You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
EDISI <strong>298</strong>/TAHUN 06, 6 - 12 FEBRUARI 2017<br />
Iklan/Redaksi/Sirkulasi 031-5633456, 5668432 Fax : 031 - 5675240<br />
Delegasi Pengusaha Perancis Lirik <strong>Surabaya</strong><br />
Prospektif <strong>Surabaya</strong> sebagai industri makro ekonomi<br />
berkembang pesat dalam menjajaki peluang kerja sama<br />
dengan delegasi pengusaha Prancis dalam mendukung<br />
berbagai bidang pembangunan di <strong>Surabaya</strong> melalui keunggulan<br />
teknologi yang dimiliki masing-masing perusahaan.<br />
Peluang kerja sama tersebut mengemuka ketika Pemkot<br />
<strong>Surabaya</strong> menerima rombongan delegasi pengusaha Prancis<br />
yang didampingi Duta Besar Prancis untuk Indonesia serta beberapa<br />
pejabat dari Kedutaan Besar Prancis di Balai Kota <strong>Surabaya</strong>,<br />
Selasa (31/1). Mereka diterima Sekretaris Daerah (Sekda) Kota<br />
<strong>Surabaya</strong>, Hendro Gunawan.<br />
Delegasi yang berkunjung ke <strong>Surabaya</strong> adalah perwakilan<br />
dari delapan perusahaan Prancis yang mayoritas bergerak dalam<br />
bidang teknologi tekait mobilitas, keamanan, serta smart city.<br />
Selain pengusaha, juga ada pejabat dari Kedubes Prancis dengan<br />
total delegasi berjumlah 15 orang.<br />
Sekda Kota <strong>Surabaya</strong>, Hendro Gunawan mengatakan,<br />
berkaitan dengan peluang kerja sama antara Pemkot <strong>Surabaya</strong><br />
dengan delegasi Prancis, ada beberapa Satuan Kerja Perangkat<br />
Daerah (SKPD) yang hadir dalam pertemuan tersebut. Harapannya,<br />
ada interaksi langsung antara delegasi pengusaha dengan beberapa<br />
SKPD terkait perihal apa saja yang bisa dikerjasamakan.<br />
“Kami juga sampaikan sedikit paparan dan juga peluang kerja<br />
sama terkait potensi di <strong>Surabaya</strong> di tahun-tahun mendatang,” ujar<br />
Hendro.<br />
Sekda lantas menyampaikan paparan singkat perihal kemajuan<br />
dan kodisi makro ekonomi <strong>Surabaya</strong>. Mulai dari paparan<br />
pertumbuhan ekonomi, juga ketenagakerjaan. Hendro menyebut<br />
jumlah sumber daya manusia (SDM) di <strong>Surabaya</strong> sangat<br />
besar. Termasuk juga paparan perihal dukungan infrastruktur<br />
udara dan pelabuhan, pengembangan jaringan jalan utama di<br />
<strong>Surabaya</strong>, serta dukungan infrastruktur transportasi. “Termasuk<br />
pengembangan ITS (Intelligent Transport System) menjadi ERP<br />
(Electronic Road Prizing) untuk mengurangi kepadatan lalu lintas<br />
di beberapa titik akibat pemakaian kendaraan pribadi. Harapannya,<br />
ada kemauan masyrakat untuk berpindah menggunakan<br />
angkutan massal,” terangnya.<br />
Sekda juga menyampaikan tentang <strong>Surabaya</strong> Smart City<br />
seperti smart government, smart peope, smart economy, smart<br />
environment, smart living dan juga smart mobility. Untuk smart<br />
government, Sekda menjelaskan tentang penerapan e-government<br />
di <strong>Surabaya</strong>. Juga pelayanan publik yang berbasis online.<br />
“Pemkot <strong>Surabaya</strong> memiliki <strong>Surabaya</strong> Single Windows yang<br />
membuat pengurusan perizinan menjadi lebih cepat,” sambung<br />
mantan Kepala Bappeko <strong>Surabaya</strong> ini.<br />
Sementara Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Jean<br />
Charles Berthonet mengatakan, ini merupakan kunjungan resmi<br />
pertamanya ke <strong>Surabaya</strong>. Selama ini, dia mengaku telah banyak<br />
mendengar perihal kemajuan <strong>Surabaya</strong>. “Kota <strong>Surabaya</strong> ini<br />
perkembangan nya cepat sekali. Saya senang bisa berkunjung ke<br />
sini untuk mengetahui langsung bagaimana terkait perencanaan<br />
kota dan pembangunan infrastruktur. Kami juga ingin mempelajari<br />
lebih jauh tentang smart city surabaya,” ujarnya.<br />
Jean Charles juga mengatakan sebagai kota yang berkembang<br />
dengan cepat, <strong>Surabaya</strong> juga memiliki masalah perkotaan<br />
seperti yang dialami oleh-oleh kota besar lainnya di Indonesia,<br />
