Aya Sofia Langsung ke Jakarta - ScraperOne
Aya Sofia Langsung ke Jakarta - ScraperOne
Aya Sofia Langsung ke Jakarta - ScraperOne
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
24 Aspirasi Banjarmasin Post<br />
KAMIS 7 MARET 2013<br />
Penerbit : PT Grafika Wangi Kalimantan<br />
SIUPP : SK Menpen No. 004/SK MENPEN/<br />
SIUPP/A.7/1985 tgl 24 Oktober 1985<br />
Sejak Tanggal : 2 Agustus 1971<br />
Direktur Utama : Herman Darmo<br />
Pemimpin Redaksi: Yusran Pare<br />
Wakil: Harry Prihanto<br />
Redaktur Pelaksana: Dwie Sudarlan<br />
Manajer Peliputan: Elpianur Achmad<br />
Asisten Manajer Peliputan :<br />
R Hari Tri Widodo<br />
Manajer Produksi: M Taufik<br />
Redaktur Eksekutif: Muhammad Yamani<br />
(Banjarmasin Post), Mulyadi Danu Saputra (Metro<br />
Banjar), Irhamsyah Safari (Serambi UmmaH),<br />
Ribut Rahardjo (Online/Radio).<br />
Manajer Redaksi: Irhamsyah Safari<br />
Wakil: Agus Rumpoko<br />
Redaktur: Sigit Rahmawan A, Umi Sriwahyuni,<br />
Syamsuddin, Alpri Widianjono, Kamardi, Mahmud<br />
M Siregar, <strong>Aya</strong> Sugianto, Sofyar Redhani, M<br />
Royan Naimi, Siti Hamsiah. Asisten:Eka<br />
Dinayanti, Murhan, Anjar Wulandari, Ernawati,Idda<br />
Royani, Mohammad Choiruman.<br />
Staf Redaksi: Sudarti (Reporter Senior), Hanani,<br />
Burhani Yunus, AM Ramadhani, Halmien Thaha,<br />
Syaiful Anwar, Syaiful Akhyar, Khairil Rahim,<br />
Ibrahim Ashabirin, Sutransyah, Faturahman, Irfani<br />
Rahman, Jumadi, Edi Nugroho, Budi Arif RH, Doni<br />
Usman, Mustain Khaitami (Kabiro), Hari Widodo,<br />
Ratino, M Risman Noor, Salmah, George Edward<br />
Pah, Rahmawandi, M Hasby Suhaily, Helriansyah,<br />
Didik Triomarsidi (Kabiro), Nia Kurniawan, Mukhtar<br />
Wahid, Rendy Nicko Ramandha, Restudia, Yayu<br />
Fathilal, Aprianto, Frans, Nurholis Huda.<br />
Fotografer: Donny Sophandi, Kaspul Anwar.<br />
Tim Pracetak: Syuhada Rakhmani (Kepala), M<br />
Syahyuni, Aminuddin Yunus, Syaiful Bahri, Edi<br />
Susanto, Sri Martini, Kiki Amelia, Rahmadi, Ibnu<br />
Zulkarnain, Achmad Sabirin, Rahmadhani, Ahmad<br />
Radian, M Trino Rizkiannoor, M Denny Irwan<br />
Saputra, Samsudi.<br />
Biro <strong>Jakarta</strong>: Febby Mahendra Putra (Kepala),<br />
Domuara Ambarita, Murdjani, Antonius Bramantoro,<br />
Budi Prasetyo, Fikar W Eda, FX Ismanto, Johson<br />
Simandjuntak, Rahmat Hidayat, Yulis Sulistyawan,<br />
Choirul Arifin, Hendra Gunawan, Sugiyarto<br />
TAJUK<br />
Bibit Ketidakjujuran<br />
MUSIM peras otak siswa <strong>ke</strong>las akhir, baik<br />
tingkat SMP hingga SMA sederajat sudah dimulai.<br />
Praujicoba atau lazim disebut tryout ujian nasional<br />
(UN) pun sudah digelar, mulai tingkat provinsi<br />
hingga kabupaten dan kota. Meski data <strong>ke</strong>seluruhan<br />
belum tercatat, namun secara umum<br />
hasil ujicoba UN tingkat provinsi (Kalimantan Selatan)<br />
masih jauh dari memuaskan.<br />
Tidak sedikit sekolah di daerah ini semua<br />
siswanya tidak lulus dalam praujicoba UN tingkat<br />
provinsi. Bahkan, tidak sedikit pula sekolah unggulan<br />
banyak siswanya yang gagal. Meski hasil<br />
ujicoba bukanlah sebagai penentu, namun itu bisa<br />
menjadi tolak ukur gambaran <strong>ke</strong>mampuan siswa.<br />
Kondisi ini tentunya harus menjadi perhatian<br />
serius semua komponen yang terlibat di dalamnya.Tidak<br />
