13.07.2015 Views

Preview - Kementerian Negara Koperasi dan UKM

Preview - Kementerian Negara Koperasi dan UKM

Preview - Kementerian Negara Koperasi dan UKM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

224 <strong>Kementerian</strong> <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> Usaha Kecil <strong>dan</strong> Menengah Republik Indonesia Laporan Kegiatan Oktober 2009–Desember 2010 Laporan Kegiatan Oktober 2009–Desember 2010 <strong>Kementerian</strong> <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> Usaha Kecil <strong>dan</strong> Menengah Republik Indonesia 225Kajian Model Peningkatan <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong>di Kawasan Perbatasan/TertinggalPeningkatan Peran Triple Hellix DalamPengembangan Ekonomi KreatifDari hasil kajian ditemukan bahwa permasalahan yang dihadapi masyarakat perbatasan dalampemanfaatan potensi daerah di dua lokasi pada dasarnya tidak jauh berbeda yaitu: kemampuan SDM,modal kerja, penguasaan teknologi, penggunaan benih <strong>dan</strong> sarana produksi, prasarana <strong>dan</strong> saranaserta tingkat pemanfaatan lahan. Perbedaan hanya terletak pada bobot prosentasenya saja di manasecara berurutan untuk Kabupaten Sanggau (18%; 39%; 29%; 3%; 4%; 7%) <strong>dan</strong> untuk Kabupaten Belu(15,46%; 30,47%; 10,00%; 15,55%; 20,67%; 8,00%) berarti modal kerja masih menjadi masalahkrusial untuk peningkatan peran <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> dikawasan perbatasan, di samping kemampuanSDM <strong>dan</strong> penguasaan teknologi. Se<strong>dan</strong>gkan potensi daerah perbatasan yang bisa dikembangkanberdasarkan pendapat stakeholder, analisa Location Quotient (LQ) <strong>dan</strong> AHP untuk Kabupaten Sanggau(Kalbar) adalah komoditi lada <strong>dan</strong> kakao, se<strong>dan</strong>gkan untuk Kabupaten Belu (NTT) adalah komoditi sapi<strong>dan</strong> jagung.Potensi <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> untuk kawasan perbatasan Sanggau terhadap Kabupaten Sanggauadalah koperasi memberikan share sebesar 2%, usaha mikro sebesar 5% <strong>dan</strong> usaha kecil sebesar 2%.Pada kawasan perbatasan Kabupaten Belu dengan Timor Leste potensi koperasi memberikan sharesebesar 1,7%, usaha mikro sebesar 3,2%, usaha kecil sebesar 2,3% <strong>dan</strong> usaha menengah sebesar 3%.Untuk peningkatan peran <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> dalam pengembangan komoditi potensial tersebuttelah dirancang model kemitraan <strong>dan</strong> OVOP dengan meletakkan peran koperasi sebagai institusikelembagaan petani berkerjasama dengan <strong>UKM</strong> melalui dukungan pemerintah pusat, provinsi, kabupaten<strong>dan</strong> melibatkan peran Triple Hellix. Kedua model yang dirancang bisa diterapkan secara berbarengandengan beberapa komoditi, khususnya untuk model kemitraan. Bila model OVOP yang dipilih makaberdasarkan hasil diskusi terbatas (FGD) pada kedua provinsi, untuk daerah perbatasan KabupatenSanggau disepakati komoditi lada, se<strong>dan</strong>gkan untuk daerah perbatasan Kabupaten Belu disepakatipengembangan perternakan sapi.Model yang dirancang baik Kemitraan maupun OVOP diharapkan dapat meningkatkan share <strong>Koperasi</strong><strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> kawasan perbatasan Kabupaten Sanggau dengan Malaysia dari 5% menjadi 15% dalam waktulima tahun, se<strong>dan</strong>gkan untuk kawasan perbatasan Kabupaten Belu dengan Timor Timur dari 3% menjadi10% dalam waktu lima tahun. Selain itu, melalui model yang dirancang, kecenderungan masyarakatyang hanya menjual bahan baku tanpa pengolahan dapat ditingkatkan dengan menciptakan barangsetengah jadi atau produk akhir. Untuk penerapan model ini perlu dibuat pilot project atau Demplotoleh pihak-pihak terkait <strong>dan</strong> kemudian merumuskan action plan untuk koordinasi pelaksanaannya.Output pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut:• Penentuan Produk <strong>dan</strong> Lokasi:Tahap awal kegiatan dilaksanakan dengan melakukan fact finding untuk menghimpun data<strong>dan</strong> informasi sebagai landasan dalam penentuan produk <strong>dan</strong> lokasi sasaran kegiatan. Hasil factfinding dibahas dalam rapat koordinasi antarinstansi pusat, yang dihadiri <strong>Kementerian</strong> <strong>Koperasi</strong><strong>dan</strong> <strong>UKM</strong>, <strong>Kementerian</strong> Koordinator Bi<strong>dan</strong>g Perekonomian, <strong>Kementerian</strong> Perdagangan, <strong>Kementerian</strong>Perindustrian, <strong>Kementerian</strong> Kebudayaan <strong>dan</strong> Pariwisata, BPPT, <strong>dan</strong> instansi terkait lainnya.Rapat koordinasi pusat menyepakati produk <strong>dan</strong> lokasi sasaran kegiatan adalah kerajinangerabah di Kabupaten Bantul (DI Yogyakarta), kerajinan batik di Kabupaten Pacitan (Jawa Timur)<strong>dan</strong> kerajinan bambu di Kabupaten Bangli (Bali).• Rencana Tindakan:Rencana tindakan yang akan dilaksanakan sejak 2010–2014 meliputi aspek-aspek sebagai berikut:a. Inventarisasi kondisi terkini <strong>dan</strong> permasalahannya.b. Fasilitasi yang diperlukan.c. Rencana tindakan yang akan dilaksanakan.d. Institusi yang terlibat. Aspek-aspek yang menjadi fokus dalam rencana tindakan, meliputisubsistem:• Bahan baku• Produksi• Pemasaran• Pembiayaan• SDM• KelembagaanHasil kesepakatan pada forum diskusi terbatas di daerah disosialisasikan di daerah, sekaligus sebagaiforum untuk memperoleh masukan lebih lanjut guna mempertajam hasil kesepakatan diskusi terbatasdi daerah. Dalam sosialisasi ini dipaparkan pula konsep trading house <strong>dan</strong> aplikasinya pada produkkerajinan di masing-masing lokasi sasaran kegiatan. Selanjutnya, hasil kesepakatan diskusi di daerahdibahas dalam rapat koordinasi di pusat yang menghasilkan kesepakatan dalam bentuk rencana aksi.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!