Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
2 SALAM REDAKSI<br />
| Edisi X <strong>2016</strong><br />
Damai Itu Saling<br />
Menjaga<br />
Pilkada damai merupakan impian dan<br />
harapan kita bersama. Sebagai masyarakat<br />
yang maju tentu tidak menginginkan<br />
terjadi gesekan dengan sesama ketika<br />
pesta demokrasi berlangsung, baik prapilkada<br />
maupun pascapilkada.<br />
Kita harus memahami tujuan utama dari<br />
pelaksanaan Pilkada adalah untuk memilih<br />
dan terpilih pemimpin yang baik.<br />
Oleh sebab itu, tentu harus melalui proses<br />
yang baik pula. Hindari saling menghujat<br />
sesama tim sukses. Apalagi sampai terlibat<br />
kepada kekerasan.<br />
Tentu semua itu sangat tidak diinginkan<br />
oleh semua pihak. Mari kita tunjukkan<br />
kualitas calon pemimpin idola kita masing-masing,<br />
dengan tidak menjelekkan<br />
idola calon orang lain. Orang yang cerdas<br />
memiliki sejuta cara untuk memperkenal<br />
calonnya ke publik.<br />
Apalagi masyarakat<br />
Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong><br />
umum nya sudah cerdas.<br />
Tanpa saling<br />
menjelekkan, mereka<br />
ten tu mampu menilai<br />
siapa pemimpin<br />
ter baik versi mereka.<br />
Mari kita saling menjaga<br />
ketertiban dan keamanan.<br />
Jangan sampai gara-gara<br />
Pilkada silaturrahim kita menjadi rusak.<br />
Jangan sampai gara-gara Pilkada<br />
tidak terlihat lagi duduk minum<br />
kopi semeja. Dan yang paling<br />
penting, nanti hari H Pilkada<br />
mari semua yang sudah punya<br />
hak memilih untuk mendatangi<br />
bilik pemugutan suara. Kenali<br />
baik-baik calon pemimpin yang<br />
akan dipilih. Jangan gara-gara<br />
salah pilih sehari bisa menyesal lima<br />
tahun ke depan.[]<br />
Opini<br />
Pilkada Damai untuk <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong><br />
Oleh: Hasanuddin Yusuf Adan<br />
Ketua Umum Dewan Dakwah <strong>Aceh</strong><br />
Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> yang selama ini<br />
oleh walikotanya Illiza Sa’aduddin<br />
Djamal sering menggelarnya<br />
sebagai model kota madani memang<br />
menjadi tolok ukur bagi daerah tingkat dua lain<br />
berkenaan dengan keseriusan pelaksanaan<br />
syari’at Islam dan pembangunan kota yang<br />
sangat fundamental, sehingga walikotanya<br />
mendapatkan penghargaan keberhasilan memimpin<br />
dari presiden Republik Indonesia<br />
(RI) berkali-kali. Prestasi tersebut tidaklah<br />
mudah diperoleh tanpa ada usaha dan kerja<br />
nyata sehingga membuahkan hasil yang menyenangkan<br />
mata.<br />
Di balik kesuksesan tersebut pemimpin<br />
kota termegah di <strong>Aceh</strong> tersebut dihadapkan<br />
dengan tanggung jawab mempertahankannya<br />
yang melebihi tanggung jawab memperolehnya.<br />
Untuk memperoleh gelar sesuatu untuk sebuah<br />
wilayah tidaklah membebankan kita, namun<br />
untuk mempertahankan sesuatu yang sudah<br />
diraih itu sangatlah amat payah dan susah.<br />
Dengan demikian kedamaian dan kesejahteraan<br />
masyarakat bisa saja terusik manakala<br />
pertahanan kekuatan intelektualitas pemimpin<br />
tidak selaras dengan rakyat yang dipimpinnya.<br />
Untuk itulah bermimpi agar mampu<br />
mengawal pilkada yang damai di <strong>Aceh</strong><br />
bukanlah persoalan mudah karena ia harus<br />
berhadapan dengan rival yang berupaya keras<br />
ingin menggantikan posisi nomor satu di dalam<br />
