebagai sumber kekuatan luar biasa,karena itu<br />

untuk melumpuhkan islam,al-qur’an harusdilenyapkan. Mereka yakin<br />

selama al-qur’an masih ada umat islam tidak akan terkalahkan.<br />

b. Menghancurkan ahlak kaum muslimin. Dalam hal ini ditempuh melalui<br />

berbagai pendekatan melaui media elektronik.sekolah sekolah sekuler<br />

,pergaulan bebas dan lain lain.<br />

c. Memecah belah persatuan kaum muslimin upaya ini dilakukan dengan<br />

cara memperbesar pertentangan diantara umat islam memperbesar<br />

perbedaan paham mengotak otakan organisasi adn lain lain.<br />

d. Merusak kaum wanita dengan menyebarkan kejahatan moral.<br />

Kaum wanita dipandang strategis bagi musuh musuh islam untuk<br />

menghancurkan islam dari dalam. Karena itu mereka membuat<br />

berbagai cara untuk mempengaruhinya seperti pakaian perkawinan<br />

dan pekerjaan.<br />

e. Meragukan umat isalam dengan agamanya sendiri dengan ini<br />

musuh islam mengekspose dari kemajuan barat, pemikiran barat dan<br />

memutarbalikan fakta kebenaran ajaran agama islam seperti hutan<br />

islam yang dikatakan modifikasi dari ajaran agama yahudi dan nasrani<br />

atau undang undang romawi.<br />

Selain itu dewasa ini kita juga sering melihat kelemahan kita sendiri<br />

seperti tercengkramnya negara islam ke negara adi kuasa hilangnya<br />

hak memilih dan menentukan pemerintahan serta masih lemahnya<br />

koordinasi dalam kepemimpinan. Mengantisipasi tantangan yang<br />

sekaligus ancaman itu generasi muda tidak boleh tinggal diam kita<br />

harus bisa berbuat guna membendung arus tersebut dan semuanya<br />

berpotensi untuk hal itu jangan sampai disia siakan.<br />

Urgensi Aqidah Bagi Pemantapan pribadi<br />

Mengingat aqidah itu adalah ajaran pokok yang paling mendasar dalam<br />

ajaran agama kita maka tidak ada alternatif lain lagiyang menjadi pilihan kita<br />

untuk memantapkan pribadi. Dalam hal ini islam dengan menghayati mensikapi<br />

dan menindak lanjuti secara sadar serta kosekuen akan aqidah islam itu sendiri<br />

dalam kehidupan sehari hari untuk itu paling tidak ada lima hal yang mesti kita<br />

36 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


tradisikan dan lestarikan yaitu:<br />

1. Percaya dengan hanya menyembah allah<br />

Dengan percaya sefrta hanya menyembah kepada Allah berarti kiya akan<br />

tetap merasa memiliki dan bertanggung jawab dengan kebenaran islam.<br />

2. Berbuat baik dengan kedua orang tua<br />

Perbuatan yang baik terhadap ayah ibu dapat menjadikan kita sebagai<br />

seorang anak yang taat dan tahu diri sebagai refleksi keimanan kepada<br />

Allah.<br />

3. Jujur dan bertanggung jawab<br />

Kejujuran dan tanggung jawab adalah dua sikap terpuji yang menjadi<br />

identitas generasi muda islam sejati. Bahakan sikap ini pula yang dapat<br />

meningkatkan derajat kepada seseorang bahkan kepercayaan masyarakat<br />

kepada kita.<br />

4. Persaudaraan dan kasih sayang<br />

Melalui persaudaraan dan kasih sayang yang tulus akan mampu<br />

mneingkatkan kepedulian kita terhadap lingkungan bahkan perasaan<br />

yang peka terhadap saudara seagama. Hingga pada gilirannya akan<br />

tumbuh khuwah islamiyah dan ukhuwah insaniyah serta rasa senasip<br />

sepenanggungan.<br />

5. Bermusyawarah<br />

Bermusyawayah akan menghasilkan yang terbaik dari segala tindakan<br />

kita dengan bermusyawarah dapat dideteksi segala macam kemungkinan.<br />

Dengan demikian akan didapat sistem penyelesaian yang benar dan<br />

kompak, terutama dalam menyatukan langkah perjuangan.<br />

Penutup<br />

Demikian ala kadrnya informasi yang dapat disampaikan dengan harapan<br />

dapat menggugah hati nurani serta sikap pribadi kita semua. Dengan demikian<br />

Insya Allah kita akan dapat menyatukan antara pernyataan dan kenyataan<br />

kemudian dengan gilirannya kita dapat mejadi pelopor dan bukan sebagai<br />

pengekor. Dengan kata lain kita mampu menempatkan peran dan fungsi sebai<br />

pengendali bukan sebagai penyebab terjadinya kendala. Semoga Allah SWT<br />

senantiasa memberikan kekuatan,petunjuk dan maghrifah-NYA sehingga tugas<br />

sebagai generasi penerus dapat kita laksanakan dengan sebaik baiknya, amin.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 37


MEMPERSIAPKAN GENERASI MUDA ISLAM<br />

YANG IDEAL<br />

Oleh<br />

Syahdan, S.H.I<br />

Penyuluh Agama Islam Fungsional<br />

Kec. Liang Anggang Kota Banjarbaru<br />

Abstrak<br />

Di tengah gempuran kemajuan zaman yang kian bebas ini, ancaman terhadap<br />

generasi muda Islam sangatlah beragam, sehingga membuat generasi muda<br />

yang notabene sangat kita harapkan bisa melanjutkan kehidupan yang akan<br />

datang akan terancam, maka dari itu faktor pendidikan terutama pendidikan<br />

agama amatlah penting ditanamkan agar mereka bisa menghadapi segala<br />

ancaman tersebut sehingga tidak terjebak dan terpengaruh hal negative yang<br />

akan merusak jiwa mereka, maka dari itu tulisan ini mencoba mengangkat<br />

apa saja yang menjadi acaman atau berpotensi mengancam keberlangsungan<br />

moral generasi muda Islam saat ini dan penyebabnya baik itu dari internal<br />

maupun eksternal generasi muda itu sendiri disertai dengan data yang<br />

mendukung tulisan ini, juga akan mencari solusi untuk mengatasinya dan<br />

siapa saja yang mempunyai kewajiban untuk menyelamatkan dan untuk<br />

mempersiapkan agar generasi muda saat ini mampu melanjutkan kehidupan<br />

yang ideal dan berlandaskan Islam ini.<br />

Kata Kunci (Keywords) : Ancaman, Penyebab, Solusi, Kewajiban<br />

38 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


A. PENDAHULUAN<br />

Pengertian generasi muda erat hubungannya dengan arti generasi<br />

muda sebagai generasi penerus. Kata "Generasi muda" yang terdiri dari<br />

dua kata yang majemuk, kata yang kedua adalah sifat atau keadaan<br />

kelompok individu itu masih berusia muda dalam kelompok usia muda<br />

yang diwarisi cita-cita dan dibebani hak dan kewajiban, sejak dini telah<br />

diwarnai oleh kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan kegiatan politik.<br />

Maka dalam keadaan seperti ini generasi muda dari suatu bangsa<br />

merupakan "Young Citizen".<br />

Yang dimaksud "Generasi Muda" secara pasti tidak terdapat satu<br />

definisi yang dianggap paling tepat akan tetapi banyak pandangan yang<br />

mengartikannya tergantung dari sudut mana masyarakat melihatnya.<br />

Namun dalam rangka untuk pelaksanaan suatu program pembinaan bahwa<br />

"Generasi Muda" ialah bagian suatu generasi yang berusia 0 – 30 tahun. 1<br />

Untuk lebih dapat mengidentifikasi pengertian, ciri dan aspek yang<br />

terkandung dalam dalam Generasi Muda yaitu:Generasi muda adalah<br />

sebuah fase yang biasanya terhitung mulai usia baligh antara 12 – 23 tahun<br />

yang biasanya sudah bisa membedakan dan mengambil keputusan sendiri<br />

tentang kemana jalan hidupnya. Namun bukan berarti yang di bawah usia<br />

tersebut tidak termasuk generasi muda<br />

Berdasarkan analisis fakta, masa muda adalah masa sesudah anakanak,<br />

biasanya ditandai oleh perubahan fisik dan mental. Kalau kita<br />

klasifikasikan ada tiga tahapan :<br />

Tahapan pertama usia antara 12 – 18 tahun atau usia SMP dan SMU,<br />

masa Pertumbuhan dan pematangan baik fisik maupun mental<br />

Tahapan kedua usia 18 – 23 tahun atau pasca SMU - Mahasiswa adalah<br />

masa peralihan dari remaja menjelang dewasa<br />

Tahapan Ketiga usia 23 – 40 usia dewasa atau usia orang bekerja, mulai<br />

meniti karir dan mulai membina rumah tangga atau lebih familiar dengan<br />

masa pengembangan potensi diri 2<br />

Karena itu agar generasi muda tersebut siap untuk melanjutkan<br />

atau meneruskan cita-cita kita, maka harus disiapkan sedini mungkin agar<br />

1<br />

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/pmak8190/generasi_muda.htm<br />

2<br />

Hari Moekti, Mencetak Generasi Cerdas dan Bertaqwa, (Jakarta, cakrawala publishing<br />

2004) h. 3<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 39


mereka siap untuk menghadapi tantangan zaman yang mana begitu banyak<br />

tantangan dan ancaman yang menanti mereka. Begitu juga bagi generasi<br />

muda Islam yang notabene kita persiapkan untuk melanjutkan kehidupan<br />

islam yang hakiki. Namun ini semua tidak semudah membalikkan<br />

telapak tangan, karena kita harus mengetahui dulu apa saja yang menjadi<br />

penghalang/ancaman yang menghadang mereka untuk bisa menjadi<br />

generasi yang ideal menurut Islam<br />

B. ANCAMAN BAGI GENERASI MUDA ISLAM DAN<br />

PENYEBABNYA<br />

1. Ancaman dari Iblis la’natullah‘alaih<br />

Sebagai musuh utama manusia, maka iblis telah berjanji<br />

dan meminta kepada Allah agar diperkenankan untuk menggiring<br />

manusia menuju kesesatan begitu juga bagi generasi muda kita yang<br />

di abadikan Allah dalam Al-Qur’an :<br />

• <br />

<br />

•<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Artinya : iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya<br />

tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi)<br />

mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,<br />

dari kanan dan dari kiri <br />

mereka.<br />

dan Engkau<br />

tidak akan<br />

<br />

mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al-<br />

A’raf : 16 -17) 3<br />

Dan juga firman-Nya :<br />

<br />

<br />

<br />

•<br />

<br />

<br />

<br />

Artinya : Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah<br />

3<br />

Yayasan penyelenggara Penterjemah /Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Dan Terjemahnya <br />

(Jakarta : DEPAG RI, 1971) , h.223<br />

<br />

<br />

<br />

40 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan<br />

mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi,<br />

dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,kecuali<br />

<br />

hamba-hamba<br />

<br />

Engkau<br />

<br />

yang mukhlis<br />

<br />

di antara<br />

<br />

mereka".<br />

<br />

(QS. Al – Hijr : 39 – 40)<br />

<br />

4<br />

<br />

Maka wajar saja jika kebanyakan generasi kita banyak yang<br />

sudah jauh dari ajaran Islam dan bahkan ada yang phobia terhadap<br />

ajaran – ajaran Islam itu sendiri. Untuk belajar agama sangat sulit<br />

<br />

karena setiap saat iblis berusaha menggiring mereka hanyalah generasigenerasi<br />

Islam yang mukhlis saja yang akan mampu menghadapinya.<br />

<br />

2. Ancaman dari Kaum terlaknat yahudi dan kaum kafir<br />

Allah SWT mengingatkan dalam Firman-Nya :<br />

<br />

<br />

Artinya : Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada<br />

kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah:<br />

"Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang<br />

<br />

benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan<br />

mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka<br />

Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.<br />

(QS. Al-Baqarah : 120) 5<br />

Saat ini peringatan Allah itu sangat Nampak sekali bagaimana<br />

orang-orang yahudi dari dulu hingga sekarang senantiasa selalu<br />

berusaha menjerumuskan kaum muslimin terutama generasi mudanya<br />

agar sedikit demi sedikit meninggalkan ajaran Islam. Sebagaimana<br />

Sabda Rasulullah SAW :<br />

Dari Abu Sa‘id Al Khudri, ia berkata: “Rasululah bersabda:<br />

‘Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian,<br />

sejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk ke dalam<br />

4<br />

I b i d, h. 394<br />

5<br />

I b i d, h. 394<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 41


lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk ke dalamnya.’ Mereka<br />

(para sahabat) bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah kaum Yahudi dan<br />

Nasrani?’ Sabda beliau: “Siapa lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim)<br />

