You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Apakah betul pula subsidi untuk BBM ini<br />
jumlahnya sangat besar? Lantas apakah<br />
pemerintah akan menaikkan harga BBM lagi<br />
jika harga tembus US$ 150 atau US$ 160 per<br />
barel?<br />
Saya telah jelaskan tadi, subsidi untuk BBM<br />
dan listrik memang besar sekali. Lantas, kalau<br />
harganya tembus US$ 150 atau US$ 160 per<br />
barel bagaimana? Apa otomatis harga BBM<br />
akan dinaikkan lagi?<br />
Begini. Pemerintah belum berpikir dan<br />
berencana untuk menaikan lagi harga<br />
BBM setelah kenaikan bulan Mei yang lalu.<br />
Pemerintah terus menghitung dan melakukan<br />
“exercise”, bagaimana menyelamatkan APBN<br />
dan perekonomian kita tanpa harus menaikkan<br />
BBM lagi. Memang kalau tembus ke harga US$<br />
150 per barel, atau lebih tinggi lagi, subsidi<br />
kita bisa mencapai lebih dari RP. 317 triliun.<br />
APBN menjadi tidak ideal. Banyak anggaran<br />
pembangunan yang tidak bisa dipenuhi, karena<br />
uang kita banyak tersedot untuk pemberian<br />
subsidi BBM dan listrik.<br />
Oleh karena itu saya minta pengertian seluruh<br />
rakyat Indonesia, untuk betul-betul menghemat<br />
penggunaan BBM dan listrik, agar APBN kita<br />
tidak jebol karena subsidi yang besar itu. Agar<br />
pula kita tidak perlu menaikkan harga BBM lagi.<br />
Saya terus mengikuti perkembangan<br />
bangsa-bangsa lain di dunia karena krisis harga<br />
minyak ini. Banyak bangsa di dunia, termasuk<br />
negara-negara kaya dan maju, yang rakyatnya<br />
amat sadar akan krisis harga minyak ini. Mereka<br />
melakukan berbagai penghematan BBM dan<br />
listrik. Mereka bikin BBM dari sumber lain,<br />
termasuk angin, hidro, bio-massa, dan biofuel.<br />
Tidak semua industri besar, tapi juga industri<br />
rumah tangga yang sederhana. Penggunaan<br />
listrik mereka kurangi habis-habisan. Mereka<br />
memilih melakukan itu semua ketimbang<br />
setiap hari marah, mengumpat pemerintah, dan<br />
berunjuk rasa.<br />
Bagaimana pandangan Bapak tentang<br />
bio-energi atau biofuel ? Dapatkah Indonesia<br />
mengembangkan besar-besaran bio-energi<br />
ini?<br />
Bio-energi, atau Bahan Bakar Nabati<br />
adalah salah satu energi alternatif yang ramah<br />
lingkungan. Kita semua tahu itu. Indonesia<br />
harus sangat serius untuk mengembangkan<br />
bio-energi ini.<br />
Yang penting jangan sampai mengganggu<br />
produksi bahan-bahan pangan kita. Ini semua<br />
sangat mungkin kita lakukan. Bio-energi dari<br />
jarak pagar dan bio-massa, misalnya, tidak<br />
akan mengganggu produksi pangan. Bioenergi<br />
yang berasal dari tebu, jagung dan<br />
sawitpun dapat dikembangkan dengan baik,<br />
pengantar<br />
tanpa harus mengganggu kecukupan pangan.<br />
Brazil salah satu negara yang berhasil dalam<br />
pertanian atau pangan, dan sekaligus bioenergi.<br />
Dalam pertemuan saya dengan<br />
Presiden Brazil beberapa waktu yang lalu,<br />
kita sepakat untuk melaksanakan kerjasama<br />
di bidang bio-energi ini. Indonesia mesti<br />
menimba pengalaman negara-negara yang<br />
lebih dahulu mengembangkan bio-energi, dan<br />
ternyata berhasil.<br />
Sejak tahun 2006 Pak SBY sangat intensif<br />
untuk mendorong pegembangan bio-energi<br />
ini. Bagaimana kemajuannya, dan apa<br />
kendala yang mendasar?<br />
Saya memang amat serius untuk<br />
mengembangkan bio-energi ini. Instruksi<br />
Presiden juga telah saya keluarkan yang<br />
intinya adalah menginstruksikan kepada para<br />
Menteri terkait, para Gubernur dan Bupati<br />
di seluruh tanah air, sesuai bidang tugasnya<br />
masing-masing, untuk melakukan percepatan<br />
penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar<br />
nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Di<br />
berbagai pameran industri energi selalu kita<br />
tunjukkan proses untuk membuat bio-energi ini,<br />
termasuk mesin-mesin yang telah diproduksi.<br />
Saya ketahui minat masyarakat dan dunia<br />
usaha kita untuk mengembangkan bio-energi<br />
ini juga makin tinggi.<br />
Kemajuannyapun telah nampak. Di<br />
antaranya adalah telah tersedia pabrik-pabrik<br />
pengolahan bio-diesel dengan kapasitas<br />
2 juta KL/tahun, dan pabrik-pabrik bio-ethanol<br />
dengan kapasitas 160 ribu KL/tahun. Saat ini,<br />
di empat kota besar yaitu : Jakarta, Surabaya,<br />
Bali dan Malang telah terpasang 279 SPBU<br />
yang menjual bahan bakar campuran bio-diesel<br />
1 % dan bahan bakar campuran bio-ethanol<br />
5%. Sementara itu telah pula dikembangkan<br />
123 Desa Mandiri Energi yang umumnya<br />
berbasiskan bio-energi, seperti minyak jarak.<br />
Kendala selalu ada. Sering belum sinkron<br />
benar antara petani yang menanam bahan bioenergi<br />
itu dengan industri yang membelinya.<br />
Ada juga permasalahan efisiensi dan nilai<br />
ekonominya. Ada juga keengganan dari warga<br />
masyarakat untuk meninggalkan penggunaan<br />
BBM, dan kemudian harus menggantinya<br />
dengan bio-energi. Kita telah lama kecanduan<br />
BBM yang harganya diangap murah. Kini,<br />
harganya mahal sekali, dan pemerintah harus<br />
menomboki harga pembelian yang murah itu<br />
dengan subsidi yang benar.<br />
Belum lama ini para ahli energi, para<br />
ahli teknologi dan para peneliti diundang,<br />
untuk mempercepat pengembangan energi<br />
akternatif. Bisa dijelaskan?<br />
TRUBUS EDISI KHUSUS HUT KE-63 RI 15