Chapter II.pdf - USU Institutional Repository
Chapter II.pdf - USU Institutional Repository
Chapter II.pdf - USU Institutional Repository
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
2.1 Tinjauan Umum<br />
2.1.1 Pengertian Judul<br />
Nurtia Rahmat (070406012)<br />
BAB <strong>II</strong><br />
DESKRIPSI PROYEK<br />
Pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri. Kata santri<br />
berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansekerta) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru,<br />
yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang<br />
disebut Pawiyatan. Istilah santri juga ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji,<br />
sedang C. C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam<br />
bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli<br />
kitab suci agama Hindu.Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik)<br />
dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat<br />
pendidikan manusia baik-baik<br />
kata “pesantren” berasal dari kata “santri” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran<br />
“an” yang berarti tempat tinggal santri (Zamakhsyari Dhoefier, 1984, hal 18, Tradisi<br />
Pesantren, studi Tentang Pandangan Hidup Kyai). Secara definitif KH. Imam Zarkasyi<br />
(pendiri Pondok Modern Daarussalam Gontor), mengartikan pesantren sebagai lembaga<br />
pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, di mana kiyai sebagai figur sentralnya,<br />
mesjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam dibawah<br />
bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.<br />
Secara singkat pesantren bisa juga dikatakan sebagai laboratorium kehidupan, tempat<br />
para santri belajar hidup dan bermasyarakat dalam berbagai segi dan aspeknya secara teknis,<br />
pesantren adalah tempat di mana santri tinggal. (Abdurrahman Wahid, Menggerakkan<br />
Tradisi; Esai-esai Pesantren, (Yogyakarta: LKIS,2001,cet-ke-1,h,17).<br />
gretz (1960, hal 178) mengartikan dalam bahasa sanskerta “shastri” yang telah di<br />
tetapkan menjadi “sastri” bermakna:<br />
• Dalam arti sempit: seorang pelajar ekolah agama yang bermukim pada suatu tempat<br />
yang di sebut pondok
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
• Dalam arti luas: identitas seseorang sebagai bagian dari varian komunitas penduduk<br />
jawa yang menganut Islam secara konsekuen<br />
Mahmud Yunus (Mahmud Yunus, Op.Cit, h, 231), mendefinisikan sebagai tempat<br />
santri belajar agama Islam.<br />
Definisi pesantren yang dikemukakan oleh Imam Zarkasyi (pendiri Pondok Modern<br />
Daarussalam Gontor) sama dengan definisi yang dikemukakan oleh Zamakhsyari Dhofier<br />
dalam menentukan elemen-elemen pesantren, seperti: Kiyai, santri, masjid, pondok, dan<br />
pengajaran agama Islam.<br />
Walaupun sama dalam menentukan elemen-elemen pesantren, namun keduanya<br />
mempunyai perbedaan dalam menentukan materi pelajaran dan metodologi pengajaran.<br />
Zamakhsyari menentukan materi pelajaran pesantren hanya terbatas pada kitab-kitab klasik<br />
dengan metodologi pengajaran tradisional, yaitu sorogan dan wetonan,7 sedangkan Imam<br />
Zarkasyi tidak membatasi materi pelajaran pesantren dengan kitab- kitab klasik serta<br />
menggunakan metodologi pengajaran sistem klasikal (madrasi).<br />
Demikianlah pesantren didefinisikan oleh pengamatnya baik yang barasal dari dalam<br />
maupun dari luar pesantren, di mana variasi yang dihasilkan merupakan suatu keniscayaan<br />
yang tidak dapat dipungkiri. Hal tersebut disebabkan perbedaan semacam itu, jusrtu semakin<br />
menambah khazanah dan wacana yang sangat diharapkan secara akademis<br />
kata “modern” berkaitan dengan sIstem dan metode pengajaran serta kurikulum pada<br />
pesantren. Dari uraian diatas, maka yang dimaksud pesantren modern adalah lembaga<br />
pendidikan Islam yang berusaha mengintegrasikan secara penuh system klasikal dan sekolah<br />
ke dalam pondok pesantren dengan menyelenggarakan pendidikan formal dan nonformal<br />
dengan pola fisik pondok pesantren yang telah berkembang. Dimana para santri/ah tinggal<br />
bersama dibawah bimbingan para kyai, ustad atau guru.<br />
kata “Medan” merupakan suatu tempat atau lokasi yang berada d sumatera utara, dan<br />
merupakan ibu kota dari propinsi ini. Medan merupakan kota tempat berdirinya pesantren<br />
ini.<br />
2.1.2 Asal Usul Pesantren Dan Sejarah Perkembangan Pesantren<br />
Pesantren atau yang lebih dikenal dengan pondok pesantren adalah lembaga<br />
pendidikan Islam tradisional tertua di Indonesia. Menurut para ahli, lembaga pendidikan ini<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
sudah datang sebelum Islam datang ke Indonesia. Hal ini dikemukakan oleh I. J. Brugman<br />
dan K. Meys, yang menyimpulkan dari tradisi pesantren seperti, penghormatan santri kepada<br />
kiyai, tata hubungan keduanya yang tidak didasarkan kepada uang, sifat pengajaran yang<br />
murni agama dan pemberian tanah oleh negara kepada para guru dan pendeta. Gejala lain<br />
yang menunjukkan azas non-Islam pesantren tidak terdapat di negara-negara Islam.<br />
Pesantren dilihat dari segi bentuk dan sistemnya, berasal dari India. Sebelum proses<br />
penyebaran Islam di Indonesia sistem tersebut telah dipergunakan secara umum untuk<br />
pengajaran dan pendidikan agama Hindu di Jawa. Kemudian pendidikan ini diislamisasikan<br />
tanpa meninggalkan tradisi yang ada. Perbedaan yang mendasar ialah pada masa Hindu<br />
pendidikan tersebut hanya milik kasta tertentu, sedang pada masa Islam, pendidikan tersebut<br />
milik setiap orang tanpa memandang keturunan dan kedudukan, karena dalam pandangan<br />
Islam seluruh manusia merupakan umat yang egaliter.<br />
Karena itu Islam dapat diterima oleh masyarakat dan pesantren dapat berkembang,<br />
oleh karena itu pesantren merupakan salah satu bentuk kebudayaan asli Indonesia.<br />
Tentang kehadiran pesantren secara pasti di Indonesia pertama kalinya, di mana, dan<br />
siapa pendirinya tidak dapat diperoleh keterangan yang pasti. Ada pendapat yang<br />
maengatakan, pesantren pertama kali didirikan oleh Syeikh Maulana Malik Ibrahim. Beliau<br />
adalah ulama yang berasal dari Gujarat, India agaknya tidak sulit baginya untuk mendirikan<br />
pesantren karena sebelumnya sudah ada perguruan Hindu-Budha dengan sistem biara asrama<br />
sebagai tempat belajar mengajar. Dan mempunyai persamaan dengan pendidikan di India.<br />
Meski begitu, tokoh yang dianggap berhasil mendirikan dan mengembangkan pesantren<br />
dalam arti yang sesungguhnya adalah Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Ia mendirikan<br />
pesantren di Kembang Kuning, yang pada waktu didirikan hanya memiliki tiga orang santri,<br />
yaitu: Wiryo Suroyo, Abu Hurairah, dan Kyai Bangkuning. Kemudian ia pindah ke Denta,<br />
Surabaya, dan mendirikan pesantren di sana, dan akhirnya beliau dikenal dengan sebutan<br />
Sunan Ampel. Sunan Ampel diambil menantu oleh penguasa Tuban bernama Ario Tejo. Di<br />
sini dapat disimpulkan adanya hubungan yang mesra antara ulama dan umara. Hubungan ini<br />
dijalin dengan da’wah, selain itu Ario Tejo membutuhkan bantuan sunan Ampel untuk<br />
mengamankan daerah Tuban, Gresik, dan Surabaya, sebagai kunci kemakmuran negara.<br />
Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan Pesantren Ampel Denta pada dasarnya<br />
didukung oleh beberapa faktor, Pertama, letaknya yang strategis di pintu gerbang utama<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Majapahit, sehingga mau tidak mau mesti bersinggungan langsung dengan sirkulasi<br />
perdagangan Majapahit, karena seluruh kapal dari dan ke Majapahit mesti melewati<br />
pelabuhan Surabaya.<br />
Kedua, lembaga pendidikan tersebut mirip dengan pendidikan sebelumnya. Ketiga,<br />
lembaga pendidikan tersebut dapat diikuti oleh setiap orang tanpa memandang keturunan dan<br />
kedudukan.<br />
Pada awal berkembangnya, ada dua fungsi pesantren, pertama, sebagai lembaga<br />
pendidikan. Kedua, sebagai lembaga penyiaran agama. Kendati kini telah banyak perubahan<br />
yang terjadi namun inti fungsi utama itu masih melekat pada pesantren. kurang dari 1.853<br />
buah dengan jumlah santri tidak kurang 16.500 orang. Kemudian suatu survai yang<br />
diselenggarakan oleh kantor Shumubu ( Kantor Urusan Agama ) pada masa Jepang tahun<br />
1942 jumlah pesantren bertambah menjadi 1.871 buah, jumlah tersebut belum dijumlah<br />
dengan pesantren di luar Jawa dan pesantren-pesantren kecil. Pada masa kemerdekaan jumlah<br />
pesantren terus bertambah, berdasarkan laporan Departemen Agama RI tahun 2001 jumlah<br />
pesantren di Indonesia mencapai 12.312 buah.<br />
Perkembangan pesantren terhambat ketika Bangsa Eropa datang ke Indonesia untuk<br />
menjajah. Hal ini terjadi karena pesantren bersikap non-kooperatif bahkan mengadakan<br />
konfrontasi terhadap penjajah. Akibat dari sikap tersebut maka pemerintah kolonial ketika itu<br />
mengadakan kontrol dan pengawasan yang ketat terhadap pesantren. Setelah Indonesia<br />
merdeka, pesantren tumbuh dan berkembang dengan pesat. Ekspansi pesantren juga bisa<br />
dilihat dari pertumbuhan pesantren yang semula hanya rural based institution kemudian<br />
berkembang menjadi pendidikan urban. Lihatlah kemudian pesantren tumbuh di Ibukota<br />
Jakarta seperti Pondok Pesantren Darun Najah, Darul Rahman, As-Shiddiqiah, dan lain-lain.<br />
Bahkan kini pesantren bukan hanya milik organisasi tertentu tetapi milik umat Islam<br />
Indonesia.<br />
Adapun Faktor Penyebab Timbulnya Pesantren adalah:<br />
Pada kenyataannya, pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dengan ciri khas<br />
Indonesia. Di negara-negara Islam lainnya tidak ada lembaga pendidikan yang memiliki ciri<br />
dan tradisi persis seperti pesantren, walau mungkin ada lembaga pendidikan tertentu di<br />
beberapa negara lain yang dianggap memiliki kemiripan dengan pesantren, seperti ribâth,<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
sakan dâkhilî, atau jam’iyyah. Namun ciri pesantren yang ada di Indonesia jelas khas<br />
keindonesiaannya karena berhubungan erat dengan sejarah dan proses penyebaran Islam di<br />
Indonesia.<br />
Sejak tahap-tahap awal pengembangan Islam di Nusantara, para ulama pelaksana misi<br />
dakwah Islam (du’ât ilallâh), termasuk Wali Songo, telah melakukan dakwah di tengah<br />
bangsa kita melalui pendekatan beraneka ragam: ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, dan<br />
lain sebagainya. Pelaksanaan dakwah ini, pada mulanya mereka lakukan dengan cara<br />
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain (as-safar wat-tajwwul). Dengan cara<br />
ini, mereka mampu menangani langsung problem umat secara kondisional dan regional,<br />
sehingga Islam kemudian dikenal dan dipeluk oleh berbagai lapisan masyarakat dan suku di<br />
Nusantara.<br />
Tetapi cara ini tidak bisa terus mereka lakukan. Seiring dengan usia yang semakin<br />
menua, para du’ât itu pun mulai menetap di suatu tempat guna melakukan pembinaan umat<br />
dan kaderisasi calon-calon du’ât di tempat mereka masing-masing. Mereka berdomisili,<br />
melaksanakan dakwah dan pendidikan. Para du’ât yang memilih jalur pendidikan ini<br />
kemudian melahirkan banyak lembaga yang bernama “pesantren”, dan mereka pun mulai<br />
disebut ”Kiai”.<br />
2.1.3 Perkembangan Pesanten Di Sumatera Utara<br />
Pesanten tertua di sumatera utaraadalah Musthofawiyah, purba baru, Tapanuli Selatan<br />
yang didirikan antara tahun 1915-1920. Pada tanggal 15 mei 1918, masyarakat tapanuli sudah<br />
mendirikan sekolah untuk pendidikan agama yaitu “Maktab Islamiyah Tapanuli”, kemudian<br />
mendirikan “debating club” (1928). Anggota-anggotanya mendirikan “Jamatul Wasliyah” di<br />
medan sebagai badan umum bagi kegiatan dibidang Agama dan sosial dengan tokohnya yang<br />
paling penting bernama: Mohammad Yunus<br />
Melalui debating club, yang di dalamnya sudah terjalin hubungan antara madrasah<br />
dan sekolah, maka beberapa diantara mereka menggabungkan diri dengan Jamatul Waliyah di<br />
medan. Demikian juga bebrapa tokoh yang berasal dari luar kota medan yang sudah memiliki<br />
lembaga pendidikan, sehingga dengan adanya penggabungan ini berarti madrasah melakukan<br />
re-organisasi kurikulum dengan memasukkan system klasikal.<br />
Pada tahun 1934 disusun peraturan umum untuk melakssanakan inspeksi terhadap<br />
madrasah, serta sebelum tahun 1940 sudah disusun peraturan pusat untuk mengadakan ujian<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
dan pemberian ijazah yang dikeluarkan kantor pusat di Medan. Perkembangan ini<br />
menggunakan 2 sistem pendidikan sebagai berikut:<br />
1. Mendirikan sekolah swasta dengan system “Gubernemen”, disamping pelajaran umum,<br />
serta ditambah dengan pelajaran agama<br />
2. Mendirikan sekolah agama yang hanya sedikit menambah pelajaran umum.<br />
Jadi dengan melihat sejarah perkembangannya maka dapat dikatakan ke-2 sistem pendidikan<br />
tersebut sudah sikembangkan sebelum tahun 1940 (K.A Steen Brink, 1994, 97)<br />
Pesantren di sumatera utara tergolong masih muda usianya bermula sekitar abad ke<br />
