30.01.2015 Views

Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Berwawasan ... - DPPM UII

Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Berwawasan ... - DPPM UII

Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Berwawasan ... - DPPM UII

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

5 0<br />

baik untuk perencanaan, operasi dan pemeliharaan fasiltas sanitasi. Oleh karena itu<br />

komponen peran serta masyarakat dari program sanitasi perlu membangkitkan peranserta<br />

aktif dari perempuan.<br />

Posisi kaum perempuan dalam pengelolaan limbah padat dan cair harus dimaknai bahwa<br />

peserta mereka diperlukan guna mewujudkan pengelolaan lingkungan hidup yang dijiwai dengan<br />

sifat feminin, yang suka merawat, teliti dan hati-hati. Inilah apa yang disebut perempuan<br />

menyebabkan perempuan tidak selalu dilibatkan dalam proyek pembangunan padahal kaum<br />

perempuan akan terkena dampak dari proyek pembangunan tersebut.<br />

Didalam pengelolaan limbah padat dan cair yang didalamnya juga termasuk masalah<br />

sanitasi / assainering dan persampahan, data dari lokasi penelitian yang menunjukkan<br />

ketimpangan jender merupakan salah satu bentuk peroyek pengolaan lingkungan hidup yang<br />

tidak memperhatikan kepentingan perempuan. <strong>Pengelolaan</strong> sanitasi dan limbah cair yang<br />

lebih banyak dikerjakan laki-laki merupakan bentuk proyek yang dilakukan atas dasar prinsip<br />

patriorki seperti yang dikatakan oleh Shiva. Hal inilah yang akhirnya meminggirkan kaum<br />

perempuan sehingga jika terjadi kerusakan dalam akibat pengelolaan lingkungan yang berbasis<br />

pada prinsip patriorki atau prinsip maskulinitas maka perempuan akan ikut menanggung resiko.<br />

Ketimpangan jender yang tampak di lokasi penelitian merupakan wujud masih dominannya<br />

presepsi bahwa pembangunan merupakan urusan laki-laki atau pembangunan atas dasar<br />

prinsip patriorki. Prinsip ini ternyata berimplikasi pada pengutamaan kaum laki-laki untuk oleh<br />

Vandana Shiva sebagai konsep ecofeminisme. Begitu pentingnya kaum perempuan dengan<br />

jiwa faminitasnya dalam pengelolaan lingkungan hidup sehingga Vandana Shiva (1997)<br />

memberikan ilustrasi yang menarik dengan mengatakan<br />

“Kini kita tahu, kerusakan dalam penyingkiran kaum perempuan ke pinggir adalah buah<br />

dari sebagaian besar program dan proyek pembangunan yang melanggar integritas kaum<br />

perempuan dan merusak produktivitas alam. Kaum perempuan, sebagai korban penindasan<br />

bentuk-bentuk pembangunan patriorki, mulai melawan untuk melindungi alam dan menjaga<br />

kelangsungan hidup mereka”.<br />

Gagasan Vandana Shiva tentang Ecofeminisme, yaitu memulihkan pembangunan<br />

lingkungan hidup dengan prinsip feminim adalah reaksi atas terjadinya pembangunan yang<br />

timpang sebagai proyek patriarki yang melibatkan dominasi, kerusakan, kekerasan,<br />

penundukan, perampasan serta pengabaian perempuan dari alam. Sebenarnya reaksi Shiva<br />

juga ditangani oleh berbagai ketimpangan jender yang cenderung bias kepada laki-laki.<br />

Ketimpangan jender yang tidak memperhatikan kepentingan dilibatkan dalam seluruh proses<br />

pembangunan, baik ditingkat perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kaum lakilaki<br />

pula yang memegang posisi kunci dalam pengambilan keputusan. Pembedaan peranperan<br />

tertentu justru akan berakibat bagi minimnya kepedulian perempuan dalam kegitankegiatan<br />

yang bukan menjadi tanggungjawab dan tugasnya. Keadaan ini tidak menguntungkan<br />

bagi upaya peningkatan peran serta perempuan dalam pembangunan secara keseluruhan.<br />

Didalam upaya peningkatan daya guna dan hasil guna pembangunan yang berhubungan dengan<br />

pengelolaan lingkungan hidup, peran serta perempuan harus ditingkatkan melalui berbagai<br />

upaya, baik yang berbentuk upaya penyadaran, pelatihan, pemberian informasi maupun upaya<br />

melibatkan langsung pada semua kegiatan pengelolaan lingkungan hidup. Upaya-upaya<br />

tersebut akan mampu meningkatkan mutu peranserta perempuan dalam pengelolaan lingkungan<br />

hidup.<br />

Koesnadi Herdjasoemantri (1992) menegaskan bahwa mutu peranserta masyarakat<br />

tergantung kepada wawasan lingkungan, tingkat kesadaran, kekuatan dan kemampuan<br />

lembaga dan pranata sosial serta kesempatan dan ruang gerak yang memadai bagi prakarsa<br />

masyarakat. <strong>Pengelolaan</strong> lingkungan hidup sebagaimana nampak di kecamatan Mergangsan<br />

Fenomena: Vol. 4 No. 1 Maret 2006 ISSN : 1693-4296

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!