16.01.2013 Views

disini - Indonesia Kreatif

disini - Indonesia Kreatif

disini - Indonesia Kreatif

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Profil SIPA 2011<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011<br />

Profil delegasi SIPA 2011<br />

Prolog<br />

Ketika Solo membumi bersama seni pertunjukan.Sebuah event bertaraf Internasional yang ditonton oleh<br />

10.000 orang tiap malamnya, sangat tepat sebagai media promosi perusahaan yang bergengsi di lingkup<br />

nasional maupun internasional.<br />

Dasar pemikiran<br />

Bila seni pertunjukan tak sekadar untuk persoalan kesenian. Namun seni pertunjukan yang sekaligus juga<br />

menjadi benang merah dari semangat kebersamaan.<br />

Tujuan<br />

Menyatukan semangat dari keberagaman seni pertunjukan dengan Solo International Performing Arts (SIPA)<br />

sebagai ruang pertemuan.<br />

Sasaran<br />

Energi kehidupan yang menjadi kekuatan komunitas atau pun kelompok masyarakat seni pertunjukan baik dari<br />

dalam maupun luar negeri.<br />

Tema<br />

Topeng. Bayangkan segala kehidupan yang ada di balik topeng. Tentang gaya hidup keseniannya. Tentang beragam<br />

kultur dari masyarakat pendukungnya.<br />

Audience<br />

Komunitas seniman baik tari, teater atau pun music dari dalam maupun luar negeri adalah performa SIPA di panggung<br />

pertunjukan. Tentu jangan lupakan juga dengan ribuan penonton yang akan hadir sebagai performa yang lain.<br />

Pendekatan<br />

Menggali persoalan-persoalan di wilayah seni pertunjukan untuk memberikan daya hidup terhadap kebudayaan kota.<br />

Pergelaran<br />

SIPA 2011 akan diselenggarakan di panggung yang dikelilingi kolam. Suara gemericik airnya akan mengalunkan nadanada<br />

indah tentang SIPA. Kilauan cahaya air ketika diterpa lampu adalah cahaya indah tentang SIPA.<br />

Peserta<br />

Lupakan segala perbedaan seni pertunjukan. Lokan atau pun global, gunung atau pun laut, dalam atau pun luar negeri,<br />

semua akan hadir menyatu dalam semangat yang sama, dengan 7 delegasi dalam negeri dan 7 delegasi luar negeri di<br />

Solo International Performing Art (SIPA).


1. Didik Nini Thowok - Yogyakarta<br />

Profil Delegasi SIPA 2011<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011<br />

Profil delegasi SIPA 2011<br />

Didik Nini Thowok adalah salah satu artis yang paling bertalenta di <strong>Indonesia</strong>. Kemampuan uniknya<br />

menguasai dan mengkombinasikan elemen dari berbagai gaya tari dari Jawa Barat dan Bali, Jawa Tengah, dan<br />

Jawa Timur. Dia adalah sedikit dari artis yang tetap melestarikan budaya Asia dari persilangan gender dalam<br />

tari, pembawaannya dalam karakter perempuan dan kemampuannya dalam berbagai macam tradisi menari.<br />

LPK Natya Lakshita Dance School Studio tari milik Didik Nini Thowok mengajarkan berbagai macam<br />

koreografi tari.<br />

Dia juga mengajar pada beberapa akademi dan sekolah tari termasukNational Dance Arts Academy of<br />

Yogyakarta, AKSAKK (Social and Fanily Prosperity Academy of Yogyakarta), Tarian Tradisional berbagai<br />

bangsa Didik Nini Thowok telah mengembangkan tarian rakyat klasik dan popular untuk memasukkan tradisi<br />

dari kebudayaan Asia yang lainnya. Dengan tradisi klasik sebagai dasar dan karya tarian aslinya.Saat kolaborasi<br />

dengan artis dari luar negeri, dia telah mendemonstrasikan bakat uniknya dengan mengkombinasikan elemen<br />

dari bermacam-macam suku untuk membawa penampilan yang baru dan menarik<br />

Sinopsis<br />

Koreografi : Didi NIni Thowok<br />

Penari : Didi Nini Thowok<br />

Dewi Sarak Jodag<br />

Durasi : 19 menit<br />

Kisah Dewi Sarak Jodag diambil dari cerita Raden Panji. Menceritakan tentang Dewi Sarak Jodag ( adik dari<br />

Raja Klana ). Karena jatuh cinta pada Raden Panji, Ia merubah dirinya menjadi Dewi Chandrakirana , Istri<br />

Raden Panji. Tapi Raden Panji mengetahu tipu daya Dewi Sarak Jodag dan menolaknya. Karena merasa malu,<br />

ia berubah menjadi sosok yang mengerikan sebagai perwijudan dari rasa malu, marah dan derita.<br />

Dalam tarian ini, perubahan karakater dipertihatkan dari penggunaan topeng dan dibumbui sedikit unsur<br />

komedi.


