Untuk proyek-proyek infrastruktur yang akan diselenggarakan melalui skema KPS, pemerintah menyediakandukungan dan fasilitasi sesuai dengan Perpres 54/2011 jo. Perpres 13/2010 jo. Perpres 67/2005 tentangKerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Dalam Perpres ini, Pemerintahdapat memberikan dukungan dan jaminan dalam penyediaan infrastruktur dan pengadaan tanah yangharus diselesaikan sebelum pemasukan dokumen penawaran. Pemerintah di sini sebagai Penanggung JawabProyek Kerjasama dapat diperankan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah maupun BUMN/BUMDyang menyelenggarakan infrastruktur.Pada umumnya, dalam rangka mendukung program KPS dalam penyediaan infrastruktur, Pemerintahmenyediakan tiga fasilitas kunci yaitu: dana tanah (Land Fund), pembiayaan infrastruktur (infrastructure fund)dan dana penjaminan (Guarrantee Fund). Dana tanah terdiri dari Land Revolving Fund, Land Capping dan LandAcquisition Fund. Untuk pembiayaan infrastruktur, Pemerintah telah mendirikan PT. Sarana Multi Infrastruktur(PT. SMI) pda tahun 2009 dan PT Indonesia Infrastructure Finance (PT. IIF) pada tahun 2010. Khusus mengenaidana penjaminan, pada tahun 2009 Pemerintah telah mendirikan PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia(PT. PII) dan operasionalisasinya didasarkan pada Perpres 78/2010 tentang Penjaminan Infrastruktur dalamproyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur(BUPI) danPMK 260/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintahdengan Badan Usaha. Di samping ketiga fasilitas yang telah disediakan di atas, saat ini Kementerian Keuangantengah menyiapkan Project Development Services (dilakukan oleh PT. SMI), dan Viability Gap Fund (penyediaandukungan finansial Pemerintah untuk proyek-proyek KPS yang layak secara ekonomi, namun tidak layak secarafinansial atau memiliki kelayakan finansial marijinal). Dengan pemberian fasilitasi tersebut, diharapkan bahwaketerlibatan swasta dalam pendanaan infrastruktur dapat ditingkatkan.Selanjutnya, pola pembiayaan publik dan swasta telah diterapkan untuk mencapai target pembangunaninfrastruktur sejauh ini. Skim pembiayaan untuk investasi infrastruktur jalan tol melalui equity financingseperti penyertaan ekuitas langsung dan kerjasama pemerintah dengan pihak swasta (BOT, BTO, Build andRevenue Sharing, Turnkey, Joint Venture) merupakan pembiayaan model project financing yang selama inidilakukan pada pengusahaan jalan tol. Skim pembiayaan jalan tol ini juga menyertakan pembiayaan publikmelalui debt financing berupa pinjaman bank, commercial paper, dan obligasi.Untuk infrastruktur air minum pola pembiayaan tersebut juga dikembangkan selain melalui kerja samapemerintah-swasta (KPS) juga memanfaatkan equity (sumber pendanaan dari internal cash PDAM dan Pemda),pinjaman bank komersial (sumber pembiayaan dari pinjaman bank komersial dengan jumlah equity tertentusebagai pendamping pinjaman), dan obligasi (sumber dana dari penerbitan surat utang yang akan dibayar daripendapatan Perusahaan Daerah Air Minum/PDAM). Untuk investasi perluasan dan pembangunan fasilitas airminum yang didukung oleh sumber pendanaan dari pemerintah dan masyarakat dan program restrukturisasiutang PDAM, pengelolaan PDAM perlu dilakukan secara profesional, bersih, dan berdasarkan tata kelola yangbaik dengan tidak tertutup untuk mengikutsertakan swasta melalui proses yang transparan dan kompetitifsecara adil dan mendapat dukungan yang konstruktif dari pemerintah daerah.Untuk mendukung partisipasi swasta, BUMN, dan BUMD dalam pembangunan infrastruktur, kebijakanpenjaminan risiko oleh pemerintah dapat diberikan secara selektif berdasarkan kriteria yang obyektif, matang,terukur, transparan, dan adil serta dapat dipertanggungjawabkan. Untuk memperbaiki efisiensi dalampengelolaan, prinsip akuntabilitas dan keterbukaan akan diterapkan. Kebijakan lainnya adalah dukungan124<strong>BAB</strong> 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
penyertaan modal pemerintah untuk kegiatannon komersial tetapi mempunyai nilai ekonomistinggi, sehingga pemerintah menganggap perlumemberikan subsidi operasi. Selain itu melakukanunbundling pembangunan infrastruktur dimanapemerintah akan menanggung pembangunan yangbersifat komersial untuk berbagai infrastrukturpenting di daerah.Dalam 5 (lima) tahun ke depan Pemerintah(dalam hal ini Kementerian <strong>Pekerjaan</strong> <strong>Umum</strong>)merencanakan untuk terus mendorong berbagaialternatif pembiayaan untuk investasi pembangunaninfrastruktur, termasuk pola-pola KPS, utamanyadalam pembangunan dan pengelolaan jalan tol,pembangunan dan pengelolaan air minum, sertapembangunan dan pengelolaan persampahan dansanitasi kota.Berdasarkan Surat Keputusan Menteri NegaraPerencanaan Pembangunan Nasional/KepalaBappenas No. 47/M.PPN/HK/2009 tentangPerubahan Atas Keputusan Menteri NegaraPerencanaan Pembangunan Nasional/KepalaBappenas No. 28 tahun 2009 tentang PenetapanDaftar Rencana Proyek Kerjasama Pemerintahdan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur,maka dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depantelah ditetapkan beberapa proyek di bidang jalantol, air minum, persampahan, dan sanitasi kotayang tanggung jawab pelaksanaannya ada padaKementerian <strong>Pekerjaan</strong> <strong>Umum</strong>, sebagaimanaterlihat pada Tabel 4.4. Namun, mengingatberbagai kendala dan hambatan yang diperkirakanakan masih saja terjadi pada periode 5 (lima)tahun mendatang dan belum akan dapat diatasisepenuhnya, maka Kementerian <strong>Pekerjaan</strong> <strong>Umum</strong>akan memprioritaskan untuk melakukan fasilitasidan mendorong dengan intensif tercapai targettargetdan terwujudnya proyek-proyek KPS palingtidak sebagaimana digambarkan pada Tabel 4.2dan Tabel 4.3, sebagai bagian dari upaya-upayapencapaian target dan sasaran pembangunanNasional sebagaimana tertuang di dalam dokumenRPJMN.<strong>BAB</strong> 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 125