12.07.2015 Views

Editorial dan Daftar Isi - Elsam

Editorial dan Daftar Isi - Elsam

Editorial dan Daftar Isi - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

pengadilan yang independen terhadap kasus-kasus masa lalu, a<strong>dan</strong>yakepemimpinan politik yang berpihak kepada korban, a<strong>dan</strong>ya vonis beratbagi para penjahat perang, penjahat pelanggaran hak asasi, tampaknyaterbentur tembok rezim yang bermuka pura-pura demokratis. Semuaupaya pengungkapan penyelesaian kejahatan masa lalu dikanalisasi dalamsejumlah aneka rupa kebijakan yang dikemas dalam bungkusproseduralisme berlagak demokratis. Tengok saja bagaimana sejumlahupaya penyelesaian kasus masa lalu yang diajukan oleh Komnas HAMterbentur pada kuatnya institusi penegak hukum yang sesungguhnya harusbertindak mengatasnamakan korban.Belum selesai mengatasi persoalan masa lalu, sekarang bangsa inikemudian dikangkangi oleh menguatnya bentuk-bentuk tantanganlainnya. Mengutip Herry B. Priyono, paska lepas dari perangkapfundamentalisme politik atau rezim otoriter, saat ini Indonesiamenghadapi dua fundamentalisme lainnya yang tak kalah berbahaya:fundamentalisme pasar <strong>dan</strong> agama. Gejala ini sangat faktual <strong>dan</strong> aktual.Fundamentalisme sangat bertentangan dengan hak asasi manusia darisejak gagasan hingga ujungnya dalam bentuk kebijakan atau aksi.Guna mengamati menguatnya fundamentalisme pasar, kita bisamelihat betapa sistematis <strong>dan</strong> kuatnya penetrasi pasar terhadap negara atassektor-sektor publik. Liberalisasi maupun privatisasi yang kesemuanyamengarah pada proses penghambaan terhadap kapitalisme menjadi katakunci yang sangat mujarab. Dengan demikian kekuatan pasar tentubertolak belakang dengan konsep hak asasi manusia terutama di ranah hakekonomi sosial <strong>dan</strong> budaya yang menuntut tanggung jawab lebih kepa<strong>dan</strong>egara atas kesejahteraan warganya.Kita bisa simak dalam tulisan Noer Fauzi Rachman <strong>dan</strong> LaksmiSavitri di permulaan terbitan kali ini. Keduanya menulis betapasistematisnya proses kapitalisme di bi<strong>dan</strong>g agraria. Kapitalisme mula-mulamemanfaatkan negara supaya bertindak digdaya atas penguasaan lahanwarga yang marjinal secara politik. Lantas, seolah bisa ditebak, negarakemudian menempatkan posisinya sebagai fasilitator para kapitalis untukmenguasai lahan secara massif.Sementara itu, bahaya fundamentalisme agama juga tak kalahmenakutkan. Klaim tunggal atas penafsiran agama membuatfundamentalisme jenis ini sangat menakutkan, rentan mengandung4

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!