hanya guru, tapi juga para orangtua<br />
siswa harus benar-benar memperhatikan <strong>ke</strong>siapan<br />
putra-putrinya menghadapi ujian nasional<br />
yang dilaksanakan April mendatang.<br />
Seperti biasa, program tahunan Ujian Nasional<br />
selalu memunculkan persoalan. Anehnya , persoalan<br />
itu tidak pernah mamu terselsaikan selesai<br />
dengan baik. Tengok saja sistem penetapan nilai<br />
<strong>ke</strong>lulusan yang selalu memunculkan pro dan kontra<br />
di masyarakat. Belum lagi, kurikulum pendidikan<br />
yang saban tahun selalu berubah wujud. Dan, tahun<br />
2013 ini Kementerian Pendidikan Nasional memformulasikan<br />
kurikulum baru yang konon katanya<br />
jauh lebih baik dari yang sebelumnya.<br />
Selama ini ukuran baik itu hanya ada dalam<br />
pengertian dan pemahaman para pengampu <strong>ke</strong>bijakan<br />
di bidang pendidikan. Sebab, faktanya<br />
jujur harus kita katakan, dunia pendidikan di negeri<br />
kita ini serba membingungkan. Program kurikulum<br />
tidak pernah pasti seolah-olah menjadikan guru<br />
dan murid sebagai <strong>ke</strong>linci percobaan. Perubahan<br />
wujud kurikulum setiap tahunnya ujung-ujungnya<br />
tidak pernah memberikan peningkatan kualitas<br />
pendidikan di negeri ini.<br />
Kita bisa tengok hasil survei Trends in International<br />
Math and Science oleh Global Institute<br />
tahun 2007, hanya 5 persen siswa Indonesia<br />
yang mampu mengerjakan soal berkategori<br />
tinggi yang memerlukan penalaran. Bandingkan<br />
dengan siswa Korea yang sanggup mengerjakan<br />
soal berkategori tinggi mencapai 71 persen. Siswa<br />
Indonesia ternyata lebih jago dalam mengerjakan<br />
SUARA REKAN<br />
Samama Pohon ‘Surga’<br />
DESA Bubode, Gorontalo, di se<strong>ke</strong>lilingnya<br />
terdapat bukit-bukit ilalang dan beberapa pepohonan.<br />
Tapi sekitar akhir tahun 2012, tempat<br />
ini, di bagian tertentu ada yang disulap jadi Hutan<br />
Tanam Industri, berupa pohon Samama, Sengon,<br />
Akasia, yang <strong>ke</strong>semuanya untuk pasokan<br />
kayu.<br />
Menuju <strong>ke</strong> tempat ini, memang butuh perjuangan<br />
ekstra, jalan yang tersedia tidak seperti<br />
pada umumnya, beraspal mulus dengan dihiasi<br />
marka jalan.<br />
Masuk <strong>ke</strong> desa ini, bila berjalan kaki harus<br />
bersabar dan bermodal memendam<br />
tenaga besar, jaraknya<br />
jauh, butuh waktu<br />
satu jam setengah. Tetapi bila<br />
menggunakan <strong>ke</strong>ndaraan<br />
bermotor, hanya dapat ditempuh<br />
30 menit. Jalannya<br />
masih bertanah liat bergelombang dan berlubang,<br />
bila hujan jalan berkondisi buruk, becek,<br />
berlumpur dan bercadas.<br />
Belum lagi ada rintangan jembatan penghubung<br />
yang terbuat dari batang-batang pohon<br />
<strong>ke</strong>lapa. Walau berasal dari batang <strong>ke</strong>lapa, dijamin<br />
kuat untuk dilewati. Buktinya saat dilewati sebuah<br />
mobil x-trail bak terbuka bermuatan penumpang<br />
lebih dari lima, batang <strong>ke</strong>lapa masih<br />
kuat menahan, setia menghubungkan jalan<br />
jurang, berjasa memperlancar perjalanan menuju<br />
Desa Bubode.<br />
Setiba di lokasi tujuan, di punggung bukit desa<br />
bertemulah petani buruh, Harianto (40), sedang<br />
menata bibit pohon jabon. Secara bahasa ilmiah<br />
