12.07.2015 Views

Download PDF (4.8 MB) - DhammaCitta

Download PDF (4.8 MB) - DhammaCitta

Download PDF (4.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Jadi, hendaknyalah kita dapat bergaul dengansemua sekte Buddhis yang ada, juga tentu saja denganumat beragama lain. Bersikap rendah hati dan salingmenghargai adalah sikap awal yang baik untukmembina hubungan dengan sekte lain. Jika Andapernah mencoba hal demikian, itu sudah bagus. Namun,jika kemudian timbul konflik atau gesekan denganlingkungan di mana kita mencoba mempraktekkanDhamma yang murni, maka saat itu kita bisa mengingatkembali ajaran Sang Buddha tentang Jalan TengahMulia Berunsur Delapan. Pada Jalan Tengah inilahsesungguhnya terdapat jawaban yang memuaskan ataskonflik yang terjadi. Cukup mengingat kata 'JalanTengah' saja, terkadang dapat membuat pikiran positifkita bekerja untuk menyelesaikan suatu persoalandengan cara yang adil dan bijaksana, dengan sebisamungkin tidak membuat orang lain menderita dan kitasendiri pun bahagia. Seringkali kita terjebak dalamkonsep yang kita buat sendiri.Seperti kasus pengakuan diriterhadap sekte Buddhis tertentusecara berlebihan, yang membuatkita tak dapat bersentuhan denganDhamma yang sesungguhnya.Karena makin kuat pengakuan itu,makin jauhlah kita dari jalan yangtelah ditunjukkan Sang Buddha.Mungkin lebih tepat jika dikatakan,timbul fanatisme dalam diri kitaterhadap ajaran Buddha, mengingattingkat pemahaman tiap orang akanDhamma berbeda-beda. Ada yangmempunyai level kebijaksanaantinggi sehingga bisa mudahmenyerap dan mengerti Dhamma,tetapi tak jarang pula tipe seperti initerjebak dalam kesombongannya sendiri saatpengertian Dhamma yang bisa dijangkaunya dirasalebih tinggi dari yang lain. Hal ini bisa terjadidikarenakan penerapan Dhamma ke arah prakteknyamasih minim. Ia terjebak dalam teori dari buku-bukuDhamma yang dibacanya dan juga pada konsep-konsepyang berupa kesimpulan-kesimpulan yang dibuatnyasendiri berdasarkan pemikiran saat itu. Bisadiibaratkan hanya tahu kulitnya, tapi tidak merasakanisinya. Tidak ada yang salah dengan teori dalam bukubukuDhamma yang ada, tetapi ada yang salah denganpemikiran kita karena kita tidak bisa memahamibagaimana pikiran itu bekerja.Seperti yang Sang Buddha katakan, Dhammaitu indah pada awal, tengah, dan akhirnya, tapi tidaklahmudah untuk mempraktekkan Dhamma. DiperlukanDhamma itu indahpada awal, tengah, danakhirnya, tapi tidaklahmudah untukmempraktekkanDhamma. Diperlukankesungguhan tekad,kesiapan mental, dankesadaran untukmembuktikanindahnya Dhamma...kesungguhan tekad, kesiapan mental, dan kesadaranuntuk membuktikan indahnya Dhamma. Kesungguhantekad untuk melaksanakan Dhamma dengan maubelajar terus tanpa berhenti; belajar teori danmempraktekkan dalam kehidupan nyata; kesiapanmental untuk menerima yang patut diterima danmemperbaiki pola pikir; serta kesadaran untukmengorbankan apa yang disebut ”milikku” untukmeraih kebahagiaan dalam arti yang sesungguhnya;yang sekali lagi, bisa dimulai dari hal-hal yangsederhana.Berbincang-bincang dengan wakil ketuadayaka Vihara Dhamma Mukti ini membuat kamiteringat akan sikap dan pribadi luhur seorang Bhanteyang hampir 10 tahun lamanya tiada, yakni BhanteGirirakkhito Mahathera; seorang Bhikkhu senior yangmenjadi teladan bagi banyak orang,baik dari kalangan Buddhis maupunnon-Buddhis. Bahkan dalam lingkupBuddhis sendiri, Beliau dapatditerima oleh semua golongan yangada, oleh semua sekte yang ada.Beliau dapat mengayomi semuaumat Buddha, tidak hanya terbataspada satu sekte saja. Inilah yang bisadikatakan, seorang yang memegangteguh prinsip-prinsip ajaran agamaBuddha. Sudah semakin sedikitorang-orang seperti Beliau ini yangmau bekerja demi Dhamma tanpakenal lelah sampai akhir hidupnya.Maka, jika sikap seperti ini bisa kitateladani, khususnya bagi paragenerasi muda Buddhis maka agamaBuddha akan bisa tumbuh berkembang dan membawakebahagiaan bagi banyak orang karena Dhamma itusendiri sudah dipahami dalam prakteknya. Tidak akanada lagi sikap kekanak-kanakan yang mengikutiseorang Buddhis; yang meributkan hal-hal sepelesehingga mengabaikan dan mempersempit wawasanberpikir secara Buddhis. Melainkan kita akan mampuberjiwa besar, tidak sombong, tidak serakah, tidakdiliputi kebencian; yang ada adalah perasaan cintakasih dan kasih sayang yang murni kepada semuamakhluk. Tidak memperbesar persoalan kecil, dandapat memadamkan persoalan besar. Melupakandendam, dan saling bergandeng tangan untuk bersamasamamaju dalam Dhamma dengan tetap memegangteguh prinsip-prinsip ajaran Sang Buddha.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!