20. Saat ini pesantren di Sumatera Utara semakin berkembang, dimana jumlah yang terdaftar<br />
di Departemen Agama Propinsi Sumatera Utara tahun 2007 sebanyak 211 buah pesantren<br />
(data pemko medan 2007)<br />
Pesantren di Sumatera Utara umumnya adalah pesantren khalafi atau pesantren<br />
modern. Pesantren di sumatera utara memiliki hubungan dengan pesantren yang lain, karena<br />
dari sejak awal berdiri tidak mengenal santri pengelana.<br />
2.1.4 Sistem Pendidikan Pesanten<br />
Arifin (Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Biona Aksara.1995)<br />
Cet, ke-3, h,257, 1993:3) yang dikutip dari syarif (1993:3) mengemukakan bahwa pada<br />
dasarnya pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang dilaksankan dengan<br />
system asrama (pondok) dengan kyai sebagai sentral utama serta mesjid sebagai pusat<br />
lembaganya. Pada awalnya pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran<br />
agama Islam dengan cara non klasikal, yaitu kyai mengajar para santri/ahnya berdasarkan<br />
kitab-kitab yang di tulis dalam bahasa arab oleh ulama-ulama besar abad 12 sampai abad 16.<br />
Dewasa ini, pesantren telah berkembang dan merupakan gabungan antara system pondok dan<br />
pesantren yang memberikan pengajaran dengan system non klasikal. Pondok pesantren ini<br />
akhirnya menyelenggarakan system pendidikan klasikal (sekolah), baik yang bersifat<br />
pendidikan umum (formal) maupun agama yang lazim di sebut Madrasah (Arifin, 1993:3)<br />
yang dikutip dari sarijo (1985:10)<br />
Elemen-elemen Pesantren<br />
• Kiayi sebagai tokoh sentral dalam pesantren yang memberi pengajaran.<br />
• Santri, merupakan unsur pokok dari suatu pesantren.<br />
• Masjid, sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan dan ibadah.<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
• Pondok atau asrama, sebagai tempat tinggal kiayi bersama para santrinya.<br />
• Kitab-kitab Islam klasik sebagai nara sumber atau bahan pelajaran.<br />
Bentuk-bentuk Pembaharuan Pesantren<br />
• Pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern di<br />
Barat, yakni mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan.<br />
Unsur-unsur sistem pendidikan pesantren menurut Mastuhu dapat dikelompokkan<br />
sebagai berikut:<br />
Aktor atau pelaku, seperti: kiyai, santri, Sarana perangkat keras, seperti Masjid, asrama, atau<br />
pondok, rumah kyai dan sebagainya. Sarana perangkat lunak, seperti: tujuan, kurikulum,<br />
metodologi pengajaran, evaluasi, dan alat-alat pendidikan lainnya.<br />
Unsur-unsur pesantren berbeda antara satu pesantren dengan pesantren lainnya, hal<br />
ini dapat dilihat dari besar kecilnya pesantren bersangkutan. Untuk pesantren kecil unsurunsurnya<br />
cukup dengan kyai, santri, asrama atau pondok, kitab-kitab keagamaan, dan metode<br />
pengajaran, akan tetapi untuk pesantren besar perlu ditambah dengan unsur- unsur lain,<br />
seperti : Ustadz sebagai pembantu kyai dalam pengajaran, gedung sekolah atau madrasah,<br />
pengurus, tata tertib dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan pesantren.<br />
Kyai atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang sangat esensial dari<br />
suatu pesantren. Ia seringkali merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan<br />
pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan kyainya.<br />
Menurut asal usulnya perkataan kiyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis<br />
gelar yang saling berbeda: Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap<br />
keramat, umpamanya: “kiyai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan Kereta Emas yang ada<br />
di Kraton Yogyakarta. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya. Gelar yang<br />
diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi<br />
pimpinan pesantren.<br />
Kiyai dalam pembahasan ini mengacu kepada pengertian yang ketiga. Istilah kiyai<br />
dipakai di Jawa Tengah dan Jawa Timur, di Jawa Barat istilah tersebut dikenal dengan<br />
Ajengan, di Aceh Tengku, di Sumatra Utara Buya. Gelar kyai saat ini tidak lagi hanya<br />
diperuntukkan bagi yang memiliki pesantren. Gelar tersebut kini digunakan untuk seorang<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
ulama yang mumpuni dalam bidang keagamaan walau ia tidak mempunyai pesantren, seperti<br />
: Kyai Haji Ali Yafie, Kyai Haji Muhith Muzadi, dan lainnya. Bahkan gelar kyai digunakan<br />
untuk sebutan seorang Dai’ atau Muballigh.<br />
Santri adalah siswa yang belajar di pesantren, Zamakhsyari Dhofier membagi santri<br />
membagi dua kelompok: Santri mukim dan santri kalong, santri mukim adalah santri yang<br />
berasal dari daerah dan menetap dalam kelompok pesantren. Sebagai santri mukim mereka<br />
mempunyai keewajiban-kewajiban tertentu. Santri kalong adalah santri yang berasal dari<br />
masyarakat sekitar pesantren atau yang biasanya tidak menetap di pesantren. Untuk<br />
mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka bolak-balik dari rumahnya sendiri.<br />
Selain dua istilah santri diatas, dalam dunia pesantren dikenal juga istilah “santri<br />
kelana”. Santri kelana adalah santri yang pindah belajar dari satu pesantren ke pesantren lain<br />
untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang menjadi keahlian dari seorang kyai. Setelah<br />
pesantren mengadopsi sistem madrasah tradisi santri kelana kini mulai ditinggalkan.<br />
Kedudukan mesjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan<br />
manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional. Hal ini telah terjadi sejak<br />
zaman Nabi Muhamad kemudian diteruskan oleh para sahabat, kholifah Islamiyah hingga<br />
sampai sekarang.<br />
Secara etimologis, masjid berasal dari kata sajada, yang berarti patuh, taat, serta<br />
tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Sedangkan secara terminologis, masjid adalah<br />
tempat melaksanakan aktifitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah. Upaya<br />
menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan berimplikasi pada tiga hal:<br />
Pertama, mendidik anak agar tetap beribadah kepada Allah. Kedua, menanamkan rasa<br />
cinta pada ilmu pengetahuan dan solidaritas sosial, serta menyadarkan hak-hak dan<br />
kewajiban. Ketiga, memberikan ketentraman, kemakmuran, potensi-potensi melalui<br />
pendidikan kesabaran, keberanian kesadaran optimisme.<br />
Kendatipun saat sekarang kebanyakan pesantren telah melaksanakan proses belajar<br />
mengajar di dalam kelas dengan gedung tersendiri, namun mesjid tetap difungsikan sebagai<br />
tempat belajar. Hingga saat ini kyai sering mempergunakan masjid sebagai tempat membaca<br />
dengan metode bandongan. Disamping itu pula para santri memfungsikan masjid sebagai<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
tempat belajar yang utama, karena kondisi masjid relatif lebih tenang serta mempunyai nilai<br />
ibadah.<br />
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional<br />
di mana para siswanya tinggal bersama-sama dan belajar dibawah bimbingan seorang kiyai.<br />
Ada tiga alasan utama mengapa pesantren harus menyediakan asrama bagi santrinya.<br />
Pertama, kemashuran seorang kiyai dan kedalaman pengetahuannya tentang Islam,<br />
menarik santri-santri dari jauh untuk dapat menggali ilmu dari kiyai tersebut secara teratur<br />
dan dalam waktu yang lama , untuk itu ia harus menetap. Kedua, hampir semua pesantren<br />
berada di desa-desa di mana tidak tersedia perumahan (akomodasi) yang cukup untuk<br />
menampung santri-santri, dengan demikian perlulah adanya asrama khusus para santri.<br />
Ketiga, ada timbal balik anrtara santri dan kiyai, di mana para santri menganggap kiyainya<br />
seolah-olah seperti bapaknya sendiri, sedang para kiyai menganggap para santri sebagai<br />
titipan Tuhan yang harus senantiasa dilindungi.<br />
Disamping alasan-alasan diatas, kedudukan pondok sebagai salah satu unsur pokok<br />
pesantren sangat besar sekali manfaatnya diantaranya adalah santri dapat dikondisikan dalam<br />
suasana belajar sepanjang hari.Kehidupan berasrama para santri juga sangat mendukung bagi<br />
pembentukan kepribadian. Di dalam asrama memungkinkan untuk mempraktekkan apa-apa<br />
yang telah dipelajari. Nilai-nilai agama yang secara normatif dipelajari di kelas, dapat<br />
dilatihkan untuk disosialisasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan begitu dimungkinkan<br />
mereka tidak hanya menjadi “having” tetapi “being”.<br />
Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi kepada kepada kekuatan-<br />
kekuatan dan latar belakang historis atau pengembangan sumber daya nasional atau bangsa<br />
masing-masing.ditekankan kepada pelajaran agama saja. Implikasi yang mungkin terjadi dari<br />
gerakan pembaharuan pesantren.<br />
Sistem penyelenggaraan sekolah-sekolah modern klasikal mulai masuk kedunia<br />
pesantren yang sebelumnya masih belum dikenal. Metode halaqoh berubah menjadi sistem<br />
klasikal sebagaimana terdapat disekolah-sekolah, juga pesantren mempergunakan meja dan<br />
kursi dan buku pelajaran, dengan tambahan ilmu pengetahuan umum. Sementara itu<br />
dibeberapa pesantren mulai memperkenalkan sistem madrasah sebagaimana sistem yang<br />
berlaku disekolah-sekolah umum, tetapi pelajarannya ditekankan kepada pelajaranagama<br />
saja. Kemudian pada perkembangan berikutnya, madrasah-madrasah yang mengajurkan.<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
2.1.5 Tujuan Pendidikan Pesantren<br />
Amat sulit untuk menggambarkan tujuan pendidikan pesantren sacara pasti dan<br />
seragam. Hal ini disebabkan karena pesantren mempunyai kebiasaan untuk tidak mempunyai<br />
kebiasaan untuk tidak merumuskan dasar dan tujuan pendidikannya secara eksplisit. Hal ini<br />
karena sifat kesederhanaan pesantren, sesuai dengan dorongan berdirinya, di mana kiyai<br />
mengajar dan santri belajar, semata-mata untuk ibadah lillahita’ala, dan tidak pernah<br />
dihubungkan dengan tujuan tertentu dalam lapangan kehidupan atau tingkat jabatan tertentu<br />
dalam hirarki sosial.<br />
Adapun tujuan didirikannya pesantren menurut M.Arifin pada dasarnya terbagi<br />
menjadi dua hal, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan Khususnya adalah<br />
mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang alim dalam ilmu agama yang diajarkan<br />
oleh kiyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat. Sedangkan tujuan<br />
umumnya adalah membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam<br />
yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar<br />
melalui ilmu dan amalnya.<br />
Untuk mengenal tujuan pendidikan pesantren ada baiknya dikemukakan beberapa<br />
pernyataan para pendiri pesantren, KH. Ahmad Sahal misalkan, salah seorang pendiri Pondok<br />
Modern Gontor menyatakan: "amanak-anakku nanti harus menjadi orang yang a'lim, sholeh,<br />
sugih supaya tidak tamak"… dalam kesempatan lain juga beliau sampaikan: " di pesantren ini<br />
(Gontor) anak-anak akan diajari bahasa Arab- bahasa Inggris dan tonil (drama)”<br />
Dari dua pernyataan di atas dapat diketahui bahwa tujuan pendirian pesantren adalah<br />
untuk mendidik generasi muda Islam dengan pendidikan sehingga nantinya menjadi anak<br />
yang alim (memiliki ilmu pengetahuan) dan sholeh dalam artian menjalankan<br />
pengetahuannya tersebut, serta bisa menjadi kaya (kaya harta dan hati) supaya tidak tamak.<br />
Oleh karena itu muncul pernyataan kedua yang berarti harus menzaman, sesuai dengan<br />
kebutuhan zaman dan kecakapan yang dimiliki sesuai dengan zamannya. Konon ungkapan<br />
kedua ini muncul setelah pertemuan ulama yang saat itu membutuhkan delegasi muslim<br />
Indonesia untuk di kirim ke dunia Internasional, yang dibutuhkan adalah yang mahir dalam<br />
bahasa Arab dan Inggris, tapi yang tersedia waktu itu hanya menguasai bahasa Arab saja dan<br />
tidak menguasai bahasa Ingris, dan sebaliknya. Jadi tujuan penyusunan materi pelajaran<br />
disesuaikan dengan tantangan kebutuhan ummat. Sama halnya dengan semboyan perekat<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
ummat yang muncul sebagai jawaban atas kondisi ummat Islam pada tahun 1920 an;<br />
pertentangan khilafiyah dan konflik internal.<br />
Selain melalui pernyataan para pendirinya tujuan pendidikan pesantren juga bisa<br />
diketahui dengan melihat semboyan dan motto yang dikembangkan suatu pesantren,<br />
semboyan-semboyan yang senantiasa didengungkan oleh pimpinan pesantren (kyai) itu<br />
biasanya merupakan "kerangka nilai" yang diharapkan dapat dicerna oleh para santri dan<br />
menjadi pedoman hidup mereka dalam kehidupannya kelak Seperti pepatah dalam dunia<br />
pesantren yang sangat populer, al muhafadhatualal qadimis shalih wal akhdu alal bil jadidil<br />
ashlah. Dalam hal ini pesantren merupakan lembaga pendidikan yang gigih mempertahankan<br />
tradisi. konservasi terhadap tradisi dilakukan tanpa sikap “reserve”, bahwa tradisi<br />
mengandung segala yang baik, sehingga kebutuhan untuk mengadopsi yang modern<br />
dimungkinkan sejauh itu lebih baik dari apa yang terdapat dalam tradisi itu sendiri.<br />