2. Teater Aron - Medan<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011<br />

Profil delegasi SIPA 2011<br />

Komunitas Seni Teater Aron adalah komunitas seni pertunjukan yang didirikan tanggal 5 Mei 2006 di<br />

Bandung hasil prakarsa oleh beberapa pemuda penggiat seni dengan kesadaran memperjuangkan nilai-nilai seni<br />

terutama nilai-nilai seni tradisi budaya. Pertama kali didirikan untuk mengikuti festival 7 bahasa 36 jam<br />

nonstop dalam rangka pemecahan rekor Museum Rekor <strong>Indonesia</strong> (MURI<br />

Nama Aron berasal dari bahasa Karo yang berarti komunitas pekerja. Filosofi nama Aron pada Teater<br />

Aron berarti komunitas pekerja yang tidak kenal lelah dalam penigembangan seni akting/teater. Teater Aron<br />

merupakan komunitas seni pertunjukan yang merealisasikan ide-ide kreatif dalam bentuk artistik kontemporer.<br />

Beberapa pentas<br />

- Drama WAITING FOR GODOT untuk memperingati 100 tahun penulis naskahnya Samuel Beckett<br />

dengan sutradara Joey Bangun.<br />

.<br />

- 25 Februari 2007 .pementasan monolog karya Joey Bangun berjudul KARO DIBALIK TOPENG di<br />

Bandung. Pementasan ini kerjasama antara Teater Aron dan website www.tanahkaro.com.<br />

- 31 Mei 2007 ,INLANDER karya Joey Bangun di Bandung.<br />

- SIBAYAK SI MESIAS, Drama Sendratari Karo ditampilkan di Perayaaan Natal Nasional 27 Desember<br />

2008 di Jakarta Convention Centre (JCC)<br />

- PUTRI HIJAU yang merupakan hikayat Karo, Melayu, dan Aceh.<br />

- 16 April 2010, mementaskan ZENDING Sejarah Penginjilan Karo di Perayaan Jubileum 120 tahun<br />

Gereja Batak Karo Protestan (GBKP).<br />

-<br />

GUNDALAGUNDALA<br />

by Joey Bangun<br />

Tari Gundala Gundala menceritakan tentang seorang raja yang menaklukkan burung si Gurda-Gurdi di<br />

hutan. Burung ini terkenal sangat buas. Burung itu dibawa ke istananya. Suatu hari putri raja mencabut salah<br />

satu bulu si burung. Akibatnya kebuasan burung itu muncul kembali. Raja bertempur melawan si burung. Sang<br />

raja takluk kemudian dibantu oleh calon menantunya. Sang calon menantu berhasil membunuh si burung


3. Kelompok Satu Sanggar Sape’- Pontianak<br />

Hudoq Kayaan Mendalam Kapuas Hulu<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011<br />

Profil delegasi SIPA 2011<br />

Hudoq menurut orang kayan adalah Jelmaan roh-roh baik dan roh2 jahat. Ada beberapa jelmaan hudoq<br />

menurut orang kayaan. Semua jenis hudoq ini di pakai untuk menari yang di sebut dengan Karaang Hudoq, dan<br />

masa ini di lakukan pada saat masa tanam padi dengan harapan hudoq yang datang dan menari dapat membawa<br />

roh-roh padi yang baik.<br />

Dalam atraksinya para hudoq yang datang dari suatu tempat mereka menari mengelilingi rumah betang<br />

dan naik kerumah betang dan kemudian hudoq berhenti sejenak lalu pemilik betang bertanya apa tujuan kalian<br />

datang? Dan hudoq menjawab kami datang membawa roh baik, padi yang baik. Sedangkan pada saat hudoq roh<br />

baik di dalam rumah betang, hudoq roh jahat,<br />

Nopeng<br />

Masyarakat Dayak mengenal penggunaan Topeng dalam berbagai ritual kehidupannya, tradisi topeng<br />

ini yang lebih dikenal dengan Nopeng . Fungsi nopeng ini sebagai media transisi roh-roh kamang ( hantu baik)<br />