Mereka (Kaum Zionis Yahudi dan Antek-anteknya) berusaha<br />

memasukkan paham dan budaya mereka ke dalam jiwa-jiwa generasi<br />

Muda Islam, diantaranya dengan : 4 S dan 4 F<br />

a. 4 S ( Sing, Sex, Sport dan Smoke)<br />

- SING : Musik-musik yang mempertunjukkan budaya<br />

dan lirik orang kafir dengan berbagai instrumennya.<br />

Saat ini begitu mudahnya generasi muda kita lebih betah<br />

mendengarkan musik ketimbang mendengarkan lantunan<br />

ayat-ayat Al-Qur’an bahkan mereka tahan berjam-jam hanya<br />

untuk mendengarkannya dan rela antri dengan membayar<br />

puluhan bahkan ratusan juta hanya untuk menyaksikan konser<br />

musik yang penyanyinya merupakan idolanya, namun saat<br />

diperdengarkan lantunan ayat-ayat suci telinganya sudah<br />

berontak tidak tahan.<br />

- SEX : Banyaknya media yang menyajikan gambar dan<br />

tayangan yang mengandung unsur pornografi dan porno aksi.<br />

Makanya tidak heran pergaulan bebas (freesek) semakin<br />

marak terjadi di kalangan remaja. Berita-berita di televise dan<br />

surat kabar setiap harinya selalu ada meliput tentang freesek<br />

di kalangan remaja saat ini.<br />

Dinas kesehatan Banjarmasin pernah membuat data tentang<br />

prilaku sek bebas di kalangan pelajar SMP selama tahun 2011<br />

di kota Banjarmasin, berikut datanya<br />

NO KASUS SEKSUAL REMAJA JUMLAH KASUS<br />

1 Kehamilan di Luar Nikah 220 Kasus<br />

2 Persalinan Remaja 325 Kasus<br />

3 Seks Pranikah 148 Kasus<br />

4 Infeksi Saluran Repreduksi 30 Kasus<br />

5 Infeksi Menular Seksual (IMS) 30 Kasus<br />

Data Dinas Kesehatan Banjarmasin (Sumber : Harian Radar Banjarmasin<br />

03/10/2012) 6<br />

6<br />

Harian Radar Banjarmasin, Berita Utama , Rabu 03 oktober 2012<br />

42 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Itu baru data dari generasi muda tahapan pertama (Usia SMP)<br />

belum lagi usia SMA dan Mahasiswa tentu lebih banyak lagi.<br />

Sebagaimana seringkali ketika terjadi razia oleh kepolisian<br />

di sejumlah hotel dan penginapan di kota Banjarmasin yang<br />

tertangkap kebanyakan kalangan pelajar belum lagi yang<br />

terjadi di Kost-Kost Mahasiswa. Seperti ini pernah di angkat<br />

dalam harian Radar Banjarmasin berupa ulasan hasil laporan<br />

dari Dewi Setya Amalia yang bertema “ Sex Undercover”<br />

yang dilakukan beberapa Mahasiswa di Kota Banjarbaru.<br />

- SPORT : Walaupun olahraga hukumnya mubah (Boleh)<br />

namun jika itu membuat diri kita melalaikan kewajiban kepada<br />

Allah maka bisa jadi Haram. Berbagai macam even olahraga<br />

yang tidak mencerminkan kultur Islam (membuka aurat)<br />

serta digelar tanpa memperhatikan waktu sholat. Contohnya<br />

dalam cabang sepakbola yang mampu menyedot perhatian<br />

semua kalangan tak terkecuali generasi muda. Bahkan mereka<br />

lebih familiar dengan nama Cristiano Ronaldo (CR7) , Lionel<br />

Messi, Didier Drogba, David Beckham dan lainnya daripada<br />

4 Sahabat Rasulullah (Abu Bakar, Umar,Usman dan Ali)<br />

bahkan rela meninggalkan waktu shalat hanya untuk melihat<br />

pertandingan baik itu di televisi atau di Stadion. Belum lagi<br />

begitu banyak cabang olahraga yang menampilkan atlet yang<br />

tidak menutup aurat, renang dan binaraga misalnya.<br />

- SMOKE : Rokok yang sudah umum dikalangan tua maupun<br />

muda,awam maupun intelektual bahkan kebanyakan kaum<br />

muslimin adalah pecandu rokok yang hukumnya menurut<br />

jumhurul'ulama adalah makruh,artinya sesuatu yang dibenci<br />

oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Bahkan menurut sebagian<br />

ulama adalah haram. Belum lagi bahayanya baik terhadap<br />

sendiri terlebih lagi bagi orang lain, yang bisa jadi kita dzalim<br />

terhadap orang lain. Bahkan tidak jarang dari mulai merokok<br />

biasanya berlanjut dengan mencoba Narkoba.<br />

b. 4 F (Fun, Fashion, Food dan Faith)<br />

- FUN : Lawakan, tontonan -tontonan yang lucu yang sering<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 43


kita jumpai dalam tayangan televisi yang hal tersebut sangat<br />

di benci Rasulullah. Karena candaan mereka sering kali<br />

keterlaluan bahkan sampai mencelakakan orang lain. Aneh<br />

memang saat ini perbuatan jahil terhadap orang lain di anggap<br />

sebagai hiburan atau lawakan seperti banyaknya reality show<br />

yang marak di Televisi. Bercanda sebanrnya boleh karena<br />

Rasulullah juga pernah bercanda namun buan canda yang<br />

berlebihan atau malah mencelakakan orang lain<br />

- FASHION : Busana, terutama dikalangan generasi muda yang<br />

kebanyakan sudah berkiblat pada trend-trend orang kafir yang<br />

selalu mengumbar aurat dan menimbulkan syahwat. Wajar<br />

saja karena kebanyakan desainer-desainer kita hanya melihat<br />

dari sisi keindahan seseorang tanpa memperhatikan dari sisi<br />

hokum syara’nya<br />

- FOOD : Makanan, berbagai makanan jadi dan cepat saji<br />

yang diproduksi oleh pabrik yang belum jelas kesucian<br />

dan kehalalannya. Bahkan terjamin tidak thayyib sehingga<br />

kesehatan generasi muda kita jadi taruhan. Padahal apa yang<br />

bisa diharapkan dari generasi yang sakit-sakitan<br />

- FAITH : Kepercayaan, yang dimaksud adalah fahamfaham<br />

yang dikembangkan oleh orang-orang kafir seperti<br />

Liberalisme, Komunisme, Orientalisme, Zionisme,<br />

Kapitalisme dan lain sebagainya. Yang tentunya membuat<br />

generasi muda kita phobia dengan ajaran agamanya sendiri<br />

dan malah lebih tertarik dengan ajaran-ajaran/faham-faham<br />

mereka. Maka wajar saja jika Rasulullah mengingatkan dalam<br />

sebuah haditnya : “Islam dulu datang dalam keadaan asing dan<br />

suatu saat nanti juga akan kembali asing, maka beruntunglah<br />

orang-orang yang asing” (Al-Hadits)<br />

Itulah beberapa ancaman yang mereka lancarkan setiap saat<br />

untuk meracuni dan menggiring generasi muda kea rah kehancuran.<br />

Apa yang bisa kita harapkan dari generasi yang hancur ini.<br />

44 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


C. MENCEGAH LEBIH BAIK DARIPADA MENGOBATI<br />

Setelah kita mengetahui ancaman-ancaman atau jebakan-jebakan<br />

apa saja yang disebabkan oleh dendam Iblis kepada Adam dan anak<br />

cucunya dan juga ketidaksukaan kaum Zionis La’atulllah kepada pengikut<br />

Muhammad SAW, maka yang harus kita kita cermati bagaimana caranya<br />

agar ancaman/jebakan tersebut tidak menimpa Generasi Muda Muslim<br />

kita.<br />

Ada beberapa langkah yang bisa kita ambil, yang intinya dari<br />

semua langkah tersebut bertujuan untuk “Back To Islam” karena hanya<br />

Islamlah yang bisa menjawab ancaman-ancaman tersebut karena “Islam<br />

The best Solution”<br />

Dan tentunya untuk mewujudkan itu semua perlu melibatkan Peran<br />

Orang Tua terutama ibu sebagai “Madrasah” Pertama bagi anak-anaknya,<br />

Peran Masyarakat yang akan menciptakan lingkungan yang kondusif dan<br />

tentunya peran Pemerintah dalam mengatur kehidupan masyarakatnya.<br />

1. Peran orang Tua<br />

Banyak penelitian menunjukkan , bahwa prosentase<br />

keberadaan anak lebih banyak di rumah dibanding sekolah. Nah<br />

apakah keberadaannya di rumah sudah dimanfaatkan orang Tua untuk<br />

mendidik anak-anaknya ? Jawabnya sangat relative bahkan cenderung<br />

terjadi krisis keteladanan 7<br />

Sebagian Orang Tua hanya bisa memerintah namun menjadi<br />

contoh yang baik tidak, contoh menyuruh anak shalat tepat waktu<br />

sedang mereka sibuk dengan pekerjaan saat tiba waktu shalat.<br />

Kadangkala kurangnya kontrol terhadap apa yang dilakukan anak,<br />

misalnya berteman dengan siapa, bepergian kemana sehingga peluang<br />

mereka (Generasi Muda) untuk terjerumus dalam 4 S dan 4 F sangat<br />

terbuka. Namun di sini Orang Tua tidak mesti menjadi Protektif selalu<br />

melarang apa yang dilakukan anak, namun hendaknya Orang Tua<br />

melakukan pendekatan yang mudah dipahami dan diterima anaknya.<br />

Misal mengatur jadwal menonton Televisi. Insya Allah dengan<br />

pendekatan yang baik anak menjadi paham.<br />

7<br />

Syaharuddin, S.Pd.,M.A., Aktualisasai Nilai – nilai Islam Dalam Kehidupan<br />

Bermasyarakat, (Yogyakarta : Eja Publisher, 2009) h. 114<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 45


2. Peran Masyarakat<br />

Keberhasilan pendidikan di rumah tentunya juga harus dibarengi<br />

dengan senantiasa memantau kegiatan si anak di luar rumah atau saat<br />

anak kita berinteraksi dengan masyarakat lingkungan sekitar kita.<br />

Biar bagaimanapun baiknya pendidikan kita di rumah tapi keadaan<br />

lingkungan yang tidak kondusif, misalnya berjudi adalah sudah<br />

menjadi kebiasaan di masyarakat saat ada hajatan, maka bisa jadi<br />

anak kita baik secara terpaksa akan ikut-ikutan kebiasaan yang tidak<br />

baik itu. Maka dari itu control tetap harus jalan dengan memilihkan<br />

lingkungan dan teman yang baik saat mereka terjun ke masyarakat.<br />

3. Peran Pemerintah<br />

Namun dari semua itu yang juga mempunyai peran yang<br />

tidak kalah penting adalah adanya peran pemerintah yang mengatur<br />

kehidupan bermasyarakat dengan menerapkan hokum tegas bagi yang<br />

melanggar, apalagi jika hukum itu berdasarkan hukum dari Al-Qur’an<br />

dan As-Sunnah. Peran pemerintah di sini juga bisa jadi menciptakan<br />

pendidikan yang berkualitas yang menitikberatkan pada pendidikan<br />

agama, tidak seperti saat ini pelajaran Agama hanya menjadi<br />

pelengkap. Bahkan yang lebih parah lagi penulis pernah mendengar<br />

kabar bahwa sebuah sekolah demi mengejar target sekolah berstandar<br />

internasional bersedia memangkas pelajaran agama di sekolahnya<br />

padahal porsi pelajaran agama hanya sedikit yakni 2 jam dalam<br />

seminggu.<br />

Selain itu pemerintah juga bisa mengandalkan peran Penyuluh<br />

Agama yang ada di Kementerian Agama untuk terjun langsung<br />

membimbing generasi muda yang ada di sekolah-sekolah atau<br />

kelompok- kelopmok generasi muda. Dan bisa juga adanya adanya<br />

kerjasama yang apik antara penyuluh agama dengan penyuluhpenyuluh<br />

lainniya yang ada dijajaran pemerintahan, misalnya untuk<br />

mengatasi bahaya Narkoba bisa kerjasama dengan Badan Narkotika<br />

Nasional dan masalah sex bebas di kalangan remaja Penyuluh Agama<br />

bias menggandeng Penyuluh KB yang ada di BKKBN dengan<br />

catatan tidak turut serta mensukseskan rencana segelintir orang yang<br />

menginginkan adanya liberalisasi kondom (ATM Kondom) dan<br />

46 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


pelegalan Aborsi.<br />

Jika semuanya dapat menjalankan perannya masing-masing<br />

dengan baik maka cita-cita kita untuk memiliki generasi muda Islam yang<br />

berkualitas akan tercapai dan ingatlah perkataan seorang Ahli Hikmah<br />

: “Wahai Generasi Muda sesungguhnya di tanganmulah letak perkara<br />

umat, dan di telapak kakimulah letak hidupnya umat ? Camkanlah !!!!”.<br />

Paling tidak sedini mungkin kita menyiapkan mereka sebelum<br />

terlambat, sebagaimana kata orang bijak mencegah lebih baik daripada<br />

mengobati.<br />

D. Penutup<br />

Begitulah setiap saat ancaman-ancaman yang berpotensi<br />

menghancurkan generasi Muda terutama Generasi muda islam kian hari<br />

semakin gencar dilakukan oleh orang-orang yang tidak senang akan<br />

bangkitnya kembali agama yang mulia ini. Mereka berupaya sekuat<br />

tenaga membangun kekuatan dan memberikan pengaruh yang luar biasa<br />

besar sehingga mampu menggiring remaja-remaja kita yang notabene<br />

<br />

generasi penerus setelah kita ke arah kehancuran.<br />

Namun kita tidak boleh tinggal diam, kita semua mempunyai<br />

<br />

amanah yang akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak<br />

terutama bagi mereka yang diberikan amanah untuk menyelamatkan<br />

mereka seperti halnya para ulama termasuk penyuluh Agama Islam<br />

yang ada di Kementerian Agama. Tentu kita tidak ingin cahaya Islam ini<br />

<br />

kembali padam setelah kita berusaha membangkitkan kembali. Namun<br />

hal ini tidak mudah harus ada sinergi setiap elemen masyarakat yang<br />

<br />

peduli atas keberlangsungan generasi masa depan. Allah SWT pernah<br />

mengingatkan kita dalam Firman-Nya :<br />

<br />

• <br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Artinya Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang<br />

seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,<br />

yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab<br />

<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel<br />

47


itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka<br />

mengucapkan Perkataan yang benar. (QS. An-Nisa : 9) 8<br />

Akhirnya semoga segala upaya yang kita lakukan menjadikan<br />

generasi muda kita benar-benar siap untuk mengggantikan peran kita di<br />

masa yang akan datang dengan semangat untuk mengembalikan kembali<br />

kemuliaan Islam di bumi Allah ini. Wallahu’alam bishowaf.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/pmak8190/generasi_muda.htm<br />

Moekti ,Hari, Mencetak Generasi Cerdas dan Bertaqwa, cakrawala publishing<br />

,Jakarta, 2004).<br />

Yayasan penyelenggara Penterjemah /Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Dan<br />

Terjemahnya Jakarta : DEPAG RI, 1971<br />

Harian Radar Banjarmasin, Berita Utama , Rabu 03 oktober 2012<br />

Syaharuddin, S.Pd.,M.A., Aktualisasai Nilai – nilai Islam Dalam Kehidupan<br />

Bermasyarakat, Eja Publisher,,Yogyakarta 2009<br />

Fadlurrahman, Nasib Wanita Sebelum Islam, Putra Pelajar, Jakarta 2000<br />

BIODATA PENULIS :<br />

Nama<br />

: Syahdan, S.H.I<br />

Tempat /Tgl Lahir : Banjarmasin, 25 Juli 1981<br />

NIP : 19810725 201101 1 008<br />

Jabatan<br />

: Penyuluh Agama Islam<br />

Fungsional Kec. Liang Anggang<br />

Kota Banjarbaru<br />

No. HP : 05116158873 / 0878143326 81<br />

Pendidikan Terakhir : S1 Pada Universitas Islam<br />

<strong>Kalimantan</strong> Fakultas Agama Islam<br />

8 Yayasan penyelenggara Penterjemah /Pentafsir Al-Qur’an, Op . Cit. h. 116<br />

48 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


MENGATASI KENAKALAN REMAJA<br />

LEWAT RUMAH TANGGA DAN KELUARGA<br />

الحمد هلل,‏ الحمد هلل الذى أنعمنا بنعمة اإليمان و اإلسالم.‏ أشهد أن ال إله إال اهلل وحده الشريك له الملك<br />

