22.06.2015 Views

Sindrom Alice in Wonderland - Kalbe

Sindrom Alice in Wonderland - Kalbe

Sindrom Alice in Wonderland - Kalbe

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

TINJAUAN PUSTAKA<br />

<strong>S<strong>in</strong>drom</strong> <strong>Alice</strong> <strong>in</strong> <strong>Wonderland</strong><br />

Dito Anurogo<br />

Rumah Sakit Keluarga Sehat<br />

Pati, Jawa Tengah, Indonesia<br />

SINONIM<br />

<strong>Alice</strong> <strong>in</strong> <strong>Wonderland</strong> Syndrome (AIWS), “<strong>Alice</strong> <strong>in</strong><br />

<strong>Wonderland</strong>“ syndrome, el síndrome de “Alicia<br />

en el País de las Maravillas”, Lilliputian Sight, Lilliputian<br />

halluc<strong>in</strong>ations, a rare migra<strong>in</strong>e variant.<br />

Beberapa literatur menyebut AIWS sebagai<br />

pediatric migra<strong>in</strong>e atau children’s migra<strong>in</strong>e. 1-3<br />

Dalam uraian berikut, digunakan istilah AIWS.<br />

DEFINISI<br />

Suatu kesatuan gejala yang melibatkan perubahan<br />

persepsi, seperti: penyimpangan<br />

kesan tubuh (distortion of body image), perubahan<br />

bentuk (metamorphopsia) objek atau<br />

orang yang tampak lebih kecil (micropsia) atau<br />

lebih besar (macropsia) dari normal, perasaan<br />

perjalanan waktu (sense of passage of time),<br />

dan membesarnya l<strong>in</strong>gkungan (zoom<strong>in</strong>g of<br />

the environment). 4<br />

Def<strong>in</strong>isi la<strong>in</strong> AIWS adalah penyimpangan kesan<br />

atau gambaran tubuh yang disadari penderitanya.<br />

AIWS merupakan keanekaragaman<br />

pengalaman pribadi tentang gangguan image<br />

tubuh yang dapat terjadi bersamaan dengan<br />

depersonalisasi, derealisasi, metamorphopsia,<br />

dan distorsi persepsi waktu. 5<br />

SEJARAH<br />

Istilah <strong>Alice</strong> <strong>in</strong> <strong>Wonderland</strong> syndrome diperkenalkan<br />

oleh Todd pada tahun 1955 untuk<br />

menggambarkan perubahan persepsi bentuk<br />

tubuh, yang pertama kali dideskripsikan<br />

oleh Lippman pada tujuh penderita migren di<br />

tahun 1952. 6<br />

Dahulu istilah <strong>in</strong>i dipakai untuk menyebut halus<strong>in</strong>asi<br />

yang spesifik pada penderita migren<br />

(migra<strong>in</strong>e). 7<br />

Salah satu tokoh yang diduga menderita<br />

AIWS adalah Käthe Schmidt Kollwitz, seorang<br />

pemahat, pelukis Jerman. Di buku hariannya,<br />

Kollwitz mendeskripsikan gejala-gejala AIWS<br />

yaitu berbagai objek berkembang menjadi<br />

lebih besar atau lebih kecil serta merasa ukuran<br />

dir<strong>in</strong>ya berkurang atau mengecil. 8<br />

EPIDEMIOLOGI<br />

AIWS dapat diderita oleh segala usia, 7% penderita<br />

berusia 20 tahun dan 10% penderita<br />

berusia 10 tahun. Prevalensi dan <strong>in</strong>sidensi di<br />

setiap negara berbeda-beda; angka kejadian<br />

di Indonesia belum diketahui. 9,10<br />

ETIOLOGI<br />

Gangguan AIWS berkaitan erat dengan (pediatric)<br />

migra<strong>in</strong>e, kejang parsial kompleks, epilepsi,<br />

<strong>in</strong>fectious mononucleosis, cerebral vasculitis,<br />

psikosis, dan <strong>in</strong>feksi virus Epste<strong>in</strong>-Barr (penyebab<br />

umum <strong>in</strong>fectious mononucleosis), varicella,<br />

Coxsackievirus B1. 11 Dilaporkan 1-10% kasus<br />

AIWS disertai komplikasi neurologis akibat<br />

<strong>in</strong>feksi virus Epste<strong>in</strong>-Barr. Insiden keterlibatan<br />