untuk mengikuti upacara yang dilakukan dan menerima sesajen yang disediakan. 3 jenis topeng dalam<br />

masyarakt Dayak Kanayatn yakni :<br />

1. Topeng Oho’ yang terbagi menjadi<br />

- Oho‟ Epak : hantu yang berada di dalam rumah<br />

- Oho‟ Ujut : Hantu kamang yang memiliki wajahn berot tak sempurna<br />

- Oho‟ Balis : Hantu Jahat<br />

- Oho‟ Kara‟ : Hantu dalam wujud Kera<br />

- Oho‟ Anjing : Hantu dalam wujud Anjing<br />

2. Topeng Buta<br />

- Babi Buta<br />

- Manusia Buta<br />

3. Topeng Kalangkuet ( burung)<br />

Topeng buta merupakan topeng yang tertinggi dan paling ditakuti. Kostu yang dikenakan dapat terbuat dari<br />

kain percak ( bekas) karung Goni dan dedaunan sesuai dengan karakter topeng yang dimainkan.


4. Makasar Art - Makasar<br />

Sinopsis<br />

Rampak Gendang<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011<br />

Profil delegasi SIPA 2011<br />

Rampak Gendang adalah sebuah Karya Musik Tradisi yg diangkat dari Musik tradisional Makassar, Tunrung<br />

Pakanjarak, Renjang2, Tumbu'na Panggalakkang, pappadang yg kemudian diolah menjadi sebuah karya<br />

pertunjukan musik, drama dan tari.. Yg kali ini Mengangkat tema Kejayaan topeng.. ..


5. I Nyoman Sura- Bali<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011<br />

Profil delegasi SIPA 2011<br />

Lahir di Denpasar pada tahun 1976 and Sura mulai menari saat berusia 7 tahun. Pada tahun 1996 dia<br />

lulus dari Institute of Arts di Denpasar dimana dia menjadi guru. Koreografi pertamanya berjudul “Lakuku”<br />

diciptakan pada 1999 dan ditampilkan di Gedung Kesenian Jakarta, disitulah dia dianugrahi sebagai yang<br />

terbaik dari 10 koreografer. Pada tahun 2000 Sura tampil di Jerman berkolaborasi dengan penari balet, Marcia<br />

Haydee dalam “Rama Sinta”. Tahun 2001 dia tampil di Swiss dan Malaysia untuk berpartisipasi dalam<br />

Singapore Art Festivals dengan Arti Foundation menampilkan “Ritus Legong” dimana dia bekerja pada<br />

koreografi. Kemudian pada tahun 2002 dia menampilkan “Calonarang” di Tokyo, tahun 2004 dia diundang<br />

untuk menampilkan “Bulan mati”/Dead Moon pada <strong>Indonesia</strong>n Dance festival yang ke-7 bertempat di Jakarta.<br />

Baru-baru ini dia berkolaborasi dengan Garry Malkin, seorang composer dari California, As. Pada tahun 2009<br />

dia tampil dalam java Jazz Festival Jakarta berkolaborasi dengan Tropical transit band tampil di Bedog Art<br />

Festival Jogjakarta dan tampil pada “Temu Koreografer 7 Kota” di Solo.<br />

Sinopsis<br />

THE LOST...<br />

HILANG DARI SESUATU YANG ADA....<br />

MANUSIA KADANG - KADANG LUPA KEHIALNGAN SESUATU DARI JIWA<br />

KESADARAN ADA KARENA KEHILANGAN....<br />

Terispirasi dari cerita Ramayana, ketika Surpanaka mengingnkan Laksmana jadi<br />

suaminya.


6. Daya Presta - Jakarta<br />

Daya Presta didirikan pada tanggal 14 Juni 1985, dengan berbagai karya dan prestasi pada :<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011<br />

Profil delegasi SIPA 2011<br />

� Okt, 1985. Karya Tari Langgam Jakarta dalam Festival Tari Tingkat Nasional.<br />

� Juni, 1987. Karya Tari Topeng Dogan dalam Lomba Koreografi <strong>Indonesia</strong>.<br />

� Feb, 1990. Karya Tari Doger Amprok dalam Festival Tari Daerah dan Tingkat Nasional.<br />

� Mei, 1998. Karya Tari SISI KEHIDUPAN (Kolaborasi dengan WS. Rendra dan Bapak Mustika -<br />

seniman seni rupa) di Kedutaan Jepang, Jakarta<br />

� Juli, 2002. Karya "BOCAH NGAMPROK" Pagelaran PESKA ANAK Gedung Kesenian Jakarta<br />