العالم,‏ وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله خير البشر واألنام.أللهم صل وسلم وبارك على سيدنا<br />

‏.محمد وعلى أله و أصحابه ومن تبعهم على الدوام<br />

‏.أما بعد,‏ فيا أيها المسلمون اتقوا اهلل حق تقاته والتموتن إال وانتم مسلمون<br />

Hadirin Jemaah Jum`at Rahimakumullah !<br />

Dalam kesempatan yang sangat mulia ini, marilah kita sama-sama<br />

bermunajat dan bermuhasabah untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah<br />

SWT di manapun dan kapanpun kita berada, karena hanya orang-orang yang<br />

bertaqwalah yang akan mendapatkan kebahagian dan kemulian yang hakiki di<br />

sisi Allah SWT, sebagaimana firmanNya dalam QS. Al-Hujurat :<br />

‏.إن اكرمكم عند اهلل اتقىكم<br />

Artinya : Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi<br />

Allah, adalah orang paling bertaqwa.<br />

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah !<br />

Keluarga yang normal adalah keluarga yang mempunyai anggota yang<br />

lengkap dan hubungan yang harmonis di antara mereka, serta mempunyai<br />

faham tentang norma-norma kehidupan yang sama, sehingga tidak<br />

menimbulkan kesulitan bagi anak-anaknya yang tumbuh dan berkembang<br />

dalam menentukan sikap, perilaku, pola pikir, perasaan dan sebagainya.<br />

Orang tua yang baik dalam keluarga akan selalu mengadakan<br />

pembinaan dan pengarahan serta memberikan keteladanan dalam bertingkah<br />

laku yang terpuji kepada anak-anaknya. Proses pendidikan dan pengajaran<br />

non formal demi terbina dan berkembangnya kepribadian anak yang utuh<br />

dan menyenangkan tidak boleh melemah atau menyusut, tapi harus semakin<br />

ditingkatkan, sebab keadaan moral dan akhlaq yang berkembang dalam<br />

kehidupan masyarakat dan bangsa akhir-akhir ini semakin runyam. Oleh<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 49


karena itu, setiap orang tua dalam keluarga harus menyadari dengan baik<br />

akan fungsi dan tanggung jawabnya terhadap anak-anak yang mereka miliki<br />

sebagai titipan dan amanah dari Allah SWT, yang pada suatu saat nanti akan<br />

diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah Rabbul’izzati.<br />

Allah SWT berfirman dalam surah At-Tahrim ayat 6:<br />

يا يها الذين امنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها ملئكة غالظ شداد اليعصون<br />

‏.اهلل ما امرهم ويفعلون ما يؤمرون<br />

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan<br />

keluargamu dari api neraka, yang kayu bakarnya terdiri dari<br />

manusia dan batu-batuan, penjaganya malaikat-malaikat yang<br />

kasar dan keras, mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa<br />

yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan<br />

apa yang diperintahkan.<br />

Sadar akan peringatan dan himbauan Allah SWT yang demikian itu,<br />

maka tentulah setiap orang tua dalam keluarga yang baik akan mengupayakan<br />

semaksimal mungkin melalui pendidikan, pengajaran dan aktualisasi kasih<br />

sayang dalam kehidupan yang harmonis, agar anak-anaknya mempunyai<br />

akhlak yang mulia dan budi pekerti yang terpuji, serta terhindar dari tingkah<br />

laku dan kebiasaan hidup yang tercela, seperti menjadi anak yang nakal, yang<br />

suka melakukan perbuatan keji dan munkar. Setiap warga masyarakat tentu<br />

menyadari bahwa perilaku remaja yang nakal sangat menggangu ketentraman,<br />

kebahagiaan dan kesejahteraan hidup dalam keluarga serta masyarakat.<br />

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah !<br />

Mempunyai anak yang shaleh, rajin dan pandai serta taat beribadah,<br />

tentunya menjadi idaman setiap orang tua, karena Rasulullah SAW pernah<br />

bersabda :<br />

‏.إذا مات ابن آدم انقطع عمله إال من ثالث صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له<br />

Artinya : Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah<br />

50 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


semua amalnya, kecuali tiga perkara, yakni sedekah jariyah, atau<br />

ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang selalu berdo`a untuk<br />

orang tuanya.<br />

Betapa bahagianya kita kalau mempunyai anak yang shaleh, ketika<br />

kita masih hidup, dia selalu berbakti dan berbuat baik kepada kita. Dan ketika<br />

kita telah berpulang ke rahmatullah, dia akan selalu mendo`akan kita agar<br />

Allah mengampuni dosa-dosa kita dan terbebas dari siksa kubur dan siksa api<br />

neraka.<br />

Sebaliknya, betapa sengsaranya kita kalau mempunyai anak<br />

yang nakal, yang terjerumus dalam kemaksiatan dan kemunkaran, ketika<br />

kita masih hidup, dia selalu berbuat jahat, durhaka dan memalukan keluarga.<br />

Dan ketika telah berpulang ke rahmatullah, dia pun tidak pernah mendo`akan<br />

kita, dan bahkan menambah beban derita kita di akhirat karena kejahatannya.<br />

Rasulullah SAW pernah menceritakan bahwa ada orang yang shaleh, ketika<br />

akan masuk sorga, terhalang oleh dosa-dosa anaknya, karena orang tua tadi<br />

terlalu asik beribadah sehingga melupakan pendidikan terhadap anaknya,<br />

maka anaknya menjadi orang yang nakal.<br />

Kaum Muslimin yang dicintai Allah !<br />

Rasulullah SAW pernah bersabda :<br />

,ابيط‌لاإ‌هقز‌ريلا والسباحةوالرمايةوأن ‏الكتابة وأنيعلمه ‏وأدبه ‏اسمه حقالولدعلىوالدهأنيحسن ‏)رواهالحاكم<br />

إذاأدرك ‏يزوجه ‏(وأن Artinya : “Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberinya nama<br />

yang baik, mendidiknya dengan adab yang baik, mengajarinya<br />

menulis, berenang, memanah dan tidak memberinya nafkah kecuali<br />

dengan rezki yang baik, serta mengawinkannya apabila dia telah<br />

mendapat jodoh.” (HR. Al-Hakim).<br />

Hadist Nabi ini menjelaskan bahwa orang tua mempunyai beberapa kewajiban<br />

terhadap anaknya, antara lain :<br />

1. Memberi anak nama yang baik, karena nama adalah do`a ;<br />

2. Mendidik anak dengan adab yang baik, sehingga anak itu memiliki akhlaq<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 51


yang mulia dan menjadi anak yang shaleh;<br />

3. Mengajari anak menulis, maksudnya mengajari anak dengan ilmu<br />

pengetahuan yang luas, baik ilmu agama maupun umum. Saidina Ali<br />

Karramallahu Wajhah pernah berkata :<br />

‏.علمواأوالدكم ‏فإنهم ‏مخلوقون ‏لزمان ‏غيرزمانكم<br />

Artinya : “Ajarilah atau didiklah anak-anak kalian (dengan pendidikan dan<br />

pengajaran yang lebih tinggi), karena mereka diciptakan untuk<br />

suatu zaman yang berbeda dengan zaman kamu sekalian.”<br />

4. Memberinya nafkah dari rezki yang halal, Nabi Muhammad SAW pernah<br />

bersabda :<br />

‏.كل لحم نبت من حرام فالنار أولى به<br />

Artinya : Setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram, maka api<br />

neraka lebih berhak untuknya.<br />

5. Menikahkan anak ketika ia sudah mencapai umur yang cukup, artinya<br />

apabila anak kita umurnya sudah cukup dan sudah mempunyai pasangan,<br />

maka hendaknya segera dinikahkan, agar tidak terjadi fitnah atau<br />

perzinahan.<br />

Demikianlah khutbah yang disampaikan, dengan harapan kita berusaha untuk<br />

mendidik anak kita agar menjadi anak yang shaleh, rajin dan pandai serta<br />

taat beribadah. Oleh karena itu, berilah anak-anak kita pendidikan yang baik,<br />

bekali mereka dengan agama (iman dan taqwa) yang cukup, awasi pergaulan<br />

mereka agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan dan kemunkaratan serta<br />

jadikanlah diri kita sebagai contoh teladan yang baik dalam keluarga dan<br />

rumah tangga kita. Karena itu semua, adalah kewajiban kita selaku orang tua.<br />

إذا قرء القرآن فاستمعوا له وانصتوا لعلكم ترحمون : اعوذ باهلل من الشيطان الرجيم ‏,ياأيها الذين<br />

آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها ملئكة غالظ شداد اليعصون اهلل ما<br />

‏.امرهم ويفعلون ما يؤمرون<br />

بارك اهلل لى ولكم فى القرآن العظيم,‏ ونفعنى وإياكم بما فيه من اآليات والذكر الحكيم,‏ وتقبل منى<br />

ومنكم تالوته إنه هو السميع العليم,‏ أقول قولى هذا واستغفر اهلل لى ولكم ولسائر المؤمنين والمؤمنات<br />

‏.والمسلمين والمسلمات فاستغفروه – إنه هو الغفور الرحيم<br />

52 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Kajian Tafsir<br />

SURAH AN-NISA : 58-59<br />

Oleh<br />

Bani Yasin<br />

• <br />

•• <br />

• <br />

• <br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat<br />

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila<br />

menetapkan قال menetapkan hukum di antara manusia supaya : kamu فقال :<br />

sebaik- Allah memberi pengajaran yang القوم : " Sesungguhnya dengan adil. قال ."<br />

baiknya kepadamu. " : قال Sesungguhnya Allah " adalah یسمع Maha " : بعضھم mendengar<br />

." lagi الساعة Maha Melihat.<br />

قال : "<br />

عن أبى ھریرة بینما النبي ص م فى مجلس یحدث القوم جاءه أعرابى متى<br />

الساعة ؟ فمضى رسول االله ص م یحدث,‏ فقال بعض سمع ما قال فكره ما<br />

وقال بل لم حتى إذا قضى حدیثھ أین أراه السائل عن الساعة".‏<br />

قال : ‏"ھا أنا یا رسول االله".‏ فإذا ضیعت الأمانة فانتظر قال كیف<br />

إضاعتھا ؟ قال إذا وسد الأمر إلى غیر أھلھ فانتظر الساعة.‏<br />

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul<br />

(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan<br />

pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al<br />

Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman<br />

kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama<br />

(bagimu) dan lebih baik akibatnya.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 53


Sabab an-Nuzul (Sebab Turunnya Ayat) :<br />

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa setelah Rasulullah SAW<br />

memasuki kota Mekkah pada hari pembebasan (Fathu Makkah), Usman bin<br />

Talhah pengurus Ka`bah pada waktu itu menguasai pintu Ka`bah. Ia tidak<br />

mau memberikan kunci Ka`bah kepada Rasulullah SAW.<br />

Kemudian Ali bin Thalib merebut kunci Ka`bah itu dari Usman bin<br />

Thalhah secara paksa dan membuka Ka`bah, lalu Rasulullah masuk ke dalam<br />

Ka`bah dan shalat dua rakaat. Setelah beliau keluar dari Ka`bah tampillah<br />

paman beliau Abbas ke hadapannya dan meminta diberi jabatan pemelihara<br />

Ka`bah dan jabatan penyediaan air untuk jamaah haji, maka turunlah ayat<br />

ini, lalu Rasulullah SAW memerintahkan Ali bin Abi Thalib mengembalikan<br />

kunci Ka`bah kepada Usman bin Thalhah dan meminta maaf kepadanya atas<br />

perbuatannya merebut kunci itu secara paksa.<br />

Tafsir :<br />

Setelah menjelaskan keburukan sebagian orang Yahudi, seperti tidak<br />

menunaikan amanah yang Allah percayakan kepada mereka, yakni amanah<br />

mengamalkan kitab suci dan tidak menyembunyikan isinya, kini al-Qur’an<br />

kembali menuntun kaum muslimin agar tidak mengikuti jejak mereka. Tuntunan<br />

kali ini sungguh sangat ditekankan, karena ayat ini langsung menyebut nama<br />

Allah sebagai yang menuntun dan memerintahkan, sebagaimana terbaca<br />

dalam firman-Nya dalam Surah An-Nisa ayat 58. Sesungguhnya Allah Yang<br />

Maha Agung, yang wajib wujud-Nya serta menyandang segala sifat terpuji<br />

lagi suci segala sifat tercela, menyuruh kamu menunaikan amanah-amanah<br />

secara sempurna dan tepat waktu, kepada pemiliknya, yakni yang berhak<br />

menerimanya, baik amanah Allah kepada kaum maupun amanah manusia,<br />

betapapun banyaknya yang diserahkannya kepada kamu, dan Allah juga<br />

menyuruh kamu apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, baik<br />

yang berselisih dengan manusia lain maupun tanpa perselisihan, maka<br />

supaya kamu harus menetapkan putusan dengan adil sesuai dengan apa yang<br />

diajarkan Allah SWT, tidak memihak kecuali kepada kebenaran dan tidak pula<br />

menjatuhkan sanksi kecuali kepada yang melanggar, tidak menganiaya walau<br />

lawanmu dan tidak pula memihak kepada temanmu. Sesungguhnya Allah<br />

dengan memerintahkan menunaikan amanah dan menetapkan hukum dengan<br />

54 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


adil, telah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Karena<br />

itu, berupayalah sekuat tenaga untuk melaksanakannya, dan ketahuilah bahwa<br />

Dia yang memerintahkan kedua hal ini mengawasi kamu, dan sesungguhnya<br />

Allah sejak dulu hingga kini adalah Maha Mendengar apa yang kamu<br />

bicarakan, baik dengan orang lain maupun dengan hati kecilmu sendiri, lagi<br />

Maha Melihat sikap dan tingkah laku kamu.<br />

Amanah adalah sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain untuk<br />

dipelihara dan dikembalikan bila tiba saatnya atau bila diminta oleh<br />

pemiliknya. Amanah adalah lawan dari khianat. Ia tidak diberikan kecuali<br />

kepada orang yang dinilai oleh pemberinya dapat memelihara dengan baik<br />

apa yang diberikannya itu.<br />

Agama mengajarkan bahwa amanah / kepercayaan adalah asas<br />

keimanan berdasarkan sabda Nabi saw., ‘’Tidak ada iman bagi yang tidak<br />

memiliki amanah.’’ Selanjutnya, amanah yang merupakan lawan dari khianat<br />

adalah sendi utama interaksi. Amanah tersebut membutuhkan kepercayaan dan<br />

kepercayaan itu melahirkan ketenangan batin yang selanjutnya melahirkan<br />

keyakinan.<br />

Di atas, terbaca bahwa ayat ini menggunakan bentuk jamak dari kata<br />

amanah. Hal ini karena amanah bukan sekadar sesuatu yang bersifat material,<br />