sistem saraf pusat pada kasus <strong>in</strong>fectious mononucleosis<br />

bervariasi antara 0,7 - 20%. 12 Sekitar<br />

20% AIWS disertai abnormalitas EEG yang menunjukkan<br />

bukti kuat keterlibatan sistem saraf<br />

pusat. AIWS berhubungan dengan abdom<strong>in</strong>al<br />

migra<strong>in</strong>e, serangan kolik perut yang dialami<br />

sekitar 20% anak-anak penderita migren. 13<br />

Beberapa obat psikotropik, efek samp<strong>in</strong>g atau<br />

<strong>in</strong>toksikasi obat yang berat, berperan pula dalam<br />

AIWS. Seorang dewasa menderita AIWS<br />

setelah mem<strong>in</strong>um sirup obat batuk yang<br />

mengandung dihydrocode<strong>in</strong> phosphate dan<br />

dl-methylephedr<strong>in</strong>e hydrochloride secara teratur<br />

selama lebih dari tiga tahun. Typhoid encephalopathy<br />

menyebabkan AIWS melalui jalur<br />

korteks temporo-parietooccipital di otak. 14<br />

Hal menarik la<strong>in</strong>nya, manifestasi AIWS dapat<br />

disebabkan oleh gangguan fungsi otak di bagian<br />

medial temporal, hippocampal, temporooccipital<br />

atau temporo-parieto-occipital. Sementara<br />

ahli berpendapat disfungsi kortikal<br />

tidak spesifik pada penderita AIWS merupakan<br />

hasil dari beberapa penyebab: penurunan<br />

perfusi serebral, berbagai aktivitas epileptik,<br />

atau ensefalitis. Sela<strong>in</strong> itu, depresi juga merupakan<br />

faktor penyebab. 15<br />

PATOFISIOLOGI<br />

Studi eksperimental menggunakan visual<br />

evoked potentials (VEP) disertai scan otak<br />

SPECT (s<strong>in</strong>gle-photon emission computed tomography)<br />

mendukung bukti bahwa penurunan<br />

perfusi serebral sementara merupakan<br />

penyebab gejala kompleks AIWS. 16 SPECT otak<br />

menunjukkan penurunan perfusi serebral di<br />

lobus temporal penderita AIWS. 17 Pada fase<br />

akut, VEP abnormal, kembali normal beberapa<br />

m<strong>in</strong>ggu setelah gejala AIWS menghilang. 18<br />

Pada AIWS dijumpai hipersensitivitas dopam<strong>in</strong>ergik<br />

karena penurunan kadar neurotransmiter<br />

atau neuromodulator atau perubahan<br />

fungsi reseptor dopam<strong>in</strong>ergik. Proses pent<strong>in</strong>g<br />

la<strong>in</strong>nya yang juga terjadi, misalnya: cortical<br />

spread<strong>in</strong>g depression, aktivasi sistem trigem<strong>in</strong>ovaskular<br />

(TGVS), sensitisasi area otak sentral<br />

dan perifer, keterlibatan calciton<strong>in</strong> gene-related<br />

peptide (CGRP). 19<br />

AIWS juga merepresentasikan spektrum migren<br />

dengan aura. Kandidat gen yang berperan<br />

adalah gen pengkode reseptor D2 yang<br />

telah dibuktikan dengan studi genotyp<strong>in</strong>g<br />

menggunakan PCR amplification dan analisis<br />

statistik menggunakan transmission disequilibrium<br />

test (TDT). 20<br />

Aura visual tidak khas, dapat termasuk: ilusi<br />

visual yang bizarre dan distorsi spatial yang<br />

mendahului nyeri kepala. Penderita AIWS<br />

mengalami persepsi visual yang terdistorsi,<br />

seperti: micropsia, macropsia, metamorphopsia,<br />

teleopsia, dan macrosomatognopsia atau<br />

microsomatognopsia. Gejala-gejala visual dapat<br />

menunjukkan cortical spread<strong>in</strong>g depression<br />

(CSD) dan oligemia yang melibatkan daerah<br />

parieto-occipital. Adapun metamorphopsia disebabkan<br />

oleh migra<strong>in</strong>ous ischemia terutama<br />

di bagian lobus parietal posterior, hemisfer<br />

non-dom<strong>in</strong>an. Migra<strong>in</strong>ous ischemia dan iritabilitas<br />

di area <strong>in</strong>i memproduksi distorsi tubuh. 21<br />

STUDI/LAPORAN KASUS 2,4,22<br />

Kasus 1<br />

Seorang anak laki-laki 9 tahun yang sebelumnya<br />

sehat tiba-tiba merasakan sensasi aneh.<br />

Ia melihat ukuran dan bentuk papan tulis di<br />

ruang kelasnya mengecil (micropsia dan distortion),<br />

warna kapur dan pakaian menghilang,<br />

ukuran kepala dan lengan atas kir<strong>in</strong>ya<br />

mengecil. Ia merasa tubuhnya menjadi sangat<br />

t<strong>in</strong>ggi atau menyusut, lalu tangan kir<strong>in</strong>ya<br />