� Jui, 2004. Karya "BOCAH BADER" Pagelaran PESKA ANAK Gedung Kesenian Jakarta<br />

� Juli, 2005. Koreografer Tari ajang DUTA SENI PELAJAR di D.I. Yogyakarta<br />

� Juli, 2008. Koreografer Tari ajang DUTA SENI PELAJAR di Denpasar, Bali<br />

� Apr, 2009. Karya Lenggang Ngaron dalam Festival Genderang, Malaka, Malaysia<br />

� Juli, 2009. First Runner-Up and The Best Female Dancer Sabah International Folkdance Festival<br />

� Nov, 2009. ASEAN CULTURAL INTERACTION in Brunei Darussalam<br />

� dll.<br />

Sampai saat ini masih terus aktif sebagai pengisi acara Tim Kesenian untuk menyambut Tamu Negara.<br />

Dan misi kesenian ke beberapa negara, meliputi Negara Jepang, USA, Korea, Belanda, Jerman, Australia,<br />

Thailand, Malaysia, Singapore, Syria, Vietnam, Philipine, Jordan, dll.<br />

Sinopsis<br />

Judul Tari : Topeng Kedok Ekspresi<br />

Sinopsis Tari : Karya Tari ini memvisualisasikan ekspresi dari Tiga Karakter Topeng atau Kedok yaitu<br />

Topeng Subadra, menggambarkan karakter yang anggun dan lembut.<br />

Topeng Srikandi, menggambarkan karakter yang lincah dan dinamis.<br />

Sedangkan Topeng Jingga menggambarkan karakter yang gagah.<br />

Garapan tarian ini di ilhami dari gerak dan musik topeng betawi.


7. Saung Udjo - Bandung<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011<br />

Profil delegasi SIPA 2011<br />

Tangaal 5 Maret 1929, adalah hari di saat pasangan suami istri Wiranta dan Imi dikarunia putra keenam<br />

mereka, yang kemudian diberi nama Udjo.<br />

Kepiawaiannya dalam berkesenian terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Dan kemudian<br />

Udjo menjadi seorang guru kesenian di beberapa sekolah di Bandung. Hasrat dan kecintaannya pada seni dan<br />

budaya menjadi alasan utama bagi Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati untuk mendirikan Saung<br />

Angklung Udjo (SAU). Pernikahannya dengan Uum Sumiati dikaruniai 10 orang putra dan putri. Buah jatuh<br />

tak jauh dari pohonnya, mereka mewarisi hasrat dan kecintaan Udjo Ngalagena kepada Angklung.<br />

Pada hari Kamis tanggal 3 Mei 2001 Udjo Ngalagena wafat. SAU tidak berhenti sampai <strong>disini</strong>,<br />

kesepuluh putra-putrinya secara bersama-sama meneruskan langkah SAU untuk terus melestarikan dan<br />

mengembangkan budaya Sunda.<br />

Sinopsis<br />

Garapan yang tersaji merupakan gerak dan topeng (Banjet dari Cirebon) Jawa Barat dipadukan dengan<br />

musik Bambu - Arumba (Alunan Rumpun Bambu) dikemas dalam komposisi Peng – Ba (Topeng -<br />

Arumba) yang diusung oleh penari wanita dengan eksplorasi topengnya terjalin lewat dinamika (musik)<br />

Arumba.


8. Disbupar Kabupaten Cirebon<br />

Nama : SanggarSeni Tri Tunggal Budaya<br />

Alamat : DesaTegalwangi Blog MajuKecamatanWeruKabupaten Cirebon<br />

Berdiri : Mei 2007<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011<br />

