19.04.2016 Views

Bertahan dalam Impunitas

Indonesia%20Report%20-%20Bertahan%20dalam%20Impunitas-low

Indonesia%20Report%20-%20Bertahan%20dalam%20Impunitas-low

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

BERTAHAN DALAM IMPUNITAS<br />

pertanggjungjawaban tidak memungkinkan, dengan melibatkan korban<br />

perempuan, dan mengajak mereka mengambil tindakan bersama.<br />

Terinspirasi dari ide untuk mendorong proses pemulihan yang<br />

transformatif bagi perempuan 10 kami merancang penelitian ini untuk<br />

mengenyahkan apatisme dan merayakan aktivisme. 11 Kami tahu bahwa<br />

para korban perempuan telah mengidentifikasi kebutuhan praktis<br />

(sumber nafkah, perumahan, akses kepada layanan kesehatan) dan<br />

juga kebutuhan strategis (pengakuan atas penderitaan, kesetaraan,<br />

mengubah situs kekerasan menjadi ruang publik untuk pendidikan). 12<br />

Maka dari itu, kami mendesain proses penelitian yang melihat<br />

kebutuhan mendesak sekaligus aspirasi jangka panjang yang menuntut<br />

perubahan <strong>dalam</strong> hubungan kekuasaan. Mekanisme keadilan transisi<br />

yang hanya mendorong partisipasi korban (untuk menghukum pelaku<br />

atau untuk mengungkap kebenaran) tanpa memperhatikan kebutuhan<br />

praktis dan strategis korban akhirnya tidak bisa berkontribusi untuk<br />

perubahan sosial yang transformatif.<br />

18<br />

Pengalaman kami telah menunjukkan bahwa bentuk impunitas yang<br />

paling sempurna dibentengi oleh norma sosial-budaya, dimana<br />

para korban menutup diri sendiri dan menyangkal harapan untuk<br />

mendapatkan keadilan. Proses mendokumentasi kesaksian korban<br />

tidak dapat mengatasi siklus impunitas. Kami semakin skeptis terhadap<br />

proses pendokumentasian yang menggunakan pewawancara (biasanya<br />

orang dari luar komunitas) yang mengajukan pertanyaan dan korban<br />

menjawabnya, secara pasif mengikuti sebuah formulir atau sistem<br />

pengkodean HAM. Kami mengadaptasi metode penelitian aksi<br />

partisipatif, membuka ruang untuk korban berbicara tentang kekerasan<br />

dan persoalan-persoalan yang mereka hadapi, untuk bercermin dan<br />

saling mendukung untuk perubahan.<br />

Terakhir, kami menemukan bahwa negara sering menciptakan<br />

pemisahan semu dengan menyediakan pelayanan bagi korban<br />

kekerasan domestik tetapi tidak untuk korban konflik. Pola ini hadir di<br />

Indonesia, maupun Myanmar dan Timor-Leste. Penelitian kami menjadi<br />

cara untuk mempertanyakan pendekatan ahistoris <strong>dalam</strong> menyikapi<br />

kekerasan terhadap perempuan. Sejak awal, kami sadar bahwa<br />

kekerasan terhadap perempuan yang terjadi <strong>dalam</strong> konflik memiliki akar<br />

yang sama dengan kekerasan domestik.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!