jenis pohon ini disebut Samama, kalau jabon<br />
itu bahasa lokal dari daerah Maluku.<br />
“Ya saya be<strong>ke</strong>rja di sini, tugasnya tanam<br />
pohon. Tiap harinya saya diberi upah sama per-<br />
Homepage: http//www.banjarmasinpost.co.id e-mail : redaksi@banjarmasinpost.co.id<br />
Banjarmasin Post Group<br />
Penasihat Hukum: DR Masdari Tasmin SH MH<br />
soal berkategori rendah yang hanya memerlukan<br />
hafalan yang menurut survei mencapai 78<br />
persen. Sementara siswa Korea bisa mengerjakan<br />
soal semacam itu hanya 10 persen.<br />
Lebih parah lagi indikator yang dipapar Programme<br />
for International Student Assessment<br />
(PISA) tahun 2009 menempatkan Indonesia di<br />
peringkat 10 besar paling buncit dari 65 negara.<br />
Kriteria penilaian mencakup <strong>ke</strong>mampuan kognitif<br />
dan <strong>ke</strong>ahlian siswa membaca, matematika, dan<br />
sains. Ternyata hampir semua siswa Indonesia<br />
cuma menguasai pelajaran sampai level 3. Sedangkan<br />
banyak siswa negara maju maupun<br />
ber<strong>ke</strong>mbang lainnya, menguasai pelajaran<br />
sampai level 4, 5, bahkan 6. Kesimpulannya,<br />
prestasi siswa Indonesia ter<strong>ke</strong>belakang.<br />
Mutu kualitas pendidikan secara nasional,<br />
tentunya juga menggambarkan kondisi riil di<br />
daerah. Ini bisa dilihat dari hasil sementara nilai<br />
<strong>ke</strong>lulusan pada ujicoba UN tingkat provinsi yang<br />
sangat-sangat jauh dari harapan. Sekali lagi,<br />
meski hasil itu bukan menjadi patokan, namun<br />
tetap saja menjadi tanda tanya besar kita semua<br />
terhadap kualitas pendidikan dan proses belajar<br />
mengajar di daerah ini.<br />
Celakanya, kondisi ini semakin dirusak oleh<br />
fenomena bocoran jawaban soal UN. Saban<br />
tahun, persoalan <strong>ke</strong>bocoran jawaban soal menjadi<br />
warna lain dari setiap pelaksanaan <strong>ke</strong>giatan<br />
ujian nasional. Mengapa terjadi fenomena seperti<br />
ini, dan selalu terjadi setiap tahun? Inilah fakta<br />
bahwa memang ada yang salah dalam dunia<br />
pendidikan kita. Munculnya fenomena model<br />
<strong>ke</strong>curangan seperti ini tidak bisa dilepaskan dari<br />
sistem pendidikan kita yang memang tidak<br />
pernah pasti.<br />
Ketidakpastian sistem telah menumbuhkan<br />
<strong>ke</strong>tidakpercayaan diri pada murid yang ujungnya<br />
memicu <strong>ke</strong>tidakjujuran. Ini tentu sangat berbahaya<br />
karena mulai di bangku sekolah murid sudah<br />
terperangkap dalam situasi <strong>ke</strong>tidakjujuran,<br />
curang, dan koruptif.<br />
Bibit-bibit sifat <strong>ke</strong>tidakbaikan ini tentu akan<br />
ber<strong>ke</strong>mbang sampai dewasa, dan memasuki<br />
dunia <strong>ke</strong>rja. Kalau bibit <strong>ke</strong>tidakjujuran seperti<br />
sudah menjadi bagian dari cara pandangnya,<br />
bagaimana nasib negara ini yang sudah begitu<br />
sesak dengan orang yang tidak jujur? (*)<br />
usahaan PT Gema Nusantara Jaya, dibayar sebesar<br />
Rp 40 ribu per hari,” ujar Harianto yang<br />
sudah tekuni hal ini selama lima bulan.<br />
Tiap harinya, Harianto bersahabat dengan<br />
bibit-bibit pohon dan tanah. Jika tidak, maka dirinya<br />
tidak peroleh upah <strong>ke</strong>rja. Maklumlah, pria berkulit<br />