Berkenaan dengan tujuan pendidikan pesantren, bagi pesantren-pesantren baru yang<br />
lebih modern biasanya telah merumuskan tujuannya dalam bentu visi dan misi pesantren,<br />
rumusan biasanya sekitar hal-hal berikut:<br />
• Membangun masyarakat melalui pendidikan<br />
• Dakwah Islamiyah<br />
• Mempersiapkan generasi muda muslim dengan membekali mereka pengetahuan agama<br />
dan umum.<br />
Secara tegas KH Imam Zarkasyi menyatakan tujuan pendidikan di pesantrennya<br />
adalah untuk "kemasyarakatan dan dakwah Islamiyah" artinya pendidikan diarahkan pada<br />
kebutuhan masyarakat muslim pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya serta<br />
kepentingan dakwah Islamiyah.<br />
2.1.6 Kurikulum Pendidikan Pesantren<br />
A. Literatur Pesantren<br />
1. Asal-usul dan jenis<br />
Satu hal penting yang jarang disebut para ahli ketika mengidentifikasi ciri-ciri fisik<br />
pesantren ialah kitab kuning sebagai literatur khas pesantren. Kitab kuning sebetulnya<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
merupakan ciri penting yang tidak dapat dibuang dari pesantren, setidaknya hingga hari ini.<br />
Seseorang disebut kyai antara lain karena ia dianggap menguasai keilmuan keislaman yang<br />
berhubungan erat dengan kitab kuning. Sistem pengajian pesantren yang diselenggarakan di<br />
masjid juga cocok karena yang diaji adalah kitab kuning. Pendek kata, masjid, kyai, santri<br />
dan pondok yang merupakan elemen penting pndok pesantren, tidak dapat dipisahkan dari<br />
kitab kuning.<br />
Kitab kuning sering disebut al-kutub al-qadimah. Disebut demikian karena kitabkitab<br />
tersebut dikarang lebih dari seratus tahun yang lau. Ada juga yang menyebutkannya<br />
sebagai al-kutub al-shafra’ atau “kitab kuning” karena biasanya kitab- kitab itu dicetak di atas<br />
kertas berwarna kuning, sesuai kertas yang tersedia waktu itu. Ciri lain dari literatur yang<br />
dipergunakan di pesantren itu ialah beraksara Arab Gundul (huruf Arab tanpa harakat atau<br />
syakal). Keadaannya yang gundul itu pada sisi lain ternyata merupakan bagian dari<br />
pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran kitab-kitab gundul itu keberhasilannya antara lain<br />
ditentukan oleh kemampuan membuka kegundulan itu dengan menemukan harakat-harakat<br />
yang benar, dan mengucapankannya secara fasih Al-kutub al-qadimah itu jumlahnya sangat<br />
banyak. Akan tetapi, yang banyak dimiliki para kyai dan diajarkan di pesantren di Indonesia<br />
adalah kitab-kitab yang umumnya karya ulama-ulama madzhab Syafi’i (Syafi’iyyah).<br />
Menurut Martin van Bruinessen, seorang peneliti dari Belanda, pada akhir abad ke-20 ini<br />
judul kitab-kitab kuning yang beredar dikalangan kyai di pesantren-pesantren Jawa dan<br />
Madura jumlahnya mencapai 900 judul. Padahal L.W.C. van den Berg dalam penelitian<br />
sebelumnya, pada akhir abad 19, hanya menemukan 54 judul saja.<br />
Meningkatnya jumlah judul kitab itu sebetulnya disebabkan oleh beberapa hal.<br />
Pertama, banyak kiyai yang mulai menulis kitab sendiri, baik dengan menggunakan Bahasa<br />
Arab, maupun dengan menggunakan bahasa lokal yang ditulis dengan huruf Arab Melayu<br />
(pegon). Kedua, beberapa ulama atau kyai di Nusantara mulai menyusun kitab sendiri.<br />
Bentuknya bermacam-macam. Ada yang merupakan tashnif (karangan sendiri) dengan kitab-<br />
kitab yang berasal dari Timur Tengah sebagai rujukan, ada yang menyusun sendiri tetapi<br />
merupakan penggabungan dari topik-topik atau bidang-bidang yang sudah ada (iqtibas), dan<br />
ada yang melakukan penyederhanaan (mukhtashar) terhadap kitab-kitab yang ada dalam<br />
rangka penyesuain materi, topik, bahasa, maupun pembahasannya.<br />
Ketiga, mulai diadopsinya kitab-kitab yang tadinya dianggap tabu karena tidak<br />
sealiran dengan faham pesantren, misalnya kitab-kitab di luar madzhab Syafi’i. Keempat,<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
pesantren juga mulai mengaji kitab-kitab al-‘ashriyyah, karya ulama modern. Kitab- kitab al-<br />
‘ashriyyah ini mulai masuk ke Indonesia, sejalan dengan perkembangan teknologi pada awal<br />
abad 20, yang ditandai oleh kemudahan orang-orang Indonesia untuk melakukan ibadah haji<br />
dan belajar, baik di Makkah, Madinah, Kairo, Baghdad, Yaman dan pusat-pusat belajar lain<br />
di Timur Tengah. Banyak diantara mereka yang mengaji ataupun berhaji kemudian mengirim<br />
dan membawa pulang kitab-kitab al- ‘ashriyyah yang memang beredar di tempat-tempat itu.<br />
Kitab kuning yang di-aji di pesantren itu pada dasarnya adalah kitab-kitab yang<br />
materinya dianggap relevan dengan tujuan pesantren sendiri, yakni mendidik dan<br />
mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam, sebagai upaya mewujudkan manusia yang tafaqquh fi<br />
al-din. Kendati pola pendidikan yang diselenggarakan di pesantren cukup beragam, fungsi<br />
yang diemban pesantren tidak keluar dari itu. Kesamaan tersebut dapat dilihat dari jenis-jenis<br />
bidang aji (bidang kajian) yang diajarkan di pesantren. Hampir seluruh pesantren di tanah air<br />
mengajarkan bidang aji yang sama, yang dikenal dengan ilmu-ilmu keislaman. Bidang<br />
kajiannya meliputi ilmu-ilmu terapan, yang sering digolongkan ilmu-ilmu yang fardlu ‘ain,<br />
yang mencakup: Aqidah, Tajwid (al-Qur’an), Fiqih, Akhlaq-Tasawuf, dan Ilmu Alat (Bahasa<br />
Arab, yang biasanya mencakup: Nahwu atau sintaksis, Sharaf atau morfologi, dan Balaghah);<br />
dan ilmu-ilmu yang berguna dalam mengembangkan wawasan seperti: Mantiq, Ushul Fiqh,<br />
Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadits, Ilmu Hadits , dan Tarikh Islam. Hanya saja perhatian terhadap<br />
kelompok ilmu yang terakhir ini memang masih terbatas dan belum merata.<br />
Cara pesantren yang umumnya mengandalkan pada kitab kuning sesengguhnya<br />
memiliki kelemahan tersendiri. Kitab-kitab kuning umumnya bukan disusun oleh ulama<br />
Indonesia, atau setidaknya disusun pada masa lalu . Karena itu, kuantitas materi, relevansi<br />
materi, dan tingkat pembahasannya belum tentu sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan<br />
kemampuan santri di Indonesia saat ini.<br />
Menyadari itu, beberapa pesantren yang telah melakukan pembaharuan melakukan<br />
langkah-langkah akomodatif, antara lain: Pertama, tidak mengambil secara keseluruhan<br />
materi-materi yang ada pada suatu kitab dari kitab-kitab kuning itu, melainkan<br />
menyesuaikannya dengan menangguhkan materi-materi yang belum dianggap perlu dan<br />
menambahnya dengan muatan-muatan baru berdasarkan kekhususan dan kebutuhan tertentu.<br />
Kedua, memberikan perhatian yang memadai terhadap ilmu- ilmu yang berpotensi<br />
memperluas wawasan, dan Ketiga,menambah materi pembelajaran dengan ilmu-ilmu umum<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
serta ketrampilan-ketrampilan khusus, seperti pertanian, peternakan, koperasi dan bisnis,<br />
qira’at, kaligrafi, komputer dan lain sebagainya.<br />
2. Pola Penyajian dan Penulisan<br />
Kitab-kitab yang menjadi bahan kajian di pesantren tidak ditulis pada masa yang<br />
sama. Penulisnya pun memiliki latar belakang yang beragam. Penulisan kitab yang dilakukan<br />
pada masa yang lebih tua (salaf) biasanya menggunakan bahasa yang lebih rumit dari yang<br />
ditulis belakangan (khalaf), sesuai dengan perkembangan bahasa Arab itu sendiri. Latar<br />
belakang penyususn (mushannif) juga akan menyebabkan perbedaan cara pandang dan cara<br />
penyajiannya, walaupun berada pada masa yang sama dan dalam madzhab yang sama pula.<br />
Hal ini menjadikan kitab-kitab di pesantren merupakan khazanah ilmu yang unik dan<br />
sekaligus kaya. Namun, pada saat yang sama juga berpotensi menimbulkan banyak masalah.<br />
Bila dilihat dari gaya penyajian atau pemaparannya, kitab kuning dapat dikelompokkan<br />
menjadi<br />
a) Kitab-kitab natsr (esai)<br />
Kitab natsr ialah kitab yang dalam menyajikan atau memaparkan materinya<br />
menggunakan essai (natsr). Keuntungannya ialah bahwa materi dapat dipaparkan dengan<br />
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah. Walaupun perlu diketahui bahwa pola tulis<br />
bahasa Arab pada kitab-kitab tua sebetulnya cukup rumit, tidak seperti sekarang. Bentuk<br />
kalimatnya biasanya panjang, dengan menggunakan kata ganti (dhamir) yang berulang<br />
sehingga sulit mencari rujukanya (‘aaid), disamping belum berkembangnya atau mungkin<br />
belum dimanfaatkannya secara baik tanda-tanda baca (adawat al-tarqim). Kitab kuning jenis<br />
ini adalah yang paling umum.<br />
b) Kitab-kitab nadzam<br />
Cara penyajian materi yang lain ialah dengan menggunakan nadzam atau syi’ir (sair).<br />
Kitab-kitab kuning yang memanfaatkan gaya ini cukup banyak. Dan itu dilakukan tidak<br />
terbatas pada kitab-kitab untuk pemula saja. Pada umumnya tujuan pemaparan dengan cara<br />
ini ialah untuk mempermudah, terutama bagi pemula dengan asumsi bahwa santri-santri<br />
pemula lebih senang terhadap nyanyian dan pada sat yang bersama penghafalan lewat lagu<br />
itu juga lebih mudah. Contoh kitab ini misalnya<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Hidayat al-Shibyan. Untuk tingkat lebih atas, penyajian dengan menggunakan nadzam ini<br />
lebih bertujuab untuk meringkas dan memudahkan menghafalnya juga. Termasuk dalam<br />
kategori ini misalnya kitab al-Maqshud, ‘Imrithi, atau Alfiyah ibn Malik.<br />
Dibanding dengan pola natsr, pola nadzm ini memiliki kesukaran tersendiri, yaitu<br />
untuk memahaminya memerlukan kemampuan bahasa yang lebih tinggi karena nadzam<br />
dalam pembuatannya tidak jarang memerlukan variasi, jika buka penyimpangan, dari pola<br />
tata bahasa yang biasa digunakan dalam natsr. Itulah sebabnya pola natsr dikatakan lebih<br />
mudah dan sederhana.<br />
Variasi gaya pemaparan, kelihatannya tidak dapat dilepaskan dari ikhtiar para<br />
penulisnya agar kitab-kitabnya dapat berfaidah, baik karena menarik dan mudah difahami,<br />
atau karena memberikan informasi atau pengetahuan yang lebih banyak. Dalam semangat<br />
seperti itulah maka rupanya kitab kuning juga memiliki variasi dalam format penyajiannya.<br />
Bila dikaji dari Format penyajian, maka Kitab Kuning dibagi menjadi :<br />
1. Kitab Matn<br />
Kitab matn pada dasarnya adalah kitab asal atau kitab inti. Sebetulnya nama matn itu baru<br />
terjadi ketika pada kitab itu dilakukan pengembangan, baik menjadi syarh maupun dalam<br />
bentuk hasyiah. Karena itu kitab matn dapat berupa kitab natsr maupun kitab nadzm. Contoh<br />
kitab kuning yang termasuk kelompok ini adalah: kitab matn al- Ajurumiyah, matn Taqrib,<br />
matn Alfiyah, Shahih Bukhari, al-Jami’ al-Shahih karya Imam Muslim dan seterusnya.<br />
2. Kitab Syarh atau Hasyiyah<br />
Kitab jenis kedua ini merupakan kitab yang secara khusus mengulas, memberi<br />
komentar atau memperluas penjelasan dari suatu kitab matn. Kitab syarh adalah kitab<br />
perluasan (komentar) tingkat pertama, sedangkan kitab yang memperluas lebih lanjut kitab<br />
syarh disebut hasyiah. Kitab kuning yang masuk ke dalam kelompok syarh misalnya adalah<br />
kitab Asymawi yang menjelaskan lebih jauh isi teks kitab al-Ajurumiyah, kitab Hall al-Maqal<br />
min Nadzam al-Maqshud yang memberi komentar da penjelasan atas kitab al-Maqshud,<br />
Dahlan Alfiyyah yang mengomentari Alfiyah ibn Malik serta kitab Kaylani yang mengulas<br />
kitab al-‘Izz dan kitab al-Iqna’ yang men-syarah kitab al-Taqrib. Dapat dikategorikan hasyiah<br />
ialah al-Shabban yang merupakan komentar dari al-Asymuni, karena yang terakhir ini<br />
sesungguhnya merupakan kitab komentar atas Alfiyah Ibn Malik.<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Kitab kuning secara umum ditulis dengan menggunakan format (lay out) yang terdiri<br />
dari dua bagian: matn dan syarh. Matn merupakan teks inti dari sebuah kitab yang ditulis<br />
pada bagian pinggir (margin) sebelah kanan dan kiri. Sedangkan syarh merupakan teks<br />
penjelas atau komentar terhadap matn yang terletak di bagian dalam atau tengah dari setiap<br />
halaman kitab. Karena sifatnya sebagai penjelas, maka teks syarh lebih banyak dan panjang<br />
dari teks matn. Pemisahan antara teks matn dan syarh dilakukan dengan memberi tanda<br />
kurung yang membingkai teks syarh, sedangkan matn berada di luar kurung bingkai ini. Akan<br />
tetapi, pola penyajian seperti ini tidak berlaku secara keseluruhan. Pada beberapa kitab lain,<br />
penyajian materi dibedakan antara teks matn dan teks syarh ke dalam kitab sendiri-sendiri<br />
tidak disatukan dalam satu kitab sebagaimana pola penyajian yang dilakukan di atas.<br />
c) Kitab Mukhtashar<br />
Kitab Mukhtashar adalah kitab kuning yang menyajikan materinya dengan cara<br />
meringkas materi suatu kitab yang panjang lebar untuk dijadikan karangan singkat tetapi<br />
padat. Karena sifatnya yang demikian, kitab ini dengan kata lain merupakan kitab ringkasan<br />
yang hanya memuat pokok-pokok masalah. Kitab kuning yang termasuk kelompok ini<br />
misalnya adalah kitab Alfiyah ibn Malik yang merupakan ringkasan dari kitab al-Kafiyah,<br />
atau kitab Lubb al-Ushul yang meringkas kitab Jam’ al-Jawami’ karya as-Subki. Atau karya<br />
