Edisi Maret - April Tahun 2009 per HAL - Elsam
Edisi Maret - April Tahun 2009 per HAL - Elsam
Edisi Maret - April Tahun 2009 per HAL - Elsam
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA<br />
laporan utama<br />
men hanya memiliki fungsi<br />
seremonial sedangkan wewe<br />
nang DPD hanya memberi usulan<br />
undang-undang. Dengan demi<br />
kian, DPR adalah lembaga yang<br />
memiliki fungsi parlementer<br />
dalam ketatanegaraan kita.<br />
Dengan posisinya yang sede<br />
mikian penting wajar jika pada<br />
masa sekarang <strong>per</strong>hatian publik<br />
banyak tertuju pada lembaga ini.<br />
Fungsi lain dari DPR yang<br />
banyak dilupakan orang adalah<br />
fungsi <strong>per</strong>wakilan. Dalam arti ini<br />
tentu fungsi <strong>per</strong>wakilan sudah<br />
inheren dan tidak <strong>per</strong>lu di<strong>per</strong>tegas<br />
lagi. Fungsi inilah yang seharusnya<br />
menjadi landasan anggota<br />
legislatif dalam melakukan semua<br />
fungsi-fungsi lainnya. Dengan<br />
kata lain, kepentingan dan<br />
kehendak rakyat adalah harga<br />
mati yang tidak bisa dibatalkan<br />
dengan alasan apapun dalam<br />
kerja-kerja DPR.<br />
Inilah gagasan yang diusung<br />
para pemikir modern, baik yang<br />
betumpu pada teori kontrak<br />
(Hobbes, Locke, Rousseau)<br />
maupun teori negara integral<br />
(baca: negara sebagai orga<br />
nisme) se<strong>per</strong>ti yang dianut Hegel.<br />
Meskipun sering dituduh sebagai<br />
penganjur totalitarianisme<br />
karena mengajukan teori negara<br />
sebagai 'substansi' warga negara,<br />
Hegel sebenarnya sangat<br />
memegang teguh prinsip bahwa<br />
kehendak rakyat, individuindividu<br />
adalah prinsip yang tidak<br />
dapat dilanggar dalam penye<br />
lenggaraan sebuah kekuasaan.<br />
Jika diikatakan secara normatif,<br />
maka kepentingan negara harus<br />
sesuai dengan kepentingan<br />
individu-individu yang hidup di<br />
dalamnya. Mekanisme bagai<br />
mana mewujudkan kehen-dak<br />
rakyat itu adalah melalui lembaga<br />
<strong>per</strong>wakilan yang kini terdapat<br />
hampir di semua negara di dunia<br />
dengan nama yang tidak sera<br />
gam.<br />
Dengan demikian gagasan<br />
hak asasi manusia juga sangat<br />
-<br />
terkait erat dengan ideal demo<br />
krasi. Demokrasi dibangun atas<br />
gagasan bahwa setiap orang<br />
memiliki hak yang sama untuk<br />
mengatur kehidupannya sendiri.<br />
Gagasan ini terwujud ketika orang<br />
tersebut berpartisipasi dalam<br />
kehidupan publik secara bebas<br />
dan bermartabat. Konsekuensi<br />
dari pengakuan atas kesamaan<br />
hak dalam kehidupan publik<br />
adalah bahwa tidak ada satu<br />
orang atau lembaga pun yang<br />
2<br />
memiliki wewenang tanpa batas.<br />
Untuk itu, kontrol terhadap<br />
penyelenggaraan kekuasaan<br />
mutlak di<strong>per</strong>lukan supaya sang<br />
Leviathan (meminjam metafora<br />
Hobbes) tidak bertindak sesuka<br />
hati. Institusi <strong>per</strong>wakilan menjadi<br />
pusat dari demokrasi.<br />
Dengan penjelasan di atas<br />
jelaslah sudah bahwa tuntutan<br />
penegakan hak asasi manusia<br />
sudah inheren dalam setiap<br />
teoritisasi penyelenggaraan kekuasaan.<br />
Legitim atau tidaknya<br />
seseorang atau lembaga kekuasaan<br />