sawo matang ini bukan pemilik lahan, hanya<br />
sebagai buruh penggarap. “Paling kalau hujan<br />
saja tidak <strong>ke</strong>rja. Hanya absen masuk <strong>ke</strong>rja,”<br />
tuturnya.<br />
Ia berbagi cerita soal pe<strong>ke</strong>rjaannya di perusahaan<br />
agrobisnis itu. Katanya, menanam pohon<br />
Samama itu tidak asal-asalan.<br />
Harus pakai sistematika,<br />
ada aturan prosedural<br />
bila ingin menghasilkan<br />
panen yang maksimal.<br />
Lalu bagaimana<br />
untuk proses penumbuhan<br />
pohon Sasama dari <strong>ke</strong>cambah menjadi bibit?<br />
Secara ilmiah, butuh waktu puluhan tahun<br />
untuk mendapatkan pohon yang siap dimanfaatkan.<br />
Perawatannya pun katanya butuh perlakuan<br />
khusus, jika tidak maka pohon tidak akan bisa<br />
hidup tinggi besar.<br />
Soal ini, ada seorang bernama Siswo Gimin<br />
(39), didatangkan langsung dari Solo, dipe<strong>ke</strong>rjakan<br />
di hutan tanam industri desa ini. Pria beranak<br />
dua ini diberi amanah untuk mengelola proses<br />
pertumbuhan pohon dari mulai <strong>ke</strong>cambah sampai<br />
jadi bibit pohon.<br />
Melihat aktivitas agrobisnis seperti itu,<br />
tentunya diharapkan mampu membawa <strong>ke</strong>sejahteraan<br />
masyarakat. Hal inilah yang ditegaskan<br />
secara langsung oleh Menteri Kehutanan Zulkifli<br />
Hasan di lokasi hutan tanam industri Gorontalo<br />
Utara <strong>ke</strong>pada petani-petani dan pemilik modal<br />
hutan industri. (*)<br />
Pemimpin Umum : HG (P) Rusdi Effendi AR<br />
Pendiri : Drs H J Djok Mentaya (1939-1994)<br />
Drs H Yustan Aziddin (1933-1995)<br />
HG (P) Rusdi Effendi AR<br />
Pemimpin Perusahaan:<br />
A Wahyu Indriyanta<br />
General Manager Percetakan: A Wahyu Indriyanta<br />
Asisten General Manager Percetakan : Suharyanto<br />
Wakil PP (Bidang Humas dan Promosi): M Fachmy Noor<br />
Asisten Manajer Iklan : Helda Annatasia (08115803012)<br />
Manajer Sirkulasi : Riadi (08115003012)<br />
Alamat: Gedung HJ Djok Mentaya, Jl AS Musyaffa No 16<br />
Banjarmasin 70111, Telepon (0511) 3354370<br />
Fax 4366123, 3353266, 3366303<br />
Bagian Redaksi: Ext 402-405 ; Bagian Iklan: Ext. 113, 114<br />
Bagian Sirkulasi: Ext. 116, 117<br />
Pengaduan Langganan: 08115000117 (0511) 3352050<br />
Biro <strong>Jakarta</strong>-Persda: Redaksi, Jl Pal Merah Selatan No<br />
12 Lantai II <strong>Jakarta</strong> 10270, Telp (021) 5483008, 5480888<br />
dan 5490666 Fax (021) 5495358<br />
Perwakilan Surabaya: Jl Raya Jemursari 64 Surabaya, Telp<br />
(031) 8471096/ 843428, Fax (031) 8471163<br />
Biro Banjarbaru: Jl Mister Cokrokusumo Kav 15-17<br />
Widya Chandra Utama, Cempaka, Kota Banjarbaru Telp<br />
(0511) 4780355 Fax (0511) 4780356, Biro Palangka Raya:<br />
Jl Tjilik Riwut Km.2,5 Palangka Raya, Telp (0536) 3242361<br />
Tarif Iklan:<br />
Display Umum: Hitam Putih (BW): Rp 22.500/mmk<br />
Berwarna (FC): Rp 45.000/mmk<br />
Display Halaman 1: Hitam Putih (BW): Rp 45.000/mmk<br />
Berwarna (FC): Rp 90.000/mmk<br />
Iklan kolom/Duka Cita: Hitam Putih (BW):<br />
Rp 15.000/mmk Berwarna (FC): Rp 30.000/mmk<br />
Iklan Kuping: (FC) Rp 100.000/mmk<br />
Iklan Baris: (FC) Rp 20.000/baris:<br />
(BW): Rp 15.000/baris<br />
Iklan Satu Kolom : (FC)Rp 30.000/mmk, (BW):<br />
Rp15.000/mmk<br />
Catatan: Harga belum termasuk PPN 10%.<br />
