18.03.2020 Views

Gangguan Disosiatif, Simtom Somatis dan Gangguan Terkait, serta Faktor Psikologis yang Memengruhi Kesehatan Tubuh

menjelaskan mengenai abnormalitas psikologis. dimana disini ada mengenai gangguan kepribadian ganda, gangguan fisik yang diakibatkan karena faktor psikis, faktor psikis yang mempengaruhi tubuh, dan macam-macam penyakit fisik dikarenakan psikis

menjelaskan mengenai abnormalitas psikologis. dimana disini ada mengenai gangguan kepribadian ganda, gangguan fisik yang diakibatkan karena faktor psikis, faktor psikis yang mempengaruhi tubuh, dan macam-macam penyakit fisik dikarenakan psikis

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Orang-orang yang memegang keyakinan perfeksionisme melebih-lebihkan

konsekuensi dari memberikan kinerja yang tidak sempurna dan merasa terdorong

untuk kembali melakukan usaha mereka sampai detailnya sempurna.

Dari perspektif pembelajaran, kita dapat melihat perilaku kompulsif sebagai

respons instrumental yang secara negatif diperkuat oleh rasa lega terbebas dari

kecemasan yang dipicu oleh pikiran obsesif. Secara sederhana, “obsesi menimbulkan

kecemasan atau distres, sementara kompulsi meredakannya” (Franklin et al., 2002,

hal. 283). Penguatan, baik positif maupun negatif, memperkuat perilaku yang

mendahuluinya. Dengan demikian, seseorang cenderung akan mengulang ritual

kompulsif ketika ia kembali terpapar isyarat yang menimbulkan kecemasan, seperti

bersalaman atau menyentuh gagang pintu).

Pendekatan Penanganan

Terapis perilaku telah mencapai hasil yang luar biasa dalam penanganan

gangguan obsesif kompulsif dengan teknik pemaparan dengan pencegahan respons

(Exposure with Response Prevention, ERP) (misalnya dalam Franklin & Foa, 2011).

Komponen pemaparan melibatkan pemaparan situasi yang menumbuhkan pemikiran

obsesif. Bagi banyak orang, situasi seperti itu sulit dihindari. Komponen pencegahan

respons melibatkan penghindaran perilaku kompulsif agar tidak kembali muncul.

Melalui pemaparan dengan pencegahan respons, orang dengan OCD belajar

menoleransi kecemasan yang dipicu oleh pemikiran obsesif mereka sembari dicegah

untuk melakukan ritual kompulsif mereka. Dengan proses pemaparan berulang,

kecemasan pada akhirnya mereda dan orang tersebut merasa kurang terdorong untuk

melakukan ritualnya. Prinsip yang mendasarinya adalah kepunahan. Saat isyarat yang

memicu pemikiran obsesif dan kecemasan yang menyertainya ditampilkan secara

berulang tetapi orang tersebut tidak menganggap hal buruk akan terjadi, ikatan antara

isyarat ini dan respons kecemasan melemah.

Teknik kognitif sering digabungkan dengan ERP di dalam program penanganan

kognitif perilaku (Abramowitz, 2008; Hassija & Gray, 2010). Komponen kognitif

melibatkan memperbaiki cara berpikir yang terganggu (distorsi kognitif), seperti

kecenderungan untuk melebih-lebihkan estimasi kemungkinan dan keparahan

konsekuensi yang ditakutkan (Whittal et al., 2008).

Antidepresan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) juga memiliki

keuntungan terapeutik dalam menangani OCD (Pampaloni et al., 2009; Simpson et al.,

2008). Kelas obat-obatan ini termasuk fluoksetin (Prozac), parokseti (Paxil), dan

klomipramin (Anafranil). Obat-obatan ini meningkatkan ketersediaan neurotransmiter

serotonin di otak. Efektivitas obat-obatan ini menunjukkan bahwa masalah transmisi

serotonin memainkan peranan penting terhadap pengembangan OCD, setidaknya

dalam beberapa kasus.

CBT menghasilkan manfaat yang kurang lebih sama dengan penanganan dengan

obat-obatan SSRI dan mungkin memberikan hasil yang lebuh bertahan lama dalam

menangani OCD (Franklin & Foa, 2011). Seperti bentuk gangguan kecemasan lainnya,

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!