Majalah Santunan edisi Juli 2010 - Kementerian Agama Prov Aceh
Majalah Santunan edisi Juli 2010 - Kementerian Agama Prov Aceh
Majalah Santunan edisi Juli 2010 - Kementerian Agama Prov Aceh
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Umat Islam sempat tersentak<br />
dan murka saat Salman Rushdie<br />
memojokkan umat Islam lewat<br />
novelnya The Satanic Verses pada<br />
tahun 1988. Salah satu materi yang<br />
diangkatnya adalah keberadaan ayat<br />
setan dalam bacaan Nabi Muhammad<br />
saw. Namun tak dapat dipungkiri<br />
bahwa materi tentang ayat-ayat setan<br />
memang terdapat dalam khazanah<br />
Islam sendiri.<br />
Kaum muslimin meragukan<br />
kebenaran cerita ini karena tidak ada<br />
referensi dari Alquran. Juga tidak<br />
disebutkan oleh Ibn Ishaq dalam<br />
catatan yang paling awal dan paling<br />
terpercaya mengenai kehidupan<br />
Nabi Muhammad saw. Bahkan tidak<br />
tercantum dalam kumpulan hadits<br />
Bukhārī dan Muslim, (al-Qurtubi, t.th.:<br />
XII, 70).<br />
Meskipun diragukan namun<br />
riwayat tentang ayat setan -antara lain-<br />
telah termuat dalam Tafsīr al-Thabari,<br />
Tafsīr al-Kasyaf, dan Tafsīr Jalalayn.<br />
Mereka mengangkat tentang adanya<br />
ayat bisikan setan itu (gharānīq) saat<br />
menafsirkan ayat 52 surat al-Hajj.<br />
Dan Kami tidak mengutus sebelum<br />
kamu seorang rasul pun dan tidak<br />
(pula) seorang nabi, melainkan apabila<br />
ia mempunyai sesuatu keinginan,<br />
syaitan pun memasukkan godaangodaan<br />
terhadap keinginan itu, Allah<br />
menghilangkan apa yang dimasukkan<br />
oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan<br />
ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha<br />
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.<br />
(Q.S. al-Hajj: [22] 52).<br />
Secara semantik, pada ayat ini<br />
memang memungkinkan dipahami<br />
adanya potensi masuknya setan<br />
untuk menyisipkan bisikannya dalam<br />
Satanic Verses<br />
(Fenomena Penafsiran Ayat 52 Surat al-Hajj)<br />
Oleh Jabbar Sabil, MA<br />
wahyu Allah. Namun secara sintaksis<br />
dan munāsabah (kesesuaian ayat<br />
sebelum dan sesudahnya), ayat ini<br />
justru menjelaskan keterpeliharaan<br />
nabi dan rasul. Allah menghilangkan<br />
bisikan setan yang dilancarkan untuk<br />
menghalangi dakwah para nabi dan<br />
rasul. Namun saat menjelaskan asbāb<br />
al-nuzūl ayat, cerita tentang ayat setan<br />
pun muncul.<br />
Menurut al-Thabarī (juga Ibn Sa‘ad<br />
dan Zamakhsyarī), akibat membawa<br />
risalah Islam, Nabi Muhammad saw.<br />
dihindari oleh kaum dan kerabatnya<br />
sendiri, sehingga dalam perenungannya<br />
beliau berpikir; “Seandainya Allah<br />
menurunkan sesuatu yang membuat<br />
mereka tidak lari dariku...”. Pemikiran<br />
itu terus membayang sampai suatu<br />
hari beliau sedang berada di sekitar<br />
Ka‘bah dan membacakan surat al-<br />
Najm. Ketika sampai pada ayat 19<br />
dan 20, di sinilah setan menyelipkan<br />
bisikannya.<br />
Maka apakah patut kamu (hai orangorang<br />
musyrik) menganggap Al-Lata<br />
dan al-Uzza, dan Manah yang ketiga,<br />
34 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
yang paling terkemudian (sebagai<br />
anak perempuan Allah). (Q.S. al-Najm:<br />
[53] 19-20).<br />
Setan menyelipkan dua kalimat<br />
berikut: (Lihat Ibn Sa‘ad, Thabaqāt<br />
al-Kubrā, Beirut: Dār Sadr, 1985, hal.<br />
205).<br />
Demikianlah gharānīq yang tinggi, dan<br />
sungguh perantaraannya diharapkan.<br />
Kemudian Nabi Muhammad saw.<br />
melanjutkan bacaan keseluruhan<br />
surat, lalu melakukan sujud tilawah,<br />
maka bersujudlah seluruh kaumnya<br />
yang hadir di situ. Bahkan Wālid<br />
ibn Mughīrah mengangkat tanah ke<br />
dahinya sebagai ganti sujud, karena<br />
ia sudah tua renta dan tak sanggup<br />
bersujud. Ada yang mengatakan<br />
yang mengangkat tanah adalah Abū<br />
Uhayhah (Sa‘īd ibn al-‘Ash). Sebagian<br />
mengatakan keduanya melakukan hal<br />
yang sama karena sudah renta.<br />
Orang Quraysy sangat setuju dengan<br />
apa yang di bacakan Muhammad<br />
dan mereka berkata: “Sungguh kami<br />
mengakui bahwa Allah menghidupkan<br />
dan mematikan, menciptakan dan<br />
memberi rezeki. Tetapi Tuhan kami