paling akhir dari jenis ini ialah Mukhtashar Ibn Katsir karya Ali al-Shabuni yang merupakan<br />
ringkasan dari kitab tafsir Ibn Katsir. Dengan melakukan ringkasan ini, hal lain yang<br />
biasanya dilakukan ialah menyederhanakan kalimat, memperbaharui istilah, menyaring<br />
informasi atau melengkapi data.<br />
Adapun bila dilihat dari kandungan maknanya, kitab kuning dapat dibagi menjadi<br />
dua: pertama, kitab kuning yang berbentuk penawaran atau penyajian ilmu secara polos<br />
(naratif), seperti kitab kuning yang menyajikan materi sejarah, tafsir, dan hadits; kedua, kitab<br />
kuning yang menyajikan materi berbentuk kaidah-kaidah keilmuan seperti kitab-kitab yang<br />
membahas nahw, ushul al-fiqh, mushthalah al-hadits, dan sejenisnya.<br />
Kurikulum yang diajarkan pada Pesantren dari Depatremen Agama, Materi yang diajarkan :<br />
1. Kurikulum Departemen Agama, (dengan pengembangan dan perpaduan kurikulum timur<br />
tengah)<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
• Ilmu Agama : Tafsir, Hadist, Fiqih Ibadah, Fiqih Mu’amalah, Fiqih Jinayah, Aqidah<br />
(Tauhid), Akhlaq, Sejarah Islam.<br />
• Ilmu Umum : Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Indonesia, PPKN, Sejarah,<br />
Ekonomi, Akutansi.<br />
2. Kurikulum Ekologi dan Ekosistem<br />
• Kewirausahaan : Pertanian, Peternakan, Perikanan, Kehutanan.<br />
• Ecology dan Ecosystem : Konsep pengolahan Sampah, Konsep Daur Ulang Air,<br />
Konsep Energi Listrik, Konsep Energi Angin, Pemanfaatan Bio Diesel.<br />
3. Kurikulum Internasional Islamic High School<br />
• Bahasa Inggris, Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar sehari-hari<br />
• Pertukaran pelajar ke berbagai negara melalui AFS (American Fundation School),<br />
YES (), timur tengah.<br />
Metode pembelajaran dalam pesantren<br />
1. Kuliah Kolosal<br />
2. Learning by Doing<br />
3. Simulasi dan Game<br />
4. Muhasabah<br />
Karakteristik penanaman pembelajaran di Pesantren<br />
• Penanaman Pendidikan Beruswah Rosulullah<br />
Segala ibadah, aktifitas akademik dan ekstra kurikuler sesuai dengan tuntunan ajaran<br />
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.<br />
• Komunitas santri mandiri<br />
Santri dilatih untuk memenuhi kebutuhan pangan dan energi sendiri dari lahan dan<br />
pendidikan yang disediakan pesantren, sehingga pesantren dapat hidup mandiri.<br />
• Organic Food Farming (Non chemical substances)<br />
Penggunaan bahan makanan organik, tanpa bahan pengawet dan bahan kimia<br />
• Water recycling (Closed loop in water usage)<br />
Pengolahan kembali air buangan kawasan sehingga tidak mencemari kawasan dan dapat<br />
digunakan kembali seoptimal mungkin untuk fungsi-fungsi kehidupan pesantren<br />
• Waste recycling<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Pendaur-ulangan sampah kawasan (baik organik maupun non-organik) dengan<br />
memanfaatkan teknologi biogas, kompos, dan lain sebagainya.<br />
• Kendaraan ramah lingkungan<br />
Dalam rangka penghematan energi dan pengurangan polusi maka digunakan kendaraan<br />
yang ramah lingkungan untuk transportasi, seperti Marlip, sepeda dan kendaraan sejenis<br />
lainnya.<br />
2.1.7 Prinsip Desain Pesantren<br />
1. Pelaku<br />
• Pengelola<br />
Tugas : Mengelola dan mengatur segala jenis kegiatan dan jadwal kegiatan yang<br />
berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar<br />
• Pelajar (santri dan santriwati)<br />
Tugas : Mengikuti jalannya acara dan mematuhi perturan<br />
• Pengunjung<br />
Tugas: :mematuhi peraturan<br />
• Service<br />
Tugas: membantu pengelola menjalankan aktifitas pesantren<br />
2. Jenis Kegiatan Pendukung<br />
Akan ada kegiatan pendukung yang ada pada bangunan Pesantren. Jadi akan didirikan<br />
fasilitas-fasilitas pendukung seperti masjid, taman, lahan bertani, dan lain-lain.<br />
3. Program Departemen Internasional pesantren<br />
Pembagian departemen di Internasional Pesantren yaitu:<br />
� Departemen Pendidikan<br />
Departemen Pendidikan Pesantren Internasonal dipersembahkan untuk santri tingkat<br />
menengah atas atau SLTA.<br />
� Departemen Pelatihan<br />
• Motivation Training<br />
• Leadership Training<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
• Spiritual Training<br />
• Emosional Training<br />
• Brain Power Training<br />
• Management Qolbu Training<br />
� Departeman Wirausaha<br />
Bergerak dibidang pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, dan perdagangan.<br />
Ada beberapa jenis kegiatan yang akan berlangsung pada Medan Modern Pesantren yaitu:<br />
� Sarana Peribadatan<br />
Masjid sebagai sentral kegiatan kepesantrenan, masjid sebagai sarana utama peribadatan<br />
untuk semua akivitas akademik.<br />
� Sarana Pendidikan yang bertaraf Internasional<br />
• Kelas<br />
• Laboratorium Bahasa<br />
• Laboratorium Fisika dan Kimia<br />
• Laboraorium Biologi<br />
• Laboratorium Pertanian dan Perkebunan (Padi, Jagung)<br />
• Laboratorium Peternakan (Kerbau, Sapi, Kambing, Ayam petelur, Ayam potong, Itik)<br />
• Laboratorium Perikanan (Patin, Udang Windu, Lele, Gurami)<br />
• Laboratorium Kehutanan (Ambon , Akasia Mangium)<br />
• Laboratorium Tanaman Hias (Macam-macam bunga)<br />
• Laboratorium pengolahan Sampah<br />
Sarana Pelatihan<br />
• Auditorium<br />
• Area Outbond (Flying fox, Rafling, Penyebrangan 2 tali, Halang Rintang dan lain-lain)<br />
• Gedung dan Lapangan Olah Raga (Senam (Putri), Badminton, Tenis, Basket, Volly)<br />
� Asrama dan Perumahan<br />
• Asrama Putra<br />
• Asrama Putri<br />
• Perumahan Pimpinan, Pengurus dan Pengasuh<br />
• Perumahan Guru<br />
• Perumahan Karyawan<br />
� Sarana Umum<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
• Dapur Umum<br />
• Kamar Mandi<br />
� Sarana Kesehatan<br />
• Balai kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi santri, guru, karyawan,<br />
masyarakat yang sakit.<br />
� Sarana Penunjang<br />
• Sekretariat sebagai pusat informasi yang mudah akses<br />
• Lahan wakaf penunjang wirausaha<br />
KEGIATAN SISWA PESANTREN SMA/ ALIYAH<br />
Hari Senin<br />
No Waktu Kegiatan Tempat<br />
1 04.00 - 04.30 Tahajud Asrama<br />
2 04.30 - 05.00 Persiapan (mandi dan bersih-bersih) Asrama<br />
3 05.00 - 05.30 Sholat subuh berjamaah Masjid<br />
4 05.00 - 06.15 Membaca dan Menghapal Al-Quran Masjid<br />
5 06.15 - 07.00 Sarapan pagi R. makan<br />
6 07.15 - 08.00 Upacara bendera Lapangan upacara<br />
7 08.00 - 12.30 Masuk Kelas (sekolah)<br />
8 12.00 - 13.00 Sholat zuhur berjamaah Masjid<br />
9 13.00 - 14.00 Makan siang R. makan<br />
10 14.00 - 15.30 Masuk kelas sore Kelas (sekolah)<br />
11 15.30 - 16.30 Sholat ashar berjamaah Masjid<br />
12 16.30 - 17.30 Olah raga sore Lapangan olah raga<br />
13 17.30 - 18.15 Bersih-bersih Asrama<br />
14 18.15 - 19.15 Sholat maghrib berjamaah dan membaca<br />
Al-Quran<br />
Masjid<br />
15 19.15 - 20.00 Makan malam R. makan<br />
16 20.00 - 20.30 Sholat isha berjamaah Sholat isha berjamaah<br />
17 20.30 - 22.00 Mengulang pelajaran Asrama<br />
18 22.00 - 04.00 Tidur Asrama<br />
Hari Selasa<br />
No Waktu Kegiatan Tempat<br />
1 04.00 - 04.30 Tahajud Asrama<br />
2 04.30 - 05.00 Persiapan (mandi dan bersih-bersih) Asrama<br />
3 05.00 - 05.30 Sholat subuh berjamaah Masjid<br />
4 05.00 - 06.15 Membaca dan Menghapal Al-Quran Masjid<br />
5 06.15 - 07.00 Sarapan pagi R. makan<br />
6 07.00 - 08.00 Lari pagi dan senam Lapangan olah raga<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
7 08.00 - 08.30 Bersih-bersih Asrama<br />
8 08.30 - 12.30 Masuk kelas Kelas (sekolah)<br />
9 12.00 - 13.00 Sholat zuhur berjamaah Masjid<br />
10 13.00 - 14.00 Makan siang R. makan<br />
11 14.00 - 15.30 Masuk kelas sore Kelas (sekolah)<br />
12 15.30 - 16.30 Sholat ashar berjamaah Masjid<br />
13 16.30 - 17.30 Latihan pidato B. Inggris Pondok belajar<br />
14 17.30 - 18.15 Bersih-bersih Asrama<br />
15 18.15 - 19.15 Sholat maghrib berjamaah dan membaca<br />
Al-Quran<br />
Masjid<br />
16 19.15 - 20.00 Makan malam R. makan<br />
17 20.00 - 20.30 Sholat isha berjamaah Sholat isha berjamaah<br />
18 20.30 - 22.00 Mengulang pelajaran Asrama<br />
19 22.00 - 04.00 Tidur Asrama<br />
Hari Rabu<br />
No Waktu Kegiatan Tempat<br />
1 04.00 - 04.30 Tahajud Asrama<br />
2 04.30 - 05.00 Persiapan (mandi dan bersih-bersih) Asrama<br />
3 05.00 - 05.30 Sholat subuh berjamaah Masjid<br />
4 05.00 - 06.15 Membaca dan Menghapal Al-Quran Masjid<br />
5 06.15 - 07.00 Sarapan pagi R. makan<br />
6 07.00 - 08.00 Lari pagi dan senam Lapangan olah raga<br />
7 08.00 - 08.30 Bersih-bersih Asrama<br />
8 08.30 - 12.30 Masuk kelas Kelas (sekolah)<br />
9 12.00 - 13.00 Sholat zuhur berjamaah Masjid<br />
10 13.00 - 14.00 Makan siang R. makan<br />
11 14.00 - 15.30 Masuk kelas sore Kelas (sekolah)<br />
12 15.30 - 16.30 Sholat ashar berjamaah Masjid<br />
13 16.30 - 17.30 Latihan pidato B. Arab Pondok belajar<br />
14 17.30 - 18.15 Bersih-bersih Asrama<br />
15 18.15 - 19.15 Sholat maghrib berjamaah dan membaca<br />
Al-Quran<br />
Masjid<br />
16 19.15 - 20.00 Makan malam R. makan<br />
17 20.00 - 20.30 Sholat isha berjamaah Sholat isha berjamaah<br />
18 20.30 - 22.00 Mengulang pelajaran Asrama<br />
19 22.00 - 04.00 Tidur Asrama<br />
Hari Kamis<br />
No Waktu Kegiatan Tempat<br />
1 04.00 - 04.30 Tahajud Asrama<br />
2 04.30 - 05.00 Persiapan (mandi dan bersih-bersih) Asrama<br />
3 05.00 - 05.30 Sholat subuh berjamaah Masjid<br />
4 05.00 - 06.15 Membaca dan Menghapal Al-Quran Masjid<br />
5 06.15 - 07.00 Sarapan pagi R. makan<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
6 07.00 - 08.30 Latihan pidato B. Indonesia Pondok belajar<br />
7 08.30 - 12.30 Masuk kelas Kelas (sekolah)<br />
8 12.00 - 13.00 Sholat zuhur berjamaah Masjid<br />
9 13.00 - 14.00 Makan siang R. makan<br />
10 14.00 - 15.30 Masuk kelas sore Kelas (sekolah)<br />
11 15.30 - 16.30 Sholat ashar berjamaah Masjid<br />
12 16.30 - 17.30 Olah raga sore Lapangan olah raga<br />
13 17.30 - 18.15 Bersih-bersih Asrama<br />
14 18.15 - 19.15 Sholat maghrib berjamaah dan membaca<br />
Al-Quran<br />
Masjid<br />
15 19.15 - 20.00 Makan malam R. makan<br />
16 20.00 - 20.30 Sholat isha berjamaah Sholat isha berjamaah<br />
17 20.30 - 22.00 Mengulang pelajaran Asrama<br />
18 22.00 - 04.00 Tidur Asrama<br />
Hari Jumat<br />
No Waktu Kegiatan Tempat<br />
1 04.00 - 04.30 Tahajud Asrama<br />
2 04.30 - 05.00 Persiapan (mandi dan bersih-bersih) Asrama<br />
3 05.00 - 05.30 Sholat subuh berjamaah Masjid<br />
4 05.00 - 06.15 Membaca dan Menghapal Al-Quran Masjid<br />
5 06.15 - 07.00 Sarapan pagi R. makan<br />
6 07.00 - 08.00 Morning conversation Lapangan upacara<br />
7 08.00 - 11.30 Masuk kelas Kelas (sekolah)<br />
8 12.00 - 13.00 Sholat jumat berjamaah (bagi laki-laki) Masjid<br />
9 13.00 - 14.00 Makan siang R. makan<br />
10 14.00 - 15.30 Masuk kelas sore Kelas (sekolah)<br />
11 15.30 - 16.30 Sholat ashar berjamaah Masjid<br />
12 16.30 - 18.00 Ekskul R. Ekskul dan lapangan<br />
13 18.00 - 18.30 Bersih-bersih Asrama<br />
14 18.30 - 19.15 Sholat maghrib berjamaah dan membaca<br />
Al-Quran<br />
Masjid<br />
15 19.15 - 20.00 Makan malam R. makan<br />
16 20.00 - 20.30 Sholat isha berjamaah Sholat isha berjamaah<br />
17 20.30 - 22.00 Mengulang pelajaran Asrama<br />
18 22.00 - 04.00 Tidur Asrama<br />
Hari Sabtu<br />
No Waktu Kegiatan Tempat<br />
1 04.00 - 04.30 Tahajud Asrama<br />
2 04.30 - 05.00 Persiapan (mandi dan bersih-bersih) Asrama<br />
3 05.00 - 05.30 Sholat subuh berjamaah Masjid<br />
4 05.00 - 06.15 Membaca dan Menghapal Al-Quran Masjid<br />
5 06.15 - 07.00 Sarapan pagi R. makan<br />
6 07.00 - 08.00 Lari pagi dan senam Lapangan olah raga<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
7 08.00 - 08.30 Bersih-bersih Asrama<br />
8 08.30 - 11.00 Kelas terbuka Pondok belajar<br />
11. 00 - 12.30 Belajar indoor terbuka Masjid<br />
9 12.30 - 13.00 Sholat zuhur berjamaah Masjid<br />
10 13.00 - 14.00 Makan siang R. makan<br />
11 14.00 - 15.30 Masuk kelas laboratorium Area bertani dan bercocok<br />
tanam<br />
12 15.30 - 16.30 Sholat ashar berjamaah Masjid<br />
13 16.30 - 17.30 Istirahat Asrama<br />
14 17.30 - 18.15 Bersih-bersih Asrama<br />
15 18.15 - 19.15 Sholat maghrib berjamaah dan membaca<br />
Al-Quran<br />
Masjid<br />
16 19.15 - 20.00 Makan malam R. makan<br />
17 20.00 - 20.30 Sholat isha berjamaah Sholat isha berjamaah<br />
18 20.30 - 22.00 Mengulang pelajaran Asrama<br />
19 22.00 - 04.00 Tidur Asrama<br />
KEGIATAN SISWA SMP/ M. TSANAWIYAH<br />
Hari Senin<br />
No Waktu Kegiatan Tempat<br />
1 04.00 - 04.30 Tahajud Asrama<br />
2 04.30 - 05.00 Persiapan (mandi dan bersih-bersih) Asrama<br />
3 05.00 - 05.30 Sholat subuh berjamaah Masjid<br />
4 05.00 - 06.15 Membaca dan Menghapal Al-Quran Masjid<br />
5 06.15 - 07.00 Sarapan pagi R. makan<br />
6 07.15 - 08.00 Upacara bendera Lapangan upacara<br />
7 08.00 - 12.30 Masuk Kelas (sekolah)<br />
8 12.00 - 13.00 Sholat zuhur berjamaah Masjid<br />
9 13.00 - 14.00 Makan siang R. makan<br />
10 14.00 - 15.30 Masuk kelas sore Kelas (sekolah)<br />
11 15.30 - 16.30 Sholat ashar berjamaah Masjid<br />
12 16.30 - 17.30 Olah raga sore Lapangan olah raga<br />
13 17.30 - 18.15 Bersih-bersih Asrama<br />
