You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
AKTIVIS ANTIKORUPSI DITEMBAK<br />
MANAJEMEN<br />
ala<br />
<strong>BOB</strong><br />
SADINO<br />
EDISI 165 | 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
DAFTAR ISI<br />
EDISI 165 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015<br />
FOKUS<br />
DRAMA DELAPAN<br />
BELAS JAM<br />
BAMBANG<br />
WAKIL KETUA KPK BAMBANG<br />
WIDJOJANTO MENGALAMI<br />
TEROR SAAT DITANGKAP POLISI.<br />
PELAPORNYA ADALAH KADER PDI<br />
PERJUANGAN.<br />
INTERNASIONAL<br />
CRIME STORY<br />
n SETELAH SYIAH HOUTHI GUSUR HADI<br />
n SAAT YAHUDI PILIH ALIYAH<br />
INTERVIEW<br />
n KEDOK BISNIS IKAN JURAGAN WONG<br />
KRIMINAL<br />
n AKIBAT ULAH CHRISTOPHER<br />
EKONOMI<br />
n MONOREL TANPA PT JAKARTA MONORAIL<br />
BISNIS<br />
n MANAJEMEN ALA <strong>BOB</strong> SADINO<br />
n KABAR TALAK UNTUK BANK PERMATA<br />
n KEKERASAN PADA ANAK AKIBAT NIKAH MUDA<br />
KOLOM<br />
LENSA<br />
n MANUVER BARBAR HANCURKAN KPK<br />
FILM<br />
n MUSIM DINGIN YANG MENGGODA<br />
GAYA HIDUP<br />
n TETAP KRIWIL TETAP MENGGEMASKAN<br />
n FILM PEKAN INI<br />
n AGENDA<br />
Cover:<br />
Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik<br />
n CARA BARU JAJAN DI KAKI LIMA<br />
n KAKI LIMA ALA AMERIKA<br />
Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />
Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />
Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M<br />
Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar<br />
Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifa’i,<br />
Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product<br />
Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus,<br />
Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim,<br />
Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />
Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />
Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />
appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />
No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.
LENSA<br />
MUSIM DINGIN<br />
YANG MENGGODA<br />
TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />
Cuaca superdingin dan beku—di beberapa wilayah mencapai minus 20 derajat Celsius—dinikmati dengan santai. Ada yang berselancar,<br />
ada juga yang menikmatinya dengan menggelar pesta rakyat. Tradisi tahunan yang selalu menarik.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
LENSA<br />
Warga Desa Martsiyanauka, Belarusia, menyambut musim dingin dengan menggelar Perayaan Kolyada, Rabu (21/1). Perayaan tersebut<br />
untuk menghormati musim dingin dalam tradisi Kristen Ortodoks. (Vasily Fedosenko/REUTERS)
LENSA<br />
Warga Desa Malanka, Ukraina, mengikuti festival musim dingin dengan kostum topeng Rabu (14/1). (Brendan Hoffman/GETTY IMAGES)
LENSA<br />
Memancing di lubang pantai yang beku di Teluk Abakan, Siberia, Rabu (21/1). (Ilya Naymushin/REUTERS)
LENSA<br />
Anjing salju di suhu minus 22 derajat Celsius di Siberia | Burung yang mencari makan di atas salju setebal sekitar 15 sentimeter | Anjing<br />
balap di Skotlandia melawan dingin. (Ilya Naymushin/REUTERS, Mark Runnacles, Jeff J. Mitchell/GETTYIMAGES)
LENSA<br />
Peserta karnaval kostum pantai di Danau Oranke, Berlin, Sabtu (10/1). Event yang berlangsung secara turun-temurun ini diikuti para lansia di<br />
suhu yang hampir beku. (Hannibal Hanschke/REUTERS)
LENSA<br />
Pengunjung Fantasy Ice World menikmati patung es dari berbagai bangunan terkenal dunia di Taipei, Taiwan, Jumat (23/1). Replika bangunan itu dibuat<br />
oleh pematung yang biasa beraksi di festival es Harbin, Tiongkok. (Ashley Pon/GETTY IMAGES)
NASIONAL<br />
TIKUS<br />
MISTERIUS<br />
SIAPA PUNYA<br />
PAKET BERISI TIKUS PUTIH<br />
BERIKUT FOTO KETUA MPR<br />
ZULKIFLI HASAN DIKIRIM KE<br />
SEJUMLAH KANTOR REDAKSI<br />
MEDIA. DITUDING SEBAGAI<br />
KAMPANYE HITAM.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Peti berisi tikus putih dan<br />
foto Zulkifli Hasan yang<br />
dikirim ke kantor detikcom.<br />
ENDRO PRIHERDITYO/DETIKCOM<br />
KANTOR redaksi detikcom pada<br />
Kamis siang pekan lalu tiba-tiba kedatangan<br />
paket mengejutkan. Paket<br />
itu berupa peti kayu berukuran 50 x<br />
40 sentimeter. Begitu dibuka, di dalam kotak<br />
setinggi 30 sentimeter itu ternyata berisi sembilan<br />
ekor tikus putih berikut uang plastik dan<br />
foto Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat<br />
Zulkifli Hasan.<br />
Tidak jelas siapa pengirim paket tersebut.<br />
Namun, menurut seorang pengojek yang<br />
mengantar paket itu ke kantor redaksi detikcom<br />
di Jalan Warung Jati Barat, Jakarta Selatan,<br />
paket itu dititipkan oleh seseorang yang<br />
berpenampilan seperti mahasiswa.<br />
“Yang nyuruh saya mahasiswa,” kata pengojek<br />
tersebut, yang mengaku biasa mangkal di<br />
kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Sebanyak 24 pengurus<br />
dewan pimpinan wilayah<br />
PAN menggelar deklarasi<br />
mendukung Hatta Rajasa<br />
kembali menjadi Ketua<br />
Umum PAN untuk periode<br />
kedua di Hotel Denpasar,<br />
Jakarta Selatan, Kamis<br />
(8/1).<br />
LAMHOT/DETIKCOM<br />
Ia juga memberikan selembar surat yang berasal<br />
dari sebuah lembaga swadaya masyarakat<br />
bernama Jakarta Development Watch. LSM<br />
ini, di dalam surat itu, beralamatkan di Jalan<br />
Otista Raya, Tanjung Lengkong Nomor 40, RT<br />
017 RW 07, Bidara Cina, Jakarta Timur, 13330.<br />
Nomor telepon kantornya 021-33664389.<br />
Selain alamat kantor, tercantum nama orang<br />
yang bisa dihubungi, yakni Don Sukri Corleone,<br />
di nomor 081213090296. Namun, beberapa<br />
kali nomor tersebut dihubungi, selalu<br />
terdengar nada sibuk. Saat disambangi, alamat<br />
kantor LSM tersebut juga ternyata palsu.<br />
Paket itu ternyata juga dikirimkan ke kantor<br />
redaksi sejumlah media secara serentak. Menurut<br />
sang pengojek, selain kantor detikcom,<br />
dia mengirim peti itu ke kantor salah satu<br />
stasiun televisi nasional.<br />
Meskipun masih jadi misteri, pesan yang<br />
disampaikan oleh si pengirim kotak itu jelas.<br />
Tujuannya adalah mengaitkan Zulkifli Hasan<br />
dengan kasus yang tengah ditangani Komisi<br />
Pemberantasan Korupsi.<br />
Maklum saja, politikus senior Partai Amanat<br />
Nasional itu sebelumnya disebut-sebut dalam<br />
dua kasus yang kini sedang digarap komisi antirasuah<br />
tersebut. Kasus itu adalah kasus suap<br />
izin alih fungsi hutan yang disangkakan kepada<br />
Gubernur Riau nonaktif Annas Maamun dan<br />
Bupati Bogor Rachmat Yasin.<br />
Nama Zulkifli dikaitkan berdasarkan pengakuan<br />
dua kepala daerah yang menjadi ter-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Zulkifli Hasan saat bersaksi<br />
di Pengadilan Tipikor<br />
Jakarta.<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
sangka perkara suap izin alih fungsi hutan itu.<br />
Kedua tersangka menyatakan perizinan sudah<br />
diberikan Kementerian Kehutanan saat dipimpin<br />
Zulkifli sebagai menteri. Bahkan, dalam<br />
rekaman sadapan yang diperdengarkan jaksa<br />
KPK pada persidangan di Pengadilan Tindak<br />
Pidana Korupsi, Senin, 19 Januari 2015, nama<br />
Zulkifli Hasan juga disebut.<br />
Rekaman sadapan yang diperdengarkan<br />
adalah percakapan telepon antara Annas<br />
Maamun dan pengusaha Gulat Manurung<br />
saat membahas soal uang suap pengurusan<br />
izin perubahan area kawasan hutan.<br />
Saat dimintai konfirmasi, Wakil Ketua KPK<br />
Zulkarnain mengatakan KPK tak tinggal diam<br />
dengan bukti rekaman itu. Namun KPK masih<br />
harus menunggu proses persidangan untuk<br />
mengkonfirmasi semua temuan agar bisa dijadikan<br />
bahan pengembangan kasus.<br />
“Nanti, kalau Gulat sudah memberikan keterangan,<br />
akan diinventarisasi keterangannya.<br />
Kita akan terus memonitor persidangan terse-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Massa PAN mengikuti<br />
kampanye terbuka di<br />
Lapangan MTQ, Kendari,<br />
Sulawesi Tenggara, Maret<br />
2014.<br />
EKHO ARDIYANTO/ANTARA<br />
but,” ujarnya.<br />
Lantas, apa tujuan paket misterius yang<br />
dikirim ke sejumlah media? Zulkifli Hasan mengatakan<br />
hal itu merupakan upaya kampanye<br />
hitam. Sebab, dia kini tengah bersiap maju sebagai<br />
salah satu calon Ketua Umum PAN pada<br />
kongres partai berlambang matahari itu, yang<br />
akan digelar akhir Februari mendatang.<br />
Zulkifli, yang merupakan besan pendiri<br />
PAN, Amien Rais, akan bersaing dengan Hatta<br />
Rajasa, yang kini menjabat ketua umum.<br />
Persaingan kedua tokoh ini kian menghangat<br />
karena suara dewan pimpinan daerah PAN di<br />
sejumlah daerah terpecah.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Ini dimensinya<br />
banyak, bisa juga<br />
keterkaitannya<br />
dengan pemilihan<br />
Ketua Umum PAN.<br />
Ade Irawan<br />
“Black campaign dengan cara-cara tidak<br />
beradab, kehilangan gagasan, itu tanda-tanda<br />
orang kalap,” begitu kata Zulkifli. Menurut dia,<br />
black campaign semacam itu menunjukkan<br />
adanya kepanikan.<br />
Senada, politikus PAN, Teguh Juwarno,<br />
menilai pengirim paket berisi tikus dan foto<br />
Zulkifli Hasan adalah “mahasiswa” bayaran.<br />
Teguh pun menegaskan, dalam kasus alih<br />
fungsi hutan di Bogor dan Riau, Zulkifli hanya<br />
dimintai keterangan sebagai saksi.<br />
“Yang pasti, apa yang dilakukan mereka<br />
tidak akan berpengaruh apa-apa<br />
terhadap pencalonan Pak Zul sebagai<br />
salah satu kandidat di dalam Kongres<br />
PAN yang akan datang,” tutur Teguh<br />
kepada majalah detik.<br />
Saat ini Steering Committee Kongres<br />
PAN sedang menyiapkan substansi<br />
yang akan dibawa ke kongres, berikut<br />
lokasi acara, yakni di Hotel Westin, Bali.<br />
Namun Teguh menampik anggapan bahwa<br />
target pengiriman tikus putih dilakukan oleh<br />
pesaing Zulkifli, yakni dari kubu Hatta Rajasa.<br />
“Menurut keyakinan saya, Pak Hatta tidak<br />
akan melakukan atau menyuruh pendukungnya<br />
melakukan cara itu. Itu bukan tipikal beliau,”<br />
ucap Teguh.<br />
Ia pun menduga serangan terhadap Zulkifli<br />
dilakukan oleh pihak luar yang bertujuan<br />
mengadu domba. Dan ia yakin, baik Zulkifli<br />
maupun Hatta tidak akan terpancing dengan<br />
cara itu.<br />
Secara terpisah, Koordinator Indonesia<br />
Corruption Watch Ade Irawan menilai isi pesan<br />
di dalam kotak hitam berisi tikus itu bisa<br />
multitafsir. Namun paket itu dinilainya bukan<br />
sebagai teror, melainkan hanya sebuah pesan<br />
yang akan disampaikan.<br />
“Ini dimensinya banyak, bisa juga keterkaitannya<br />
dengan pemilihan Ketua Umum PAN,<br />
tapi ya saya enggak tahu message-nya apa,”<br />
kata Ade. Melalui paket tersebut, menurut<br />
Ade, si pengirim ingin membuat citra Zulkifli<br />
Hasan buruk di mata publik. n<br />
ADITYA MARDIASTUTI, JAFFRY PRABU PRAKOSO | DEDEN G.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
TAK GENTAR<br />
KARENA TEROR<br />
PENEMBAKAN MATHUR<br />
HUSAIRI DIDUGA BERKAITAN<br />
DENGAN PENGUNGKAPAN<br />
KASUS KORUPSI DI<br />
BANGKALAN, MADURA.<br />
POLISI BELUM MENGETAHUI<br />
MOTIFNYA. PELAKU MASIH<br />
MISTERIUS.<br />
ANTARAFOTO<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Mutmainah, istri Mathur<br />
Husairi, terus mendoakan<br />
suaminya yang dirawat<br />
di ruang ICU RSUD Dr<br />
Soetomo.<br />
ROIS/DETIKCOM<br />
ALAT bantu pernapasan dan slang<br />
infus masih tersambung ke tubuh<br />
Mathur Husairi. Aktivis antikorupsi<br />
asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur,<br />
itu terbaring lemah di lantai 3 ruang intensive<br />
care unit Rumah Sakit dr Soetomo, Surabaya,<br />
Rabu pekan lalu.<br />
Meski demikian, masa kritis pria<br />
berusia 47 tahun itu sudah<br />
lewat setelah peluru diambil<br />
dari tubuhnya. Sebelumnya,<br />
kondisi Mathur kritis dan mengeluarkan<br />
banyak darah akibat<br />
ditembak dua orang tak dikenal<br />
pada Selasa dini hari, 20 Januari<br />
lalu. Ia dilarikan ke RS Umum Daerah<br />
Syamrabu, Bangkalan, sebelum dirujuk<br />
ke RS dr Soetomo.<br />
“Alhamdulillah, (kondisinya) membaik,<br />
(tapi) belum bisa<br />
diajak bicara.<br />
Kalau<br />
komunikasi<br />
melalui isyarat,” kata istri korban, Mutmainah.<br />
Ia berharap suaminya lekas sembuh dan pelaku<br />
penembakan tertangkap.<br />
Mathur ditembak di depan rumahnya, Jalan<br />
Teuku Umar III, Kelurahan Kemayoran, Bangkalan.<br />
Saat itu ia baru pulang dari Surabaya<br />
bersama temannya sesama aktivis. Ia mengendarai<br />
mobil seorang diri. Sedangkan rekannya,<br />
Mahmudi Ibnu khotib, aktivis LSM Poros Pemuda<br />
Jawa Timur, naik mobil berbeda. Awalnya<br />
mereka pulang beriringan, tapi berpencar saat<br />
Mahmudi mengisi bahan bakar minyak di pom<br />
bensin Kapas Krampung, Surabaya.<br />
Sesampai di rumah, saat Mathur akan membuka<br />
pintu pagar, tiba-tiba seseorang muncul<br />
dari belakang. Dor! Mathur ditembak dan<br />
mengenai bagian pinggang kanannya. Korban<br />
sempat berupaya mengejar pelaku yang berboncengan<br />
naik sepeda motor. Namun ia tidak<br />
kuat dan roboh.<br />
Kepolisian belum bisa mengungkap motif<br />
dan pelaku penembakan. Sebab, penyelidikan<br />
masih dilakukan. Dari hasil olah tempat kejadi-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Kepala Kepolisian Resor<br />
Bangkalan Ajun Komisaris<br />
Besar Soelistiyono<br />
ROIS/DETIKCOM<br />
an perkara, diduga Mathur ditembak dari jarak<br />
dekat menggunakan senjata rakitan. Namun,<br />
menurut Kepala Kepolisian Resor Bangkalan<br />
Ajun Komisaris Besar Soelistiyono, tidak ada<br />
saksi yang mengetahui kejadian kecuali korban<br />
sendiri.<br />
“Kami belum bisa meminta keterangan<br />
kepada korban karena kondisinya<br />
belum memungkinkan,” ujarnya Rabu,<br />
21 Januari lalu.<br />
Dari informasi yang dihimpun dari<br />
sejumlah rekan korban, sebelum penembakan<br />
tersebut, Mathur berkumpul<br />
bersama rekan-rekannya sesama<br />
aktivis di Surabaya Town Square. Menurut<br />
Mahmudi, Mathur, yang merupakan<br />
Direktur LSM Center for Islam<br />
Democracy, sekaligus<br />
Sekretaris Jenderal<br />
Corruption Watch<br />
Bangkalan, kerap menyoroti<br />
kasus-kasus<br />
korupsi di wilayah itu.<br />
Mahmudi menduga motif penembakan<br />
berkaitan dengan upaya korban membeberkan<br />
bukti dan kesiapannya menjadi saksi kasus korupsi<br />
mantan Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron,<br />
yang kini ditahan Komisi Pemberantasan<br />
Korupsi. Korban siap bersaksi di KPK maupun<br />
di pengadilan.<br />
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah<br />
Bangkalan itu ditangkap karena diduga menerima<br />
suap dari Direktur PT Media Karya Sentosa<br />
Antonius Bambang Djatmiko. Suap diduga<br />
berkaitan dengan jual-beli gas di Blok Madura<br />
Barat, yang dikendalikan PT Hulu Energi West<br />
Madura Offshore, anak perusahaan Pertamina.<br />
“Saya yakin penembakan ini berkaitan dengan<br />
kasus dugaan korupsi Fuad Amin,” tutur<br />
Mahmudi saat ditemui di RSUD dr Soetomo,<br />
Surabaya.<br />
Saat ini korban juga menyoroti kasus dugaan<br />
korupsi pembangunan jalan kembar sepanjang<br />
2 kilometer di Bangkalan yang menyedot dana<br />
hingga Rp 23 miliar dari Anggaran Pendapatan<br />
dan Belanja Daerah Kabupaten Bangkalan.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Mahmudi, aktivis LSM Poros<br />
Pemuda Jawa Timur<br />
ROIS/DETIKCOM<br />
Proyek di Jalan Asmara Ringroad, Bangkalan,<br />
yang dimulai sejak 2013 itu menuai perhatian<br />
lantaran jalan tembus ke tempat wisata religi<br />
pesarean Syaikhona Kholil itu keburu ambles<br />
meski masih digarap.<br />
“Hanya Mathur yang punya data dugaan<br />
penyelewengan tersebut,” ucap<br />
Mahmudi, seraya menyebut data itu<br />
mungkin sudah di tangan KPK.<br />
Namun Wakil Ketua KPK Bambang<br />
Widjojanto―dihubungi<br />
Kamis pekan lalu atau sehari<br />
sebelum ditangkap polisi―enggan<br />
mengungkap data apa yang<br />
dilaporkan Mathur. Bambang juga<br />
tak mau menyebut apakah korban<br />
akan dijadikan saksi oleh komisinya.<br />
Kendati begitu, ia<br />
menyebut kasus<br />
penembakan<br />
Mathur<br />
menjadi<br />
perhatian<br />
lembaga antirasuah tersebut.<br />
“KPK tidak bisa membuka informasi apa yang<br />
diadukan (Mathur),” katanya.<br />
Kasus itu bukan cuma menjadi perhatian<br />
KPK. Mantan Ketua Umum Pengurus Besar<br />
Nahdlatul Ulama yang kini anggota Dewan<br />
Pertimbangan Presiden, Hasyim Muzadi,<br />
bahkan menjenguk Mathur di rumah sakit<br />
sehari setelah peristiwa itu. Setelah menjenguk<br />
Mathur, Hasyim menegaskan kedatangannya<br />
bukan atas instruksi Presiden Joko Widodo,<br />
melainkan inisiatif pribadinya.<br />
“Saya datang ke sini hanya memberikan simpati,”<br />
ujar Hasyim.<br />
Di Jakarta, Koordinator Badan Pekerja Komisi<br />
untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan<br />
Haris Azhar mengecam penembakan<br />
tersebut. Haris juga menduga penembakan itu<br />
berkaitan erat dengan upaya pengungkapan<br />
korupsi yang dilakukan korban di Bangkalan.<br />
“Penembakan terhadap aktivis antikorupsi<br />
adalah bentuk teror terhadap demokrasi,” tuturnya.<br />
“Karena demokrasi antikekerasan dan<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Anggota Sabhara Polres<br />
Bangkalan melakukan<br />
penjagaan terhadap korban<br />
dan keluarganya.<br />
ROIS/DETIKCOM<br />
antikorupsi.”<br />
Kontras mencatat kekerasan terhadap aktivis<br />
antikorupsi bukan kali ini saja terjadi. Masih di<br />
Madura, pada Desember tahun lalu, tiga aktivis<br />
Madura Corruption Watch dibacok orang tak<br />
dikenal. Di Jakarta, aktivis Indonesia Corruption<br />
Watch, Tama S. Langkun, juga dibacok saat<br />
melakukan advokasi terhadap dugaan transaksi<br />
mencurigakan petinggi Polri yang memiliki “rekening<br />
gendut”, termasuk Komisaris Jenderal<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Gelar barang bukti kasus<br />
Fuad Amin di KPK.<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
Budi Gunawan, pada 2010.<br />
Tindakan-tindakan itu dinilai Kontras sebagai<br />
cara membungkam masyarakat yang menjalankan<br />
fungsi pengawasan publik terhadap pejabat<br />
negara. Adapun aktivis ICW, Ade Irawan,<br />
berharap teror penembakan ini tak membuat<br />
gentar para aktivis antikorupsi. “Namun kasus<br />
ini membuat aktivis akan lebih hati-hati, itu<br />
penting,” ucapnya.<br />
Namun, kepada sejumlah wartawan di Bangkalan,<br />
Kamis, 22 Januari lalu, kuasa hukum Fuad<br />
Amin, Bakhtiar Pradinata, menolak anggapan<br />
kliennya dikaitkan dengan kasus penembakan<br />
Mathur. Sebab, tudingan itu dinilai merugikan<br />
kliennya. Apalagi saat ini Fuad masih ditahan<br />
dan sedang menjalani proses hukum di KPK.<br />
“Sekarang Pak Fuad berada di ruang tahanan<br />
KPK. Di sana ketat penjagaannya,” kata Bakhtiar,<br />
seraya meminta agar kasus itu diserahkan<br />
kepada polisi. Ia meyakini Fuad Amin tidak<br />
terlibat dalam kasus penembakan tersebut.<br />
“Sebelum pelaku ditangkap, jangan dikaitkan<br />
dengan Pak Fuad sebelum ada bukti,” ujarnya.<br />
n<br />
JAFFRY PRABU P., ROIS JAJELI (SURABAYA), ADITYA M. | DEDEN G.<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK 26 DETIK JANUARI 12 - 1 18 FEBRUARI JANUARI 2015
CRIME STORY<br />
BAGIAN 2<br />
KEDOK BISNIS IKAN<br />
ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />
JURAGAN WONG<br />
PENTOLAN SINDIKAT NARKOTIK WONG CHI PING SUDAH 15 TAHUN<br />
MENETAP DI INDONESIA. PUNYA BANYAK KAPAL.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
Ia juga dikenal sebagai juragan<br />
kapal. Dari kapal kelas atas<br />
berbahan fiber hingga kapal kelas<br />
bawah dari kayu seperti yang<br />
dipakai nelayan biasa.<br />
TATAPAN mata Wong Chi Ping penuh<br />
curiga saat tahu ada wartawan<br />
yang menantinya di ruang penyidik<br />
Badan Narkotika Nasional, Selasa dua<br />
pekan lalu. Air mukanya datar, tidak sedikit pun<br />
tersenyum. Sebatang rokok yang sedang diisap<br />
ia buang ke tempat sampah.<br />
Pria berusia 42 tahun itu juga menolak diwawancarai.<br />
Wong semakin memperlihatkan<br />
ketidaksukaan ketika kamera televisi menyorot<br />
wajahnya. Saat dipertemukan dengan beberapa<br />
wartawan, termasuk majalah detik, itu,<br />
hampir semua pertanyaan<br />
yang dilontarkan<br />
kepadanya dijawab ketus:<br />
“Enggak tahu.”<br />
Otak penyelundupan<br />
ratusan kilogram sabu<br />
ke Indonesia itu ditangkap<br />
aparat BNN pada<br />
Senin, 5 Januari lalu, bersama delapan anggota<br />
komplotannya yang diduga bagian dari sindikat<br />
narkotik internasional asal Guangzhou, Tiongkok.<br />
Tujuh pelaku digulung di pelataran parkir<br />
Lotte Mart Taman Surya, Kalideres, Jakarta<br />
Barat, bersama barang bukti mobil boks bernomor<br />
polisi B-9301-TCE, yang dipakai mengangkut<br />
sabu. Dua lainnya dibekuk di Pelabuhan<br />
Dadap, Tangerang, Banten.<br />
Barang terlarang itu lolos masuk Indonesia<br />
menggunakan kapal besar, dan dipindahkan ke<br />
kapal kecil yang kemudian membawanya ke<br />
dermaga Dadap. Awalnya, petugas menyebut<br />
sabu yang disamarkan dalam kemasan bubuk<br />
kopi, dan dibagi dalam 42 karung, itu beratnya<br />
840 kilogram. Namun, setelah dihitung ulang,<br />
beratnya ternyata 862 kilogram.<br />
Selain ke Indonesia, sindikat Wong Chi Ping<br />
ditengarai memasok sabu ke sejumlah negara.<br />
Setidaknya lima negara Asia lainnya memburu<br />
Wong. Malaysia, Myanmar, Thailand, Filipina,<br />
dan negara asalnya, Tiongkok.<br />
Dari penyelidikan BNN, yang bekerja sama<br />
dengan badan antinarkotik sejumlah negara,<br />
diketahui sindikat ini juga pernah memasok<br />
narkotik ke Australia, bahkan Meksiko. Tak<br />
aneh jika lembaga antinarkotik Amerika Serikat,<br />
Drug Enforcement Administration (DEA),<br />
turut memburunya.<br />
Siapakah Wong Chi Ping? Ternyata, ia sudah<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
15 tahun menetap di Indonesia. Selain memiliki<br />
kartu tanda penduduk RI, Wong mengantongi<br />
paspor Hong Kong. Ia menikah dengan wanita<br />
asal Surabaya, dan dikaruniai tiga anak. Pertama<br />
kali ke Indonesia, ia menetap di Tarakan,<br />
Kalimantan Timur. Di sana ia merintis usaha<br />
jual-beli hasil laut.<br />
“Saya jual-beli ikan dari Kalimantan ke sini<br />
(Jakarta), ya ke mana-manalah,”<br />
kata Wong saat ditanya apa<br />
bisnisnya sebelum tertangkap.<br />
Ia juga dikenal sebagai<br />
juragan kapal. Dari kapal<br />
kelas atas berbahan fiber<br />
hingga kapal kelas bawah<br />
dari kayu seperti yang dipakai<br />
nelayan biasa. Sebelum<br />
ditangkap, Wong diketahui<br />
baru membeli<br />
kapal seharga Rp 7<br />
miliar. Ia juga punya<br />
kapal cepat, yang<br />
diduga<br />
membawa sabu itu dari Guangzhou, yang kemudian<br />
dipindahkan ke kapal kecil di perairan<br />
Kepulauan Seribu. Sayangnya, kapal yang diawaki<br />
lima warga negara asing tersebut belum<br />
tertangkap.<br />
Di Pelabuhan Dadap, Tangerang, Wong<br />
membeli kapal baru seharga Rp 200 juta. Dia<br />
juga membeli kapal nelayan seharga Rp 60 juta,<br />
lalu diperbaiki dengan biaya Rp 100 juta. Kapal<br />
itu diatasnamakan Sujardi, salah satu pelaku<br />
yang tertangkap. Sujardi-lah yang menakhodai<br />
kapal itu saat menerima kiriman sabu di perairan<br />
Kepulauan seribu.<br />
Namun bisnis hasil laut diduga hanya kedok.<br />
Menurut Deputi Pemberantasan Narkotika<br />
BNN Inspektur Jenderal Deddy Fauzi Elhakim,<br />
kedatangan Wong Chi Ping ke Indonesia bukan<br />
semata berbisnis ikan, tapi juga mempelajari<br />
seluk-beluk perairan di Indonesia. “Selama<br />
lima belas tahun (tinggal di Indonesia) itu, (dia)<br />
sudah mempelajari kondisi,” ujar Deddy.<br />
Penampilan Wong memang terlihat sederhana.<br />
Namun, di balik itu, menurut Deddy, ia<br />
menyimpan berbagai strategi berbisnis narkoba.<br />
“Kenapa dia bisa dipercaya sindikat di ne-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
gara lain? Karena berbagai keberhasilan yang<br />
dia lakukan. Negara lain pun tidak tahu kapan<br />
mereka masuk (menyelundupkan narkoba),”<br />
tuturnya.<br />
Sabu yang diselundupkan ke Indonesia itu diduga<br />
akan dijual dalam paket-paket yang lebih<br />
kecil kepada pembeli. Para pembeli inilah yang<br />
akan mengolah sabu menjadi bentuk pil-pil. Jika<br />
dicampur bubuk tertentu, akan muncul jenisjenis<br />
baru narkotik. Pil-pil itulah yang diedarkan<br />
ke tempat-tempat<br />
Diedarkan di kota-kota besar di<br />
Indonesia, mulai Medan, Jakarta,<br />
Surabaya, Sulawesi Selatan, Manado,<br />
sampai Kalimantan Barat.<br />
hiburan malam.<br />
“Diedarkan di<br />
kota-kota besar di<br />
Indonesia, mulai<br />
Medan, Jakarta,<br />
Surabaya, Sulawesi<br />
Selatan, Manado, sampai Kalimantan<br />
Barat,” ucapnya.<br />
Dari sejumlah bandar yang ditangkap BNN,<br />
hampir semua menyebut sindikat Guangzhou-<br />
Hong Kong ini sebagai pemasok mereka. “Jadi<br />
tidak tertutup kemungkinan sindikat inilah yang<br />
(memasok) 10, 20, atau 30 kilogram. Sumbernya<br />
dia (Wong),” kata Deddy. “Ini (sindikat<br />
Wong) raksasanya.”<br />
Sindikat ini awalnya sukses memasok narkoba<br />
dalam paket yang lebih kecil atau puluhan<br />
kilogram. Keberhasilan itu membuat komplotan<br />
ini berupaya menyelundupkan sabu dalam<br />
jumlah lebih besar, hingga ratusan kilogram.<br />
Indonesia memang dianggap sebagai pangsa<br />
pasar menggiurkan. Sebab, di sini mereka bisa<br />
menjual narkoba dengan harga lebih mahal<br />
dibanding di negara lain.<br />
“(Harga di) Indonesia tiga kali lipat dari di<br />
Guangzhou, kemudian di Australia jadi lima<br />
kali lipat. Di Selandia Baru lebih mahal lagi,”<br />
ujar Deddy. Jika dihitung nilai nominalnya, 862<br />
kilogram sabu itu sangat fantastis. Nilainya<br />
lebih dari Rp 1,6 triliun. Itu jika diasumsikan 1<br />
kilogram sabu dihargai Rp 2 miliar di pasaran.<br />
Wong juga sangat licin. Selama 15 tahun tinggal<br />
di Indonesia, ia mempelajari situasi dan kelemahan<br />
sistem pertahanan di Indonesia, termasuk<br />
perairan yang mudah ditembus serta “pelabuhan<br />
tikus” yang sering digunakan sebagai entry point<br />
ilegal. Seperti di Sukabumi, Jawa Barat, Batam,<br />
Kepulauan Riau, dan Kalimantan Barat.<br />
“Banyak sekali titik (masuk) yang tidak bisa<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
kita awasi. Kesempatan itu dipakai para penyelundup<br />
narkoba,” Deddy menuturkan.<br />
Karena itu, BNN sempat kehilangan jejak sindikat<br />
ini. Meski sindikat Wong dipantau sejak<br />
tiga tahun lalu, perburuan baru efektif dilakukan<br />
setahun belakangan setelah BNN bekerja<br />
sama dengan aparat Hong Kong, Tiongkok,<br />
dan Makau. Saking sulitnya memburu kelompok<br />
ini, kata Deddy, anak buahnya di lapangan<br />
hampir menyerah.<br />
Namun mereka terus berupaya. Dan ikhtiar<br />
itu membuahkan hasil. Penyelundupan sabu<br />
seberat hampir 1 ton yang dilakukan sindikat<br />
ini berhasil digagalkan. Bayangkan berapa besar<br />
kerugian jika barang haram itu lolos, dan<br />
dipasarkan di dalam negeri. Pentolan sindikat<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
ini, Wong Chi Ping, juga ditangkap.<br />
Dari penangkapan itu diketahui, sindikat ini berbekal<br />
dana besar dan peralatan canggih saat beroperasi.<br />
