08.07.2015 Views

o_19pmcup9blhncn8pr81r5gdk0a.pdf

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Buku Ini Dipersembahkan Untuk:<br />

Dengan Pesan:<br />

Teriring Salam,


Making the Best of a Bad Decision, Indonesian<br />

Copyright © 2011 by Erwin W. Lutzer<br />

Indonesian edition © 2012 by PT. Visi Anugerah Indonesia with permission<br />

of Tyndale House Publisher, Inc. All rights reserved.<br />

Pengalih bahasa<br />

Penyunting<br />

Desain cover<br />

Layout<br />

: Lenny Wati Kusnadi<br />

: James Yanuar<br />

: Denny Octavianus<br />

: Felly Meilinda<br />

Hak terjemahan Bahasa Indonesia ada pada :<br />

PT. VISI ANUGERAH INDONESIA<br />

Jalan Karasak Lama No.2 - Bandung 40235<br />

Telp : 022-522 5739 - Fax : 022-521 1854<br />

Email : visipress@visi-bookstore.com<br />

ISBN 978-602-8073-82-0<br />

Cetakan pertama, Februari 2013<br />

Cetakan kedua, Desember 2013<br />

Indonesian Edition © Visipress 2012<br />

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang<br />

Dilarang memperbanyak sebagian atau<br />

seluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit.<br />

Member of CBA Indonesia<br />

No : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina<br />

Member of IKAPI<br />

No : 185/JBA/2010


Kata Pengantar<br />

Jadi Anda Telah Membuat Sebuah Keputusan<br />

Yang Buruk… 7<br />

Anda tidak sendirian!<br />

daftar isi<br />

1. Keputusan Terburuk Yang Pernah Diambil 13<br />

Syukurlah, itu bukan keputusan Anda<br />

2. Ketika Anda Telah Memilih Yang Kedua Terbaik 33<br />

Memercayai Tuhan sewaktu menempuh jalan<br />

yang salah<br />

3. Ketika Anda Telah Menikah Dengan Masalah 55<br />

Anda menyesali sumpah yang bodoh itu<br />

4. Ketika Anda Telah Melanggar Batas Moral 81<br />

Rahasia Anda terungkap<br />

5. Ketika Anda Telah Membuat Sebuah<br />

Keputusan Finansial Yang Buruk 101<br />

Anda tidak membaca kontraknya secara lengkap<br />

6. Ketika Anda Berada Dalam Pekerjaan Yang Salah 123<br />

Anda benci pergi bekerja<br />

7. Ketika Anda Telah Membuat Orang Lain Terluka 147<br />

Penyesalan yang tidak dapat Anda singkirkan<br />

8. Bagaimana Membuat Keputusan Yang Bijak 167<br />

Kebijaksanaan di waktu mendatang<br />

9. Keputusan Terburuk Yang Dapat Anda Buat 185<br />

Ketika Anda mengabaikan mempersiapkan diri untuk<br />

kekekalan<br />

Catatan 191


kata pengantar<br />

Jadi Anda Telah Membuat<br />

Sebuah Keputusan Yang Buruk…<br />

Anda tidak sendirian!<br />

Orang pintar dapat membuat keputusan yang bodoh!<br />

Kita semua mengenal orang-orang brilian yang telah<br />

memilih karir yang mandek, menikah dengan pasangan<br />

yang tidak sepadan, atau yang tergoda oleh skema ingincepat-jadi-kaya.<br />

Kita semua pernah membuat keputusan<br />

yang ingin kita lupakan, tetapi kadang kita tidak dapat<br />

melupakannya karena konsekuensi-kosekuensi keputusan<br />

tersebut kian menumpuk.<br />

Kehidupan kita adalah hasil dari keputusan-keputusan<br />

kita. Karakter kita terlihat sangat jelas dari keputusankeputusan<br />

yang kita pilih<br />

dan akibat dari keputusan<br />

yang kita buat<br />

terhadap diri kita dan<br />

orang lain. Siapa diri kita<br />

menentukan apa yang kita lakukan—itu artinya, karakter<br />

kita akan mendikte keputusan macam apa yang kita ambil.<br />

Kita bebas menentukan pilihan, tetapi kita tidak bebas<br />

memilih konsekuensinya. Bahkan yang lebih serius:<br />

Satu pilihan buruk dapat menyebabkan penyesalan dan<br />

sakit hati seumur hidup. Satu tindakan amoralitas, satu<br />

episode menyetir-sambil-mabuk, satu pernikahan yang<br />

tergesa-gesa—semua itu dan pilihan-pilihan bodoh yang<br />

tak terhitung lainnya dapat mengubah rute dan arah hidup<br />

kita menjadi lebih buruk. Dan setelah memulainya di ja-<br />

Kita bebas menentukan<br />

pilihan, tetapi kita<br />

tidak bebas memilih<br />

konsekuensinya.<br />

7


lan yang salah, Anda mungkin mendapati begitu sulitnya (bahkan kadang<br />

terlihat mustahil) untuk memutar balik.<br />

Keputusan-keputusan yang telah Anda ambil di masa lampau telah<br />

menentukan tempat dimana Anda berada sekarang dalam perjalanan<br />

hidup ini. Begitu juga, keputusan-keputusan yang Anda ambil hari ini<br />

akan memengaruhi masa depan Anda. Pilihan-pilihan yang bijak dapat<br />

mentransformasi keputusan-keputusan buruk di masa lampau menjadi<br />

sebuah fondasi atas kehidupan dan pelayanan yang lebih produktif—<br />

dimulai dari sekarang.<br />

Membuat keputusan baik dalam situasi yang menantang adalah sukar,<br />

tetapi bukannya mustahil. Sebuah kisah Perjanjian Lama tentang seorang<br />

pria muda bernama Yusuf, yang membuat serangkaian keputusan baik<br />

walaupun dikhianati oleh saudara-saudaranya yang iri hati, merupakan<br />

sebuah contoh yang baik. Yusuf berpaling dan lari dari rayuan istri atasannya,<br />