14 18.15 - 19.15 Sholat maghrib berjamaah dan membaca<br />
Al-Quran<br />
Masjid<br />
15 19.15 - 20.00 Makan malam R. makan<br />
16 20.00 - 20.30 Sholat isha berjamaah Sholat isha berjamaah<br />
17 20.30 - 22.00 Mengulang pelajaran Asrama<br />
18 22.00 - 04.00 Tidur Asrama<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Hari Selasa<br />
No Waktu Kegiatan Tempat<br />
1 04.00 - 04.30 Tahajud Asrama<br />
2 04.30 - 05.00 Persiapan (mandi dan bersih-bersih) Asrama<br />
3 05.00 - 05.30 Sholat subuh berjamaah Masjid<br />
4 05.00 - 06.15 Membaca dan Menghapal Al-Quran Masjid<br />
5 06.15 - 07.00 Sarapan pagi R. makan<br />
6 07.00 - 08.30 Latihan pidato B. Inggris Pondok belajar<br />
7 08.30 - 12.30 Masuk kelas Kelas (sekolah)<br />
8 12.00 - 13.00 Sholat zuhur berjamaah Masjid<br />
9 13.00 - 14.00 Makan siang R. makan<br />
10 14.00 - 15.30 Masuk kelas sore Kelas (sekolah)<br />
11 15.30 - 16.30 Sholat ashar berjamaah Masjid<br />
12 16.30 - 17.30 Olah raga sore Lapangan olah raga<br />
13 17.30 - 18.15 Bersih-bersih Asrama<br />
14 18.15 - 19.15 Sholat maghrib berjamaah dan membaca<br />
Al-Quran<br />
Masjid<br />
15 19.15 - 20.00 Makan malam R. makan<br />
16 20.00 - 20.30 Sholat isha berjamaah Sholat isha berjamaah<br />
17 20.30 - 22.00 Mengulang pelajaran Asrama<br />
18 22.00 - 04.00 Tidur Asrama<br />
Hari Rabu<br />
No Waktu Kegiatan Tempat<br />
1 04.00 - 04.30 Tahajud Asrama<br />
2 04.30 - 05.00 Persiapan (mandi dan bersih-bersih) Asrama<br />
3 05.00 - 05.30 Sholat subuh berjamaah Masjid<br />
4 05.00 - 06.15 Membaca dan Menghapal Al-Quran Masjid<br />
5 06.15 - 07.00 Sarapan pagi R. makan<br />
6 07.00 - 08.30 Latihan pidato B. Arab Pondok belajar<br />
7 08.30 - 12.30 Masuk kelas Kelas (sekolah)<br />
8 12.00 - 13.00 Sholat zuhur berjamaah Masjid<br />
9 13.00 - 14.00 Makan siang R. makan<br />
10 14.00 - 15.30 Masuk kelas sore Kelas (sekolah)<br />
11 15.30 - 16.30 Sholat ashar berjamaah Masjid<br />
12 16.30 - 17.30 Olah raga Lapangan olah raga<br />
13 17.30 - 18.15 Bersih-bersih Asrama<br />
14 18.15 - 19.15 Sholat maghrib berjamaah dan membaca<br />
Al-Quran<br />
Masjid<br />
15 19.15 - 20.00 Makan malam R. makan<br />
16 20.00 - 20.30 Sholat isha berjamaah Sholat isha berjamaah<br />
17 20.30 - 22.00 Mengulang pelajaran Asrama<br />
18<br />
19<br />
22.00 - 04.00 Tidur Asrama<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Hari Kamis<br />
No Waktu Kegiatan Tempat<br />
1 04.00 - 04.30 Tahajud Asrama<br />
2 04.30 - 05.00 Persiapan (mandi dan bersih-bersih) Asrama<br />
3 05.00 - 05.30 Sholat subuh berjamaah Masjid<br />
4 05.00 - 06.15 Membaca dan Menghapal Al-Quran Masjid<br />
5 06.15 - 07.00 Sarapan pagi R. makan<br />
6 07.00 - 08.00 Lari pagi dan senam Lapangan olah raga<br />
7 08.00 - 08.30 Bersih-bersih Asrama<br />
8 08.30 - 12.30 Masuk kelas Kelas (sekolah)<br />
9 12.00 - 13.00 Sholat zuhur berjamaah Masjid<br />
10 13.00 - 14.00 Makan siang R. makan<br />
11 14.00 - 15.30 Masuk kelas sore Kelas (sekolah)<br />
12 15.30 - 16.30 Sholat ashar berjamaah Masjid<br />
13 16.30 - 17.30 Latihan pidato B. Indonesia Pondok belajar<br />
14 17.30 - 18.15 Bersih-bersih Asrama<br />
15 18.15 - 19.15 Sholat maghrib berjamaah dan membaca<br />
Al-Quran<br />
Masjid<br />
16 19.15 - 20.00 Makan malam R. makan<br />
17 20.00 - 20.30 Sholat isha berjamaah Sholat isha berjamaah<br />
18 20.30 - 22.00 Mengulang pelajaran Asrama<br />
19 22.00 - 04.00 Tidur Asrama<br />
Hari Jumat<br />
No Waktu Kegiatan Tempat<br />
1 04.00 - 04.30 Tahajud Asrama<br />
2 04.30 - 05.00 Persiapan (mandi dan bersih-bersih) Asrama<br />
3 05.00 - 05.30 Sholat subuh berjamaah Masjid<br />
4 05.00 - 06.15 Membaca dan Menghapal Al-Quran Masjid<br />
5 06.15 - 07.00 Sarapan pagi R. makan<br />
6 07.00 - 08.00 Morning conversation Lapangan upacara<br />
7 08.00 - 11.30 Masuk kelas Kelas (sekolah)<br />
8 12.00 - 13.00 Sholat jumat berjamaah (bagi laki-laki) Masjid<br />
9 13.00 - 14.00 Makan siang R. makan<br />
10 14.00 - 15.30 Masuk kelas sore Kelas (sekolah)<br />
11 15.30 - 16.30 Sholat ashar berjamaah Masjid<br />
12 16.30 - 18.00 Ekskul R. Ekskul dan lapangan<br />
13 18.00 - 18.30 Bersih-bersih Asrama<br />
14 18.30 - 19.15 Sholat maghrib berjamaah dan membaca<br />
Al-Quran<br />
Masjid<br />
15 19.15 - 20.00 Makan malam R. makan<br />
16 20.00 - 20.30 Sholat isha berjamaah Sholat isha berjamaah<br />
17 20.30 - 22.00 Mengulang pelajaran Asrama<br />
18 22.00 - 04.00 Tidur Asrama<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Hari Sabtu<br />
No Waktu Kegiatan Tempat<br />
1 04.00 - 04.30 Tahajud Asrama<br />
2 04.30 - 05.00 Persiapan (mandi dan bersih-bersih) Asrama<br />
3 05.00 - 05.30 Sholat subuh berjamaah Masjid<br />
4 05.00 - 06.15 Membaca dan Menghapal Al-Quran Masjid<br />
5 06.15 - 07.00 Sarapan pagi R. makan<br />
6 07.00 - 08.00 Lari pagi dan senam Lapangan olah raga<br />
7 08.00 - 08.30 Bersih-bersih Asrama<br />
8 08.30 - 11.00 Masuk kelas laboratorium Area bertani dan bercocok<br />
tanam<br />
9 11. 00 - 12.30 Belajar indoor terbuka Masjid<br />
10 12.30 - 13.00 Sholat zuhur berjamaah Masjid<br />
11 13.00 - 14.00 Makan siang R. makan<br />
12 14.00 - 15.30 Kelas terbuka Pondok belajar<br />
13 15.30 - 16.30 Sholat ashar berjamaah Masjid<br />
14 16.30 - 17.30 Istirahat Asrama<br />
15 17.30 - 18.15 Bersih-bersih Asrama<br />
16 18.15 - 19.15 Sholat maghrib berjamaah dan membaca<br />
Al-Quran<br />
Masjid<br />
17 19.15 - 20.00 Makan malam R. makan<br />
18 20.00 - 20.30 Sholat isha berjamaah Sholat isha berjamaah<br />
19 20.30 - 22.00 Mengulang pelajaran Asrama<br />
20 22.00 - 04.00 Tidur Asrama<br />
Tabel 2.1 Kegiatan Harian Santri<br />
Sumber: Hasil Olah Data Primer<br />
2.2. analisa pemilihan lokasi<br />
a. alternatif lokasi<br />
lokasi A<br />
• Lokasi A berada di jalan Karya wisata, Medan Johor<br />
• Luas site adalah 6,00 ha (60000 m2)<br />
• Kondisi eksisting berupa lahan kosong<br />
• KDB 58 % dari bagunan<br />
• Kecamatan: medan johor<br />
• Kondisi tanah: tidak berkontur<br />
• Kekurangan. Terdapat d kawasan pinggir landasan polonia<br />
• Kelebihan:<br />
• site terletak di simpang tiga<br />
• akses mudah, dilewati oleh kendaraan dan angkutan umum<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Kecamatan Medan Johor terletak di wilayah Selatan Kota Medan dengan batas-batas sebagai<br />
berikut: :<br />
� Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Tuntungan<br />
� Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas<br />
� Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang<br />
� Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia<br />
Kecamatan Medan Johor dengan luas wilayahnya 12,81 KM ² , Kecamatan Medan<br />
Johor adalah merupakan daerah pemukiman di Kota Medan di sebelah Selatan, dan<br />
merupakan daerah resapan air bagi Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah : 113.593<br />
Jiwa (2006) .<br />
Di Kecamatan Medan Johor ini banyak terdapat perumahan-perumahan kelas menengah dan<br />
mewah, daerah ini sangat potensial bagi para investor yang bergerak dibidang Real Estate,<br />
disamping itu juga sangat berpotensi dibidang agrobisnis dan pendidikan.<br />
Disini juga terdapat Balai Pembibitan Pertanian dan sebuah Asrama Haji yang besar<br />
dan megah dengan pelayanan hajinya setiap tahun sering mendapat penghargaan secara<br />
Nasional. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri di Kecamatan Medan Johor ini juga<br />
terdapat beberapa industri kecil seperti Pengolahan Kopi dan Produk Minuman ringan.<br />
Sumber : Medan Dalam Angka 2007<br />
Nurtia Rahmat (070406012)<br />
Gambar 2.1 : Peta Kawasan Johor<br />
Sumber: Google Eart
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Batas site:<br />
lokasi B<br />
• Lokasi B berada di jalan Tj. Selamat Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang, Medan<br />
• Luas site adalah 1,7 ha (17000 m2)<br />
• Kondisi eksisting berupa lahan kosong<br />
• Kecamatan: sunggal<br />
• Kondisi tanah: tidak berkontur<br />
• Kekurangan<br />
� Hanya memiliki satu jalan untuk akses ke lokasi<br />
� Site di keliligi hutan<br />
• Kelebihan:<br />
• site terletak kawasan yang minim kebisingan<br />
Nurtia Rahmat (070406012)<br />
Utara Timur<br />
Selatan<br />
Gambar 2.2 : Foto Batasan Site A<br />
Sumber: Dokumentasi Pribadi<br />
Barat
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
lokasi C<br />
Utara<br />
• Lokasi C berada di jalan Desa glugurimbun kecaman pancur batu, medan<br />
• Luas site adalah 1,5ha (15000 m2)<br />
• Kondisi eksisting berupa lahan kosong<br />
• Kecamatan: pancur batu<br />
• Kondisi tanah: tidak berkontur<br />
• Kekurangan<br />
� Hanya memiliki satu jalan untuk akses ke lokasi<br />
� Site di keliligi hunian penduduk<br />
• Kelebihan:<br />
• site terletak kawasan yang minim kebisingan<br />
Nurtia Rahmat (070406012)<br />
Selatan<br />
Timur<br />
Gambar 2.3 : Foto Batasan Site B<br />
Sumber: Dokumentasi Pribadi<br />
Barat
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
no Kriteria lokasi Lokasi A<br />
(medan johor)<br />
1 Tataguna lahan Pusat bisnis, pusat<br />
pemerintahan, hutan<br />
kota, pusat<br />
pendidikan<br />
(3)<br />
Nurtia Rahmat (070406012)<br />
Utara Timur<br />
Selatan Barat<br />
2 Luas lahan 6.0 ha<br />
(3)<br />
3 Aksesibilitas Kendaraan pribadi,<br />
kendaraan umum,<br />
pejalan kaki<br />
(3)<br />
4 pencapaian Melalui 2 jalur<br />
• jl. Karya wisata<br />
• jl. Eka surya<br />
(2)<br />
Gambar 2.4 : Foto Batasan Site C<br />
Sumber: Dokumentasi Pribadi<br />
Lokasi B<br />
(tj. Slamet)<br />
Pemukiman,<br />
peribadatan<br />
(2)<br />
1.7 ha<br />
(2)<br />
Kendaraan pribadi,<br />
kendaraan umum,<br />
pejalan kaki<br />
(3)<br />
Melalui 1 jalur<br />
• jl. Besar tj. Slamet<br />
(1)<br />
Lokasi C<br />
(glugur rimbun)<br />
Pemukiman,<br />
peribadatan<br />
(2)<br />
1.6 ha<br />
(2)<br />
Kendaraan pribadi,<br />
kendaraan umum,<br />
pejalan kaki<br />
(3)<br />
Melaui 1 jalur<br />
• jl. Besar glugur<br />
rimbun<br />
(1)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
5 citra Positif untuk<br />
permukiman, jasa<br />
dan pendidikan.<br />
(3)<br />
6 strategis Relatif strategis<br />
(2)<br />
7 Tingkat<br />
kemacetan<br />
8 Fasilitas<br />
pelayanan<br />
9 Tingkat<br />
kebisingan<br />
10 Total nilai<br />
2. 3 studi kelayakan proyek<br />
Nurtia Rahmat (070406012)<br />
Sedang<br />
(2)<br />
Pemukiman,<br />
penduduk,<br />
pendidikan,<br />
perkantoran, tempat<br />
ibadah, sekolah,<br />
retail ruko<br />
(3)<br />
Tinggi<br />
(2)<br />
2.3.1 Tinjauan Umum Kota Medan<br />
Positif untuk<br />
permukiman, dan<br />
pendidikan.<br />
(2)<br />
Relatif strategis<br />
(2)<br />
Kecil<br />
(3)<br />
Pemukiman<br />
penduduk, tempat<br />
ibadah, sekolah, retail<br />
ruko<br />
(2)<br />
Sedang<br />
(3)<br />
Positif untuk<br />
permukiman, dan<br />
pendidikan.<br />
(2)<br />
Relatif strategis<br />
(2)<br />
Kecil<br />
(3)<br />
Pemukiman<br />
penduduk, tempat<br />
ibadah, sekolah<br />
(2)<br />
Sedang<br />
(3)<br />
23 20 20<br />
Tabel 2.2 Perbandingan Lokasi<br />
Sumber: Hasil Olah Data Primer<br />
Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21<br />
Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan<br />
perkembangan administrative ini Kota Medan kemudian<br />
tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.<br />
Tabel Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan<br />
Penduduk Di Kota Medan Tahun 2005 – 2007<br />
Gambar 2.5 : Peta Kota Medan<br />
Sumber: www.wikipedia.com
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Tahun Jumlah Penduduk<br />
Nurtia Rahmat (070406012)<br />
Laju<br />
Pertumbuhan<br />
Penduduk<br />
Luas Wilayah<br />
(KM²)<br />
Kepadatan<br />
Penduduk<br />
(Jiwa/KM²)<br />
[1] [2] [3] [4] [5]<br />
2005 2.036.185 1,50 265,10 7.681<br />
2006 2.067.288 1,53 265,10 7.798<br />
2007* 2.083.156 0,77 265,10 7.858<br />
Melalui data tabel diatas diketahui, jumlah penduduk Kota Medan mengalami<br />
peningkatan dari 2,036 juta jiwa pada tahun 2005 menjadi 2,067 juta jiwa pada tahun 2006<br />
dan 2,083 juta jiwa pada tahun 2007. Dari tahun ke tahun laju pertumbuhan mengalami<br />
peningkatan dari 1,50 persen pada tahun 2005 meningkta menjadi 1,53 persen pada tahun<br />
2006, dan menurun<br />
Statistik Sosial Pembangunan Kota Medan Tahun 2005 - 2007<br />
No. INDIKATOR SATUAN TAHUN<br />
2005 2006*) 2007**)<br />
[1] [2] [3] [4] [5] [6]<br />
1 Jumlah Penduduk Jiwa 2.036.185 2.067.288 2.083.156<br />
2 Pertumbuhan Penduduk Persen (%) 1,50 1,53 0,77<br />
3 APK<br />
4 APM<br />
5 APS<br />
Tabel 2.3 Tabel Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan<br />
Penduduk Di Kota Medan Tahun 2005 – 2007<br />
Sumber: BPS Kota Medan Keterangan : * Angka Sementara<br />
Pertengahan Tahun 2007<br />
- SD/MI Persen (%) 104,28 111,51 112,18<br />
- SMP/MTs Persen (%) 99,79 94,53 98,36<br />
- SMA/MA Persen (%) 89,04 81,09 89,34<br />
- SD/MI Persen (%) 91,36 91,04 91,79<br />
- SMP/MTs Persen (%) 78,49 73,83 76,18<br />
- SMA/MA Persen (%) 71,90 62,91 64,71
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