Dari peralatan penentu koordinat (GPS)<br />
sampai telepon satelit seperti yang ditemukan di<br />
apartemen Wong di Grogol, Jakarta Barat.<br />
Kini hukuman menanti para tersangka. Undang-Undang<br />
Narkotika mengancam mereka<br />
dengan pidana penjara 20 tahun, seumur hidup,<br />
sampai hukuman mati. Jangankan menyelundupkan<br />
sabu, Wong kini tak lagi bisa berbisnis<br />
jual-beli ikan seperti kedoknya selama ini. ■<br />
(Selesai)<br />
ADITYA MARDIASTUTI | M. RIZAL<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KRIMINAL<br />
MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO<br />
AKIBAT ULAH<br />
CHRISTOPHER<br />
POLISI MEMBURU PEMASOK NARKOBA<br />
JENIS LYSERGIC ACID DIETHYLAMIDE YANG<br />
DIKONSUMSI CHRISTOPHER, TERSANGKA<br />
KECELAKAAN MAUT PONDOK INDAH.<br />
DIJERAT DUA PERKARA.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KRIMINAL<br />
Mobil Mitsubishi Outlander<br />
Sport yang menyeruduk<br />
sejumlah kendaraan pada<br />
Selasa (20/1).<br />
RINI/DETIKNEWS<br />
DUA kasus pidana kini menanti Christopher<br />
Daniel Sjarif. Selain pelanggaran<br />
lalu lintas yang menyebabkan<br />
nyawa melayang, pemuda berusia<br />
22 tahun kelahiran Singapura itu bakal dijerat<br />
dengan perkara penyalahgunaan narkotik.<br />
Setidaknya Christopher bakal dijerat dengan<br />
dua pasal dalam Undang-Undang Nomor 22<br />
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas, yakni Pasal<br />
311 dan Pasal 312.<br />
Kecelakaan maut yang disebabkan putra seorang<br />
pengusaha warga kawasan elite Pondok<br />
Indah, Jakarta Selatan, itu menewaskan empat<br />
orang. Pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan<br />
nyawa melayang diancam hukuman<br />
12 tahun penjara. Adapun untuk pelanggaran<br />
penggunaan narkotiknya, hingga Kamis pekan<br />
lalu masih didalami polisi.<br />
Kepala Kepolisian Resor Jakarta Selatan Komisaris<br />
Besar Wahyu Hadiningrat menduga,<br />
sebelum kecelakaan maut di Jalan Sultan Iskandar<br />
Muda, Jakarta Selatan, Selasa malam,<br />
20 Januari lalu, tersangka mengkonsumsi narkoba<br />
bersama Muhammad Ali Riza, 22 tahun,<br />
pemilik Mitsubishi Outlander Sport berwarna<br />
putih bernomor polisi B-1658-PJE.<br />
Setelah dilakukan tes urine di Rumah Sakit<br />
Polri Kramat Jati dan Badan Narkotika Nasional,<br />
diketahui Christopher positif mengkonsumsi<br />
narkoba jenis lysergic acid diethylamide atau<br />
LSD. Zat psikotropik golongan satu tersebut<br />
menyebabkan halusinasi penggunanya. Narkoba<br />
jenis ini berupa kertas yang ditempelkan<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KRIMINAL<br />
Sejumlah sepeda motor yang<br />
hancur ditabrak mobil yang<br />
dikendarai Christopher.<br />
HASAN/DETIKCOM<br />
di kulit atau dikulum di mulut.<br />
Obat terlarang tersebut pernah populer di<br />
era Flower Generation (Generasi Bunga) pada<br />
1960-an. Namun saat ini keberadaan LSD sudah<br />
sangat jarang, karena narkoba yang beredar<br />
lebih banyak jenis heroin, ekstasi, atau<br />
sabu.<br />
“Dari mana dia mendapatkan (LSD) itu masih<br />
kita dalami, kita akan cari pemasoknya,” kata<br />
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro<br />
Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul,<br />
Rabu, 21 Januari lalu.<br />
Kepada polisi, Ali Riza juga mengakui bahwa,<br />
sore sebelum kejadian, ia bersama Christopher<br />
kongko bareng di Liberica Coffee, Pacific Place,<br />
kawasan SCBD, Jalan Jenderal Sudirman,<br />
Jakarta Selatan. Christopher dan Ali berteman<br />
sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah<br />
pertama, dan sama-sama bersekolah di<br />
Global Jaya International School, Bintaro Jaya.<br />
Namun sejak kuliah mereka berpisah. Ali<br />
masuk Universitas Indonesia, sedangkan<br />
Christopher berkuliah di sebuah perguruan<br />
tinggi di San Francisco, Amerika Serikat. Ali<br />
saat ini juga terus diperiksa secara intensif<br />
oleh Satuan Narkoba Polres Jakarta Selatan.<br />
Dari Pacific Place, Mitsubishi Outlander<br />
Sport dikemudikan oleh sopir pribadi Ali, Ahmad<br />
Sandi, 40 tahun, warga Ciracas, Jakarta<br />
Timur. Sandi saat itu akan mengantar Christopher<br />
pulang ke rumahnya di Jalan Niaga<br />
Hijau II, Perumahan Pondok Indah. Menurut<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KRIMINAL<br />
Olah tempat kejadian perkara<br />
di Jalan Sultan Iskandar Muda,<br />
Jakarta Selatan, Rabu (21/1).<br />
HERIANTO BATUBARA/DETIKCOM<br />
penuturan Sandi, dalam perjalanan menuju<br />
Pondok Indah, Christopher sempat meminta<br />
untuk mengambil alih kemudi, tapi tidak ia<br />
berikan.<br />
Nah, di saat melintasi Jalan Sultan Iskandar<br />
Muda ke arah Pondok Indah, tepatnya di depan<br />
Mal Gandaria City, telepon seluler Sandi<br />
berdering. Namun telepon tersebut direbut<br />
oleh Christopher dan dibuang ke jalan. Sandi<br />
sempat marah, lalu menghentikan mobil untuk<br />
mengambil teleponnya. Namun, begitu Sandi<br />
turun, saat itu juga mobil dibawa kabur oleh<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KRIMINAL<br />
Upacara pelepasan jenazah<br />
Iptu Batang Oenang<br />
DETIKNEWS<br />
Christopher. Pelaku langsung tancap gas dengan<br />
mobil berjenis sport utility vehicle (SUV) itu.<br />
Kecelakaan maut itu pun terjadi. Baru 20<br />
meter, di depan rumah toko bernomor F-31,<br />
mobil menabrak sepeda motor yang dikendarai<br />
Mohamad Arifin. Mohamad terjungkal dan<br />
mengalami patah kaki. Ketika dihampiri Sandi,<br />
Christopher kembali tancap gas. Tepat di<br />
depan Toko Holland Bakery, mobil menabrak<br />
dua pengendara sepeda motor, yaitu Wisnu<br />
Anggoro, 32 tahun, yang mengemudikan<br />
Honda Mega Pro B-4492-RQ, dan Luthfi Abrian<br />
Wijaya. Wisnu tewas di tempat kejadian,<br />
sementara Luthfi luka-luka.<br />
Bukannya menghentikan mobil, Christopher<br />
malah kabur. Di depan halte busway Tanah<br />
Kusir-Kodim atau di depan MG Music, Mitsubishi<br />
Outlander Sport yang dikemudikannya<br />
kembali menabrak tiga sepeda motor dan dua<br />
mobil. Kendaraan tersebut antara lain Honda<br />
Supra, yang dikendarai Inspektur Satu Batang<br />
Oenang Lubis, 49 tahun; Yamaha Vixion, yang<br />
dikemudikan Mustopa (28); serta Honda Vario,<br />
yang ditunggangi Mahyudi Herman (43).<br />
Ketiganya juga tewas di tempat. Tiga sepeda<br />
motor itu ditabrak sampai terpental dan<br />
menghantam mobil Toyota Avanza yang dikemudikan<br />
Rifki Ananta dan ditumpangi Budiman<br />
Sitorus. Rifki berusaha menghindar, tapi<br />
menabrak pohon. Setelah menabrak pohon,<br />
Avanza yang dikemudikannya ditabrak Mitsubishi<br />
Outlander yang disopiri Christopher.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KRIMINAL<br />
Christopher Daniel<br />
DOK. PRIBADI<br />
Selain Avanza, pelaku menabrak mobil pikap<br />
yang dikemudikan Ade.<br />
Budiman Sitorus menjelaskan, saat itu laju<br />
kendaraannya hanya sekitar 40 kilometer per<br />
jam karena saat itu Jalan Sultan Iskandar Muda<br />
ke arah Pondok Indah memang sedang padat<br />
kendaraan. Setelah tabrakan itu, ia berusaha<br />
keluar dari mobilnya dengan susah payah.<br />
Budiman dan Rifki lalu ditolong oleh warga<br />
dan dilarikan menggunakan angkutan umum<br />
ke Rumah Sakit Fatmawati sebelum dipindah<br />
ke RS Pusat Pertamina (RSPP).<br />
“Saya lihat mayat di depan dan di belakang<br />
saya. Mengerikan sekali,” ujar pengusaha kontraktor<br />
itu saat ditemui di RSPP, Jakarta Selatan.<br />
Setelah menyebabkan tabrakan beruntun,<br />
Christopher berupaya melarikan diri. Namun<br />
warga yang menyaksikan kejadian itu langsung<br />
mengejarnya. Warga yang emosional sempat<br />
memukulinya hingga babak-belur. Namun<br />
ia selamat karena diamankan di sebuah pos<br />
satpam, dan dibawa oleh polisi.<br />
Dari olah tempat kejadian perkara yang dilakukan<br />
Rabu dan Kamis pekan lalu, diketahui<br />
tersangka tidak berupaya menghentikan mobil<br />
setelah menabrak sepeda motor pertama kali.<br />
“Dari TKP pertama menuju TKP kedua, tidak<br />
ada upaya mengerem. Jarak TKP pertama dan<br />
kedua sekitar 500 meter. Di TKP kedua, mobil<br />
baru berhenti setelah menabrak empat motor<br />
dan dua mobil,” tutur Wahyu Hadiningrat.<br />
Tabrakan maut yang disebabkan ulah Christopher<br />
ini mengingatkan kembali pada peristiwa<br />
tiga tahun lalu. Tepat di hari Minggu, 22<br />
Januari 2012, dalam pengaruh narkoba jenis<br />
ekstasi, Afriyani Susanti yang mengemudikan<br />
Daihatsu Xenia menabrak serombongan warga<br />
yang sedang berjalan kaki dan berolahraga<br />
pagi di kawasan Tugu Tani, Menteng, Jakarta<br />
Pusat.<br />
Saat itu, sembilan nyawa melayang sia-sia.<br />
Sebagian masih anak-anak. Afriyani pun diganjar<br />
15 tahun penjara dalam kasus pelanggaran<br />
lalu lintas, dan empat tahun penjara untuk<br />
perkara penyalahgunaan narkoba. Kini, giliran<br />
Christopher menanti hukuman. ■<br />
ADITYA MARDIASTUTI, NUR KHAFIFAH, FAJAR P., RINA A. | M. RIZAL<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KRIMINAL<br />
PERGINYA TIANG KELUARGA<br />
Jangan tinggalkan<br />
kami!” Jeritan Idawati Dalimunthe,<br />
istri Inspektur Satu “PAK....<br />
Batang Oenang Lubis, 49 tahun, salah<br />
satu korban meninggal dalam kecelakaan<br />
maut di Pondok Indah, Jakarta Selatan,<br />
terdengar menyayat hati siapa pun yang<br />
mendengarnya.<br />
Berkerudung abu-abu, wanita berusia<br />
42 tahun itu terlihat terus mendekap peti<br />
jenazah suaminya yang ditutup bendera<br />
Merah Putih saat akan dibawa ke kampung<br />
halamannya di Tapanuli Selatan,<br />
Sumatera Utara, Rabu pekan lalu.<br />
Dikelilingi empat anaknya, perempuan<br />
yang tengah hamil empat bulan itu terus<br />
meratapi kepergian sang suami. Nur Aisyah,<br />
iparnya, sampai beberapa kali meminta<br />
Idawati mengucap istigfar.<br />
Banyak di antara pelayat, termasuk<br />
sejumlah anggota Kepolisian Sektor Kebayoran―tempat<br />
Iptu Batang Oenang<br />
bertugas sebagai anggota Sabhara―saat<br />
melepas jenazah di rumah duka di Kampung<br />
Parung Bingung, RT 03 RW 03, Kelurahan<br />
Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan<br />
Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, yang<br />
ikut menitikkan air mata.<br />
Bukan hanya di rumah Iptu Batang<br />
Oenang, suasana duka juga menyelimuti<br />
kediaman korban meninggal Wisnu<br />
Anggoro, 32 tahun, di Jalan Tanah Kusir<br />
II, Gang Swadaya II, RT 001 RW 012, Kebayoran<br />
Lama, Jakarta Selatan. Wina Dwi<br />
Febrina, 32 tahun, istri karyawan Bank<br />
BRI Teluk Gong, Jakarta Utara, itu, juga<br />
tampak shock, seakan belum bisa menerima<br />
kenyataan tersebut.<br />
Ia sampai beberapa kali jatuh pingsan.<br />
Wina juga terus menyebut nama panggilan<br />
suaminya. “Bombom kok belum pulang?”<br />
ujar Wina ketika siuman. Beberapa<br />
sanak saudara dan tetangga mencoba<br />
menghiburnya. Namun, begitu menda-<br />
Warga menyaksikan mobil Mitsubishi<br />
Outlander yang hancur setelah kecelakaan<br />
di Jalan Sultan Iskandar Muda, Selasa<br />
(20/1) malam.<br />
MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KRIMINAL<br />
pati suaminya terbujur kaku di hadapannya,<br />
ia kembali jatuh pingsan. Anak<br />
tunggalnya yang masih berusia 11 tahun,<br />
Herjuno Wisnu Aji, ikut menangis sejadijadinya.<br />
Maut memang sering kali datang tanpa<br />
permisi. Wajar jika keluarga korban, baik<br />
yang meninggal maupun terluka, masih<br />
tak percaya atas apa yang terjadi. Apalagi<br />
jika maut itu disebabkan oleh tindakan<br />
konyol seseorang. Mereka juga meminta<br />
tersangka pelaku, Christopher Daniel Sjarif,<br />
dijatuhi hukuman setimpal. Keluarga<br />
korban meninggal juga berharap pelaku<br />
ikut menanggung beban akibat ulahnya<br />
itu.<br />
“Saya secara pribadi berharap pelaku<br />
menanggung biaya anak almarhum sampai<br />
kuliah. Anaknya masih kecil,” tutur<br />
Hasan Basri, 34 tahun, kakak ipar Wisnu<br />
Anggoro.<br />
Pengacara Christopher, Agus Salim,<br />
memang menjanjikan keluarga kliennya<br />
akan memberikan santunan kepada para<br />
keluarga korban. Meski begitu, belum<br />
diketahui berapa nilainya. “Ada (santunan)<br />
pasti, tapi belum tahu berapa,” ucap<br />
Agus di Markas Kepolisian Resor Jakarta<br />
Selatan, Rabu pekan lalu.<br />
Adapun PT Jasa Raharja telah memberikan<br />
santunan kepada para ahli waris<br />
keluarga korban tewas. Masing-masing<br />
menerima Rp 25 juta. Sedangkan korban<br />
luka akan menerima santunan masingmasing<br />
Rp 10 juta.<br />
“Kami sudah mentransfer kepada ahli<br />
waris korban yang meninggal. Kami<br />
proaktif langsung mentransfernya,” kata<br />
Kepala Jasa Raharja Cabang DKI Jakarta<br />
Dedy Sudrajat.<br />
Namun berapa pun jumlah yang<br />
diberikan memang tak bisa menggantikan<br />
duka lara serta penderitaan yang<br />
dirasakan keluarga korban meninggal.<br />
Apalagi mereka yang tewas itu adalah<br />
tiang keluarga, suami, dan ayah anakanak<br />
yang masih membutuhkan biaya<br />
pendidikan serta hidup mereka hingga<br />
dewasa. ■<br />
ADITYA MARDIASTUTI, YUDHISTIRA A. | M. RIZAL<br />
Korban tewas tabrakan maut<br />
Pondok Indah:<br />
1. Wisnu Anggoro, 32 tahun, pegawai<br />
bank<br />
2. Iptu Batang Oenang Lubis, 49<br />
tahun, polisi<br />
3. Mustopa, 28 tahun<br />
4. Mahyudi Herman, 43 tahun, karyawan<br />
swasta<br />
Polisi melakukan olah tempat kejadian<br />
perkara kecelakaan maut menggunakan<br />
mobil Traffic Accident Analisys di Jalan<br />
Sultan Iskandar Muda, Jakarta Selatan,<br />
Kamis (22/1).<br />
HERIANTO BATUBARA/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
DRAMA DELAPAN BELAS JAM<br />
BAMBANG<br />
WAKIL KETUA KPK BAMBANG WIDJOJANTO MENGALAMI TEROR SAAT DITANGKAP POLISI.<br />
PELAPORNYA ADALAH KADER PDI PERJUANGAN.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Tap untuk melihat Video<br />
Abraham Samad menangis<br />
TIDAK seperti biasanya, Jalan Tugu<br />
Raya, Cimanggis, Depok, Jawa Barat,<br />
pagi itu lancar. Polisi berjaga di manamana,<br />
mengatur lalu lintas. Bahkan<br />
Kepala Polsek Sukmajaya Komisaris Agus Widodo<br />
ikut turun ke lapangan.<br />
Kemacetan yang saban hari terjadi pun tidak<br />
dirasakan para pengguna jalan, termasuk<br />
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi<br />
Bambang Widjojanto, yang sedang melintas di<br />
jalur itu. Namun Bambang, yang hendak mengantar<br />
anak keempatnya, Muhammad Yattaki, ke<br />
Sekolah Islam Terpadu Nurul Fikri Cimanggis,<br />
pada Jumat, 23 Januari 2015, jadi curiga. Apalagi<br />
mata polisi selalu mengawasi mobil Isuzu Panther<br />
miliknya.<br />
Selain itu, ada mobil yang membuntuti sejak<br />
Bambang keluar dari rumahnya di Bojong Lio<br />
RT 01 RW 28, Kelurahan Sukmajaya, Kecamatan<br />
Cilodong. Di mobil Bambang, ikut pula anak keduanya,<br />
Izzat Nabillah. Kepada Izzat, Bambang<br />
memberi tahu adanya penguntit di belakang<br />
mereka. Namun, sampai ia menurunkan Yattaki<br />
di sekolahnya, keadaan aman-aman saja.<br />
Kecurigaan Wakil Ketua KPK Bidang Penindakan<br />
itu baru terbukti ketika ia hendak kembali<br />
ke rumah. Sekitar 200 meter dari Sekolah<br />
Nurul Fikri, persis di depan minimarket Ceria<br />
Mart, mobilnya disetop Kapolsek Sukmajaya.<br />
Tak lama, 30 personel yang menumpang enam<br />
mobil dan sepeda motor Brimob menyergap<br />
Bambang.<br />
Tim dari Badan Reserse Kriminal Mabes<br />
Polri itu langsung menggeledah mobil Bambang.<br />
Bambang memprotes karena polisi<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Detik-detik penangkapan<br />
Bambang W. oleh Bareskrim.<br />
DOK. DETIKCOM<br />
tidak menunjukkan surat penggeledahan.<br />
Polisi kemudian menyodorkan surat perintah<br />
penangkapan. Namun, dalam surat bernomor<br />
SP.Kap/07/I/2015 itu, penulisan kelurahan dan<br />
kecamatan tempat ia tinggal terbalik.<br />
Polisi bergeming. Seorang penyidik kemudian<br />
malah mengeluarkan borgol. Bambang,<br />
yang belum menanggalkan sarung, baju koko,<br />
dan peci sehabis salat subuh, menolak saat tangannya<br />
ditarik ke belakang. Borgol itu pun<br />
dikalungkan pada kedua lengan Bambang di<br />
depan perut. Sekitar pukul 07.30 WIB, Bambang<br />
bersama anaknya digelandang ke Mabes Polri<br />
dengan Toyota Fortuner. "Dia belum mandi,"<br />
tutur istri Bambang, Sari Indra Dewi.<br />
Melihat cara penangkapan Bambang, Darwin<br />
Amir, seorang penjaga Ceria Mart, mengira<br />
terorislah yang sedang dibekuk oleh Pasukan<br />
Densus 88 Antiteror. Penangkapan itu, kata<br />
dia, berlangsung sangat cepat. Hanya sekitar 7<br />
menit. “Jalan di sini ditutup sama polisi,” ujarnya<br />
kepada majalah detik.<br />
Di sepanjang perjalanan ke Mabes Polri,<br />
Bambang merasa diteror. Seorang penyidik<br />
mengatakan polisi mengantongi banyak kasus<br />
Bambang. “Anda banyak masalah, kan? Saya<br />
tahu,” ucap polisi itu. Penyidik juga bertanya<br />
tentang identitas anak bungsunya, yang membuat<br />
Bambang menjadi cemas. "Saya tidak suka<br />
ditanya di luar pemeriksaan," kata Bambang.<br />
Polisi juga membentak Bambang karena ia<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Istri Bambang, Sari Indra Dewi,<br />
dan anaknya, Izzat Nabillah.<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKFOTO<br />
menjelaskan prosedur<br />
penangkapan yang<br />
benar kepada Izzat.<br />
“Diam!” bentak salah<br />
seorang polisi. “Ada<br />
lakban enggak?” tanya<br />
penyidik itu kepada<br />
temannya. “Tapi mulut<br />
saya tidak sampai diplester,”<br />
kata Bambang.<br />
Setiba mereka di Mabes<br />
Polri, Izzat baru diperbolehkan<br />
memberi<br />
kabar penangkapan<br />
ayahnya itu kepada keluarga dan pulang.<br />
Hingga beberapa jam setelah Bambang diciduk<br />
Mabes Polri, masih belum jelas perkara<br />
apa yang menyeret pendiri Yayasan Lembaga<br />
Bantuan Hukum Indonesia itu. KPK mengontak<br />
Wakil Kepala Polri yang diberi tugas dan<br />
tanggung jawab yang diemban Kapolri, Komjen<br />
Badrodin Haiti. Namun jawabannya mengejutkan.<br />
Badrodin mengaku tidak ada penangkapan<br />
Bambang oleh anak buahnya.<br />
Bambang pada Kamis, 22 Januari 2015, malam<br />
memang punya firasat bakal ditangkap. Malam<br />
itu Bambang dan pimpinan KPK mengikuti<br />
rapat hingga pukul 22.00 WIB. Meninggalkan<br />
KPK, Bambang dan Samad ingin menjenguk<br />
personel band Slank, Abdee Negara. Saat<br />
semobil itu, Bambang mengenang dua kali<br />
konflik KPK versus Polri. Pertama, kriminalisasi<br />
yang dialami dua pimpinan KPK, Bibit Samad<br />
Riyanto dan Chandra M. Hamzah, pada 2009<br />
atau lebih dikenal dengan istilah “Cicak versus<br />
Buaya I”.<br />
Kedua, penyerbuan kantor KPK di Jalan HR<br />
Rasuna Said, Jakarta, setelah KPK menjerat<br />
petinggi Polri, bekas Kepala Korps Lalu Lintas<br />
Irjen Djoko Susilo. Pada 2012 itu, polisi menggeruduk<br />
KPK dengan maksud menangkap<br />
Komisaris Novel Baswedan, penyidik KPK yang<br />
memimpin pengusutan Djoko dalam kasus<br />
korupsi pengadaan simulator uji SIM. Namun<br />
upaya itu bisa diredam. Publik menyebutnya<br />
konflik “Cicak versus Buaya II”.<br />
Kini KPK kembali bersitegang dengan Polri<br />
pascapenetapan Kepala Lembaga Pendidikan<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Pendemo melakukan aksi<br />
Save KPK di kantor Komisi<br />
Pemberantasan Korupsi, Jakarta,<br />
Jumat (23/01/2015). Aksi ini<br />
dilakukan setelah ditangkapnya<br />
Wakil Ketua KPK Bambang<br />
Widjojanto oleh Bareskrim<br />
Mabes Polri tadi pagi.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
Polri Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka.<br />
Langkah KPK itu menimbulkan huru-hara politik<br />
selama dua minggu terakhir. Maklum, ketika<br />
ditetapkan sebagai tersangka pada 13 Januari<br />
2015, Budi tinggal selangkah lagi menjadi Kapolri.<br />
Ia diusulkan oleh Presiden Joko Widodo<br />
dengan dukungan penuh PDI Perjuangan.<br />
PDI Perjuangan menyerang Samad dengan cara<br />
membongkar pertemuan-pertemuannya dengan<br />
elite partai itu untuk kepentingan cawapres buat<br />
Jokowi. Partai Banteng mendorong Komite Etik<br />
KPK menyidangkan Samad. Nah. Bambang pun<br />
merasa gilirannya semakin dekat. Ia bercanda Samad<br />
dan dirinya akan “di-Bibit-Chandra-kan”. “Antum<br />
milih di mana kalau ditahan? Saya ditahan di<br />
Markas Brimob saja, dekat rumah,” ujar Bambang<br />
kepada Samad.<br />
Setelah sempat membantah menangkap<br />
Bambang, polisi akhirnya mengakuinya. Kepala<br />
Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal<br />
Polisi Ronny F. Sompie merilis pernyataan resmi<br />
bahwa benar Bambang ditangkap tim khusus<br />
Mabes Polri. Bambang menjadi tersangka<br />
dalam kasus keterangan palsu yang diberikan<br />
seorang saksi dalam sidang sengketa pilkada<br />
Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, pada<br />
2010 di Mahkamah Konstitusi.<br />
Saat itu Bambang memang menjadi pengacara<br />
pasangan calon bupati-wakil bupati<br />
Ujang Iskandar-Bambang Purwanto yang<br />
menggugat kemenangan Sugianto Sabran-Eko<br />
Soemarno ke Mahkamah Konstitusi. Bambang<br />
dituding menyuruh para saksi agar membuat<br />
keterangan palsu sehingga Ujang-Bambang<br />
dimenangkan MK. Bambang dijerat dengan<br />
Pasal 242 KUHP juncto Pasal 55 KUHP tentang<br />
menyuruh melakukan atau memberikan<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Presiden Joko Widodo saat<br />
jumpa pers bersama pimpinan<br />
KPK dan Polri di Istana Bogor.<br />
CAHYO BRURI/SETPRES<br />
keterangan palsu. Ancaman pidananya 7 tahun<br />
penjara.<br />
Seperti dalam konflik Cicak vs Buaya I dan II,<br />
dukungan publik langsung mengalir ke KPK setelah<br />
Bambang ditetapkan sebagai tersangka. Tanda pagar<br />
(hashtag) #SaveKPK menggema menjadi trending<br />
topic di jagat maya. Simpati datang dari para tokoh,<br />
antara lain pakar hukum tata negara Saldi Isra dan<br />
Denny Indrayana, sosiolog Imam Prasodjo, rohaniwan<br />
Benny Susetyo, serta seniman Butet Kartaredjasa.<br />
Tidak ketinggalan pakar hukum yang juga kuasa<br />
hukum Jokowi, Todung Mulya Lubis.<br />
Mereka menilai penangkapan Bambang<br />
merupakan upaya kriminalisasi dan pelemahan<br />
terhadap KPK untuk kesekian kalinya. Pencidukan<br />
Bambang tak bisa dilepaskan begitu saja<br />
dari perkara calon Kapolri Budi Gunawan, yang<br />
dijerat KPK dalam kasus kepemilikan rekening<br />
gendut. Karena itu, Presiden harus menyelamatkan<br />
KPK. Bambang harus dilepaskan. “Kita<br />
punya akal sehat dan kita bisa membaca bahwa<br />
ini terkait dengan status BG (Budi Gunawan),”<br />
ujar Butet.<br />
Di Istana Bogor, Presiden Jokowi mengundang<br />
pimpinan KPK dan Mabes Polri. Dalam<br />
pernyataannya, Jokowi meminta kedua lembaga<br />
memastikan proses hukum yang dilakukan<br />
oleh masing-masing pihak berjalan obyektif.<br />
Ia juga berharap di antara KPK dan Polri tidak<br />
terjadi lagi gesekan.<br />
Kabar yang beredar, Jokowi sempat memarahi<br />
Abraham dan Badrodin. Abraham dianggap<br />
terlalu merahasiakan kasus yang menjerat Budi<br />
Gunawan. Sebaliknya, kepada Badrodin, Jokowi<br />
kesal karena Polri tidak berkoordinasi saat hendak<br />
menangkap pejabat negara. "Tidak betul<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Bambang W. ditangguhkan<br />
penahanannya oleh Mabes Polri,<br />
Sabtu (24/1/2015).<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
(Jokowi marah), hanya menasihati," bantah<br />
Menko Polhukam Tedjo Eddy.<br />
Setelah bertemu dengan Presiden, pimpinan<br />
KPK menyatakan sikap, penangkapan Bambang<br />
merupakan bentuk serangan langsung terhadap<br />
institusi KPK. Tapi hal itu tak akan mempengaruhi<br />
kinerja KPK. Komisi antikorupsi tersebut kembali<br />
menegaskan, penetapan Budi Gunawan sebagai<br />
tersangka tidak berkaitan dengan politik. Pengusutan<br />
terhadap bekas ajudan Presiden Megawati<br />
Soekarnoputri itu tetap berlanjut. “Kami bertekad<br />
mempercepat (penyidikan Budi Gunawan),” ujar<br />
Wakil Ketua KPK Zulkarnain.<br />
Sebaliknya, Mabes Polri berkeras penangkapan<br />
Bambang bukanlah balas dendam atas<br />
kasus Budi Gunawan, yang kini masih ditunda<br />
pelantikannya oleh Presiden Jokowi. Ronny<br />
mengatakan kasus ini bermula dari laporan<br />
masyarakat pada 15 Januari 2015. Tak lebih dari<br />
sepuluh hari, penyidik sudah mendapatkan tiga<br />
alat bukti dan keterangan ahli untuk menjerat<br />
Bambang.<br />
Namun klaim kasus Bambang tidak terkait<br />
dengan politik itu mendapat tentangan dari kalangan<br />
korps Bayangkara sendiri. Adalah mantan<br />
Wakapolri Komjen (Purnawirawan) Oegroseno<br />
yang bersuara lantang mengkritik tindakan<br />
menyalahi prosedur Polri dalam menangkap<br />
Bambang, misalnya waktu yang singkat antara<br />
pelaporan dan penangkapan. Bagi Oegroseno,<br />
jelas penangkapan Bambang adalah urutan dari<br />
kasus Budi Gunawan. Dalangnya adalah Budi<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Kadiv Humas Mabes Polri Ronny<br />
F. Sompie<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
Gunawan sendiri dan Kabareskrim baru, Irjen<br />
Budi Waseso. Badrodin tidak dianggap oleh<br />
mereka. "Kalau saya masih menjadi Wakapolri,<br />
saya pecat (Budi Gunawan dan Budi Waseso),"<br />
katanya.<br />
Pelapor kasus keterangan palsu itu tidak<br />
lain adalah Sugianto Sabran. Ia politikus PDI<br />
Perjuangan. Saat maju sebagai calon Bupati<br />
Kotawaringin Barat, pengusaha lokal ini adalah<br />
anggota fraksi partai banteng moncong putih<br />
di DPR periode 2009-2014. Ia maju lagi di pileg<br />
2014 tapi gagal.<br />
Diduga kuat, pelaporan Sugianto itu atas restu<br />
PDI Perjuangan. Ia bertemu dengan Wakil Ketua<br />
Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Trimedya<br />
Panjaitan, dan sejumlah kader PDI Perjuangan<br />
lainnya. Trimedya sendiri disebut-sebut menerima<br />
aliran dana dari Budi Gunawan namun ia membantahnya.<br />
"Dapat informasi dari siapa kamu?<br />
Tidak pernah itu," katanya. Soal memberi arahan<br />
kepada Sugianto, Trimedya enggan bersuara. Namun<br />
Sugianto mengakui ada komunikasi dengan<br />
partai. “Saya enggak bohong. PDI Perjuangan<br />
mendukung siapa pun yang benar,” ujarnya.<br />
Namun Sugianto mengaku sudah lama<br />
mengadukan Bambang, baik ke Mabes Polri<br />
maupun KPK. Ia mengantongi bukti putusan<br />
saksi sengketa pilkada Kotawaringin Barat, Ratna<br />
Mutiara, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.<br />
Ratna terbukti bersalah dan dihukum 5 bulan<br />
penjara. Namun aduan itu selalu mentah.<br />
Belakangan, muncul kesaksian mantan Ketua<br />
MK Akil Mochtar di persidangan kasus suap pilkada<br />
Gunung Mas, Kalimantan Tengah, dan Lebak,<br />
Banten. Menurut Sugianto, Akil mengatakan<br />
Bambang “bermain” dalam sidang sengketa pilkada<br />
Kotawaringin Barat. Ucapan Akil itu dilampirkan<br />
sebagai bukti baru dalam laporan ke Mabes<br />
Polri kali ini. Namun, berbeda dengan versi Mabes<br />
Polri, ia mengatakan laporannya baru masuk pada<br />
19 Januari 2015. “Kita begadang tiga malam, diperiksa<br />
terus,” sebut pengacaranya, Carrel Ticualu.<br />
Terkait dengan sengketa pilkada Kotawaringin<br />
Barat, anggota pengacara Bambang di<br />
MK lima tahun lalu, Hermawanto, mengakui<br />