bahkan di dunia. Termasuk juga adanya tantangan-tantangan<br />
perkotaan yang membutuhkan solusi efektif dan efisien. “Sebagai<br />
Kedubes, saya ingin bekerja sama lebih jauh dengan <strong>Surabaya</strong>.<br />
Kami memiliki teknologi untuk mengatasi masalah perkotaan.<br />
Karena itu, kami menghadirkan pengusaha-pengusaha di sini.<br />
Utamanya di bidang transportasi, energi dan teknologi informasi,”<br />
tandas Jean Charles Berthonet.(ton)<br />
Hilangkan Disparitas Pendidikan di Jatim<br />
Tindak lanjut dari realisasi pelaksanaan<br />
UU 23 Tahun /2014, dimana<br />
tanggung jawab pendidikan untuk<br />
SMK/SMA dserahkan ke provinsi<br />
kembali, seluruh daerah juga sudah<br />
memberikan menyerahkan P3D<br />
(Personel Peralatan Pembiayaan dan<br />
Dokumen) ke Kadindik Provinsi<br />
Jawa Timur, ini mengikuti arah<br />
kemendagri untuk mempercepat<br />
proses pemberkasan surat . Jatim<br />
tercatat memiliki sekitar 30.000 guru<br />
negeri/PNS dan jumlah lebih besar<br />
dari guru yang berasal dari sekolah<br />
swasta.<br />
Pelimpahan wewenang<br />
pengelolaan SMA dan SMK dari<br />
kabupaten/kota untuk dikembalikan<br />
ke provinsi Jawa Timur dilaksanakan<br />
mulai 30 September 2016 dan<br />
direalisasikan pada 1 Januari 2017<br />
setelah serah terima dilakukan<br />
oleh Gubernur Jatim. Persoalan<br />
pelimpahan aset sesuai undangundang<br />
nomor 23 tahun 2015.. Terkait<br />
penggajian guru PNS, otomatis<br />
dari pemerintah kabupaten/kota ke<br />
pemerintah provinsi. Sedangkan<br />
untuk guru honorer, tidak bersamaan..<br />
Karena tugas dan tanggung jawab<br />
pemprov hanya untuk guru PNS.<br />
Meski sudah dicanangkan sejak<br />
jauh jauh hari sebelumnya, tetapi<br />
efektif terhitung sejak 1 Januari 2017,<br />
seluruh asset dan tenaga pendidik<br />
Sekolah Menengah Atas (SMA)<br />
dan Sekolah Menenggah Kejuruan<br />
(SMK) di seluruh Jawa Timur,<br />
artinya 38 kota kabupaten menjadi<br />
tanggung jawab Dinas Pendidikan<br />
Provinsi Jawa Timur. Itu artinya<br />
secara tehnik semua agenda sekolah<br />
mulai pelantikan kepala sekolah,<br />
urusan gaji kecuali tunjangan profesi<br />
guru akan mengacu dan dilakukan<br />
oleh Dinas Provinsi Jawa Timur.<br />
Karena menggunakan Anggaran<br />
Pendapatan dan Belanja Daerah<br />
(APBD) Provinsi Jawa Timur.<br />
Pelimpahan kewenangan ke pemprov<br />
ini dimaksutkan agar standarisari<br />
pelayanan SMA/SMK semua daerah<br />
bisa sama.<br />
Merujuk kepada Undang-Undang<br />
Nomor 23 Tahun 2014 tentang<br />
Pemerintah Daerah yang mengatur<br />
pembagian urusan pemerintahan antara<br />
pemerintah pusat, provinsi, dan<br />
kabupaten/kota. Di mana, untuk<br />
peralihan pengelolaan bidang pendidikan,<br />
mengacu kepada Undang-<br />
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang<br />
Pemerintahan Daerah pengganti<br />
Undang-Undang Nomor 32 Tahun<br />
2004 bahwa manajemen pengelolaan<br />
SMA/SMK berada di tangan pemerintah<br />
provinsi. Dan pemerintah kabupaten/kota<br />
hanya berhak mengelola<br />
jenjang sekolah di tingkat dasar(SD)<br />
dan menengah pertama(SMP). Bahkan<br />
Kadispendik Provinsi Jatim juga<br />
sudah mengkoordinasikan dengan<br />
pihak pihak terkait mulai Dindik,<br />
Bappeda, Biro Keuangan dan Inspektorat<br />
yang menyangkut aset, SDM<br />
dan keuangan dimaksutkan agar proses<br />
transformasi bidang pendidikan ini<br />
berjalan lancar. Dipastikan ada proses<br />
akan ada pelimpahan aset SMA/SMK<br />
se-Jatim ke Provinsi, pengalihan tanggung<br />
jawab dan status kepegawaian,<br />
TPP(Tunjangan Pokok Pendidik,<br />
proses sertifikasi SDM(guru dan<br />
tenaga pendidik) jenjang SMA/SMK<br />
akan di bawah tanggungjawab Jatim.<br />
Prosedurnya hampir sama dengan<br />
program terdahulu ketika ada Kanwil<br />
Pendidikan Jatim. Bedanya, adanya<br />
kebijakan otonomi daerah, di mana<br />
anggaran keuangan diambil alih oleh<br />
pusat. Nah, saat ini dikembalikan ke<br />
provinsi kembali tetapi dengan skema<br />