dipenjara walaupun tidak bersalah selama beberapa tahun sebagai<br />

akibatnya, dan kemudian menolak<br />

untuk membalas dendam terhadap<br />

saudara-saudaranya ketika ia memiliki<br />

kesempatan. Ia memilih kerendahan<br />

hati di atas harga diri dan<br />

pengampunan di atas kepahitan. Kita menghormatinya hari ini karena<br />

keputusan-keputusannya yang bijak membawa konsekuensi positif jauh<br />

melebihi yang dapat ia bayangkan.<br />

Seperti Yusuf, kita bangun setiap pagi dengan pilihan-pilihan yang<br />

harus kita ambil hari itu. Kita akan memilih jalan yang terbaik atau yang<br />

sedikit lebih buruk, tetapi ketika hari telah berakhir, kita tidak akan<br />

dapat kembali ke waktu kita memulainya. Seiring berjalannya waktu,<br />

keputusan-keputusan yang kita buat—apakah itu kecil atau besar—akan<br />

menjadi warisan yang kita tinggalkan.<br />

Saya memiliki seorang teman yang membeli saham pertambangan<br />

yang sangat direkomendasikan dan mendorong orang lain untuk<br />

melakukannya juga. Setiap indikasi menunjukkan bahwa perusahaan itu<br />

Membuat keputusan<br />

baik dalam situasi yang<br />

menantang adalah sukar,<br />

tetapi bukannya mustahil.<br />

8


Kata Pengantar<br />

akan bertumbuh—dengan pesat. Tetapi sebuah ledakan di pertambangan<br />

menghentikan pertumbuhan tersebut dan para investor kehilangan<br />

sekitar 80 persen uang mereka. Jelas, teman saya tidak memiliki kewajiban<br />

secara legal untuk membantu mereka yang telah ia rekomendasikan<br />

membeli saham itu, tetapi ia merasa memiliki kewajiban moral<br />

atas kehidupan mereka. Ia memutuskan untuk menjual rumahnya dan<br />

mengembalikan investasi mereka. Lagi pula, pikirnya, teman-temannya<br />

telah kehilangan uang akibat rekomendasinya. Coba bayangkan bagaimana<br />

pria itu dan istrinya akan dikenang!<br />

Buku ini berbicara tentang melakukan yang terbaik atas keputusankeputusan<br />

buruk kita. Buku ini ditulis dengan keyakinan kuat bahwa<br />

Tuhan dapat mengubah apa yang<br />

kita sebut sebagai “yang kedua terbaik”<br />

menjadi apa yang dapat kita<br />

sebut sebagai “yang pertama terbaik,”<br />

hanya jika kita mengundang-<br />

Nya berjalan bersama kita. Ketika<br />

kita mendapati diri kita di jalan yang<br />

salah, Tuhan mampu membawa kita<br />

ke sebuah persimpangan dimana kita dapat memilih jalan baru yang<br />

akan menuntun kita kepada sesuatu yang lebih baik. Kegagalan kita untuk<br />

melihat Tuhan di tengah kesalahlangkahan kita-lah yang membuat<br />

kita selalu tersandung dari satu keputusan buruk pada satu keputusan<br />

buruk lainnya. Tuhan ahli dalam mengalihkan arah mereka yang menginginkan<br />

jalan yang lebih baik.<br />

Di halaman-halaman berikutnya, Anda pasti akan menemui persimpangan<br />

jalan—Anda akan dihadapkan pada pilihan lainnya: Akankah<br />

Anda terus dibayang-bayangi oleh keputusan buruk Anda, atau akankah<br />

Anda melihat Tuhan, yang dapat mengambil apa yang Anda berikan kepada-Nya<br />

dan mengubahnya menjadi sesuatu yang produktif dan bernilai<br />

kekal, melampaui semua keputusan buruk itu? Anda dapat memilih<br />

hidup di dalam penyesalan atau hidup yang penuh dalam optimisme. Itu<br />

Kegagalan kita untuk<br />

melihat Tuhan di tengah<br />

kesalahlangkahan kita-lah<br />

yang membuat kita selalu<br />

tersandung dari satu<br />

keputusan buruk pada satu<br />

keputusan buruk lainnya.<br />

9


pilihan Anda.<br />

Dalam buku ini, Anda akan berjumpa dengan orang-orang yang<br />

telah membuat keputusan yang sangat buruk: para kriminal, pecandu<br />

seks, dan orang-orang yang telah menghancurkan pernikahan serta keluarga<br />

mereka melalui amoralitas atau bentuk lain dari keegoisan diri.<br />

Anda akan berjumpa dengan orang-orang yang membuat janji bodoh;<br />

dan yang lainnya yang telah kehilangan hidup mereka karena judi atau<br />

investasi yang gagal. Dengan kata lain, jika Anda telah memilih jalan yang<br />

salah dan sekarang hidup dalam konsekuensinya, Anda akan menemukan<br />

diri Anda sendiri dalam halaman-halaman di buku ini.<br />

Tetapi pastinya, ini adalah sebuah buku yang penuh pengharapan.<br />

Fakta bahwa Anda masih hidup adalah bukti bahwa masih ada keputusan-keputusan<br />

bijak yang dapat Anda ambil! Tidak peduli berapa kali<br />

Anda telah salah jalan, masih ada satu jalan benar yang Anda dapat pilih<br />

di depan sana. Tuhan lebih besar daripada kebodohan Anda; lebih besar<br />

dari kesalahan-kesalahan yang telah Anda lakukan; lebih besar dari dosadosa<br />

Anda; dan lebih besar dari kekacauan yang telah Anda tinggalkan di<br />

sepanjang jalan yang telah Anda pilih sampai sekarang.<br />

Doa saya adalah menawarkan Anda dorongan semangat, walaupun<br />

semua akibat keputusan-keputusan yang Anda ambil, Anda harapkan<br />

dapat berubah. Saya mengundang<br />

Anda untuk bersama-sama mengarungi<br />

sebuah perjalanan yang memberi<br />

pengharapan. Dalam perjalanan<br />

tersebut, kita akan belajar bagaimana kuasa dan pengampunan Allah<br />

dapat membuat noda-noda kotor menjadi lukisan yang indah.<br />

Tuhan lebih besar dari<br />

kesalahan-kesalahan yang<br />

telah Anda lakukan.<br />

10


KEPUTUSAN TERBURUK<br />

YANG PERNAH DIAMBIL<br />

1<br />

Syukurlah, itu bukan keputusan Anda<br />

Keputusan apa, dalam opini Anda, yang merupakan keputusan terburuk?<br />

Tak peduli betapa buruknya kegagalan Anda, saya dapat memastikan<br />

bahwa ada orang lain yang telah membuat keputusan lebih buruk. Tuhan<br />

berada di sana untuk menebus pilihan buruk mereka dan menempatkan<br />

mereka pada jalan lain, jadi kita dapat memastikan bahwa Dia<br />

ada bagi kita ketika kita mengambil jalan yang salah dalam kehidupan ini.<br />

Hilangnya Sorga Taman Eden<br />

Dalam Alkitab, kita mendengar tentang sepasang manusia yang telah<br />

membuat keputusan terburuk sepanjang sejarah. Berada di lingkungan<br />

Eden yang sempurna, mereka telah memilih jalan yang berkonsekuensi<br />

sangat luas. Bahkan, keputusan mereka<br />

telah memengaruhi setiap generasi di<br />

bawah mereka, sampai hari ini. Tidak<br />

ada keputusan lain yang telah begitu<br />

negatifnya memengaruhi begitu banyak<br />

orang untuk waktu yang begitu lama—tepatnya, sampai kekekalan.<br />

Tentu saja, waktu itu mereka tidak mengetahui bahwa keputusan mereka<br />

akan menjadi bumerang dan melahirkan segala macam kejahatan:<br />

kekerasan, bencana alam, dan bahkan kematian. Ya, Adam dan Hawa memenangkan<br />