memang ada pengumpulan 68 saksi. Namun<br />
pertemuan itu tak dimaksudkan untuk<br />
mengarahkan kesaksian. “Kita sampaikan ke<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Sugianto Sabran, pelapor kasus<br />
yang menjerat Wakil Ketua KPK<br />
Bambang Widjojanto.<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
mereka, sampaikanlah kebenaran meskipun<br />
itu menakutkan,” tuturnya kepada majalah<br />
detik.<br />
Bambang sendiri pada saat seleksi pimpinan<br />
KPK pada 2011 membantah merekayasa kesaksian<br />
palsu di MK. Diperiksa penyidik Bareskrim<br />
sepanjang Jumat sore, Bambang mempersoalkan<br />
dasar hukum tuduhan menyuruh memberikan<br />
keterangan palsu tersebut. Karena itu, dari<br />
delapan pertanyaan yang diajukan, ia enggan<br />
menjawab.<br />
Menjelang Jumat malam, hubungan KPK<br />
dengan Mabes Polri masih panas. Bahkan tersebar<br />
desas-desus bahwa penyidik Mabes Polri<br />
akan kembali menggeruduk kantor KPK. Tujuannya<br />
mengambil berkas-berkas terkait Budi Gu-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Pengunjuk rasa yang tergabung<br />
dalam Koalisi Masyarakat Sipil<br />
Selamatkan KPK, melakukan<br />
aksi solidaritas mendukung<br />
KPK di bawah Jembatan Layang<br />
Makassar, Sulawesi Selatan,<br />
Jumat (23/1) malam.<br />
YUSRAN UCCANG/ANTARA<br />
nawan. Samad meminta para pendukung KPK<br />
tetap standby. Ia pun menelepon Panglima TNI<br />
Jenderal Moeldoko untuk meminta tambahan<br />
pasukan pengamanan.<br />
Desakan agar Bambang dibebaskan terus menguat.<br />
Abraham Samad, para pimpinan KPK lainnya,<br />
serta massa pendukung KPK mendatangi Mabes<br />
Polri untuk menagih janji Badrodin Haiti bahwa<br />
Bambang tak akan ditahan. Mereka pun bersedia<br />
menjadi jaminan penangguhan penahanan bagi<br />
Bambang. Lobi berhasil. Sekitar pukul 01.15 WIB,<br />
Bambang keluar dari gedung Bareskrim.<br />
“Masih ada cukup banyak tantangan. Kita harus<br />
tetap merapatkan barisan, meningkatkan kewaspadaan,”<br />
ujar Bambang. ■ MONIQUE SHINTAMI, BAHTIAR RIFAI,<br />
IBAD DUROHMAN, ISFARI HIKMAT | IRWAN NUGROHO<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
BENTROK<br />
POLISI<br />
VERSUS<br />
KPK<br />
PENANGKAPAN Wakil Ketua<br />
KPK Bambang Widjojanto<br />
membuka babak baru perseteruan<br />
polisi dengan lembaga<br />
antirasuah itu. Diduga kuat penangkapan<br />
Bambang merupakan aksi balasan atas<br />
penetapan calon Kepala Polri Komisaris<br />
Jenderal Budi Gunawan oleh KPK sebagai<br />
tersangka.<br />
Setidaknya telah tiga kali KPK berseteru<br />
dengan Polri. Berikut ini benturan kedua<br />
lembaga penegak hukum yang dikenal<br />
dengan istilah “Cicak versus Buaya” itu.<br />
5 OKTOBER 2012<br />
Irjen Djoko akhirnya memenuhi panggilan<br />
pemeriksaan di KPK. Ada rumor dia<br />
akan langsung ditahan.<br />
Malam harinya, Direktur Reserse Kriminal<br />
Umum Polda Bengkulu Komisaris<br />
Besar Dedy Rianto memimpin 25 penyelidik<br />
mendatangi gedung KPK hendak<br />
menangkap Komisaris Novel Baswedan<br />
dan menggeledah ruang kerjanya. Novel<br />
dituduh mengotaki penganiayaan hingga<br />
tewas tersangka kasus pencurian sarang<br />
burung walet di Bengkulu pada 2004.<br />
KPK menganggap penangkapan itu<br />
sebagai upaya kriminalisasi, dan mengungsikan<br />
Novel ke rumah perlindungan.<br />
Belakangan, ketahuan surat pemberitahuan<br />
dimulainya penyidikan sebagai syarat<br />
penangkapan Novel baru dibuat pada 7<br />
Oktober 2012.<br />
6 OKTOBER 2012<br />
150 personel Polda Metro Jaya dan 50<br />
dari Polsek Setiabudi menjaga gedung<br />
KPK dengan alasan mencegah bentrokan<br />
pendukung KPK dengan pihak lain. Presiden<br />
Susilo Bambang Yudhoyono minta<br />
penyelidikan terhadap Novel ditunda.<br />
16 OKTOBER 2012<br />
Kapolri Jenderal Timur Pradopo menyetop<br />
penyelidikan kasus penganiayaan<br />
hingga Novel menyelesaikan tugasnya di<br />
KPK.<br />
30 NOVEMBER 2012<br />
Mabes Polri mengirim surat penarikan<br />
penyelidiknya di KPK, termasuk Novel<br />
Baswedan, yang merupakan ketua satgas<br />
penyidik kasus Djoko Susilo.<br />
KPK Versus Komisaris Jenderal<br />
Susno Duadji<br />
JUNI 2009<br />
Beredar kabar KPK menyadap telepon<br />
Kepala Bareskrim Komjen Susno Duadji.<br />
Diduga Susno menerima gratifikasi setelah<br />
membantu pencairan dana milik pengusaha<br />
Boedi Sampoerna di Bank Century<br />
yang terancam dilikuidasi. Upaya itu diibaratkan<br />
Susno sebagai cicak berusaha<br />
melawan buaya.<br />
26 AGUSTUS 2009<br />
Bareskrim menetapkan Wakil Ketua KPK<br />
Chandra M. Hamzah sebagai tersangka<br />
dalam kasus suap dari Anggoro Widjojo,<br />
tersangka korupsi pengadaan sistem komunikasi<br />
radio terpadu. Polisi menyatakan<br />
memegang bukti suap Rp 5,2 miliar dari<br />
adik Anggoro, Anggodo Widjojo, yang<br />
diperantarai Ary Muladi. Chandra juga dituding<br />
menyalahgunakan wewenang saat<br />
mencegah Anggoro ke luar negeri.<br />
3 DESEMBER 2012<br />
Djoko Susilo ditahan KPK.<br />
3 SEPTEMBER 2013<br />
Majelis hakim Pengadilan Tipikor memvonis<br />
bersalah Djoko Susilo dan menghukumnya<br />
10 tahun penjara. Pengadilan<br />
Tinggi Jakarta memperberat hukuman<br />
menjadi 18 tahun penjara, denda Rp 1 miliar,<br />
serta membayar uang pengganti Rp 32<br />
miliar.<br />
11 NOVEMBER 2014<br />
Brigjen Didik Purnomo ditahan KPK dan<br />
hingga saat ini masih menjalani persidangan.<br />
15 SEPTEMBER 2009<br />
Wakil Ketua KPK Bibit Samad Riyanto<br />
ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus<br />
yang sama. Polisi juga memeriksa pimpinan<br />
KPK, M. Jasin dan Haryono Umar.<br />
29 OKTOBER 2009<br />
Chandra dan Bibit ditahan di Mako<br />
Brimob Kelapa Dua, Depok. Alasannya,<br />
mencegah keduanya menggiring opini<br />
publik atas penyelidikan dengan berbicara<br />
kepada pers.<br />
3 NOVEMBER 2009<br />
Polisi membebaskan Chandra dan Bibit<br />
setelah rekaman percakapan Anggodo<br />
dibuka di Mahkamah Konstitusi dan terungkap<br />
rencana kriminalisasi serta pembunuhan<br />
terhadap keduanya jika skenario<br />
memasukkan ke penjara berhasil.<br />
1 DESEMBER 2009<br />
Kejaksaan mengeluarkan surat ketetapan<br />
penghentian penuntutan, yang pada 19<br />
April 2010 dianggap tidak sah oleh Pengadilan<br />
Negeri Jakarta Selatan. Pengadilan<br />
Tinggi Jakarta dan Mahkamah Agung<br />
menguatkan putusan itu.<br />
OKTOBER 2010<br />
Kejaksaan melakukan deponering kasus<br />
Bibit-Chandra. Deponering adalah penghentian<br />
kasus demi kepentingan orang<br />
banyak.<br />
KPK Versus Komisaris Jenderal<br />
Budi Gunawan<br />
13 JANUARI 2015<br />
KPK menetapkan Komjen Budi Gunawan<br />
sebagai tersangka dalam kasus transaksi<br />
mencurigakan di rekening banknya<br />
dan gratifikasi ketika menjabat Kepala Biro<br />
Pembinaan Karier Deputi Sumber Daya<br />
Manusia di Mabes Polri pada 2003-2006.<br />
KPK menyatakan sudah memiliki dua alat<br />
bukti.<br />
Penetapan ini sehari sebelum Budi, yang<br />
merupakan calon tunggal Kapolri, menjalani<br />
uji kelayakan di DPR. DPR meloloskan<br />
Budi, tapi Presiden Joko Widodo menunda<br />
pelantikannya. Mabes Polri tak menonaktifkan<br />
Budi sehingga ia tetap menjabat<br />
Kepala Lembaga Pendidikan Polri.<br />
20 JANUARI 2015<br />
Budi Gunawan mengajukan permohonan<br />
praperadilan atas KPK ke Pengadilan<br />
Negeri Jakarta Pusat<br />
21 JANUARI 2015<br />
Budi Gunawan melaporkan Ketua KPK<br />
Abraham Samad dan Wakil Ketua KPK<br />
Bambang Widjojanto ke Kejaksaan Agung<br />
dengan tuduhan menyalahgunakan kekuasaan<br />
dan melanggar Undang-Undang<br />
Tindak Pidana Korupsi karena surat penetapan<br />
tersangka yang seharusnya ditandatangani<br />
oleh seluruh pimpinan KPK ternyata<br />
hanya diteken Samad dan Bambang.<br />
KPK Versus Inspektur Jenderal<br />
Djoko Susilo<br />
27 JULI 2012<br />
KPK menetapkan Kepala Korps Lalu<br />
Lintas (Korlantas) Polri Irjen Djoko Susilo<br />
sebagai tersangka dalam kasus korupsi<br />
pengadaan alat simulator uji surat izin<br />
mengemudi. Wakil Kepala Korlantas<br />
Brigjen Didik Purnomo juga ditetapkan<br />
sebagai tersangka dalam kasus yang sama<br />
pada Agustus 2012. Penyelidikan kasus ini<br />
dipimpin Komisaris Novel Baswedan.<br />
31 JULI 2102<br />
KPK menggeledah kantor Djoko, yang<br />
dipimpin langsung Ketua KPK Abraham<br />
Samad dan dua wakilnya, Bambang Widjojanto<br />
serta Busyro Muqoddas.<br />
23 JANUARI 2015<br />
Bambang Widjojanto ditangkap penyelidik<br />
Bareskrim Polri dengan sangkaan<br />
menyuruh orang lain bersaksi palsu dalam<br />
sidang sengketa pemilihan Bupati Kotawaringin<br />
Barat antara pasangan Sugianto<br />
Sabran-Eko Soemarno dan Ujang Iskandar-Bambang<br />
Purwanto di Mahkamah<br />
Konstitusi.<br />
Kasus ini dilaporkan oleh calon bupati<br />
Sugianto Sabran yang menang dalam<br />
penghitungan suara tapi didiskualifikasi<br />
oleh MK. Bambang adalah penasihat hukum<br />
lawan pasangan Sugianto-Eko.<br />
Wakil Kepala Polri Komjen Badrodin<br />
Haiti sebelumnya sempat membantah<br />
penangkapan. Namun Kepala Bareskrim<br />
Inspektur Jenderal Budi Waseso membenarkannya.<br />
KPK berkeberatan atas penangkapan<br />
Bambang dan meminta penangguhan<br />
penahanan. Bambang dilepas pada pukul<br />
02.00 WIB. ■ KEN YUNITA | OKTA WIGUNA<br />
28 SEPTEMBER 2012<br />
Djoko Susilo mangkir dari pemeriksaan.<br />
4 OKTOBER 2012<br />
Polri memanggil lima penyelidiknya,<br />
termasuk Novel Baswedan, karena masa<br />
tugasnya di KPK usai pada 12 September<br />
2012. KPK menolak karena menduga itu<br />
sebagai upaya mengganggu penyelidikan<br />
kasus Djoko Susilo. Novel menyatakan sering<br />
diteror sejak menangani kasus Djoko.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
PRIA TERSADIS DARI<br />
PANGKALAN<br />
BUN<br />
“SUGIANTO MENGELUARKAN<br />
PISTOL, MENODONGKANNYA<br />
KE KAMI, DAN MENGANCAM<br />
MEMBUNUH.”<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Ilustrasi pembalakan liar.<br />
Sugianto tercatat sebagai<br />
Direktur Tanjung Lingga<br />
Group yang diduga terlibat<br />
pembalakan liar di Taman<br />
Nasional Tanjung Puting,<br />
Kalimantan Tengah.<br />
ULET IFANSASTI/GETTY IMAGES<br />
DUA orang itu meringkuk di ruang<br />
tahanan markas polisi di Pangkalan<br />
Bun. Salah satunya adalah pendiri<br />
organisasi pencinta lingkungan Telapak,<br />
Ambrosius “Ruwi” Ruwindrijarto, yang<br />
muka dan sekujur badannya lebam.<br />
Satunya lagi adalah Faith Doherty, perempuan<br />
berkebangsaan Inggris. Empat jari tangan<br />
Doherty, aktivis Environmental Investigation<br />
Agency, patah.<br />
Tiga hari mereka mendekam di sana. Di luar,<br />
massa yang mengepung kantor polisi meneriakkan<br />
ancaman kepada keduanya. Sesekali<br />
jendela ruang tahanan digebrak menggunakan<br />
parang yang dibawa kawanan peneror itu.<br />
Awal Januari 2000 itu, Ruwi dan Doherty diamankan<br />
setelah disekap di kantor perusahaan<br />
kayu Tanjung Lingga Group. Mereka dijemput<br />
paksa dari Hotel Kecubung, Pangkalan Bun,<br />
dengan alasan diminta bertemu dengan pemilik<br />
Tanjung Lingga, Abdul Rasyid, buat membahas<br />
laporan investigasi mereka.<br />
Ternyata di sana mereka sudah ditunggu<br />
sekelompok orang yang dipimpin dua direktur<br />
Tanjung Lingga, Sugianto Sabran Efendi dan<br />
Een Juhaeriyah. Ruwi dan Doherty dibawa ke<br />
ruangan di atas kantor, lalu dipukuli dan ditendang.<br />
“Sewaktu disekap itu, saya dipukul di wajah<br />
dan badan,” kata Ruwi kepada majalah detik.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Ambrosius Ruwindrijarto (atas)<br />
dan Faith Doherty<br />
DOK. RAMON MAGSAYSAY AWARD/EIA<br />
“Sugianto mengeluarkan pistol, menodongkannya<br />
ke kami, dan mengancam membunuh.”<br />
Bos-bos Tanjung Lingga berang karena sebelumnya<br />
Ruwi dan Doherty sempat menemui<br />
mereka dengan menyamar sebagai pengusaha<br />
kayu. Tergiur oleh peluang bisnis, petinggi<br />
Tanjung Lingga tanpa curiga menceritakan trik<br />
mengakali aturan tentang kayu ilegal, yang<br />
akhirnya dikutip dalam laporan pembalakan<br />
liar kayu Taman Nasional Tanjung Puting oleh<br />
Tanjung Lingga yang diberi judul “The Final<br />
Cut”.<br />
Ruwi menceritakan, saat itu mereka bisa lepas<br />
dari penganiayaan setelah dijemput polisi.<br />
Selama keduanya di ruang tahanan, Tanjung<br />
Lingga sempat minta mereka muncul di televisi<br />
dan mencabut laporan penyelidikan illegal<br />
logging, tapi ditolak oleh Ruwi dan Doherty.<br />
Menurut Ruwi, mereka akhirnya bisa keluar<br />
dari Pangkalan Bun setelah Kedutaan Besar<br />
Inggris, media nasional dan internasional,<br />
serta berbagai lembaga swadaya masyarakat<br />
mendesakkan pembebasan. “Bahkan Presiden<br />
Gus Dur sampai turun tangan mengupayakan<br />
pembebasan kami,” ujarnya.<br />
Saat melawan Tanjung Lingga itu, Ruwi dan<br />
Doherty didampingi antara lain Bambang<br />
Widjojanto, yang saat itu menjadi pengacara di<br />
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia.<br />
Kasus Ruwi dan Doherty ini rupanya jadi<br />
awal perseteruan Sugianto dengan Bambang.<br />
Sugianto sempat dihukum percobaan penjara<br />
satu setengah bulan gara-gara penyekapan dan<br />
penyiksaan terhadap kedua orang itu.<br />
Ruwi, yang menerima penghargaan Ramon<br />
Magsaysay Award pada 2012, mengatakan, selain<br />
ia dan Doherty, sebenarnya banyak aktivis<br />
lingkungan yang ditekan oleh Tanjung Lingga<br />
tapi tidak mendapat perhatian media nasional.<br />
Doherty menyatakan belum bisa berkomentar<br />
kepada majalah detik karena sedang bepergian<br />
ke wilayah yang sulit akses komunikasinya.<br />
Seorang aktivis lingkungan yang ikut menjemput<br />
Ruwi dan Doherty dari kantor polisi itu<br />
menceritakan, kedua kawannya tersebut harus<br />
dikawal polisi hingga ke bandara. “Kami harus<br />
menyewa pesawat kecil untuk membawa mereka<br />
ke Banjarmasin, baru ke Jakarta,” ujarnya.<br />
Menurut dia, selain Ruwi dan Doherty,<br />
masih ada Abi Kusno Nachran yang jadi kor-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Paman Sugianto Sabran,<br />
Abdul Rasyid (ketiga dari kiri),<br />
bersama Surya Paloh (tengah)<br />
dan redaksi Borneonews.<br />
UDOZKARZI.BLOGSPOT.COM<br />
ban Sugianto. Wartawan<br />
tabloid Lintas Khatulistiwa<br />
itu menelusuri kapal-kapal<br />
berbendera Tiongkok yang<br />
menyelundupkan kayu<br />
yang diduga dipasok Tanjung<br />
Lingga. Hasil laporan<br />
itu diteruskan ke Kementerian<br />
Kehutanan, yang<br />
bergerak menyita kayukayu<br />
di kapal tersebut.<br />
Setelah artikel itu terbit,<br />
pada November 2001, Abi hendak pergi<br />
dari Pangkalan Bun ke Jakarta. Di tengah jalan,<br />
ia disergap sekitar 20 orang yang menyerangnya<br />
dengan tombak, mandau, dan air keras.<br />
Redaktur yang menjemput Abi di bandara juga<br />
ditikam di perut.<br />
Abi, yang keempat jari tangannya dipotong<br />
para penyerang, dilarikan ke Rumah Sakit<br />
Sultan Imanuddin. Dikira tewas, Abi langsung<br />
masuk kamar jenazah dan petugas medis baru<br />
menyadari dia masih hidup ketika mendadak<br />
kakinya bergerak.<br />
Saat penyelidikan kasus penyerangan itu,<br />
nama Sugianto kembali disebut-sebut sebagai<br />
otak penyerangan itu. Baik Sugianto maupun<br />
istrinya ketika itu, artis Ussy Sulistiawaty, diburu<br />
wartawan. Namun tidak satu pun berkomentar<br />
mengenai penyerangan terhadap Abi.<br />
Sayang, Abi tidak lagi bisa diminta bercerita<br />
tentang penyerangan itu karena ia meninggal<br />
ketika Isuzu Panther yang dikemudikannya menabrak<br />
truk gandeng di jalan tol Kanci, Cirebon,<br />
Jawa Barat, pada 24 Juli 2006. Anggota Dewan<br />
Perwakilan Daerah dari daerah pemilihan<br />
Kalimantan Tengah ini hingga hari-hari terakhir<br />
hidupnya masih menyelidiki kasus pembalakan<br />
liar di Kalimantan Tengah.<br />
Abi pada 5 Juli 2006 sempat menyusuri<br />
Sungai Katingan di Kalimantan Tengah dan<br />
mendapati ratusan meter kubik kayu gelondongan<br />
ilegal di sana. Sepulang dari kunjungan<br />
kerja DPD itu, rombongan Abi dihadiahi kotak<br />
yang ternyata isinya kain kafan disertai secarik<br />
kertas bertulisan: “Jangan Bunuh Usaha Kami—<br />
Tertanda Masyarakat Muara Bulan”.<br />
lll<br />
Jet pribadi Lineage mendarat di Bandara<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Paripurna terakhir DPR 2009-<br />
2014, Sugianto berkali-kali<br />
jadi sorotan di Senayan karena<br />
kerap membolos dari sidang<br />
paripurna DPR.<br />
RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
Halim Perdanakusuma, Jakarta, buat menjemput<br />
Ketua Dewan Perwakilan Daerah RI Irman<br />
Gusman dan rombongan anggota DPD yang<br />
hendak melawat ke Pangkalan Bun. Kisah perjalanan<br />
pada April 2012 itu tak banyak diberitakan,<br />
tapi dimuat di situs pribadi anggota DPD<br />
2009-2014 asal Kalimantan Tengah, Hamdani.<br />
Pemilik jet berkapasitas 19 penumpang itu<br />
adalah Abdul Rasyid, pemilik PT Citra Indah<br />
Borneo, nama baru Tanjung Lingga Group. Ia<br />
mengenal Irman karena sama-sama anggota<br />
Fraksi Utusan Daerah MPR RI pada 1992-1997.<br />
Tanjung Lingga awalnya berbisnis kayu, lantas<br />
meluas ke usaha perkebunan sawit dan pabrik<br />
minyak sawit. Salah satu rekanan Tanjung<br />
Lingga adalah pengusaha Surya Paloh, yang<br />
berkongsi dengan Rasyid mendirikan PT Sawit<br />
Sumbermas Sarana.<br />
Kerja sama dengan Paloh makin melebar<br />
pada 22 Desember 2006. Hari itu Tanjung<br />
Lingga dan Paloh meresmikan harian Borneonews.<br />
Surya Paloh belum bisa dimintai komentar<br />
soal bermitra dengan Rasyid. Telepon dan pesan<br />
pendek yang dikirim oleh majalah detik<br />
tidak dibalas.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Abdul Rasyid, pemilik Tanjung<br />
Lingga Group dan mantan<br />
anggota MPR 1992-1997.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
Sementara itu, staf Surya Paloh, Charles<br />
Mikyansyah, mengatakan Surya Paloh hanya<br />
memiliki saham di Metro TV, Media Indonesia,<br />
Lampung Post, MetroTv.com, dan Media Indonesia<br />
Online. "Kalau diundang datang acara peluncuran<br />
mungkin, namanya juga beliau sudah<br />
keliling Indonesia," ujarnya.<br />
Rasyid, yang konon punya rumah dan kantor<br />
di Singapura, menyerahkan kendali perusahaan<br />
kepada keponakannya, Sugianto, setelah masuk<br />
MPR pada 1992. Ketika itu Sugianto, lulusan<br />
SMEA Negeri 1 Pangkalan Bun, ditunjuk jadi<br />
presiden direktur yang mengendalikan ribuan<br />
karyawan dan 40 ribu hektare lahan hak pengusahaan<br />
hutan.<br />
Belakangan, Sugianto mengikuti jejak Rasyid<br />
ke dunia politik. Pria yang tercatat sempat kuliah<br />
ilmu pemerintahan di Universitas Terbuka<br />
ini lolos ke DPR pada pemilihan legislatif 2009.<br />
Baru setahun di parlemen, Sugianto maju<br />
ke pemilihan Bupati Kotawaringin Barat. Berpasangan<br />
dengan Eko Soemarno, ia diusung<br />
PDI Perjuangan, Partai Gerindra, dan Partai<br />
Amanat Nasional.<br />
Hasil penghitungan KPUD, pasangan Sugianto-Eko<br />
memperoleh suara terbanyak. Namun<br />
kemenangan itu digugat pasangan Ujang<br />
Iskandar-Bambang Purwanto ke Mahkamah<br />
Konstitusi.<br />
Gugatan Ujang-Bambang, yang antara lain<br />
didampingi pengacara Bambang Widjojanto,<br />
minta dilakukan pemilihan ulang. Nahas bagi<br />
Sugianto, Mahkamah malah mendiskualifikasi<br />
dia karena dianggap terlibat dalam politik uang.<br />
Gagal jadi bupati, pria kelahiran Sampit, 5 Juli<br />
1973, itu kembali ke DPR dan aktif di Komisi<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Abi Kusno Nachran, wartawan<br />
tabloid Lintas Khatulistiwa,<br />
yang diserang setelah<br />
memberitakan penyelundupan<br />
kayu oleh perusahaan<br />
Sugianto.<br />
DOK. WANA CIPTA LESTARI 2001<br />
Kesehatan, Komisi Kehutanan, dan Komisi Hukum.<br />
Dalam sebuah pertemuan Komisi Hukum<br />
dengan Kepala Polri Jenderal Sutarman pada 6<br />
Desember 2013, Sugianto mengadukan soal<br />
kasus saksi palsu yang ditudingnya disiapkan<br />
oleh Bambang Widjojanto.<br />
Sugianto berkali-kali jadi sorotan di Senayan<br />
karena kerap membolos dari sidang paripurna<br />
DPR. Bahkan Sugianto disemprit PDI Perjuangan<br />
pada Februari 2011 gara-gara absen rapat<br />
paripurna voting usulan hak angket mafia pajak.<br />
PDIP termasuk pengusul hak angket buat<br />
menelisik pengelolaan pajak oleh pemerintah<br />
itu. Namun pengusulan tersebut kandas karena<br />
kekurangan suara akibat absennya sembilan<br />
kader Partai Banteng, termasuk Sugianto.<br />
Namun itu tidak membuat hubungan Sugianto<br />
dengan partai memburuk. Pada tahun<br />
yang sama, ia bersama anggota Komisi IX dari<br />
PDIP urunan dana buat pembangunan Rumah<br />
Sakit Mega Gotong Royong di Cirebon, Jawa<br />
Barat. Rumah sakit partai ini diresmikan oleh<br />
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri<br />
pada 23 Oktober 2011.<br />
Sugianto juga kembali masuk daftar calon<br />
anggota legislatif pada Pemilu 2014. Maju dari<br />
daerah asalnya, Kalimantan Tengah, Sugianto<br />
tidak lolos melaju ke parlemen.<br />
Sugianto kemudian jadi bahan pemberitaan<br />
karena melaporkan Wakil Ketua KPK Bambang<br />
Widjojanto ke Bareskrim Mabes Polri. Dalam<br />
bentrok ketiga kalinya dengan Bambang ini,<br />
Sugianto mengadukan dugaan pengaturan<br />
saksi palsu dalam sidang pilkada Kotawaringin<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Wakil pimpinan KPK,<br />
Bambang Widjojanto.<br />
Bambang pernah<br />
mendampingi dua aktivis<br />
yang merupakan korban<br />
penganiayaan oleh Sugianto<br />
Sabran.<br />
DOK. PRIBADI<br />
Barat di Mahkamah Konstitusi.<br />
“Nah, semua menganggap BW itu orang<br />
paling bersihlah di dunia. Apa yang dikatakan<br />
selalu benar,” kata Sugianto. “Tapi Allah berkehendak<br />
bahwa orang yang zalim pasti akan ada<br />
yang menyadarkan.”<br />
Namun soal perannya di Tanjung Lingga<br />
Group dan kasus-kasus penganiayaan saat<br />
mengendalikan bisnis pamannya itu, Sugianto<br />
tidak merespons permintaan konfirmasi. Dalam<br />
berkas pendaftarannya sebagai calon anggota<br />
DPR 2014-2019, aktivis Pemuda Panca Marga<br />
Pangkalan Bun ini juga tak mencantumkan<br />
aktivitasnya di Tanjung Lingga.<br />
Pengacara Sugianto, Carrel Ticoalu, mengaku<br />
tidak tahu banyak soal kasus itu. “Itu kan<br />
sudah disidangkan, berarti sudah selesain, to,”<br />
kata pengacara Anas Urbaningrum dan istrinya,<br />
Athiyyah, saat berurusan dengan KPK ini.<br />
Perihal Bambang yang sempat membela<br />
kedua aktivis yang dianiaya Sugianto, Carrel<br />
menyatakan itu kebetulan semata. “Ini bukan<br />
masalah dendam. Pak Sugianto hanya ingin<br />
menuntut keadilan yang sejak 2010 tidak didengar,”<br />
kata Carrel.<br />
■ PASTI LIBERTI M., IBAD DUROHMAN, ISFARI HIKMAT | OKTA WIGUNA<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
NIKAHI USSY,<br />
DEKAT DENGAN<br />
HELMALIA<br />
PUTRI<br />
Ussy Sulistiawaty<br />
TERESIA MAY/ANTARA<br />
“SAYA lagi hamil, masak kalian enggak<br />
kasihan sama saya dan anak saya yang<br />
ada di sini?”<br />
Keluhan itu diucapkan artis Ussy Sulistiawaty.<br />
Saat itu, 15 Desember 2005, Ussy<br />
sedang syuting di Markas Polsek Cipayung.<br />
Pewarta infotainment mengejar Ussy untuk dimintai<br />
pendapat tentang suaminya, Yusuf Sugianto,<br />
yang terbelit kasus illegal logging dan penganiayaan<br />
terhadap wartawan di Kalimantan.<br />
Ussy, yang kala itu hamil 5 bulan, berusaha menghindar.<br />
Ia berjanji akan bicara pada waktu yang tepat. Namun ia<br />
tiba-tiba pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.<br />
Kisah cinta Ussy-Sugianto berlangsung kilat. Ussy mengenal<br />
pria yang kini ngetop karena melaporkan Wakil Ketua<br />
Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto<br />
ke Mabes Polri itu saat melaksanakan ibadah umrah di<br />
Mekah. Sugianto mengaku bekerja di kebun.<br />
Merasa cocok, pernikahan keduanya pun segera dirancang.<br />
Ussy dilamar pada 15 Juli, lalu melangsungkan akad<br />
nikah pada 12 Agustus, dan kemudian menggelar resepsi<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
pernikahan pada 17 September 2005.<br />
“Bahkan kami tak pakai pacaran,” kata<br />
Ussy.<br />
Resepsi pernikahan Sugianto dan<br />
Ussy dilangsungkan di hotel mewah,<br />
Ritz-Carlton Jakarta. Sugianto juga<br />
memesan satu lantai hotel untuk<br />
kerabatnya yang datang ke acara resepsi.<br />
“Aku enggak tahu berapa biayanya.<br />
Sebab, yang bayar kan suamiku,” kata Ussy<br />
waktu itu.<br />
Sejumlah selebritas, antara lain Becky<br />
Tumewu, Sandy Syarief, Anjasmara bersama<br />
Dian Nitami, dan Farhat Abbas bersama Nia Daniaty,<br />
menghadiri resepsi tersebut. Selain di Hotel Ritz-Carlton<br />
Jakarta, seminggu kemudian resepsi nikah sehari-semalam<br />
digelar di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.<br />
Ussy melahirkan seorang putri dari pernikahannya dengan<br />
Sugianto, Syafa Al Zahra, serta mengangkat satu anak,<br />
Nur Amalia Putri. Namun pernikahan itu hanya sebentar,<br />
cuma satu tahun. Pada 9 Desember 2006, Pengadilan<br />
Agama Pangkalan Bun, Kabupaten Kota Waringin Barat,<br />
mengabulkan gugatan cerai Ussy terhadap Sugianto.<br />
Helmalia Putri<br />
DOK. DETIKHOT<br />
Kini Ussy menikah dengan Andhika<br />
Pratama. Sedangkan Sugianto belum<br />
menikah lagi.<br />
Selain dengan Ussy, nama Sugianto<br />
disebut memiliki hubungan dengan<br />
artis Helmalia Putri. Pemeran sinetron<br />
Sarmila ini bahkan disebut sebagai orang<br />
ketiga hancurnya rumah tangga Sugianto<br />
dengan Ussy. Awalnya Helmalia membantah<br />
punya hubungan dengan pengusaha kayu<br />
yang gagal jadi Bupati Kotawaringin Barat itu.<br />
Sebab, nama suami Ussy disebut Yusuf Sugianto.<br />
Sedangkan saat akrab dengan Helmalia, namanya<br />
tidak menggunakan Yusuf, hanya Sugianto.<br />
Helmalia mengakui memang akrab dengan Sugianto<br />
dan keluarganya. Politikus Partai Demokrasi Indonesia<br />
Perjuangan itu sering bertandang ke rumah Helmalia.<br />
Demikian pula sebaliknya. Namun Helmalia menyatakan<br />
bukan ia seorang yang diundang Sugianto. Mantan suami<br />
Ussy itu gemar mengundang artis dalam rangka ulang<br />
tahun perusahaannya. “Artis yang pernah diundang oleh<br />
Sugianto bukan saya saja, tapi banyak,” kata Helmalia.<br />
■ MONIQUE SHINTAMI<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
SATU PER SATU<br />
PIMPINAN KPK<br />
DIPERKARAKAN.<br />
PERANG!<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Plt Sekjen PDIP Hasto<br />
Kristiyanto memberikan<br />
keterangan pers di Rumah<br />
Cemara, Menteng, Jakarta<br />
Pusat, Kamis (22/1/2015).<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
RUMAH di Jalan Cemara Nomor 19,<br />
Menteng, Jakarta, yang dalam beberapa<br />
bulan sepi, pada Kamis, 22<br />
Januari 2015, tiba-tiba ramai kembali.<br />
Beberapa orang berseragam satuan tugas Partai<br />
Demokrasi Indonesia Perjuangan bersiap<br />
menjadi penerima tamu.<br />
Puluhan wartawan mendatangi rumah yang<br />
pernah dipakai sebagai media center pemenangan<br />
Jokowi-Jusuf Kalla itu. Pelaksana Tugas<br />
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto<br />
menggelar jumpa pers hari itu.<br />
Hasto sedang geregetan terhadap Ketua<br />
Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad.<br />
Seminggu sebelumnya, 13 Januari, komisi<br />
antirasuah itu menetapkan calon Kepala Polri<br />
yang dijagokan partai berlogo banteng moncong<br />
putih itu, Komjen Budi Gunawan, sebagai<br />
tersangka kasus korupsi.<br />
Tiga hari kemudian, Presiden Jokowi menunda<br />
pelantikan Budi, yang sudah disetujui<br />
DPR untuk menjadi Kapolri. Jokowi menunjuk<br />
Badrodin Haiti sebagai Wakil Kepala Polri yang<br />
diberi tugas dan tanggung jawab yang diemban<br />
Kapolri.<br />
Sehari setelah keputusan itu, muncul tulisan<br />
di sebuah blog, Kompasiana, berjudul “Rumah<br />
Kaca Abraham Samad”. Seseorang yang mengaku<br />
sebagai Sawito Kartowibowo menuliskan<br />
upaya Samad menjadi cawapres pendamping<br />
Jokowi.<br />
Ia mencatat Samad melakukan enam kali<br />
pertemuan dengan tim pemenangan Jokowi.<br />
Pertemuan pertama dan kedua digelar di<br />
Apartemen Capital, kawasan Sudirman Central<br />
Business District, Jakarta; ketiga di ruang VIP<br />
Bandara Adisutjipto, Yogyakarta; dan pertemu-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Hasto bergaya seperti<br />
penampilan Abraham<br />
Samad saat bertemu di<br />
sebuah apartemen sekaligus<br />
menunjukkan alat pendeteksi<br />
sadap.<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
an selanjutnya tidak disebutkan tempatnya.<br />
Orang yang memakai nama tokoh gerakan<br />
spiritual pada 1974 itu menuliskan, sejak pertemuan<br />
pertama, Samad disebut-sebut memberikan<br />
iming-iming akan membantu PDIP jika<br />
ada kasus ke KPK. Bahkan, dalam pertemuan<br />
akhir, Samad ditulis mengaku terang-terangan<br />
melakukan penyadapan hingga namanya dicoret<br />
dari daftar pendamping Jokowi.<br />
Orang yang merekomendasikan pencoretan<br />
nama Samad adalah Komisaris Jenderal Budi<br />
Gunawan. Samad disimpulkan lantas mendendam<br />
kepada calon tunggal Kapolri yang<br />
diajukan Jokowi ke DPR itu.<br />
“Setelah dikonfirmasi, Bapak AS katakan tulisan<br />
itu fitnah. Saya nyatakan bahwa sebagian<br />
besar dalam tulisan itu adalah benar,” kata Hasto<br />
tegas.<br />
Hasto mengaku sebagai saksi setiap pertemuan<br />
Samad dengan PDIP seperti ditulis “Rumah<br />
Kaca Abraham Samad”. Ia membenarkan<br />
sebagian besar cerita Sawito itu, termasuk<br />
dendam Samad kepada Budi.<br />
“Saya rekomendasikan KPK untuk segera<br />
bentuk komite etik,” ucap Hasto. Ia, Hendropriyono,<br />
dan saksi yang dimiliki siap memberikan<br />
keterangan sebagai saksi bila komite etik<br />
tersebut dibentuk KPK.<br />
Hasto tidak main-main dalam jumpa pers tersebut.<br />
Tak hanya membuat pengakuan, ia juga<br />
memperagakan gaya menyamar Samad ketika<br />
menggelar pertemuan khusus. Ia mengenakan<br />
masker penutup muka dan topi menirukan<br />
Samad menyamarkan identitas. Tangan Hasto<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Rasman Arif Nasution (kanan)<br />
sebagai tim kuasa hukum<br />
Komjen Pol. Budi Gunawan<br />
memperlihatkan berkas ketika<br />
melaporkan pimpinan KPK ke<br />
Kejaksaan Agung di Jakarta.<br />
ANTARA FOTO/VITALIS YOGI TRISNA<br />
pun menggenggam sebuah alat digital. Menurut<br />
dia, itu adalah alat antisadap.<br />
Ia bahkan menyediakan dua bus Blue Bird<br />
ukuran sedang untuk mengajak wartawan berpesiar<br />
ke apartemen yang disebutnya sebagai<br />
tempat pertemuan dengan Samad. Namun,<br />
sesampai di Apartemen Capital, mereka ditolak<br />
masuk oleh pihak pengelola. Alasannya,<br />
kehadiran Hasto dapat mengganggu privasi<br />
penghuni.<br />
Cerita konspirasi politik ala Hasto mengalir<br />
deras. Selang beberapa jam pascajumpa<br />
pers, sekelompok mahasiswa yang mengatasnamakan<br />
diri Solidaritas Aksi Mahasiswa Anti<br />
Demokrasi menggelar demonstrasi di depan<br />
gedung KPK. Mereka bermodal cerita sama<br />
bahwa Samad genit berpolitik, dan harus mundur<br />
dari jabatan Ketua KPK.<br />
Samad sendiri memberikan bantahan melalui<br />
Direktur Pencegahan KPK Johan Budi S.P.<br />
Cerita Hasto dinilai bohong. KPK tidak ingin<br />
buru-buru membentuk komite etik karena<br />
belum ada bukti.<br />
“Pak Abraham Samad mengatakan yang<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Ketua KPK Abraham Samad<br />
dan Wakil Ketua KPK Bambang<br />
Widjojanto.<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
dituduhkan itu adalah fitnah belaka,” Johan<br />
menjelaskan.<br />
Setelah Budi Gunawan jadi tersangka, Abraham<br />
Samad memang langsung mendapat<br />
serangan. Sehari setelah penetapan status,<br />
misalnya, beredar foto mesra pria mirip Samad<br />
dengan Puteri Indonesia 2014 Elvira Devinamira.<br />
Namun foto itu terbukti rekayasa.<br />
Wakil Ketua Komisi Bambang Widjojanto<br />
bereaksi keras terhadap Hasto. Bagi dia, tanpa<br />
memberi bukti, segala ocehan Hasto tidak ada<br />
artinya.<br />
Bambang lantas menyindir Hasto karena getol<br />
membela Budi. “Apakah Hasto telah mendapatkan<br />
surat kuasa untuk menjadi lawyer BG<br />
(Budi Gunawan)?” ucap Bambang.<br />
Tudingan Hasto merupakan serangan terbuka<br />
pertama terhadap Abraham Samad. Apalagi<br />
jabatan Hasto di PDIP cukup mentereng: pelaksana<br />
tugas sekretaris jenderal. Tapi ia mengaku<br />
menyelenggarakan jumpa pers itu atas nama<br />
pribadi, bukan partai.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
Harus diingat,<br />
bukan hanya<br />
PDIP yang setuju<br />
Komjen Budi<br />
Gunawan. Ada 9<br />
fraksi<br />
~ Dwi Ria Latifa ~<br />
Meski sikap Hasto banyak dikritik aktivis<br />
antikorupsi, tak ada satu pun kader DPP PDIP<br />
yang mempertanyakan tindakan Hasto. Mereka<br />
kompak menyatakan itu urusan pribadi<br />
Hasto.<br />
Anggota DPR dari Fraksi PDIP, Pramono<br />
Anung, menegaskan, Hasto hanya mewakili<br />
pribadi, bukan partai. Soal pelanggaran internal,<br />
kata dia, biar komite etik yang memutuskan.<br />
Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait malah<br />
menganggap tindakan ini lumrah-lumrah saja.<br />
Menurut dia, Hasto duduk sebagai politikus<br />
yang memberikan pengawasan.<br />
“Kalau ada oknum, apakah eksekutif, yudikatif,<br />
atau legislatif, oknumnya yang diperbaiki,<br />
jangan sampai merusak tatanan,” tuturnya<br />
ketika hendak bertandang ke perayaan ulang<br />
tahun Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.<br />
Tekanan politik terhadap KPK tidak hanya<br />
berasal dari PDIP. Dua kubu yang sebelumnya<br />
berseteru di DPR, Koalisi Indonesia Hebat dan<br />
Koalisi Merah Putih, malah bersatu mendukung<br />
Budi, yang diduga sebagai pemilik rekening<br />
gendut.<br />
“Harus diingat, bukan hanya PDIP yang setuju<br />
Komjen Budi Gunawan. Ada 9 fraksi,” kata<br />
anggota Fraksi PDIP, Dwi Ria Latifa.<br />
Legislatif memang sudah lama nyaring menyuarakan<br />
niat pembubaran KPK. Hal ini tidak<br />
aneh karena hampir semua parpol memiliki<br />
kader yang bermasalah dengan KPK.<br />
Kritik keras terhadap KPK, misalnya, juga disuarakan<br />
Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Ia mengkritik<br />
keputusan KPK yang menetapkan Budi<br />
sebagai tersangka. “Saya kira harus ada yang<br />
memeriksa KPK. Kita harus periksa. Memangnya<br />
malaikat dan Tuhan saja yang bisa periksa<br />
KPK?” katanya.<br />
l l l<br />
Serangan politik ini bukan satu-satunya yang<br />
harus dihadapi KPK. Budi tidak mau tinggal<br />
diam menjadi tersangka. Ia melakukan segala<br />
upaya hukum untuk menjegal laju kasus yang<br />
menjeratnya.<br />
Senin, 19 Januari 2015, Divisi Pembinaan<br />
Hukum Mabes Polri mengajukan gugatan<br />
praperadilan atas penetapan tersangka Budi<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Wakil Ketua KPK Adnan Pandu<br />
Praja<br />
ANTARA FOTO/IRSAN MULYADI<br />
ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Kepala<br />
Divisi Pembinaan Hukum Irjen Moechgiyarto<br />
mengaku gugatan ini untuk menguji keabsahan<br />
penetapan tersangka Budi.<br />
Ia mengaku divisinya sudah diamanati oleh<br />
Wakil Kepala Polri yang diberi tugas dan tanggung<br />
jawab yang diemban Kapolri, Badrodin<br />
Haiti, untuk memanfaatkan semua peluang<br />
hukum. Karena itulah surat praperadilan dilayangkan.<br />
Kuasa hukum Budi, Razman Arif Nasution,<br />
juga melaporkan dua pimpinan KPK ke<br />
Kejaksaan Agung pada Rabu, 21 Januari 2015.<br />
Ia menganggap dua pimpinan KPK, Samad<br />
dan Bambang Widjojanto, menyalahgunakan<br />
wewenang dalam penetapan kliennya sebagai<br />
tersangka.<br />
Penetapan status tersangka Budi harus dibatalkan<br />
karena cacat hukum. Pihaknya meminta<br />
Jaksa Agung bergerak cepat memeriksa dan<br />
menahan Samad.<br />
Sehari kemudian, laporan ini dialihkan ke<br />
Bareskrim Mabes Polri. Razman mengaku<br />
kejaksaan bergerak lamban atas laporannya.<br />
Sehari setelah pelaporan ini, Bareskrim<br />
Mabes Polri lantas menangkap Bambang.<br />
Baru saja Bambang dilepas Mabes Polri, Wakil<br />
Ketua KPK lainnya, yakni Adnan Pandu Praja,<br />
dilaporkan ke Bareskrim Mabes Polri.<br />
Adnan dilaporkan terkait dugaan pengambilalihan<br />
secara paksa saham milik PT Deasy<br />
Timber pada 2006.<br />
Perlu diketahui, KPK terancam mengalami<br />
kekosongan pimpinan. Wakil Ketua KPK Busyro<br />
Muqoddas habis masa jabatannya. Namun,<br />
pada 15 Januari lalu, Komisi III DPR memutuskan<br />
menunda pemilihan pimpinan pengganti<br />
Busyro hingga masa jabatan empat pimpinan<br />
lainnya habis.<br />
Sampai saat ini, kursi pimpinan KPK hanya<br />
diduduki oleh empat orang. Mereka,<br />
satu per satu, mendapat serangan. Abraham<br />
Samad, Bambang, dan kini Adnan Pandu.<br />
Setelah Adnan, Wakil Ketua KPK Zulkarnain<br />
diisukan juga akan diadukan ke polisi. KPK<br />
dalam bahaya! n<br />
IBAD DUROHMAN, PASTI LIBERTY, ISFARI HIKMAT, BAHTIAR RIFAI | ARYO<br />
BHAWONO<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KOLOM<br />
ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />
MANUVER BARBAR<br />
HANCURKAN KPK<br />
KEINGINAN ABRAHAM MENJADI CALON WAPRES BUKANLAH<br />
KEJAHATAN PIDANA. PENANGKAPAN BAMBANG WIDJOJANTO<br />
OLEH POLISI MERUPAKAN AKSI BARBAR.<br />
OLEH: FERI AMSARI<br />
BIODATA<br />
Nama:<br />
Feri Amsari<br />
Tempat/Tanggal Lahir:<br />
Padang, 2 Oktober 1980<br />
Pendidikan:<br />
l S-1, Fakultas Hukum Universitas<br />
Andalas, 2004.<br />
ACAP kali Komisi Pemberantasan Korupsi “diterjang badai” serangan balik<br />
para koruptor (corruptors fight back). Lembaga antirasuah itu bahkan<br />
kerap berada di ujung tanduk. Namun semuanya mampu dilewati, KPK<br />
selalu bertahan dan terselamatkan berkat pertolongan masyarakat.<br />
Kini KPK kembali diuji cobaan berat. Ketua KPK Abraham Samad menjadi pusat<br />
permasalahan ketika dituduh “duduk bersama tim sukses” Partai Demokrasi Indonesia<br />
Perjuangan untuk membicarakan bursa calon wakil presiden pada pemilu<br />
presiden 2014. Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto-lah<br />
yang mengungkapkan hal itu. Masalah kian berat ketika Wakil Ketua KPK Bambang<br />
Widjojanto ditangkap polisi seperti penjahat yang akan melarikan diri.<br />
Untuk melihat masalah ini lebih jernih, ada baiknya permasalahan pimpinan KPK<br />
di atas disigi satu per satu. Dalam kasus Abraham, pernyataan Hasto itu memperlihatkan<br />
bagaimana PDIP bekerja memenangi pertarungan. Sebagai aparat penegak<br />
hukum, Abraham dirayu untuk lari dari konsistensinya sebagai orang terdepan da-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KOLOM<br />
l S-2, Pascasarjana Universitas<br />
Andalas, 2008.<br />
l S-2, William and Mary Law<br />
School, Virginia, Amerika<br />
Serikat, 2014.<br />
Karier:<br />
l Dosen Hukum Tata Negara<br />
Universitas Andalas.<br />
l Peneliti Pusat Studi Konstitusi<br />
(PUSaKO) Universitas<br />
Andalas.<br />
Karya:<br />
l Perubahan UUD 1945 Melalui<br />
Putusan MK, Rajawali<br />
Press, 2011.<br />
l Hukum Acara Mahkamah<br />
Konstitusi, Setjen Kepaniteraan<br />
MK RI<br />
lam pemberantasan korupsi. Jadi, sebelum mempertanyakan etika Abraham, PDIP<br />
harus terlebih dulu berkaca pada segala tindakannya tersebut. Lalu, kondisi apa<br />
yang menyebabkan Hasto berani malu membongkar aib partai sendiri?<br />
Sulit bagi PDIP untuk menghindari dugaan bahwa pernyataan Hasto berkaitan<br />
dengan tertundanya pelantikan Budi Gunawan (BG) sebagai Kepala Polri. Pernyataan<br />
Hasto seolah Abraham menaruh dendam terhadap BG, yang dianggap<br />
menggagalkannya sebagai calon wapres PDIP, patut dikritik. Sejauh manakah pengaruh<br />
BG dalam menentukan kebijakan PDIP sehingga dapat menentukan siapa<br />
yang berhak menjadi calon wapres atau tidak? Bukankah BG merupakan aparat<br />
penegak hukum yang harus independen?<br />
Jadi pernyataan Hasto itu tidak boleh menjadi alasan bagi publik mencurigai<br />
kinerja KPK. Setidaknya terdapat tiga alasan agar publik tidak terpengaruh “hasutan”<br />
PDIP. Pertama, asas satu saksi bukanlah saksi (unus testis nullus testis, Pasal<br />
169 HIR/306 R.Bg) harus dijadikan pedoman dalam melihat perkara ini. Keterangan<br />
yang disampaikan Hasto bukan berarti kebenaran mutlak, karena tuduhannya<br />
berpotensi menjadi fitnah yang berupaya menghancurkan kesolidan internal KPK.<br />
Jikapun pertemuan itu terjadi, keinginan Abraham menjadi calon wapres bukanlah<br />
kejahatan pidana. Apalagi jika Ketua KPK itu tidak menjanjikan kepada PDIP keuntungan<br />
apa pun yang terkait dengan jabatannya.<br />
Kedua, penetapan status tersangka BG tidak dapat dikaitkan dengan hasrat<br />
Abraham menjadi calon wapres. Sebab, Pasal 21 Ayat (5) UU Nomor 30 Tahun<br />
2002 tentang KPK menyatakan bahwa pimpinan KPK bekerja secara kolektif. Penentuan<br />
seseorang sebagai tersangka merupakan kerja bersama pimpinan KPK.<br />
Suara Abraham hanya satu dari lima (sekarang empat) suara pimpinan yang ada,<br />
sehingga penetapan BG sebagai tersangka tidak dapat dibatalkan dengan langkah<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KOLOM<br />
Menghalangi Proses Hukum<br />
Apabila tindakan Hasto bertujuan hendak menghentikan proses hukum kasus<br />
rekening gendut yang menimpa BG, perbuatan tersebut adalah pidana menghal<br />
Membangun Indonesia dari<br />
Daerah Partisipasi Publik<br />
dan Politik Anggaran Daerah<br />
hukum apa pun.<br />
Ketiga, sebaiknya publik melihat kasus penundaan pelantikan Kepala Polri dan<br />
status tersangka yang menimpanya dengan fokus pada dugaan pidana korupsi<br />
yang melibatkannya. Segala hal yang kemudian menyertai proses pemilihan Kepala<br />
Polri harus dianggap sebagai kekuatan politik yang tidak senang kepada kinerja<br />
KPK. Ada politik tingkat tinggi<br />
yang sedang bermain untuk<br />
menyudutkan KPK hingga berada<br />
di ujung tanduk.<br />
Dalam kasus penangkapan<br />
Bambang, publik sesungguhnya<br />
sudah dipertontonkan aksi<br />
barbar kepolisian dalam upaya<br />
menghancurkan KPK. Tidakkah<br />
bisa dijelaskan terlebih dulu apa<br />
sebabnya Bambang ditahan?<br />
Cara penangkapan itu sangat<br />
kasar dan mengabaikan prinsipprinsip<br />
hukum yang berkeadilan.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KOLOM<br />
lang-halangi proses penegakan hukum (obstruction of justice). Pasal 21 UU Nomor<br />
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyebutkan bahwa:<br />
“Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi, atau menggagalkan<br />
secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan<br />
di sidang pengadilan terhadap tersangka dan terdakwa ataupun para saksi dalam<br />
perkara korupsi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan<br />
paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 150.000.000<br />
(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000 (enam ratus<br />
juta rupiah).”<br />
Perlu ketegasan tersendiri bagi KPK dalam menyikapi serangan yang dilakukan<br />
ke tubuh KPK. Sebab, serangan itu diarahkan kepada pribadi pimpinan KPK secara<br />
terencana. Mulai penyebaran foto-foto rekayasa perselingkuhan Abraham Samad<br />
hingga tuduhan bermain politik dalam pencalonan wapres. Bahkan penangkapan<br />
Bambang Widjojanto merupakan indikasi tegas bahwa terdapat pergerakan terorganisasi<br />
untuk menyudutkan hingga menghancurkan lembaga yang membanggakan<br />
ini.<br />
KPK tidak mempunyai kekuatan apa pun untuk melawan institusi Polri korup<br />
yang didukung kekuatan politik kecuali peran masyarakat dalam melindungi KPK.<br />
Melihat ancaman di tubuh KPK saat ini, saatnya elemen publik kembali bahu-membahu<br />
menghadapi upaya menghancurkan lembaga antirasuah ini. Jika tidak, kita<br />
akan kehilangan sebuah harapan besar agar Indonesia bersih dari korupsi, kolusi,<br />
dan nepotisme. Mari selamatkan KPK sekali lagi! n<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
DOKTER<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
‘SPESIALIS’<br />
SAKAU<br />
“APA PUN SAYA LAKUKAN,<br />
TERMASUK BERBOHONG<br />
KEPADA ORANG TUA.”<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
Tap untuk melihat<br />
Video<br />
SETAN narkotik sepertinya sudah<br />
menguasai otak Delimasriyanti kala<br />
itu. Kematian kakak, juga adiknya,<br />
pada 2009, dan menyusul saudara<br />
sepupunya tiga tahun lalu, karena narkotik,<br />
tak membuat pikiran Delimasriyanti tambah<br />
terang. Adel—sapaan Delima sriyanti—malah<br />
terjerumus semakin dalam di alam candu.<br />
Adel, 38 tahun, kini ibu satu anak, pertama<br />
kenal pil setan, pil benzo, saat masih di bangku<br />
SMA di sebuah pondok pesantren di Jawa<br />
Tengah. Pertama kali menelan pil setan itu,<br />
Adel mengenang, rasanya benar-benar jauh<br />
dari enak. Kepala kliyengan, perut terasa mual,<br />
hingga akhirnya dia muntah-muntah.<br />
Temannya, yang sekaligus pemasok pil benzo,<br />
membujuk Adel menelan satu pil lagi supaya<br />
rasa mual dan pusing itu sirna. Pusing dan mual<br />
memang tak juga pergi, tapi badannya terasa<br />
semakin enteng, serasa melayang. Hari itu dia<br />
menenggak enam pil benzo sekaligus. Candu<br />
pil benzo perlahan menguasai otaknya. Keesokan<br />
harinya, dia meminta kembali kepada<br />
temannya. Enam pil pertama gratis, kali ini dia<br />
harus membayar.<br />
Demi bisa membeli pil setan, segala hal dilakukan<br />
Adel. “Apa pun saya lakukan, termasuk<br />
berbohong kepada orang tua. Meminta uang<br />
alasannya untuk bayar sekolah, padahal untuk<br />
beli ‘obat’,” katanya. Dari semula “hanya” mencoba<br />
pil benzo, Adel mulai kenal dengan ekstasi,<br />
putau, hingga sabu. Ongkos untuk membiayai<br />
kebutuhan candunya juga semakin mahal.<br />
Mula-mula hanya uang sekolah yang dia<br />
pakai berbelanja, lama-kelamaan sepeda motor<br />
milik orang tuanya dia jual. Barang-barang di<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
kamar kontrakan tandas tak bersisa ditukar<br />
dengan barang-barang “setan” itu. Hanya kasur<br />
satu-satunya barang di kamarnya yang tak ikut<br />
dijual. Bahkan sepeda motor milik kakaknya<br />
pun berakhir di Pegadaian. Semuanya demi pil<br />
setan itu.<br />
Saat itu rasanya tak ada yang bisa memisahkan<br />
Adel dengan ekstasi, putau, dan sabu.<br />
Tidak pula kematian kedua saudara kandungnya<br />
akibat kecanduan obat terlarang. Dari lima<br />
bersaudara, hanya satu orang kakak Adel yang<br />
ogah menyentuh narkoba.<br />
“Saat itu, saya berpikir, tak mungkin bisa<br />
berhenti karena rasa sakit yang saya alami,”<br />
katanya. Jauh sedikit saja dari narkoba, tubuhnya<br />
panas-dingin, hidung meler, batuk-batuk,<br />
tenggorokan gatal, kuping berdengung, tulang<br />
ngilu, dan badan sakit tak keruan. Perintah dari<br />
kedua orang tuanya untuk pulang ke rumah tak<br />
dia gubris. Ancaman dari ayahnya yang berniat<br />
melaporkannya ke polisi juga cuma dianggap<br />
angin lewat oleh Adel.<br />
Hingga akhirnya dia mendengar kabar bahwa<br />
orang tuanya sakit berat. Hatinya melunak.<br />
Apalagi belakangan dia positif terdiagnosis terinfeksi<br />
HIV. Dokter Aisah Dahlan-lah yang menunjukkan<br />
jalan apa yang harus Adel tempuh<br />
supaya dia bisa mencuci candu dalam darahnya.<br />
Sekarang Adel mengklaim sudah bersih dari<br />
pengaruh candu narkotik. “Sudah cukuplah<br />
yang kemarin-kemarin. Saya menyesal, di saat<br />
orang lain sudah berbuat banyak hal, saya baru<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
Saat itu, saya<br />
berpikir, tak mungkin<br />
bisa berhenti.<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
akan memulai langkah baru,” ujar Adel. Beruntung<br />
upayanya untuk pulih didukung tak hanya<br />
oleh suaminya yang juga sesama mantan<br />
pengguna narkoba, tapi juga oleh keluarganya<br />
serta para sahabatnya di Yayasan Sahabat Rekan<br />
Sebaya (SRS).<br />
●●●<br />
“Saya ini KKN, Mbak,” Aisah Dahlan, 45 tahun,<br />
memperkenalkan diri. KKN yang dia maksud<br />
tak ada hubungannya dengan korupsi, melainkan<br />
singkatan dari Keluarga Korban Narkoba.<br />
Dua puluh tahun lalu, keluarga orang tua<br />
Aisah kaget setengah mati setelah mereka<br />
menerima hasil tes urine Sahril Dahlan, adik<br />
kandung Aisah. Siapa orang tua yang tak<br />
terkejut mendapati tes urine anaknya positif<br />
mengandung opium.<br />
Kedua orang tuanya, juga Aisah, setengah<br />
tak percaya dengan hasil tes itu. Apalagi sang<br />
adik juga membantah memakai narkotik. Sahril<br />
malah menduga ada temannya yang iseng memasukkan<br />
opium ke dalam kopinya. Tapi tandatanda<br />
itu sebenarnya sudah lama kelihatan.<br />
Suami Aisah, yang masa kecilnya bertetangga<br />
di lingkungan para pecandu narkotik, sudah<br />
lama curiga terhadap perubahan perilaku adik<br />
iparnya.<br />
“Sahril, yang biasanya penurut dan ramah, jadi<br />
gampang marah,” Aisah mengenang. Seperti<br />
kisah pecandu lainnya, Sahril melakukan apa<br />
saja untuk ongkos sakau. Perhiasan, perangkat<br />
elektronik, dan sejumlah barang berharga di rumah<br />
raib tak jelas ke mana. Beberapa kali Sahril<br />
juga “membobol” kartu kredit ayahnya. Ketika<br />
Sahril menjalani tes urine itu, dia sebenarnya<br />
sudah bertahun-tahun diracuni candu narkotik.<br />
Berulang kali masuk panti rehabilitasi pecandu<br />
narkotik, berulang kali pula Sahril kembali<br />
lagi kepada “obat setan” itu. Pernah dia<br />
seminggu masuk rumah sakit di Manggarai,<br />
Jakarta, untuk “mencuci” racun-racun candu di<br />
tubuhnya. Tapi, hanya tiga hari di rumah, Sahril<br />
kembali terjerumus ke lubang yang sama.<br />
Menikahkan Sahril pun ternyata tak membuat<br />
hubungannya dengan candu terputus.<br />
Aisah dan keluarganya akhirnya memutuskan<br />
membawa Sahril ke Rumah Pengasih,<br />
panti rehabilitasi pecandu di Malaysia. Ter-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
nyata, 70 persen pecandu narkotik yang<br />
dirawat di Rumah Pengasih ini berasal dari<br />
Indonesia. Melihat keberhasilan metode pemulihan<br />
Rumah Pengasih, suami Aisah mendorong<br />
istrinya belajar metode rehabilitasi<br />
pecandu di sana.<br />
Aisah, yang semula berniat menjadi dokter<br />
spesialis anak, membelokkan cita-citanya.<br />
“Apalagi saya juga ingin membantu adik<br />
supaya bisa segera pulih,” ujar ibu lima anak<br />
ini. Pada 1997, sepulang belajar dan menemani<br />
adiknya menjalani rehabilitasi, Aisah<br />
dan suaminya memutuskan mendirikan unit<br />
rehabilitasi pecandu narkoba, yang bekerja<br />
sama dengan Rumah Sakit Harum, rumah<br />
sakit swasta di Kalimalang. Ia menerapkan<br />
metode yang ia pelajari dari Rumah Pengasih.<br />
Keduanya berpendapat bahwa pengobatan<br />
untuk pengguna narkoba tidak bisa dilakukan<br />
sekaligus. Perlu beberapa fase pengobatan,<br />
di antaranya detoksifikasi, rehabilitasi, dan<br />
after-care.<br />
Walaupun hanya bermodal pengetahuan<br />
yang masih minim, Aisah dan suaminya sangat<br />
bersemangat membantu para pecandu untuk<br />
lepas dari racun narkoba. Dalam sehari, ketika<br />
praktek dibuka, ada 6-15 pasien datang. Jika ada<br />
pasien tak mampu membayar, tak jadi soal bagi<br />
Aisah. Enam tahun kemudian, bekerja sama<br />
dengan Rumah Sakit Bhayangkara di Ciputat,<br />
Aisah membuka klinik rehabilitasi.<br />
Setelah sekian lama berhubungan dengan<br />
para pecandu, Aisah bertanya-tanya. “Mau<br />
dibawa ke mana para mantan pecandu ini<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
setelah keluar dari panti rehabilitasi?” Apalagi<br />
mereka sebagian besar masih muda.<br />
Dibantu sejumlah “pensiunan” pecandu, Aisah<br />
membentuk Sahabat Rekan Sebaya (SRS).<br />
Di komunitas itu, para mantan pemakai bisa<br />
saling mendukung, mendampingi, dan mengawasi<br />
satu sama lain. Sebab, menurut Aisah,<br />
pemulihan tak mudah jika tak ada dukungan<br />
dari keluarga dan lingkungan.<br />
Hidup setelah lepas dari racun narkotik juga<br />
satu perjuangan bagi mereka. Stigma yang telanjur<br />
melekat membuat mereka susah mendapatkan<br />
pekerjaan. Akibat terlalu lama diracuni<br />
candu, biasanya para “pensiunan” pecandu ini<br />
kehilangan kepercayaan diri. Kondisi fisiknya<br />
juga tak lagi prima.<br />
Di SRS, para mantan pecandu belajar hidup<br />
mandiri. Mereka bermain musik, mereka men-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
jadi narasumber seminar, mereka beternak,<br />
mereka membuka bengkel mobil. “Kami tidak<br />
mengajari mereka meminta-minta, tapi mendapat<br />
sesuatu dari hasil kerja keras mereka sendiri,”<br />
ujar Aisah. Tahun ini, mereka menjual 15.000<br />
merchandise untuk membiayai film Cukup Gue<br />
II karya mereka.<br />
Kendati berat, mereka harus hidup di atas kaki<br />
mereka sendiri. Aisah tak bosan mengingatkan<br />
supaya mereka tak menggantungkan hidup<br />
pada orang lain, termasuk pada Aisah. “Saya<br />
bilang ke mereka, ‘Kalau mau bergantung, ya<br />
sama Allah.’”<br />
Aisah selalu menolak dianggap dan dipanggil<br />
“Ibu” oleh pasiennya. Metode itu sengaja ia<br />
lakukan supaya ada sekat dan aturan yang tak<br />
mudah dilanggar oleh para mantan pasien.<br />
Apalagi sebagian besar mereka masih memiliki<br />
ibu dan keluarga. Aisah hanya mau dianggap<br />
sebagai kakak, mitra kerja, dan mentor. “Supaya<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
mereka tetap disiplin dan tidak melanggar aturan.<br />
Kalau sebagai ibu, pasti akan ada pemakluman-pemakluman,”<br />
katanya.<br />
Selama belasan tahun berjuang menarik para<br />
pecandu dari jeratan racun narkotik, entah<br />
sudah berapa banyak orang yang diselamatkan<br />
Aisah dan teman-temannya. Dua bersaudara<br />
kembar Rhoma dan Romi di antaranya. Keduanya<br />
mengenal Aisah saat mengikuti detoksifikasi<br />
massal yang dilakukan di rumah singgah<br />
Slankers pada 2004.<br />
Mereka berkenalan dengan barang haram itu<br />
saat masih di bangku SMP. Setelah melewati<br />
detoksifikasi dan rehabilitasi, dua kembar ini<br />
bergabung dengan SRS. Baik Rhoma maupun<br />
Romi mengatakan dokter Aisah dan SRS berjasa<br />
besar dalam proses pemulihan keduanya<br />
keluar dari jerat narkoba. “Bagi kami, Ibu Aisah<br />
dan teman-teman di SRS-lah yang membuat<br />
kami berubah,” ujar Rhoma. ■ KUSTIAH<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
BIODATA<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
Aisah Dahlan<br />
Lahir: Jakarta, 17 Desember 1968<br />
SEKOLAH<br />
● Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran<br />
Universitas Hasanuddin, Makassar.<br />
● Program Profesi Dokter di Fakultas Kedokteran<br />
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.<br />
● Drugs Abuse Counselor Training di Rumah<br />
Pengasih, Kuala Lumpur, Malaysia.<br />
PENGALAMAN KERJA<br />
● 1998-2002, Kepala Unit Narkoba RS Harum,<br />
Jakarta.<br />
● 1998-sekarang, Pembina Program After-Care<br />
Sahabat Rekan Sebaya.<br />
● 1999-2001, bekerja di Puskesmas Kecamatan<br />
Cilandak.<br />
● 2000-sekarang, Trainer Program MBS.<br />
● 2003-sekarang, Pembina Pedepokan Recovery<br />
Slankers (Slank).<br />
● 2003-sekarang, Kepala Unit Narkoba RS<br />
Bhayangkara Selapa Lemdikpol.<br />
● 2008-sekarang, Staf Ahli Kalakhar BNN<br />
Bidang Terapi & Rehabilitasi.<br />
● 2011-sekarang, Koordinator Terapis Holistik<br />
Klinik Sunter Medical Center.<br />
● Pembina Sosial Entrepreneur After-Care<br />
Yayasan Sahabat Rekan Sebaya.<br />
PENGHARGAAN<br />
● 2014, “Indihome Inspiring Woman Award”<br />
dari Telkom Indonesia sebagai Woman Health<br />
Activist.<br />
● 2013, She Can Award–Tupperware<br />
sebagai Wanita Inspiratif di Indonesia.<br />
● 2011, “Sang Teladan” dari Tempo<br />
Media & Decolgen.<br />
● 2009, “Prestasi Insan Anti-Narkotika<br />
(PITA)” dari Gerakan Rakyat Anti-<br />
Madat (GERAM).<br />
● 2009, “Warga Utama” dalam<br />
bidang Te rapi & Rehabilitasi<br />
Narkoba dari Presiden Republik<br />
Indonesia.<br />
● 2007, “Orang yang Bekerja dengan<br />
Nurani” menurut 8 th Habit, Steven<br />
Covey dari Dunamis Organization<br />
Services.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK 26 DETIK JANUARI 19 - 125 FEBRUARI JANUARI 2015
WISATA<br />
BANTIMURUNG,<br />
Surga si Petualang<br />
ADA KOLAM TEMPAT MANDI<br />
PARA BIDADARI. KONON,<br />
AIRNYA BISA MEMBUAT<br />
ENTENG JODOH.<br />
WIKIPEDIA<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
WIKIPEDIA<br />
DI kalangan traveler, Sulawesi Selatan<br />
tak pernah terlewat dari daftar<br />
provinsi yang ingin dikunjungi.<br />
Mulai wisata Kota Tua Benteng Fort<br />
Rotterdam, Tana Toraja, hingga Pantai Losari,<br />
semua ada di sini.<br />
Kalangan pencinta alam jangan khawatir.<br />
Salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan juga<br />
memiliki pesona wisata alam yang indah serta<br />
kondisi alam yang unik.<br />
Tempat wisata itu berada di Taman Nasional<br />
Bantimurung Bulusaraung di Kecamatan<br />
Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi<br />
Selatan.<br />
Lahan seluas 43.750 hektare ini menjadi<br />
rumah bagi 300 jenis kupu-kupu, dan 20 di<br />
antaranya dilindungi. Karena banyaknya jenis<br />
kupu-kupu itu, lokasi ini mendapat julukan<br />
The Kingdom of Butterfly.<br />
Bukan hanya itu, jiwa petualang Anda akan<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
AMUSINGPLANET.COM<br />
MAKASAR<br />
TAMAN NASIONAL<br />
BANTIMURUNG<br />
BULUSARAUNG<br />
diuji de ngan menyusuri 80 gua alam dan gua<br />
prasejarah, air terjun yang mengalir langsung<br />
dari gunung, sungai, serta danau di perbukitan<br />
karst.<br />
Ada beragam cara untuk menjangkau Taman<br />
Nasional Bantimurung Bulusaraung. Jaraknya<br />
hanya 24 kilometer dari Bandara Internasional<br />
Sultan Hasanuddin. Paling hanya 30 menit<br />
dengan kendaraan bermotor.<br />
Sedangkan dari Kota Makassar, jaraknya<br />
lumayan jauh, kira-kira 42 kilometer. Mungkin<br />
Anda membutuhkan waktu sekitar satu jam<br />
perjalanan darat.<br />
Kalau tak menyewa mobil, silakan menumpang<br />
pete-pete (angkutan umum di Makassar)<br />
menuju Terminal Maros. Kemudian dilanjutkan<br />
kembali dengan pete-pete yang melewati<br />
taman nasional tersebut.<br />
Jangan lupa meminta sopir mengantarkan<br />
Anda sampai ke tempat pembelian tiket karena<br />
jalan masuk yang cukup melelahkan.<br />
Begitu tiba di Taman Nasional Bantimurung<br />
Bulusaraung, Anda akan disambut patung<br />
kupu-kupu dan kera raksasa. Jangan lupa<br />
membeli tiket masuk sebesar Rp 20 ribu per<br />
orang.<br />
Dengan tiket ini, Anda bisa menikmati se-<br />
DETIKTRAVEL<br />
WIKIPEDIA<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
AMUSINGPLANET.COM<br />
WISATA<br />
AMUSINGPLANET.COM<br />
luruh pesona alam, termasuk fasilitas umum<br />
yang tersedia di dalamnya. Enggak mahal,<br />
bukan?<br />
Tak jauh dari gerbang masuk, Anda bisa menemukan<br />
kolam besar yang dikenal dengan<br />
Kolam Jamala. Menurut penduduk setempat,<br />
dulu para bidadari sering mandi di kolam ini.<br />
Hmmm.<br />
Terdapat papan petunjuk bertulisan “Kolam<br />
Jamala”. Di papan itu juga disebutkan bahwa<br />
air Jamala bisa menyembuhkan beragam penyakit<br />
hingga bisa membuat orang enteng<br />
jodoh. Wah.<br />
Air kolam berwarna cokelat keruh. Meski<br />
WIKIPEDIA<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
DETIKTRAVEL<br />
keruh, tidak tampak kotoran sama sekali. Warna<br />
cokelat ini lantran air berasal langsung dari sungai<br />
bawah tanah.<br />
Lanjutkan perjalanan menuju air terjun. Silakan<br />
berjalan menyusuri sungai, suara gemercik air lambat<br />
laun mulai terdengar. Di sepanjang aliran sungai,<br />
saksikan kupu-kupu berwarna-warni.<br />
Air terjun ini merupakan salah satu tempat yang<br />
paling ramai dikunjungi wisatawan. Aliran airnya<br />
sangat deras sehingga menimbulkan kesejukan di<br />
seluruh area.<br />
Jangan terburu-buru menceburkan diri Anda<br />
karena airnya cukup dingin. Mulailah terlebih dulu<br />
dengan mencelupkan tangan atau jari kaki.<br />
Banyak wisatawan berdiri tepat di bawah air terjun<br />
untuk merasakan sensasi derasnya air yang jatuh ke<br />
kepala. Ingin bermain air? Sewalah ban seharga Rp<br />
10 ribu.<br />
Di sebelah air terjun, terdapat anak tangga menuju<br />
Gua Batu. Jarak dari anak tangga menuju mulut<br />
gua sejauh 800 meter. Cukup jauh, tapi dijamin tak<br />
akan terasa karena cuaca yang sejuk.<br />
Gua ini tergolong sepi pengunjung. Mungkin<br />
karena gelap dan sunyi yang langsung terasa ketika<br />
DETIKTRAVEL<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
pengunjung tiba di sana. Jalan masuk ke gua<br />
hanya bisa dilewati satu orang.<br />
Di dalamnya, tidak ada cahaya sama sekali,<br />
hanya ada jalan setapak sebagai petunjuk jalan.<br />
Anda bisa menyewa lampu senter seharga<br />
Rp 15 ribu.<br />
Bila takut tersesat, Anda juga bisa meminta<br />
pemandu wisata lokal untuk menemani perjalanan<br />
dengan harga yang bervariasi, tergantung<br />
negosiasi.<br />
Rute di dalam gua tidak terlalu dalam, hanya<br />
sekitar 200 meter. Di dalamnya, terdapat<br />
dua ruangan besar yang banyak diisi batuan<br />
stalaktit dan stalagmit.<br />
Semakin ke dalam, suasananya akan semakin<br />
menegangkan, gelap dan sepi. Menurut<br />
DETIKTRAVEL<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
THINKSTOCK WIKIPEDIA<br />
pemandu, gua ini sering dijadikan tempat<br />
pertapa untuk bersemadi.<br />
Konon, salah satu pertapa dikubur tepat di<br />
sebelah gua. Mendengar cerita itu di dalam<br />
gua, rasanya pasti ingin cepat-cepat keluar<br />
dari gua. Seram juga, ya.<br />
Tak berhenti sampai di Gua Batu, jangan<br />
lupa kunjungi museum kupu-kupu. Inilah<br />
maskot taman nasional ini. Beberapa koleksi<br />
kupu-kupu dapat Anda lihat dari dekat. Tiket<br />
masuknya Rp 5.000.<br />
Alfred Russel Wallace, salah satu peneliti<br />
terkenal, menghabiskan separuh hidupnya<br />
untuk meneliti kupu-kupu di sini. Di dalam<br />
bukunya, Wallace menyebut terdapat 300<br />
spesies kupu-kupu di sini.<br />
Sementara museum menampilkan kupu-kupu<br />
yang diawetkan, Anda bisa melihat secara<br />
langsung kehidupan kupu-kupu di tempat<br />
penangkarannya. Terdapat dua kerangkeng<br />
besar di tempat ini.<br />
Kupu-kupu umumnya berumur pendek,<br />
berkisar seminggu. Namun ada beberapa<br />
spesies yang mampu hidup hingga setahun<br />
lamanya. Wow.<br />
Kibasan sayap kupu-kupu ini begitu menawan<br />
sampai-sampai Anda rasanya ingin<br />
membawanya pulang. Tapi jangan pernah<br />
mencobanya, ya. Dilarang.<br />
Silakan membeli suvenirnya saja di kioskios<br />
yang tersedia. Dengan tidak mengganggu<br />
kupu-kupu, Anda ikut melindungi<br />
kelangsungan hidupnya, lo. n<br />
MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI FEBRUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
JAJAN<br />
di<br />
RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
JAJANAN DI TRUK LAGI NGETREN DI JAKARTA.<br />
DIPREDIKSI TAK AKAN BERTAHAN LAMA.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
SUDAH hampir satu jam<br />
Dimas lari pagi di bilangan<br />
Sudirman. Peluh bercucuran,<br />
membasahi seluruh<br />
wajah dan badannya. Selain haus,<br />
karyawan swasta ini mulai lapar.<br />
Sambil terus berlari, Dimas mulai<br />
lirak-lirik. Siapa tahu di sekitarnya ada<br />
makanan yang menarik hati. Gerobak<br />
demi gerobak penjaja makanan kaki<br />
lima dilewati. Tak ada yang membangkitkan<br />
selera.<br />
Dia pun lantas merogoh saku<br />
celana. Sambil berlari kecil, Dimas<br />
membuka akun Instagram.<br />
Maksud hati mencari tempat<br />
makan unik sekaligus<br />
sedang ngehit.<br />
Matanya terpaku pada<br />
foto yang diunggah salah<br />
satu temannya. “Food Truck<br />
in the Park”. Dan tanpa<br />
sadar, Dimas mengklik foto<br />
itu.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
Rupanya ada event truk-truk penjual makanan<br />
di salah satu mal di dekat tempatnya<br />
berlari. Ah, ini dia yang Dimas cari. Dimas pun<br />
segera mengarahkan kakinya menuju mal<br />
tersebut.<br />
Di area parkir pusat belanja itu, truk-truk<br />
berdesain unik dengan bangku-bangku makan<br />
telah rapi terparkir. Buat Dimas, ini adalah<br />
pemandangan baru. Baru pertama kali dilihatnya.<br />
“Di Amerika kayaknya banyak, tapi kalau<br />
lihat langsung ya baru kali ini,” katanya antusias.<br />
Dimas pun langsung memilih salah satu<br />
truk yang menurut dia menarik. Dia memesan<br />
menu yang unik: Nasi Sesat. Wah, namanya<br />
saja sudah lucu, ya.<br />
Dia mungkin baru pertama kali menjajal kuliner<br />
berjalan. Penjual makanan keliling, baik<br />
itu menggunakan gerobak, sepeda, maupun<br />
sepeda motor, sudah sering dia jumpai.<br />
Tapi fenomena penjual makanan dengan<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
truk memang baru setahun belakangan ini<br />
mulai eksis, meski hingga kini pemain bisnis<br />
ini masih sangat terbatas.<br />
Salah satu yang berkecimpung dalam konsep<br />
food truck adalah Gary Gunarsa. Dengan<br />
nama Kai Pacifica, pria 32 tahun itu memulai<br />
usaha truk makanan bersama temannya, Kites,<br />
sejak Desember 2014.<br />
Inspirasi ini bermula dari pengalaman Kites<br />
berkuliah di beberapa tempat di Amerika.<br />
Berbekal 10 tahun di dunia kuliner, Kites bekerja<br />
sama dengan Gary membangun usaha<br />
food truck.<br />
“Partnerku, Kites, kebetulan seorang chef. Di<br />
dunia masak, dia pernah buka restoran di Bali,<br />
di Jakarta juga,” cerita Gary kepada majalah<br />
detik.<br />
Gary dan Kites menggunakan mobil jenis<br />
Isuzu Elf long chassis warna biru. Mereka<br />
menghias truk dengan motif bunga yang<br />
umumnya dijadikan kalung di Hawaii.<br />
“Karena Kites pernah berkuliah di Hawaii,<br />
kita usung konsep Hawaii,” ujar pria yang<br />
sehari-hari bekerja sebagai desainer sekaligus<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
branding consultant ini.<br />
Menurut Gary, konsep makanan yang ditawarkan<br />
food truck sebaiknya memperhitungkan<br />
keunikan. Gary menggabungkan menumenu<br />
Meksiko, Jepang, Korea, dan tak lupa<br />
Indonesia.<br />
“Saya pikir kita bisa berkreasi di sini, menyesuaikan<br />
hidangan dengan lidah orang<br />
Indonesia. Isinya harus unik,” ujar Sony, salah<br />
satu chef Kai Pacifica.<br />
Sementara Kai Pacifica mengusung konsep<br />
campur-campur, Telap Telep lebih memilih<br />
mengedepankan unsur Indonesia, mulai desain<br />
truk hingga menu-menu makanannya.<br />
Unsur “sangat Indonesia” ini diambil oleh<br />
dua bersaudara Junas dan Ayu karena saat ini<br />
food truck dengan makanan luar negeri sudah<br />
banyak.<br />
“Jadi kita kombinasi, cara jualnya mengambil<br />
konsep dari luar negeri, sementara makanan<br />
yang dijual Indonesia,” ujar Junas.<br />
Kakak-adik ini memakai truk jenis Mitsubishi<br />
Fuso yang lebih lega. Meski begitu, Junas<br />
mengaku tak semua proses produksi makanan<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
dilakukan di dalam mobil.<br />
Ia punya dapur utama untuk mempersiapkan<br />
bahan-bahan makanan. “Dapur itu<br />
tempat menyiapkan bahan-bahan, masaknya<br />
di truk,” kata Junas, yang biasa menjual 100<br />
porsi makanan.<br />
Fenomena food truck di Indonesia tidak hanya<br />
dimanfaatkan pelaku usaha untuk menarik<br />
konsumen. Menurut Gary, kehadiran food<br />
truck dapat mengubah cara pandang orang<br />
mengenai jajanan kaki lima.<br />
“Jadi kita seperti meng-create satu habit<br />
baru, sosialisasi bahwa jajanan di jalan itu enak<br />
lo dan harganya terjangkau. Kapan lagi makan<br />
sirloin di pinggir jalan dengan rasa enak, ya,”<br />
ujar Gary.<br />
Iman, salah satu pelanggan food truck,<br />
mengaku mendapat pengalaman baru saat<br />
jajan. “Makan enak tapi enggak resmi kayak di<br />
restoran. Enak,” ujarnya.<br />
Meskipun kehadiran food truck mulai menjamur<br />
di beberapa tempat di Jakarta, Iman<br />
masih sangsi konsep baru ini dapat bertahan<br />
dalam jangka waktu lama.<br />
“Orang Indonesia itu suka musiman. Kalau<br />
nanti ada konsep baru, bisa jadi (food truck)<br />
akan hilang. Karena orang indonesia itu lifestyle-nya<br />
demanding banget,” ujar Iman.<br />
Apalagi cuaca dan udara di Jakarta mungkin<br />
kurang cocok untuk konsep seperti ini. Kalau<br />
sekarang sedang jadi tren, mungkin karena<br />
orang ingin menjajal pengalaman baru saja.<br />
“Di Amerika mungkin udara lebih bersih<br />
dan tidak panas seperti di Jakarta. Jadi ( food<br />
truck) mungkin musiman saja,” ujar Kiki, salah<br />
satu pengunjung. Hmm, setujukah Anda? n<br />
MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
5<br />
Food<br />
Truck<br />
di Jakarta<br />
TACO TRUCK<br />
Taco Truck memulai<br />
usaha pada September<br />
2013. Mengklaim sebagai<br />
pelopor food truck di<br />
Indonesia. Usaha yang<br />
dirintis Andre Tenardi<br />
ini menyajikan makanan<br />
Meksiko, seperti burrito,<br />
quesadilla, churros, dan<br />
nachos.<br />
Menu andalannya adalah<br />
tacos yang disajikan<br />
dengan pilihan tortilla renyah<br />
atau lembut dengan<br />
isi daging sapi, ayam,<br />
sayur. Ada pula pilihan<br />
isi bulgogi, ayam teriyaki,<br />
dan rendang asada.<br />
LOCO MAMA<br />
Loco Mama menyajikan<br />
hidangan<br />
Meksiko tapi lebih<br />
berfokus pada burrito<br />
yang disajikan dengan<br />
tortilla, di mangkuk<br />
atau nachos. Daging<br />
pilihan antara lain<br />
lidah sapi, daging sapi<br />
suwir, dan ayam.<br />
Ada pico de gallo,<br />
salsa verde, dan salsa<br />
roja untuk pilihan<br />
saus salsanya. Selain<br />
burrito, ada keripik<br />
tortilla dan salsa, quesadilla,<br />
serta Mexican<br />
S’mores.<br />
JAKARTA FOOD<br />
TRUCK<br />
Salah satu pendiri<br />
Jakarta Food Truck adalah<br />
Ari Galih Gumilang,<br />
mantan presenter acara<br />
Harmoni Alam di Trans<br />
TV. Menu andalannya<br />
sloppy Joe, smokey ribs,<br />
schnitzel roll, fritto misto,<br />
dan red velvet pancake.<br />
Ada juga nasi lapak<br />
dan bir pletok. Jakarta<br />
Food Truck tidak berpindah-pindah<br />
tempat,<br />
melainkan menetap di<br />
daerah Kuningan dan<br />
Kemang, Jakarta Selatan.<br />
STREET RAMYUN<br />
Pencinta makanan Korea<br />
dan K-pop tampaknya<br />
senang dengan kehadiran<br />
Street Ramyun.<br />
Parkir di kawasan Tebet,<br />
Jakarta Selatan. Menu<br />
andalannya bibimbap,<br />
kimchi, dan tteokbokki<br />
dari bahan-bahan segar<br />
dan organik.<br />
Pelanggan akan dihibur<br />
dengan TV berlayar<br />
lebar yang menyetel<br />
klip video artis-artis K-<br />
pop serta Wi-Fi. Bahkan<br />
tersedia mobile application<br />
Street Ramyun di<br />
Google Play.<br />
RETRO<br />
GOURMET<br />
Retro Gourmet<br />
menawarkan<br />
aneka pastry<br />
dari truknya<br />
yang berwarna<br />
pink menyala.<br />
Ada almond<br />
raisin cookies,<br />
green tea cake,<br />
croissant, serta<br />
fruit Danish.<br />
Makanan praktis,<br />
seperti sandwich,<br />
quiche,<br />
dan salad, juga<br />
tersedia.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
KAKI LIMA<br />
ALA AMERIKA<br />
ANEKA JAJANAN<br />
UNIK DITAWARKAN<br />
LEWAT TRUK-TRUK<br />
YANG DISULAP JADI<br />
DAPUR BERJALAN.<br />
SEDANG NGETREN DI<br />
JAKARTA.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
SIANG itu saya janjian dengan seorang<br />
teman di FX Sudirman, Jakarta.<br />
Saya sengaja datang agak pagi karena<br />
takut bakal kena macet. Maklum<br />
saja, macet di Jakarta sepertinya memang tak<br />
kenal hari libur.<br />
Mata saya tertuju pada jajaran truk besar di<br />
area parkir mal di bilangan Sudirman itu. Ini bukan<br />
truk biasa, melainkan truk penjual jajanan<br />
kaki lima seperti yang biasa ditemui di Amerika<br />
Serikat.<br />
Karena jam janjian dengan teman masih agak<br />
lama, saya pun memutuskan mampir ke area<br />
truk-truk itu. Dan ternyata bukan cuma truk,<br />
ada juga mobil-mobil besar yang disulap jadi<br />
dapur berjalan.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
Penjual keliling ini ternyata berkumpul dalam<br />
rangka Food Truck “Tribute to Chinese New<br />
Year”. Mereka berjualan di FX Sudirman pada<br />
16-25 Januari 2015.<br />
Setelah sejenak melihat-lihat, saya pun melirik<br />
beberapa truk yang berjejer. Di antara truktruk,<br />
ternyata ada juga mobil-mobil berukuran<br />
besar, seperti Isuzu Elf long chassis biru tua di<br />
dekat saya.<br />
Mobil bermotif bunga kemboja itu terus<br />
terang menarik perhatian saya. Seorang pria<br />
berbadan tegap menyapa saya dengan ramah.<br />
Dia adalah chef Kai Pacifica.<br />
Hidangan yang ia sediakan berupa campuran<br />
cita rasa empat negara berbeda: Meksiko,<br />
Jepang, Korea, dan Indonesia. Hmm, tentu saja<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
saya tertarik mencoba.<br />
Sang chef merekomendasikan Bulgogi Kimchi<br />
Burrito (Rp 35 ribu). Tanpa ragu, saya langsung<br />
mengiyakan tawaran chef, yang langsung<br />
menyiapkan pesanan saya itu.<br />
Saya sengaja berdiri di depan truk, sehingga<br />
bisa langsung melihat proses meracik makanan.<br />
Pandangan saya sejenak terpaku pada<br />
kelincahan chef dan para karyawannya.<br />
Ada yang meracik saus di atas panci,<br />
mencincang sayur, ada pula<br />
yang melipat tortilla. Mereka<br />
seolah-olah sudah paham<br />
dengan tugas masingmasing,<br />
sehingga tidak<br />
kerepotan meski dapurnya<br />
sempit.<br />
Tak berapa lama, satu<br />
bungkus Bulgogi Kimchi<br />
Burrito yang masih hangat<br />
sudah di tangan. Tampilan luarnya<br />
memang tidak ada yang spesial,<br />
tapi sensasi gigitan pertama sungguh di<br />
luar dugaan.<br />
Bagian dalam makanan khas Meksiko ini<br />
terlihat seperti sushi yang dibungkus dengan<br />
lapisan tortilla. Cita rasa asam sekilas muncul<br />
saat taburan kimchi dan mayones bertemu<br />
dengan lidah.<br />
Sedangkan irisan daging bulgogi menciptakan<br />
campuran rasa manis-pedas-gurih khas<br />
Korea yang cukup dominan. Kehadiran rumput<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
laut juga menambah<br />
cita rasa laut yang beradu<br />
di dalam mulut<br />
saya.<br />
Ledakan pertemuan<br />
rasa ini<br />
diseimbangkan<br />
dengan nasi pulen<br />
dan tortilla<br />
yang cenderung<br />
agak hambar. Tak<br />
terasa seluruh potongan burrito<br />
saya lahap tanpa sisa.<br />
Puas dengan burrito Kai Pacifica, saya beranjak<br />
ke truk yang ada di tengah area parkir.<br />
Truk makanan bernama Telap Telep ini mengundang<br />
minat saya untuk mampir.<br />
Truk berwarna krem bermotif batik awan<br />
ini merupakan satu-satunya di FX Sudirman<br />
yang mengusung tema Indonesia, termasuk<br />
makanan yang disajikan.<br />
Saya memesan salah satu menu andalannya,<br />
Mie Comblang (Rp 20 ribu). Hidangan mi bernama<br />
unik ini merupakan campuran mi, kulit<br />
pangsit, suwiran daging ayam, dengan bunga<br />
kecombrang.<br />
Bunga? Iya, bunga yang satu ini memang<br />
sering dimasukkan dalam bahan makanan<br />
Indonesia. Tanaman asal Indonesia ini sering<br />
digunakan sebagai penambah rasa masakan<br />
khas Nusantara.<br />
Satu mangkuk plastik mi berukuran kecil<br />
dilengkapi dengan kuah ayam dan satu potong<br />
bakso sapi terhidang di meja. Kelopak bunga<br />
kecombrang berwarna merah muda bercampur<br />
dengan ayam suwir.<br />
Saya pun menyantapnya lahap, dengan<br />
menjajal kombinasi seluruh elemen, termasuk<br />
sambal potong khas Telap Telep. Hasilnya,<br />
kekayaan aroma dan cita rasa terperangkap<br />
dalam mulut.<br />
Bumbu yang melekat pada mi terasa begitu<br />
gurih. Sedangkan bunga kecombrang membawa<br />
cita rasa agak sepat, cukup unik.<br />
Tak afdal rasanya jika saya belum mencicipi<br />
hidangan food truck yang tergolong senior.<br />
Jakarta Food Truck sudah setahun lebih dulu<br />
menyediakan jajanan kaki lima khas Negeri<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
Abang Sam.<br />
Penampilan truknya<br />
sederhana, bagian atas<br />
dilapisi warna putih, sedangkan<br />
warna merah<br />
melekat pada bagian<br />
bawahnya. Seorang<br />
pelayan wanita menyodorkan<br />
menumenu<br />
Western.<br />
Saya memutuskan<br />
memesan<br />
Grilled Smoked<br />
Ribs (Rp 85 ribu). Tampilannya menggoda.<br />
Satu porsi Grilled Smoked Ribs berisi<br />
tiga iga sapi jumbo lengkap dengan barbeque<br />
sauce, salad, dan potato wedges.<br />
Dagingnya tidak alot, pertanda dimasak pas.<br />
Bumbunya manis-gurih cukup meresap hingga<br />
bagian terdalam. Salad menjadi komponen<br />
penyelamat bagi yang tak suka makan daging<br />
dalam porsi besar.<br />
Melirik ke sekeliling area parkir masih ada<br />
truk lain yang belum saya sambangi, tapi perut<br />
sudah kepalang penuh. Saya pun memutuskan<br />
menyudahi acara makan itu.<br />
Tidak seperti di Amerika Serikat, food truck di<br />
Jakarta memang agak susah ditemui. Mereka<br />
biasanya bisa dijumpai dalam berbagai acara<br />
yang digelar pusat belanja.<br />
Tapi, kalau sedang tak ada event, food truck<br />
ini bisa dicari di tempat mangkal masing-masing.<br />
Tentu saja tempat satu truk dengan truk<br />
lainnya berbeda, ya.<br />
Kai Facifica misalnya. Truk ini biasanya membuka<br />
lapak di Jalan Joko Sutono atau di depan<br />
Sekolah Tirta Marta Pondok Indah, Jakarta<br />
Selatan. Sedangkan Telap Telep bisa dijumpai<br />
di Taman Ayodya, Barito, Jakarta Selatan, pada<br />
Sabtu-Minggu.<br />
Posisi food truck juga bisa dipantau lewat<br />
akun Twitter masing-masing. Ada @KaiPacifica,<br />
@TelapTelepFood, dan Jakarta Food Truck<br />
dengan akun @JKTfoodtruck. n<br />
MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
MONOREL<br />
MAU KE MANA<br />
MONOREL TANPA<br />
PT JAKARTA MONORAIL<br />
TIDAK SABAR PROYEK MONOREL MANGKRAK, AHOK AKAN MEMUTUS HUBUNGAN<br />
DENGAN PEMEGANG KONSESI, PT JAKARTA MONORAIL.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
MONOREL<br />
MAU KE MANA<br />
Joko Widodo, saat<br />
menjadi Gubernur Jakarta,<br />
meresmikan kelanjutan<br />
pembangunan monorel<br />
pada Oktober 2013.<br />
Beberapa bulan kemudian,<br />
pengerjaan ini kembali<br />
mandek.<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
DUA setengah tahun lalu sepotong jalur<br />
monorel dan keretanya nampang<br />
di Monas. Kereta buatan Tiongkok itu<br />
dipamerkan pemegang proyek, yakni<br />
Jakarta Monorail, dengan bangga. Sekitar tiga<br />
bulan kemudian, proyek yang bertahun-tahun<br />
mangkrak itu seperti bergerak kembali. Dengan<br />
upacara besar di ujung Jalan Rasuna Said,<br />
proyek monorel yang rutenya mengelilingi kawasan<br />
bisnis Jakarta itu akan mulai dilanjutkan.<br />
Rangkaian kereta akan mulai didatangkan dari<br />
Tiongkok pada 2015 dan salah satu jalur akan<br />
beroperasi pada 2016.<br />
Tapi sekarang, lebih dari dua tahun kemudian,<br />
pembangunan jalur monorel seperti tidak<br />
banyak berubah. Tonggak-tonggak penyangga<br />
jalur monorel itu hanya menjadi deretan tiangtiang<br />
beton. Dan akhirnya, pekan lalu, Gubernur<br />
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengambil<br />
langkah dramatis: ia akan menghentikan kerja<br />
sama dengan PT Jakarta Monorail dan menggelar<br />
tender ulang.<br />
Pak Gubernur, yang sering dipanggil dengan<br />
nama kecilnya, Ahok, di depan para pejabat<br />
provinsi yang menangani infrastruktur dan<br />
tata ruang mengatakan tidak berarti proyek<br />
monorel dihentikan, tapi mungkin hanya berganti<br />
pemegang hak pembangunan. “Dengan<br />
begitu, bisa membuka peluang investor lain<br />
ikut membangun monorel,” katanya.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
MONOREL<br />
MAU KE MANA<br />
Tiang penyangga jalur<br />
monorel yang sudah<br />
sekitar 10 tahun<br />
mangkrak di sekitar<br />
Senayan, Jakarta.<br />
RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
Ahok, yang agaknya tidak sabar dengan<br />
kemajuan proyek transportasi massal ini, menyebut<br />
PT Jakarta Monorail tidak memiliki<br />
iktikad baik untuk menyelesaikannya. Padahal<br />
proyek ini dimulai sejak Jakarta masih dipimpin<br />
Sutiyoso sekitar 10 tahun silam.<br />
Salah satu bentuk iktikad tidak baik itu adalah<br />
PT Jakarta Monorail belum juga menyerahkan<br />
uang jaminan yang diminta pemerintah Jakarta<br />
sebesar 5 persen dari nilai investasi sebesar Rp<br />
15 triliun.<br />
Kewajiban membayar jaminan adalah salah<br />
satu klausul yang tercantum dalam perjanjian<br />
kerja sama dengan pemerintah Jakarta.<br />
Masalah lain yang kemudian muncul adalah<br />
batalnya rencana pembangunan depo di Waduk<br />
Setiabudi, Jakarta Selatan, dan kawasan<br />
Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat. Menurut<br />
Ahok, berdasarkan kajian Kementerian Pekerjaan<br />
Umum, di atas waduk atau kanal tidak<br />
layak didirikan bangunan.<br />
Namun rencana Ahok memutus kerja sama<br />
itu dengan PT Jakarta Monorail tidak semudah<br />
membalikkan telapak tangan. Ketua Tim<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
MONOREL<br />
MAU KE MANA<br />
Jadi kita enggak bisa<br />
lepas begitu saja dari<br />
perjanjian kerja sama<br />
yang sudah kita buat.<br />
Sarwo Handayani,<br />
Tim Gubernur Urusan<br />
Percepatan Pembangunan<br />
PESTA SITORUS/DETIKCOM<br />
Gubernur Urusan Percepatan Pembangunan,<br />
Sarwo Handayani, mengatakan mereka terikat<br />
perjanjian kerja sama dengan PT Jakarta<br />
Monorail.<br />
Artinya, kedua belah pihak harus mengacu<br />
pada perjanjian kerja sama dalam membuat<br />
langkah apa pun berkaitan de ngan proyek<br />
monorel. “Jadi kita enggak bisa lepas begitu<br />
saja dari perjanjian kerja sama yang sudah kita<br />
buat, nanti kita pelajarilah,” ujar mantan Deputi<br />
Gubernur Bidang Tata<br />
Ruang dan Lingkungan<br />
Hidup ini.<br />
