Jendela Geosaintis Ed. VIII - Oktober 2019
Jendela Geosaintis Edisi Oktober 2019 membawa tagline #Populerkan Geosains. Melalui tagline ini, Forum Geosaintis Muda Indonesia memiliki harapan bahwa geosains atau ilmu kebumian dapat dikenal secara menyeluruh oleh masyarakat dari segala kalangan.
Jendela Geosaintis Edisi Oktober 2019 membawa tagline #Populerkan Geosains. Melalui tagline ini, Forum Geosaintis Muda Indonesia memiliki harapan bahwa geosains atau ilmu kebumian dapat dikenal secara menyeluruh oleh masyarakat dari segala kalangan.
- No tags were found...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
JG
Gambar 4. Segmentasi Sesar Matano yang terdiri atas Segmen Kuleana, Pewusai, Matano, Pamsoa,
Lontoa, Ballawai dan Geresa.
Sumber: disertasi Mudrik Daryono (LIPI)
Matano dulunya bernama Raham Pu'u. Raham berarti Rumah atau pondok, Pu'u berarti
pertama. Penamaan ini berawal dari orang tua yang pertama mendirikan rumah di tempat itu.
Namun dengan ditemukannya sebuah mata air yang disebut dengan “Mata Air Burra-burra”
maka Matano yang berarti Mata Air menjadi nama kampung itu. Matano bukan hanya
sebutan untuk danau, namun jauh di ujung Barat danau yang berbentuk lonjong ini terdapat
sebuah kampung tua yang bernama Matano kini menjadi sebuah desa yang hampir seluruh
besar wilayahnya masuk dalam hutan lindung.
Banyak sekali ditemukan situs-situs geologi dan arkeologi di Danau Matano,
salah satunya adalah Gua yang terletak dibawah permukaan air danau, lokasinya di bibir
Danau yang di dalamnya ditemukan artefak seperti tombak, parang, dan juga peralatan
rumah yang terbuat dari besi kuningan, yang diperkirakan telah ada sejak ratusan tahun silam.
Ada juga gua yang lokasinya berada tidak begitu jauh dari permukiman penduduk, di mana
gua yang banyak dihuni kelelawar, terdapat banyak tulang belulang dan tengkorak manusia.
Gua tersebut dinamai warga Matano dengan sebutan Gua Tengkorak.
05