mengacu kepada UU 23 Tahun<br />
2014. Yakni kewenangan Pemerintah<br />
Provinsi mencakup Pengelolaan<br />
pendidikan menengah, Pengelolaan<br />
pendidikan khusus (SDLB, SMPLB,<br />
& SMALB), Pemindahan pendidikan<br />
tenaga kependidikan lintas Daerah<br />
kabupaten/kota dalam satu daerah<br />
provinsi yang semuanya mengacu<br />
pada UU No. 23 Tahun 2014 tentang<br />
Pemerintahan Daerah. Tentu saja<br />
Pemprof akan meresetting kembali<br />
tugas-tugas yang dulunya sudah tertata<br />
dengan baik untuk di tata ulang<br />
kembali oleh Pemprov karena Pemprov<br />
sendiri masih tetap bertanggung<br />
jawab.<br />
Maka, sekolah di daeran harus<br />
mengikuti prosedur pengajuan izin<br />
(pendirian maupun operasional) secara<br />
berkala tiap tahunnya. Diharapkan<br />
akan memudahkan Dindik mengatur<br />
kebutuhan riil menyangkut<br />
biaya operasional dan kesejahteraan<br />
tenaga pendukung kegiatan belajar<br />
mengajar di sekolah tersebut. Yakni<br />
mulai guru/ tenaga pendidik, staf administrasi,<br />
tenaga perpustakaan dan<br />
tenaga di bagian lainnya. Semua<br />
dimaksutkan agar program menggratiskan<br />
pembiayaan pendidikan<br />
hingga 12 tahun yang baru terealisasi<br />
di <strong>Surabaya</strong> saja bisa terselenggara<br />
di daerah/kota/kabupaten.<br />
Pembagian urusan pemerintahan<br />
bidang pendidikan antara pusat,<br />
pemprov dan pemkab/kota adalah,<br />
menyangkut bidang Manajemen<br />
Pendidikan, kurikulum nasional<br />
, akreditasi, pendidik dan tenaga<br />
pendidik, perizinan pendidikan dan<br />
pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia<br />
di masing masing perguruan<br />
tingi, pendidikan menengah,dasar,<br />
PAUD dan non formal.<br />
“ Semangatnya kan mengacu<br />
pada UU No 23 Tahun 2014 itu<br />
dimana pemerintah berkeinginan<br />
untuk bisa menstandarisasi disparitas<br />
pendidikan di seluruh wilayah<br />
Indonesia. Jadi tidak ada kesenjangan<br />
antara pendidikan di daerah dan<br />
di kota propinsi. Artinya, akan ada<br />
revitalisasi peralatan, sarana/prasarana<br />
SMK/SMA agar memenuhi<br />
standar. Juga upaya upaya meningkatkan<br />
kualitas guru sekaligus<br />
perbaikan dan peningkatan seluruh<br />
SMA/SMK SE jatim sebagai langkah<br />
pemerataan. Memang kesannya<br />
selama ini sepertinya akan ada mutasi<br />
atau rolling besar besaran terhadap<br />
profesi guru. Tapi secara tehnis<br />
tidak demikian, para guru tetap<br />
mengajar di sekolah yang sama, di<br />
lokasi yang sama. Ini hanya persoalan<br />
pemindahan manajemen dari<br />
daerah ke provinsi . Terkait PSB<br />
(Penerimaan Siswa Baru) juga ada<br />
pedomannya, baik menggunakan<br />
jalur rekrutmen atau secara online.<br />
Intinya meniadakan disparitas pendidikan,<br />
dan ini akan kita dukung<br />
sepenuhnya dengan terus memantau<br />
pelaksanaannya.” tutur Suli<br />
Daim Wakl Ketua Komisi E, DPRD<br />
Provinsi Jatim dari Fraksi PAN<br />
“ Soal pengalihan urusan<br />
pemerintahan SMA/sederajat dari<br />
kabupaten/kota ke provinsi yang<br />
pelaksanaannya pada 1 Januari2017<br />
ini, sebenarnya bukan hal yang luar<br />
biasa. Kewenangan aset yang sebelumnya<br />
dihandel pemkab/pemkot<br />
kota tetap milik pemprov. Dan<br />
pengalihan kewenangan ini benarbenar<br />
bersih dari unsur politisasi.<br />
Meskipun dinamika politik di daerah<br />
masih sangat kuat. Tujuannya,<br />
pemerintah daerah bisa lebih fokus<br />
dan optimal dalam membenahi<br />
pendidikan dasar, Pendidikan Anak<br />
Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan<br />
Masyarakat (Dikmas). Menstandarisasi<br />
pendidikan di daerah. Sementara,<br />
pemprov bisa lebih memprioritaskan<br />
pendidikan menengahnya sekaligus<br />
mewujutkan program Wajib Belajar<br />
(Wajar) 12 Tahun.” tutur politikus<br />
dari Partai Demokrat Drs Achmad<br />
Iskandar M.Si, yang juga Wakil Ketua<br />
DPRD Jatim.<br />
DPRD PROVINSI JAWA TIMUR<br />
Jl. Indrapura No. 1 <strong>Surabaya</strong><br />
A.1003