Harga Langganan: Rp 75.000/bln<br />
Percetakan: PT Grafika Wangi Kalimantan<br />
Alamat: Lianganggang Km 21 Landasan Ulin Selatan<br />
Banjarbaru<br />
Telepon (0511) 4705900-01<br />
Isi di luar tanggung jawab percetakan<br />
Setiap arti<strong>ke</strong>l/tulisan/foto atau materi apa pun yang telah dimuat di<br />
harian “Banjarmasin Post” dapat diumumkan/dialihwujudkan<br />
<strong>ke</strong>mbali dalam format digital maupun nondigital yang tetap<br />
merupakan bagian dari harian “Banjarmasin Post”.<br />
WARTAWAN “BANJARMASIN POST GROUP” SELALU DIBEKALI TANDA PENGENAL DAN TIDAK<br />
DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APA PUN DARI NARASUMBER.<br />
perkoran @ <strong>ScraperOne</strong> & Kaskus<br />
Mitos ‘Tahun Politik’<br />
Telah Lahir<br />
E<br />
ntah siapa yang memulai,<br />
hingga seorang<br />
presiden ikut<br />
mengukuhkan tahun<br />
2013-2014 sebagai<br />
tahun politik. Tahun<br />
yang secara interpretasi bisa<br />
sangat luas cakupan dan pengertiannya.<br />
Boleh jadi, tahun politik<br />
hanyalah istilah politik yang<br />
beradaptasi dengan prilaku<br />
politik kita yang selalu menunggu<br />
momentum.<br />
Sejatinya, tahun politik hanyalah<br />
manifestasi sebuah<br />
proses suksesi, tahun peralihan<br />
<strong>ke</strong>kuasaan dan pertanggungjawaban<br />
<strong>ke</strong>bijakan. Tahun<br />
yang mensyaratkan adanya<br />
pergantian <strong>ke</strong>pemimpinan<br />
nasional secara konstitusional<br />
melalui penyelenggaraan<br />
pemilihan umum.<br />
Sesuatu yang lazim dan<br />
rutinitas biasa dalam iklim<br />
demokrasi multipartai yang<br />
kita usung. Sebagai bagian dari<br />
potongan puzzle dialektika<br />
politik dalam upaya berjitihad<br />
membangun peradaban yang<br />
lebih baik dalam ranah berbangsa<br />
dan bernegara.<br />
Apa yang terjadi pada hari<br />
ini adalah persoalan penegakan<br />
hukum dan tranformasi<br />
politik di Indonesia coba diseret<br />
pada pendulum waktu<br />
yang dinamakan tahun politik.<br />
Semua sistem dikooptasi<br />
menjadi sebuah periode waktu<br />
tertentu. Seolah ada pembenaran,<br />
tahun politik adalah<br />
tahun dimana kita bisa saling<br />
sandera, saling serang dan<br />
be<strong>ke</strong>rja maksimal demi mendapatkan<br />
simpati publik. Tahun<br />
politik yang kita lihat sebagai<br />
gerakan perubahan tidak<br />
lebih hanya fatamorgana<br />
politik dan permufakatan<br />
semu.<br />
Kambing punya susu, sapi<br />
punya nama. Tahun politik<br />
hanya menjadi kambing hitam<br />
atas buruknya penegakan<br />
hukum dan bobroknya<br />
moralitas para elit saja. Proses<br />
hukum bukan terjadi karena<br />
hukum harus ditegakkan biarpun<br />
langit akan runtuh. Tetapi,<br />
hukum tegak karena ada<br />
intervensi <strong>ke</strong>kuasaan dan proses<br />
bergaining akibat pecah<br />
kongsi.<br />
Beginilah mitos dan <strong>ke</strong>celakaan<br />
sejarah bernama ‘tahun<br />
politik’ yang terus berulang<br />
Oleh:<br />
Syaipul Adhar SE ME<br />
Deklarator Forum<br />
Peduli Banua<br />
pada setiap perjalanan periode<br />
transisi <strong>ke</strong>kuasaan.<br />
Amatlah tidak elok, amanah<br />
dan <strong>ke</strong>percayaan rakyat<br />
justru efektif <strong>ke</strong>tika hanya<br />