- 07-12 Persen (%) 99,06 99,15 99,31<br />
- 13-15 Persen (%) 95,04 92,19 94,04<br />
- 16-18 Persen (%) 78,11 72,17 79,21<br />
- 19-24 Persen (%) 24,09 22,90 24,19<br />
6 Pendidikan<br />
- Penduduk Minimal Tamat<br />
SLTA<br />
Nurtia Rahmat (070406012)<br />
Persen (%) 47,57 48,69 49,78<br />
- Buta Huruf Persen (%) 0,62 0,91 0,82<br />
7 Angka Kelahiran Total (TFR) Persen (%) 2,19 2,16 2,13<br />
8 Umur Harapan Hidup Tahun 70,7 71,10 71,10<br />
9 Angka Kematian Bayi (IMR) 15,84 15,10 13,80<br />
10 Rata-rata Anak Lahir Hidup Orang 1,50 1,39 1,34<br />
11 Rata-rata Anak Masih Hidup Orang 1,44 1,33 1,29<br />
12 Anak Kesakitan Umum Persen (%) 15,81 20,43 20,13<br />
13 TPAK Persen (%) 66,91 62,21 58,62<br />
14 TPT Persen (%) 12,46 15,01 14,49<br />
15 IPM - 75,4 74,60 75,80<br />
16 Penduduk Miskin Persen (%) 8,62 7,77 7,09<br />
Tabel 2.4 Tabel Statistik Sosial Pembangunan Kota Medan 2005 – 2007<br />
Sumber: BPS Kota Medan dan Instansi Terkait : * Angka Perbaikan<br />
Pertengahan Tahun 2007<br />
Kepadatan penduduk kota medan<br />
T a h u n Jumlah<br />
Penduduk<br />
Laju<br />
Pertumbuhan<br />
Penduduk<br />
Luas Wilayah<br />
(KM²)<br />
Kepadatan<br />
Penduduk<br />
(Jiwa/KM²)<br />
[1] [2] [3] [4] [5]<br />
2001 1.926.052 1,17 265,10 7.267<br />
2002 1.963.086 1,94 265,10 7.408<br />
2003 1.993.060 1,51 265,10 7.520<br />
2004 2.006.014 0,63 265,10 7.567<br />
2005 2.036.018 1,50 265,10 7.681<br />
2006 2.067.288 1,53 265,10 7.798<br />
2007* 2.083.156 0,77 265,10 7.858<br />
INDIKATOR SATUAN TAHUN<br />
2006 2007 *)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
[1] [2] [3] [4]<br />
Jumlah Penduduk Jiwa 2.067.288 2.083.156<br />
Laju Pertumbuhan<br />
Penduduk<br />
Persen (%) 1,53 0,77<br />
Luas Wilayah KM² 265, 10 265,10<br />
Kepadatan Penduduk Jiwa 7.798 7.858<br />
Tabel 2.5 Jumlah Laju Pertumbuhan Dan Kepadatan Penduduk<br />
Di Kota Medan Tahun 2001 – 2007<br />
Sumber: BPS Kota Medan dan Instansi Terkait : * Angka Perbaikan Pertengahan Tahun 2007<br />
PERSENTASE JUMLAH PENDUDUK KOTA MEDAN<br />
MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2007<br />
GOLONGAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH<br />
UMUR JIWA PERSEN JIWA PERSEN JIWA PERSEN<br />
(%)<br />
(%)<br />
(%)<br />
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]<br />
0 - 4 89.206 8,62 92.853 8,86 182.059 8,74<br />
5 - 9 96.559 9,33 91.885 8,76 188.444 9,05<br />
10 - 14 98.519 9,52 100.590 9,59 199.109 9,56<br />
16 - 19 111.263 10,75 105.426 10,06 216.689 10,40<br />
20 - 24 116.164 11,23 121.385 11,58 237.549 11,40<br />
25 - 29 99.499 9,62 102.041 9,73 201.540 9,67<br />
30 - 34 83.325 8,05 75.926 7,24 159.251 7,64<br />
35 - 39 75.482 7,30 83.180 7,93 158.662 7,62<br />
40 - 44 70.091 6,77 75.926 7,24 146.017 7,01<br />
45 - 49 57.837 5,59 53.680 5,12 111.517 5,35<br />
50 - 54 47.054 4,55 47.393 4,52 94.447 4,53<br />
55 - 59 30.879 2,98 31.434 3,00 62.313 2,99<br />
60 - 64 26.468 2,56 22.246 2,12 48.714 2,34<br />
65 + 32.350 3,13 44.495 4,24 76.845 3,69<br />
Jumlah 1.034.696 100,00 1.048.460 100,00 2.083.156 100<br />
Tabel 2.6 Persentase Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur Tahun 2007<br />
Sumber: BPS Kota Medan Tahun 2007<br />
Berdasarkan tabel - tabel diatas diketahui bahwa ada kecenderungan peningkatan<br />
jumlah penduduk Kota Medan dari 2.067.288 jiwa pada tahun 2006 menjadi 2.083.156 jiwa<br />
pada tahun 2007. Laju pertumbuhan berkisar 1,53% pada tahun 2006 dan 0,77% pada tahun<br />
2007. Walaupun meningkat namun tidak terlalu mencolok, bahkan laju pertumbuhan<br />
penduduk cenderung lebih rendah tahun 2007 dibandingkan tahun 2006. Faktor alami yang<br />
diperkirakan mempengaruhi peningkatan laju pertambahan penduduk adalah seperti tingkat<br />
kelahiran, kematian, dan arus urbanisasi. Upaya-upaya pengendalian kelahiran melalui<br />
program Keluarga Berencana (KB) perlu terus dipertahankan untuk menekan angka<br />
kelahiran.<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Seiring bertambahnya jumlah penduduk maka pada tahun 2006 menjadi 7.858<br />
jiwa/KM² pada tahun 2007. Tingkat kepadatan tersebut relatif tinggi, sehingga termasuk salah<br />
satu permasalahan yang harus diantisipasi. Apalagi dengan luas lahan yang relatif terbatas,<br />
sehingga berpeluang terjadi ketidak seimbangan antara daya dukung dan daya tampung<br />
lingkungan yang ada.<br />
Faktor lain yang juga secara berarti mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan<br />
penduduk adalah meningkatnya arus urbanisasi dan commuters serta kaum pencari kerja ke<br />
Kota Medan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, faktor utama yang menyebabkan<br />
komutasi ke Kota Medan adalah adanya pandangan bahwa : (1) bekerja di kota lebih<br />
bergengsi (2) di kota lebih gampang mencari pekerjaan, (3) Tidak ada lagi yang dapat diolah<br />
(dikerjakan) di daerah asalnya, dan (4) upaya mencari nafkah yang lebih baik. Besarnya<br />
dorongan untuk menjadi penglaju tentunya berpengaruh terhadap kehidupan sosial, ekonomi,<br />
dan pelayanan umum yang harus disediakan secara keseluruhan.<br />
Faktor lain yang secara umum mempengaruhi semakin menurunnya angka pertumbuhan<br />
penduduk pada periode 2006 - 2007 adalah peningkatan derajat pendidikan masyarakat Kota<br />
Medan. Pada umumnya peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara langsung<br />
meningkatkan rata-rata pendidikan generasi muda, yang merupakan calon orang tua yang<br />
memasuki kehidupan rumah tangga. Melalui tingkat pendidikan yang semakin memadai,<br />
apresiasi, dan pandangan masyarakat terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan<br />
2.4 Studi Banding Proyek Sejenis<br />
2.4.1 Pondok Modern Gontor, Ponorogo Jawa Timur<br />
Pondok Modern Gontor terletak di sebuah desa kecil yang bernama Gontor yang<br />
berada di wilayah Kecamatan Mlarak,<br />
Kabupaten Daerah Tingkat <strong>II</strong> Ponorogo Jawa<br />
Timur. Pada tanggal 9 Oktober 1926, Pondok<br />
Darussalam Gontor didirkan oleh tiga orang<br />
bersaudara yaitu, KH Ahmad Sahal, KH<br />
Zainuddin Fanani dan KH Imam Zarkasyi.<br />
(Basyir, 1999:53)Pondok Modern Gontor<br />
berkembang sangat pesat, dan sekarang<br />
jumlah santrinya sudah sesuai kapasitas Gambar 2.6 : Pesantren Modern Gontor<br />
Sumber: www.wikipedia.com<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
maksimal, yaitu 3,200 santri putra. Para santri tersebut berasal dari seluruh Indonesia bahkan<br />
dari luar negeri, antara lain Somali, Malaysia dan Singapura. Dibangun di atas tanah seluas<br />
8,5 hektar berdiri mesjid utama Pondok Modern Gontor yang menampung sekitar 4,000<br />
jemaah. Selain fasilitas tersebut, Pondok Modern Gontor juga memiliki berderet bangunan<br />
gedung sekolah, asrama, perpustakaan, aula dan perkantoran yang minimal dua lantai dan<br />
usaha pertanian di atas tanah wakaf seluas lebih dari 250 hektar. Pondok Modern Gontor juga<br />
memiliki pondok khusus santri putri yang terletak di Mantingan, Kabupaten Ngawi dengan<br />
1,280 santri putri. Tetapi perkembangan pondok bukan hanya dalam hal fisik. Hadirnya lebih<br />
dari 135 pondok alumni dan pondok cabang yang dikembangkan oleh sebagian dari sekitar<br />
18,000 alumni.<br />
Perbedaan utama di antara sistem baru KMI ini dan sistem pendidikan tradisional<br />
yang diajar di pondok pesantren lain adalah sistem modern ini tidak menggunakan sistem<br />
pengajaran wetonan (massal) dan sorogan (individual). Para santri dididik dan diajarkan pada<br />
madrasah KMI yang berjenjang dari kelas satu sampai kelas enam, setaraf SMTP dan SMTA.<br />
Kini santri kelas enam bisa mengikuti ujian persamaan dengan madrasah aliyah dibawah<br />
Department Agama.<br />
Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo (Jatim) sampai berumur 70<br />
tahun semakin kuat jati dirinya, dan berkembang pesat dengan 3.200 santri - sesuai kapasitas<br />
maksimal. Santri pondok berasal dari seluruh Indonesia bahkan dari luar negeri, antara lain<br />
Somalia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Australia. Para santri diasuh lebih 200 ustadz<br />
(guru), sebagian besar bergelar<br />
master lulusan luar negeri seperti<br />
Mesir, Arab Saudi, Pakistan.<br />
Di atas tanah 8,5 hektar itu<br />
berdiri mesjid utama dua lantai<br />
yang menampung sekitar 4.000<br />
jemaah. Berderet bangunan gedung<br />
sekolah, asrama, perpustakaan, aula<br />
dan perkantoran yang minimal dua<br />
Gambar 2.7 : Masjid Pesantren Modern Gontor<br />
lantai. Kini juga berdiri kompleks<br />
Sumber: www.wikipedia.com<br />
pondok kedua seluas dua hektar di Siman, selain kampus baru Institut Studi Islam<br />
Darussalam (ISID) di atas tanah lima hektar dengan deretan gedung berlantai tiga.<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Aset pondok lainnya adalah 25 unit usaha yang dikelola oleh Koperasi La Tansa,<br />
antara lain berupa penggilingan padi, toko buku, apotek, balai kesehatan, toko, depot bakso,<br />
warung ayam panggang, Wartel, dan usaha pertanian di atas tanah wakaf seluas lebih dari<br />
250 hektar.<br />
Dalam perkembangan dibangun pondok khusus santri putri di Mantingan, Kabupaten<br />
Ngawi - 1.280 orang santri. Pondok putri memiliki dua cabang - Pondok Modern Darul<br />
Ma'rifah di Kediri dan Darul Muttaqin di Banyuwangi.<br />
Perkembangan pondok bukan cuma dalam hal fisik. Ada yang lebih berarti dan<br />
memberikan kontribusi yang besar bagi umat, masyarakat serta bangsa. Hadirnya 135 pondok<br />
alumni yaitu pondok model Darussalam Gontor yang dikembangkan oleh sebagian dari<br />
sekitar 18.000 alumni.<br />
Kontribusi lain yang tak kalah pentingnya adalah pengembangan sistem budaya di<br />
kalangan santri dan umat Islam. Dr Nurcholish Madjid, alumnus Gontor, menunjuk<br />
kebebasan berpikir dan sikap toleransi sebagai kontribusi besar. Dalam kebebasan berpikir<br />
itulah alumni Gontor terus terpanggil melakukan ijtihad (pembaruan), tidak mudah terpola<br />
secara jumud (lamban). Sekaligus mendobrak tradisi sami'na wa atha'na (mendengar dan<br />
patuh) pada kiai. "Sami'na wa atha'na para santri adalah kepada aturan, sistem pondok<br />
modern. Santri tidak dididik mengkultuskan individu, sekalipun itu kiainya," ujar Amal<br />
Fathullah Zarkasyi MA, anggota Dewan Wakaf Gontor. Gontor telah memberi makna bagi<br />
masyarakat sekitarnya. Bupati Ponorogo Markum Singodimejo mengakui, Gontor membawa<br />
Ponorogo go internasional. Mengalirnya uang<br />
ke Ponorogo melalui kiriman untuk para santri<br />
ikut mendinamisasi perekonomian dan<br />
menambah pendapatan warga sekitar pondok.<br />
Pemda bisa bekerja sama untuk pelbagai<br />
macam kegiatan pelatihan. Sumbangan paling<br />
nyata, Gontor menyumbagkan sumber daya<br />
manusia yang menjadi pionir pembangunan.<br />
2.4.2 Raudhatul Hasanah Medan<br />
Model Pengajaran Kurikulum Berbasis<br />
Kompetensi pada Pesantren Raudhatul<br />
Nurtia Rahmat (070406012)<br />
Gambar 2.8 : Masjid Pesantren Modern Raudhatul<br />
Hasanah<br />
Sumber: www.wikipedia.com
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Hasanah Medan. Sesuai dengan perkembangan pendidikan modern di berbagai lembaga<br />
pendidikan, termasuk di lingkungan pesantren sekarang ini dikembangkan Kurikulim<br />
Berbasis Kompetensi (KBK). KBK dikembangkan untuk meningkatkan kualitas lulusan agar<br />
lebih memiliki daya saing (Competitiveness). Lulusan Pesantren yang Competitiveness<br />
tercermin dari perilaku santri yang berakhlaqul karimah, yang tidak hanya sekedar santri<br />
dapat membedakan baik-buruk tetapi lebih dari pada itu akhalaqul karimah dapat tercermin<br />
dalam pribadi yang mandiri, luhur, jujur, disiplin, bertanggung jawab, tidak pamrih, cinta<br />
ilmu, cinta kemajuan, kritis, dan suka bekerja keras.<br />
Kurikulum 2004 sering disebut dengan kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).<br />
Kurikulum Berbasis Kompetensi ini merupakan paradigma baru dalam dunia pendidikan<br />
nasional yang diharapkan dalam implementasinya dapat menjawab permasalahan yang<br />
dihadapi dunia pendidikan mulai dari tingkat Pendidikan Dasar (SD), Pendidikan Menengah<br />
(SMU), dan Perguruan Tinggi termasuk di dalamnya pendidikan Pesantren.<br />
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan seperangkat rencana dan<br />
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh santri, penilaian<br />
kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan<br />
kurikulum sekolah. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dikembangkan untuk<br />
memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan pertentangan,<br />
ketidak pastian, dan kerumitan<br />
dalam kehidupan.<br />
Sudah menjadi tekad<br />
pemerintah dalam hal ini<br />
melaksanakan kurikulum<br />
tersebut sebagai suatu upaya<br />
meningkatkan kualitas<br />
pwendidikan nasional yang<br />
jauh tertinggal dengan negaranegara<br />
lain. Hal tersebut dapat<br />
dibuktikan dari imformasi<br />
Gambar 2.9 : Masjid Pesantren Modern Raudhatul Hasanah<br />
yang disampaikan oleh United<br />
Sumber: www.wikipedia.com<br />
