12.07.2015 Views

Download PDF (4.8 MB) - DhammaCitta

Download PDF (4.8 MB) - DhammaCitta

Download PDF (4.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Orang tidak akan mendapatkan manfaatyang sebenarnya dari agamanya hanya karena iasering beribadah atau datang ke tempat ibadahnya.Justru biasanya orang yang hanya taat beribadahatau melakukan ritual-ritual keagamaan tanpamenyelidiki maksud dan tujuan serta memahamidan mempraktekkan ajaran agamanya dalamkehidupan sehari-harinya, biasanya berpotensimenjadi orang yang fanatik pada agamanya tanpadidasari kebijaksanaan. Dan orang-orang sepertiinilah yang kebanyakan salah mengartikan ataumemahami ajaran agamanya sehinggamenimbulkan permusuhan sampai pertikaiandengan dalih agama. Yang sebenarnya malahmerendahkan agamanya sendiri.Contoh lainnya yang mungkin pernah kitadengar atau mungkin kita alami sendiri adalahorang yang berpindah ke agama lain karena merasadi agamanya yang dahulu ia tidak mendapatmanfaat atau tidak berubah menjadi orang yanglebih baik. Syukur kalau di agama barunya diamemang menjadi lebih baik tingkah lakunya, palingtidak di dunia ini bertambah satu lagi orang baik.Padahal kalau kita lihat di setiap agama pasti adaorang yang baik dan ada juga yang kurang baik, jadibukan karena agama tertentu seseorang menjadibaik atau tidak, tapi tergantung pribadi masingmasingsejauh mana ia menjalankan ajaranagamanya. Karena sebenarnya tidak ada agama didunia ini yang begitu kita menganutnya kitalangsung menjadi baik. Kita butuh latihan berbuatbaik untuk menjadi orang baik, dan itu harus kitalakukan terus menerus karena kebaikan tidak adabatasnya.Sekarang mari kita hubungkan antaraagama dan tujuan hidup manusia. Kalau kitatanyakan kepada semau orang apa tujuan hidupmereka, hampir bisa dipastikan jawabannya adalahhidup bahagia atau apapun jawabannya, ujungujungnyapasti supaya terhindar dari penderitaanapapun bentuknya, intinya supayabahagia, senang, bebas dari penderitaan. Semuayang dilakukan atau diusahakan manusia sejaklahir sampai meninggal disadari atau tidak adalahagar bahagia atau tidak menderita, tentunyastandar atau definisi kebahagiaan berbeda-bedabagi setiap orang, entah itu kebahagiaan duniawimaupun kebahagiaan spiritual. Namun yang palingpenting bagaimana sikap kita terhadapkebahagiaan itu sendiri dan bagaimana cara kitamemerolehnya. Di sinilah mengapa peranan agamasangat penting, di mana nilai-nilai agamamengajarkan untuk mencapai kebahagiaan atauapapun tujuan hidup kita tanpa merugikan oranglain dan tentunya berbagi kebahagiaan yang telahkita peroleh kepada orang atau makhluk lain. Nilainilaiagama harus berjalan beriringan dengantujuan hidup manusia agar apapun hasilnya nantikita dapat menerimanya sebagaimana adanya dantidak ada pihak yang dirugikan.Namun sayangnya tidak sedikit orangyang lupa untuk mempraktekkan ajaran agamanyaatau mengatakan untuk urusan agama atauspiritual itu nanti saja kalau sudah tua, nanti sajakalau ada waktu. Mereka sangat yakin akanmencapai usia tua yang dimaksud itu, padahalkematian tidak pernah kompromi dengan apapun,baik usia, jenis kelamin, agama, suku, ras, baik atauburuk. Kalau waktunya sudah tiba kematian pastidatang menjemput semua makhluk tanpa memberikabar atau meminta ijin terlebih dahulu, takseorangpun yang tahu dengan pasti. Jadi masihkahkita menunggu tua untuk urusan spiritual atauagama? Seperti kata dalam iklan komersial sebuahkoran terkemuka “Bijak bisa sejak muda, mengapaharus menunggu tua”. Logikanya, semakin dini kita“memanfaatkan” ajaran agama, secara umum kitajuga akan lebih lama mendapat manfaatnya, kalaukita sempat mencapai usia tua itu. Jadi sudahkahAnda “memanfaatkan” ajaran agama Anda dalammencapai tujuan hidup?Agama untuk hidup,bukan hidup untuk agama

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!