memasuki tahun politik. Fakta<br />
integritas dan tobat nasional<br />
justru dilakukan <strong>ke</strong>tika pimpinan<br />
parpol terjerat kasus<br />
hukum.<br />
Tulisan Opini bisa dikirim <strong>ke</strong> email: redaksi@banjarmasinpost.co.id (Maksimal 5.000 karakter tanpa spasi). Sertakan nama, alamat lengkap, nomor telepon,<br />
nomor re<strong>ke</strong>ning dan fotokopi (KTP). Opini yang terbit akan kami berikan imbalan <strong>ke</strong> nomor re<strong>ke</strong>ning penulis. Terima kasih.<br />
Arti<strong>ke</strong>l yang masuk batas waktu pemuatannya maksimal dua minggu.<br />
Bupati dan Wali Kota Tuntut Naik Gaji<br />
SIAPA yang tidak<br />
mau naik gaji?<br />
Semua orang pasti<br />
ingin jika gaji dan<br />
semua tunjangan<br />
hidup dinaikan.<br />
Sangat memprihatinkan<br />
jika<br />
<strong>ke</strong>naikan gaji itu<br />
diminta oleh pejabat<br />
setingkat bupati dan<br />
wali kota yang<br />
notabenenya mempunyai<br />
pendapatan<br />
yang sudah sangat<br />
layak.<br />
Sungguh hal yang<br />
jika dipikirkan sangat<br />
kurang pas, meng-<br />
Dalam membentuk<br />
tata pemerintahan<br />
yang baik dan<br />
berkualitas, mitos<br />
ini adalah bagian<br />
ijtihad yang salah<br />
kaprah. ‘Tahun<br />
politik’ adalah<br />
bagian dari bid’ah<br />
demokrasi yang<br />
tidak jelas dasar<br />
hukumnya.<br />
Sudah seharusnya, penegakan<br />
hukum adalah penegakan<br />
hukum bukan karena<br />
dorongan politik atau diseret<br />
pada <strong>ke</strong>pentingan lain. Kasus<br />
Hambalang, Lumpur Lapindo,<br />
Century, BLBI, Blok Mahakam<br />
dan Privatisasi Asset<br />
adalah beberapa kasus yang<br />
puncanya berada pada <strong>ke</strong>putusan<br />
politik dan <strong>ke</strong>kuasaan<br />
semata.<br />
Bagi Banua<br />
Mengacu pada pemilukada<br />
gubernur, bupati/ wali kota,<br />
maka berdasarkan asumsi di<br />
atas, ‘tahun politik’ di banua<br />
akan jatuh pada tahun 2014-<br />
2015. Walaupun pada <strong>ke</strong>nyataannya,<br />
efek getaran dan virusnya<br />
sudah masuk <strong>ke</strong> banua.<br />
Tercatat, sudah dua petinggi<br />
partai politik yang tersangkut<br />
kasus hukum dan berproses,<br />
bahkan memberikan nuansa<br />
baru bagi iklim demokrasi<br />
dan penegakan hukum di<br />
Banua. Pengunduran diri pimpinan<br />
parpol dan pejabat publik<br />
jika terkait kasus hukum<br />
perlu diapresiasi dengan baik.<br />
Pemeriksaan pejabat walaupun<br />
sedang menjabat adalah<br />
langkah maju bagi demokrasi<br />
Banua ini. Semoga prosesnya<br />
bukan karena pengaruh<br />
‘tahun politik’ atau desakan<br />
masyarakat.<br />
Jika politik dalam satu pendekatan<br />
dikatakan sebagai<br />
cara mencapai tujuan, maka<br />
persoalan politik bukan saja<br />
hanya terkait persoalan partai<br />
politik tetapi semua persoalan<br />
dialektika pengambilan <strong>ke</strong>bijakan<br />
yang terkait <strong>ke</strong>pentingan<br />
publik.<br />
Di Banua, ‘tahun politik’ tidak<br />
bisa di<strong>ke</strong>rucutkan pada<br />
persoalan partai politik saja.<br />
Sebagai bagian dari percaturan<br />
politik nasional, Banua kita<br />
pasti akan menjadi bagian dari<br />
siklus ‘tahun politik’, <strong>ke</strong>cuali<br />
Nangroe Aceh Darussalam<br />
yang mempunyai partai lokal<br />
