Climate Change, Forests and Peatlands in <strong>Indonesia</strong>Kilas Balik Pelaksanaan dan Pencapaian KegiatanAdaptasi dan Pengelolaan <strong>Lahan</strong> Gambut BerbasisMasyarakat (Proyek CCFPI)Peranan lahan gambut sebagaisumber mata pencaharian masyarakatserta fungsinya dalam stabilisasihidrologi dan iklim sebenarnya telahbanyak disadari oleh sebagiankalangan di <strong>Indonesia</strong>, baik institusipemerintah, non-pemerintah maupuninstitusi pendidikan. Sejauh ini,berbagai studi dan program telahdilakukan di lahan gambut, baikmelalui pendekatan penelitian murnidan aplikatif maupun berbagaiprogram yang menyentuh langsungkehidupan masyarakat di lapangan.Salah satu kegiatan yangdilaksanakan berkaitan denganrestorasi dan pengelolaan lahangambut adalah melalui Proyek ClimateChange, Forests and Peatlands in<strong>Indonesia</strong> (CCFPI) yang didanai olehCanada Climate Change DevelopmentFund (CCCDF) melalui Canadian<strong>International</strong> Development Agency(CIDA). Kegiatan tersebut menyentuhberbagai sektor yang terkait denganperlindungan lahan gambut denganpendekatan utama pada fasilitasiinisiatif masyarakat lokal untukmelindungi berbagai fungsi danmanfaat yang dapat diperoleh darihutan dan lahan gambut. Kegiatandilaksanakan di Propinsi KalimantanTengah, Sumatera Selatan dan Jambi.Untuk menjalankan berbagai tujuandan pendekatan tersebut, programdilaksanakan dengan penekananpada dukungan untuk pengembanganberbagai inisiatif masyarakat dalampengelolaan lahan gambut, termasukinisiatif masyarakat dalammengembangkan alternatif sumbermata pencaharian yang ramahlingkungan dan berkelanjutan sertaupaya untuk merestorasi lahan danhutan gambut yang telah terlanjurrusak. Dukungan tersebut disokongdengan pengadaan dukungan teknisyang memadai, melalui pengumpulanberbagai kegiatan dan kearifan yangselama ini telah dilaksanakan danmemberikan hasil yang baik sertapengembangan metodologi untukmemperkirakan kandungan karbondisekitarnya. Disisi lain, fasilitasi jugadilakukan dengan mengangkatberbagai pengalaman praktis, kearifandan pengetahuan masyarakat terkaitdengan pengelolaan lahan gambutuntuk disandingkan kedalam berbagaikebijakan terkait di tingkat wilayahmaupun nasional atau bahkan ditingkat regional dan internasional.10 • • • <strong>Warta</strong> <strong>Konservasi</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>
Climate Change, Forests and Peatlands in <strong>Indonesia</strong>○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○DUKUNGAN KEGIATAN EKONOMIMASYARAKAT TERKAIT DENGANLINGKUNGANSalah satu tujuan penting daripelaksanaan kegiatan ini adalahmemfasilitasi peletakan landasan yangmemadai bagi masyarakat untuk dapatmengidentifikasi berbagai alternatif matapencaharian yang berkelanjutan dandipadukan dengan kegiatanpengelolaan lahan gambut sertarestorasi lahan gambut yang terlanjurtelah mengalami kerusakan. Sebagianbesar kegiatan terkait dengan ekonomimasyarakat dilakukan melalui kerjasamadengan LSM setempat.Melalui berbagai pertemuan yangdigagas oleh masyarakat dan diikutioleh institusi di tingkat desa, kelompokmasyarakat kemudian menentukanberbagai kegiatan yang terkait denganpengembangan ekonomi dikelompoknya. Berbagai inisiatif yangmuncul kemudian diselaraskan denganpola bantuan yang diintroduksi olehProyek, yaitu melalui pola Kredit Mikroterkait Lingkungan yang di duniainternasional belakangan ini dikenalsebagai pendekatan Bio-rights. Melaluipola ini, dukungan diberikan kepadamasyarakat dalam bentuk pinjamanyang harus dimanfaatkan sebagaimodal usaha. Sebagai kompensasinya,masyarakat peminjam diwajibkan untukmelakukan