akan terukur dari sejauh<br />
mana orang atau lembaga<br />
tersebut mengupayakan <strong>per</strong>lin<br />
dungan ter-hadap hak-hak warga<br />
negaranya. Seiring dengan relasi<br />
sosial yang semakin kompleks<br />
dan desakan akan kepastian<br />
hukum yang kuat, <strong>per</strong>bincangan<br />
hak asasi manusia memang<br />
sudah jauh dari kondisi yang<br />
dipikirkan para pemikir modern<br />
awal. Sejak Deklarasi Universal<br />
Hak Asasi Manusia (DUHAM)<br />
1948 dan disusul kemudian<br />
dengan Kovenan Hak Sipol dan<br />
Ekosob 1966 serta sejumlah<br />
<strong>per</strong>setujuan lainnya, hak asasi<br />
manusia sudah mejadi bahasa<br />
hukum positif. De facto hak asasi<br />
manusia sudah menjadi aturan<br />
main komunitas inter-nasional dan<br />
pekerjaan yang kini menyibukkan<br />
para penegak hak asasi manusia.<br />
Karena itu yang harus ditindak<br />
lanjuti sekarang adalah bagai<br />
mana agar hak asasi manusia<br />
sebagai aturan main itu lebih<br />
efektif dan lebih meluas ditegakan<br />
termasuk di dalamnya merinci<br />
mana yang termasuk pelanggaran<br />
hak asasi manusia dan yang tidak,<br />
serta bagaimana menyesuaikan<br />
aturan lokal dengan aturan inter<br />
nasional.<br />
Persoalan yang muncul kemudian<br />
adalah bagaimana DPR<br />
dalam posisinya yang strategis itu<br />
dapat ber<strong>per</strong>an serta dalam<br />
memberi <strong>per</strong>lindungan hak asasi<br />
Para wakil rakyat ini sebagai ujung tombak dilahirkannya Undang-undang<br />
yang berbasis Hak Asasi Manusia dok: matanews.com<br />
manusia? Apa saja yang harus<br />
dimiliki oleh anggota dewan agar<br />
bisa ber<strong>per</strong>an aktif dalam upaya<br />
tersebut dan bagaimana meningkatkan<br />
kemampuan mereka dalam<br />
mengawal dan juga mengimplementasikan<br />
nilai-nilai hak asasi<br />
manusia ke arah yang lebih baik?<br />
Jawaban ini akan dirangkai<br />
dengan kasus yang terjadi pada<br />
DPR 2004-<strong>2009</strong>.<br />
Hak Asasi Manusia sebagai<br />
Paradigma<br />
Upaya untuk mempromosikan dan<br />
melindungi hak asasi manusia<br />
tidak <strong>per</strong>nah tercapai jika hak asasi<br />
manusia itu sendiri tidak menjadi<br />
paradigma dalam kerja-kerja<br />
politik DPR. Namun menjadikan<br />
hak asasi manusia sebagai<br />
orientasi kerja tidak memadai<br />
ketika pemahaman akan sejumlah<br />
instrumen hak asasi menusia<br />
berikut prosedur untuk mengadvo<br />
kasinya tidak dimiliki oleh para<br />
anggota dewan. Dengan kata lain,<br />
pemahaman yang me-madai atas<br />
semua instrumen hak asasi<br />
manusia mutlak di<strong>per</strong>lukan oleh<br />
3<br />
para anggota dewan.<br />
Sebagai paradigma, hak asasi<br />
manusia juga harus meresapi<br />
semua fungsi yang diemban DPR.<br />
Sebagaimana sudah disebutkan di<br />
atas bahwa DPR kita memiliki tiga<br />
fungsi pokok (menyusun sekaligus<br />
menetapkan undang-undang, menyusun<br />
anggaran, dan pengawasan),<br />
maka dalam penyusunan<br />
sebuah undang-undang, misalnya,<br />
seorang anggota dewan harus<br />
tahu benar konsekuensi dari<br />
undang-undang yang disusunnya<br />
pada masyarakat luas. Jika hak<br />
asasi manusia sudah sedemikian<br />
06<br />
EDISI MARET - APRIL TAHUN <strong>2009</strong>