Menurut dia, ada beberapa<br />
hal yang perlu dipelajari,<br />
mulai aspek bisnis,<br />
teknis, sampai legal, sebelum<br />
memutus perjanjian<br />
kerja sama tersebut.<br />
Namun perempuan yang<br />
pernah digadang-gadang<br />
menjadi pendamping Ahok sebagai wakil gubernur<br />
ini enggan memerinci ketiga aspek itu<br />
maupun menjelaskan isi perjanjian kerja sama<br />
dengan alasan materinya cukup banyak.<br />
Tidak jauh berbeda, Kepala Badan Perencanaan<br />
Pembangunan Daerah DKI Jakarta Tuty<br />
Kusumawati enggan menjelaskan perjanjian<br />
kerja sama proyek monorel. Alasannya, Ahok<br />
sudah banyak menyampaikan masalah proyek<br />
monorel kepada media. “Pak Gubernur sudah<br />
banyak menjelaskan, ya, jadi ikuti saja apa kata<br />
Pak Gubernur,” ujar Tuty.<br />
Seorang mantan pejabat Pemerintah Provinsi<br />
Jakarta, yang diturunkan oleh Ahok menjadi<br />
staf, mengatakan para pejabat yang terlibat<br />
menangani proyek monorel sebenarnya tahu<br />
soal perjanjian kerja sama tersebut. Namun<br />
mereka memilih tidak banyak berkomentar<br />
karena masalah ini masih menjadi perdebatan.<br />
Mereka khawatir jika banyak berkomentar justru<br />
nanti akan salah bicara dan bertentangan<br />
dengan argumen Gubernur. “Sekarang ini lebih<br />
baik tidak banyak bicara,” katanya.<br />
Kini bola panas proyek monorel berada di<br />
tangan Ahok. Mantan Bupati Belitung Timur<br />
itu mengatakan telah meminta pendapat<br />
kepada Kejaksaan Agung sebelum memutus-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
MONOREL<br />
MAU KE MANA<br />
Contoh gerbong buatan<br />
Tiongkok saat dipamerkan<br />
di Monas pada Juni 2013.<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
kan menghentikan kerja sama dengan Jakarta<br />
Monorail dan menggelar tender ulang.<br />
Ahok juga akan memanggil PT Jakarta Monorail<br />
untuk menjelaskan alasan menghentikan<br />
kerja sama proyek monorel. Panggilan itu sangat<br />
dinantikan Direktur PT Jakarta Monorail<br />
Sukmawati Syukur karena, selama ini, dalam<br />
setiap pertemuan dengan Pemprov DKI, yang<br />
hadir bukan Ahok, melainkan pejabat eselon I<br />
atau II.<br />
Sukmawati mengatakan dalam pertemuan<br />
nanti dia akan meminta Ahok menjelaskan soal<br />
penghentian kerja sama dengan PT Jakarta<br />
Monorail. “Kami ingin mendengarkan langsung<br />
penjelasan dari Pak Gubernur, apakah<br />
memang benar tidak mau dengan kami lagi,”<br />
kata Sukmawati.<br />
Apabila Ahok jadi menghentikan kerja sama<br />
dengan PT Jakarta Monorail dan menggelar<br />
tender ulang, terbuka kesempatan bagi para<br />
investor untuk terlibat. Salah satunya adalah<br />
perusahaan properti yang memiliki aset di<br />
sekitar lokasi tiang pancang monorel.<br />
Salah satunya PT Bakrieland Development<br />
Tbk, yang memiliki properti yang berdekatan<br />
dengan tiang pancang monorel yang berderet<br />
di kawasan Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan.<br />
Namun pihak Bakrieland enggan terburu-buru<br />
merespons peluang tersebut. “Kami belum<br />
bisa berkomentar karena belum mengetahui<br />
detail rencana tersebut,” ujar Chief Corporate<br />
Affairs Officer PT Bakrieland Development,<br />
Yudy Rizard Hakim. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
MONOREL<br />
MAU KE MANA<br />
PROYEK EMPAT<br />
GUBERNUR<br />
SUTIYOSO memasang target menyelesaikan satu rute monorel<br />
sebelum ia pensiun. Alih-alih angkutan cepat massal yang diwariskan,<br />
gubernur ini malah mewariskan proyek yang tak kunjung selesai.<br />
Pemegang proyek, PT Jakarta Monorail, berulang-ulang kesulitan meneruskan<br />
pembangunan. Tapi berulang-ulang pula para gubernur ingin memutus kontrak<br />
tidak juga bisa. NASKAH: NUR KHOIRI<br />
1 2<br />
14 MEI 2004<br />
Gubernur Sutiyoso dan Jakarta Monorail<br />
menandatangani nota kesepahaman. Monorel<br />
ditargetkan selesai akhir 2006, sebelum Sutiyoso<br />
pensiun dari posisi gubernur.<br />
4<br />
17 FEBRUARI 2006<br />
Dengan modal komitmen dana dari Dubai,<br />
proyek pembangunan tiang pancang monorel<br />
dilanjutkan siang-malam. Lokasinya di Rasuna<br />
Said dan Senayan.<br />
14 JUNI 2004<br />
Proyek fisik monorel dimulai oleh Presiden<br />
Megawati Soekarnoputri. Tapi beberapa bulan<br />
kemudian terhenti.<br />
3<br />
1 FEBRUARI 2006<br />
PT Jakarta Monorail menyatakan mendapat<br />
dana dari Dubai Islamic Bank.<br />
5 6<br />
23 FEBRUARI 2006<br />
Dubai Islamic Bank membantah membiayai<br />
proyek monorel.<br />
26 JUNI 2006<br />
Dubai Islamic Bank bersedia mendanai asal<br />
proyeknya dijamin pemerintah pusat. Pusat<br />
menolak karena proyeknya tidak lewat tender.<br />
8<br />
22 JUNI 2010<br />
Gubernur Jakarta Fauzi Bowo menyatakan akan<br />
melanjutkan proyek monorel dan membeli aset<br />
infrastruktur yang sudah telanjur dibangun PT<br />
Jakarta Monorail.<br />
7<br />
12 MARET 2008<br />
PT Jakarta Monorail meminta bantuan dana<br />
Pemerintah Daerah Jakarta untuk menyelesaikan<br />
monorel.<br />
9 10<br />
22 SEPTEMBER 2011<br />
Gubernur Fauzi Bowo menyatakan akan<br />
menghentikan proyek Jakarta Monorail. Jakarta<br />
Monorail meminta ganti rugi Rp 600 miliar<br />
karena sudah telanjur membangun tiang.<br />
24 JUNI 2013<br />
PT Jakarta Monorail memamerkan gerbong<br />
monorel dan jalurnya yang dibuat di Tiongkok.<br />
12<br />
23 JULI 2014<br />
Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama mengancam<br />
menghentikan proyek jika sampai Agustus<br />
tidak diteruskan. Ancaman ini kembali diungkap<br />
Januari 2015 setelah ia menjadi gubernur.<br />
11<br />
16 OKTOBER 2013<br />
Gubernur Joko Widodo meresmikan kelanjutan<br />
pembangunan proyek monorel. PT Jakarta Monorail<br />
menyatakan memiliki pemodal baru. Tapi,<br />
baru meneruskan sedikit proyek, kemudian<br />
terhenti kembali.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
MONOREL<br />
MAU KE MANA<br />
MANA UANGNYA?<br />
FOTO: THIKSTOCK<br />
FOTO: RENGGA SENCAYA/DETIKCOM<br />
AHOK MERAGUKAN KEMAMPUAN FINANSIAL PT JAKARTA MONORAIL.<br />
JAKARTA MONORAIL MENUDING PEMERINTAH DKI TIDAK KONSISTEN.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
MONOREL<br />
MAU KE MANA<br />
Presiden Tiongkok Xi Jinping<br />
dan Presiden Indonesia<br />
saat itu, Susilo Bambang<br />
Yudhoyono, pada 2013.<br />
Keduanya menyaksikan<br />
penandatanganan kontrak<br />
terima jadi proyek monorel<br />
perusahaan Tiongkok dengan<br />
PT Jakarta Monorail.<br />
OSCAR SIAGIAN/GETTY IMAGES<br />
TAK diragukan lagi, Gubernur<br />
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama<br />
menyangsikan kemampuan<br />
finansial PT Jakarta Monorail.<br />
Beberapa kali Ahok, panggilan<br />
gubernur ini, menyebut kecurigaan ini sebelum<br />
akhirnya ia memutuskan akan menghentikan<br />
kerja sama dengan Jakarta Monorail.<br />
Selama ini Ahok menuding Jakarta Monorail<br />
tidak punya kemampuan membiayai karena<br />
belum membayar uang jaminan sebesar 5<br />
persen dari nilai investasi proyek monorel. Nilai<br />
investasi proyek tersebut mencapai Rp 15 triliun,<br />
sehingga Jakarta Monorail harus menyetor<br />
jaminan sebesar Rp 750 miliar.<br />
Uang jaminan itu adalah salah satu syarat dalam<br />
perjanjian kerja sama Pemerintah Provinsi<br />
DKI Jakarta dengan Jakarta Monorail. Uang<br />
jaminan itu juga sebagai bukti Jakarta Monorail<br />
serius menangani proyek monorel. Jika Jakarta<br />
Monorail gagal dalam jangka waktu yang<br />
disepakati, uang jaminan itu menjadi hak milik<br />
pemerintah DKI Jakarta.<br />
Tapi sampai saat ini Jakarta Monorail sudah<br />
menawar uang jaminan menjadi 0,5-1 persen<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
MONOREL<br />
MAU KE MANA<br />
Kita akan panggil mereka<br />
(Jakarta Monorail) untuk<br />
masalah proyek monorel,<br />
termasuk uang jaminan ini.<br />
dari nilai investasi, bukan 5 persen. Alasannya,<br />
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional<br />
(Bappenas) mengatur uang jaminan itu bisa 1<br />
persen dari nilai investasi.<br />
Ahok menepis alasan itu karena yang diatur<br />
Bappenas adalah kisaran besarnya uang jaminan<br />
menurut penilaian terhadap kemampuan investor.<br />
Kisaran uang jaminan itu 1-5 persen. Jika<br />
Pemerintah Provinsi menilai investor mampu<br />
membiayai proyek, persentase uang jaminan<br />
akan lebih kecil, bahkan bisa 1 persen dari nilai<br />
investasi.<br />
Sebaliknya, jika Pemprov DKI ragu terhadap<br />
kemampuan investor, persentase uang jaminan<br />
bisa sampai maksimal 5 persen. “Kita akan<br />
panggil mereka (Jakarta Monorail) untuk masalah<br />
proyek monorel, termasuk uang jaminan ini,”<br />
ujar Ahok.<br />
Keraguan Ahok terhadap kemampuan modal<br />
Jakarta Monorail ditepis Direktur PT Jakarta<br />
Monorail, Sukmawati Syukur. Menurut<br />
dia, jika Jakarta Monorail tidak mempunyai<br />
modal, tidak akan terjadi groundbreaking atau<br />
peletakan batu pertama. Berdasarkan jalinan<br />
kerja sama itu, Jakarta Monorail yakin mampu<br />
menggarap proyek monorel. “Jadi, enggak<br />
mungkinlah kita enggak punya kemampuan,”<br />
tutur Sukmawati.<br />
Alih-alih menjelaskan pendanaannya, situs<br />
resmi Jakarta Monorail malah menjelaskan<br />
kemampuan secara fisik untuk membangun<br />
proyek ini. Di situ dijelaskan Jakarta Monorail<br />
juga menjalin kerja sama dengan mitra perusahaan<br />
asing. Dalam proyek ini, Jakarta Monorail<br />
sudah menandatangani kontrak terima jadi<br />
(turnkey) dengan China Communications Construction<br />
Company, BUMN konstruksi asal<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
MONOREL<br />
MAU KE MANA<br />
Joko Widodo, saat menjadi<br />
gubernur, meresmikan<br />
dimulainya kelanjutan proyek<br />
monorel.<br />
AGUNG PHAMBUDHY/DETIKCOM<br />
Tiongkok, dan perusahaan penyedia jasa transportasi<br />
massal asal Singapura, SMRT.<br />
Dalam kontrak itu, Jakarta Monorail akan<br />
menerima monorel dalam bentuk jadi—termasuk<br />
infrastrukturnya—setelah dibangun<br />
oleh kontraktor Tiongkok itu. Dengan cara itu,<br />
Jakarta Monorail tidak akan ribet dengan urusan<br />
pengawasan proyek senilai US$ 1,5 miliar ini.<br />
Pengesahan kerja sama ini berlangsung di hadapan<br />
presiden sebelumnya, Susilo Bambang<br />
Yudhoyono, dan Presiden Tiongkok Xi Jinping,<br />
di Jakarta pada 3 Oktober 2013.<br />
Sukmawati juga menyebut keputusan Pemerintah<br />
Provinsi DKI yang tidak konsisten. Salah<br />
satunya mengenai pembangunan depo atau<br />
tempat penyimpanan dan perawatan monorel<br />
yang rencananya akan dibangun di atas Waduk<br />
Setiabudi, Jakarta Selatan, dan sekitar Stasiun<br />
Tanah Abang, Jakarta Pusat.<br />
Ahok menolak pembanguan depo monorel<br />
di kedua wilayah itu karena masuk kawasan<br />
ruang terbuka hijau dan daerah resapan. Keputusan<br />
ini diambil setelah Ahok berkonsultasi<br />
dengan Presiden Joko Widodo. Menurut dia,<br />
Jokowi mengatakan hasil kajian Kementerian<br />
Pekerjaan Umum menyarankan agar tidak ada<br />
bangunan di kawasan ruang terbuka hijau dan<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
MONOREL<br />
MAU KE MANA<br />
Gubernur Jakarta<br />
Basuki Tjahaja Purnama<br />
HASAN ALHABSHY/DETIKCOM<br />
area resapan.<br />
Sampai sekarang Jakarta Monorail tidak<br />
memiliki lahan cadangan sebagai lokasi depo.<br />
“Jadi, bagaimana kerjaan mau dilanjutkan kalau<br />
depo enggak ada, enggak disetujui?” kata Sukmawati.<br />
Pemprov DKI belum bisa memastikan apakah<br />
masalah lahan depo akan ada solusinya dalam<br />
waktu dekat. Sebab, mencari lahan kosong di<br />
Jakarta untuk membangun depo bukan perkara<br />
mudah dan, jika ada, akan butuh waktu untuk<br />
membebaskan lahan. “Masalah lahan masih<br />
dalam pengkajian kami,” kata Sarwo Handayani,<br />
Ketua Tim Gubernur Urusan Percepatan<br />
Pembangunan.<br />
Pihak Jakarta Monorail masih berusaha<br />
bertemu dengan Ahok untuk menjelaskan soal<br />
kemampuan ini. Namun niatnya belum terwujud.<br />
Sukmawati hanya mendapat kesempatan<br />
bertemu dengan pejabat eselon I dan II yang<br />
menangani urusan pembangunan di Jakarta.<br />
Dia berharap Ahok segera memanggil manajemen<br />
Jakarta Monorail agar bisa menjernihkan<br />
masalah. “Kita dari dulu siap dipanggil, tapi<br />
harus sama Pak Ahok, kalau sama staf-stafnya<br />
percuma saja,” kata Sukmawati Syukur. n<br />
HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
MONOREL<br />
MAU KE MANA<br />
SYARAT BARU<br />
MONOREL BEKASI-<br />
CIBUBUR<br />
FOTO: THINKSTOCK<br />
AHOK MEMBERI SYARAT BARU<br />
BAGI PEMRAKARSA MONOREL<br />
JAKARTA-BEKASI-CIBUBUR.<br />
TAKUT BERLARUT-LARUT<br />
SEPERTI KERJA SAMA DENGAN<br />
JAKARTA MONORAIL.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
MONOREL<br />
MAU KE MANA<br />
Pembuatan purwarupa<br />
monorel di pabrik PT Inka di<br />
Madiun, Jawa Timur.<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
GUBERNUR Jakarta Basuki<br />
Tjahaja Purnama menerima<br />
sejumlah tamu dari perusahaan<br />
pelat merah Adhi Karya pekan<br />
lalu. Kepala daerah yang akrab<br />
dipanggil Ahok itu menerima penjelasan proposal<br />
monorel yang lain, yang digagas oleh<br />
perusahaan milik pemerintah itu. Monorel bakal<br />
terentang dari Jakarta-Cawang-Bekasi dan<br />
Cawang-Cibubur.<br />
Meski monorel itu bakal mengurangi beban<br />
lalu lintas kendaraan pribadi di Jakarta, Ahok<br />
tidak langsung menerima. Kapok, jika ada masalah,<br />
malah proyeknya mangkrak atau tidak<br />
sanggup mengoperasikan, “Kita berhak mengambil<br />
alih, mengoperasikan, tanpa kondisi.”<br />
Dalam rapat itu, seperti yang ditayangkan<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
MONOREL<br />
MAU KE MANA<br />
Menteri BUMN Dahlan Iskan<br />
bersama pimpinan PT Inka,<br />
Adhi Karya, Jasa Marga, LEN,<br />
dan Telkom saat peluncuran<br />
contoh monorel di Madiun,<br />
Jawa Timur.<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
Kita berhak mengambil alih,<br />
mengoperasikan, tanpa<br />
kondisi.<br />
di YouTube, Ahok menyatakan tidak ingin ada<br />
kejadian seperti di Malaysia atau Australia.<br />
Perusahaan yang membangun monorel di Kuala<br />
Lumpur, KL Infrastructure Group, memang<br />
bangkrut dan pemerintah negeri jiran itu akhirnya<br />
mengeluarkan kocek untuk mengambil<br />
alih.<br />
Proyek di Jakarta, yang dimulai era Sutiyoso<br />
dan sekarang belum berjalan, juga mungkin<br />
tidak perlu berlarut-larut seperti ini jika ada<br />
pasal bahwa pemerintah daerah bisa mengambil<br />
infrastrukturnya tanpa perlu ganti rugi<br />
dan semacamnya.<br />
Adhi Karya memang belum memberi kepastian<br />
setuju atau tidaknya dengan masuknya<br />
pasal-pasal yang berat ini. Proses pembangunan<br />
monorel sendiri sekarang sedang menunggu<br />
dua hal: penunjukan dari pemerintah dan<br />
kiriman dana modal dari pemerintah.<br />
“Iya, kita lagi mengajukan PMN (penyertaan<br />
modal negara),” kata Kiki Syahgolang, juru<br />
bicara PT Adhi Karya. “Prosesnya masih di<br />
situ.” Menunggu proses persetujuan PMN ini,<br />
kata Syahgolang, termasuk dalam proses awal<br />
pembangunan monorel Jabodetabek.<br />
PT Adhi Karya, kata Syahgolang, pada dasarnya<br />
sudah siap melaksanakan proyek monorel<br />
ini. Namun, karena hitung-hitungannya memerlukan<br />
peran pemerintah, ia tak mau mendahului<br />
persetujuan pusat. Proses PMN ini,<br />
kata dia, selain pemerintah, melibatkan DPR.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
MONOREL<br />
MAU KE MANA<br />
Menteri BUMN Dahlan Iskan<br />
saat memperkenalkan<br />
contoh monorel yang<br />
akan dioperasikan di jalur<br />
Bekasi-Cibubur-Jakarta.<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
Karena itu, dia tak bisa leluasa memberikan<br />
penjelasan terkait kelanjutan proyek monorel<br />
tersebut.<br />
Monorel Adhi Karya ini akan dibangun oleh<br />
konsorsium perusahaan pemerintah. Lahannya,<br />
misalnya, memanfaatkan jalur jalan tol<br />
yang dimiliki perusahaan pemerintah lain, Jasa<br />
Marga. Rute ini bakal menjadi alternatif warga<br />
dari arah Cibubur, yang saat ini tidak tersambung<br />
sama sekali oleh jaringan angkutan massal<br />
cepat.<br />
Warga Bogor dan Bekasi, yang selama ini sebenarnya<br />
sudah tersentuh jalur kereta api, juga<br />
bakal memiliki alternatif transportasi lain. Jalur<br />
dari Bekasi dan Cibubur ini bakal menyatu di<br />
Cawang. Dari Cawang, jalurnya akan terentang<br />
dan bertemu dengan monorel yang sekarang<br />
konsesinya dipegang PT Jakarta Monorail. n<br />
BUDI ALIMUDDIN<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
KABAR TALAK UNTUK<br />
BANK<br />
PERMATA<br />
KREDIT SEKTOR<br />
KOMODITAS GLOBAL<br />
BANYAK BERMASALAH,<br />
STANDARD CHARTERED<br />
DIKABARKAN<br />
BAKAL MELEPAS<br />
BANK PERMATA DI<br />
INDONESIA.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Pejalan kaki melintas di<br />
depan salah satu kantor<br />
Standard Chartered di<br />
Hong Kong. Di wilayah<br />
ini, Standard Chartered<br />
menjadi salah satu bank<br />
terbesar.<br />
<strong>BOB</strong>BY/REUTERS<br />
SUDAH sepekan lebih Nelson<br />
Tampubolon mendapat pertanyaan<br />
yang sama. Kepala Eksekutif<br />
Pengawasan Perbankan Otoritas<br />
Jasa Keuangan (OJK) itu dimintai konfirmasi<br />
benar-tidaknya bahwa Standard Chartered<br />
bakal melepas seluruh saham Bank Permata<br />
di tangan mereka. Pertanyaan itu tak cuma<br />
datang dari wartawan lewat SMS atau telepon,<br />
tapi juga dari rekan-rekan kerjanya yang<br />
penasaran.<br />
Meski di sini lebih dikenal karena pengucuran<br />
kredit tanpa agunan yang agresif,<br />
Standard Chartered juga memiliki 44,56<br />
persen saham Bank Permata. Jumlah ini sangat<br />
besar, setara dengan pemilik utama lain,<br />
yaitu Astra International. Tapi sampai saat ini<br />
Nelson belum bisa membenarkan atau menyanggah<br />
rumor itu. “Belum ada pengajuan<br />
tentang hal tersebut,” ujar Nelson.<br />
Kabar penjualan saham Permata itu pertama<br />
kali muncul di Reuters. Kantor berita itu<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Belum ada<br />
pengajuan tentang<br />
hal tersebut.<br />
Nelson Tampubolon<br />
menyebut Standard Chartered akan melepas<br />
saham yang mereka miliki di sejumlah bank<br />
Asia. Bank yang akan mereka lepas adalah<br />
Agricultural Bank of China dari Tiongkok dan<br />
kedua, mungkin, Bank Permata di Indonesia.<br />
Tujuan penjualan, menurut kantor berita itu,<br />
adalah menambah modal bank karena menumpuknya<br />
kredit bermasalah mereka saat<br />
ini.<br />
Sekitar sepekan sebelum kabar ini muncul,<br />
analis dari Credit Suisse, Carla Antunes-Silva,<br />
memang menyatakan Standard Chartered<br />
Bank kekurangan cadangan dana sampai<br />
US$ 4,4 miliar (Rp 55 triliun) untuk menutupi<br />
kredit bermasalah yang dikucurkan ke sektor<br />
komoditas. Ia juga menyatakan bank<br />
ini membutuhkan sampai US$ 6,9<br />
miliar (Rp 86 triliun) agar rasio modal<br />
mereka naik ke 11 persen pada akhir<br />
2015.<br />
Total kredit bermasalah Standard<br />
Chartered, seperti yang tercantum<br />
dalam laporan kuartal III ke bursa<br />
saham London, memang naik cukup<br />
signifikan. Kredit bermasalah kuartal ketiga<br />
mencapai US$ 539 juta (Rp 6,7 triliun), naik<br />
hampir separuh, yakni US$ 250 juta (Rp 3,1<br />
triliun), dibanding periode sama tahun lalu.<br />
Akibat soal kredit bermasalah dan beberapa<br />
hal lain, laba operasi Standard Chartered<br />
turun 16 persen pada kuartal III dibanding<br />
periode sama tahun lalu. Sedangkan bila<br />
dihitung Januari-September, tahun ini turun<br />
19 persen dibanding tahun sebelumnya.<br />
Sumber kredit bermasalah? Bukan klien<br />
retail yang jumlahnya banyak, melainkan<br />
klien yang jumlahnya lebih sedikit tapi dipinjami<br />
dana lebih besar, yakni korporasi dan<br />
badan-badan usaha lain. Klien korporasi ini,<br />
menurut Standard Chartered dalam laporan<br />
keuangannya, “Sebagian terpengaruh oleh<br />
pasar komoditas yang melemah.”<br />
Harga komoditas, terutama energi—mulai<br />
batu bara sampai minyak—memang anjlok.<br />
Bank ini menyatakan semakin waspada di<br />
India dan Cina, dua negara yang relatif parah<br />
terkena dampak ambruknya harga komoditas.<br />
“Di mana kami terus memperketat kriteria<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Salah satu kantor cabang<br />
Bank Permata. Standard<br />
Chartered dikabarkan akan<br />
melepas kepemilikan di<br />
bank ini untuk menambah<br />
modal.<br />
RENO ESNIR/ANTARA<br />
pembiayaan kami dan mengurangi terpaan<br />
kami (dari komoditas),” ungkap Standard<br />
Chartered.<br />
Dalam laporan keuangan 2013, Standard<br />
Chartered mulai mengungkapkan masalah<br />
yang muncul akibat jatuhnya harga komoditas.<br />
Saat itu, misalnya, mereka menyebutkan<br />
pendapatan di Qatar turun 47 persen.<br />
Menurut analis Credit Suisse saat itu, Standard<br />
Chartered bakal mengambil langkah<br />
besar. “Kami perkirakan kebutuhan dana ini<br />
cukup besar sehingga mereka mesti melakukan<br />
langkah-langkah permodalan, seperti<br />
melepas saham kembali atau mengurangi<br />
dividen,” ujar Antunes-Silva.<br />
Nah, setelah ada analisis dari Credit Suisse<br />
ini, muncul kabar bahwa Standard Chartered<br />
bakal melepas kepemilikan bank di Indonesia<br />
dan Tiongkok. Selain mengoperasikan bank<br />
sendiri, Standard Chartered memang memiliki<br />
saham di sejumlah bank. Saham ini bukan<br />
cuma di Permata atau Agricultural Bank of<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Analis Credit Suisse sudah<br />
memperkirakan bahwa<br />
Standard Chartered bakal<br />
membutuhan tambahan<br />
modal.<br />
ANDREW BURTON/GETTY<br />
China, tapi juga di Asia Commercial Joint<br />
Stock Bank di Vietnam dan 20 persen saham<br />
di China Bohai Bank.<br />
Menurut Reuters, saham Standard Chartered<br />
di Agricultural Bank of China senilai US$<br />
621 juta (Rp 7,7 triliun). Sedangkan di Bank<br />
Permata, saham sebanyak 44,56 persen itu<br />
harganya sekitar US$ 638 juta (Rp 7,9 triliun).<br />
Bank Permata merupakan hasil merger lima<br />
bank, yakni Bank Bali, Bank Universal, Bank<br />
Artamedia, Bank Patriot, dan Bank Prima<br />
Express, pada 2002. Penggabungan bank ini<br />
sebagai dampak krisis yang menghancurkan<br />
ekonomi Indonesia lima tahun sebelumnya.<br />
Standard Chartered, bersama Astra International,<br />
membeli 89 persen saham Permata<br />
pada 2004. Baik Standard Chartered maupun<br />
Astra masing-masing memegang 44,56<br />
persen saham di bank ini.<br />
Rumor bahwa Standard Chartered bakal<br />
melepas saham di Permata ini masih belum<br />
bisa ditanggapi pihak-pihak di Indonesia. Iwan<br />
Hadiantoro, Chief Group Treasury & Investor<br />
Relations Astra International, mengatakan<br />
seharusnya pihak Stanchart yang berwenang<br />
menjelaskan. “Sebaiknya dikonfirmasikan<br />
langsung dengan pihak Stanchart,” kata Iwan<br />
lewat SMS.<br />
Pihak Standard Chartered Indonesia juga<br />
enggan menanggapi kabar penjualan itu. Alasannya,<br />
menurut A. Arno Kermaputra, Country<br />
Head, Corporate Affair Stanchart, kabar pen-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Warga berjalan di depan<br />
kantor Agricultural Bank<br />
of China di Guangzhou,<br />
Tiongkok.<br />
BRENT LEWIN/BLOOMBERG<br />
jualan tersebut masih spekulatif. “Kami tidak<br />
bisa berkomentar untuk sesuatu yang bersifat<br />
spekulatif seperti itu,” kata Arno.<br />
Tapi, jika rencana ini akan menjadi kenyataan,<br />
yang perlu dilakukan Bank Permata<br />
sebagai perusahaan terbuka adalah mengadakan<br />
rapat pemegang saham. Pertemuan<br />
ini melibatkan Stanchart dan Astra serta<br />
pemegang saham minoritas. Dalam pertemuan<br />
ini, Stanchart menyampaikan niatnya<br />
melepas kepemilikan di Bank Permata.<br />
Hasil dari pertemuan itu diserahkan kepada<br />
OJK dan Bursa Efek Indonesia. Apabila sudah<br />
mendapat calon pembeli, dilaporkan ke OJK<br />
untuk menjalani fit and proper test atau uji<br />
kelayakan dan kepatutan. Sedangkan calon<br />
pembeli tidak harus bank atau lembaga keuangan.<br />
OJK akan menilai tiga hal penting dalam<br />
ujian tersebut, yaitu rekam jejak calon pembeli,<br />
siapa pemegang saham pengendali,<br />
dan sumber dana harus berasal dari kantong<br />
sendiri, bukan pinjaman dari pihak lain. Jika<br />
calon itu lolos, OJK akan menyetujui adanya<br />
pemegang saham baru di Bank Permata.<br />
“Sebagai bagian dari rencana boleh-boleh<br />
saja, yang penting mereka menyampaikan<br />
rencana tersebut kepada kami,” kata Nelson<br />
Tampubolon. n HANS HENRICUS B.S. ARON | NUR KHOIRI<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
MANAJEMEN ALA<br />
<strong>BOB</strong> SADINO<br />
<strong>BOB</strong> SADINO WAFAT PEKAN LALU.<br />
BANYAK KERJA DENGAN SEDIKIT<br />
RENCANA MENJADI KUNCI SUKSESNYA.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Bob Sadino tampil dengan<br />
pakaian resmi, tidak santai<br />
seperti biasa, dalam potret<br />
bersama istri dan dua<br />
anaknya.<br />
WAHYU DANIEL/DETIKCOM<br />
BUKAN hal yang aneh bila pengusaha<br />
besar yang sudah sepuh dan<br />
menyerahkan sebagian besar urusan<br />
bisnis ke staf yang dipercaya<br />
akan datang ke tempat ia mulai menjalankan<br />
bisnis. Biasanya, bahkan di gedung itu, masih<br />
disediakan ruangan kantor yang lengkap di<br />
sana. Bob Sadino pun bukan kekecualian.<br />
Tapi, berbeda dengan para bos lain yang<br />
juga sukses, Bob Sadino tidak betah hanya<br />
datang ke kantor dan sesekali ikut rapat. Ia<br />
tidak cuma datang ke kebun Kemfarm, supermarket<br />
Kemchick, atau pabrik pengolahan<br />
makanan Kemfood untuk menengok.<br />
Di pabrik makanan, ia ikut turun membuat<br />
sosis. Di kebun, ia ikut memanen atau membersihkan<br />
tanaman. Di toko, ia ikut membenahi<br />
penataan produk atau melayani pelanggan.<br />
“Tidak suka dia kerja kantoran,” kata Arie<br />
Subroto Laras, Direktur Utama Kemchick dan<br />
yang bekerja dengannya sejak 40 tahun silam.<br />
Pengusaha yang “agak beda” dengan nama<br />
panjang Bambang Mustari Sadino, yang<br />
menjadi bos Arie itu, Senin, 19 Januari lalu,<br />
menutup mata pada usia 81 tahun. Ia memang<br />
tidak seperti pengusaha lain. Tak cuma<br />
kegemarannya mengenakan celana pendek<br />
dan baju lengan pendek, tapi juga pandangan<br />
hidup dan filosofinya yang eksentrik.<br />
Dua buku yang ia tulis tentang konsep bisnisnya,<br />
Mereka Bilang Saya Gila! dan Belajar<br />
Goblok dari Bob Sadino, bahkan bisa dibilang<br />
cukup kontroversial. Isinya, pada dasarnya,<br />
menekankan kerja keras dan tidak banyak<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Bisnis ayam petelur. Bisnis<br />
seperti ini menjadi awal<br />
kesuksesan Bob Sadino.<br />
ADENG BUSTOMI/ANTARA<br />
berpikir untuk mulai usaha.<br />
Ia mengkritik, banyak orang<br />
pintar, nilai sekolah bagus,<br />
tapi malah akhirnya menjadi<br />
pegawai biasa. Sedangkan<br />
orang yang kecerdasannya<br />
biasa saja bisa sukses karena<br />
ia bertindak, tidak terus menimbang-nimbang.<br />
Orang-orang yang bekerja<br />
dengan Bob Sadino sejak<br />
awal 1970-an—saat kehidupan<br />
ekonomi keluarga Bob<br />
jatuh drastis, dari anak orang<br />
kaya yang bekerja di Djakarta<br />