wilayah kekuasaannya. Pertarungan perebutan<br />
kekuasaan semisal itu sering berhadapan antara<br />
satu dengan lain kandidat dalam ranah yang<br />
menjurus kepada kriminal. Ketika itu Pilkada<br />
damai dapat terancam oleh prilaku upnormal<br />
dari sesuatu usaha para kandidat atau timses<br />
dan pendukungnya. Hanya sifat sabar, dan<br />
dewasalah yang dapat menormalkan situasi<br />
sehingga wacana pilkada damai itu tidak terusik<br />
dan tidak terganggu.<br />
KEHARUSAN BERPARTISIPASI<br />
Untuk mewujudkan Pilkada damai di<br />
ibu kota <strong>Aceh</strong> yang bernama <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> itu<br />
haruslah terlibat semua komponen masyarakat<br />
dalam usaha tersebut. Peran masyarakat sangat<br />
diperlukan mulai dari masyarakat awam,<br />
masyarakat terdidik, pihak kepolisian, tentera<br />
negara, para guru dan dosen, pengusaha, para<br />
pemuda, kaum tani, nelayan, dan buruh serta<br />
yang lainnya. Partisipasi damai semua golongan<br />
masyarakat tersebut dalam mensukseskan<br />
pilkada damai sangat menentukan keberhasilan<br />
Pilkada damai di kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>.<br />
Partisipasi paling urgen yang<br />
mesti wujud dalam upaya mewujudkan<br />
Pilkada damai di sini adalah<br />
keterlibatan kaum intelektual,<br />
para ulama, dan tokoh adat yang<br />
memberikan wacana kesuksesan<br />
dan kedamaian pelaksanaan pilka<br />
da di zaman lampau. Keterlibatan<br />
mereka semua menjadi<br />
ru jukan bagi masyarakat awam dan<br />
terkadang boleh jadi ia akan menjadikan<br />
panutan masyarakat awam ketika kesusksesan<br />
Pilkada damai telah terjadi.<br />
Keharusan berpartisipasi segenap komponen<br />
masyarakat dalam wilayah kota <strong>Banda</strong> betulbetul<br />
menjadi tolok ukur keberhasilan pilkada<br />
damai. Dengan ketentuan partisipasi yang<br />
diberikan itu mesti menjurus kearah lahirnya<br />
problem solving bagi warga kota khususnya<br />
dalam menangani pilkada dan mengembangkan<br />
kehidupan kota pasca Pilkada. Bentuk-bentuk<br />
partisipasi yang harus diberikan warga kota<br />
untuk mewujudkan pilkada damai adalah:<br />
pertama, semua warga kota harus turun ke<br />
TPS-TPS pada hari H untuk memberikan suara<br />
terhadap salah satu calon pememimpin mereka;<br />
kedua, tidak mengamalkan money politics<br />
dalam suasana pilkada; ketiga adalah tidak<br />
berlaku curang dalam pelaksanaan Pilkada, baik<br />
yang dimulai oleh pasangan kandidat maupun<br />
yang diprakarsai oleh tim suksesnya di lapangan;<br />
keempat, semua pihak harus bersabar<br />
manakala keberuntungan belum memihak<br />
kepada kita dalam dan sesudah selesainya<br />
Pilkada; kelima, semua warga kota memilih<br />
salah satu pasangan calon pemimpin mereka<br />
adalah berdasarkan tuntutan agama bukan<br />
karena anjuran dan pengaruh pihak manapun<br />
jua yang tidak berada dalam bingkai agama yang<br />
benar yakni Islam.<br />
Dengan menjaga lima rambu-rambu di<br />
atas insya Allah Pilkada untuk kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong><br />
akan berlangsung damai. Dengan demikian<br />
kehidupan bangsa tidak terganggu sehingga<br />
mereka mudah untuk mencari nafkah hidup.<br />
Sebaliknya kalau praktik Pilkada di <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong><br />
mirip dengan Pilkada di kawasan perkampungan<br />
