apa obsesi bapak yang hingga sekarang belum terwujud?Saya bercita-cita mendirikan tempat untuk membina kader-kader Buddhis yangmampu meneruskan pengembangan Buddha Dhamma. Mereka juga nantinya akanmenjadi pengelola vihara-vihara di lingkungan sekitar mereka. Sebuah vihara sudahsemestinya dihuni oleh orang-orang yang memahami dan memraktekkan dhammasecara benar dan konsisten. Mereka diharapkan dapat membagi pengetahuan danpengalamannya kepada para pengurus dan umat di vihara tempat tinggal mereka. Akanjauh lebih baik lagi jika vihara sudah memiliki kelas dhamma sendiri. Pokoknya kalauvihara sudah mempunyai kelas dhamma dengan kurikulum yang baik, pasti vihara ituakan mampu berkembang dengan cepat. Cukup ada 60 persen umat yang memahamidhamma, maka 40 persen sisanya akan tinggal mengikuti. Sekarang yang lebihpenting bagi sebuah vihara adalah pengembangan pendidikan dhammanya, bukanpembangunan fisik vihara.Saya ingin mengadakan diklat yang menghasilkan orang-orang untukmengembangkan Buddhisme di daerah-daerah yang membutuhkan. Orang-orangseperti ini harus benar-benar ditunjang segala kebutuhannya, karena logisnya, merekatidak mungkin dapat mencukupi semua kebutuhannya sendiri jika sudah memilikitanggung jawab sepenuhnya mengabdi untuk Buddha Dhamma. Sekarang sudahseharusnya tokoh-tokoh Buddhis memikirkan kualitas umat, bukan kuantitas.malam sudah semakin larut, padahal masih banyak topik yang ingindawai bahas bersama beliau. jarang sekali ditemui seseorang yangbenar-benar memiliki semangat dan motivasi yang murni sepertibeliau, yang rela mencurahkan segala waktu hidupnya untukmeningkatkan pemahaman orang lain tentang buddhisme. beliauadalah orang yang mendapat kepuasan dari keberhasilan orangorangdalam menemukan dhamma dalam hidup mereka. kita semuapun bisa seperti beliau.
news onBakti SosialBanyuwangi19-21 Agustus 2006Memaknai Hidup Dengan BerdanaMotivasiSalah satu kegiatan sosial rutin tahunanyang diadakan oleh Vihara Dhammadipa Surabayaadalah bakti sosial. Untuk tahun ini, acara bakti sosialdipusatkan di daerah Banyuwangi dengan fokus padaVihara Dhamma Mukti Banyuwangi dan sekitarnya.Mungkin banyak yang bertanya-tanya, mengapa baktisosial kali ini bukannya pergi ke daerah-daerah yangterkena bencana alam, seperti di Yogyakarta atau diPangandaran, Jawa Barat, yang notabene mengalamikerusakan cukup parah akibat gempa dan tsunami?Pertimbangannya, karena daerah-daerah tersebutsudah mendapat cukup perhatian ekstra dari berbagaiinstansi seperti lembaga-lembaga sosial asing maupunlokal, pemerintah, dan lembaga-lembaga keagamaanyang ada. Tanpa bermaksud mengabaikan bahwadaerah dan masyarakat di tempat tersebut masihmembutuhkan perhatian, sebenarnya perlu juga adanyapembagian atau koordinasi yang baik di antarainstitusi-intitusi yang ada (misalnya LSM) ataupunlembaga keagamaan (dalam hal ini vihara) dalammenyalurkan bantuan yang disumbangkan oleh paradermawan. Ibarat memberikan kasih sayang kepadaanak-anaknya, seorang ibu selayaknya mampumembagi perhatiannya secara adil, tidak hanyamemberi perhatian pada anaknya yang kurang mampuatau dianggap lemah, tetapi juga pada anaknya yanglain, walaupun anak tersebut lebih tegar dan mandiri.Sikap inilah yang diambil Dayaka Sabha ViharaDhammadipa sehingga mengadakan bakti sosial kevihara-vihara di Banyuwangi.PersiapanJauh-jauh hari sebelum acara bakti sosialberlangsung, Dayaka melakukan berbagai persiapan.Dimulai dari pembentukan panitia bakti sosial yangmencakup hampir semua anggota Dayaka Sabha ViharaDhammadipa, dilanjutkan dengan penyebaraninformasi tentang kegiatan ini ke kampus-kampus danumat, persiapan sarana dan prasarana bakti sosialseperti transportasi dan barang-barang kebutuhanuntuk disumbangkan, pengkoordinasian denganDayaka Vihara Dhamma Mukti di Banyuwangi dalamhal pembagian sembako bakti sosial, serta melakukansurvei ke Banyuwangi untuk mengetahui kondisi disana dan lama perjalanan yang akan ditempuh. Demiterwujudnya acara bakti sosial ini, panitia relaberkorban waktu dan tenaga dengan semangat cintakasih (metta) dan kasih sayang (karuna).PerjalananMenempuh perjalanan selama 6-7 jammenuju Banyuwangi, akhirnya kami tiba juga diVihara Dhamma Mukti pada tanggal 20 Agustussubuh dini hari, tepatnya jam 3 pagi. Waktu tersebutbukanlah waktu yang tepat, kalau bisa dikatakandemikian, karena merupakan jam tidur yangumumnya tidak bisa diganggu gugat bagi sebagianorang. Namun tidak demikian halnya bagi DayakaVihara Dhamma Mukti Banyuwangi, karena sungguhtak disangka mereka sudah siap menyambutkedatangan kami dari Surabaya di pagi subuh! Ucapanselamat datang pun terbentang di sehelai kain dengan