membesar. Suara terdengar keras, diikuti nyeri<br />

kepala berdenyut. Saat kejadian, ia sadar, na-<br />

184<br />

CDK-191/ vol. 39 no. 3, th. 2012<br />

CDK-191_vol39_no3_th2012.<strong>in</strong>dd 184<br />

4/3/2012 11:47:43 AM


TINJAUAN PUSTAKA<br />

mun disorientasi tempat (di mana saya?). Hal<br />

<strong>in</strong>i berlangsung sekitar 15 menit dan terjadi 2<br />

x sem<strong>in</strong>ggu selama sebulan. Hasil CT scan normal.<br />

Hasil EEG rekaman pertama normal, rekaman<br />

kedua setelah lima hari menunjukkan<br />

right temporo-parietal epileptogenic discharge.<br />

Kasus 2<br />

Seorang anak laki-laki 6 tahun yang sebelumnya<br />

sehat tiba-tiba merasakan sensasi berp<strong>in</strong>dah-bergerak<br />

terlalu cepat, menjelma sangat<br />

t<strong>in</strong>ggi, benda-benda tampak/terlihat jauh, suara<br />

terdengar kecil. Orientasi ruang dan waktu<br />

terganggu. Ia kelelahan, sakit tenggorokan,<br />

dan sakit kepala berdenyut hebat. Saat kejadian,<br />

ia sadar, disorientasi waktu dan tempat,<br />

dan tampak ketakutan. Hal <strong>in</strong>i berlangsung<br />

sekitar 30 menit dan terjadi tiga hari pertama<br />

berturut-turut sebelum suhu tubuh men<strong>in</strong>gkat,<br />

setelah itu 2-3x setiap hari. Pemeriksaan<br />

fisik menunjukkan bradikardi relatif, limfadenopati<br />

servikal, limpa membesar, dan nyeri<br />

tekan fossa iliaka kanan. Tes Widal positif, titer<br />

men<strong>in</strong>gkat 4x lipat setelah sem<strong>in</strong>ggu. USG perut<br />

normal kecuali limpa membesar. EEG dan<br />

CT scan otak normal. Pada MRI tampak edema<br />

di bagian temporo-oksipital kanan.<br />

Kasus 3<br />

Seorang gadis berusia 11 tahun dievaluasi<br />

untuk episode perilaku abnormal, terkadang<br />

dicetuskan oleh demam. Di beberapa kesempatan,<br />

ia mendiktekan pengalamannya kepada<br />

ibunya, berikut <strong>in</strong>i kutipan langsungnya:<br />

“Aku terbangun dari tidur lalu beranjak ke kamar<br />

mandi. Saat aku keluar dari kamar mandi, aku<br />

merasa seolah-olah aku berjalan sangat cepat.<br />

Aku <strong>in</strong>gat saat terakhir aku sakit dan berhalus<strong>in</strong>asi<br />

seh<strong>in</strong>gga lampu dan TV kunyalakan.<br />

Namun aku masih saja merasa tidak nyaman<br />

seolah aku bermimpi buruk. Saat aku memasuki<br />

kamar mama, p<strong>in</strong>tu yang kupegang tebalnya terasa<br />

sekitar 1 kaki (± 30 cm). Saat mel<strong>in</strong>tasi hall,<br />

seolah aku berlalu begitu cepat (seperti saat ketika<br />

kamu <strong>in</strong>g<strong>in</strong> berhenti namun energi di dalam<br />

tubuhmu menghebat. Seakan-akan kamu akan<br />

meletus dan matamu melotot, seperti akan meledak).<br />

Semua berlalu begitu cepat. Kumerasa<br />

tanganku seperti terbuat dari rant<strong>in</strong>g kecil yang<br />

berlumuran bubur dag<strong>in</strong>g di luarnya. Kumerasa<br />

seperti menggenggam sesuatu di tanganku.<br />

Aku tertidur di samp<strong>in</strong>g Mamaku di ranjangnya.<br />

Aku terbangun dan tidak tahu di mana. Saat kugenggam<br />

jari Mama, kutahu jika terbangun dari<br />

tidur, tangan-tanganku terasa mengecil lagi seh<strong>in</strong>gga<br />

kujaga agar jari-jari Mama tetap mekar.<br />

Lalu, untuk membuktikan kepada diriku sendiri<br />

tanganku berukuran normal, kugenggam erat<br />

seluruh tangan Mama.<br />

Tiada yang kusut. Kuamati sekitar ruang. Tampak<br />

semuanya seolah telah disetrika. D<strong>in</strong>d<strong>in</strong>gd<strong>in</strong>d<strong>in</strong>g<br />

dan tempat tidur terlihat halus dan rata.<br />

Kucoba membuat sprei menjadi kusut, namun<br />

tetap saja tak bisa kusut.<br />

Bayangan-bayangan orang memasuki kamarku<br />

saat aku masih kecil. Anak-anak berlarian dengan<br />

krayon di wajah mereka. Tak seorangpun<br />

peduli. Seorang wanita angkuh mengendarai<br />

mobil besar berwarna putih.<br />

Saat la<strong>in</strong> ketika aku muda dan cantik, aku milik<br />

keluarga la<strong>in</strong>nya. Kita pergi camp<strong>in</strong>g. Pepohonan<br />

putih tampak di mana-mana. Semua<br />

bentuk terukir di pepohonan itu. Kita duduk di<br />

bangku di daerah berawa. Tiba-tiba saja ada<br />

sesuatu yang melotot di dalam bangku. Sesosok<br />

tubuh muncul, tergantung dalam posisi terbalik<br />

– berlumuran darah - dan kemudian kembali.<br />

Kau (Mama) bergegas ke bak mandi merendamku<br />

untuk mend<strong>in</strong>g<strong>in</strong>kan tubuhku, suaranya<br />

seperti ombak yang memukul-mukul pantai –<br />

sungguh, sangat keras. Papa juga tampak seperti<br />

orang la<strong>in</strong>, serupa orang jahat. Meskipun<br />

kutahu ia benar-benar ayahku, dan aku sedang<br />

berhalus<strong>in</strong>asi, aku merasa takut.”<br />

Gadis itu sadar selama episode <strong>in</strong>i dan orientas<strong>in</strong>ya<br />