kejuaraan keputusan terburuk yang pernah diambil. Tetapi<br />

jika kita melihat bahwa Allah dapat dan juga mau melakukan yang ter-<br />

Adam dan Hawa<br />

memenangkan kejuaraan<br />

keputusan terburuk yang<br />

pernah diambil.<br />

13


aik dari tragedi yang mereka ciptakan, kita boleh yakin bahwa Dia juga<br />

siap menolong kita.<br />

Kesempatan-Kesempatan yang Mereka Miliki<br />

Bayangkan Adam dan Hawa sedang berada di Taman Eden. Mereka<br />

menikmati sebuah lingkungan yang sempurna, tidak ada kebutuhan<br />

yang tak terpenuhi. Mereka tinggal di taman yang indah, dikelilingi<br />

oleh pekerjaan tangan Allah yang luar biasa, dan kelima indera mereka<br />

sempurna. Apakah mereka lapar? Ada banyak pohon dalam taman yang<br />

buahnya dapat mereka makan. Dan jika mereka ingin sesuatu yang tidak<br />

mereka miliki, mereka dapat memintanya kepada Tuhan, dan saya yakin<br />

Dia akan menciptakannya bagi mereka.<br />

Hawa tak memiliki rasa tidak aman. Ia tidak hanya tinggal di sebuah<br />

lingkungan yang sempurna, ia juga memiliki seorang suami yang sempurna!<br />

Saya yakin Adam dengan setia<br />

membuang sampah dan membantunya<br />

menyiapkan makan malam. Tidak<br />

disangsikan lagi, Adam seorang yang<br />

sensitif, penyayang, romantis, dan<br />

memiliki sifat-sifat lainnya yang sangat dihargai wanita. Hawa tidak perlu<br />

khawatir terhadap wanita di sebelah rumah yang menjadi terlalu ramah<br />

terhadap Adam. Ia tidak perlu berkompetisi dengan para super model<br />

dan artis dalam setiap sampul majalah. Dan ia tidak perlu terbangun di<br />

malam hari bertanya-tanya apakah ia telah menikah dengan pria yang<br />

tepat!<br />

Adam dan Hawa juga memiliki keuntungan adanya akses langsung<br />

kepada Tuhan. Mereka dapat berjalan bersama-Nya di malam hari,<br />

berdiskusi dan sepertinya Dia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang<br />

mereka ajukan. Tetapi pada suatu hari mereka membuat keputusan yang<br />

mengakhiri hubungan mereka dengan Yang Maha Kuasa. Berdiri berdampingan<br />

di Taman Eden, di depan sebuah pohon yang buahnya dila-<br />

Hawa tidak terbangun di<br />

malam hari bertanya-tanya<br />

apakah ia telah menikah<br />

dengan pria yang tepat!<br />

14


Keputusan Terburuk Yang Pernah Diambil<br />

rang untuk dimakan, Adam dan Hawa membuat sebuah keputusan yang<br />

mengotori hubungan mereka dengan Tuhan juga hubungan mereka satu<br />

sama lain. Sebagai akibatnya, dengan satu gigitan buah terlarang, mereka<br />

menjadi musuh Tuhan, hubungan manis mereka menjadi masam.<br />

Sekarang, jika Anda bertanya mengapa pasangan ini memilih untuk<br />

melanggar perintah Tuhan, walaupun mereka berada di lingkungan yang<br />

sempurna dan memiliki segala yang mereka inginkan dan perlukan, tidak<br />

ada jawaban yang tepat. Alkitab tidak memberikan penjelasan lengkap.<br />

Yang kita ketahui ialah bahwa, bahkan di zaman kita sekarang, orangorang<br />

tetap membuat keputusan yang buruk, walaupun mereka memiliki<br />

hak istimewa dan keluarga yang mengasihi. Seperti Adam dan Hawa,<br />

kita sering memilih untuk melakukan apa yang kita pikir merupakan<br />

yang terbaik bagi diri kita sendiri, dan kita tidak mengindahkan peringatan<br />