Nation Development Program (UNDP: 2000), dimana Human Development Index (HDI)<br />
Indonesia berada pada tingkat 109, telah didahului oleh Vietnam yang berada di peringkat<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
108, sementara Cina di peringkat 99, Sri Langka 84, Pilipina 77, Thailand 76, Malaysia 61,<br />
dan Singapura 24, dalam HDI ini, negara Kanada berada pada posisi paling atas di dunia, dan<br />
Jepang terbaik di Asia (Agustiarsyah Nur, 2000).<br />
Sejalan dengan pendapat di<br />
atas, menurut Nurahadi (2003: 1),<br />
menyatakan bahwa pendekatan<br />
kontekstual (Contextual Teaching<br />
and Learning) merupakan konsep<br />
belajar yang membantu guru<br />
menghubungkan antara materi yang<br />
akan diajarkan dengan situasi dunia<br />
nyata dan mendorong siswa<br />
Gambar 2.10 : Plank Raudhatul Hasanah<br />
membuat hubungan antara<br />
Sumber: www.wikipedia.com<br />
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai<br />
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep tersebut, hasil pembelajaran diharapkan<br />
lebih bermakna bagi santri. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk<br />
kegiatan santri bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke santri<br />
tersebut. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari<br />
pada hasil. Dalam konteks itu, santri perlu mengerti<br />
dengan baik makna belajar, apa manfaatnya, dalam status<br />
apa mereka, dan bagaimana mencapainya.<br />
Hasil pengamatan peneliti pada lokasi penelitian,<br />
terungkap bahwa hambatan-hambatan guru dalam<br />
melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)<br />
ini, adalah: (1) pengetahuan dan pengelaman tentang Gambar 2.11 : Logo Raudhatul<br />
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) masih sangat<br />
Hasanah<br />
Sumber: www.wikipedia.com<br />
terbatas, (2) kebanyakan guru masuh terbiasa mengajar dengan sistem memindahkan atau<br />
transfer pengetahuan, (3) santri belum terbiasa melakukan kompetensi-kompetensi yang akan<br />
dituju, (4) kepala sekolah dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan tidak mendukung<br />
pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), (5) kompetensi guru masih sangat<br />
rendah, (6) terbatasnya sumber dan dana pendidikan yang akan mengakibatkan kurangnya<br />
sarana dan prasarana pendidikan yang dipergunakan di dalam proses belajar mengajar. (7)<br />
Model pengajaran yang belum mapan untuk mendukung konsep KBK.<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Tingkatan santri dalam belajar di bagi menjadi dua bagian, yaitu: Kelas 4, 5 dan 6<br />
(sebanding dengan kelas 1, 2, dan 3 tingkat Tsanawiyah). Dan kelas 7, 8, dan 9 (sebanding<br />
dengan kelas 1, 2, dan 3 tingkat Aliyah). Guru-guru yang mengajar pada tingkat Tsanawiyah<br />
juga mengajar pada tingkat Aliyah. Pembelajaran dilaksanakan setiap hari senin sampai<br />
dengan minggu mulai pukul 07. 30 sampai dengan 12.15, kecuali hari jumat mereka libur.<br />
Gambar 2.12 : Masjid Pesantren Modern<br />
Raudhatul Hasanah<br />
Sumber: www.wikipedia.com<br />
Gambar 2.13 : Pintu Masuk Raudhatul<br />
Hasanah<br />
Sumber: Data Khairunni, Zhilli I<br />
Nurtia Rahmat (070406012)<br />
Kegiatan ekstra kurikler<br />
dilaksanakan dimulai setelah<br />
sholat dzuhur sampai dengan sore<br />
hari. Semua guru aktif mengajar<br />
sesuai dengan tugas dan jadwal<br />
yang telah ditentukan. Pembinaan<br />
disiplin, bahasa dan ibadah serta<br />
pengawasan santri melibatkan<br />
santri yang lebih senior. Santri<br />
yang akan keluar kampus harus terelbih<br />
dahulu memperoleh izin tertulis dari salah<br />
seorang guru.<br />
Oleh karena itu, masalahmasalah<br />
yang berhubungan dengan<br />
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)<br />
dan hal-hal yang berkaitan dengan<br />
teknik operasionalnya di lapangan perlu<br />
dikaji lebih lanjut, agar pelaksanaan<br />
KBK ini dapat berjalan dengan baik dan<br />
pada akhirnya dapat meningkatkan<br />
kualitas pendidikan nasional kita.<br />
Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah<br />
Medan, Pada tanggal 18 Oktober 1982 bertepatan dengan dengan 1 Muharram 1403 diadakan<br />
pengajian pertama di rumah ustadz Usman Husni di dalam komplek Pesantren yang dihadiri<br />
oleh anggota pengajian tafsir beserta seluruh anak-anak yang menjadi santri pesantren. Di
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
saat itulah diikrarkan berdirinya Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah dengan jumlah santri<br />
sebanyak 16 orang (Assabiqun al awwalun).<br />
Adapun para pendiri Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah adalah: H. Hasan Tarigan<br />
(alm)., H. M. Arsyad Tarigan (alm)., H. Abdul Muthalib Sembiring, S.H., Drs. H. M. Ardyan<br />
Tarigan., Drs. H. M. Ilyas Tarigan., H. Goman Rusydi Pinem., Ir. H. Musa Sembiring (alm).,<br />
dr. H. Hilaluddin Sembiring., H. Panji Bahrum Tarigan (alm)., Prof. Dr, Hj. Mundiyah<br />
Mochtar., dr. H. Ja’far Tarigan., Ir. H. Sehat Keloko., H. Raja Syaf Tarigan., dr, H. M.<br />
Nurdin Ginting., dr, H. Benyamin Tarigan., dan Drs. H. Sya’ad Afifuddin Sembiring, M. Ec.<br />
Meskipun dalam jumlah santri/wati yang sangat terbatas dan belum ada yang menetap<br />
di Pesantren, namun kegiatan belajar mengajar terus meningkat. Karena belum cukup maka<br />
santri/wati menetap (mukin) di rumah keluarga Paya Bundung.<br />
Gambar 2.14 : Ground Plan Raudhatul Hasanah<br />
Sumber: Data Khairunni, Zhilli I<br />
Pesantren ini didirikan di atas lahan ± 80.000 M2 yang berlokasi di jalan Jamin<br />
Ginting Km. 11 Paya Bundung Simpang Selayang Medan Sumatera Utara 20135 Telp. (061).<br />
Struktur Organisasi Pesantren Raudhatul Hasanah<br />
Pengurus Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhahtul Hasanah Medan Sumatera<br />
Utara berlandaskan Surat Keputusan Badan Wakaf Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Nomor<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
02 Tahun 1999, Surat Keputusan Pimpinan Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Nomor 06<br />
Tahun 2004 dan Anggaran Rumah Tangga Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul<br />
Hasanah. Pengurus Pesantren yaitu:<br />
• Pimpinan :Drs. H.M. Ardyan Tarigan, MM<br />
• Wakil Pimpinan<br />
• Bidang Pendidikan : Drs. H. M. Ilyas Tarigan<br />
• Bidang Keuangan : Drs. M.Amin Tarigan, Ak<br />
• Direktur : Drs. Syahid Marqum<br />
• Wakil Direktur : Drs. Junaidi<br />
• Majlis Guru : Drs. Syahid Marqum ,Drs. Basron Sudarmanto, Drs. Maghfur Abdul Halim,<br />
Drs. Rasyidin Bina, Drs. Junaidi, H. Solihin Addin, S. Ag, H. Abdul Wahid Sulaiman, Lc,<br />
Agis Nirodi Hasbullah, S. Ag<br />
• Sekretaris : Carles Ginting, B. Hsc, Mukhlis Ihsan, Amd, Yenni Kurniawi<br />
• Bendahara : Supar Wasesa, SE., MM, Evi Nora J. Lingga, SE<br />
• Koordinator<br />
1. Bidang Pendidikan :H. Abdul Wahid Sulaiman, Lc<br />
2. Bidang Pengasuhan : Drs. Rasyidin Bina<br />
1. Bidang Kesejahteraan : Drs. Basron Sudarmanto<br />
2. Bidang Usaha Milik Pesantren: Agis Nirodi Hasbullah, S. Ag<br />
3. Bidang Litbang : M. Subhan, S. Ag<br />
Proses Belajar Mengajar Di Pesatren<br />
Sebagaimana dikatakan oleh M. Arifin (1993), menyatakan bahwa proses belajar<br />
mengajar di sekolah pada hakikatnya adalah merupakan rangkaian proses komunikasi antara<br />
siswa dengan guru yang berlangsung atas dasar minat, bakat, dan kemampuan diri masingmasing<br />
siswa.<br />
Demikian juga halnya dengan proses belajar mengajar yang terjadi di Pesantren Ar-<br />
Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan. Pendidikan dan pengajaran menekankan pada<br />
aspek kemampuan siswa untuk berkembang sesuai dengan minat, bakat yang<br />
dikomunikasikan oleh guru dengan cara yang mengedepankan potensi serta partisipasi dari<br />
siswa itu sendiri. Secara umum, proses belajar mengajar demikian dinamakan dengan transfer<br />
ilmu pengetahuan dan nilai-nilai dengan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi.<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Kurikulum<br />
Dalam sistem pendidikan di pesantren terdapat dua istilah kurikulum, yakni: (1)<br />
Kurikulum pesantren, dan (2) kurikulum SKB 3 Mentri dalam hal ini dikeluarkan oleh<br />
Departemen Agama.<br />
Yang dimaksud dengan kurikulum pesantren adalah kurikulum yang dirancang dan<br />
ditetapkan oleh pihak pengurus pesantren yang nota benenya didominasi oleh ilmu-ilmu<br />
agama. Biasanya penetapan kurikulum pesantren didasarkan kepada tujuan dari pesantren<br />
tersebut yang tertulis dalam visi, misi, maupun tujuan dari program jangka pendek dan<br />
menengah. Sedangkan kurikulum SKB 3 Mentri adalah kurikulum nasional yang dikeluarkan<br />
oleh Departemen Agama dengan memiliki muatan pelajaran agama ditambah dengan<br />
pelajaran umum. Mengenai perbandingan jumlah antara pelajaran agama dan umum pada<br />
suatu lembaga pendidikan Islam tergantung dari institusi yang bersangkutan, misalnya 30 :<br />
70., 40 : 60., dan 50 : 50.<br />
Berdasarkan fakta yang penulis temukan di lapangan bahwa sebenarnya pihak<br />
pesantren secara lebih khusus semua guru yang mengajar di lembaga tersebut belum banyak<br />
mengenal KBK, namun disadari atau tidak sebenarnya mereka telah menerapkannya di dalam<br />
proses belajar dan mengajar. Untuk itu, berikut ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang<br />
berhubungan dengan:<br />
1. Tujuan Pembelajaran Berbasis Kompetensi Yang Dikembangkan Guru<br />
Secara umum tujuan pembelajaran di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung<br />
Medan mengacu kepada tujuan pendidikan nasional yang berlaku, khususnya pada jenjang<br />
pendidikan lanjutan pertama dan menengah dengan penekanan khusus pada upaya<br />
mempersiapkan santri yang: (a) Menguasi bekal-bekal kemampuan dasar keulamaan<br />
/kecendikaan, kepemimpinan dan keguruan. (b) Mau dan mampu mengembangkan bekalbekal<br />
dasar tersebut secara mandiri (long life education). Dan (c) Siap mengamalkannya di<br />
tengah-tengah masyarakat dengan ikhlas, cerdas, dan beramal.<br />
2. Pengembangan Materi Pelajaran<br />
Mata pelajaran yang disajikan di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung<br />
Medan secara umum dapat diklasifikan menjadi dua bagian, yaitu: Mata pelajaran yang<br />
bercirikan agama, dan mata pelajaran yang bercirikan umum. Mata pelajaran agama berbasis<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
kepada pelajaran-pelajaran Kitab Kuning dan kitab-kitab sejenis lainnya. Sementara mata<br />
pelajaran umum pada hakikatnya sama dengan mata pelajaran yang diberikan di tingkat<br />
sekolah menengah atas (SMA dan MA). Namun yang perlu diperjelas adalah baik mata<br />
pelajaran agama maupun mata pelajaran umum diajarkan dengan menggunakan kurikulum<br />
Menurut Martinis Yamin (2005: 133), menjelaskan bahwa kemampuan atau<br />
kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran mencakup beberapa aspek, seperti mata<br />
pelajaran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Aspek-aspek tersebut sebaiknya mendapat<br />
porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu. Kemampuan dasar, materi pokok,<br />
indikator yang dicantumkan dalam komptensi standar merupakan bahan minimal yang harus<br />
dikuasai oleh siswa. Kemampuan dasar adalah tujuan pembelajarn dari suatu materi yang<br />
akan diberikan kepada siswa sesuai dengan taksonomi Bloom.<br />
3. Metode Pembelajaran<br />
Salah satu ciri yang menonjol dalam pembelajaran berbasis kompetensi adalah bahwa<br />
para siswa dihadapkan dengan dunia nyata dan dengan dunia nyata yang dihadapinya tersebut<br />
para siswa tersebut mampu berbuat dengan yang sebenarnya. KBK yang diterapkan pada<br />
tahun 2004 memiliki 10 karakteristik pokok (Tim Penyusun Buku Bahasa Inggris Untuk<br />
Kelas 2 SMA, hlm. x – xi), yaitu:<br />
1. Berpusat pada siswa.<br />
2. Belajar dengan melakukan. 3. Mengembangkan Kemampuan Sosial.<br />
4. Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, dan Fitrah Bertuhan.<br />
5. Mengembangkan Keterampilan Memecahkan Masalah.<br />
6. Mengembangkan Kreativitas Siswa.<br />
7. Mengembangkan Kemampuan Menggunakan Ilmu dan Teknologi.<br />
8. Menumbuhkan Kesadaran Sebagai Warga Negara Yang Baik.<br />
9. Belajar Sepanjang Hayat..<br />
10. Perpaduan Kompetisi, Kerjasama dan Solidaritas.<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Sementara itu, penerapan metode diskusi dalam pembelajaran merupakan hal yang<br />
positif bagi santri dan Ustadz. Metode diskusi dilakukan untuk merangsang siswa agar<br />
dapat/mampu memberikan pokok-pokok pikiranya dengan cara-cara yang sistematis dan<br />
logis. Menurut Martinis Yamin (2005: 69) metode diskusi merupakan interaksi antara siswa<br />
dengan siswa, atau siswa denga guru untuk menganalisis, memecahlan masalah, menggali<br />
atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu. Metode diskusi ini digunakan oleh<br />
guru apabila:<br />
1. Menyediakan bahan, topik, atau masalah yang akan didiskusikn.<br />
2. Menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas atau memberikan studi khusus<br />