yang tidak ketat dijaga polisi maka macammacam<br />
boleh terjadi sehingga terkadang dapat<br />
menjejaskan hidup dan kehidupan anak bangsa.<br />
Tiada jalan lain untuk mensejahterakan anak<br />
bangsa melainkan semua pihak meninggalkan<br />
kebiasaan lama yang buruk, menyusahkan<br />
rakyat, dan merugikan tanah air<br />
dan bangsa.<br />
MASYARAKAT<br />
MADANI DAN PIL<br />
KADA DAMAI<br />
Seandainya warga<br />
kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> sudah<br />
ter golong kedalam masyarakat<br />
madani dari awalawal<br />
lagi maka untuk mewujudkan<br />
Pilkada damai di sini<br />
tidaklah merepotkan. Namun karena<br />
masyarakat madani yang sebenarnya belum lagi<br />
wujud di <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>, maka di situlah terletak<br />
persoalan besar dalam menghadirkan pilkada<br />
damai di sini. Selama ini penguasa <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong><br />
serius menggembar gemborkan <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong><br />
sebagai model kota madani, namun konsep<br />
dan rule model kota madani belum disentuh<br />
sedikitpun sehingga orang-orang ada yang suka<br />
mengucapkan <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> sebagai kota madani<br />
namun tidak ada tolok ukurnya.<br />
Ketimbang kota yang dimadanikan jauh lebih<br />
penting masyarakat kota itu sendiri yang mesti<br />
madani sehingga bergelar masyarakat madani. Nilai<br />
lebihnya kalau warga kota sebagai penghuni kota<br />
madani sudah ta’at dan tunduk patuh kepada Allah<br />
dan RasulNya sepenuhnya. Konsep kota madani<br />
dengan konsep masyarakat madani sangatlah<br />
berbeda, kalau kota madani yang ditonjolkan maka<br />
wajah kotalah yang kelihatan ceria dengan berbagai<br />
perhiasan pembangunan dalam berbagai bentuk<br />
dan modelnya, namun kesejahteraan, ketenangan,<br />
kematangan, dan kelayakan hidup warga belum<br />
tentu terealisasi di sana.<br />
Namun kalau masyarakat madani yang<br />
ditonjolkan sebagai tolok ukur menuju Pilkada<br />
damai maka besar kemungkinan aroma<br />
wacana kota madani dapat direpresentasikan<br />
oleh keta’atan masyarakat madani untuk kota<br />
madani. Ketika masyarakat madani sudah<br />
mendominasi sebuah kota yang diberi gelar<br />
model kota madani, pada masa itulah kota<br />
tersebut menjadi kota madani dikarenakan<br />
ulah dan prilaku masyarakatnya yang duluan<br />
menjadi masyarakat madani. Oleh karenanya<br />
apabila dihadapkan kepada dua pilihan antara<br />
kota madani dengan masyarakat kamdani maka<br />
kita mestilah memilih masyarakat madani,<br />
karena kalau masyarakat madani yang kita pilih<br />
besar kemungkinan kota madani akan segera<br />
wujud oleh prilaku masyarakat madani. Namun<br />
sebaliknya kalau yang kita pilih itu adalah kota<br />
madani maka kota tersebut tidak lebih seperti<br />
seorang dara yang dipoles dan diberi dandanan<br />
sesuai dengan selera pendandan itu sendiri<br />
sehingga hilang marwah asasinya.<br />
Satu lagi poin esensil adalah apabila kota<br />
madani yang dikedepankan untuk satu Pilkada<br />
damai maka boleh jadi pilkada itu tidak akan<br />
berlangsung damai karena penghuni kota<br />
madani tersebut belum lagi menjadi masyarakat<br />
madani yang sebenarnya. Namun sebaliknya,<br />
kalau upaya mewujudkan Pilkada damai untuk<br />
kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> menghandalkan masyarakat<br />
madani maka besar kemungkinan Pilkada itu<br />
akan berlangsung damai. Itu semua sangat<br />
ditentukan dan dipengaruhi oleh eksisstensi<br />
masyarakat madani yang bersifat dinamis, aktif,<br />
agresif, konstruktif, ekspansif, dan konprehensif.<br />
Konsep tersebut masuk ke dalam wacana<br />
komparatif antara kota madani dengan<br />
masyarakat madani. Kota madani sering<br />
dilambangkan dengan kebersihan dan kerapian<br />
kota, baik dari sisi pandang pengaturan<br />
komponen-komponen masyarakat dalam kota<br />
maupun tata letak bangunan dalam kota yang<br />
semua itu bersifat statis dan tidak berdaya<br />
untuk menggerakkan kemajuan kota kalau tidak<br />
dimulai oleh warga kota. Sementara masyarakat<br />
madani adalah masyarakat kota yang tunduk<br />
patuh kepada seluruh ketentuan Allah dalam<br />
berbagai dimensi kehidupan termasuk pilkada<br />
damai dan dapat mewarnai kesejahteraan dan<br />
kehidupan kota.<br />
Masyarakat semacam itulah yang memiliki<br />
potensi dapat mewujudkan pilkada damai bagi<br />
kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> karena mereka terikat dengan<br />
ketentuan tuhan dan tunduk patuh kepadanya.<br />
Karena itulah untuk mewujudkan ketenangan,<br />
ketentraman dan kedamaian dalam kehidupan<br />
berbangasa dan bernegara mestilah dimulai<br />
dari kesiapan warga kota bukan keindahan<br />
kota semata. Kota itu akan sempurna<br />
manakala warganya sudah sempurna, tapi<br />
warga kota belum tentu sempurna walaupun<br />
kota sudah duluan sempurna. Kota tidak akan<br />
pernah mampu mewujudkan Pilkada damai<br />
sampai kapanpun, dalam bentuk apapun,<br />
dan dimanapun karena kota itu bersifat pasif.<br />
Namun masyarakat sesuatu kota itulah yang<br />
menjadi motor untuk mewujudkan pilkada<br />
damai karena masyarakat itu bersifat aktif dan<br />
dinamis. Oleh karenanya untuk mewujudkan<br />
pilkada damai di kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> maka<br />
haruslah masyarakat madani yang menjadi<br />
motornya, bukan kota madani.[]<br />
REDAKSI<br />
PENERBIT Bagian Humas Sekretariat Daerah Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> | PEMBINA Walikota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> - Wakil Walikota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Daerah Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> |<br />
PENGARAH M. Nurdin, S.Sos | PEMIMPIN REDAKSI Wirzaini Usman Al-Mutiarai | REDAKTUR PELAKSANA Evi Marlina | RADAKTUR Mahdi Andela - Hayatullah Pasee | KONSULTASI<br />
HUKUM Mukhlis, SH | REPORTER Hafid Junaidi- Afrizal Meukek - Abi Qanita | STAF REDAKSI Musfa Gustiawaty, S.Sos - Syamsul Bahri, Yudhi Risman | FOTOGRAFER Irwansyah Putra S.Sos<br />
- Surya Mardiansyah-Tuwahed Lambada - Kikin | LAYOUTER Mulyadi | Diterbitkan berdasarkan keputusan Walikota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> Nomor 55 Tahun 2011, Tanggal 28 Februari 2011<br />
Redaksi menerima tulisan berupa opini dan surat pembaca, sesuai dengan misi <strong>Warta</strong> <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>, kirimkan beserta foto copy tanda pengenal ke alamat redaksi: Bagian Humas Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>, Jalan T. Abu Lam U No 07, <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>.<br />
Email: bna.warta@gmail.com