tetapi juga non-material dan bermacam-macam. Semuanya diperintahkan<br />

Allah agar ditunaikan. Ada amanah antara manusia dengan Allah, antara<br />

manusia dengan manusia lainnya, antara manusia dengan lingkungannya, dan<br />

antara manusia dengan dirinya sendiri. Masing-masing memiliki rincian, dan<br />

setiap rincian harus dipenuhi, walaupun seandainya amanah yang banyak itu<br />

hanya milik seorang.<br />

Kemudian Allah memerintahkan untuk menetapkan hukum dengan adil.<br />

Perintah ini dimulai dengan menyatakan “ apabila kamu menetapkan hukum<br />

di antara manusia”. Tetapi sebelumnya, ketika memerintahkan menunaikan<br />

amanah, redaksi semacam ini tidak ditemukan. Ini mengisyaratkan bahwa<br />

setiap manusia telah menerima amanah secara potensial sebelum kelahirannya<br />

dan secara aktual sejak dia akil baligh. Bukankah Allah berfirman:<br />

”Sesungguhya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan<br />

gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikulnya dan mereka<br />

khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 55


Sesungguhnya manusia itu amat Zalim dan amat bodoh’’ (QS.al-Ahzab<br />

[33]: 72. Tetapi, menetapkan hukum bukanlah wewenang setiap orang. Ada<br />

syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk tampil melaksanakannya, antara<br />

lain; pengetahuan tentang hukum dan tata cara menetapkannya, serta kasus<br />

yang dihadapi. Bagi yang memenuhi syarat-syaratnya dan bermaksud tampil<br />

menetapkan hukum, kepadanya lah ditujukan perintah di atas, yaitu kamu<br />

harus menetapkan dengan adil.<br />

Ayat di atas, ketika memerintahkan menunaikan amanah, ditekannya<br />

bahwa amanah tersebut harus ditunaikan kepada ahlinya atau pemiliknya,<br />

dan ketika memerintahkan menetapkan hukum dengan adil, dinyatakannya<br />

apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia. Ini berarti bahwa perintah<br />

berlaku adil itu ditunjukan terhadap manusia secara keseluruhan. Dengan<br />

demikian, baik amanah maupun keadilan harus ditunaikan dan ditegakkan<br />

tanpa membedakan agama, keturunan atau ras. Ayat-ayat al-Qur’an yang<br />

menekankan hal ini sungguh banyak. Salah satu di antaranya berupa teguran<br />

kepada Nabi SAW yang hampir saja terpedaya oleh dalih seorang muslim yang<br />

munafik, yang bermaksud mempersalahkan seorang Yahudi. Dalam konteks <br />

inilah turun firman-Nya: ‘’Dan janganlah engkau menjadi penentang orangorang<br />

yang tidak bersalah, karena (membela) orang-orang yang khianat’’ (QS. <br />

An-Nisa’ [4]: 105). Nabi SAW pun seringkali mengingatkan hal ini, misalnya<br />

dengan sabda beliau, ‘’Berhati-hatilah terhadap do`anya orang yang teraniaya! <br />

Karena doa orang yang teraniaya itu diterima oleh Allah, walaupun dia orang<br />

yang durhaka, (karena) kedurhakaannya dipertanggungjawabkan oleh dirinya <br />

sendiri’’ (HR. Ahmad dan al-Bazzar melalui Abu Hurairah).<br />

Dalam hadits lain Nabi Muhammad SAW bersabda :<br />

عن أبى ھریرة بینما النبي ص م فى مجلس یحدث القوم جاءه أعرابى متى<br />

الساعة ؟ فمضى رسول االله ص م یحدث,‏ فقال بعض سمع ما قال فكره ما<br />

وقال بل لم حتى إذا قضى حدیثھ أین أراه السائل عن الساعة".‏<br />

قال : ‏"ھا أنا یا رسول االله".‏ فإذا ضیعت الأمانة فانتظر قال كیف<br />

إضاعتھا ؟ قال إذا وسد الأمر إلى غیر أھلھ فانتظر الساعة.‏<br />

فقال :<br />

قال ".<br />

الساعة ".<br />

القوم : "<br />

قال : "<br />

یسمع "<br />

قال : "<br />

قال :<br />

بعضھم : "<br />

artinya : Ketika Nabi Muhammad SAW berbincang-bincang dengan suatu<br />

kaum dalam satu majelis, ada seorang badui bertanya kepada<br />

56 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Rasulullah SAW : “ Ya Rasululallah, kapan sebetulnya kiamat<br />

akan datang? “ Nabi SAW terus berbincang-bincang dengan<br />

kaum itu. Sehingga sebagian sahabat berpendapat bahwa Nabi<br />

mendengar pertanyaan itu, tapi beliau membencinya, dan sebagian<br />

lain berpendapat bahwa Nabi tidak mendengarnya. Pada waktu<br />

beliau selesai berbicara, beliau bertanya, mana orang yang<br />

bertanya tentang hari kiamat tadi ?. Orang Badui tadi menjawab<br />

: ” Saya yaa Rasulullah “. Nabi bersabda : “ Apabila amanah<br />

sudah diabaikan, maka tunggulah saat kerusakan / kehancurannya<br />

(sebab kehancuran identik dengan kiamat). Para sahabat bertanya<br />

kembali : “ Bagaimana amanah itu bisa diabaikan ? “, Rasulullah<br />

SAW menjawab : “ Apabila suatu urusan atau jabatan diserahkan<br />

kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran<br />

itu. (HR. Bukhari dan Muslim).<br />

Selanjutnya surah An-Nisa ayat 59 memerintahkan agar kaum Muslimin<br />

taat dan patuh kepada-Nya, kepada rasul-Nya dan kepada orang yang<br />

memegang kekuasaan diantara mereka agar tercipta kemaslahatan umum.<br />

Untuk kesempurnaan pelaksanaan amanat dan hukum sebaik-baiknya dan<br />

seadil-adilnya, hendaklah kaum Muslimin:<br />

a. Taat dan patuh kepada perintah Allah dengan mengamalkan isi Kitab<br />

Suci Al-Qur’an, melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan-<br />

Nya, sekalipun terasa berat, tidak sesuai dengan keinginan dan kehendak<br />

pribadi. Sebenarnya segala yang diperintahkan Allah itu mengandung<br />

maslahat dan apa yang dilarang-Nya mengandung mudarat.<br />

b. Melaksanakan ajaran-ajaran yang dibawa Rasullah saw pembawa amanat<br />

dari Allah untuk dilaksanakan oleh segenap hamba-Nya. Dia ditugaskan<br />

untuk menjelaskan kepada manusia isi AL-Qur’an. Allah berfirman :<br />

‘’..Dan Kami turunkan Az-Zikr (Al-Qur’an) kepadamu, agar engkau<br />

menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka<br />

....’’(an-Nahl/16:44).<br />

c. Patuh kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ulil amril<br />

yaitu orang-orang yang memegang kekuasaan di antara mereka.<br />

Apabila mereka telah sepakat dalam suatu hal, maka kaum Muslimin<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 57


erkewajibkan melaksanakannya dengan syarat bahwa keputusan mereka<br />

tidak bertentangan dengan Kitab Al-Qur’an dan Hadis. Kalau tidak<br />

demikian halnya, maka kita tidak wajib melaksanakannya, bahkan wajib<br />

menentangnya, karena tidak dibenarkan seseorang itu taat dan patuh karena<br />

sesuatu yang merupakan dosa dan maksiat pada Allah. Nabi Muhammad<br />

saw bersabda: ‘’Tidak (dibenarkan) taat kepada makhluk di dalam halhal<br />

yang merupakan maksiat kepada Khalik (Allah SWT).’’(Riwayat<br />

Ahmad).<br />

d. Kalau ada sesuatu yang diperselisihkan dan tidak tercapai kata sepakat,<br />

maka wajib dikembalikan kepada Al-Qur’an dan hadis. Kalau tidak<br />

terdapat di dalamnya haruslah disesuaikan dengan (dikiaskan kepada)<br />

hal-hal yang ada persamaan dan persesuaiannya di dalam Al-Qur’an dan<br />

sunah Rasulullah saw.<br />

Tentunya yang dapat melakukan kias seperti yang dimaksud di atas<br />

ialah orang-orang yang berilmu pengetahuan, mengetahui dan memahami isi<br />

Al-Qur’an dan sunah Rasul. Demikianlah hendaknya dilakukan oleh orangorang<br />

yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhirat.<br />

Kesimpulan<br />

1. Allah mewajibkan kepada setiap Muslim yang memikul amanat, agar<br />

melaksanakannya dengan jujur, baik amanat yang diterimanya dari Allah<br />

atau amanat sesama manusia.<br />

2. Allah memerintahkan kepda setiap Muslimin agar berlaku adil dalam<br />

setiap tindakannya.<br />

3. Allah memerintahkan pula kepada kaum Muslimin agar menaati<br />

segala perintah-Nya, perintah Rasul-Nya dan ketetapan-ketetapan yang<br />

ditetapkan ulil amril di antara mereka.<br />

4. Apabila terjadi perselisihan di antara mereka, maka hendaklah diselesaikan<br />

sesuai dengan hukum Allah dan Rasul-Nya.<br />

58 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 59


60 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 61


Menyambut Hari Hari Amal Bakti Kementerian Agama ke 67<br />

SEJARAH SINGKAT KANTOR WILAYAH<br />

KEMENTERIAN AGAMA<br />

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN<br />

A. Berdirinya Departemen Agama Republik Indonesia dasarnya ialah :<br />

1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat 1 dan 2; (1) Negara<br />

berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Negara menjamin<br />

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing<br />

dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya<br />

itu;<br />

2. Penetapan Pemerintah Nomor 1/SD Tahun 1946 tentang dibentuknya<br />

Kementerian Agama;<br />

3. Penetapan Pemerintah Nomor 5/SD Tahun 1946 tentang pelimpahan<br />

tugas-tugas keagamaan dari beberapa departemen, mencakup :<br />

perkawinan, peradilan agama, kemesjidan, urusan Mahkamah Islam<br />

Tinggi, dan pengajaran agama di sekolah-sekolah;<br />

4. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor : 1/SD Tahun 1946,<br />

tanggal 03 Januari 1946, tentang pendirian Departemen Agama yang<br />

ditetapkan di Jogjakarta;<br />

5. Kedudukan Departemen Agama sebagai bagian dari Pemerintahan<br />

Negara yang dipimpin oleh seorang Menteri Agama. Menteri Agama<br />

bertanggungjawab langsung kepada Presiden;<br />

6. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Tahun 1956, maka<br />

ditetapkan “ hari berdirinya Kementerian Agama dalam Negara<br />

Republik Indonesia yaitu hari Kamis tanggal 3 Januari 1946 (Masehi)<br />

bertepatan dengan tanggal 29 Muharram 1364 (Hijriyah).<br />

B. Sekilas Kantor Wilayah Kementerian Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong><br />

<strong>Selatan</strong><br />

Instansi Departemen Agama di <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> diawali dengan<br />

terbentuknya Kantor Urusan Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> yang<br />

62 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


erstatus persiapan. Pembentukan Kantor Persiapan ini adalah atas usaha<br />

K.H.Muhammad Hanafi Gobet dan kawan-kawan berdasarkan permintaan<br />

Menteri Agama kepada beliau di Yogyakarta pada tahun 1949. Kantor<br />

Persiapan ini pertama kali menempati rumah H. Iberahim, yakni orang<br />

tua K.H. Hanafi Gobet sendiri, di Jalan <strong>Kalimantan</strong> (sekarang Jl. Mayjen<br />

S. Parman Banjarmasin). Dalam masa persiapan ini oleh Departemen<br />

Agama Pusat ditugaskan Bapak K.H. R. Asnawi Hadisiswono sebagai<br />

Kepala Kantor dan K.H. Hanafi Gobet sebagai wakilnya.<br />

Tanggal 01 Agustus 1950, Kantor Urusan Agama <strong>Provinsi</strong><br />

<strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> ini diresmikan oleh Menteri Agama RI dengan K.H.<br />

Hanafi Gobet sebagai Kepala. Pada tahun 1951, Kantor Urusan Agama<br />

ini dipecah menjadi 3 instansi (jawatan) yakni :<br />

a. Kantor Urusan Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong>, dipimpin oleh<br />

K.H.Hanapi Gobet;<br />

b. Kantor Pendidikan Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong>, di pimpin<br />

oleh (pjs) Dahlan;<br />

c. Kantor Penerangan Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong>, di pimpin<br />

oleh (pjs) H.Abdullah Yazidi.<br />

Ketiga Kantor Jawatan tersebut berjalan sendiri-sendiri, belum<br />

ada koordinasi secara instansional. Baru pada tahun 1968 yakni setelah<br />

adanya Keputusan Menteri Agama RI Nomor 56 dan 91 Tahun 1967,<br />

Instruksi Menteri Agama RI Nomor 15 Tahun 1967 dan Keputusan<br />

Menteri Agama RI Nomor 113 Tahun 1968, terbentuklah perwakilan<br />

Departemen Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> yang berfungsi untuk<br />

mengkoordinasi jawatan-jawatan agama yang ada.<br />

Perwakilan semacam ini hanya ada di tingkat <strong>Provinsi</strong>, sedangkan<br />

perwakilan Kabupaten/Kota belum ada. Kemudian dengan terbentuknya<br />

<strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong>, <strong>Kalimantan</strong> Timur, <strong>Kalimantan</strong> Barat yang<br />

efektif berlaku mulai 10 Januari 1957 maka Kantor Wilayah Departemen<br />

Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> mengikuti perubahan itu.<br />

Sejalan dengan perkembangan Departemen Agama dalam<br />

menghadapi volume kerja yang semakin besar, di mana jawatan-jawatan<br />

di daerah bukan saja dikoordinasi, tetapi perlu dibimbing, dibina dan<br />

dikembangkan secara langsung, intensif dan terarah, maka dikeluarkanlah<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 63