serta hikmat orang lain, termasuk Tuhan.<br />

Keputusan yang Mereka Ambil<br />

Perintah Tuhan jelas: “Engkau boleh makan buah-buahan dari semua<br />

pohon di taman ini, kecuali dari pohon yang memberi pengetahuan tentang<br />

yang baik dan yang jahat. Buahnya tidak boleh engkau makan; jika<br />

engkau memakannya, engkau pasti akan mati pada hari itu juga” (Kejadian<br />

2:16-17).<br />

Ketika Setan, dalam penyamaran seekor ular, mendekati Hawa,<br />

ia fokus—seperti yang biasa ia lakukan—kepada satu hal yang Tuhan<br />

telah larang. Ia mengalihkan perhatian<br />

Hawa dari segala kebaikan yang<br />

mengelilingi ia dan Adam—banyak<br />

pohon yang buahnya bebas mereka<br />

makan—dan mempertanyakan hikmat<br />

dan kasih Tuhan. Ia memperdaya<br />

Hawa untuk berpikir bahwa ia dapat berbuat lebih baik dengan mengabaikan<br />

perintah Tuhan yang jelas.<br />

Setan memperdaya Hawa<br />

untuk berpikir bahwa ia<br />

dapat berbuat lebih baik<br />

dengan mengabaikan<br />

perintah Tuhan yang jelas.<br />

15


Adam, tentu saja, bukannya tidak bersalah. Ia berdiri di sebelah<br />

Hawa ketika ia digoda dan lalu turut serta dalam keputusan buruknya<br />

untuk memakan buah terlarang. Maka mereka berbuat dosa, walaupun<br />

mereka dikelilingi berkat-berkat yang tak terhitung jumlahnya.<br />

Mungkin kisah Anda juga seperti itu. Mungkin Anda dibesarkan di<br />

rumah yang stabil, memiliki orang tua yang mengasihi dan kesempatankesempatan<br />