bagus. Ia dapat meng<strong>in</strong>gat kembali dengan<br />

jelas dan sangat detail, serta menemukan<br />

kedua orangtuanya benar-benar ketakutan.<br />

Pasien <strong>in</strong>i memiliki sakit kepala berulang tanpa<br />

aura atau gejala saluran pencernaan, bebas<br />

dari manifestasi kompleks. Ibunya menderita<br />

nyeri kepala berat yang berhubungan dengan<br />

sc<strong>in</strong>tillat<strong>in</strong>g scotoma dan penyempitan lapang<br />

pandang. Saudara lelaki anak itu menderita<br />

nyeri kepala berat berulang. Tidak ada keluarga<br />

yang menderita kejang.Tidak ada bukti<br />

gangguan jiwa. Pemeriksaan neurologis dan<br />

elektroensefalogram normal. Tidak ada terapi<br />

spesifik yang diberikan dokter.<br />

Kasus 4<br />

Seorang pria Mesir 20 tahun mengalami serangan<br />

kolik perut berulang dan memanjang sejak<br />

usia 10 tahun. Di usia 17 tahun, ia mengalami<br />

distorsi bentuk, ukuran, posisi objek-subjek<br />

selama lebih dari 7 hari. “Tiba-tiba saja, objek<br />

tampak kecil dan jauh (teleopsia) atau besar<br />

dan dekat (paliopsia). Aku merasa memendek<br />

dan mengecil dan juga ukuran orang-orang<br />

tak lebih panjang dari ibu jariku (a lilliputian<br />

proportion). Terkadang aku melihat tunanetra<br />

secara samar di jendela atau di TV naik-turun,<br />

atau kaki-tanganku berayun-ayun. Aku dapat<br />

mendengar suara orang begitu keras (bis<strong>in</strong>g)<br />

dan dekat atau sayup-sayup (redup) dan jauh.<br />

Adakalanya aku mengalami serangan migren<br />

yang berkaitan dengan mata merah, kilatan<br />

cahaya, dan merasa berputar (pen<strong>in</strong>g). Aku<br />

selalu sadar terhadap perubahan-perubahan<br />

tak nyata di dalam diriku sendiri dan l<strong>in</strong>gkunganku.”<br />

Riwayat keluarga ada yang menderita<br />

recurrent hemicranial headaches yang berhubungan<br />

dengan mata merah, cemas, mual,<br />

dan muntah (yang berlangsung beberapa jam<br />

sampai tiga hari, terkadang membaik dengan<br />

NSAID). Pemeriksaan kl<strong>in</strong>is, MRI otak, dan EEG<br />

normal. Pemeriksaan transcranial magnetic<br />

stimulation dan evoked potentials menunjukkan<br />

enhanced cortical excitability di berbagai<br />

area otak. Terapi dengan valproat menghasilkan<br />

perbaikan kl<strong>in</strong>is dan neurofisiologis.<br />

POTRET KLINIS<br />

AIWS merupakan kesatuan kl<strong>in</strong>is yang bercirikan<br />

penyimpangan kesan tubuh (body-image<br />

distortion) dan gangguan persepsi jarak, ukuran,<br />

bentuk, dan ruang di antara objek. Dapat<br />

juga terjadi fenomena micro- atau macrosomatognosia,<br />

yaitu: berubahnya persepsi image<br />

tubuh. AIWS bisa terjadi selama <strong>in</strong>feksi<br />

virus spesifik, berhubungan dengan episode<br />

migren atau sebagai gejala penyalahgunaan<br />

obat-obat / substansi halus<strong>in</strong>ogenik [LSD,<br />

mescal<strong>in</strong>e, agonis seroton<strong>in</strong> kuat (5HT 2<br />

), GABA].<br />

Migren yang diir<strong>in</strong>gi sensasi perubahan bentuk<br />

badan (somesthetic migra<strong>in</strong>ous auras) juga<br />

dialami penderita AIWS. 23<br />

Potret kl<strong>in</strong>is AIWS meliputi: benda-benda terlihat<br />

berukuran amat kecil (micropsia) atau<br />

berukuran amat besar (macropsia), objek<br />

tampak sangat jauh (teleopsia), orang terlihat<br />

begitu kecil (lilliputianism), berulang atau menetapnya<br />

kesan visual (pal<strong>in</strong>opsia), persepsi<br />

tentang multiple images (cerebral polyopia),<br />

penyimpangan/distorsi bentuk-bentuk objek<br />

(metamorphopsia), halus<strong>in</strong>asi visual yang berkenaan<br />

dengan objek yang kompleks seperti<br />

manusia dan b<strong>in</strong>atang (zoopsia), tidak memiliki<br />

persepsi warna (achromatopsia), tidak<br />

mampu mengenali wajah (prosopagnosia), tidak<br />

mampu mengenali objek (visual agnosia),<br />

kehilangan kemampuan merasakan gerakan<br />

CDK-191/ vol. 39 no. 3, th. 2012<br />

185<br />

CDK-191_vol39_no3_th2012.<strong>in</strong>dd 185<br />

4/3/2012 11:47:44 AM


TINJAUAN PUSTAKA<br />

visual (ak<strong>in</strong>etopsia), dan perubahan kesadaran.<br />

Umumnya penderita AIWS mengalami<br />