Keputusan Mendagri Nomor 36 Tahun 1972 yang menyempurnakan<br />

struktur organisasi, tugas dan wewenang instansi Departemen Agama di<br />

daerah-daerah.<br />

Atas dasar keputusan tersebut, maka di <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong><br />

yang selama ini hanya ada perwakilan Departemen Agama <strong>Provinsi</strong>,<br />

didirikanlah kantor perwakilan Kabupaten/Kota. Kemudian dengan<br />

diterbitkannya Kepres Nomor 44, 45 Tahun 1974 yang diikuti lagi dengan<br />

keluarnya KMA Nomor 18 Tahun 1975, maka terjadi lagi perubahan<br />

nama perwakilan itu menjadi Kantor Wilayah untuk tingkat <strong>Provinsi</strong> dan<br />

Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk tingkat Kabupaten/<br />

Kota serta Kantor Urusan Agama Kecamatan untuk tingkat Kecamatan.<br />

Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong><br />

<strong>Selatan</strong> sejak terbentuknya sampai sekarang adalah sebagai berikut :<br />

1. K.H.Hanafi Gobet, tahun 1950 – 1967;<br />

2. K.H. Djuhri Sulaiman, tahun 1967 – 1969;<br />

3. K.H. Sumbono Al- Salihun, tahun 1969 – 1974;<br />

4. Drs. H. Anang Mochtar Sofyan, tahun 1974 – 1982;<br />

5. Drs. H. Noorsyamsul, tahun 1982 – 1984;<br />

6. H. M. Thalhah, tahun 1984 (Pjs);<br />

7. H. A. Chalik Dachlan, tahun 1984 – 1985 (Pjs);<br />

8. H.M. Umar Yasin, BA, tahun 1985 – 1996;<br />

9. Drs. H. M. Laily Mansyur, Lph., tahun 1996 - 1997;<br />

10. Drs. H. Rafi’i Salim, tahun 1997 - 1998;<br />

11. PROF. DR. H. Kamrani Buseri, tahun 1998 – 2000;<br />

12. PROF. DR. H. Artani Hasbi, tahun 2001 – 2006;<br />

13. PROF. DR. H.A. Fahmy Arief, MA, tahun 2006 – 2010<br />

14. H.Abdul Halim H Ahmad, Lc .MM, tahun 2010 sampai sekarang;<br />

64 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


KOMPETENSI DASAR PENYULUH AGAMA<br />

FUNGSIONAL TINGKAT TERAMPIL<br />

Oleh : Sururudin<br />

BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

A. Latar Belakang Masalah<br />

Penyuluh agama adalah para juru penerang penyampai pesan<br />

bagi masyarakat mengenai prinsip-prinsip dan etika nilai keberagamaan<br />

yang baik. Hasil akhir yang ingin dicapai dari penyuluh agama, pada<br />

hakekatnya ialah terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki<br />

pemahaman mengenai agamanya secara memadai yang ditunjukkan<br />

melalui pengamalannya yang penuh komitmen dan konsisten, disertai<br />

wawasan multikultur untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang<br />

harmonis dan saling menghargai satu sama lain.<br />

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi<br />

maka tantangan tugas para penyuluh agama Islam semakin berat, karena<br />

dalam kenyataan kehidupan di tataran masyarakat mengalami perubahan<br />

pola hidup yang menonjol.<br />

Di tengah situasi demikian, dalam menuju keberhasilan kegiatan<br />

penyuluhan tersebut, perlu sekali keberadaan penyuluh agama atau juru<br />

dakwah, salah satunya penyuluh agama fungsional tingkat terampil,<br />

untuk memiliki kemampuan, kecakapan yang memadai sehingga<br />

mampu memutuskan, menentukan sebuah proses kegiatan bimbingan<br />

dan penyuluhan. Dapat berjalan sistematis, berhasil guna, berdaya guna<br />

dalam upaya pencapaian tujuan yang diinginkan.<br />

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diketahui siapakah<br />

Penyuluh Agama Fungsional tingkat Terampil itu, Apa Peran dan Tugas<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 65


Pokok Penyuluh Agama Fungsional Tingkat Terampil dalam kegiatan<br />

bimbingan dan penyuluhan dan pembangunan, dan Kompetensi Dasar<br />

apa saja yang harus dimiliki oleh Penyuluh Agama Fungsional tingkat<br />

Terampil ?<br />

Tujuan penulisan ini untuk mengetahui kedudukan Penyuluh<br />

Agama Fungsional Tingkat Terampil, Untuk mengetahui peran dan<br />

tugas pokok Penyuluh Agama Fungsional Tingkat Terampil, dan untuk<br />

mengetahui Kompetensi dasar yang harus dimiliki Penyuluh Agama<br />

Fungsional Tingkat Terampil.<br />

Tulisan ini diharapkan bermanfaat sebagai media bantu untuk<br />

mengetahui seluk beluk sekitar Penyuluh Agama Fungsional Tingkat<br />

Terampil khususnya mengenai kedudukan, peran dan tugas pokok serta<br />

kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh Penyuluh Agama Fungsional<br />

Tingkat Terampil.<br />

BAB II<br />

KOMPETENSI DASAR PENYULUH AGAMA FUNGSIONAL<br />

A. Pengertian Penyuluh Agama Fungsional tingkat Terampil<br />

Penyuluh Agama Fungsional Tingkat Terampil merupakan bagian<br />

jenjang dari penyuluh agama. Secara umum pengertian penyuluh agama<br />

menurut Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Kepala Badan<br />

Kepegawaian Negara Nomor 574 tahun 1999 dan Nomor 178 tahun<br />

1999 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya,<br />

menyebutkan bahwa penyuluh agama adalah Pegawai Negeri Sipil yang<br />

diberi tugas, tanggung jawab, wewenang untuk melakukan kegiatan<br />

bimbingan dan penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa<br />

agama.<br />

Sedangkan pengertian Penyuluh Agama Fungsional Tingkat<br />

Terampil adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan<br />

penyuluh berdasarkan pengalaman kerja, mulai diangkat menjadi PNS<br />

golongan II, pendidikan SLTA.<br />

Jenjang Jabatan Penyuluh Agama Fungsional Tingkat Terampil<br />

66 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


dan jenjang pangkat, sebagai berikut :<br />

1. Penyuluh Agama Pelaksana ( II/a – II/d )<br />

1. Penyuluh Agama Pelaksana lanjutan ( III/a – III/b )<br />

3. Penyuluh Agama Penyelia ( III/c – III/d )<br />

B. Peran, Fungsi dan Tugas Pokok Penyuluh Agama Fungsional tingkat<br />

Terampil<br />

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 79 tahun 1985<br />

bahwa keberadaan penyuluh agama dalam berbagai jenjang mempunyai<br />

peranan yang penting dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan<br />

bernegara, antara lain :<br />

1. Penyuluh Agama sebagai pembimbing masyarakat.<br />

2. Penyuluh Agama sebagai panutan<br />

3. Penyuluh sebagai penyambung tugas pemerintah<br />

Sesuai Keputusan Menteri Negara Koordinator Pengawasan<br />

Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 54/KEP/<br />

MK.WASPAN/9/1999, tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama<br />

dan Angka Kreditnya, bahwa dalam kegiatan tugas Penyuluhan Agama<br />

Islam, melekat fungsi-fungsi sebagai berikut :<br />

1. Fungsi Informatif dan Edukatif<br />

Penyuluh Agama Islam memposisikan sebagai da’i yang berkewajiban<br />

mendakwahkan Islam, menyampaikan penerangan agama dan<br />

mendidik masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai ajaran agama.<br />

2. Fungsi Konsultatif<br />

Penyuluh Agama Islam menyediakan dirinya untuk turut memikirkan<br />

dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat,<br />

baik secara pribadi, keluarga maupun sebagai anggota masyarakat<br />

umum.<br />

3. Fungsi Advokatif<br />

Penyuluh Agama Islam memiliki tanggung jawab moral dan sosial<br />

untuk melakukan kegiatan pembelaan terhadap umat / masyarakat<br />

dari berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang<br />

merugikan aqidah, mengganggu ibadah dan merusak akhlak.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 67


C. Tugas Pokok Penyuluh Agama Fungsional tingkat Terampil<br />

Tugas pokok Penyuluh Agama Fungsional tingkat Terampil dalam<br />

kegiatan penyuluhan dan bimbingan, antara lain :<br />

1. Menyusun rencana kerja operasional<br />

2. Menidentifikasi kebutuhan sasaran<br />

3. Menyusun konsep program<br />

4. Menyusun konsep program sebagai penyaji<br />

5. Merumuskan program kerja<br />

6. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan / penyuluhan dalam<br />

bentuk naskah<br />

7. Melaksanakan bimbingan / penyuluhan melalui tatap muka kepada<br />

masyarakat<br />

8. Melaksanakan bimbingan / penyuluhan melalui pentas pertunjukan<br />

sebagai pemain<br />

9. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan / penyuluhan<br />

10. Melaksanakan konsultasi perorangan<br />

11. Melaksanakan konsultasi kelompok<br />

12. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan / kelompok<br />

13. Mengumpulkan bahan untuk menyusun juklak / juknis bimbingan /<br />

penyuluhan<br />

14. Mengolah dan menganalisa data untuk menyusun juklak / juknis<br />

bimbingan / penyuluhan.<br />

Evaluasi adalah “Suatu cara menganalisa suatu kegiatan<br />

secara sistematis dengan menggunakan bahan dan cara tertentu untuk<br />

mengetahui seberapa jauh hasil suatu pekerjaan / kegiatan itu dapat<br />

di capai“. Jadi pada prinsipnya evaluasi merupakan suatu proses yang<br />

sistematik untuk menentukan seberapa jauh efektivitas suatu kegiatan<br />

serta pencapaian hasil yang ditergetkan melalui pengumpulan informasi<br />

dari berbagai aspek yang terkait dengan menggunakan instrument dan<br />

bahan yang tersedia (Depag, 1996: 54).<br />

Adapun pelaporan adalah “Suatu bentuk kegiatan yang<br />

dilaksanakan secara terus menerus dengan menggunakan suatu cara<br />

tertentu yang telah disepakati untuk menyajikan suatu data sebagi<br />

informasi yang dibutuhkan secara tepat, lengkap dan akurat, sehingga<br />

68 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


dapat dijadikan sebagai bahan perencanaan lebih lanjut “ (Depag, 2007:<br />

50).<br />

D. DASAR HUKUM<br />

1. Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Kepala Badan<br />

Kepegawaian Negara Nomor 574 Tahun 1999 dan Nomor 178<br />

Tahun 1999, tentang jabatan fungsional Penyuluh Agama dan Angka<br />

kredtnya.<br />

2. Keputusan Menteri Negara Koordinator Pengawasan Pembangunan<br />

dan Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor 54/KEP/<br />

MK.WASPAN/9/1999, tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama<br />

dan Angka kreditnya, disebutkan bahwa tugas pokok Penyuluh<br />

Agama adalah melakukan dan mengembangkan kegiatan bimbingan<br />

atau penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama.<br />

E. JENIS DAN BAHAN EVALUASI PENYULUHAN AGAMA ISLAM<br />

1. Evaluasi Penyuluhan Agama, dikelompokkan menjadi tiga yaitu :<br />

a. Evaluasi program, meliputi kurikulum, sarana dan prasaran<br />

penyuluhan, administrasi kelembagaan (kelompok binaan), tenaga<br />

teknis (penyuluh agama) serta keadaan kelompok binaan secara<br />

umum.<br />

b. Evalusi proses penyuluhan, diarahkan kepada pelaksanaan tugas<br />

individual dan tugas kelompok, juga ditujukan kepada disiplin dan<br />

upaya yang dilakukan jamaah dalam kegiatan penyuluhan.<br />

c. Evaluasi hasil penyuluhan, merupakan upaya pengumpulan<br />

informasi untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan<br />

kemampuan yang dicapai jamaah pada setiap jangka waktu<br />

tertentu. Yang harus diperhatikan adalah materi, bahan kajian dan<br />

ciri-ciri yang dimiliki setiap materi penyuluhan.<br />

2. Bahan evaluasi penyuluhan agama, dikelompokkan menjadi tiga<br />

kelompok, yaitu :<br />

a. Materi, yang dievaluasi di antaranya adalah keterkaitan materi<br />

yang diberikan saat itu dengan materi yang lain, daya serap peserta<br />

terhadap materi yang diberikan dan perhatian peserta terhadap<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 69


materi yang diberikan.<br />

b. Peserta, yang dievaluasi adalah jumlah kehadiran peserta minggu<br />

lalu dan saat itu, kegairahan peserta dalam mengikuti materi yang<br />

diberikan, dan respon/umpan balik peserta terhadap materi yang<br />

diberikan.<br />

c. Penyelenggaraan, yang dievaluasi adalah ketepatan waktu yang<br />

digunakan, peralatan yang digunakan dan kerjasama antara<br />

penyelenggara(Depag, 2007: 36-39)<br />

F. JENIS DAN BAHAN PELAPORAN PENYULUHAN AGAMA<br />

ISLAM<br />

1. Jenis Pelaporan, dikelompokkan menjadi dua yaitu :<br />

a. Laporan bimbingan / penyuluhan, adalah suatu bentuk penyajian<br />

data yang berisi kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan Penyuluh<br />