Profil delegasi SIPA 2011<br />

KaryaSeni yang pernahdipentaskan<br />

1. Agustus 2007: Wayang Wong “SayembaraSrikandi” Memperingati HUT RI di DesaTegalwangi<br />

KecamatanWeru Kabupaten Cirebon<br />

2. Mei 2008 : Wayang Wong “GatotKacaSabda Guru” MemperingatiHardiknas di Desa Astapada<br />

Kec.Tengahtani Kabupaten Cirebon<br />

3. Agustus 2008 : Wayang Wong “Hanoman Duta” Memperingati HUT RI di Desa TegalwangiKec.Weru<br />

Kabupaten Cirebon<br />

4. Mei 2009 : Wayang Wong “SayembaraDewa'N” MemperingatiHarkitnas di Desa Astapada<br />

Kec.Tengahtani Kabupaten Cirebon<br />

5. Desember 2009 : Wayang Wong “KangsaPalastra” Memperingati HUT Kota Cirebon<br />

6. . Nopember 2010 : SawenginingCerbon “ TariTopengdanTayub” UNPAD BANDUNG<br />

7. April 2011 : ProsesiHarijadiKabupaten Cirebon ke-529 Di depan Kantor DPRD Kabupaten Cirebon<br />

April 2011 : Juara 1 TariTopeng Palimanan dalam pasanggiri Tari Topeng Di Disbudparpora Kabupaten<br />

Cirebon<br />

Sinopsis<br />

Tari Rampak Topeng Kelana Gandrung<br />

Tari rampak adalah jenis tarian yang dibawakan oleh beberapa orang secara bersamaantopeng kelana<br />

dengan wajah berwarna merah padam, berkumis tebal dan menyeramkan, melambangkan karakter gagah dan<br />

berani. tarian ini menggambarkan orang yang serakah, angkara murka dan tidak bisa mengendalikan diri.tarian<br />

rampak topeng kelana gandrung disuguhkan oleh sanggar seni “tri tunggal budaya” pimpinan bapak nana<br />

suryana dari desa tegalwangi kec. weru binaan disbudparpora kab. cirebon


9. Sruti Respati - Solo<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011<br />

Profil delegasi SIPA 2011<br />

Lahir di solo, 26 september 1980. Pendidikan kuliah diselesaikan di universitas sebelas maret surakarta,<br />

jurusan sastra daerah tahun 2007. News caster di salah satu tv lokal solo ini mulai tertarik dengan dunia seni,<br />

khususnya seni suara dan akting pada tahun 2003. Diawali dengan bermain drama tradisional(kethoprak), dan<br />

modern(sinetron) pada beberapa stasiun tv nasional di indonesia, lalu mulai bergabung dan belajar dengan<br />

komposer darno kartawi dan dedek wahyudi, dan kemudian bernyanyi di beberapa kesempatan karya kreatif<br />

mereka. Setelah terjun sebagai penyanyi profesional, pernah membantu proyek beberapa komposer kenamaan<br />

indonesia seperti i wayan sadra (suluk hijau- bersama ws rendra), sujiwo tejo n band ( drama musikal<br />

„pengakuan rahwana; album tolu one-bengawan solo), viky sianipar (album indonesian beauty ii-yen ing<br />

tawang ana lintang); slamet gundono(wayang suket), danis sugiyanto (keroncong swastika).


10. Leineroebana - Belanda<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011<br />

Profil delegasi SIPA 2011<br />

LeineRoebana adalah lembaga tari modern yang pusatnya di Amsterdam yang merupakan kolaborasi<br />

dari dua koreografer Andrea Leine dan Hariono Roebana. LeineRoebana telah dikenal didunia tari di Belanda<br />

sejak 1990.<br />

Mereka mengembangkan tarian unik, tarian bernuansa idiosyncratic berdasarkan pendekatan baru novel<br />

yang mengusung unsur simetris, ritme dan komposisi. Hubungan antara tarian dan music adalah unsur utama<br />

dalam karya mereka. Arah musik mereka adalah dari renaissance menuju karya kontemporer. Hal ini<br />

menunjukan kesungguhan mereka dalam mencari keaslian. Denominasi umum adalah pencarian untuk seni<br />

ekspresi yang menantang persepsi. Dalam setiap karya, mereka bekerja sama dengan musisi terkenal atau<br />

komposer terkenal untuk menciptakan karya yang merupakan simbiosis nyata antara music dan gerakan<br />

Karya LeineRoebana telah mendapat berbagai penghargaan bergengsi diantaranya ; penghargaan<br />

Cagliari( Itali), Bagnolet ( Perancis), Lucas Hoving, Philiph Moris Art ( Belanda) dan karyanya telah<br />

dipentaskan di Belanda, berbagai tempat di Eropa, <strong>Indonesia</strong>, Tanzania, Canada, Brazil dan USA.<br />

Sinopsis<br />

Judul :Tempus/Tempo<br />

Koreografi : Andrea Leine and Harijono Roebana<br />

Penari : Heather Ware, Uri Eugenio, Swantje Schäuble, Erik Bos, Delphine Simons<br />

