13.02.2017 Views

Bisnis Surabaya edisi 299

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

EDISI <strong>299</strong>/TAHUN 06, 13 - 19 FEBRUARI 2017<br />

100 Tahun Indonesia<br />

Buku 2045 Menuju Berkah atau Musibah<br />

Angka 100 dianggap istimewa<br />

bagi sebagian banyak<br />

masyarakat. Seperti,<br />

kinerja seorang pemimpin selalu<br />

diukur dengan program 100 hari<br />

kerja ke depan, atau selamatan<br />

100 hari kematian yang biasa<br />

disebut ‘”nyatus”.<br />

Inilah yang kemudian dikupas<br />

dalam buku terbaru berjudul<br />

“2045 Menuju Berkah atau<br />

Musibah karya penulis sekaligus<br />

budayawan Soetanto Soepiadhy.<br />

Deddy, panggilan akrab Soetanto<br />

Soepiadhy, juga dikenal sebagai<br />

pengabdi dunia pendidikan<br />

yang telah melahirkan ratusan<br />

puisi indah. Buku terbarunya<br />

memprediksi bangsa Indonesia<br />

akan mengalami musibah saat<br />

merayakan ulang tahunnya ke-100 pada<br />

2045 mendatang.<br />

Dalam peluncuran yang digelar di<br />

Singgasana Hotel <strong>Surabaya</strong>, Deddy,<br />

didampingi seniman lukis Ida Fitriyah,<br />

mencoba menyampaikan kondisi bangsa<br />

yang semakin terseok-seok. “Atas nama<br />

cinta tanah air, kita semua sedang bersiap<br />

menuju Indonesia 100 tahun pada 2045<br />

mendatang. Namun banyak batu terjal<br />

menghadang bangsa ini untuk maju,”<br />

kata Deddy, prihatin.<br />

“Wajar, apabila seorang ekonom<br />

sepuh, Subroto sampai bertanya, bisakah<br />

Indoesia sejahtera di tahun tersebut. Dan<br />

menurut prediksinya, Indonesia akan<br />

sejahtera pada tahun itu apabila ekonomi<br />

tumbuh sebesar 7 persen per tahun dimulai<br />

sejak 2016,” imbuhnya.<br />

Bangsa Indonesia di mata<br />

Soetanto Soepiadhy, masih<br />

tergolong miskin, dengan income<br />

2016 per capita masih $ 3.500<br />

yang seharusnya apabila tumbuh<br />

7 persen itu terwujud, income per<br />

capita setiap 10 tahun akan meningkat<br />

dua kali lipat. “Sehingga<br />

di tahun 2045 akan mencapai<br />

$28.000,” ucap pria flamboyan<br />

yang juga menjadi dosen Universitas<br />

17 Agustus 1945 (Untag)<br />

<strong>Surabaya</strong> tersebut.<br />

Tragedi itu diyakini bakal<br />

menimpa bangsa ini apabila<br />

sistem pendidikan juga tidak<br />

diperbaiki. Karena ini, diyakini<br />

ada yang salah dalam sistem pendidikan<br />

di Indonesia. “Sistem pendidikan juga<br />

mempengaruhi kondisi bangsa Indonesia.<br />

Pembebanan pembelajaran pada<br />

baca, tulis, dan hitung (calistung) justru<br />

menumbuhkan generasi galau,” terang<br />

Soetanto. (lely)<br />

Asrul Yanuar<br />

Guru Muda Sarat Prestasi<br />

Pengalaman dan kerja keras adalah suatu yang mahal.<br />

Usianya baru 30 tahun. Tapi, jangan remehkan prestasinya.<br />

Salah satunya, Guru Sekolah Menengah Kejuruan<br />

(SMK) Negeri 1 Driyorejo Gresik, Asrul Yanuar, menyabet<br />

lima besar Datsun Rising Challenge II/2016. Pria yang<br />

akrab disapa Asrul, ini menuturkan, penetapan dirinya<br />

sebagai salah satu juara melalui seleksi ketat. Tahapan<br />

seleksi dimulai Desember 2015 hingga Februari 2016.<br />

Motivasi pada dirinya, membuahkan hasil istimewa.<br />

“Waktu itu saya sering membimbing anak-anak lomba.<br />

Jadi, muncul ide dari mereka dan saya kembangkan,”<br />

kata Asrul, kepada <strong>Bisnis</strong> <strong>Surabaya</strong>, pekan lalu. Pria asli<br />