Agama selama satu minggu dalam melaksanakan bimbingan<br />

/ penyuluhan kepada masyarakat yang menjadi kelompok<br />

binaannya baik bertatap muka langsung ataupun malalui media<br />

massa. Adapun kegiatan yang dilaporkan meliputi persiapan,<br />

pelaksanaan dan evaluasi.<br />

b. Laporan konsultasi, adalah bentuk penyajian data yang berisi<br />

kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan Penyuluh Agama selama<br />

satu minggu dalam memberikan arahan dan bimbingan langsung<br />

melalui dialog dua arah, di bidang keagamaan dan pembangunan<br />

kepada masyarakat/ kelompok binaan yang membutuhkan<br />

konsultasi baik secara perorangan ataupun kelompok.<br />

2. Bahan Pelaporan, untuk memudahkan memperoleh bahan laporan<br />

dan menyusun laporan mingguan, yang perlu dipersiapkan adalah :<br />

a. Rencana kegiatan operasional<br />

b. Jadwal kegiatan bimbingan/ penyuluhan<br />

c. Buku catatan harian yang berisi rincian kegiatan penyuluhan<br />

yang meliputi waktu, jenis materi, sasaran dan hasil penyuluhan.<br />

d. Map umtuk menyimpan materi penyuluhan<br />

e. Map untuk menyimpan laporan kegiatan (Depag, 2007: 51-54).<br />

70 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


BAB III<br />

TEKNIK EVALUASI DAN PELAPORAN PENYULUHAN AGAMA<br />

ISLAM DI KABUPATEN A<br />

A. TEKNIK EVALUASI PENYULUHAN<br />

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan di setiap kelompok binaan<br />

para penyuluh agama Islam di Kabupaten A sebagian besar sudah dapat<br />

melakukan kegiatan evaluasi dan pelaporan secara rutin. Yang dievaluasi<br />

dari kegiatan tersebut adalah dalam hal : materi penyuluhan, penyajian<br />

penyuluhan, peserta dan pasca penyuluhan, di mana keempat hal tersebut<br />

termasuk dalam kategori evaluasi pribadi (self evaluation). Juga dalam<br />

hal program penyuluhan yang meliputi kurikulum kegiatan dan sarana /<br />

prasarana penyuluhan.<br />

Selain itu juga diperlukan evaluasi melalui test dalam rangka<br />

menentukan apakah para peserta penyuluhan di kelompok-kelompok<br />

binaan di Kabupaten A dapat mempelajari dengan baik dan benar<br />

terhadap apa yang disampaikan oleh para penyuluh agama Islam.<br />

Hal ini dapat dilakukan secara informal dengan mengajukan berbagai<br />

pertanyaan setelah selesai menyampaikan materi penyuluhan atau dengan<br />

menggunakan instrument / blanko evaluasi.<br />

B. TEKNIK PELAPORAN PENYULUHAN<br />

Setiap pelaksanaan kegiatan penyuluhan Agama Islam yang telah<br />

dievaluasi selanjutnya dituangkan dalam sebuah Laporan Mingguan dan<br />

Laporan bulanan, baik laporan kegiatan bimbingan / penyuluhan ataupun<br />

laporan konsultasi dan kemudian dilaporkan kepada Kasi Pendamas<br />

Kandepag Kabupaten A<br />

Selain itu, setiap Penyuluh Agama Islam di Kabupaten A dianjurkan<br />

untuk membuat Buku Catatan Harian yang berisi kegiatan-kegiatan<br />

yang dilaksanakan. Catatan harian tersebut mencakup rincian kegiatan<br />

penyuluhan yang meliputi waktu, tempat, kelompok sasaran, jenis<br />

kegiatan, jenis materi, dan jumlah anggota kelompok sasaran / kelompok<br />

binaan.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 71


Setiap Penyuluh Agama Islam di Kabupen A diharuskan untuk<br />

melakukan evaluasi dan pelaporan secara rutin dan terus menerus dalam<br />

setiap kegiatan penyuluhan agama Islam yang telah dilakukan di wilayah<br />

binaannya masing-masing. Hal ini dimaksudkan selain untuk memudahkan<br />

para Penyuluh Agama Islam dalam pengajuan Kenaikan Pangkat, juga<br />

sebagai salah satu langkah tertib administrasi karena selama ini masih<br />

ada di antara para Penyuluh Agama Islam yang belum melakukan hal<br />

tersebut sehingga ketika akan mengajukan kenaikan pangkat mengalami<br />

kesulitan dalam mengumpulkan laporan hasil kegiatan penyuluhan yang<br />

telah dilakukan. Akhirnya rencana untuk kenaikan selalu tertunda. Di<br />

sinilah pentingnya kegiatan evaluasi dan pelaporan hasil penyuluhan<br />

agama Islam.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Departemen Agama RI, Tehnik Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan Agama<br />

Islam, 1996/1997<br />

Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Tentang Jabatan Fungsional<br />

Penyuluh, 2007.<br />

Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan, Jurnal Diklat Tenaga Teknis Keagamaan,<br />

2006.<br />

Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan, Jurnal Diklat Tenaga Teknis Keagamaan,<br />

2008.<br />

72 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH<br />

POPULER KEAGAMAAN PENYULUH AGAMA<br />

FUNGSIONAL PADA MEDIA CETAK<br />

Oleh : M. Zaenul Asyhuri<br />

Selain bahasa, tulisan juga berfungsi sebagai alat komunikasi dan<br />

sarana pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta penyampaian ajaran<br />

agama Islam.<br />

Pengertian Karya Ilmiah Populer adalah karya ilmiah yang digemari<br />

oleh orang banyak. Hal ini ada kaitannya pula dengan sistim sirkulasi dan<br />

marketing sebuah perusahaan media massa. Disebut karya ilmiah popular<br />

adalah karya ilmiah yang diekspos pada sebuah media massa cetak seperti<br />

Koran, majalah dsb.<br />

Jenis tulisan itu bermacam-macam antara lain: (1) News, (2) Feature,<br />

(3) Essay, (4) Laporan atau Reportase, (5) Artikel Opini. Namun dalam<br />

penggunaan istilah ilmiah popular identik dengan tulisan jenis artikel opini.<br />

Sementara artikel opini adalah karangan yang berisi ulasan atau opini terhadap<br />

suatu masalah atau dengan kata lain menganalisa suatu persoalan. Karena itu,<br />

aspek analisa serta opini (pendapat) penulisnya lebih menonjol.<br />

Kriteria Tulisan<br />

Sesuai dengan fungsinya, yakni untuk membantu pembaca mencerna<br />

informasi, menentukan pendapat dan sikap, dan melihat kedepan, maka artikel<br />

opini harus :<br />

1. Didukung dengan fakta yang akurat<br />

Apabila tulisan dimaksud menyebut firman Allah, maka harus disebutkan<br />

pula surat apa dan ayat berapa. Jika menyebutkan sabda nabi, maka harus<br />

disebutkan Hadits riwayat siapa atau di dalam kitab apa. Demikian halnya<br />

jika menunjukkan data angka tertentu, maka harus disebutkan sumber<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 73


pengambilan datanya, kecuali data yang telah diketahui oleh umum.<br />

Sekalipun demikian, penulis bisa menggunakan kata fleksibel seperti<br />

tidak kurang, lebih kurang dan sebagainya.<br />

2. Tidak emosional<br />

Penulis tidak bisa menunjukkan emosionalitasnya sehingga kelihatan<br />

tidak sportif dan tidak proporsional. Bahkan dalam suatu hal yang penulis<br />

tidak setuju, cara penulisannya pun harus halus seperti, saya kurang<br />

sependapat dengan …………, karena menurut hemat saya …..<br />

3. Tidak terlalu panjang<br />

Untuk ukuran media massa koran, tulisan ilmiah popular antara 1/2 sampai<br />

dengan empat halaman sesuai dengan kolom yang tersedia. Tulisan yang<br />

panjang bisa juga dan kadang-kadang kalau bagus serta menarik dimuat<br />

di koran, tetapi pemuatannya secara bersambung.<br />

Supaya tulisannya jelas dan padat, maka penggunaan kalimat efektifnya<br />

diterapkan semaksimal mungkin.<br />

4. Tuntas ulasannya<br />

Tidak menggantungkan sebagian ulasan sehingga menimbulkan<br />

pemahaman yang keliru. Atau dengan kata lain ulasannya harus lengkap<br />

dan tidak boleh ada yang tertinggal atau disembunyikan.<br />

5. Argumentatif dan rasional<br />

Bahasa yang digunakan dibuat argumentatif agar pembaca yakin bahwa<br />

apa yang diutarakan, apa yang dibahas, atau apa yang disanggah dapat<br />

meyakinkan penulis bahwa opini atau pendapatnya benar. Serta tidak<br />

mengungkap hal-hal yang tidak bisa dinalar oleh pembaca.<br />

6. Komunikatif<br />

Artinya bahwa tulisan itu hendaknya menimbulkan interes kedua belah<br />

pihak, antara penulis dan pembaca. Sehingga dalam penggunaan bahasa<br />

diupayakan seolah-olah pembaca diajak turut berpikir dan berbicara.<br />

74 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


7. Ada hal yang baru/ aktual<br />

Terdapat masukan/ ide atau hal baru dalam tulisan baik itu penemuan,<br />

penelitian, angan-angan atau cita-cita yang dituangkan. Serta sesuai<br />

dengan situasi dan kondisi kebutuhan pembaca saat itu (actual)<br />

8. Asli pendapat penulis<br />

Tidak merupakan jiplakan atau plagiasi dari karya orang lain. Kalau<br />

terpaksa dalam tulisan mencantumkan pendapat atau kutipan orang lain,<br />

maka sumber atau orangnya disebutkan.<br />

9. Mendidik<br />

Tulisan yang dimuat harus mendidik moral, akhlak, dan hal-hal<br />

keduniaan lainnya demi kemajuan pembaca atau masa depan pembaca.<br />

Tidak diperkenankan menulis dengan isi memprovokasi, mengarahkan<br />

pembaca untuk berbuat anarkhis dsb.<br />

10. Penggunaan Bahasa<br />

Tidak mengulang-ulang bahasa yang sama, menghindari pemborosan<br />

kata, dan menggunakan pilihan bahasa yang paling halus dan sederhana<br />

namun indah dan mudah dipahami pemcaba. Dapat menggunakan istilah<br />

asing dengan catatn diberi penjelasan.<br />

11. Dapat dipertanggungjawabkan<br />

Tulisan tidak mengandung delik atau cacat hukum yang bisa membawa<br />

penulis berurusan dengan meja hijau. Serta tidak mengungkap fakta atau<br />

contoh yang fiktif/ tidak benar.<br />

Teknik Penulisan<br />

Pedoman penulisan karya tulis ini sebenarnya juga mengacu pada<br />

pedoman penulisan karya tulis ilmiah pada umumnya. Tetapi mengingat<br />

keterbatasan kolom yang tersedia, tuntutan bisnis dan tuntutan pembaca,<br />

maka teknik penulisannya pada umumnya sebagai berikut:<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 75


Diketik dengan huruf pika/ font size 12 dan spasi ganda pada kertas<br />

berwarna putih ukuran folio sepanjang 3 sampai 4 halaman. Judul diketik<br />

dengan huruf kapital pada posisi tengah atas. Judul digarisbawahi dan di<br />

bawah judul diketik nama lengkap penulis sesuai dengan identitas yang<br />

disertakan. Kemudian pada akhir tulisan disebutkan status dan jabatan penulis<br />

sehari-hari.<br />

Komposisi tulisan pendahuluan atau pengantar menuju isi 15 – 20%<br />

dari isi tulisan, isi 70 – 80% dari isi tulisan, dan penutup 5 – 10% dari isi<br />

tulisan.<br />

Naskah dibuat dalam dua rangkap dan asli naskah dimasukkan dalam<br />

amplop ukuran departemen, diketik nama dan alamat pengirim serta redaksi<br />

tujuan pengiriman. (Contoh pada tutor/ instruktur). Maksud dibuatnya naskah<br />

dalam dua rangkap, karena dipakai sebagai alat kontrol/ koreksi terhadap<br />

tulisan yang telah dimuat di media massa. Karena Redaksi berhak merubah<br />

tulisan yang masuk ke meja redaksi sepanjang tidak mengubah maksud dan inti<br />

dari tulisan. Jangan sampai tulisan yang sudah diekspos ternyata menyimpang<br />

atau dipolitisasi oleh redaksi demi keuntungan sepihak.<br />

Teknik Penyusunan<br />

Teknik penyusunan karya tulis ilmiah populer yang paling mudah untuk<br />

dipedomani:<br />

1. Buatlah thema / judul tulisan sebelum memulai menulis<br />

Suatu karya mustahil dapat tertulis dengan baik tanpa menentukan tema<br />

terlebih dahulu sebelum menyusun tulisan walaupun thema tersebut tidak<br />

ditulis. Tetapi bagi penulis profesional, tema tulisan sifatnya tidak paten.<br />

Artinya, terkadang di tengah menulis, kemudian menemukan hal baru<br />

dan hal itu yang menurutnya lebih penting dan menarik untuk dikupas.<br />

Penentuan judul dilakukan setelah tulisan selesai disusun agar tergambar<br />

jelas kesesuaian antara judul dengan isinya. Dan kalimat judul yang<br />

paling baik adalah tidak lebih dari 3 kata.<br />

2. Buatlah kerangka (out line) naskah<br />

3. Pengumpulan bahan<br />

76 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


4. Pengolahan bahan<br />

5. Penyusunan<br />

Buatlah tulisan awal sebagus dan semenarik mungkin agar pembaca<br />

tertarik dan kemudian membacanya dengan cermat, tenang dan senang. Tetapi<br />

untuk membuat tulisan awal menarik tidaklah mudah.<br />

Seorang penulis kadang-kadang untuk mengawali sebuah tulisan<br />

memerlukan waktu berjam-jam bahkan sampai berhari-hari. Tetapi<br />

begitu tulisan awal atau fondasi tulisan telah selesai, maka isi tulisan dan<br />

mengkahirinya sangat mudah.<br />

Untuk mengawali sebuah tulisan, dapat dilakukan dengan<br />

mengungkapkan suatu peristiwa, kasus, anekdot, ayat/ hadits dan kisah teladan<br />

serta hal-hal menarik lainnya.<br />

Mengingat menulis itu merupakan proses kreativitas, maka tidak<br />

banyak orang yang menulis dengan baik. Tetapi seseorang bisa belajar dan<br />

berlatih terus agar bisa menulis dengan baik. Sehingga sebagai penyuluh, kita<br />

tidak hanya pandai ceramah melainkan juga mahir menuangkan ceramah itu<br />

dalam bentuk tulisan.<br />

Untuk mengakhiri tulisan ini, perlu disampaikan bahwa dalam mengirim<br />

sebuah karya tulis ilmiah popular ke media massa, foto copy identitas penulis<br />

(diutamakan sesuai dengan profesinya) disertakan*** (Sumber Blok Pokjaluh<br />

<strong>Kemenag</strong> Pekalongan).<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 77


PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA<br />

NOMOR 13 TAHUN 2012<br />

TENTANG<br />

ORGANISASI DAN TATA KERJA<br />

INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA<br />

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA<br />

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,<br />

Menimbang : Bahwa sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 63<br />

Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja lnstansi Vertikal<br />

Kementerian Agama, dipandang perlu untuk menetapkan<br />

Peraturan Menteri Agama tentang Organisasi dan Tata Kerja<br />

Instansi Vertikal Kementerian Agama;<br />

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian<br />

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008<br />

Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia<br />

Nomor 4916);<br />

2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan<br />

dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah<br />

dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 tentang<br />

Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun<br />

2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian<br />

Negara;<br />

3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,<br />

Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan<br />

Organisasi, Tugas, Fungsi Eselon I Kementerian Negara<br />

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan<br />

Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan<br />

Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang<br />

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta<br />

Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi Eselon I Kementerian<br />

Negara;<br />

4. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2011 tentang Organisasi<br />

