You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Dengan alat<br />
sederhana<br />
produksi<br />
bioetanol<br />
Penggunaan<br />
bioetanol<br />
lebih ramah<br />
lingkungan<br />
46<br />
Negeri Berlimpah<br />
Energi &<br />
Pangan<br />
penjualan mobil meningkat rata-rata 53.400 unit<br />
per tahun. Pemilik mobil tak perlu memodidifikasi<br />
mesin untuk menggunakan campuran bioetanol.<br />
Program pemerintah untuk mengalihkan<br />
penggunaan premium beroktan 88 ke oktan 90 kian<br />
membuka peluang pasar bioetanol. “Angka oktan<br />
adalah sifat ketahanan bahan bakar untuk tidak<br />
terbakar sendiri karena tekanan atau suhu,” kata<br />
Drs Mardono MM dari Lembaga Minyak dan Gas.<br />
Donny Winarno dari PT Molindo Raya, produsen<br />
bioetanol, mengatakan peralihan itu lantaran<br />
besarnya subsidi pemerintah untuk premium. Jika<br />
kebutuhan premium nasional 17-miliar liter, total<br />
subsidi mencapai Rp34-triliun per tahun.<br />
Untuk meningkatkan nilai oktan dapat<br />
menambahkan methil tersier buthil ether (MTBE)<br />
beroktan 100 atau tetra ethillead (TEL). Namun,<br />
penggunaan keduanya berdampak buruk sehingga<br />
dilarang pemerintah. TEL, misalnya, bersifat<br />
karsinogenik alias memicu kanker. Mardono<br />
mengatakan, semakin tinggi nilai oktan, kian<br />
rendah emisi. Hasil uji emisi gas buang premium<br />
88 mencapai 1,22% karbondioksida dan 175 ppm<br />
hidrokarbon. Bandingkan dengan emisi gas buang<br />
biopertamax hanya 0,44% karbondioksida dan<br />
143 ppm hidrokarbon.<br />
Untuk meningkatkan nilai oktan salah satu cara<br />
termudah adalah memberi campuran bioetanol<br />
berangka oktan 117. Dengan menambahkan<br />
10% bioetanol, angka oktan E10 mencapai 91<br />
hampir setara pertamax. “Pemerintah tak perlu<br />
membangun kilang khusus untuk menghasilkan<br />
bahan bakar beroktan 90,” ujar Arif.<br />
Dengan segala kelebihan di atas, penggunaan<br />
bioetanol agaknya kian mendesak. Bukan<br />
hanya karena industri itu menjadi lokomotif<br />
pengembangan ekonomi dan menciptakan<br />
lapangan pekerjaan. Namun, juga lantaran harga<br />
minyak bumi yang melambung hingga US$130 per<br />
barel (1 barel = 117,35 liter). Pasar itu kian luas dan<br />
membaik ketika subsidi bahan bakar yang nilainya<br />
Rp1.681,25 per liter itu dicabut. Bila kebutuhan<br />
17-miliar liter, pemerintah menggelontorkan dana<br />
Rp28,6-triliun per tahun. Pangsa pasar terbentang<br />
luas, harga memadai, bahkan dapat digunakan<br />
untuk keperluan sendiri. Itulah bioetanol, “bensin”<br />
dari tetumbuhan yang dapat kita produksi di teras<br />
atau halaman rumah. (Sardi Duryatmo/Peliput:<br />
Andretha Helmina, Imam Wiguna, & Nesia<br />
Artdiyasa)<br />
TRUBUS EDISI KHUSUS HUT KE-63 RI