Majalah Santunan edisi November 2011 - Kementerian Agama Prov ...
Majalah Santunan edisi November 2011 - Kementerian Agama Prov ...
Majalah Santunan edisi November 2011 - Kementerian Agama Prov ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Laporan Utama<br />
Tgk. H. Imam Syuja’, Tokoh Muhammadiyah Aceh<br />
Usai Dzulhijjah Tetap Mekar<br />
Di antara hikmah ibadah qurban<br />
ialah mengendalikan nafsu hewaniah<br />
kita. Muaranya akan menjelma menjadi<br />
insan yang takwa. Berlawanan dengan<br />
jiwa yang takwa, dalam diri kita juga<br />
subur dorongan mendurhakai (fujur). Fa<br />
alhamaha fujuraha wa taqwaha, firman<br />
Allah SWt dalam Surat Asy-Syams ayat<br />
8. Diilhamkan (dianugerahkan) kita<br />
jalan kedurhakaan dan ketakwaan. Qad<br />
aflaha manzakkaha (QS. Asy-Syams: 9),<br />
sungguh beruntung kita yang memilih<br />
jalan penyucian.<br />
Qurban salah satu media penyucian<br />
Sering qurban yang diijabqabulkan<br />
masyarakat pada panitia atau orang tua<br />
kampung, lengkap dengan porsi dan nama<br />
orang yang bakal menerima. Anehnya,<br />
jatah untuk kerabat dan tetangga yang<br />
berkurban, sampai separuh hewan<br />
qurban, atau bahkan lebih. Padahal yang<br />
itu. Qurban akan meminimalisir perangai<br />
kebinatangan kita. Qurban selama<br />
Dzulhijjah, ajang merevitalisasi semangat<br />
memberi dan berbagi. Efek berbagi dan<br />
peduli tetap kelihatan seusai Hari Raya dan<br />
Tasyriq itu.<br />
Sosialisme yang dipesankan lewat<br />
qurban bukan cuma musim haji, bulan<br />
Dzulhijjah, melainkan seterusnya. Bulan<br />
ke 12 dalam tahun Hijriah itu, memupuk<br />
kembali solidaritas sosial kita, dan usai<br />
itu sikap tolong menolong dan bantu<br />
membantu itu tetap mekar, merekah.<br />
nyakub<br />
Tgk. H. M. Yahya Lahen,<br />
Tuha Peuet Grong-Grong (Krueng), Kemukiman Beuracan, Meureudu, Pidie Jaya<br />
Kadang Panitia Hanya Tukang Potong<br />
dikurbankan hanya kambing. Di sini<br />
memberi kesan, seakan-akan panitia hanya<br />
tukang potong qurban mereka. Jika begini,<br />
bagus sembelih saja dan bagi-bagi sendiri<br />
hewan ternak itu di halaman rumahnya.<br />
Mestinya padahal, hewan yang<br />
dihimpun panitia, dipotong sama-sama,<br />
baik kambing (biri-biri) maupun kerbau<br />
(lembu), lantas panitia yang mengatur<br />
pembagian, tentu menurut data calon<br />
penerima dari tiap-tiap gampong, jika<br />
penyembelihan itu di tingkat kemukiman.<br />
Kalau penyembelihan di tingkat gampong,<br />
justru lebih mudah lagi mengantar ke<br />
alamat, sebab lingkup distribusi lebih<br />
kecil. Jadi mestinya jangan sampai yang<br />
berkurban banyak mengatur pembagian,<br />
walaupun memang boleh sampai sepertiga,<br />
jatah untuk dibawa pulang. Tapi panitia<br />
juga jangan dijadikan cuma tukang potong<br />
kambing kita, di saat mereka juga mau<br />
berlebaran, sebagaimana pemiliki qurban.<br />
Hikmah lainnya, jika qurban kita dipotong<br />
bersamaan dengan hewan orang lain,<br />
walaupun sama-sama kambing atau samasama<br />
lembu ialah, agar yang berkurban<br />
menjadi boleh memakan alakadar dagingnya<br />
(ini kasus qurban nazar yang haram<br />
pemilik memakannya). Sebab sudah ber-<br />
10 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />
campur baur dagingnya dengan daging<br />
qurban yang lain. Kemungkinan boleh makan<br />
kembali daging qurban, ini menurut<br />
beberapa pendapat. Sebab siapa tahu qurban<br />
itu bukan lagi sunnat muakkad atau<br />
sunnat kifayah, tapi sudah wajib (nazar),<br />
yang menurut beberapa pendapat ulama,<br />
dengan lafal tertentu, seperti mengatakan<br />
“lembu ini akan saya kurbankan lebaran<br />
ini,” jadilah ia nazar, yang haram dimakan<br />
daingnya buat diri sendiri.<br />
Maka ada pendapat, bagus jangan<br />
suka menanyai seseorang yang menuntun<br />
hewan, mau diapakan dia. Sebab dia biasa<br />
akan menjawab, buat qurban, dijual, atau<br />
lainnya. Juga bagi yang membawa hewan,<br />
jika memang mau dikurbankan, jangan<br />
suka berkomentar ini dan itu. Baik diam<br />
saja. Sebab salah-salah omong, qurban<br />
yang sunnat muakkad atau ‘wajib’, jadi<br />
qurban nazar, menurut sebagian kalangan<br />
ulama, dengan lafal seperti di atas. Tak<br />
boleh tanya dan jawab ini, tentu merujuk<br />
pada kisah Ibrahim yang merencanakan<br />
akan ‘koh takue’ Ismail, yang tak satu<br />
pun manusia tahu waktu itu, kecuali Siti<br />
Hajar, itupun bukan suaminya yang kasih<br />
tahu, tapi (mungkin) setan. Wallahu a'lam<br />
nyakub