Lloyd yang memiliki dua Mercedes<br />
menjadi tukang batu—<br />
juga menyebut kerja keras itu<br />
sebagai kunci keberhasilan pengusaha ini.<br />
Asikin Suharba misalnya. Sepupu istri Bob<br />
Sadino ini bekerja saat Bob menjadi tukang<br />
batu pada 1970-an. Saat itu Bob memulai bisnis<br />
ayam petelur merangkap tukang pasang<br />
keramik. “Saya membantu mengecat rumahrumah<br />
yang ia pasangi keramiknya,” ucap<br />
Asikin di sela-sela upacara pemakaman Bob<br />
Sadino di Jeruk Purut, Jakarta Selatan.<br />
Ia mengatakan Bob Sadino berkarakter<br />
keras, pantang menyerah, dan berorientasi<br />
pada target. “Keras, harus bisa, pekerjaan itu<br />
harus selesai sesuai dengan jadwal,” ucapnya.<br />
Sepupunya itu, kata Asikin, selalu memasang<br />
target satu kerjaan. “Dan dia akan nanya, ‘You<br />
bisanya kapan?’”<br />
Arie mengungkapkan hal senada. Ia mengatakan<br />
Bob Sadino tidak punya konsep<br />
yang muluk-muluk, melainkan yang sederhana<br />
saja. “Yang penting kerja, kerja, dan kerja,”<br />
ucapnya.<br />
Bob Sadino lahir dari keluarga berada di<br />
Tanjung Karang pada 9 Maret 1933. Saat ia<br />
berusia 19 tahun, ayahnya meninggal. Karena<br />
kakak-kakaknya cukup berada, seluruh<br />
warisan diberikan kepada Bob Sadino. Dengan<br />
modal uang warisan, Bob Sadino malah<br />
berkelana ke Eropa dan akhirnya bekerja di<br />
Djakarta Lloyd di Belanda. Bosan di luar negeri,<br />
ia balik ke Indonesia dengan menenteng<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Suasana kediaman<br />
Bob Sadino menjelang<br />
pemakaman.<br />
WAHYU DANIEL/DETIKCOM<br />
satu istri dan dua anak.<br />
Di Jakarta, ia bosan menjadi pegawai.<br />
Dengan modal satu Mercedes yang didapat<br />
dari Eropa, ia sopiri sendiri menjadi taksi. Tapi,<br />
karena Mercedes itu mengalami kecelakaan<br />
dan tak ada biaya untuk memperbaiki, Bob<br />
akhirnya kerja apa saja, termasuk menjadi<br />
tukang batu.<br />
Seorang sahabat Bob kemudian memodalinya<br />
memelihara ayam ras yang saat itu belum<br />
populer, karena umumnya ayam di Indonesia<br />
masih ayam kampung. Arie mengatakan semua<br />
pekerjaan terkait ternak ayam ia kerjakan<br />
sendiri. “Saat beternak ayam petelur itu, dia<br />
jual telurnya ke tetangga-tetangga kanan dan<br />
kiri. Habis telurnya, ayamnya pun ia tawarkan.<br />
Minta yang lain lagi, ya disanggupi kemudian<br />
dicarikan,” ucap Arie, yang awalnya bekerja<br />
sebagai tenaga penjual ayam dan telur.<br />
Menurut Arie, dari ternak ayam, memiliki<br />
supermarket, sampai mendirikan pabrik<br />
pengolahan makanan, Bob Sadino tidak<br />
pernah membuat rencana muluk-muluk<br />
jauh ke depan atau visi atau semacam itu.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Maulana Yusuf Iqbal, bekas<br />
karyawan Kemchick yang<br />
sekarang menjadi anggota<br />
DPRD Banten, dan Sri<br />
Kustirin, bekas koki di<br />
Kemchick.<br />
BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />
“(Bisnisnya) mengalir apa adanya saja,”<br />
ucapnya.<br />
Dengan filosofi mengalir ini, awalnya hanya<br />
memelihara ayam. Kemudian berpikir membuka<br />
toko untuk menjual telur dan daging<br />
ayam. Mengalir menjual bahan makanan lain.<br />
Melihat sosis, kemudian membuat pabriknya<br />
untuk menjaga kualitas. Dan melihat ada peluang<br />
ekspor produk pertanian, Bob Sadino<br />
kemudian mendirikan Kemfarm.<br />
Di luar kerja dan bisa memanfaatkan peluang,<br />
Bob Sadino sangat menghargai karyawan.<br />
Ia bahkan dibilang sangat dekat dengan<br />
para stafnya. Sri Kustirin, yang menjadi<br />
koki di dapur mini Kemchick pada 1988-1991,<br />
bercerita, jika para pekerja sedang makan di<br />
kantin, Bob Sadino ikut makan di sana. “(Dan)<br />
memakan makanan yang sama dengan para<br />
karyawannya,” katanya.<br />
Saat anak buah melakukan kesalahan, Bob<br />
tidak pernah memarahi di depan rekan-rekan<br />
yang lain. “Tidak ada kesalahan anak buah<br />
yang membuat Bob Sadino marah besar<br />
sepanjang yang saya tahu,” kata Arie.<br />
Maulana Yusuf Iqbal, anggota DPRD<br />
Provinsi Banten, yang pernah bekerja di<br />
Kemchick pada 1980-an, bercerita ia pernah<br />
bertugas mengantar telur. Tapi, di jalan, telur<br />
satu rak penuh pecah. Yusuf sudah cemas<br />
bakal kena marah. Tapi Bob Sadino memberinya<br />
Rp 100 ribu untuk berobat. “Dia hanya<br />
bilang, 'Lain kali hati-hati, yang penting kau<br />
selamat dan bisa bekerja lagi,'” ujar Yusuf. n<br />
BUDI ALIMUDDIN<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
ANDAI cita-citanya menjadi marinir terpenuhi, mustahil<br />
Bernard Kent Sondakh dipilih memimpin Angkatan Laut. Entah<br />
kenapa Angkatan Laut tak pernah dipimpin laksamana berlatar<br />
marinir. Saat memimpin Angkatan Laut (25 April 2002 hingga 18<br />
Februari 2005), Kent membuat banyak terobosan berani. Lelaki<br />
kelahiran Tobelo, Halmahera Utara, 9 Juli 1948, itu terobsesi<br />
mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim. Benarkah visi<br />
maritim Jokowi mengadopsi idenya?<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
MEMOAR<br />
POROS<br />
MARITIM ALA<br />
LAKSAMANA<br />
KENT<br />
PEMBANGUNAN JALAN TOL LAUT<br />
HARUS DISERTAI INSENTIF AGAR<br />
INDUSTRI MAU BERGESER KE LUAR<br />
JAWA.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
Bersama putra kedua, Mayor<br />
John David Nalasakti Sondakh<br />
REPRO : BUKU LAKSAMANA KENT<br />
soldier never die, they<br />
just fade away.” Pernyataan<br />
“OLD<br />
Jenderal Douglas MacArthur<br />
pada 1951 itu sepertinya bisa<br />
menggambarkan sosok Laksamana Bernard<br />
Kent Sondakh saat ini. Sembilan tahun pensiun<br />
sebagai pelaut tak menyurutkan perhatiannya<br />
terhadap dunia maritim. Dengan cermat,<br />
ia mengikuti berbagai program pemerintahan<br />
Joko Widodo untuk mewujudkan Indonesia<br />
sebagai negara maritim. Ia menyokongnya,<br />
sekaligus memberikan beberapa catatan kritis.<br />
Soal pembangunan jalan tol laut, misalnya.<br />
Hal itu, kata dia, harus diikuti dengan pemberian<br />
insentif kepada para pengusaha untuk<br />
menggeser industrinya ke daerah terpencil<br />
dengan sistem regional. “Juga insentif kepada<br />
perusahaan yang menjual produknya kepada<br />
agen-agen yang jauh di luar Pulau Jawa,” kata<br />
Kent.<br />
Ide-ide terkait hal itu sebetulnya pernah ia<br />
paparkan saat menjadi Kepala Staf Angkatan<br />
Laut, 25 April 2002-18 Februari 2005. Sayang,<br />
respons pemerintah tak seperti yang diharapkan<br />
karena terbatasnya anggaran.<br />
Saat ditemui di rumahnya, kompleks TNI AL<br />
Kelapa Gading, 19 Januari lalu, ia dengan jernih<br />
kembali memaparkan berbagai konsep dan<br />
sepak terjang yang dilakukannya sebagai KSAL.<br />
Berikut ini penuturan pensiunan laksamana<br />
kelahiran Tobelo, Halmahera Utara, 9 Juli 1948,<br />
itu.<br />
●●●<br />
Kebijakan poros maritim pemerintahan Joko<br />
Widodo bukan ide dari saya.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
ADA SEJUMLAH SYARAT<br />
YANG HARUS DISIAPKAN<br />
AGAR KITA BISA MEMETIK<br />
KEUNTUNGAN EKONOMI<br />
MAUPUN POLITIK DARI<br />
POROS MARITIM.<br />
Saya belum pernah secara langsung menyampaikan<br />
konsep poros maritim kepada Presiden.<br />
Hanya, konsep ini pernah saya beberkan<br />
kepada seorang tim suksesnya. Saya percaya<br />
mereka pasti sudah punya konsep yang baik.<br />
Ada sejumlah syarat yang harus disiapkan<br />
agar kita bisa memetik keuntungan ekonomi<br />
maupun politik dari poros maritim.<br />
Membangun pelabuhan-pelabuhan baru<br />
itu mesti, cuma harus memiliki kemampuan<br />
yang saya sebut 4R, yakni refueling,<br />
resupply, repair, dan rest and recreation.<br />
Belum lagi memperbaiki birokrasi dan<br />
pelayanan di pelabuhan. Kita harus berkaca<br />
pada Singapura dalam soal ini.<br />
Kapal baru 20 mil laut dari pelabuhan<br />
saja mereka sudah mengontak administrator<br />
pelabuhan. Kapal langsung diberi arahan<br />
ke dermaga yang harus dituju. Bandingkan<br />
dengan Batam, yang harus menunggu berharihari<br />
sebelum kapal bisa masuk dermaga. Begitu<br />
sampai juga belum tentu bisa mengisi bahan<br />
bakar. Siapa yang mau singgah kalau begitu?<br />
Akhirnya Batam mati. Hal lain, terkait keamanan<br />
pelabuhan. Orang pulang ke pelabuhan di<br />
Singapura jam 1 pagi tidak ada masalah. Tapi di<br />
kita?<br />
Lalu di mana harus membangun pelabuhan?<br />
Tentunya di jalur kapal akan lewat atau sea lane<br />
of trade. Paling tidak di Indonesia itu Selat Malaka<br />
ke utara, dari Selat Lombok-Selat Makassar<br />
ke utara, Laut Banda-Selat Maluku ke utara.<br />
Dari situ, kita lihat lagi jalur mana yang paling<br />
aman dan ekonomis. Jadi saya kurang paham<br />
jika ada gagasan pengembangan pelabuhan di<br />
Selat Sunda. Siapa yang mau lewat situ?<br />
Bicara tanker 80 ribu ton ke atas merupakan<br />
kapal-kapal yang manuvernya sulit. Saat kapal<br />
sebesar itu masuk Selat Sunda, begitu keluar<br />
di utara akan setengah mati. Banyak karang.<br />
Setiap 10 menit harus belok. Kapal besar kalau<br />
belok itu kayak banteng, susahnya luar biasa.<br />
●●●<br />
Soal jalan tol laut, kita sebenarnya sudah<br />
mengenal dari zaman Belanda. Saat itu sudah<br />
digagas kapal-kapal perintis untuk menghu-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
Tap Untuk<br />
Melihat Video<br />
bungkan daerah-daerah atau pulau terpencil.<br />
Tapi jalan tol laut tak otomatis membuat harga<br />
sebuah produk bisa sama di semua daerah.<br />
Karena itu, pemerintah harus memberi insentif<br />
kepada para pengusaha untuk menggeser<br />
pabriknya ke daerah terpencil dengan sistem<br />
regional. Lalu memberi insentif kepada perusahaan<br />
yang menjual produksinya itu kepada<br />
agen-agen yang jauh berada di luar Pulau Jawa.<br />
Di bidang industri perikanan, tentu saja seharusnya<br />
kita amat berdaulat.<br />
Nelayan sendiri yang harus ambil ikan dari<br />
laut kita, bukan orang asing seperti yang terjadi<br />
selama bertahun-tahun. Karena apa? Nelayan<br />
kita tak punya kapal dan peralatan memadai<br />
seperti orang Thailand, Taiwan, Tiongkok. Nelayan<br />
kita hanya punya dayung, motor tempel,<br />
dan mencari ikan dua atau tiga mil dari pantai.<br />
Dapat ikan yang kena polusi pula. Pemerintah<br />
harus memperbaiki dan mencari solusinya<br />
agar seluruh Zona Ekonomi Eksklusif kita itu<br />
yang berkibar benar-benar bendera Merah<br />
Putih, bukan aspal. Merah Putih tapi dalamya<br />
Tiongkok.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
Bergaya ala Marinir<br />
REPRO : BUKU LAKSAMANA KENT<br />
Sekarang nelayan kita merupakan masyarakat<br />
yang paling miskin. Coba lihat nelayan di<br />
Norwegia atau Kanada, begitu kaya-kaya. Saya<br />
pernah sarankan ke (Presiden) Susilo Bambang<br />
Yudhoyono agar industri strategis yang dulu<br />
hampir mati, seperti PT PAL, PT Kodja Bahari,<br />
PT Pindad, dan lainnya, bisa dimanfaatkan.<br />
Dulu konsep awal industri ini hanya buat pesanan<br />
dari militer. Padahal TNI uangnya tidak<br />
ada atau pas-pasan. Belum tentu AL bisa pesan<br />
di PT PAL tiap tahun. Akhirnya industri ini<br />
menanggung beban. Nah, sekarang, kalau kita<br />
butuh kapal ikan, minimal 20 ribu buah ukuran<br />
50 ton sampai 300 ton, PT PAL bisa ditugaskan.<br />
Setahun bikin seribu atau dua ribu kapal.<br />
Mekaniknya dibikin PT Pindad, elektroniknya<br />
oleh PT Inti. Jadi semua industri strategis dapat<br />
kerjaan.<br />
Seperti di luar negeri, satu grup atau keluarga<br />
dikasih kapal dengan sistem bagi hasil. Nelayan<br />
dapat 40 persen, pemerintah 60 persen.<br />
Dalam lima tahun, nelayan bisa ambil kapal itu.<br />
Jadi semua nelayan punya kapal sendiri.<br />
●●●<br />
Saat masih taruna, Kent Sondakh pernah menangis<br />
karena ditolak menjadi marinir seperti<br />
cita-citanya sejak kecil. Maklum, saat masih di<br />
Tobelo, ia kerap melihat penampilan pasukan<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
ENGGAK MIKIR KALAU<br />
MARINIR ENGGAK<br />
BISA JADI KSAL.<br />
MUNGKIN KALAU<br />
JADI MARINIR IKUT<br />
PERANG DI TIM TIM<br />
SAYA SUDAH KOIT,<br />
HA-HA-HA....<br />
marinir yang gagah. Juga prestasinya dalam<br />
menumpas pemberontakan di Sulawesi Utara.<br />
“Enggak mikir kalau marinir enggak bisa jadi<br />
KSAL. Mungkin kalau jadi marinir ikut perang<br />
di Tim Tim saya sudah koit, ha-ha-ha...,” ujarnya.<br />
Sebagai “balas dendam”, ia banyak mengoleksi<br />
atribut marinir. Saat menjadi KSAL, ia<br />
pun memberikan perhatian prioritas kepada<br />
korps marinir. Di luar itu, ia amat memperhatikan<br />
wilayah perbatasan.<br />
●●●<br />
Selain kapal nelayan, saya baca pemerintah<br />
mau bikin kapal perintis 100 biji. Saat papasan<br />
dengan Menteri Perhubungan Jonan di suatu<br />
acara, saya sarankan ke beliau untuk membuat<br />
kapal minimal 30 model LST (landing ship tank).<br />
Sebab, kapal jenis ini tidak perlu dermaga. Ada<br />
pantai bagus bisa langsung merapat, buka<br />
pintu. Itu bisa jadi kios-kios, bisa dipasang cold<br />
storage juga. Kapal-kapal itu bisa ditempatkan<br />
di Ambon dan Ternate masing-masing 4 buah,<br />
misalnya.<br />
Saya tahu persis bagaimana kehidupan orang<br />
di pulau terluar dan terpencil. Barang-barang<br />
di sana mahal karena sulitnya transportasi. Semasa<br />
jadi KSAL, saya perintahkan kapal-kapal<br />
patroli mutar di daerah-daerah perbatasan.<br />
Saya bilang ke pemda, “You bisa pakai kapal<br />
ini, bawa barang dengan kapal ini. Jadi mobile<br />
market.” Jadi orang sudah tahu, misalnya hari<br />
Rabu kapal ini datang, jadilah pasar karena<br />
terjadi transaksi perdagangan. Di utara Papua,<br />
Maluku tidak terputus patroli itu.<br />
Terkait kebijakan Presiden Jokowi untuk menenggelamkan<br />
kapal-kapal pencuri ikan, saya<br />
pernah melakukannya. Illegal fishing itu dikelompokkan<br />
dua. Ada pencurian murni, yakni<br />
kapal beroperasi tanpa surat-surat sama sekali.<br />
Kedua, pencurian administrasi. Maksudnya,<br />
kapal itu punya izin menangkap, tapi harusnya<br />
tangkap di situ mereka tangkap di sana. Atau<br />
list krunya beda.<br />
Kalau pencurian murni, saya mendekatinya<br />
dengan penegakan kedaulatan. Saya turunkan<br />
orangnya dan bawa ke kedutaan, lalu tenggelamkan<br />
kapalnya. Kalau pencurian administrasi,<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
Sejumlah kapal antre di<br />
perairan Pelabuhan Teluk<br />
Bayur, Padang, Sumatera<br />
Barat, Senin (19/1).<br />
IGGOY EL FITRA/ANTARA<br />
ya bawa ke ranah hukum. Denda Rp 100 juta,<br />
perusahaannya coret, sita ikannya.<br />
Hal yang harus dipahami semua pihak, laut<br />
itu bukan Danau Sunter. Kalau siang lihat di<br />
radar, itu kan hanya bintik. Sulit membedakan<br />
mana kapal resmi atau yang bodong. Apalagi<br />
kalau malam hari. Untuk memeriksanya, butuh<br />
waktu, perlu kecepatan kapal yang memadai.<br />
Belum lagi faktor dukungan cuaca.<br />
Selain itu, bahan bakar AL itu terbatas sehingga<br />
harus menggunakannya sesuai rencana<br />
prioritas operasi. Misalnya dalam satu bulan<br />
hanya bisa 30 kapal. Kalau kita mau bikin 60<br />
kapal ya boleh saja, tapi bahan bakarnya dari<br />
mana? ■<br />
PASTI LIBERTI MAPPAPA<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
DIRESTUI<br />
MEGAWATI,<br />
DIKRITIK<br />
PRABOWO<br />
KENT SONDAKH MENOLAK<br />
USUL PEMBELIAN KAPAL<br />
DARI CINA. PILIH BELANDA<br />
YANG SUDAH TERUJI.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
SUATU hari Presiden Megawati mengabarkan<br />
kepada kami bahwa ada<br />
tawaran kapal bagus dari Cina. Mendengar<br />
hal itu, saya meminta waktu<br />
kepada beliau untuk berbicara di kediaman,<br />
Jalan Teuku Umar. Kepada beliau saya jelaskan,<br />
sejauh ini baru Thailand yang menggunakan<br />
kapal produksi Cina. Itu pun, dari 3 kapal yang<br />
dibeli, cuma 1 yang masih beroperasi padahal<br />
usianya masih muda. Jadi, membeli kapal dari<br />
Cina itu bagi saya cuma buang-buang duit saja.<br />
Lebih baik tidak usah.<br />
Lalu saya kasih gambaran kekuatan korvet<br />
fregat yang dimiliki Singapura, India, Malaysia.<br />
Bagi saya, kapal-kapal produksi Belanda<br />
merupakan yang terbaik. Selain karena saya<br />
pernah sekolah di negeri itu sehingga bisa menyimpulkan<br />
demikian, faktanya kapal produksi<br />
Kent Sondakh<br />
PASTI LIBERTI MAPPAPA/MAJALAHDETIK<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
KRI Sultan Hasanuddin-366<br />
dan KRI Usman Harun-359<br />
mengisi perbekalan di<br />
Pelabuhan Tanjung Mas,<br />
Semarang.<br />
ANTARA FOTO/JOKO SULISTYO<br />
Rusia dalam tempo 10 tahun saja kualitasnya<br />
sudah menurun. Begitu juga 4 korvet dan 2<br />
fregat buatan Italia, setelah 10 tahun tak lagi<br />
bisa dioperasikan secara optimal.<br />
Kala itu, TNI AL mengusulkan supaya pemerintah<br />
membeli 4 kapal perang baru jenis SIG-<br />
MA (Ship Integrated Geometrical Modularity<br />
Approach), yang merupakan kapal tempur siluman<br />
(stealth). Ini telah diperhitungkan sesuai<br />
kebutuhan perairan Indonesia yang amat luas.<br />
Pembelian korvet itu amat krusial antara lain<br />
untuk menangkal praktek pencurian ikan dan<br />
mengatasi perompakan.<br />
Ternyata Ibu Mega menerima pendapat saya.<br />
“Ya sudah, kamu bicara dengan Pak Kwik (Kian<br />
Gie, Kepala Badan Perencanaan Pembangun-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
Tapi, setahu saya,<br />
galangan kapal itu kecil,<br />
ecek-eceklah.<br />
an Nasional).” Sebaliknya, dalam pertemuan<br />
di Bappenas, Pak Kwik menyatakan anggaran<br />
yang ada cuma memungkinkan untuk satu<br />
kapal.<br />
Saya bilang, kalau satu tidak usah saja,<br />
minimal dua. Karena, satu unit taktis AL itu<br />
minimal dua. Bahkan, untuk<br />
kapal modern itu tiga,<br />
yang disebut divisi. Lalu<br />
bagaimana bila duit tidak<br />
ada? Saya pun menjelaskan<br />
bahwa pembuatan kapal<br />
itu minimal butuh waktu 26 bulan. Jadi pembayarannya<br />
bisa dicicil, multi-years. Dan itulah<br />
yang kemudian dilakukan pemerintah.<br />
Namun respons di luar beragam. Termasuk<br />
Menko Perekonomian Prof Dorodjatun Kuntjoro-Jakti,<br />
yang mengatakan agar rencana<br />
pembelian korvet dari Belanda itu dikaji kembali.<br />
Saya bilang kepada pers, “Kalau Menko<br />
mau tinjau lagi, ya tinjau saja sendiri. Mereka<br />
kan yang ngurusin duit. Kami kan hanya minta.<br />
Kalau menurut dia enggak bisa, ya tidak<br />
apa-apa. Yang penting AL sudah sampaikan<br />
kebutuhannya seperti ini.”<br />
Saya tidak tahu alasan Pak Dorodjatun menyatakan<br />
demikian. Tapi pernah ada seseorang<br />
yang bilang bahwa, kalau korvet dibeli dari<br />
galangan kecil di Belanda, mungkin tidak akan<br />
dipermasalahkan. Tapi, setahu saya, galangan<br />
kapal itu kecil, ecek-eceklah. Bagi saya, kalau<br />
mau bikin, jangan tanggung, cari yang bisa<br />
bertahan puluhan tahun. Jangan bikin yang<br />
ecek-ecek, baru lima tahun rusak.<br />
Alasan lain, seperti yang pernah saya paparkan<br />
di Komisi I DPR, pembelian korvet<br />
dari Belanda itu sudah berikut syarat transfer<br />
teknologi kepada PT PAL. Juga dengan model<br />
pembayaran rolling contract, bukan imbal dagang<br />
seperti waktu beli Sukhoi dari Rusia.<br />
Selain Pak Dorodjatun dan sejumlah aktivis<br />
LSM seperti Munir, Prabowo Subianto ikut<br />
berkomentar. Dia bilang anggaran yang diajukan<br />
untuk korvet terlalu mahal. Lebih baik<br />
duitnya buat buka sawah baru. Wah, ya tidak<br />
bisa seperti itu dong membandingkannya.<br />
Yang satu untuk penegakan kedaulatan, satunya<br />
untuk petani. Itu perbandingan yang naif,<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
TNI merayakan ulang tahun<br />
ke-69 di Komando Armada<br />
Wilayah Timur TNI AL, Dermaga<br />
Ujung, Surabaya.<br />
DIKHY SASRA/DETIKCOM<br />
picik. Kalau hebat, dia harusnya datang ke<br />
KSAL. Kita diskusikan.<br />
Saya juga sempat diserang LSM-LSM terkait<br />
rencana pembelian kapal-kapal patroli oleh<br />
daerah. Papua, misalnya, memesan 11 kapal patroli<br />
dari Prancis. Jika semua daerah seperti itu,<br />
berbahaya. Sebab, hukum laut internasional<br />
menyatakan hanya warship dan government<br />
ship yang boleh mengadakan penahanan,<br />
pengintaian, dan pemeriksaan.<br />
Karena itu, saya sampaikan kepada Menteri<br />
Pertahanan, sebaiknya hal itu dikoordinasikan<br />
dengan Angkatan Laut. Juga kapal-kapal itu<br />
diawaki AL. Eh, saya malah dibilang mencuri<br />
duit daerah. Terlalu.... n<br />
PASTI LIBERTI MAPPAPA<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
JIBI PHOTO<br />
SELINGAN<br />
TEGAS<br />
MENOLAK<br />
KAPAL<br />
BEKAS<br />
“KITA NEGARA BESAR HARUSNYA PUNYA<br />
HARGA DIRI. MASAK DIKASIH SAMA NEGARA<br />
KECAMATAN KITA TERIMA.”<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
HABIBIE dan Kapal Itu. Begitu judul<br />
cerita sampul majalah Tempo edisi<br />
7 Juni 1994. Isinya berfokus pada<br />
harga pembelian 39 kapal bekas<br />
Jerman yang diperdebatkan oleh Menteri Riset<br />
dan Teknologi B.J. Habibie dan Menteri Keuangan<br />
Mar’ie Muhammad, terutama besaran<br />
harga pembelian dari semula<br />
US$ 12,7 juta menjadi US$ 1,1<br />
miliar.<br />
Dua hari berselang, ketika<br />
meresmikan pembangunan<br />
Pangkalan Utama Angkatan<br />
Laut di Teluk Ratai, Lampung,<br />
Presiden Soeharto mengungkapkan<br />
kemarahannya. Dia memerintahkan<br />
supaya menindak<br />
tegas media yang dianggapnya<br />
telah “mengadu domba”.<br />
Menteri Penerangan Harmoko<br />
menindaklanjutinya dengan<br />
memberedel Tempo. Juga dua<br />
media lainnya yang ikut mengkritik<br />
seputar pembelian kapal<br />
bekas dari Jerman, yakni Editor dan tabloid<br />
Detik.<br />
Rupanya, tak cuma harga pembelian yang<br />
kelewat mahal, kapal-kapal itu sejatinya tak<br />
lebih dari barang rongsokan. Hampir semua<br />
kapal yang dibeli itu nyaris tak bisa dioperasikan<br />
karena sudah uzur. Teknologi yang digunakan<br />
sudah kedaluwarsa, tak cocok dengan iklim<br />
Indonesia yang tropis, dan amat boros bahan<br />
bakar. Tapi hampir semua petinggi TNI Angkatan<br />
Laut kala itu tak berkutik.<br />
Saat kontroversi itu berlangsung, Bernard<br />
Kent Sondakh masih berpangkat letnan kolonel.<br />
Delapan tahun kemudian, saat sudah menjadi<br />
Kepala Staf Angkatan Laut, ia mendapati kesemua<br />
kapal itu sudah tak mampu beroperasi<br />
dengan baik.<br />
lll<br />
Waktu itu saya ingat KSAL M. Arifin sempat<br />
menolak. Beliau menawar, sebaiknya dua dulu<br />
saja untuk dicoba. Kalau bagus, ya yang lainnya<br />
boleh diterima. Pak Arifin itu guru saya.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
Sembilan unit frost class<br />
kapal pendarat<br />
UWE ZIMMERMAN<br />
Tapi sepertinya dia dipaksa, kan Pak Harto ikut<br />
berbicara.<br />
Begitu saya jadi KSAL, tidak ada satu pun<br />
kapal (bekas) Jerman Timur itu yang beroperasi<br />
dengan benar. Sudah nongkrong semua. Sebagian<br />
memang sudah ada yang di-repowering<br />
oleh KSAL sebelum saya.<br />
Kapal korvet milik Jerman Timur itu tidak<br />
cocok buat kita, karena mereka pakai untuk hit<br />
and run. Deteksi, keluar, serang, lalu balik. Tiap<br />
seribu jam harus ganti, overhaul, suku cadang<br />
sudah sulit didapat, dan bahan bakar borosnya<br />
minta ampun. Satu kapal butuh 36-40 ton<br />
solar per hari. Agar tidak mubazir, saya putuskan<br />
ganti mesin. Setelah itu, konsumsi solarnya<br />
berkurang, jadi cuma 12 ton per hari.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
Feri Kambuna dan Kerinci dihibahkan<br />
PT Pelni kepada TNI AL. Namanya<br />
berubah menjadi KRI Tanjung Fatagar<br />
dan KRI Tanjung Nusanive.<br />
KAPAL-PENUMPANG-PELNI<br />
Selama saya menjadi KSAL, saya pun<br />
bertekad tidak mau menerima kapal bekas<br />
dari negara lain. Setidaknya dua kali saya<br />
menolak penawaran kapal bekas, yakni dari<br />
Libya dan kapal hidrografi dari Belanda. Libya<br />
waktu itu menawarkan dua jenis korvet,<br />
tiga kapal cepat, dan empat kapal penyapu<br />
ranjau. Atas nasihat Panglima (Jenderal<br />
Endriartono Sutarto), saya tidak langsung<br />
menolak.<br />
Saya tugaskan empat perwira ke Libya<br />
untuk meninjau kondisi kapal-kapal itu.<br />
Sebelum berangkat, saya kasih mereka duit.<br />
“Kamu jalan-jalan saja di sana, pulang bikin<br />
laporan: semua kapalnya jelek, he-he-he....”<br />
Bagi saya, kapal bekas itu traumatis. Ka-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
Kalau mau<br />
terima kapal<br />
bekas hibah,<br />
jangan<br />
tanggung,<br />
kapal induk<br />
sekalian,<br />
ha-ha-ha....<br />
No to used<br />
warship!<br />
rena itu, ketika KSAL Belanda yang kebetulan<br />
pernah satu kelas dengan saya sewaktu dua tahun<br />
mengikuti pendidikan menawarkan kapal<br />
hidrografi, umur sekitar 20 tahun, saya jawab<br />
sambil guyonan saja, “Kalau kapal itu saya beli<br />
dengan duit saya dan saya operasikan pakai<br />
duit saya, yang pakai kan kamu hasil petanya.<br />
Bukan Pelni. Jadi, kalau kamu suruh saya beli,<br />
saya tidak mau. Kalau dikasih, ya boleh.”<br />
Karena itu, sewaktu KSAL Soeparno (28<br />
September 2010-17 Desember 2012) menerima<br />
kapal bekas dari Brunei, waduh.... Saya berpikir,<br />
kita negara besar seperti ini harusnya punya<br />
harga diri. Masak dikasih sama negara kecamatan<br />
kita terima? Apalagi cuma kapal 40 meter.<br />
Kalau mau terima kapal bekas hibah, jangan<br />
tanggung, kapal induk sekalian, ha-ha-ha.... No<br />
to used warship!<br />
Tapi, sebelum membeli kapal bekas dari<br />
Jerman, sebetulnya pada pertengahan 1980-an<br />
Indonesia pernah beli kapal bekas. Jadi, saat<br />
booming harga minyak, pada 1985-1986 kala<br />
itu pemerintah membeli 9 fregat bekas dan 3<br />
tribal class dari Inggris yang pernah ikut Perang<br />
Malvinas. Juga membeli 6 kapal kelas van speijk<br />
dari Belanda.<br />
Namanya kapal bekas, kapal tua, pasti tingkat<br />
kerusakannya tinggi. Di lain pihak, kapalkapal<br />
baru, seperti 3 korvet dari Belanda dan<br />
1 dari Yugoslavia serta 6 LST dari Korea yang<br />
berteknologi baru, terbengkalai perawatannya<br />
karena uang justru terserap untuk kapal-kapal<br />
bekas itu. Konsep pemeliharaan yang disebut<br />
PMS (planned maintenance system) dengan<br />
integrated logistic untuk kapal-kapal baru berteknologi<br />
1980-an itu tak berjalan.<br />
Sebetulnya saya tak sepenuhnya antikapal<br />
bekas karena pernah menerima feri bekas,<br />
Kambuna dan Kerinci, milik PT Pelni yang hampir<br />
bangkrut. Kebetulan AL belum punya kapal<br />
angkut pasukan yang memadai. Feri cepat itu<br />
bisa menampung 500 orang, jadi saya terima.<br />
Tapi, kalau nerima dari negara lain, saya tidak<br />
mau, apalagi beli. Kita sudah berpengalaman,<br />
AL hancur karena kapal bekas. n<br />
PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 26 JANUARI 24 - 30 - 1 NOVEMBER FEBRUARI 2014<br />
2015
SELINGAN<br />
MEMATAHKAN AMERIKA<br />
DI SELAT MALAKA<br />
SINGAPURA SEMPAT MEMBERI ISYARAT<br />
SETUJU ARMADA AMERIKA SERIKAT IKUT<br />
BERPATROLI UNTUK MENGHALAU PARA<br />
PEROMPAK DI SELAT MALAKA.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
Kent Sondakh bersama<br />
Ronnie Tay, Ng Yat Chung,<br />
Endriartono Sutarto, Zahidi<br />
Zainudin, dan Mohamad<br />
Anwar Mohamad Nur saat<br />