kepada siswa sebelum menyelenggarakan diskusi.<br />
3. Menugaskan siswa untuk menjelaskan, menganalisis, dan meringkas pelajaran.<br />
4. Membimbing diskusi, tidak memberi ceramah.<br />
5. Sabar terhadap kelompok yang lamban dalam mendiskusikannya.<br />
6. Waspada terhadap kelompok yang kebingungan atau berjalan dengan tidak menentu.<br />
7. Melatih siswa dengan menghargai pendapat orang lain.<br />
Berdasarkan kenyataan yang ditemui peneliti di lapangan menunjukkan kemampuan<br />
bahasa Arab dan bahasa Inggris yang dimiliki oleh para santri memang cukup<br />
menggembirakan, di mana dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dan bahkan di dalam<br />
proses belajar mengajar mereka tetap menggunakan kedua bahasa tersebut sebagai alat<br />
komunikasi. Kemampuan bahasa yang dimiliki oleh para santri tidak terlepas dari peranan<br />
semua unsur civitas akademika pesantren terutama Pembimbing Bahasa yang tugas dan<br />
kewajibannya tertuang dalam Pasal 14 (Tata Tertib Pengurus Pesantren Tarbiyah Islamiyah<br />
Ar-Raudhatul Hasanah), yaitu:<br />
1. Mengontrol pelaksaaan muhadatsah.<br />
2. Mengontrol pelaksanaan pemberian kosa kata pagi hari.<br />
3. Mengadakan lomba cerdas cermat dengan bahasa resmi.<br />
4. Mengadakan tasyful lughah.<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
5. Berusaha meningkatkan bahasa di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung<br />
Medan.<br />
6. Mengadakan perbaikan bahasa yang salah.<br />
7. Mengadakan lomba drama antara asrama dengan bahasa resmi.<br />
8. Bekerjasama dengan pengasuhan dalam menentukan pengurus penggerak bahasa.<br />
9. Membuat etalase khusus dan mengisinya dengan istiah-istilah/perbaikan bahasa.<br />
10. Memanggil kelas Vdan VI yang melanggar bahasa dan memberikan sanksinya.<br />
11. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan bahasa, seperti lomba<br />
baca Kitab Kuning.<br />
12. Menyusun kosa kata bahasa Arab dan bahasa Inggris dengan sepengetahuan<br />
koordinator bidang penelitian dan pengembangan.<br />
13. Mengkoordinir pengembangan bahasa resmi bagi para guru.<br />
14. Bertanggung jawab terhadap kursus bahasa.<br />
Media Pembelajaran Yang Digunakan Guru<br />
Pembelajaran yang menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)<br />
menyandarkan kepada suatu model pembelajaran yang tidak dibatasi oleh dinding-dinding<br />
sekolah, namun harus dapat melibatkan dan memanfaatkan seluruh sumber belajar yang<br />
mungkin dapat digunakan baik itu orang, benda, peristiwa, objek, fakta, dan lain sebagainya.<br />
Meskipun hanya media buku (kitab) yang digunakan dalam pembelajaran tetapi sebaiknya<br />
proses pembelajaran tersebut mengedepankan ciri-ciri dari penerapakan kompetensi.<br />
Adapun yang menjadi ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sebagai<br />
berikut:<br />
1. Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun<br />
klasikal.<br />
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.<br />
Nurtia Rahmat (070406012)
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi<br />
(variatif).<br />
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang lainnya yang memenuhi<br />
unsur eduakatif.<br />
5. Penilaian menekankan kepada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau pencapaian<br />
suatu kompetensi (Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2002).<br />
Evaluasi Pembelajaran<br />
Pengukuran ini dapat dilakukan dalam bentuk ujian lisan, kuis, ulangan harian,<br />
pekerjaan rumah, ulangan semester, ujian akahir. Penentuan teknik ujian yang digunakan<br />
berdasarkan kompetensi dasar yang ingin dinilai an harus ditelaah oleh sejawat dala bidang<br />
studi yang sama. Hasil ujian yang telah didapatkan, selanjutnya dianalisis untuk menentukan<br />
tindakan perbaikan, berupa program remedial. Apabila nanti ditemui sebagian besar siswa di<br />
atas 75 % belum menguasai suatu kemampuan dasar, maka dilakukan lagi proses<br />
pembelajaran, sedangkan yang telah menguasai diberi tugas pengayaan untuk masing-masing<br />
siswa. sistem dalam pengujian kompetensi dasar siswa, yang berkaitan dengan kognitif<br />
ataupun psikomotorik, antara lain:<br />
a. Pertanyaan lisan di kelas<br />
b. Kuis<br />
c. Ulangan Harian<br />
d. Tugas individu<br />
e. Tugas kelompok<br />
f. Ulangan semester<br />
g. Ulangan kenaikan kelas<br />
h. Laporan kerja praktik atau laporan<br />
praktikum<br />
i. Responsi atau ujian pratik<br />
j. Ujian Akhir<br />
Nurtia Rahmat (070406012)<br />
Gambar 2.15 : Gedung SMP Putri Darul<br />
Arafah<br />
Sumber: Dokumentasi Darul Arafah
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
2.4.3 Pondok pesantren Darul Arafah Raya<br />
Pesantren Darul Arafah adalah Pesantren yang didirikan atas dasar ketulusan dan<br />
kemurnian cita-cita islam untuk menghasilkan para kader pemimpin bangsa dan agama yang<br />
berkualitas dalam menghadapi era<br />
gobalisasi yang penuh dengan<br />
tantangan dan hal-hal baru yang kita<br />
jumpai saat ini, ajaran islam akan<br />
tetap update hingga akhir zaman,<br />
namun sebuah tantangan bagi umat<br />
islam adalah bagaimana kita<br />
Gambar 2.16 : Gedung SMA Putra Darul Arafah Raya<br />
menciptakan dan menjadi muslim<br />
yang mampu menetralisir tantangan<br />
dan hal yang baru menjadi warna<br />
Sumber: Dokumentasi Darul Arafah<br />
yang sudah di wasiatkan kepada umat.<br />
dan tanpa merubah syariat islam<br />
Pendiri Pondok Pesantren Darul arafah<br />
adalah Bapak H. Amrullah Naga Lubis,<br />
yang pada saat itu sering mengunjungi<br />
anaknya yang sedang belajar di Pondok<br />
Modern Gontor, saat itulah muncul ide<br />
beliau untuk medirikan pesantren di tanah<br />
Sumatra ini, sebelumnya beliau sempat<br />
berinteraksi dengan pimpinan Gontor K. H<br />
Gambar 2.18 : Asrama Putri Darul Arafah Raya<br />
Sumber: Dokumentasi Darul Arafah<br />
Nurtia Rahmat (070406012)<br />
Gambar 2.17 : Fasilitas Darul Arafah Raya<br />
Sumber: Dokumentasi Darul Arafah<br />
Imam Zarkasyi, dalam dialog singkat<br />
tersebut diketahui bahwa santri yang<br />
belajar dari Sumatera utara hanya 200<br />
orang saja. Secara factual jumlah ini terlalu<br />
kecil bila dibandingkan dengan jumlah<br />
siswa didik disumatra utara yang beragama<br />
Islam.<br />
Pesantren Darul arafah sendiri
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
didirikan pada tanggal 17 agustus 1985. Bapak H. Amrullah Naga Lubis dan keluarga<br />
bersama Drs. Ikromi Saputra, alumni alumni Pondok Modern Gontor 1982-1983, meletakan<br />
Gambar 2.21 : R. Makan Bersama Darul<br />
Arafah Raya<br />
Sumber: Dokumentasi Pribadi<br />
Nurtia Rahmat (070406012)<br />
batu pertama pembangunan gedung asrama<br />
17 agustus Pesantren Darul Arafah dengan<br />
sangat sederhana.<br />
Asrama 17 Agustus, Asrama<br />
pertama kali yang di dirikan. saya sendiri<br />
tidak tau persis bagaimana bentuk<br />
Gambar 2.19 : Fasilitas TK Darul Arafah Raya<br />
bangunan asrama tersebut pada awal<br />
pendirian. yang saya ketahui saat saya<br />
mulai mondok di pesantren darul arafah,<br />
Sumber: Dokumentasi Darul Arafah<br />
asrama saya yang pertama adalah asrama 17<br />
Agustus. Asrama ini sendiri memiliki 10 Ruangan, yang masing masing ruangan tersebut di<br />
huni oleh 20 orang. dan asrama asrama<br />
yang lain juga tidak jauh berbeda.<br />
Pada awalnya sempat timbul<br />
keraguan dalam diri Bapak H. Amrullah<br />
Naga Lubis ditambah lagi dengan<br />
keterbatasan kemampuan yang dimiliki.<br />
Namun dengan keyakinan yang penuh<br />
akan adanya pertolongan dari Allah SWT.<br />
Gambar 2.20 : Fasilitas Lapangan Bdminton<br />
Darul Arafah Raya<br />
Sumber: Dokumentasi Darul Arafah<br />
Maka dengan mengucapkan.<br />
Bismillahirrohmanirrohim maka di<br />
mulailah pembangunan pesantren Darul<br />
Arafah.<br />
Dengan penuh rasa syukur<br />
kepada Allah SWT. Pada tanggal 8 mei<br />
1986 pertepatan 26 Syakban 1406 H<br />
dibukalah pendaftaran santri untuk<br />
pertama kali di Pesantren Darul Arafah.
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Nurtia Rahmat (070406012)<br />
Impian tersebut menjadi<br />
kenyataan dengan melihat facta<br />
bahwa saat ini Pesantren Darul<br />
Arafah menjadi salah satu pesantren<br />
terbesar disumatra sehingga tidak<br />
perlu lagi bagi pelajar Sumatra<br />
berhijrah keJawa untuk belajar<br />
agama. Peningkatan yang dicapai oleh<br />
Darul Arafah tidak terlepas dari<br />
dorongan Pesantren Modern Gontor<br />
yang besedia munyuplai alumninya<br />
Gambar 2.22 : Lap. Bola Darul Arafah Raya<br />
Sumber: Dokumentasi Pribadi untuk mengajar di Pesantren Darul Arafah,<br />
hingga akhirnya seiring dengan waktu berlalu Pesantren Darul Arafah mampu menciptakan<br />
alumni yang berkualitas dan mampu memberikan dedikasi tinggi bagi masyakat umum, dan<br />
dengan demikian Pesantren Darul Arafah dapat melahirkan pengajar sendiri bahkan juga<br />
mampu menyuplai tenaga pengajar untuk di kirim kepesantren lain di tanah sumatra<br />
kuhusnya.<br />
Pondok Pesantren Modern Darul Arafah saat ini telah berganti nama menjadi Pondok<br />
pesantren modern Darul Arafah Raya. dan penambahan "RAYA" sendiri di berikan oleh Bpk.<br />
Syamsul Arifin. selaku Gubernur Sumatera Utara.<br />
Struktur Kepengurusan Pesantren Darularafah Raya<br />
Tahun 2010 -2011<br />
Badan Pendiri : 1. H. A.Naga Lubis<br />
2. Hj. Nurhayati Hasibuan<br />
3. IR. Hj. Duma Sari Lubis<br />
4. H. Indra P. Lubis, MA<br />
Ketua Umum : H. Indra P. Lubis, MA<br />
Ketua : Harun Lubis, ST<br />
Sekretaris : H. Ikromi Saputra, M.Hum<br />
Bendahara : IR. Hj. Duma Sari Lubis<br />
Ka. Biro Pengawas Pendidikan & Pengajaran : Idat Darussalam, MA<br />
Wa. Ka. Biro Pendidikan & Pengajaran I : H. Rahmad Asril Pohan, Lc<br />
Wa. Ka. Biro Pendidikan & Pengajaran <strong>II</strong> : Drs. Zulfan Arifin<br />
Ka. Biro Pengasuhan Santri dan Dyah : Ahmad Rifa’i, S.Ag<br />
Wa. Ka. Biro Pengasuhan Bidang Disiplin : Faisal Pandiangan, S.Ag<br />
Wa. Ka. Biro Pengasuhan Bidang Bahasa : Ardian Ginting, S.Ag
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
Wa. Ka. Biro Pengasuhan Bidang Eskul : Surya Darmawan, S.Ag<br />
Sekretaris Biro Pengasuhan Santri/Dyah : Adli asnin<br />
Ka. Biro Administrasi dan Tata Usaha : Muh. Daroini, S.PdI<br />
Wa. Ka. Biro Administrasi : Nurlela Nahar, SS<br />
Ka. Sekolah MAS Darularafah : Drs. Ali Sahbana Dly<br />
PKM I MAS Darularafah : Mas’ud Muhajir, S.Ag<br />
PKM <strong>II</strong> MAS Darularafah : Budiawan, S.P<br />
PKM <strong>II</strong>I MAS Darularafah : Deni Fitriadi, S.PdI<br />
Ka. Sekolah SMA Galih Agung : Moh. Muhni, S.Ag<br />
PKS I SMA Galih Agung : Safriadi, S.PdI<br />
PKS <strong>II</strong> SMA Galih Agung : M. Syamsuddin, S.Ag<br />
PKS <strong>II</strong>I SMA Galih Agung : Zulkarnaen, S.PdI<br />
Ka. Sekolah MTs Darularafah : Moh. Dahlan, S.Ag<br />
PKM I MTs Darularafah : Agus Susanto, S.PdI<br />
PKM <strong>II</strong> MTs Darularafah : Syahrul Fuad, S.Pd<br />
PKM <strong>II</strong>I MTs Darularafah : Misdan, S.Ag<br />
Ka. Sekolah SMP Galih Agung : Bambang WidoWasono, S.Ag<br />
PKS I SMP Galih Agung : Novi Alfan, SE<br />
PKS <strong>II</strong> SMP Galih Agung : Hotnida Pohan, S.Pd<br />
PKS <strong>II</strong>I SMP Galih Agung : Ahdor Muslim, S.PdI<br />
Nurtia Rahmat (070406012)<br />
STRUKTUR PENGASUHAN SANTRI<br />
Pesantren Darularafah Raya<br />
Tahun 2010 – 2011<br />
Ketua : Marwaan Halim, S.PdI<br />
Wakil Ketua : Suharto, S.PdI<br />
Sekretaris : Taqwa Ritopnga, S.Pd<br />
P.U : Indra Bahri, S.Pd<br />
Bagian bahasa Ketua : Basr Rangkuti, S.Pd<br />
Anggota : Mismaruddin, S,PdI<br />
: Aulia Rahman<br />
: Imam rinaldi<br />
: Mahmud<br />
Bagian Ibadah Ketua : Supriono, S.PdI<br />
Anggota : Prayogianto, S.Pd<br />
: Eko Prayogi<br />
: Hazairin Adha<br />
: Waiji Samiono, S.PdI<br />
: Sahnan<br />
Bagian Kebersihan & Pertaman : Tirta Yogi Aulia<br />
Wali Asrama Kelas I : Abdul Rasyid, S.PdI
PESANTREN MODERN DI MEDAN<br />
: Hendra Saputra<br />
Wali Asrama Kelas <strong>II</strong> : M. Kamil<br />
Wali Asrama Kelas <strong>II</strong>I : Ali Akbar<br />
Wali Asrama Kelas IV : Mahadi Maulana<br />
Wali Asrama Kelas V : Indra Bakhri, S.PdI<br />
Wali Asrama Kelas VI : Sholehan, STp<br />
Nurtia Rahmat (070406012)<br />
STRUKTUR PENGASUHAN DYAH<br />
Pesantren Darularafah Raya<br />
Tahun 2010 – 2011<br />
Ketua : Fauzan Azhari, S.PdI<br />
Wakil Ketua : Hasnida Wati, S.Pd<br />
Sekretaris : Sufrida Lubis, S.EI<br />
P.U : Maulana Malik Bukhori, S.Pd<br />
Bagian bahasa Ketua : Suprapto, S.PdI<br />
Anggota : H. Ahmad Zalik, Lc<br />
: Mahmud El-Khudri, S.PdI<br />
: Rizki Fitriani<br />
: Raniyati Alamsyah Nst, S.PdI<br />
: Febbi Wulandari<br />
Bagian Ibadah Ketua : Nirwansyah, S.Ag<br />
Anggota : Abdul Fathah, S.PdI<br />
: Susilawati, S.Pd<br />
: Ana Rizka, S.Pd<br />
Wali Asrama Kelas I : Sarina<br />
: Yuli Yunus<br />
Wali Asrama Kelas <strong>II</strong> : Marliah Hafni<br />
Wali Asrama Kelas <strong>II</strong> I : Cut Fitri Ramadhani<br />
Wali Asrama Kelas IV : Hermiana Nazania<br />
Wali Asrama Kelas V : Ratna Balkis<br />
Wali Asrama Kelas VI : Zehan Nofalia