o_19l2ab95j4rl1rpj1om31pjdvra.pdf
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Ketika itu, mereka melihat orang tua mereka membawa tombak.<br />
Di hadapannya, orang-orang berseragam dengan senjata api; orangorang<br />
dengan nama tentara dan polisi yang wajahnya sebagian besar<br />
memiliki struktur yang sama dengan pahlawan di dalam gambar.<br />
“Ko (kau) lindungi dong yang mau rampas kitorang pu (punya)<br />
harta. Sini kalo ko berani!” teriak ayah mereka.<br />
Dan pertempuran, baku tembak sering terjadi. Terutama di<br />
sekitar pipa jalur emas yang menurut orang-orang apabila mereka<br />
bisa mendapatkannya, mereka bakalan bisa membangun daerah ini;<br />
dengan listrik, dengan mobil, mesin cuci, dan semua-muanya. Tidak<br />
sedikit korban jiwa yang berguguran.<br />
“Nah, anak-anak, pahlawan-pahlawan itu saling bahu membahu.<br />
Mereka kemudian mendirikan negara. Negara Indonesia. Tujuannya<br />
untuk melindungi rakyatnya; melindungi dari penjajahan, melindungi<br />
dari pederitaan, melindungi dari segela yang tidak menyenangkan.<br />
Karena itulah ada tentara, ada polisi,” Sam semakin bersemangat.<br />
Sementara murid-muridnya menghubungkan penjelasan itu<br />
kepada para kepala suku yang dengan gagah melindungi mereka dari<br />
peperangan; dari bentrok yang seringkali mengerikan.<br />
“Jadi, anak-anak,” Sam mulai berniat memberikan tugas, “pahlawan<br />
itu adalah mereka yang pada dasarnya berbuat baik, bertujuan baik,<br />
dan berlaku baik. Dan kebaikan mereka membuat kita bahagia.<br />
Sekarang, kalian tuliskan, sebisa dan sesuka kalian, tentang cara<br />
kalian untuk menjadi seperti para pahlawan.”<br />
Sam sementara meninggalkan kelas, menuju ruang guru untuk<br />
menyelesaikan beberapa soal adiminstrasi.<br />
Ia dengan lega, karena merasa telah menyelesaikan tugas mengajar<br />
tentang nasionalisme, berjalan melintasi kelas yang terbuat dari kayukayu<br />
terbaik. Ia telah dipindahkan dari Jayapura, dan, kini mengajar<br />
lebih dalam ke arah yang seperti waktu; tak terduga sama sekali.<br />
Di kejauhan, burung-burung surga bercinta dan beranak pinak di<br />
udara. Di kejauhan, pohon-pohon tanpa negara, pohon-pohon tanpa<br />
pahlawan, pohon-pohon tanpa agama, tumbuh hijau menyimpan<br />
dingin dan lumut, menyimpan sarang dan telur, menyimpan<br />
kehidupan yang seringkali sandur. Sam terus berjalan.<br />
Sementara di kejauhan, di kelas tiga sekolah dasar yang hanya<br />
berisi lima belas murid itu, hasrat dan rahasia menyalurkan pipa-pipa<br />
yang memuat gejolak dan pengalaman diri.<br />
“Ko harus pintar. Dengan pintar, ko kelak bisa ambil milik kitorang<br />
yang dijajah,” orang tua mereka suatu hari.<br />
halaman 18