penanaman pohon jenistertentu sesuai kesepakatan, danjumlahnya setara dengan nilai pinjamanserta disetujui bersama (misalnya satubatang pohon untuk setiap nilaipinjaman Rp.2.500). Bibit pohon harusdisediakan sendiri oleh masyarakat(biasanya banyak terdapat disekitartempat tinggal mereka) dan dilarangmenggunakan uang pinjaman untukmembeli bibit. Melalui perjanjian yangdisaksikan oleh aparat pemerintahsetempat, disebutkan bahwa masyarakatwajib untuk memelihara tanamantersebut hingga tumbuh baik, danmengganti tanaman yang mati. Padawaktu tertentu yang telah disepakati(biasanya 3 – 5 tahun), akan dilakukanevaluasi terhadap laju lulus hidupseluruh tanaman, dan jika ternyatajumlah tanaman yang hidup lebih daripersentase tertentu yang disepakati(misalnya 60 – 70%), maka peminjamakan dibebaskan kewajibannya untukmengembalikan pinjaman. Sementaraitu, jika persentasenya kurang, makabeban pinjaman yang harusdikembalikan adalah setara denganjumlah tanaman yang mati.Dalam perkembangan selanjutnya,atas inisiatif dari masyarakat sendiri,meskipun berdasarkan prinsip yangsama, pola bantuan tersebutdimodifikasi. Pada pola lama, karenajumlahnya yang terbatas, sebagianmasyarakat berpendapat bahwabantuan tersebut hanya menyentuhdan menguntungkan sebagiananggota masyarakat tertentu saja,karena jika tanamannya berhasiltumbuh melebihi ketentuan makakewajiban mengembalikan uang akandihapus. Pada pola baru, masyarakatmenginginkan agar pinjaman dirubahmenjadi pinjaman lunak tanpa bunga,dan sebagai kompensasinya, besaranbunga akan diganti dengan kewajibanuntuk menanam pohon yangjumlahnya setara dengan jumlahpinjaman, dan kemudianmemeliharanya hingga tumbuhdengan baik. Pada periode tertentuyang telah disepakati, peminjamdiwajibkan untuk mengembalikancicilan pinjaman, yang kemudian akandiberikan sebagai pinjaman bergulirbagi peminjam baru.Gagasan yang ingin dicapai adalahbahwa pada jangka panjangmasyarakat bisa memperolehpenghasilan dari tanaman yangditanamnya (seluruh tanaman menjadimilik penanam) dan pada saat yangsama kewajiban untuk merestorasilingkungan juga dapat dilaksanakan.Untuk mengatasi kebutuhan ekonomidalam jangka pendek, pemafaatanbantuan sebagai modal usahadiharapkan dapat menutupi kebutuhansambil menunggu hasil tanaman.Melalui pola dukungan tersebut,sekitar 100 kelompok masyarakatberanggotakan sekitar 10 -15 orangtelah ikut berpartisipasi. Selain itu,ratusan orang lainnya juga terlibatsebagai pemasok atau pembantuusaha. Hasil yang dicapai oleh paraanggota kelompok cukup beragam.Sementara hampir seluruh anggotakelompok telah berhasil melaksanakankewajibannya untuk menanam tanamankompensasi, sebagian besar anggotakelompok juga telah menikmati hasil usahaekonominya dan telah bergulir menjalankanusaha yang lebih besar. Termasuk dalamkelompok ini adalah mereka yangmenjalankan usahanya dibidang pertaniansayuran, peternakan ayam dan industrirumah tangga pembuatan makanan. Namundemikian, adapula kelompok yang masihtertatih-tatih dan memerlukan dukunganlebih lanjut. Perhatian lebih memangselayaknya diberikan kepada kelompok ini,karena sebagian besar dari mereka adalahpara pembalak kayu di hutan yangkemudian berhenti dan menjalankan usahabaru dengan dukungan program ini.Sayangnya, adapula anggota kelompokyang tidak berhasil usahanya karena biayaoperasional yang dikeluarkan melebihidukungan yang diberikan. Merekaumumnya menjalankan usaha dibidangpemeliharaan ikanyang memerlukaninput biaya besaruntuk pembelianpakan. Untukkelompok tersebutopsi penguranganhingga penghapusankewajibanpembayaranpinjaman dapatdilakukan sesuaikondisi yang ada.Vol 15 no. 1, April 2007 • • • 11