Musik : Kompilasi musik oleh LeineRoebana<br />

Durasi : 25 menit<br />

Misteri, pertunjukan, identitas, perwakilan, keindahan, rasa takut adalah kata-kata yang muncul dalam<br />

benak saat memikirkan Glorious Masks. LeineRoebana akhirnya menciptakan karya baru yang berjudul<br />

Tempus/Tempo khusus untuk SIPA 2011. “Waktu tidak bisa terulang kembali, sementara kita berkeliling,<br />

sebagai tawanan cinta.” (Vergil) Hubungan antara tari dan musik adalah inti dari karya dalamTempus/Tempo.<br />

penghalusan musik vokal komposer Eropa di abad ke-16 yang hidup bersama dengan komposisi irama yang<br />

lebih fisik.


11. Janis Brenner - USA<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011<br />

Profil delegasi SIPA 2011<br />

Janis Brenner adalah seorang penari, koreografer, penyanyi dan pengajar yang telah mendapat banyak<br />

penghargaan. Ia juga adalah direktur dari sanggar Janis Brenner & Dancer di New York. Ia telah banyak<br />

melakukan tour di berbagai Negara dan dikenal sebagai seorang singular performer dengan unsure seni yang<br />

beragam.<br />

Award<br />

- New York Dance and performer Award 1997<br />

- Lester Horton Award 1996 di LA<br />

- Copper foot Award di Wayne State University, 2010, dengan karya “ lost, found, lost”<br />

- Leach fellowship 1993<br />

- Penghargaan Dance on Camera, 1986, New York<br />

Sejak berdiri tahun 1985, Janis Brenner & Dance telah tampil di berbagai festifal bergengsi seperti Kuan<br />

Du Art festifal (Taipe), Interatioanal Modern Dance of Seoul ( Korea ),2001, JakArt , di Gedung Kesenian<br />

Jakarta dalam <strong>Indonesia</strong>n Modern Dance Festifal ( <strong>Indonesia</strong>n ), Open Look International Dance Festifal (<br />

Russia ) dll.<br />

Sinopsis<br />

Tiga Penampilan Janis Brenner selama 30 menit, yaitu:<br />

1.The Awkward Stage, sebuah pertunjukan berdurasi 5 menit yang ditampilkan oleh dua penari yang sangat cerah dan<br />

jenaka. Mengisahkan laki-laki dan perempuan yang sedang kasmaran dengan diiringi lagu Mozart . Penampilan ini<br />

banyak menggambarkan kerjasama pasangan.<br />

2. Pieces of Trust, adalah penampilan dua penari yang berdurasi 11 menit. Tarian dengan gerakan yang sangat intens ini<br />

menggambarkan perjuangan antara laki-laki dan perempuan yang menjalin hubungan dalam waktu lama, tapi tidak<br />

berhasil.<br />

3. Lost, Found, Lost, adalah penampilan lengkap Penampilan ini mengisahkan hal-hal yang hilang dalam hidup, yang<br />

dipegang teguh, dan diingat. Penampilan ini diawali oleh mood yang lucu dari para penari. Para penari berusaha<br />

mendapatkan hal-hal yang telah hilang dengan berjalan melewati penonton. Nyanyian terkenal dari Meredith Monk<br />

mengisahkan hal-hal yang masih kita miliki, seperti pikiran, kepekaan, telepon dan filosofi. Lalu berubah menuju bagian<br />

yang lebih internal, yaitu mood yang lebih dalam. Alunan musik mengungkapkan semua hal yang telah hilang..


12. Los Peyoteros - Mexico<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011<br />

Profil delegasi SIPA 2011<br />

Los Peyoteros diciptakan di Bandung, Jawa Barat, <strong>Indonesia</strong> oleh tiga mahasiswa Mexico di kesenian<br />

tradisional <strong>Indonesia</strong> dan teman musisi mereka yang berasal dari <strong>Indonesia</strong>. Grup perpaduan yang<br />

mengkombinasikan tradisional dan elemen musik kontemporer, sebagaimana puisi dan drama dari Mexico dan<br />

<strong>Indonesia</strong>.<br />

Alat-alat musik yang mereka gunakan antara lain jaranas Mexico, cajon, seruling, gamelan dari<br />

<strong>Indonesia</strong>, KACAPI (sitar dari Sunda), sadatanah, harpa, pianika dan segala sesuatu yang menghasilkan musik<br />

yang menekankan improvisasi vokal dengan berbagai gaya dan teknik menyanyi yang berbeda.<br />

Sinopsis<br />

Kepada SIPA 2011, Grup Peyoteros akan menampilkan sebuah opera musik dan potret tradisional<br />

Mexico bersama dengan pertunjukan "La danza de los viejitos" ( tarian topeng tradisional). Lagu-lagu yang<br />

akan dinyanyikan diantaranya adalah “La Cumbia de los luchadores” (para penggulat), yang berhubungan<br />

dengan Lucha Libre ( olahraga orang mexico yang menggunakan topeng) sebagai salah satu pertunjukan yang<br />

paling dicintai dan berakar di masyarakat Mexico.