dimana pimpinan pusat parpol<br />
berada di daerah.<br />
Selain persoalan byarpet<br />
listrik dan BBM yang sudah<br />
menjadi penyakit tahunan,<br />
persoalan terakhir yang membutuhkan<br />
energi berlebih<br />
adalah persoalan macet dan fly<br />
over. Apakah karena ‘tahun<br />
politik’ di Banua baru dimulai<br />
pada tahun depan, sehingga<br />
semua persoalan penting di<br />
atas tidak menjadi prioritas<br />
dan diakselerasi untuk diselesaikan.<br />
Sebagai daerah ber<strong>ke</strong>mbang<br />
dengan potensi ekonomi<br />
yang terus membaik, independensi<br />
<strong>ke</strong>bijakan dalam hubungan<br />
Pemerintah Pusat -<br />
Daerah adalah wajib hukum-<br />
Gaji Naik Rakyat Menjerit<br />
ingat banyaknya<br />
masyarakat yang<br />
masih berpenghasilan<br />
rendah.<br />
Untuk makan seharihari<br />
saja harus<br />
be<strong>ke</strong>rja <strong>ke</strong>ras<br />
mengais rezeki,<br />
bahkan upah yang<br />
didapat terkadang di<br />
bawah UMR yang<br />
telah ditetapkan<br />
Pemerintah.<br />
Ingat wahai<br />
<strong>ke</strong>pala daerah,<br />
jabatan kalian itu<br />
adalah amanat<br />
rakyat yang harus<br />
dijalankan dengan<br />
sebaik-baiknya.<br />
Kalian adalah<br />
pelayan bukan harus<br />
dilayani dengan<br />
berbagai fasilitas<br />
mewah yang membuat<br />
timbulnya<br />
<strong>ke</strong>cemburuan sosial.<br />
Gaji bupati/ wali<br />
kota boleh-boleh saja<br />
naik, asal diiringi<br />
dengan kualitas <strong>ke</strong>rja<br />
yang maksimal.<br />
Ingat jabatan itu<br />
amanah rakyat maka<br />
be<strong>ke</strong>rjalah dengan<br />
baik.<br />
Kami menunggu<br />
kinerja Anda. Semoga. (*)<br />
nya untuk terus ditingkatkan.<br />
Alokasi BBM dengan kuota<br />
yang terbatas, cadangan pembangkit<br />
listrik yang tidak memadai<br />
dan pembangunan fly<br />
over yang dipangkas dari 1,2<br />
kilometer dengan biaya Rp 450<br />
miliar menjadi “lawang se<strong>ke</strong>peng”<br />
sepanjang 400 meter<br />
dengan biaya Rp 150 miliar,<br />
adalah cermin betapa daya<br />
tawar Banua bagi Pemerintah<br />
Pusat adalah sangat <strong>ke</strong>cil.<br />
Terkait fly over, jika <strong>ke</strong>pentingannya<br />
adalah mengurangi<br />
macet, maka memotong<br />
panjang jembatan dengan<br />
alasan kurang dana adalah<br />
klise dan dibuat-buat. Dengan<br />
postur APBN lebih seribu<br />
triliun rupiah, persoalan Banua<br />
hanya dihadapkan <strong>ke</strong>pada<br />
komitmen dan rendahnya<br />
daya tawar untuk Anggaran<br />
Pendapatan Berbasis<br />
Negosiasi (baca; APBN).<br />
Sudah seharusnya sikap<br />
kita adalah menolak opsi pengurangan<br />
fly over, pilihannya<br />
harus jelas tolak atau bangun<br />
sesuai rencana awal. Akan<br />
tetapi, ‘mitos tahun politik’<br />
rupanya sudah menjadi bagian<br />
<strong>ke</strong>percayaan dari pemimpin<br />
kita di Banua.<br />
‘Tahun politik’ sebagai tahun<br />
pencitraan yang berlaku<br />
efektif pada satu hingga dua<br />
tahun terakhir masa jabatan,<br />
adalah gaya <strong>ke</strong>pemimpinan<br />
yang sangat dihindari oleh<br />
seorang Jokowi yang solutif<br />
dan membumi.<br />
Dalam membentuk tata<br />
pemerintahan yang baik dan<br />
berkualitas, mitos ini adalah<br />
bagian ijtihad yang salah kaprah.<br />