setiap episode sekitar 10 detik, namun kurang<br />

dari 10 menit. Penderita tidak mengalami semua<br />

gejala di atas; umumnya hanya beberapa<br />

komb<strong>in</strong>asi episode. 24,25<br />

Untuk kepent<strong>in</strong>gan riset, diagnosis AIWS ditegakkan<br />

bila memenuhi kriteria berikut 2 :<br />

1. Metamorphopsia dengan atau tanpa halus<strong>in</strong>asi<br />

atau mispersepsi la<strong>in</strong>nya,<br />

2. Epilepsi partial dieksklusi dengan pencatatan<br />

EEG saat bangun dan tidur,<br />

3. Ensefalitis dieksklusi dengan punksi lumbal<br />

(lumbar puncture) dan EEG,<br />

4. Screen<strong>in</strong>g obat dilakukan untuk mengeksklusi<br />

<strong>in</strong>toksikasi.<br />

PEMERIKSAAN PENUNJANG<br />

Pemeriksaan sesuai <strong>in</strong>dikasi seperti pemeriksaan<br />

neurologis, oftalmologis, evaluasi psikiatris.<br />

Laboratorium: darah lengkap, tes Widal, enzim<br />

hati, urea dan kreat<strong>in</strong><strong>in</strong>. Pemeriksaan la<strong>in</strong>nya,<br />

seperti: abdom<strong>in</strong>al sonography. EEG bermanfaat<br />

untuk membedakan AIWS, migra<strong>in</strong>e, dan<br />

epilepsi. SPECT bra<strong>in</strong> scan atau m<strong>in</strong>imal CT scan<br />

otak. MRI dilakukan bila perlu. 26<br />

Untuk keperluan riset, dapat dilakukan pemeriksaan:<br />

sensory evoked potentials (SEPs),<br />

visual evoked potentials (VEPs), bra<strong>in</strong>stem auditory<br />

(BAEP) dan somatosensory (SSEP) evoked<br />

potentials, transcranial magnetic stimulation<br />

(TMS) sebanyak lima kali, yakni: sebelum mulai<br />

terapi, hari ke-15, 30, 60, dan 90 setelah<br />

terapi. 2<br />

PENATALAKSANAAN<br />

Tujuan penatalaksanaan AIWS jangka panjang<br />

meliputi 27 :<br />

1. Perbaikan kualitas hidup dan edukasi<br />

penderita.<br />

2. Mengurangi frekuensi, keparahan, durasi,<br />

ketidakmampuan atau ketidakberfungsian<br />

(disability) organ tubuh atau panca<strong>in</strong>dera<br />

akibat nyeri kepala atau gejala<br />

la<strong>in</strong>.<br />

3. Mengurangi farmakoterapi.<br />

4. Mengurangi gejala psikologis dan distres<br />

yang berkaitan erat dengan nyeri kepala<br />

atau gejala la<strong>in</strong>.<br />

5. Mengh<strong>in</strong>dari pen<strong>in</strong>gkatan medikasi nyeri<br />

kepala akut.<br />

Target farmakologis AIWS, yaitu pada berbagai<br />

reseptor: 5-HT (5-HT 1–7<br />

), adrenergic (α1, α2,<br />

and β), calciton<strong>in</strong> gene-related peptide (CGRP1<br />

dan CGRP2), adenos<strong>in</strong>e (A1, A2, dan A3), glutamate<br />

(NMDA, AMPA, ka<strong>in</strong>ate, dan metabotropic),<br />

dopam<strong>in</strong>e, endothel<strong>in</strong>, serta hormon<br />

estrogen dan progesteron. Antagonis CGRP<br />

(calciton<strong>in</strong> gene-related peptide) yaitu: olcegepant<br />

dan telcagepant efektif mengatasi serangan<br />

AIWS. 28<br />

Farmakoterapi la<strong>in</strong> diberikan sesuai <strong>in</strong>dikasi<br />

dan etiologi, seperti: amoksisil<strong>in</strong>, prednisolon,<br />

obat antiepilepsi l<strong>in</strong>i pertama. Triptan menyempitkan<br />

pembuluh darah dan menghambat<br />

<strong>in</strong>flamasi pembuluh darah. 29<br />

Berbagai terapi biobehavioral direkomendasikan<br />

untuk AIWS: akupunktur, akar Butterbur,<br />

akar Valerian, aromatherapy, autogenic tra<strong>in</strong><strong>in</strong>g,<br />

biobehavioral, biofeedback, electroencephalography,<br />

electromyographic biofeedback, feverfew<br />

(Tanacetum parthenium), galvanic sk<strong>in</strong><br />

resistance feedback, g<strong>in</strong>kgo, guided imagery,<br />

herbal, identifikasi pemicu migren, kewajaran<br />

konsumsi kafe<strong>in</strong>, kontrol kognitif, magnesium,<br />

meditasi, avoidance diets, m<strong>in</strong>eral, diet tertentu,<br />

relaksasi otot progresif, relaksasi pasif,<br />

riboflav<strong>in</strong>, self-hypnosis, terapi kognitif (stress<br />

management), terapi relaksasi, thermal hand<br />

warm<strong>in</strong>g, vitam<strong>in</strong>. 9<br />

Pada anak, diatasi dengan parasetamol atau<br />

anti<strong>in</strong>flamasi seperti ibuprofen. Hal la<strong>in</strong> yang<br />