yang indah. Tetapi godaan untuk melakukan kehendak Anda<br />

sendiri telah mengalihkan Anda dari apa yang Anda tahu adalah yang<br />

terbaik. Mungkin Anda menuruti keinginan Anda dan mengacuhkan insting<br />

terbaik Anda.<br />

Mari kita lihat lebih dekat apa yang telah menarik Adam dan Hawa<br />

keluar dari jalur. Semuanya diawali ketika Hawa mengedepankan keinginannya<br />

sendiri di atas hikmat Tuhan. Pohon itu menarik—enak dipandang<br />

mata, dan kelihatannya<br />

akan membuat ia jadi bijak. Hal itu<br />

lebih berarti baginya dibandingkan<br />

dengan apa yang telah Allah perintahkan.<br />

Ia tertipu oleh inderanya,<br />

dan itu memberikannya keberanian untuk mengacuhkan perkataan<br />

Tuhan. Intinya, yang ular katakan adalah, “Hawa, rasakan, jangan dipikir.<br />

Kelihatannya baik—lakukanlah! Jika rasanya baik, bagaimana itu bisa<br />

menjadi buruk?”<br />

Tentu saja, emosi tidak selalu membuat kita salah jalan, tetapi seperti<br />

Adam dan Hawa kita sering tergoda untuk memilih jalan yang<br />

lebih mudah ketika mengejar hal-hal yang kita idamkan. Keputusan yang<br />

kita ambil dapat terlihat begitu sederhana, tetapi konsekuensinya dapat<br />

begitu menghancurkan. Tuhan telah memperingatkan Adam dan Hawa<br />

bahwa mereka akan mati jika memakan buah yang salah, tetapi pada<br />

waktu itu mereka bahkan tidak mengetahui apa itu kematian! Tidak ada<br />

contoh kematian di Taman Eden. Mungkin Hawa dipenuhi rasa ingin<br />

tahu: “Saya bertanya-tanya apa sebenarnya kematian? Mungkin kematian<br />

akan menjadi pengalaman yang indah, lebih baik dari hidup itu sen-<br />

Kita sering tergoda untuk<br />

memilih jalan yang lebih<br />

mudah ketika mengejar<br />

hal-hal yang kita idamkan.<br />

16


Keputusan Terburuk Yang Pernah Diambil<br />

diri.” Lalu ada janji tambahan, jika mereka memakannya, mereka akan<br />

menjadi “seperti Allah, mengetahui apa yang baik dan apa yang jahat”<br />

(Kejadian 3:5).<br />

Sebuah Jendela Di Hati Kita<br />

Pikiran kita dapat membenarkan apapun yang hati kita benar-benar<br />

ingin lakukan. Apakah kita mengakuinya atau tidak, kita semua didorong<br />

oleh keinginan kita. Mungkin kita<br />

berpikir bahwa kita membuat keputusan<br />

berdasarkan pemikiran yang<br />

rasional, tetapi sebenarnya kita lebih<br />

dipengaruhi oleh nafsu dan keinginan<br />

terdalam kita. Karena kita harus<br />

hidup dengan akal sehat, maka kita<br />

dengan seksama merasionalkan apa yang kita benar-benar ingin lakukan—dan<br />

terus merasionalkannya setelah kita melakukannya. Pikiran<br />

kita menjadi budak atas apapun tuntutan nafsu kita. Kita berkata kepada<br />

diri kita sendiri, Tak ada seorangpun yang sempurna, tetapi saya pada<br />

dasarnya adalah orang baik. Lagipula, bukan salah saya keadaan berubah<br />

menjadi seperti itu.<br />

Pada saat Adam dan Hawa berdosa, mereka saling menyalahkan.<br />

Adam menyalahkan Tuhan serta Hawa, dan Hawa menyalahkan ular.<br />

Adam dan Hawa tidak dapat melihat diri mereka sendiri yang sebenarnya,<br />

dan begitu juga kita. Rasionalisasi kita mengakar dalam dan abadi,<br />

sampai akhirnya kita digoncangkan oleh kenyataan—biasanya krisislah<br />

yang membangunkan suara hati. Anda telah mendengar bahwa kebanyakan<br />

