SIKLUS APRIL 2020
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
|Enpsychopedia
Psychological
First Aid —
Intervensi Andalan yang
Masih Butuh Bukti Efektivitas
onsep Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan (P3K) sudah sering kita
temukan di berbagai tempat dan keadaan.
Cardiopulmonary resuscitation (CPR) pada
orang yang tidak bernapas atau jantungnya
berhenti berdetak, membalut perban pada luka
terbuka, serta mengalirkan air pada luka bakar,
adalah beberapa contoh prosedur P3K yang
sifatnya fisik. Namun, apa kamu familier dengan
istilah psychological first aid?
MasaPsychological first aid (PFA) atau pertolongan
pertama psikologis, adalah intervensi pendampingan
pada korban yang terdampak secara psikologis.
Biasanya, pertolongan ini diberikan oleh
relawan pada peristiwa traumatis seperti kebencanaan.
Namun, dewasa ini, PFA tidak terbatas
pada kebencanaan saja, tetapi juga
disosialisasikan kepada pekerja dengan risiko
tinggi seperti tim respon darurat.
MasaSemenjak tragedi pengeboman 9/11 (WTC
New York), konsep PFA semakin populer dan
banyak modelnya. Shultz & Forbes (2014) mengkaji
isu PFA lebih jauh. PFA diklaim sebagai intervensi
dini andalan untuk penyintas bencana maupun
sebagai salah satu langkah yang diberikan pada
korban dengan posttraumatic stress disorder
(PTSD). Lahir sebagai hasil refleksi bentuk
intervensi lainnya, PFA hadir untuk mendampingi
penyembuhan dan menghindari elemen sensitif,
seperti langsung membahas kejadian traumatis.
MasaYang menjadi masalah adalah perkembangan
pesat dari PFA tidak diimbangi dengan bukti
efektivitasnya. Shultz & Forbes mengkritisi efektivitas
dan penggunaan metode PFA yang masih
kurang didukung bukti empiris, menyebutnya
sebagai ‘evidence informed, but without proof of
effectiveness’ . Tentu, ini bukan berarti mereka
melabeli PFA tidak efektif. Namun, tetap diperlukan
metode kajian yang lebih tepat dalam pemberian
PFA. Lima elemen utama PFA yang disusun
oleh Hobfoll dkk. – yakni keamanan, upaya
menenangkan, rasa keterhubungan, efikasi diri,
dan harapan – dianggap sebagai kerangka paling
standar yang dapat digunakan pada model PFA.
Setiap model bervariasi dalam menekankan
elemen mana yang dipakai. Namun, Shultz &
Forbes menemukan bahwa kandidat terbaik untuk
menentukan efektivitas PFA adalah aspek terkait
upaya menenangkan dan rasa keterhubungan.
Selain itu, mereka juga menuliskan pentingnya
pemilihan model PFA yang sesuai dengan konteks,
yakni sifat kejadian (alami atau akibat manusia),
populasi target, dan pihak pemberi PFA.
MasaMenggunakan sumber-sumber yang kredibel,
artikel dari Shultz & Forbes ini mampu mengkaji
permasalahan fundamental yakni efektivitas PFA.
Argumen yang diberikan sangat detail dan valid.
Penulis juga mampu menyajikan fakta dalam alur
yang komprehensif dan jelas. Namun, mereka
belum menjabarkan bentuk ketidakefektifan PFA
yang menjadi pertanyaan secara konkret.
Sehingga, pertanyaan terasa sangat konseptual
tanpa memberikan urgensi kepada pembaca untuk
berpikir lebih jauh, ‘where did we go
wrong?’[Kinan]
16 |
Referensi :
Shultz, J. M., & Forbes, D. (2014). Psychological First Aid: Rapid proliferation and the
search for evidence. Disaster Health, 2(1), 3-12.DOI: 10.4161/dish.26006
Buletin Siklus Edisi Maba 2020