dapat dilakukan adalah membuat buku harian<br />

AIWS (AIWS diary) untuk mengidentifikasi<br />

berbagai pencetus AIWS. Solusi la<strong>in</strong>: istirahat,<br />

tidur, yoga, terapi musik. Berbagai solusi <strong>in</strong>i<br />

masih memerlukan riset lanjutan untuk menentukan<br />

efektivitasnya dalam mengatasi<br />

AIWS. 2<br />

DIAGNOSIS BANDING<br />

AIWS perlu dibedakan dengan 30,31 :<br />

1. migra<strong>in</strong>e tanpa aura,<br />

2. migra<strong>in</strong>e dengan aura,<br />

3. somesthetic migra<strong>in</strong>ous auras,<br />

4. epilepsi dengan simple partial seizures,<br />

5. epilepsi dengan complex partial seizures,<br />

6. epilepsi lobus frontal,<br />

7. drug <strong>in</strong>gestion (misalnya triazolam),<br />

8. gangguan psikiatris (ilusi, halus<strong>in</strong>asi visual,<br />

dsb),<br />

9. gangguan oftalmologis (kela<strong>in</strong>an refraksi,<br />

dsb),<br />

10. s<strong>in</strong>drom Cotard.<br />

Metamorfopsia pada AIWS juga dijumpai<br />

pada kondisi berikut 2,32 :<br />

1. Migren<br />

2. Epilepsi<br />

3. Kondisi yang di<strong>in</strong>duksi halus<strong>in</strong>ogen (Halluc<strong>in</strong>ogen-<strong>in</strong>duced<br />

states)<br />

Prosopagnosia pada AIWS perlu dibedakan<br />

dari gejala kondisi berikut 23-25 :<br />

1. Cerebrovascular disease<br />

2. Epilepsi (paroxysmal prosopagnosia), karena<br />

bilateral foci atau penyebaran dari<br />

satu fokus oksipital menuju hemisfer<br />

kontralateral<br />

3. Hemianopia<br />

4. Herpes simplex encephalitis biasanya sebagai<br />

bagian dari suatu extensive amnesic<br />

syndrome<br />

5. Left superior quadrantanopia<br />

6. Right temporal lobe atrophy<br />

7. Tumor (misalnya: glioma, yang meluas<br />

dari satu hemisphere ke bagian la<strong>in</strong> melalui<br />

splenium)<br />

8. Visual field defect<br />

KOMORBIDITAS<br />

AIWS dapat menyertai sejumlah keadaan dan<br />

gangguan, misalnya 13, 23, 24, 30, 33 :<br />

1. Migren<br />

2. Epilepsi<br />

3. Lesi serebral<br />

4. Major depressive disorder<br />

5. Intoksikasi dengan medikasi halus<strong>in</strong>ogenik<br />

6. Febrile states<br />

7. Kondisi hipnagogik<br />

8. Schizophrenia<br />

Adanya faktor komorbiditas <strong>in</strong>i ser<strong>in</strong>g kali<br />

membuat kalangan medis sulit mengenali<br />

AIWS di dalam praktik sehari-hari.<br />

PENCEGAHAN<br />

Obat-obat antiepilepsi (valproat, topiramat,<br />

gabapent<strong>in</strong>) dapat mencegah penyebaran<br />

CSD dengan mengurangi hipereksitabilitas<br />

neuron kortikal. Penghambat saluran kalsium<br />

seperti: flunariz<strong>in</strong>, pizotifen sangat bermanfaat<br />

sebagai profilaksis migren karena memodifikasi<br />

aktivitas calcium channels di men<strong>in</strong>ges dan<br />

korteks, seh<strong>in</strong>gga mencegah perkembangan<br />

CSD. Beberapa obat prevensi konvensional<br />

antara la<strong>in</strong>: amitriptil<strong>in</strong> (antidepresan trisiklik)<br />

dan propranolol (beta-adrenergic blocker) dipakai<br />

juga sebagai prevensi AIWS. 34<br />

Medikasi la<strong>in</strong> yang juga bermanfaat untuk profilaktik<br />

AIWS misalnya: divalproex sodium (250<br />

mg 2x sehari, 500-1500 mg/hari) yang men<strong>in</strong>gkatkan<br />

kadar GABA atau men<strong>in</strong>gkatkan aksi<br />

186<br />

CDK-191/ vol. 39 no. 3, th. 2012<br />

CDK-191_vol39_no3_th2012.<strong>in</strong>dd 186<br />

4/3/2012 11:47:44 AM


TINJAUAN PUSTAKA<br />

GABA, topiramat (25 mg 1 x sehari saat tidur,<br />

50-200 mg/hari), botul<strong>in</strong>um tox<strong>in</strong> tipe A (100<br />

U), riboflav<strong>in</strong> (400 mg 1 x sehari), butterbur (50<br />

mg 2x sehari, 100-150 mg/hari). 3<br />

Guidel<strong>in</strong>e la<strong>in</strong> memberikan pilihan profilaksis.<br />

L<strong>in</strong>i pertama: amitriptil<strong>in</strong>, propranolol, nadolol.<br />