13. Universiti Malaysia Sabah - Malaysia<br />

Koreografer : Sri Ningsih Sukirman<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011<br />

Profil delegasi SIPA 2011<br />

Pemusik : Mac Arnold Calvin, Muhammad Hazrul Ain Bin Rabul, Mazri Ismail, Rajwin Juni<br />

Penari Lelaki : Redzahuddin Bin Duman, Asrulnizam Bin Yassin, Mohd Azli Fikri Bin<br />

Ahmad,Ridzuan Bin Lias,Mosimar Bin Abu Bakar<br />

Penari Perempuan : Grazeilla Genevie George,Nurul Ain Bte Mohd. Noor Zulkifli, Lizie Saurin<br />

Gintoron,Faiznur Ailena Bte Abdul Rahman,Constance Geoffrey,Eysta Ashella Bt<br />

Saibon<br />

Sinopsis<br />

“TUPING”<br />

Perkataan “Tuping” adalah berasal daripada bahasa sehari-hari (logat) secara turun temurun di dalam<br />

kehidupan masyarakat suku kaum Dusun dan Murut di Negeri Sabah. Tuping adalah sebutan untuk topeng atau<br />

sering digunakan sebagai alat untuk penutup wajah. Dalam karya tari ini banyak memaparkan tentang liku-liku<br />

kehidupan, jatuh dan bangkitnya seseorang dalam menghadapi setiap tantangan dalam kehidupan. Yang juga<br />

sebagai simboliknya adalah tubuh badan manusia yang terdiri jasmani dan rohani seringkali juga<br />

mencerminkan ketidaksamaan. Sehingga terkadang antara hati dengan mulut manusia itu tidak sama seperti apa<br />

yang dilakukan dan yang diucapkannya. Dalam karya tari ini juga menggunakan props taming sebagai lambang<br />

perisai yang menggambarkan kekuatan dalam kehidupan manusia yang berfungsi untuk menutupi setiap<br />

kelemahan dalam diri manusia yang sebenar. Namun…..Akankah untuk selama-lamanya manusia itu akan<br />

selalu hidup di sebalik tuping ataukah harus berani untuk keluar daripada kongkongan kehidupan dan<br />

menghadapi semuanya itu tanpa adanya tuping-tuping dalam kehidupannya?....Marilah sama-sama kita<br />

saksikan….Persembahan karya tari “Tuping” daripada Sekolah Pengajian Seni, Universiti Malaysia Sabah.


Profil delegasi SIPA 2011<br />

14. Hahoe Pyolshin-Gut T'al-nori - Korea<br />

Hahoe Pyolshin-Gut T'al-nori yang merupakan asset kebudayaan berharga no.69 adalah tarian topeng<br />

yang diselenggarakan oleh penduduk di Desa Hahoe, Poongcheon-myeon, Andong-si, Kyeongsangbook-do,<br />

Korea sejak pertengahan abad ke-12. Tarian topeng ini secara rutin dibuka sebagai pelayanan spesial desa untuk<br />

kedamaian desa dan panen yang baik dari masyarakat pertanian<br />

Masyarakat Preservasi Drama Tarian Topeng Hahoe yang dikenal sebagai Masyarakat Preservasi,<br />

melakukan aktivitas perluasan dan penyaluran Hahoe Pyolshin-Gut T'al-nori. Masyarakat Preservasi<br />

menyalurkan dan mengembangkan asset budaya Korea yang penting sekali dan mengumumkan keindahan serta<br />

keunikan budaya Korea melalui tarian topeng.<br />

Hahoe Pyolshin-Gut T'al-nori berpadu dengan kehidupan nasional Korea diganggu pada tahun 1928.<br />

Bahkan Topeng Hahoe tidak lagi berada di desa dan tempat penjagaannya berada di Musium Nasional Korea.<br />