orang berubah hanya ketika mereka dibukakan matanya, tetapi<br />

yang lebih akurat adalah kita berubah hanya ketika kita merasakan konsekuensi<br />

dari perbuatan kita!<br />

Hawa melahirkan seorang putra dan mereka menamakannya Kain.<br />

Sewaktu Hawa membesarkannya, ia tidak mengetahui konsekuensi<br />

Kita dengan seksama<br />

merasionalkan apa yang<br />

kita benar-benar ingin<br />

lakukan—dan terus<br />

merasionalkannya setelah<br />

kita melakukannya.<br />

17


dosa telah menunggu keluarga kecil mereka. Ketika putra kedua lahir,<br />

mereka menamakannya Habel. Ia tumbuh menjadi seorang pria muda<br />

saleh yang belajar memberi persembahan yang benar—persembahan<br />

darah—kepada Tuhan. Kain juga membawa persembahan, sebagian dari<br />

hasil panennya. Tetapi Tuhan menolak persembahannya dan menerima<br />

persembahan Habel. Rasa cemburu berakar dalam hati Kain, dan dalam<br />

kemarahan ia membunuh adiknya. Sebuah keputusan buruk lainnya.<br />

Dimulailah sejarah panjang dan kotor dari keluarga yang tidak berfungsi.<br />

Tidak Dapat Kembali ke Sorga<br />

Sebelum Adam dan Hawa berdosa, mereka telanjang tetapi tidak<br />

merasa malu. Bayangkan memiliki relasi dengan Tuhan, dan dengan<br />

orang lain, tanpa dibebani rasa malu<br />

atau bersalah. Bayangkan jika pikiran<br />

Anda begitu murni, begitu suci, sehingga<br />

Anda tidak merasa malu bahkan<br />

jika pemikiran Anda yang paling<br />

pribadi diketahui pasangan, anak-anak, orang tua, dan teman-teman<br />

Anda. Bayangkan kebebasan yang ditimbulkan terhadap relasi Anda: tidak<br />

ada amarah, nafsu, kesombongan, atau keegoisan.<br />

Walaupun mereka sangat menyesal, Adam dan Hawa tidak dapat<br />

kembali ke Sorga. Allah telah memasang penghalang yang memaksa<br />

mereka untuk menjauh dari rumah yang pernah mereka nikmati. Ketika<br />

mereka bangun di luar Taman Eden setiap paginya, timbul penyesalan<br />

sewaktu mengingat bahwa sekarang semuanya telah berubah. Kesucian<br />

mereka sudah ternodai; tak peduli berapa banyak air mata yang<br />

tercurah tidak akan dapat mengembalikan hak-hak istimewa yang dulu<br />

mereka miliki.<br />

Terdengar akrab di telinga?<br />

Pasangan muda yang telah menyerah pada godaan, lalu tidur bersama,<br />

tidak akan pernah mendapatkan keperawanan mereka kembali. Pria<br />

Bayangkan memiliki relasi<br />

dengan Tuhan, dan dengan<br />

orang lain, tanpa dibebani<br />

rasa malu atau bersalah.<br />

18


Keputusan Terburuk Yang Pernah Diambil<br />

yang dengan bodoh berjudi membuang tabungannya atau memakainya<br />

untuk skema ingin-cepat-jadi-kaya tidak dapat mengembalikan apa yang<br />

telah ia hilangkan. Wanita yang telah menikah tanpa restu orang tua dan<br />

sekarang menyesal hidup bersama<br />

seorang suami yang acuh-tak-acuh,<br />

tidak dapat melangkah mundur dan<br />

mengingkari janji pernikahannya.<br />

Semenjak zaman Adam dan<br />

Hawa, sama seperti mereka, kita<br />

telah ditipu oleh kenikmatan dosa.<br />

Bahkan, seringkali kita ingin sekali memercayai kebohongan yang mengatakan<br />

bahwa kita dapat melakukan apapun yang didikte oleh hawa<br />

nafsu kita. Seakan-akan kita ingin sekali ditipu. Kita hidup dengan penyesalan,<br />