L<strong>in</strong>i ke dua: topiramat, gabapent<strong>in</strong>, venlafaks<strong>in</strong>,<br />

kandesartan, lis<strong>in</strong>opril, magnesium, butterbur,<br />

koenzim Q10, riboflav<strong>in</strong>. L<strong>in</strong>i ketiga: flunariz<strong>in</strong>,<br />

pizotifen, divalproex sodium. 20<br />

Penderita agar berhati-hati mem<strong>in</strong>um sirup<br />

obat batuk, tidak membeli obat tanpa resep<br />

dokter, segera ke dokter terdekat bila mengalami<br />

salah satu episode AIWS dan/atau migren.<br />

Mengh<strong>in</strong>dari makanan dan m<strong>in</strong>uman seperti:<br />

alkohol, makanan mengandung nitrat, aspartam<br />

(pemanis buatan), tiram<strong>in</strong> (biasa dijumpai<br />

pada: dag<strong>in</strong>g yang sudah lama, diawetkan,<br />

diasap, difermentasi, dias<strong>in</strong>kan; sebagian besar<br />

produk/olahan dag<strong>in</strong>g babi, coklat, yoghurt,<br />

kecap, shrimp paste, saus teriyaki, tofu, tempe,<br />

alpukat, pisang, nanas, terung, ara, plum merah,<br />

raspberries, kacang tanah, kacang Brazil,<br />

kelapa, ragi), produk susu, keju, MSG (monosodium<br />

glutamate) yang dijumpai dalam dag<strong>in</strong>g<br />

yang diproses dan makanan Ch<strong>in</strong>a, kafe<strong>in</strong> (dijumpai<br />

pada kopi, soda, teh). 28<br />

Dianjurkan mengh<strong>in</strong>dari dan berhati-hati<br />

pada semua kondisi pemicu AIWS baik fisiolo-<br />

gis dan perilaku, seperti: terlalu banyak atau<br />

terlalu sedikit tidur, terlambat makan atau<br />

tidak sarapan pagi, stres, kelelahan, menstruasi,<br />

aktivitas fisik yang berat/berlebihan. Faktor<br />

l<strong>in</strong>gkungan yang perlu diperhatikan adalah<br />

polusi suara (suara bis<strong>in</strong>g, berisik, nyar<strong>in</strong>g), perubahan<br />

cuaca, ket<strong>in</strong>ggian, uap, asap, parfum,<br />

kerlip lampu, cahaya yang menyilaukan. 29<br />

PROGNOSIS<br />

Umumnya anak dan remaja dengan AIWS<br />

dalam kondisi sehat. Pada sebagian besar<br />

penderita, berbagai gejala akan berhenti atau<br />

menghilang setelah beberapa m<strong>in</strong>ggu. Hanya<br />

sedikit yang gejalanya berulang atau muncul<br />

sesaat setelah 1 – 3 tahun. 2,9,10<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

1. Giannotti AM. Síndrome de “Alicia en el País de las Maravillas” e <strong>in</strong>fección por virus de Epste<strong>in</strong> Barr. Arch. Argent. Pediatr. 2003; 101(1): 4 1-43.<br />

2. Weidenfeld A, Borusiak P. <strong>Alice</strong>-<strong>in</strong>-<strong>Wonderland</strong> syndrome: a case-based update and long-term outcome <strong>in</strong> n<strong>in</strong>e children. Childs Nerv Syst 2011;27:893–896.<br />

3. Lewis DW. Pediatric Migra<strong>in</strong>e. Neurol Cl<strong>in</strong> 2009;27:481–501.<br />

4. Evans RW, Rolak LA. The <strong>Alice</strong> <strong>in</strong> <strong>Wonderland</strong> Syndrome. Headache 2004;44:1-2.<br />

5. Kitchener N. <strong>Alice</strong> <strong>in</strong> <strong>Wonderland</strong> Syndrome. Int. J. Ch. Neuropsychiatry. 2004;1(1): 107-112.<br />

6. Todd J. The syndrome of <strong>Alice</strong> <strong>in</strong> <strong>Wonderland</strong>. Can Med Assoc J 1955;73:701–704.<br />

7. Lippman CW. Certa<strong>in</strong> halluc<strong>in</strong>ations peculiar to migra<strong>in</strong>e. J Nerv Ment Dis 1952;116: 346–51.<br />

8. Drysdale GR. Kaethe Kollwitz (1867–1945): the artist who may have suffered from <strong>Alice</strong> <strong>in</strong> <strong>Wonderland</strong> Syndrome. J Med Biogr 2009;17:106-110.<br />

9. Jürgens TP, Ihle K, Stork J-H, May A. “<strong>Alice</strong> <strong>in</strong> <strong>Wonderland</strong> syndrome” associated with topiramate for migra<strong>in</strong>e prevention. J Neurol Neurosurg Psychiatry 2011;82:228-229.<br />

10. Brna P, Dooley J, Gordon K, Dewan T. The Prognosis of Childhood Headache: A 20-Year Follow-up. Arch Pediatr Adolesc Med. 2005;159:1157-1160.<br />

11. Copperman SM. “<strong>Alice</strong> <strong>in</strong> <strong>Wonderland</strong>” Syndrome as a Present<strong>in</strong>g Symptom of Infectious Mononucleosis <strong>in</strong> Children: A Description of Three Affected Young People. Cl<strong>in</strong> Pediatr<br />