Untungnya, Tuan Han-Ryoo yang dilahirkan dan dibesarkan di Desa Hahoe dan sebagai kepala pusat<br />

kebudayaan Andong, mampu menghidupkan kembali tarian topeng beserta manuskrip tarian topeng yang<br />

dikumpulkan melalui penduduk desa Hahoe. Pertemuan yang dibuat oleh generasi muda dengan pemikiran<br />

yang sama untuk menghidupkan kembali tarian topeng<br />

Sinopsis<br />

Drama Tarian Topeng Hahoe<br />

Drama ini mengombinasikan ritual-ritual shaman dan pertunjukan terkenal. Ritual desa dimaksudkan<br />

untuk menyenangkan dewi-dewi setempat dan mengusir roh jahat., keistimewaan Hahoe Pyolshin-Gut T'al-<br />

Nori terdapat pada karakter-karakternya yang bersifat kiasan, seperti Yangban (seorang ningrat yang sombong),<br />

Sonbi (seorang sarjana yang mengunggulkan ilmunya), Chung (seorang biarawan Buddha yang berakhlak<br />

rendah), Imae (seorang pembantu yang bodoh), Paekchong (seorang tukang daging yang kasar) dan lain<br />

sebagainya. Tiap karakter menggambarkan kelas sosial mereka.<br />

Tarian ini diiringi oleh non-ak, ansambel perkusi petani tradisional Korea. Non-ak adalah musik tari<br />

Korea yang paling terkenal dan tertua. Suara yang kuat dari kwartet tradisional, terdiri dari kkwaenggwari<br />

(gong kecil), ching (gong besar), puk (drum besar) and changgo (drum panjang) mengalirkan irama hipnotis.<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011


15. Ronnarong Khampha Thailand<br />

Biography<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011<br />

Profil delegasi SIPA 2011<br />

Ronnarong Khampha (“Ong”) is a dancer/choreographer from the Lanna region (Northern Thailand,<br />

centered on the city of Chiangmai). He studied Lanna Dance since he was young in his village, and graduated<br />

with an honors degree in Thai arts from Chiang Mai University in 2005. Although his background is traditional,<br />

Ong is active in contemporary dance. He has developed his own style using traditional dance as the base,<br />

venturing into contemporary aesthetics. Ong studied Javanese and Balinese dance in Solo (Surakarta),<br />

<strong>Indonesia</strong> for two years (2006-08), and uses <strong>Indonesia</strong>n motifs to augment his contemporary work.<br />

From 2001 until now, Ong has performed as percussionist with Chang Saton Group, Chiangmai‟s leading<br />

musical group specializing in traditional and contemporary Lanna music.Ong has performed in Europe, North<br />

America, and Asia, with a variety of artists from Thailand, America, Japan, and <strong>Indonesia</strong> (see list of<br />

performances below).Ong also gives master classes, recently teaching Lanna Dance to international exchange<br />

students at Payap University, in Chiangmai (March-April 2010) and in Kyoto Seika University, Japan (October<br />

2010).On 2010 Ong received a grant from Nippon Foundation‟s API (Asian Public Intellectuals) Fellowship,<br />

to do the dance research about Creative contemporary Asian dance based on traditional techniques and<br />

spirituality in Japan (August 2010 ~ January 2011) and <strong>Indonesia</strong> (February ~ July 2011).<br />

Basic Information<br />

Date of Birth: 1982 August 07<br />

Address: 32 M.4 Oi, Pong, Phayao 56140 Thailand<br />

E-Mail Address: zoodteaw@gmail.com<br />

Tel: +66 87 817 2734<br />

Website: www.ronnarongkhampha.com<br />

Award<br />

2010 Jul - 2011 Jul : Received a grant from Nippon Foundation‟s API (Asian Public Intellectuals)<br />

Fellowship, to do research about Creative contemporary Asian dance based on<br />

traditional techniques and spirituality in Japan (August 2010 - January 2011) and<br />

<strong>Indonesia</strong> (February - July 2011)<br />

2010 Feb : Received Asian-Pacific Performance Exchange APPEX 2010 Fellowship<br />

2006 Aug - 2008 Jul : Received scholarship from <strong>Indonesia</strong>‟s national Dramasiswa to study traditional<br />

<strong>Indonesia</strong>n dance (Javanese and Balinese), at Institut Seni <strong>Indonesia</strong> (ISI) university in<br />

Solo (Surakarta), <strong>Indonesia</strong>


16. Jawaharlal Nehru Indian Culture Center - India<br />

Solo International Performing Arts (SIPA) 2011<br />

Profil delegasi SIPA 2011

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!