Sidoarjo ini memiliki alasan tersendiri. Dalam lomba ini,<br />

ada beberapa bidang yang dilombakan. Diantaranya, bidang<br />

pertanian, energi, sosial, peternakan dan perikanan.<br />

Tapi, ia lebih memilih bidang energi.<br />

Meski sering gagal dalam mengikuti beberapa lomba,<br />

tidak menjadikan pria yang hobi membaca buku ini putus<br />

asa. Karena dari kegagalan, dirinya termotivasi untuk<br />

terus bangkit. Tak hanya itu, saat kuliah ia sering mengikuti<br />

beberapa lomba satu tim dengan teman kosnya.<br />

Tak disangka, bapak satu anak ini, pernah menjadi<br />

juara 1 teknik elektro, bidang energi terbarukan di Institute<br />

Teknologi Bandung (ITB) pada 2009. Dan pernah<br />

mengikuti lomba teknik kelautan, bidang teknologi maritim<br />

di Institute Teknologi Sepuluh November (ITS) dan<br />

merebut juara 2. Kedua juara itu diraih bersama timnya.<br />

Dengan kerja kerasnya, pria berkulit sawo matang<br />

itu, meraih juara dua Datsun Rising Challenge II - 2016,<br />

dengan modal lomba hanya Rp 100.000 ia memperoleh<br />

hadiah mobil datsun kinyis-kinyis ditambah modal usaha<br />

Rp 50 juta. Setelah mengikuti kompetisi, pria kelahiran<br />

1987 ini memiliki keinginan membuat produk baru yang<br />

berguna untuk masyarakat. (fiqhy farizh ferdiansah)<br />

Sby & Sda<br />

Payung Teduh Isi Soundtrack<br />

Film Buka’an 8<br />

13<br />

Untuk perempuan yang sedang dalam pelukan.<br />

Salah satu lagu yang cukup terkenal dari band Payung<br />

Teduh ini akan menjadi soundtrack film produksi Visinema<br />

Pictures berjudul ‘Buka’an 8’.<br />

Ditulis secara apik oleh Salman Aristo, Buka’an<br />

8 merupakan sebuah drama romantis, bercerita tentang<br />

Alam (Chicco Jerikho) dan Mia (Lala Karmela), pasangan<br />

milenial yang bertemu dan jatuh cinta di dunia<br />

maya. Sayangnya, hubungan mereka tidak direstui oleh<br />

keluarga Mia karena menganggap Alam hanya bermain<br />

sosial media (sosmed) dan tidak punya pekerjaan<br />

tetap. Pada momen kelahiran anak pertama mereka,<br />

Alam ingin membuktikan kepada orang tua Mia bahwa<br />

ia adalah suami idaman.<br />

Payung Teduh secara eksklusif membuat aransemen<br />

baru untuk dijadikan soundtrack film. Lagu<br />

‘Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan’ sendiri<br />

merupakan bagian dari Album ‘Dunia Batas’ yang dirilis<br />

pada 2012 lalu.<br />

Bagi vokalis Payung Teduh, Mohammad Istiqamah<br />

Djamad alias Is, kolaborasi ini bukanlah yang pertama<br />

antara dirinya dan Visinema Pictures. Sebelumnya,<br />

Is sempat menyanyikan soundtrack film Filosofi<br />

Kopi berjudul Filosofi serta Logika bersama Glenn<br />

Fredly dan Monita Tahalea.<br />

”Film ini seperti berjodoh karena saya menulis lagu<br />

ini untuk anak istri saya,”papar Is.<br />

Angga Dwimas Sasongko, sang sutradara film menuturkan<br />

bahwa proses pemilihan soundtrack didasari<br />

kesamaan antara tema lagu dan romansa yang terdapat<br />

dalam film.<br />

“Lagu ini kami anggap mempresentasikan cerita<br />

dalam film Buka’an 8. Beberapa liriknya romantis dan<br />

dibawakan dengan syahdu,”terang Angga. Ia menambahkan,<br />

judul lagu ‘Perempuan Yang Sedang Dalam<br />

Pelukan’ sesuai dengan suasana yang ingin dibangun<br />

dalam film tersebut. “Kita bisa merasakan kesamaan<br />

jiwa dengan story dari judul lagunya,”tambahnya.<br />

Beberapa nama besar juga turut terlibat dalam film<br />

yang diproseduri Anggia Kharisma dan Chicco Jerikho<br />

ini. Sebut saja Tyo Pakusadewo, Sarah Sechan, Dayu<br />

Wijanto, Uli Herdiansyah, Ary Kirana, Melissa Karim,<br />