1977;16(2):143-146.<br />

12. Evans RW, Rolak LA. The <strong>Alice</strong> <strong>in</strong> <strong>Wonderland</strong> Syndrome. Headache 2004;44:1-2.<br />

13. Hamed SA. A migra<strong>in</strong>e variant with abdom<strong>in</strong>al colic and <strong>Alice</strong> <strong>in</strong> wonderland syndrome: a case report and review. BMC Neurology.2010;10:2.<br />

14. Kitchener N. <strong>Alice</strong> <strong>in</strong> <strong>Wonderland</strong> Syndrome. Int. J. Ch. Neuropsychiatry. 2004;1(1): 107-112.<br />

15. Tfelt-Hansen P, Le H. Calciton<strong>in</strong> gene-related peptide <strong>in</strong> blood: is it <strong>in</strong>creased <strong>in</strong> the external jugular ve<strong>in</strong> dur<strong>in</strong>g migra<strong>in</strong>e and cluster headache? A review. J Headache Pa<strong>in</strong> (2009)<br />

10:137–143.<br />

16. Chakravarty A. How triggers trigger acute migra<strong>in</strong>e attacks: A hypothesis. Medical Hypotheses 2010;74:750–753.<br />

17. Chand PK, Murthy P. Understand<strong>in</strong>g a Strange Phenomenon: Lilliputian Halluc<strong>in</strong>ations. German J Psychiatry 2007;10:21-24.<br />

18. Farah MJ. Visual agnosia: disorders of object recognition and what they tell us about normal vision. Cambridge: MIT Press, 1995.<br />

19. Galletti, F., et al., Pathophysiological basis of migra<strong>in</strong>e prophylaxis. Prog. Neurobiol.(2009);89(2):176-192.<br />

20. Kazemi H, Gorji A. Migra<strong>in</strong>e <strong>in</strong> Children and Adolescent. Iran J Child Neurology 2010;4(4):1-6.<br />

21. Palmas MA, Cherci A, Stoch<strong>in</strong>o E, Congiu D, Zompo MD. Dopam<strong>in</strong>e genes and migra<strong>in</strong>e. J Headache Pa<strong>in</strong> 2000;1:S153-S156.<br />

22. Kitchener N. <strong>Alice</strong> <strong>in</strong> <strong>Wonderland</strong> Syndrome. Int. J. Ch. Neuropsychiatry. 2004;1(1): 107-112.<br />

23. Evans JJ, Heggs AJ, Antoun N, Hodges JR. Progressive prosopagnosia associated with selective right temporal lobe atrophy. A new syndrome? Bra<strong>in</strong> 1995; 118: 1-13.<br />

24. Kew J,Wright A, Halligan PW. Somesthetic aura: the experience of “<strong>Alice</strong> <strong>in</strong> <strong>Wonderland</strong>”. Lancet 1998;351:1934.<br />

25. Kovnar EH. Migra<strong>in</strong>e Variants and Mimics. In: Current Management <strong>in</strong> Child Neurology, Bernard L. Maria, Third Edition, BC Decker Inc. 2005, Chapter 8:46.<br />

26. Larner A. The Neurology of ‘<strong>Alice</strong>’. ACNR. Jan/Feb. 2005;4(6):35-36.<br />

27. Mehrotra S, Gupta S, Chan KY, Villalón CM, Centurión D, Saxena PR, et.al. Current and prospective pharmacological targets <strong>in</strong> relation to antimigra<strong>in</strong>e action. Naunyn-Schmiedeberg’s Arch<br />

Pharmacol (2008) 378:371–394.<br />

28. Silberste<strong>in</strong> SD. Practice parameter: evidence-based guidel<strong>in</strong>es for migra<strong>in</strong>e headache (an evidence-based review). Neurology 2000;55:754–62.<br />

29. Snow V, Weiss K, Wall EM, Mottur-Pilson C, AAFP, ACP-ASIM. Pharmacologic Management of Acute Attacks of Migra<strong>in</strong>e and Prevention of Migra<strong>in</strong>e Headache. Ann Intern Med. 2002;137:840-<br />

849.<br />

30. Haut S. Differentiat<strong>in</strong>g Migra<strong>in</strong>e from Epilepsy. Adv Stud Med 2005;5(6E):S658-S665.<br />

31. Lapk<strong>in</strong> ML, Golden GS: Basilar artery migra<strong>in</strong>e: A review of 30 cases. Am I Dis Child. 1978;132:278.<br />

32. Nunn JA, Postma P, Pearson R. Developmental prosopagnosia: should it be taken at face value? Neurocase 2001; 7: 15-27.<br />

33. Golden GS. The <strong>Alice</strong> <strong>in</strong> <strong>Wonderland</strong> Syndrome <strong>in</strong> Juvenile Migra<strong>in</strong>e. Pediatrics 1979;63;517-519.<br />

34. Pr<strong>in</strong>gsheim T, Davenport J, Becker WJ. Prophylaxis of migra<strong>in</strong>e headache. CMAJ 2010;182(7):E269-E276.<br />

CDK-191/ vol. 39 no. 3, th. 2012<br />

187<br />

CDK-191_vol39_no3_th2012.<strong>in</strong>dd 187<br />

4/3/2012 11:47:45 AM

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!