F/A Telkom Editorial Ina
F/A Telkom Editorial Ina
F/A Telkom Editorial Ina
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
44<br />
TELKOM 2002<br />
Kas bersih yang digunakan untuk kegiatan pendanaan adalah Rp 1.662,81 milyar tahun 2001 dan<br />
Rp 2.670,22 milyar tahun 2002. Kegiatan pendanaan kas terutama untuk pembayaran cicilan hutang<br />
jangka panjang dan pembayaran dividen tunai. Kenaikan pada kas bersih untuk pendanaan pada tahun<br />
2002 adalah sejalan dengan meningkatnya pembayaran hutang yang dilakukan pada tahun tersebut.<br />
Investasi<br />
Investasi<br />
Investasi<br />
Pada tahun 2002 TELKOM mengeluarkan Rp 2,1 trilyun untuk kegiatan investasi. Dari jumlah tersebut,<br />
dibelanjakan untuk pembangunan infrastruktur sebesar Rp 1.200,0 milyar, untuk pengembangan bisnis<br />
infocom sebesar Rp 738,1 milyar, dan untuk pengembangan sarana pendukung sebesar Rp 140,2 milyar.<br />
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur<br />
Infrastruktur<br />
Rencana investasi untuk pengembangan infrastruktur tahun 2003 adalah sebesar Rp 3.404,10 milyar<br />
yang dialokasikan sebagai berikut:<br />
• Rp 1.360,10 milyar untuk pengembangan jaringan transmisi, termasuk jaringan transmisi serat optik<br />
di Jakarta dan Surabaya, jaringan back-bone/long haul transmission network di pulau Sumatra dan<br />
tambahan ground satellite segment di Jakarta.<br />
• Rp 2.044,0 milyar untuk infrastruktur jaringan akses, termasuk jaringan tetap kabel serat optik dan<br />
kabel tembaga, serta jaringan nirkabel CDMA.<br />
Pengembangan Pengembangan Bisnis Bisnis InfoCom<br />
InfoCom<br />
Rencana investasi untuk pengembangan bisnis InfoCom tahun 2003 adalah sebesar Rp 479,60 milyar<br />
dengan alokasi sebagai berikut:<br />
• Rp 222,10 milyar untuk pengembangan layanan Phone-Net, mencakup penambahan kapasitas<br />
sentral, peningkatan kualitas layanan termasuk layanan nilai-tambah, software upgrade serta<br />
peningkatan sistem mekanikal maupun elektrikal<br />
• Rp 8,4 milyar untuk pengembangan layanan View-Net atau TV Kabel, mencakup sistem HFC (hybrid<br />
fibre/coax) dan CATV<br />
• Rp 95,20 milyar untuk pengembangan layanan Inter Net, termasuk untuk penambahan titip akses<br />
VoIP, Internet Multiplexing (IMUX) systems untuk internet dan akses data, Internet Data Center<br />
(IDC), layanan nilai tambah internet seperti e-commerce B2B<br />
• Rp 153,90 milyar untuk pengembangan layanan Services-Net mencakup fasilitas call center, sistem<br />
billing, dan proyek business enterprise yang ditujukan pada pelanggan korporat 20% terbesar.<br />
Pengembangan Pengembangan Sarana Sarana Sarana Pendukung<br />
Pendukung<br />
Rencana dana investasi tahun 2003 untuk pengembangan sarana pendukung adalah sebesar Rp 195,90<br />
milyar, yaitu untuk membiayai kegiatan riset dan pengembangan, perbaikan dan pembangunan fasilitas<br />
gedung dan kantor.<br />
RISIKO-RISIKO YANG DIHADAPI PERSEROAN<br />
1. 1. Risiko Risiko Pengembangan Pengembangan Usaha<br />
Usaha<br />
Dalam upaya mempertahankan pangsa pasar yang ada di era kompetisi, TELKOM telah menetapkan<br />
bisnis utamanya menjadi ‘full service & network provider’. Untuk mewujudkan sasaran tersebut<br />
TELKOM akan mulai menitikberatkan layanannya ke jasa multimedia dan jasa lainnya sebagai<br />
dukungan terhadap jasa-jasa telepon tidak bergerak dan bergerak selular yang sudah ada. Di samping<br />
itu, TELKOM mempertimbangkan untuk masuk ke bisnis sambungan langsung internasional<br />
(International Direct Dialing - “IDD”) setelah memperoleh izin operasional dari Pemerintah.<br />
Implementasi dari keseluruhan sasaran bisnis tersebut akan berpengaruh terhadap sumber-sumber<br />
daya dan dana yang dimiliki TELKOM.<br />
2. 2. Risiko Risiko Regulasi<br />
Regulasi<br />
Undang-undang nomor 36/1999 tentang Telekomunikasi (Undang Undang Telekomunikasi”) telah<br />
mensyaratkan adanya beberapa peraturan pelaksanaan antara lain tentang liberalisasi industri<br />
telekomunikasi, operator baru dan perubahan struktur industri yang kompetitif. Namun dalam<br />
implementasinya masih terdapat ketidakjelasan yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini:<br />
• Interkoneksi<br />
Interkoneksi<br />
Interkoneksi<br />
Berdasarkan Undang Undang Telekomunikasi, dalam hal TELKOM melaksanakan interkoneksi<br />
dengan operator telekomunikasi lainnya maka wajib dituangkan dalam suatu perjanjian<br />
interkoneksi. Saat ini, kemampuan <strong>Telkom</strong> untuk menegosiasikan perjanjian interkoneksi<br />
dimaksud dibatasi oleh beberapa peraturan pelaksanaan mengenai tarif interkoneksi, yang<br />
menentukan pengenaan tarif interkoneksi dengan sistem bagi hasil. Sejalan dengan era