Maruli Tampubolon, TJ, Ivy Batuta, Marwoto, Roy<br />

Marten, Nadine Alexandra, dan Adriano Qalbi.<br />

Film ini rencananya akan ditayangkan secara perdana<br />

di bioskop seluruh Indonesia pada 23 Februari<br />

mendatang.(lely)<br />

Menikmati Sate Tepi Sawah<br />

Sepoi Angin Membuat Nyaman Penikmat Kuliner<br />

Ada suasana baru di kota Pudak Gresik.<br />

Saat perut keroncongan, sambil menikmati<br />

menu makanan, sate, seseorang dapat<br />

menerawang keindahan sawah yang luas.<br />

Karena itu, Sate Tepi Sawah (STS) siap<br />

memanjakan lidah dan perut penggemar sate<br />

dengan panorama alam yang indah di tepi<br />

sawah.<br />

Yaaaaa….., STS ini menempati lokasi<br />

yang lebih dekat dengan <strong>Surabaya</strong>. Terutama<br />

bagian Barat, di Jalan Petiken Kota<br />

Baru Driyorejo (KBD), Gresik. Meski baru<br />

berdiri sejak empat bulan lalu, pria kelahiran<br />

Tuban, Gunawan, berhasil memperkenalkan<br />

usaha kulinernya dengan memanfaatkan<br />

lahan guna mewujudkan konsepnya.<br />

Sesuai dengan basic designer, ia menciptakan<br />

rumah makan tradisional dengan gubuk<br />

cantik dan menarik di hamparan sawah<br />

yang luas. Awalnya, seorang pengusaha<br />

industri keramik ini sempat kebingungan<br />

setelah munculnya kebijakan dari pemerintah<br />

mengenai ekonomi.<br />

“Mungkin sebagai dampak dari kebijakan<br />

pemerintah itu. Seperti dollar naik<br />

yang membuat saya berhenti dalam bisnis<br />

ini,” kata pria kelahiran 1972 ini. Seiring<br />

berjalannya waktu, bapak tiga anak ini berfikir<br />

untuk melanjutkan usahanya yang tidak<br />

berpengaruh pada kebijakan tersebut.<br />

Dia akhirnya, memilih bisnis kuliner.<br />

Inspirasi itu muncul saat pria yang hobinya<br />

melukis itu, menjelajah dan mengamati<br />

perkembangan minat makan masyarakat.<br />

Tanpa rasa takut, pria lulusan Sekolah<br />

Teknik Menengah (STM) ini menjalankan<br />

usahanya sendiri.<br />

Tak disadari, ternyata makanan sate di<br />

kota asalnya berbeda dengan lainnya yang<br />

umumnya menggunakan bumbu kacang.<br />

Hal itu membuat pria bertubuh tinggi ini<br />

membuka Rumah Makan (RM) di kawasan<br />

tempat tinggalnya. Tepatnya di daerah Driyorejo,<br />

Gresik.<br />

“Sebenarnya, saya ingin membuka di<br />

Bali, tapi berhubung investasi disana tinggi,<br />

tenaga kerja mahal, semuanya mahal, akhirnya<br />

buka dulu di Gresik,” ujar lelaki murah<br />

senyum ini. Untuk memulai usahanya , ia<br />

mengeluarkan modal Rp 500 juta. Modal ini<br />

membawa keuntungan yang sangat menggiurkan<br />

jika dilihat dari tempo waktunya.<br />

Kuliner STS yang harganya sepuluh tusuk<br />

Rp 25.000 ini adalah kreasi terbaru dari<br />

rumah makan di tepi sawah selain Bebek<br />

Tepi Sawah (BTS) di Bali.<br />

Awalnya, menu yang disajikan hanya<br />

sate kambing. “Namun, banyak pengunjung<br />

request dan anggota keluarga saya ada yang<br />

tidak makan daging kambing. Sehingga,<br />

saya menambah menu masakan,” jelas lelaki<br />

berbadan gempal ini. Diantaranya, sate<br />

ayam, ayam bakar, gurami bakar, gurami<br />

asam manis, dan sejenis seafood lainnya.<br />

Rumah Makan ini selalu ramai dipenuhi<br />

pengunjung. Terutama saat jam makan siang<br />

dan malam. Karena tempat yang strategis<br />

dan sepoinya angin membuat pecinta kuliner<br />

semakin nyaman. Selain khas makanannya,<br />

view yang memanjakan mata ini menjanjikan<br />

usaha STS akan terkenal di seluruh<br />

daerah, khususnya Gresik. (putri ardiashari)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!