78 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


dan Tata Kerja lnstansi Vertikal Kementerian Agama;<br />

5. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang<br />

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara<br />

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 592);<br />

Memperhatikan : Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur<br />

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor B/1090/M.<br />

PANRB/4/2012 tanggal 11 April 2012 tentang Organisasi<br />

Dan Tata Kerja Instansi Vertikal di lingkungan<br />

Kementerian Agama;<br />

MEMUTUSKAN:<br />

Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG<br />

ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI<br />

VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA.<br />

BAB I<br />

UMUM<br />

Pasal 1<br />

(1) Instansi Vertikal Kementerian Agama adalah instansi di lingkungan<br />

Kementerian Agama yang melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian<br />

Agama di daerah.<br />

(2) Instansi Vertikal Kementerian Agama terdiri atas kantor wilayah<br />

Kementerian Agama provinsi dan kantor Kementerian Agama kabupaten/<br />

kota.<br />

Bagian Keduapuluh Dua<br />

Kantor Wilayah Kementerian Agama<br />

<strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong><br />

Pasal 689<br />

(1) Susunan Organisasi Kantor Wilayah Kementerian Agama <strong>Provinsi</strong><br />

<strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> terdiri atas:<br />

a. Bagian Tata Usaha;<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 79


. Bidang Pendidikan Madrasah;<br />

c. Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam;<br />

d. Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />

e. Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah;<br />

f. Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf;<br />

g. Pembimbing Masyarakat Kristen;<br />

h. Pembimbing Masyarakat Katolik;<br />

i. Pembimbing Masyarakat Hindu;<br />

j. Pembimbing Masyarakat Buddha; dan<br />

k. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

(2) Selain organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kantor Wilayah<br />

Kementerian Agama <strong>Provinsi</strong> <strong>Kalimantan</strong> <strong>Selatan</strong> membawahi Kantor<br />

Kementerian Agama:<br />

a. Kabupaten Tanah Laut;<br />

b. Kabupaten Banjar;<br />

c. Kabupaten Barito Kuala;<br />

d. Kabupaten Tapin;<br />

e. Kabupaten Hulu Sungai <strong>Selatan</strong><br />

f. Kabupaten Hulu Sungai Utara;<br />

g. Kabupaten Hulu Sungai Tengah;<br />

h. Kota Banjarmasin;<br />

i. Kabupaten Tabalong;<br />

j. Kabupaten Tanah Bumbu;<br />

k. Kota Banjarbaru;<br />

l. Kabupaten Kotabaru;dan<br />

m. Kabupaten Balangan;<br />

Pasal 690<br />

Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689 ayat (1) huruf a<br />

mempunyai tugas melaksanakan koordinasi perumusan kebijakan teknis dan<br />

pelaksanaan pelayanan dan pembinaan administrasi, keuangan dan barang<br />

milik negara di lingkungan Kantor Wilayah.<br />

Pasal 691<br />

80 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 690, Bagian<br />

Tata Usaha menyelenggarakan fungsi:<br />

a. koordinasi penyusunan rencana, evaluasi program dan anggaran, serta<br />

laporan;<br />

b. pelaksanaan urusan keuangan;<br />

c. penyusunan organisasi dan tata laksana;<br />

d. pengelolaan urusan kepegawaian;<br />

e. penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum;<br />

f. pelaksanaan bimbingan kerukunan umat beragama;<br />

g. pelayanan informasi dan hubungan masyarakat; dan<br />

h. pelaksanaan urusan ketatausahaan, rumah tangga, perlengkapan, dan<br />

i. pengelolaan barang milik/kekayaan negara pada Kantor Wilayah<br />

j. Kementerian Agama.<br />

Pasal 692<br />

Susunan Organisasi Bagian Tata Usaha terdiri atas:<br />

a. Subbagian Perencanaan dan Keuangan;<br />

b. Subbagian Organisasi, Tata Laksana, dan Kepegawaian;<br />

c. Subbagian Hukum dan Kerukunan Umat Beragama;<br />

d. Subbagian Informasi dan Hubungan Masyarakat;<br />

e. Subbagian Umum; dan<br />

f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

Pasal 693<br />

(1) Subbagian Perencanaan dan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam<br />

Pasal 692 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />

koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran, evaluasi dan<br />

laporan, serta pelaksanaan urusan keuangan.<br />

(2) Subbagian Organisasi, Tata Laksana, dan Kepegawaian sebagaimana<br />

dimaksud dalam Pasal 692 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan<br />

bahan penyusunan organisasi dan tata laksana serta pengelolaan urusan<br />

kepegawaian.<br />

(3) Subbagian Hukum dan Kerukunan Umat Beragama sebagaimana<br />

dimaksud dalam Pasal 692 huruf c mempunyai tugas melakukan penyiapan<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 81


ahan penyusunan peraturan perundang-undangan, bantuan hukum,<br />

dan pelaksanaan bimbingan kerukunan umat beragama serta pelayanan<br />

masyarakat Khonghucu.<br />

(4) Subbagian Informasi dan Hubungan Masyarakat sebagaimana dimaksud<br />

dalam Pasal 692 huruf d mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />

pelaksanaan urusan pengelolaan informasi dan hubungan masyarakat.<br />

(5) Subbagian Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 692 huruf e<br />

mempunyai tugas melakukan urusan ketatausahaan, rumah tangga,<br />

perlengkapan, pemeliharan dan pengelolaan barang milik/kekayaan<br />

negara.<br />

Pasal 694 … 242<br />

Pasal 694<br />

Bidang Pendidikan Madrasah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689 ayat<br />

(1) huruf b mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, bimbingan, dan<br />

pembinaan serta pengelolaan sistem informasi di bidang pendidikan madrasah<br />

berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah<br />

Kementerian Agama Kementerian Agama.<br />

Pasal 695<br />

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 694, Bidang<br />

Pendidikan Madrasah menyelenggarakan fungsi :<br />

a. penyiapan perumusan kebijakan teknis dan perencanaan di bidang<br />

pendidikan madrasah;<br />

b. pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang kurikulum<br />

dan evaluasi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana,<br />

pengembangan potensi siswa, kelembagaan, kerja sama, dan pengelolaan<br />

sistem informasi pendidikan madrasah; dan<br />

c. evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pendidikan madrasah.<br />

Pasal 696<br />

Susunan Organisasi Bidang Pendidikan Madrasah terdiri atas:<br />

a. Seksi Kurikulum dan Evaluasi;<br />

82 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


. Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan;<br />

c. Seksi Sarana dan Prasarana;<br />

d. Seksi Kesiswaan;<br />

e. Seksi Kelembagaan dan Sistem Informasi Madrasah; dan<br />

f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

Pasal 697<br />

(1) Seksi Kurikulum dan Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 696<br />

huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan<br />

pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang kurikulum dan<br />

evaluasi pada Raudlatul Athfal (RA) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI),<br />

Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah<br />

Aliyah Kejuruan (MAK).<br />

(2) Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud<br />

dalam Pasal 696 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />

pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis dan pembinaan di bidang<br />

pendidik dan tenaga kependidikan pada RA, MI, MTs, MA dan MAK.<br />

(3) Seksi Sarana dan Prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 696 huruf<br />

c mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan ,<br />

bimbingan teknis dan pembinaan di bidang sarana dan prasarana RA, MI,<br />

MTs, MA dan MAK.<br />

(4) Seksi Kesiswaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 696 huruf d<br />

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis dan pembinaan di bidang pengembangan potensi siswa<br />

pada RA, MI, MTs, MA dan MAK.<br />

(5) Seksi … 243<br />

(6) Seksi Kelembagaan dan Sistem Informasi Madrasah sebagaimana<br />

dimaksud dalam Pasal 696 huruf e mempunyai tugas melakukan penyiapan<br />

bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di<br />

bidang pengembangan kelembagaan, kerja sama serta pengelolaan sistem<br />

informasi pendidikan RA, MI, MTs, MA dan MAK.<br />

Pasal 698<br />

Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam sebagaimana dimaksud<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 83


dalam Pasal 689 ayat (1) huruf c mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,<br />

bimbingan, pembinaan, dan pengelolaan sistem informasi di bidang pendidikan<br />

agama dan keagamaan Islam berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan<br />

oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.<br />

Pasal 699<br />

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 698, Bidang<br />

Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam menyelenggarakan fungsi:<br />

a. penyiapan perumusan kebijakan teknis dan perencanaan di bidang<br />

pendidikan agama dan keagamaan Islam;<br />

b. pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang pendidikan<br />

agama Islam pada pendidikan anak usia dini, taman kanakkanak,<br />

pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan diniyah, pendidikan<br />

al-Quran, dan pondok pesantren, serta pengelolaan sistem informasi<br />

pendidikan agama dan keagamaan Islam; dan<br />

c. evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pendidikan pendidikan agama<br />

dan keagamaan.<br />

Pasal 700<br />

Susunan Organisasi Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam terdiri<br />

atas:<br />

a. Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini dan<br />

Pendidikan Dasar;<br />

b. Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Menengah;<br />

c. Seksi Pondok Pesantren;<br />

d. Seksi Pendidikan Diniyah dan Al-Quran;<br />

e. Seksi Sistem Informasi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam; dan<br />

f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

Pasal 701<br />

(1) Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini dan<br />

Pendidikan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 700 huruf a<br />

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pendidikan agama Islam pada<br />

84 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar.<br />

(2) Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Menengah sebagaimana<br />

dimaksud dalam Pasal 700 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan<br />

bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang<br />

pendidikan agama Islam pada pendidikan menengah.<br />

(3) Seksi Pondok Pesantren sebagaimana dimaksud dalam Pasal 700 huruf c<br />

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pondok pesantren.<br />

(4) Seksi Pendidikan Diniyah dan Al-Quran sebagaimana dimaksud dalam<br />

Pasal 700 huruf d mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />

pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan penyiapan pembinaan di<br />

bidang pendidikan diniyah dan al-Quran.<br />

(5) Seksi Sistem Informasi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam<br />

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 700 huruf e mempunyai tugas<br />

melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis,<br />

dan pembinaan di bidang pengelolaan sistem informasi pendidikan agama<br />

dan keagamaan Islam.<br />

Pasal 702<br />

Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br />

689 ayat (1) huruf d mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, bimbingan,<br />

pembinaan, dan pengelolaan sistem informasi di bidang<br />

penyelenggaraan haji dan umrah berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan<br />

oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.<br />

Pasal 703<br />

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 702, Bidang<br />

Penyelenggaraan Haji dan Umrah menyelenggarakan fungsi:<br />

a. penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang penyelenggaraan haji<br />

dan umrah;<br />

b. pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang pendaftaran,<br />

dokumen, akomodasi, transportasi, perlengkapan haji, pengelolaan<br />

keuangan haji, pembinaan jemaah haji dan umrah serta pengelolaan<br />

sistem informasi haji dan umrah;<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 85


c. evaluasi dan penyusunan laporan di bidang penyelenggaraan haji dan<br />

umrah.<br />

Pasal 704<br />

Susunan Organisasi Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah terdiri atas:<br />

a. Seksi Pendaftaran dan Dokumen Haji;<br />

b. Seksi Pembinaan Haji dan Umrah;<br />

c. Seksi Akomodasi, Transportasi, dan Perlengkapan Haji;<br />

d. Seksi Pengelolaan Keuangan Haji;<br />

e. Seksi Sistem Informasi Haji; dan<br />

f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

Pasal 705<br />

(1) Seksi Pendaftaran dan Dokumen Haji sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br />

704 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan<br />

pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pendaftaran dan<br />

dokumen haji.<br />

(2) Seksi Pembinaan Haji dan Umrah sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br />

704 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan<br />

pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pembinaan haji<br />

dan umrah.<br />

(3) Seksi … 245<br />

(4) Seksi Akomodasi, Transportasi, dan Perlengkapan Haji sebagaimana<br />

dimaksud dalam Pasal 704 huruf c mempunyai tugas melakukan penyiapan<br />

bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang<br />

akomodasi, transportasi, dan perlengkapan haji.<br />

(5) Seksi Pengelolaan Keuangan Haji sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br />

704 huruf d mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan<br />

pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pengelolaan<br />

keuangan haji.<br />

(6) Seksi Sistem Informasi Haji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 704 huruf<br />

e mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pengelolaan sistem informasi<br />

haji dan umrah.<br />

Pasal 706<br />

86 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah sebagaimana dimaksud<br />

dalam 689 ayat (1) huruf e mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,<br />

bimbingan, pembinaan, dan pengelolaan sistem informasi di bidang urusan<br />

agama Islam dan pembinaan syariah berdasarkankebijakan teknis yang<br />

ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.<br />

Pasal 707<br />

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 706, Bidang<br />

Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah menyelenggarakan fungsi:<br />

a. penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang urusan agama Islam dan<br />

pembinaan syariah;<br />

b. pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang<br />

kepenghuluan, pemberdayaan kantor urusan agama dan keluarga sakinah,<br />

pemberdayaan masjid, produk halal, hisab rukyat, dan pembinaan syariah,<br />

serta pengelolaan sistem informasi urusan agama Islam dan pembinaan<br />

syariah; dan<br />

c. evaluasi dan penyusunan laporan di bidang urusan agama Islam dan<br />

pembinaan syariah.<br />

Pasal 708<br />

Susunan Organisasi Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah<br />

terdiri atas:<br />

a. Seksi Kepenghuluan;<br />

b. Seksi Pemberdayaan Kantor Urusan Agama;<br />

c. Seksi Kemasjidan;<br />

d. Seksi Produk Halal;<br />

e. Seksi Pembinaan Syariah dan Sistem Informasi Urusan Agama Islam;dan<br />

f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

Pasal 709<br />

(1) Seksi Kepenghuluan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 708 huruf a<br />

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang kepenghuluan.<br />

(2) Seksi Pemberdayaan Kantor Urusan Agama sebagaimana dimaksud<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 87


dalam Pasal 708 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />

pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang<br />

pemberdayaan kantor urusan agama.<br />

(3) Seksi Kemasjidan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 708 huruf c<br />

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang kemasjidan.<br />

(4) Seksi Produk Halal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 708 huruf d<br />

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang produk halal.<br />

(5) Seksi Pembinaan Syariah dan Sistem Informasi Urusan Agama Islam<br />

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 708 huruf e mempunyai tugas<br />

melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis,<br />

dan pembinaan di bidang hisab rukyat dan pembinaan syariah, serta<br />

pengelolaan sistem informasi urusan agama Islam.<br />

Pasal 710<br />

Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf sebagaimana dimaksud<br />

dalam Pasal 689 ayat (1) huruf f mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,<br />

bimbingan, pembinaan, dan pengelolaan system informasi di bidang<br />

penerangan agama Islam, zakat dan wakaf berdasarkan kebijakan teknis yang<br />

ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.<br />

Pasal 711<br />

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 710, Bidang<br />

Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf menyelenggarakan fungsi:<br />

a. penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang penerangan agama<br />