‘Tahun politik’ adalah bagian<br />
dari bid’ah demokrasi yang<br />
tidak jelas dasar hukumnya.<br />
Jika dimaknai sebagai momen<br />
perubahan dan be<strong>ke</strong>rja<br />
maksimal memenuhi <strong>ke</strong>pentingan<br />
publik, maka sudah<br />
seharusnya semua tahun kalender<br />
adalah ‘tahun politik’.<br />
Ketika seseorang yang dipercaya<br />
publik, diberikan<br />
amanah dan dilantik be<strong>ke</strong>rja<br />
untuk rakyat. Maka pada <strong>ke</strong>sempatan<br />
pertama itulah dia<br />
akan memaksimalkan semua<br />
potensi diri, melakukan<br />
percepatan dan be<strong>ke</strong>rja untuk<br />
rakyat sebagai problem<br />
solver. (*)<br />
hurriyahjannah@gmail.com<br />
Meneladani Kepemimpinan Umar Bin Khattab<br />
Eka Mardiyastuti<br />
Mahasiswa Unlam<br />
SEBAGAI wujud<br />
penghargaan, gaji<br />
memang tepat diberikan<br />
<strong>ke</strong>pada seseorang yang<br />
melakukan <strong>ke</strong>rja <strong>ke</strong>ras<br />
dalam melaksanakan<br />
<strong>ke</strong>wajibannya namun<br />
itupun juga harus<br />
proposional antara gaji<br />
dan <strong>ke</strong>rja <strong>ke</strong>rasnya.<br />
Gaji yang diterima<br />
para bupati/wali kota<br />
berkisar antara Rp 6 juta<br />
sampai Rp 7 juta/ bulan<br />
belum lagi ditambah<br />
tunjangan. Sekarang,<br />
sudahkah <strong>ke</strong>rja wakil<br />
rakyat kita membuahkan<br />
hasil yg<br />
memuaskan dalam<br />
mengayomi wilayah<br />
yang dipimpinnya?<br />
Kalau dikatakan<br />
<strong>ke</strong>naikan gaji nanti<br />
untuk menghindari<br />
korupsi, ini bukan solusi<br />
tepat. Karena walaupun<br />
dinaikkan, masih ada<br />
<strong>ke</strong>mungkinan korupsi<br />
menggrogoti, jika<br />
pribadi-pribadinya tidak<br />
ditopang akidah kuat.<br />
Tidak diragukan lagi,<br />
pemimpin kita sepantasnya<br />
meneladani <strong>ke</strong>pemimpinan<br />
Khalifah<br />
Umar bin Khattab yang<br />
arif, bijaksana dan adil<br />
dalam mengendalikan<br />
roda pemerintahan.<br />
Bahkan ia rela <strong>ke</strong>luarganya<br />
hidup dalam serba<br />
Taufiqurrahman, SPd<br />
Pemerhati Sosial Budaya Kota<br />
Banjarmasin<br />
<strong>ke</strong>kurangan demi<br />
menjaga <strong>ke</strong>percayaan<br />
masyarakat tentang<br />
pengelolaan <strong>ke</strong>kayaan<br />
negara. Bahkan Umar bin<br />
Khattab sering terlambat<br />
Salat Jumat hanya<br />
menunggu bajunya<br />
<strong>ke</strong>ring, karena dia hanya<br />
mempunyai dua baju.<br />
Kebijaksanaan dan<br />
<strong>ke</strong>adilan Umar bin<br />
Khattab ini dilandasi oleh<br />
<strong>ke</strong>kuatirannya terhadap<br />
tanggung jawabnya<br />
<strong>ke</strong>pada Allah SWT. Lalu,<br />
bagaimana dg pemimpin<br />
di wilayah kita saat ini?<br />
Seimbang kah atara<br />
permintaan naik Gaji dg<br />
hasil <strong>ke</strong>rja mereka? (*)<br />
Tema minggu depan: Bencana Diprediksi Mengadang Nusantara<br />
SAMPAIKAN komentar Anda maksimal 500 karakter secara santun <strong>ke</strong> redaksi@banjarmasinpost.co.id, disertai salinan kartu identitas diri<br />
dan foto (mohon jangan pasfoto). Komentar terbaik untuk tiap minggunya, mendapat <strong>ke</strong>nang-<strong>ke</strong>nangan manis dari BPost. Jadi, saatnya Anda<br />
bicara demi <strong>ke</strong>baikan bersama.