sama seperti mereka, tetapi semua keputusan buruk tersebut<br />

telah menciptakan sebuah penghalang yang merintangi kita untuk kembali<br />

ke keadaan semula.<br />

Tetapi walaupun pintu menuju ke Sorga telah tertutup bagi Adam<br />

dan Hawa (dan bagi kita), pintu harapan telah terbuka lebar. Tuhan<br />

meyakinkan kita bahwa sesuatu yang baik masih dapat dihasilkan dari<br />

potongan-potongan kehidupan kita yang hancur.<br />

Seringkali kita ingin sekali<br />

memercayai kebohongan<br />

yang mengatakan bahwa<br />

kita dapat melakukan<br />

apapun yang didikte oleh<br />

hawa nafsu kita.<br />

Harapan di tengah Penyesalan dan Kehilangan<br />

Setelah Adam dan Hawa berdosa, mereka bersembunyi di antara<br />

pepohonan di Taman Eden. Mereka yang sebelumnya tidak pernah<br />

merasa malu sekarang dihancurkan oleh pengaruh rasa tersebut yang<br />

sangat kuat. Pepohonan yang sebelumnya menjadi latar belakang indah<br />

sewaktu mereka bercengkrama dengan sang Pencipta sekarang menjadi<br />

sebuah tembok untuk bersembunyi dari-Nya dan dari satu sama lain.<br />

Semenjak itulah, banyak energi psikologis dan akal digunakan untuk terus<br />

bersembunyi. Adam dan Hawa memiliki alasan untuk merasa malu.<br />

Malu adalah sebuah perasaan yang sangat kuat. Saya mendengar<br />

19


ahwa di Jepang, jika seorang pria<br />

dipecat dari pekerjaannya, ia sering<br />

kali tidak memberitahu keluarganya;<br />

dan jika ia terus menganggur, ia tidak<br />

akan pulang ke rumah. Hal ini telah<br />

berkontribusi pada peningkatan budaya<br />

jalanan di kota-kota di Jepang. Angka bunuh diri meningkat. Kita<br />

begitu mendambakan penerimaan sehingga kita akan hancur secara<br />

emosional jika tidak mendapatkannya.<br />

Albert Camus, dalam bukunya yang berjudul The Fall (Kejatuhan),<br />

menulis, “Setiap kita berusaha dengan cara apapun agar tetap tidak bersalah,<br />

bahkan jika ia harus menuding segenap umat manusia dan sorga.” 1<br />

Beberapa orang, yang dipenuhi oleh obsesi terhadap dirinya sendiri, secara<br />

psikologis tidak dapat bertanggung jawab atas apapun, tidak peduli<br />

betapa tidak adil, korup, atau kejamnya perilaku mereka. Mereka kelihatannya<br />

tidak bisa merasakan penderitaan orang lain, tetapi hanya<br />

mengartikan penderitaan tersebut di dalam dirinya sendiri. Mereka<br />

akan masuk liang lahat tanpa mengucapkan kata-kata, “Aku telah berdosa”<br />

atau “Maafkan aku.”<br />

Adam dan Hawa keduanya telah mengakui apa yang telah mereka<br />

perbuat, tetapi mereka tidak bertanggung jawab atasnya. Sang pria menyalahkan<br />

wanita, sang wanita menyalahkan si ular, tetapi si ular tidak<br />

dapat menyalahkan siapa-siapa! Kita<br />

telah dengan jelas mengikuti jejak<br />

mereka, dengan keras menolak tanggung<br />

jawab kita; menyalahkan orang<br />

lain; membangun fakta untuk melindungi<br />

ego kita; dan jika diperlukan,<br />

menghancurkan mereka yang berada di sekeliling kita untuk mempertahankan<br />

rasa keberhargaan atas diri kita sendiri.<br />

Setelah kejatuhan, Adam dan Hawa tidak berusaha mencari jalan<br />

untuk kembali kepada Tuhan; mereka hanya bersembunyi dari-Nya.<br />

Kita begitu mendambakan<br />

penerimaan sehingga<br />

kita akan hancur secara<br />

emosional jika tidak<br />

mendapatkannya.<br />

Adam dan Hawa tidak<br />

berusaha mencari jalan<br />

untuk kembali kepada<br />

Tuhan; mereka hanya<br />

bersembunyi dari-Nya.<br />

20


Keputusan Terburuk Yang Pernah Diambil<br />

Tuhanlah yang berinisiatif mencari mereka (seperti yang selalu Dia<br />

lakukan), berjalan di Taman Eden dan memanggil-manggil pasangan yang<br />

memalukan ini. Jika tidak, mereka akan menjadi tuhan atas diri mereka<br />

sendiri, sehingga mereka tidak akan terekspos oleh kesucian Tuhan,<br />

yang telah mereka lukai hati-Nya. Tetapi syukurlah, Tuhan yang sejati tidak<br />