Islam, zakat, dan wakaf;<br />

b. pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang penerangan<br />

dan penyuluhan agama Islam, kemitraan umat Islam dan publikasi dakwah,<br />

hari besar Islam, seni budaya Islam, musabaqah Al-Quran dan Al-Hadits,<br />

zakat, dan wakaf, serta pengelolaan sistem informasi penerangan agama<br />

Islam, zakat, dan wakaf; dan<br />

c. evaluasi dan penyusunan laporan di bidang penerangan agama Islam,<br />

zakat, dan wakaf.<br />

88 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Pasal 712<br />

Susunan Organisasi Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf<br />

terdiri atas:<br />

a. Seksi Penerangan dan Penyuluhan Agama Islam;<br />

b. Seksi Kemitraan Umat, Publikasi Dakwah dan Hari Besar Agama Islam;<br />

c. Seksi Pengembangan Seni Budaya Islam, Musabaqah Al-Quran dan Al-<br />

Hadits;<br />

d. Seksi Pemberdayaan Zakat;<br />

e. Seksi Pemberdayaan Wakaf; dan<br />

f. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

Pasal 713<br />

a. Seksi Penerangan dan Penyuluhan Agama Islam sebagaimana dimaksud<br />

dalam Pasal 712 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan<br />

pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang<br />

penerangan dan penyuluhan agama Islam serta pengelolaan sistem<br />

informasi penerangan agama Islam, zakat, dan wakaf.<br />

b. Seksi Kemitraan Umat, Publikasi Dakwah dan Hari Besar Agama Islam<br />

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 712 huruf b mempunyai tugas<br />

melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis,<br />

dan pembinaan di bidang kemitraan umat Islam, publikasi dakwah dan<br />

hari besar Islam.<br />

c. Seksi Pengembangan Seni Budaya Islam, Musabaqah Al-Quran dan Al-<br />

Hadits sebagaimana dimaksud dalam Pasal 712 huruf c mempunyai tugas<br />

melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis,<br />

dan pembinaan di bidang pengembangan seni budaya Islam, musabaqah<br />

al-Quran dan al-Hadits.<br />

d. Seksi Pemberdayaan Zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 712 huruf<br />

d mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pemberdayaan zakat.<br />

e. Seksi Pemberdayaan Wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 712 huruf<br />

e mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,<br />

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pemberdayaan wakaf.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 89


Pasal 718<br />

(1) Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tanah Laut,<br />

Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tapin, Kabupaten<br />

Hulu Sungai <strong>Selatan</strong>, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu<br />

Sungai Tengah, dan Kota Banjarmasin sebagaimana dimaksud dalam<br />

Pasal 689 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf h terdiri atas:<br />

a. Subbagian Tata Usaha;<br />

b. Seksi Pendidikan Madrasah;<br />

c. Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren;<br />

d. Seksi Pendidikan Agama Islam;<br />

e. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />

f. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;<br />

g. Penyelenggara Syariah; dan<br />

h. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

(2) Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tabalong<br />

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689 ayat (2) huruf i terdiri atas:<br />

a. Subbagian Tata Usaha;<br />

b. Seksi Pendidikan Madrasah;<br />

c. Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren;<br />

d. Seksi Pendidikan Agama Islam;<br />

e. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />

f. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;<br />

g. Penyelenggara Syariah;<br />

h. Penyelenggara Kristen; dan<br />

i. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

(3) Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tanah<br />

Bumbu dan Kota Banjarbaru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689<br />

ayat (2) huruf j dan huruf k terdiri atas:<br />

a. Subbagian Tata Usaha;<br />

b. Seksi Pendidikan Madrasah;<br />

c. Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam<br />

d. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />

e. Seksi … 249<br />

90 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


f. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;<br />

g. Penyelenggara Syariah; dan<br />

h. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

(4) Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kotabaru<br />

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689 ayat (2) huruf l terdiri atas:<br />

a. Subbagian Tata Usaha;<br />

b. Seksi Pendidikan Madrasah;<br />

c. Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam;<br />

d. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />

e. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;<br />

f. Penyelenggara Syariah;<br />

g. Penyelenggara Katolik; dan<br />

h. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

(5) Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Balangan<br />

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 689 ayat (2) huruf m terdiri atas:<br />

a. Subbagian Tata Usaha;<br />

b. Seksi Pendidikan Madrasah;<br />

c. Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam;<br />

d. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;<br />

e. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;<br />

f. Penyelenggara Syariah;<br />

g. Penyelenggara Buddha; dan<br />

h. Kelompok Jabatan Fungsional.<br />

Pasal 719<br />

(1) Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />

mempunyai tugas melakukan koordinasi perumusan kebijakan teknis<br />

dan perencanaan, pelaksanaan pelayanan dan pembinaan administrasi,<br />

keuangan dan barang milik negara di lingkungan Kantor Kementerian<br />

Agama.<br />

(2) Seksi Pendidikan Madrasah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />

mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />

serta pengelolaan data dan informasi di bidang RA, MI, MTs, MA dan<br />

MAK.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 91


(3) Seksi Pendidikan Agama Islam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />

mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />

serta pengelolaan data dan informasi di bidang pendidikan agama Islam<br />

pada PAUD, SD/SDLB, SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK.<br />

(4) Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam sebagaimana dimaksud<br />

dalam Pasal 718 mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan<br />

teknis, pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di bidang<br />

pendidikan agama Islam dan pendidikan keagamaan Islam.<br />

(5) Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren sebagaimana dimaksud<br />

dalam Pasal 718 mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan<br />

teknis, pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di bidang<br />

pendidikan diniyah dan pondok pesantren.<br />

(6) Seksi … 250<br />

(7) Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebagaimana dimaksud dalam<br />

Pasal 718 mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis,<br />

pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di bidang penyelenggaraan<br />

haji dan umrah.<br />

(8) Seksi Bimbingan Masyarakat Islam sebagaimana dimaksud dalam<br />

Pasal 718 mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis,<br />

pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di bidang bimbingan<br />

masyarakat Islam.<br />

Pasal 720<br />

(1) Penyelenggara Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />

mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />

serta pengelolaan data dan informasi di bidang pembinaan syariah.<br />

(2) Penyelenggara Kristen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />

mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />

serta pengelolaan data dan informasi di bidang bimbingan masyarakat<br />

Kristen.<br />

(3) Penyelenggara Katolik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />

mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />

serta pengelolaan data dan informasi di bidang bimbingan masyarakat<br />

Katolik.<br />

92 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


(4) Penyelenggara Buddha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 718<br />

mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan<br />

serta pengelolaan data dan informasi di bidang bimbingan masyarakat<br />

Buddha.<br />

Ditetapkan di Jakarta<br />

pada tanggal 16 Agustus 2012<br />

MENTERI AGAMA REPUBLIK<br />

INDONESIA,<br />

TTD<br />

SURYADHARMA ALI<br />

Diundangkan di Jakarta<br />

pada tanggal 24 Agustus 2012<br />

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI<br />

MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,<br />

TTD<br />

AMIR SYAMSUDDIN<br />

BERITA NEGARA REPUBLIK<br />

INDONESIA<br />

TAHUN 2012 NOMOR 851<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 93


Ketentuan Tulisan Jurnal Penyuluh<br />

1. Karangan ditulis dalam bahasa indonesia atau bahasa inggris dengan perangkat<br />

lunak pengolah kata microsoft word, font Times New Roman Arial, maksimum<br />

10 halaman kuarto dengan spasi satu setengah.<br />

2. Karangan hasil karya sendiri atau penelitian disusun dengan sistematika sebagai<br />

berikut : Judul. Nama pengarang. Abstract. Keywords. Pendahuluan. Pembahasan.<br />

Kesimpulan dan Saran. Daftar Kepustakaan. Sistematika tersebut dapat disesuaikan<br />

untuk penyusunan karangan ilmiah non-penelitian.<br />

3. JUDUL<br />

a. Karangan dicetak dengan huruf besar, tebal, dan tidak melebihi 18 kata.<br />

b. Nama Pengarang, instansi asal, alamat, dan alamat e-mail dicetak dibawah<br />

judul.<br />

c. Abstract (tidak lebih dari 150 kata) dan keywords (3 sampai 5 kata) ditulis<br />

dalam bahasa Indonesia atau inggris, satu spasi, dengan huruf miring.<br />

d. Tulisan menggunakan endnote.<br />

e. Daftar Kepustakaan dicantumkan secara urut abjad nama pengarang dengan<br />

ketentuan sebagai berikut :<br />

• Untuk buku acuan (monograf): Nama belakang pengarang diikuti nama<br />

lain. Tahun. Judul Buku. Kota Penerbit: Penerbit.<br />

• Untuk karangan dalam buku dengan banyak kontributor: Nama<br />

Pengarang. Tahun. “Judul Karangan” Dalam: Nama Editor. Judul Buku.<br />

Kota Penerbit: Penerbit. Halaman.<br />

• Untuk karangan dalam jurnal/majalah: Nama Pengarang. Tahun. “Judul<br />

Karangan.” Nama Majalah, Volume (Nomor): Halaman.<br />

• Untuk karangan dari internet: Nama Pengarang. Tahun. “Judul Karangan.”<br />

Alamat di internet (URL). Tanggal mengakses karangan tersebut.<br />

4. Gambar diberi nomor dan keterangan di bawahnya, sedangkan Tabel diberi nomor<br />

dan keterangan diatasnya. Keduanya sedapat mungkin disatukan dengan file naskah.<br />

Bila gambar/tabel dikirimkan secara terpisah, harap dicantumkan dalam lembar<br />

tersendiri dengan kualitas yang baik.<br />

5. Naskah karangan dilengkapi dengan biodata singkat pengarang dikirimkan ke<br />

alamat kantor Jurnal Bimas Islam berupa naskah tercetak (print out) dengan<br />

menyertakan soft copy dalam disket/flash disk atau dapat dikirim melalui e-mail<br />

Jurnal Bimas Islam.<br />

6. Tulisan yang diterima redaksi menjadi arsip atau dokumen Tim Jurnal. Redaksi<br />

berkah merubah tulisan sepanjang tidak merupakan substansi tulisan.<br />

94 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel


Resensi Buku<br />

Proses Beragama<br />

Judul :<br />

Materi Bimbingan Agama pada Muslim Pemula<br />

(Muallaf)<br />

Penyusun :<br />

Faiz Fayadi, et al..<br />

Tebal :<br />

115 halaman<br />

Penerbit :<br />

Direktorat Penerangan Agama Islam Direktorat<br />

Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian<br />

Agama RI, 2012.<br />

Penganut agama Islam secara kuantitas selalu bertambah, baik dari kalangan yang<br />

sudah muslim sejak lahir, maupun dari kalangan muallaf.<br />

Muallaf artinya orang yang masih pemula sebagai muslim, dalam arti masa<br />

keislamannya relatif belum lama dan secara agama masih memerlukan bimbingan agar<br />

semakin kuat dan mantap, baik di segi akidah, ibadah maupun akhlaknya.<br />

Dakwah yang paling penting bagi muslim pemula adalah pembinaan akidah tauhid.<br />

Karena itu ketika ada orang masuk Islam, bimbingan yang lebih dahulu diberikan adalah<br />

bimbingan tauhid. Barangkali pendekatan yang dilakukan dapat meniru cara berdakwah<br />

Rasulullah saw pada periode Mekkah, di mana saat itu beliau lebih menekankan kepada<br />

ajaran tauhid. Baru ketika menjelang hijrah ke Medinah perintah shalat turun dan ketika<br />

itulah ibadah shalat fardlu menjadi kewajiban setiap muslim.<br />

Jadi, terhadap muallaf ini tidak langsung diberikan bimbingan ibadah yang dirasa<br />

memberatkan. Tidak jarang orang yang semula bersedia menjadi muallaf, lalu balik lagi ke<br />

agama semula, karena tidak sanggaup mengerjakan sjhalat, puasa dan sebagainya. Bisa<br />

pula terjadi seseorang bersedia masuk islam, tapi belum mampu menjalankan syariat,<br />

khususnya ibadah karena tauhidnya belum mantap.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel 95


Dalam konteks pembinaan tauhid ini juga diupayakan untuk membersihkan<br />

kepercayaan sebelumnya yang kemungkinan masih bercampur atau bernuansa syirik. hal<br />

ini juga penting, sebab antara tauhid dengan syirik tidak bisa dicampuradukkan.<br />

Apabila akidah tauhid sudah tertanam dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah<br />

bimbingan ibadah. Ibadah yang diprioritaskan tentu ibadah shalat, karena ia merupakan<br />

tiang agama. Untuk itu setiap muallaf perlu diberikan bimbingan tentang shalat, tidak saja<br />

tata caranya (kaifiyatnya), tetapi juga fadhilah, keutamaan atau hikmahnya. bersama<br />

dengan shalat juga perlu diberikan bimbingan zikir dan doa-doa pendek. Semua ini sangat<br />

penting, sebab shalat, zikir dan doa mengandung banyak manfaat, lebih-lebih bagi muallaf.<br />

Ketika menjalani proses perubahan agama (konversi agama), tak mustahil<br />

mereka mengalami kegoncangan jiwa. Maka shalat sangat berguna muntuk menanamkan<br />

ketenangan, kedamaian, jauh dari resah dan gelisah. ketika mereka mampu melaksanakan<br />

shalat, maka ketenangan akan terwujud. Buku ini dapat dijadikan pedoman penting dalam<br />

membina keberagamaan muallaf.<br />

Muslim muallaf juga perlu diberikan pelayanan administrasi. maksudnya, prosesi<br />

dan identitas keislaman mereka perlu dibuatkan berita acaranya dan didaftarkan kepada<br />

instansi terkait, khususnya Kementerian Agama kabupaten/kota. Prosesi keislaman<br />

itu boleh saja dilakukan di masjid, langgar atau di mana saja, tetapi ada dokumen yang<br />

berkuatan hukum sebagai bukti otentik keislaman muallaf tersebut.<br />

Tidak dapat dikesampingkan, muallaf perlu dibina dan diayomi, bagi yang ekonominya<br />

lemah perlu dibantu, sebab ketika masuk Islam mungkin mereka mengalami masalah dalam<br />

pekerjaan, keluarga dan sebagainya. Kelemahan dakwah Islam selama ini adalah kurangnya<br />

pembinaan terhadap muallaf, khususnya di segi sosial ekonomi. Semua ini penting untuk<br />

diperhatikan tidak saja bagi instansi pemerintah terkait, tertapi juga para ulama, guru<br />

agama, para penyuluh agama dan tokoh masyarakat. (Ahmad Barjie B).<br />

96 Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!