Mahkamah sebelum ratifikasi dilaksanakan. Pada Agustus 2006, perwakilan parlemenIndonesia berpartisipasi dalam konferensi regional dengan seluruh parlemen Asia tentangMahkamah Pidana Internasional dan berjanji akan bekerja untuk mengupayakanratifikasi/aksesi pada tahun 2008 atau lebih cepat. Tahun 2007 telah didirikan pulaParliamentarian for Global Action (PGA) Indonesia Chapters, dimana sekretariatinternasional PGA selama ini sangat aktif mendukung universalitas Mahkamah PidanaInternasional. 1Namun, upaya ratifikasi sebagaimana direncanakan pada tahun 2008 urung dilaksanakan.Dalam Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) Periode 2011- 2014, Indonesiaberkomitmen kembali untuk meratifikasi pada Tahun 2013. Dalam RANHAM tersebut,rencana aksi dilakukan dengan tersusunnya Naskah Akademis dan RUU Pengesahan<strong>Ratifikasi</strong> <strong>Statuta</strong> <strong>Roma</strong>.Merujuk pada kegagalan ratifikasi pada tahun 2008, Indonesia perlu bersungguh-sungguhuntuk menjalankan janjinya pada dunia internasional dan melaksanakan komitmennyaunruk meratifikasi <strong>Statuta</strong> <strong>Roma</strong> pada tahun 2013. <strong>Ratifikasi</strong> <strong>Statuta</strong> <strong>Roma</strong> akan akanmemberikan kesempatan luas bagi Indonesia untuk terlibat aktif dalam perdamaian duniadan pencapain keadilan global, serta memastikan adanya perlindungan Hak Asasi Manusiabagi seluruh warga negara. Indonesia juga akan mempunyai kedudukan setara denganbangsa-bangsa lainnya yang sudah terlebih dahulu meratifikasi <strong>Statuta</strong> <strong>Roma</strong>. Saat ini telahlebih dari 120 negara yang meratifikasi <strong>Statuta</strong> <strong>Roma</strong>, termasuk negara-negara ASEAN yakniKamboja dan Filipina.Selama ini, terdapat kekhawatiran dikalangan pemerintah bahwa dengan meratifikasi ICCmaka dapat berarti akan adanya intervensi internasional terhadap proses hukum dan prosespengadilan Indonesia. Kekhawatiran ini jelas tidak mungkin terjadi, karena kalaupunIndonesia menjadi negara pihak dari ICC maka tetap ICC tidak dapat secara bebas masukdalam sistem hukum Indonesia. ICC merupakan mekanisme pelengkap ketika Negara tidakmau (unwilling) dan tidak mampu (unable) melaksanakan kewajiban penghukumanterhadap pelaku kejahatan yang termasuk dalam jurisdiksi ICC. Selain itu, Indonesia telahmemiliki mekanisme hukum yang untuk proses peradilan terhadap kejahatan genosida dankejahatan terhadap kemanusia berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentangPengadilan HAM, yang secara terbatas telah mengadopsi ketentuan-ketentuan dalam<strong>Statuta</strong> <strong>Roma</strong>. Berdasarkan sejumlah regulasi yang telah dibentuk, juga menunjukkankesiapan Indonesia dan kompetensi Indonesia dalam meratifikasi <strong>Statuta</strong> <strong>Roma</strong> dan segeramenjadi negara pihak dalam ICC.<strong>Ratifikasi</strong> <strong>Statuta</strong> <strong>Roma</strong> juga dapat memperkuat peranan Indonesia di dunia internasional,terutama untuk menjembatani dan menjadi penghubung antara negara-negara yang masihberjuang mengembangkan sistem hukumnya dengan negara-negara yang sudah lebih majudan berkembang. Hal ini sejalan dengan visi diplomasi Indonesia untuk menjadi “bridgemaker”di komunitas internasional, seperti yang selama ini ditunjukkan dalam forum-foruminternasional, seperti di Perserikatan Bangsa-Bangsa, World Trade Organization, ASEAN dan1 Kertas Kerja, “Indonesia Menuju <strong>Ratifikasi</strong> <strong>Statuta</strong> <strong>Roma</strong> Tentang Mahkamah Pidana Internasional Tahun2008”, Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Mahkamah Pidana Internasional, 2008.2
United Nations Department for Peacekeeping Operations (UNDPKO). Indonesiaberkesempatan untuk menjadikan ratifikasi ini sebagai misi diplomasi damai demimemperjuangkan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan, termasuk di hadapan negara-negaraanggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang saat ini banyak menghadapi masalah dalamnegeri.Pemerintah melalui Kementrian Hukum dan HAM, sejak lama juga telah merumuskanNaskah Akademis dan RUU Pengesahan <strong>Statuta</strong> <strong>Roma</strong>. Hal ini juga disertai dengan dukungandari berbagai kalangan baik dari lembaga-lembaga negara, diantaranya Komnas HAM, agarIndonesia segara meratifikasi <strong>Statuta</strong> <strong>Roma</strong>. Berbagai upaya dan dukungan tersebut,seharusnya tidak ada lagi keraguan untuk segera meratifikasi <strong>Statuta</strong> <strong>Roma</strong> segera.Dalam rangka mengajak semua pihak yang berkepentingan (Pemerintah, Parlemen, LSM,akademisi, dan komunitas korban) untuk duduk bersama menyepakati pentingnya ratifiasi<strong>Statuta</strong> <strong>Roma</strong> dan bekerja sama mewujudkannya, Koalisi Masyarakat Sipil Indonesia UntukMahkamah Pidana Internasional bekerja sama Coalition for the International Criminal Court(CICC) dan dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia akan menyelenggarakan <strong>Seminar</strong>Nasional memperingati Hari Keadilan Internasional. <strong>Seminar</strong> ini sekaligus sebagaimomentum untuk kembali menegaskan komitmen Indonesia untuk meratifikasi <strong>Statuta</strong><strong>Roma</strong>.KegiatanKegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk <strong>Seminar</strong> Nasional yang bertemakan “MendorongKomitmen Indonesia Meratifikasi <strong>Statuta</strong> untuk Memperkuat Perlindungan Hak AsasiManusia”.TujuanKegiatan <strong>Seminar</strong> Nasional ini bertujuan:1. Memperingati hari keadilan internasional;2. Mendiskusikan Pentingnya meratifikasi <strong>Statuta</strong> <strong>Roma</strong> dalam rangka memperkuatperlindungan hak asasi manusia di Indonesia;3. Mendiskusikan kesiapan pemerintah dalam meratifkasi <strong>Statuta</strong> <strong>Roma</strong>, hambatan dantantangannya;4. Mendiskusikan upaya-upaya untuk mengimplementasikan <strong>Ratifikasi</strong> <strong>Statuta</strong> <strong>Roma</strong>sesuai dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia.Waktu dan Tempat KegiatanKegiatan <strong>Seminar</strong> akan dilaksanakan pada :Hari, Tanggal : Selasa, <strong>17</strong> <strong>Juli</strong> 2012Jam : 09.00 - 14.00 WIBTempat : Ruang Sumba B, Hotel BorobudurJalan Lapangan Banteng Selatan, Jakarta 10710- Indonesia.3