melepaskan mereka. Pencarian-Nya di antara pepohonan di Taman<br />

Eden adalah awal dari penebusan mereka—dan kita.<br />

Ke tengah-tengah kekacauan ini, Tuhan datang untuk menyuntikkan<br />

satu dosis anugerah yang menyehatkan. Ia mengutuk ular, dan dengan<br />

melakukannya Dia memberikan sebuah janji indah, pengharapan bagi<br />

manusia. Dalam bukunya Paradise Lost (Hilangnya Sorga), John Milton<br />

menyebutnya sebagai “kejatuhan yang menguntungkan,” karena ketika<br />

kita dibawa kembali kepada Tuhan, ada kemuliaan dalam pemulihan kita.<br />

Dosa tidak memiliki kemuliaan, tetapi rekonsiliasi mengandung kemuliaan.<br />

Janji Tuhan<br />

Ketika Tuhan menghadapkan Adam dan Hawa pada dosa mereka,<br />

Dia juga berbicara pada ular: “Engkau dan perempuan itu akan saling<br />

membenci, keturunannya dan keturunanmu akan selalu bermusuhan.<br />

Keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan menggigit<br />

tumitnya” (Kejadian 3:15).<br />

Apa artinya janji ini?<br />

Seorang Penebus berkomitmen untuk membebaskan manusia dari<br />

dosa mereka dan Dia sendiri akan dihadang! Keturunan perempuan—<br />

sebuah referensi tentang Yesus Kristus—akan meremukkan kepala ular,<br />

bahkan sewaktu ular menggigit tumitnya. Dengan kata lain, tumit Sang<br />

Penebus akan menggilas kepala ular menjadi debu. Sang Penebus akan<br />

memenangkan pertandingan sepenuhnya. Tidak ada perlawanan.<br />

Kisah ini sering didengar oleh mereka yang telah mempelajari Alkitab,<br />

tetapi saya menuliskannya di sini karena ini adalah pusat dari ren-<br />

21


cana Tuhan untuk melakukan yang terbaik atas keputusan-keputusan<br />

buruk kita. Keputusan-keputusan buruk tidak dapat dibatalkan, tetapi<br />

mereka dapat ditebus. Dan Yesus Kristus adalah kuncinya.<br />

Beberapa abad kemudian, ketika Yesus mati di kayu salib, ular menipu<br />

dirinya sendiri dengan berpikir, Sekarang aku telah membunuh-Nya,<br />

aku telah menghancurkan lawanku! Tetapi tiga hari kemudian, Yesus bangkit<br />

dari kubur; dan beberapa minggu kemudian, Dia naik ke sorga dalam<br />

kemenangan yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Luka-luka-Nya ringan<br />

dan hanya sementara; luka ular fatal dan permanen. Dalam kuasa Sang<br />

Penebuslah kita dapat melakukan yang terbaik atas keputusan-keputusan<br />

buruk kita.<br />

“Melalui iman kalian dalam Allah yang bekerja… Allah menghidupkan<br />

kalian bersama-sama dengan Kristus. Allah sudah mengampuni segala<br />

dosa kita, dan membatalkan surat<br />

hutang terhadap kita, yang mengancam<br />

kita dengan syarat-syarat yang berat.<br />

Dengan menyalibkan surat itu pada<br />

kayu salib, Allah menghapuskan semua<br />

dakwaan terhadap kita. Pada salib itu Kristus membuat segala roh-roh<br />

yang memerintah dan berkuasa menjadi tidak berdaya lagi. Mereka dijadikan<br />

tontonan umum pada waktu Kristus menggiring mereka sebagai<br />

tawanan dalam pawai kemenangan-Nya” (Kolose 2:12-15). Yesus melucuti<br />

Setan, menyingkapkan si jahat sebagai penipu.<br />

Keputusan-keputusan<br />

buruk tidak dapat<br />

dibatalkan, tetapi<br />

mereka dapat ditebus.<br />

Penutup Tubuh<br />

Setelah mereka berdosa, Adam dan Hawa merangkai bagi diri mereka<br />

sendiri sebuah penutup tubuh dari daun ara. Tak perlu diragukan<br />

lagi jika persediaannya cukup, mereka dapat membuat gaun dan kemeja.<br />

Tetapi walaupun daun ara dapat menyembunyikan mereka terhadap<br />

satu sama lain, pakaian tersebut tidak dapat menyembunyikan mereka<br />

dari Tuhan. Daun-daun ara mungkin dapat dijadikan gaun, tetapi mereka<br />

22

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!