peluncuran patroli bersama di<br />
atas KRI Tanjung Dalpele di<br />
Batam, 20 Juli 2004.<br />
GETTY IMAGES<br />
KANTOR Biro Maritim Internasional<br />
(IMB), yang bermarkas di Singapura,<br />
melansir data melonjaknya angka<br />
perompakan dan penculikan di laut.<br />
Sementara pada 2002 tercatat 192 kasus, pada<br />
2003 melonjak jadi 445 kasus di seluruh dunia.<br />
Dari jumlah itu, 139 kasus di antaranya terjadi<br />
di Selat Malaka.<br />
Data itu menjadi santapan empuk media internasional.<br />
Far Eastern Economic Review edisi<br />
27 Mei 2004 menulis laporan bertajuk “Sea<br />
of Trouble”. Isinya mengurai kejahatan di Selat<br />
Malaka meningkat tajam akibat krisis ekonomi<br />
dan politik di Indonesia.<br />
Majalah The Economist edisi 12 Juni 2004<br />
juga menurunkan laporan tentang ancaman<br />
teroris dan perompakan di Selat Malaka.<br />
Menyikapi hal itu, Panglima Pasifik Amerika<br />
Serikat Laksamana Thomas Fargo berencana<br />
menerjunkan pasukan di selat sepanjang 800<br />
kilometer itu. Kepala Staf TNI Angkatan Laut<br />
Laksamana Bernard Kent Sondakh pun terusik<br />
dibuatnya. Untuk mematahkan niat Amerika<br />
Serikat, ia merangkul Singapura dan Malaysia<br />
untuk melakukan patroli bersama.<br />
lll<br />
Orang semua tahu Indonesia disebut black<br />
water. Laksamana Fargo dari Amerika bilang<br />
di koran, akan kirim kekuatan untuk turut<br />
mengawal Selat Malaka. Saya tersinggung.<br />
Kita yang punya kedaulatan kok dia yang mau<br />
masuk. Sebetulnya Menteri Pertahanan Singapura<br />
sempat memberi isyarat menyokong ide<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
JAY DIRECTO/GETTY IMAGES<br />
Fargo. Lalu saya telepon KSAL Malaysia dan<br />
Singapura. Kepada mereka, saya sampaikan<br />
ketidaksetujuan jika Amerika masuk. Sebaiknya<br />
kita berkoordinasi untuk melakukan patroli<br />
karena Selat Malaka ada di tiga negara. Saya<br />
lalu ngomong ke media, tidak ada yang boleh<br />
masuk Selat Malaka kecuali tiga negara pantai.<br />
Fargo pun diam.<br />
Koordinasi patroli bersama itu pertama kali<br />
diresmikan oleh Panglima TNI Jenderal Endriartono<br />
pada 20 Juli 2004. Waktu itu hadir di<br />
atas KRI Tanjung Dalpele 972 Panglima Tentara<br />
Diraja Malaysia Jenderal Tan Sri Dato Zahidi<br />
dan Panglima Tentara Singapura Letnan Jenderal<br />
Ng Yat Chung. Juga saya bersama Kepala<br />
AL Tentara Diraja Malaysia Laksamana Dato Sri<br />
Muhammad Anwar dan Kepala AL Singapura<br />
Laksamana Muda Ronnie Tay. Patroli bersama<br />
itu mengerahkan 17 kapal (lima dari Malaysia,<br />
lima dari Singapura, dan tujuh dari Indonesia)<br />
per hari selama 24 jam nonstop.<br />
Kita sebenarnya tidak bisa apa-apa kalau<br />
Amerika mau campur tangan. Cuma, kita kan<br />
negara berdaulat, punya harga diri. Itu yang<br />
kita harus tunjukkan dulu. Kalau mengalah,<br />
sama saja jual negara. Sampai sekarang patroli<br />
masih berjalan, cuma mungkin satu negara<br />
cuma dua-tiga kapal.<br />
Selain patroli bersama, saya juga menggagas<br />
latihan bersama tiga negara menyapu ranjau<br />
di Selat Malaka. Itu bermula ketika saya di-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
SUDRAJAT/DETIKCOM<br />
minta mewakili Pak Endriartono<br />
sebagai pembicara dalam pertemuan<br />
panglima se-Asia-Pasifik<br />
di Tokyo. Zaman itu isu yang<br />
berkembang teroris meledakkan<br />
kapal di Selat Singapura. Amerika<br />
mengembangkan isu itu. Jadi<br />
saya sebagai salah satu pembicara<br />
mengatakan itu juga salah<br />
satu ancaman, tapi coba kita<br />
bayangkan kalau kapal meledak<br />
karena melanggar ranjau. Semua<br />
lalu lintas terhenti. Kalau hanya<br />
diledakkan, lalu lintas akan tetap<br />
jalan. Sedangkan kemampuan<br />
antiranjau negara pantai, seperti<br />
Indonesia, Singapura, dan Malaysia,<br />
sangat rendah.<br />
Sewaktu break, ajudan Panglima Amerika<br />
dan Laksamana Fargo minta bertemu saya.<br />
Mereka tanya apa rencana saya. Saya bilang<br />
akan memasang radar di sepanjang Selat Malaka,<br />
sehingga barang sekecil drum pun akan<br />
terdeteksi. Saya sudah menganggarkan Rp 25<br />
miliar. Lalu saya bilang, karena kalian tahu uang<br />
Indonesia terbatas, jadi Selat Malaka ini baru<br />
akan selesai dalam 10 tahun.<br />
Mereka bilang jangan sebut-sebut lagi soal<br />
ranjau. Dua hari setelah sampai Jakarta, ada<br />
dua orang dari Kedutaan yang datang. Dan tak<br />
lama setelah berhenti sebagai KSAL, staf ahli<br />
dari Senat Amerika menemui saya di rumah.<br />
Dia membawa pesan bahwa Senat setuju<br />
memberikan bantuan cuma-cuma US$ 350 juta<br />
tapi jangan ribut karena Indonesia masih dalam<br />
posisi embargo. Itu kalau tak salah Maret 2005.<br />
Nah, Mei, ketika saya sedang di Surabaya,<br />
mereka kembali menghubungi dan meminta<br />
saran tentang rencana pemberian dana itu.<br />
Saya sarankan agar diserahkan ke Departemen<br />
Pertahanan saja, biar mereka yang mengawasi<br />
penggunaannya. Itu pertama kali embargo<br />
Amerika ke TNI lepas dan tidak banyak orang<br />
yang tahu. Tapi akhirnya saya dengar yang<br />
pegang itu Duta Besar Amerika. ■<br />
PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
MENTERI<br />
PEMBERDAYAAN<br />
PEREMPUAN<br />
YOHANA S. YEMBISE:<br />
KEKERASAN PADA ANAK<br />
AKIBAT NIKAH MUDA<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
“USIA PERNIKAHAN PERLU DITINGKATKAN DARI 16 MENJADI 18 TAHUN.”<br />
MESKI latar akademisnya adalah linguistik,<br />
Yohana S. Yembise mengamati betul pola<br />
kehidupan masyarakat, khususnya kaum<br />
perempuan dan anak-anak di kawasan timur<br />
Indonesia. Tak aneh bila Presiden Joko Widodo<br />
mempercayainya sebagai Menteri Pemberdayaan<br />
Perempuan dan Perlindungan Anak.<br />
Jabatan itu sekaligus menjadi simbol perjuangan<br />
dan perlawanan atas dominasi adat<br />
di Papua, yang umumnya didominasi lakilaki.<br />
“Isu utama di sana (Papua dan Maluku)<br />
adalah kekerasan dalam rumah tangga, akibat<br />
adat istiadat yang keras,” katanya saat<br />
ditemui majalah detik, Kamis lalu.<br />
Terkait tingkat kekerasan terhadap anak<br />
yang kian memprihatinkan, Yohana punya<br />
analisis menarik. Menurut dia, hal itu antara<br />
lain lantaran ekses perkawinan dini. Karena<br />
itu, dia berniat meningkatkan usia pernikahan<br />
dari minimal 16 menjadi 18 tahun. Bagaimana<br />
dia akan mewujudkan hal itu? Simak petikan<br />
paparannya berikut ini.<br />
Ada instruksi khusus dari Presiden<br />
terkait persoalan perempuan dan perlindungan<br />
anak?<br />
Tidak secara langsung, tapi mungkin karena<br />
saya berlatar belakang guru, yang biasanya<br />
ada naluri edukatifnya. Saya sudah membuat<br />
suatu terobosan, sebuah pemberdayaan perempuan<br />
di Papua.<br />
Presiden secara implisit berharap kepakaran<br />
saya bisa menjawab persoalan perempuan dan<br />
anak. Saya agak shock. Setelah ditunjuk, saya<br />
mau tidak mau menerima jabatan ini dan saya<br />
harus percaya diri. Ini merupakan tantangan<br />
bagi saya.<br />
Secara umum, bagaimana Anda melihat<br />
kondisi perlindungan perempuan Indonesia?<br />
Di negara kita, yang masih developing<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
harus dikerjakan.<br />
Video<br />
country, memang masih banyak masalah<br />
berhubungan dengan pendidikan dan kesehatan.<br />
Kita masih harus bekerja keras. Angka<br />
kematian ibu masih tinggi. Pendidikan sudah<br />
relatif maju tapi pemerataannya yang relatif<br />
masih perlu diperhatikan. Karena secara<br />
geografis sangat luas. Masih banyak yang<br />
Peta kekerasan terhadap perempuan?<br />
Saya belum lihat semua daerah. Saya baru<br />
melihat Indonesia timur, terutama Papua dan<br />
Maluku. Isu utama di sana adalah kekerasan<br />
dalam rumah tangga. Asumsi saya itu berangkat<br />
dari adat istiadat yang begitu keras. Ini masih<br />
harus dikaji lagi lewat beberapa penelitian,<br />
apakah betul KDRT (kekerasan dalam rumah<br />
tangga) itu karena budaya.<br />
Di Papua ada sekitar 250 budaya yang masing-masing<br />
tradisi melihat perempuan dan<br />
anak berbeda. Agama di sana, yakni Kristen,<br />
menyebutkan istri harus tunduk kepada<br />
suami.<br />
Di daerah Pegunungan Jayawijaya, perempuan<br />
suku Dani punya bakat berdagang. Mereka<br />
berjualan di pasar sambil merajut noken.<br />
Uangnya dipakai untuk biaya sekolah atau<br />
kuliah anak-anak. Begitu juga suku di pantai.<br />
Suami hanya di rumah, istri yang mencari duit.<br />
Sejauh mana peran aparat penegak hu-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
Angka kekerasan tiap tahun semakin naik<br />
karena undang-undang ini semakin terlihat.<br />
Masyarakat sudah semakin sadar ada undangundang,<br />
makanya laporan naik terus. Cuma,<br />
ya, pihak kepolisian harus kita dekati juga agar<br />
mau melayani korban. Jangan ada diskriminasi.<br />
Saya sudah pikir-pikir suatu saat nanti akan<br />
ada penghargaan kepada polisi yang melayani<br />
dengan baik.<br />
Agama dan<br />
adat di Papua<br />
menyebutkan istri<br />
harus tunduk<br />
kepada suami.<br />
kum dalam menangani kekerasan itu?<br />
Sudah ada unit-unit pengaduan terpadu di<br />
semua provinsi. Sudah berjalan tapi saya lihat<br />
belum optimal. Undang-undang tentang kekerasan<br />
terhadap perempuan sudah ada. Tinggal<br />
bagaimana kami sosialisasikan. Itu tugas kami<br />
dari Kementerian.<br />
Laporan kekerasan terhadap anak juga<br />
meningkat?<br />
Saya melihat perkembangan teknologi, di<br />
mana-mana penggunaan HP, Internet, membawa<br />
pikiran mereka keluar dari pendidikan<br />
yang diinginkan oleh orang tua dan negara ini.<br />
Sudah banyak keluhan. Situs-situs yang mereka<br />
buka seperti pornografi. Kita punya tugas<br />
merevisi aturan sesuai dengan perkembangan<br />
kasus-kasus yang terjadi.<br />
Anak-anak ini juga banyak mengalami kekerasan<br />
karena banyak pernikahan usia dini. Menikah<br />
terlalu muda, punya anak, akhirnya tidak<br />
diperhatikan. Jadi korban trafficking atau pergi<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
Bersama anggota DPR, KH<br />
Maman (mengenakan ikat<br />
kepala), dan peserta pawai<br />
Bhinneka Tunggal Ika di<br />
Bundaran Hotel Indonesia, 16<br />
November 2014.<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
ke luar negeri secara ilegal. Jadi complicated.<br />
Karena itu Ibu mewacanakan meningkatkan<br />
usia pernikahan?<br />
Undang-undang sementara ini (menyebutkan<br />
batas usia pernikahan) 16 tahun. Kami<br />
mau naikkan jadi 18 tahun. Tetapi secara internasional<br />
usia pernikahan itu 22 tahun. Kalau<br />
batas usia pernikahan bisa naik, kita sudah<br />
selamatkan anak-anak kita. Karena, di masa<br />
depan, mereka akan menghadapi daya saing<br />
yang begitu ketat.<br />
Ada pihak yang tidak setuju?<br />
Ada kelompok yang menentang itu. Tapi biarlah<br />
waktu yang menjawab. Kita tetap mela-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
kukan advokasi dan pendekatan untuk mengubah<br />
mindset mereka. Ini memang bagian dari<br />
revolusi mental.<br />
Berdialog dengan sejumlah siswa<br />
Taman Kanak-Kanak Xaverius,<br />
Ambon, Maluku, Sabtu (17/1).<br />
IZAAC MULYAWAN/ANTARAFOTO<br />
Dengan dana sedikit,<br />
bagaimana mau tangani<br />
kondisi darurat kekerasan<br />
terhadap perempuan dan<br />
anak?<br />
Kementerian mendapatkan Rp 217 miliar<br />
untuk APBNP 2015. Cukup untuk melaksanakan<br />
program-program perlindungan?<br />
Saat bertemu dengan DPR, saya menyatakan<br />
anggaran kami kurang. Kementerian yang<br />
paling kecil adalah kami. Padahal DPR teriak<br />
kekerasan di sana, kekerasan di sini, atas perempuan<br />
dan anak itu dalam kondisi darurat.<br />
Kalau kondisi darurat begitu dengan dana sedikit,<br />
bagaimana mau tangani kondisi darurat?<br />
Ini hanya untuk advokasi dan koordinasi saja.<br />
Belum implementasinya. Jadi saya minta buat<br />
komitmen untuk bisa meningkatkan anggaran.<br />
Perhitungannya berapa anggaran yang<br />
dibutuhkan?<br />
Kalau kondisi darurat seperti yang dikatakan<br />
DPR kemarin kira-kira dibutuhkan Rp 1-2 triliun<br />
untuk bisa menjawab persoalan itu.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
Mendampingi Presiden<br />
Jokowi mengunjungi<br />
Pelabuhan Kota Sorong di<br />
Papua Barat, 28 Desember<br />
2014.<br />
DOK. KEMENTERIAN PP-PA<br />
Anggaran yang terbatas itu dipakai untuk<br />
apa saja?<br />
Sudah dibagi-bagi. Dana dekonsentrasi yang<br />
diberikan ke provinsi-provinsi sekitar Rp 10 miliar<br />
untuk pemberdayaan perempuan dan Rp<br />
10 miliar untuk perlindungan anak. Lalu untuk<br />
fungsi masing-masing deputi.<br />
Soal kebijakan afirmasi untuk keterwakilan<br />
perempuan masih diperlukan?<br />
Ini salah satu bagian dari program kami.<br />
Fokusnya untuk pembangunan kapasitas,<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
termasuk untuk menyiapkan calon-calon perempuan<br />
masuk legislatif dan eksekutif. Untuk<br />
legislatif ketentuannya 30 persen, tapi hasil<br />
Pemilu 2014 justru cuma 17 persen, di provinsi<br />
16 persen, di kabupaten dan kota sekitar 10<br />
persen. Syukur, Presiden memilih 8 perempuan<br />
sebagai menteri. Itu sudah 23 persen dan<br />
menurut saya masih kurang.<br />
Berdialog dengan pedagang<br />
ikan asap setelah<br />
meresmikan Pasar Oleh-oleh<br />
Ikan Khas Ambon di kawasan<br />
Galala, Ambon, Maluku,<br />
Jumat (16/1).<br />
EMBONG SALAMPESSY/ANTARAFOTO<br />
Laki-laki masih belum<br />
sadar perempuan bisa jadi<br />
pengambil keputusan.<br />
Apa yang menyebabkan masih di bawah<br />
kuota?<br />
Saya pikir karena hambatan budaya masih<br />
kelihatan. Laki-laki belum sadar bahwa perempuan<br />
bisa jadi pengambil keputusan. Di sisi<br />
sosial, kesetaraan dan keadilan gender belum<br />
ada. Kita dalam male dominated society, bahwa<br />
laki-laki memiliki peranan lebih tinggi.<br />
Padahal, secara kualitas, perempuan dan lakilaki<br />
itu sama. Tuhan menciptakan kita sama,<br />
sama-sama berharga di mata Tuhan. Saya pikir<br />
dari Kristen, Islam, dan agama lain pun sama.<br />
Hanya masalah peluang. Kalau kita dikasih<br />
peluang yang sama, saya pikir no problem. ■<br />
PASTI LIBERTI MAPPAPA<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
BIODATA<br />
NAMA: Profesor Dr Yohana Susana<br />
Yembise, Dip Apling, MA<br />
TEMPAT/TANGGAL LAHIR: Manokwari, 1<br />
Oktober 1958<br />
RIWAYAT PENDIDIKAN<br />
• PhD dari School of Language and Australia<br />
Media, University of Newcastle,<br />
New South Wales, 2007<br />
• MA dari Fakultas Pendidikan, Simon<br />
Canada Fraser University, British Columbia,<br />
1994<br />
• Diploma TEFL dari Regional English<br />
Language Centre, SEAMEO Singapura,<br />
1992<br />
• Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris di<br />
Universitas Cenderawasih, 1985<br />
• SMA Negeri Persiapan Nabire, Papua,<br />
1979<br />
• SMP Negeri 1 Nabire, Papua, 1974<br />
• SD Padang Bulan Jayapura, Papua,<br />
1971<br />
KARIER<br />
• Guru besar pendidikan bahasa Inggris<br />
di Universitas Cenderawasih<br />
• Wakil Ketua Papua Research Institute<br />
di Jayapura, Papua<br />
• Kepala English Language Centre,<br />
Universitas Cenderawasih<br />
• Anggota Joint Selection Team<br />
Australian Development Scholarship,<br />
2011<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
SETELAH SYIAH HOUTHI<br />
GUSUR HADI<br />
“KAMI TAK INGIN MENJADI BAGIAN DARI PERISTIWA YANG TENGAH<br />
TERJADI MAUPUN YANG AKAN TERJADI.”<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI -- 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Pengikut Syiah Houthi<br />
memakamkan kerabat<br />
mereka yang diduga tewas<br />
dibunuh milisi Al-Qaidah di<br />
Yaman (AQAP), Desember<br />
2014 .<br />
KHALED ABDULLAH/REUTERS<br />
jelas sebuah kudeta,” Ahmed al-<br />
Fatesh, petugas keamanan di satu<br />
“INI<br />
hotel di Sanaa, Yaman, tak ragu menyimpulkan.<br />
Setelah berhari-hari dikurung<br />
milisi Houthi di istananya, tak disangka,<br />
Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi dan<br />
Perdana Menteri Khaled Bahah melayangkan<br />
surat pengunduran diri kepada Ketua Parlemen<br />
Yaman, Kamis pekan lalu.<br />
“Saya minta maaf secara pribadi kepada<br />
Anda dan anggota parlemen serta rakyat Yaman<br />
setelah kami menemui jalan buntu.... Kami<br />
telah gagal mencapai tujuan, dan hal itu menyakitkan<br />
dan mengecewakan kami,” Presiden<br />
Hadi menulis dalam surat pengunduran dirinya.<br />
Dia tak tegas menulis bahwa tekanan dari<br />
milisi Houthi yang memaksanya turun dari<br />
kursi presiden. Namun Sultan al-Atwani, penasihat<br />
Presiden Hadi, mengungkapkan bahwa<br />
tekanan dari milisi Syiah Zaidiyah itulah yang<br />
memaksa bosnya memutuskan mundur. “Kami<br />
tak ingin menjadi bagian dari peristiwa yang<br />
tengah terjadi maupun yang akan terjadi,” Perdana<br />
Menteri Khaled Bahah menulis di laman<br />
Facebook.<br />
Setelah berhari-hari terlibat baku tembak<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
KAMI TELAH GAGAL<br />
MENCAPAI TUJUAN, DAN<br />
HAL ITU MENYAKITKAN DAN<br />
MENGECEWAKAN KAMI.”<br />
melawan pasukan pengawal presiden, milisi<br />
Houthi berhasil menekuk tentara pemerintah<br />
dan mengurung Istana Presiden Yaman pekan<br />
lalu. Mereka juga menyekap Kepala Staf Kepresidenan<br />
Ahmed Awad bin Mubarak. Awad<br />
ditangkap milisi Houthi saat dalam perjalanan<br />
mengantarkan rancangan amendemen konstitusi<br />
ke Otoritas Nasional Pengawas Penerapan<br />
Hasil Konferensi Debat Nasional (NDC).<br />
Menurut juru bicara milisi<br />
Houthi, rancangan amendemen<br />
konstitusi itu bertentangan<br />
dengan kesepakatan<br />
NDC dan kesepakatan perdamaian<br />
beberapa bulan lalu.<br />
Milisi Houthi menuding ada<br />
sejumlah anggota Otoritas<br />
Nasional yang mencoba menelikung<br />
mereka.<br />
Lewat siaran di stasiun<br />
televisi Al-Massira, pemimpin<br />
laskar Houthi, Abdul Malik al-Houthi, menuding<br />
Presiden Hadi sengaja memperlambat<br />
penerapan hasil kesepakatan perdamaian.<br />
Satu lagi “dosa” Presiden Hadi, menurut Abdul<br />
Malik, adalah memberikan bantuan kepada<br />
Al-Qaidah, kelompok lawan utama Houthi di<br />
Yaman. “Jika pemerintah tak memenuhi tuntutan<br />
kami, kami tak ragu bertindak lebih keras,”<br />
Abdul Malik mengancam.<br />
Di bawah tekanan dan kurungan milisi Houthi,<br />
Presiden Hadi mengabulkan empat tuntutan<br />
Abdul Malik dan teman-temannya Rabu pekan<br />
lalu. Empat tuntutan itu antara lain mengubah<br />
rancangan konstitusi, menerapkan hasil kesepakatan<br />
perdamaian, dan segera memulihkan<br />
keamanan di Marib.<br />
Entah apa yang membuat Presiden Hadi berubah<br />
pikiran, sehari setelah memenuhi tuntutan<br />
milisi Houthi, dia malah mengundurkan diri.<br />
Menjadi Presiden Yaman setelah Ali Abdullah<br />
Saleh menyerahkan kursi kepadanya pada<br />
2012—kala itu Hadi merupakan Wakil Presiden<br />
Ya man—Hadi merasa mantan bosnya itu tak<br />
pernah sungguh-sungguh menyokongnya.<br />
Empat bulan lalu, kala milisi Houthi dengan<br />
gampang menembus pertahanan prajurit<br />
pemerintah di Ibu Kota Sanaa, Hadi curiga,<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Milisi Syiah Houthi<br />
bersiaga di Kota<br />
Sanaa, Senin (5/1).<br />
KHALED ABDULLAH/REUTERS<br />
Ali Abdullah, yang berkuasa bertahun-tahun<br />
di Yaman, turut “bermain”. “Ada konspirasi<br />
terencana,” kata Presiden Hadi kepada para<br />
pembantunya kala itu.<br />
Mundurnya Presiden Hadi membuat situasi<br />
di Sanaa sulit diramal. Abu al-Malik Yusuf al-Fishi,<br />
salah satu pemimpin Houthi, mengusulkan<br />
supaya dibentuk Dewan Kepresidenan yang<br />
beranggotakan semua kelompok di Yaman.<br />
Namun Abdul Malik al-Ejri, pemimpin Houthi<br />
lain, mengatakan usulan itu bukanlah sikap<br />
resmi mereka. “Kami belum mengambil posisi<br />
dalam kasus Presiden Hadi,” kata Abdul Malik.<br />
Di sejumlah wilayah di selatan Yaman, beberapa<br />
tetua suku sudah angkat senjata melawan<br />
milisi Houthi.<br />
●●●<br />
Adalah jenggot yang membuat Waddah al-<br />
Hitari terbunuh awal Desember lalu. Milisi<br />
Houthi menembak mati Al-Hitari karena dia<br />
menyangka Al-Hitari sebagai anggota Al-Qaidah<br />
di Yaman. Padahal tak ada urusan antara<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Al-Hitari dan Al-Qaidah.<br />
Dia bukan teroris, melainkan seorang dokter.<br />
“Mereka bilang dia mirip teroris. Padahal kami<br />
sudah katakan bahwa dia seorang dokter,” kata<br />
Mustafa al-Nadish, teman dekat Waddah al-Hitari.<br />
Mengaku salah memilih sasaran, anggota<br />
milisi Houthi menemui keluarga Al-Hitari dan<br />
merundingkan “uang pengganti”.<br />
Sejak menyerbu Kota Sanaa pada September<br />
tahun lalu, milisi Houthi menjadi penguasa<br />
TEHERAN INGIN ADA<br />
KELOMPOK SYIAH YANG KUAT<br />
DI SINI, MAKANYA KAMI ADA DI<br />
YAMAN.”<br />
baru di ibu kota<br />
Yaman itu. Milisi<br />
Houthi yang disokong<br />
komunitas<br />
Syiah Zaidiyah itu<br />
tak cuma merebut<br />
kendali Ibu Kota Sanaa, mereka juga berkuasa<br />
di sejumlah wilayah utara Yaman. Milisi Houthi<br />
yang dipimpin oleh Abdul Malik al-Houthi memang<br />
belum mengambil kekuasaan di Yaman,<br />
tapi siapa yang berkuasa di Sanaa bisa dilihat<br />
buktinya di jalan-jalan kota itu.<br />
Pos pemeriksaan milisi Houthi dan mobilmobil<br />
dengan poster bertulisan “Mati untuk<br />
Amerika, Kematian untuk Israel” bertebaran di<br />
seluruh kota. Setiap warga yang melintas harus<br />
melewati pemeriksaan mereka. Di Bandara<br />
Internasional Sanaa, semua botol minuman<br />
beralkohol yang dibawa penumpang dibuang<br />
oleh milisi Houthi karena hal itu diharamkan<br />
oleh Islam.<br />
“Ini sebuah penghinaan,” ujar Al-Qudsi, warga<br />
Sanaa, menunjuk pada pos pemeriksaan milisi<br />
Houthi. Bukan cuma ketatnya pemeriksaan<br />
yang membuat sebagian warga Kota Sanaa<br />
jengkel dengan milisi Houthi. Berkuasanya<br />
milisi yang disokong komunitas Syiah Zaidiyah<br />
terang sulit diterima warga muslim Sunni.<br />
Apalagi milisi Syiah itu terang-terangan menunjukkan<br />
kehadiran mereka. Sebagian kubah<br />
masjid di Sanaa dicat warna hijau oleh milisi<br />
Houthi. Misalnya Masjid Qubbat al-Mutawakkil.<br />
Sudah bertahun-tahun Abdul Salam Muhammad<br />
tinggal tak jauh dari Masjid Qubbat<br />
dan selalu beribadah di masjid itu.<br />
“Tapi, setelah mereka mengecat hijau kubah<br />
Masjid Qubbat, aku berpindah salat ke masjid<br />
lain,” kata Abdul Salam. “Aku bukan seorang<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Kendaraan lapis baja<br />
milik milisi Syiah<br />
Houthi di jalan menuju<br />
Istana Kepresidenan<br />
Yaman di Sanaa, Senin<br />
(19/1).<br />
KHALED ABDULLAH/REUTERS<br />
Houthi dan aku tak tahu mengapa mereka<br />
mengecat hijau Masjid Qubbat. Masjid adalah<br />
tempat ibadah, tak semestinya menjadi arena<br />
politik.”<br />
Walaupun tak terang-terangan merebut<br />
kekuasaan, milisi Houthi juga mulai menancapkan<br />
kukunya di sejumlah kantor pemerintah.<br />
Seorang pejabat Kementerian Pertahanan<br />
mengatakan milisi Houthi menempatkan<br />
sejumlah orangnya di beberapa direktorat<br />
strategis. “Mereka juga menempatkan orang<br />
di Kementerian Keuangan untuk mengawasi<br />
semua pengeluaran pemerintah. Jika dia curiga<br />
ada cek yang tak beres, dia tak ragu menyobek<br />
dan membuangnya ke tempat sampah.”<br />
Bermula dari perkumpulan pelajar Believing<br />
Youth, yang dipelopori oleh Hussein al-Houthi<br />
pada 1992, kelompok itu menjadi gerakan<br />
perlawanan melawan pemerintahan Presiden<br />
Yaman Ali Abdullah Saleh yang mereka anggap<br />
korup. Presiden Ali Abdullah sempat mengajak<br />
Hussein bertemu, tapi undangan itu ditolak<br />
mentah-mentah. Sebagai balasannya, Presiden<br />
Ali Abdullah mengirimkan ribuan prajuritnya<br />
untuk menumpas gerakan Houthi. Setelah<br />
Hussein tewas dibunuh pasukan pemerintah,<br />
sang adik, Abdul Malik, mengambil alih pimpinan<br />
milisi Houthi.<br />
Begitu cepatnya taring milisi Houthi tumbuh<br />
membuat para analis menduga ada tangan<br />
Iran, negara Syiah tetangga Yaman, di balik<br />
milisi Houthi. “Sebelum menyerbu Sanaa, Iran<br />
sudah mengapalkan senjata dan menyetor<br />
uang kepada mereka,” kata pejabat dinas intelijen<br />
Yaman.<br />
Sumber intelijen lain mengatakan ratusan milisi<br />
Houthi dikirim ke Libanon untuk mengikuti latih-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Milisi Syiah Houthi<br />
berpatroli di Kota<br />
Sanaa setelah<br />
mereka menguasai<br />
Istana Kepresidenan<br />
Yaman, Rabu (21/1).<br />
KHALED ABDULLAH/REUTERS<br />
an militer bersama Hizbullah, sekutu Iran di sana.<br />
“Latihan itu sudah berjalan bertahun-tahun,”<br />
katanya. Lewat Hizbullah pula sebagian uang dari<br />
Teheran itu mengalir ke pemimpin Houthi.<br />
Salah al-Sammad, salah seorang pemimpin<br />
Houthi, menepis tudingan bahwa mereka<br />
semakin kuat karena sokongan Teheran. Tapi<br />
lain pula pernyataan seorang pejabat militer<br />
Iran. Kepada Reuters, dia mengakui ada ratusan<br />
prajurit Garda Revolusi Iran yang<br />
dipinjamkan Teheran sebagai<br />
“konsultan” bagi milisi Houthi.<br />
“Ini semua soal keseimbangan kekuatan di<br />
wilayah ini. Teheran ingin ada kelompok Syiah<br />
yang kuat di sini, makanya kami ada di Yaman,”<br />
kata dia. Bukan rahasia lagi bahwa selama<br />
bertahun-tahun Presiden Ali Abdullah dan para<br />
tetua suku yang berkuasa di Yaman menikmati<br />
gelontoran “duit minyak” dari tetangganya yang<br />
kaya raya di utara, Arab Saudi. Setelah Houthi<br />
menjadi penguasa di Sanaa, pemerintah Arab<br />
tak lagi bersikap dermawan kepada pemerintah<br />
Yaman. ■<br />
SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | BBC | REUTERS | YEMEN TIMES | NYTIMES<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
SAAT YAHUDI<br />
PILIH ALIYAH<br />
“JIKA ADA 100 RIBU YAHUDI<br />
PERGI, PRANCIS TAK LAGI<br />
SEPERTI PRANCIS.”<br />
RONEN ZVULUN/REUTERS<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Seorang perempuan di<br />
Tel Aviv menunjukkan<br />
foto para korban<br />
penembakan di<br />
supermarket Yahudi di<br />
Paris, Minggu (11/1).<br />
BAZ RATNER/REUTERS<br />
FELIX Freoa hanya berjarak beberapa<br />
jengkal dari maut saat Amedy Coulibaly<br />
menebar kematian di Hyper<br />
Cacher, supermarket khusus bahan<br />
makanan halal Yahudi di Paris, tiga pekan lalu.<br />
Lima menit sebelum Amedy datang dan menyandera<br />
sejumlah pengunjung Hyper Cacher,<br />
Felix sempat membeli roti di toko persis di<br />
samping supermarket itu.<br />
“Ini pertama kalinya kami merasakan langsung<br />
serangan anti-Yahudi,” kata Felix. Seperti<br />
halnya anggota komunitas Yahudi lain di<br />
Prancis, Felix merasa takut dan terkejut saat<br />
Mohamed Merah menyerbu dan menembak<br />
mati empat murid dan rabi di sekolah khusus<br />
Yahudi, Ozar Hatorah, di Kota Toulouse pada<br />
19 Maret 2012.<br />
“Kami melihat korban serangan di Toulouse<br />
di layar televisi.... Tapi kali ini benar-benar nyata,<br />
ada di depan mata,” kata Felix. “Aku khawatir<br />
atas nasib anak-anakku.” Keempat anaknya se-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
mua bersekolah di sekolah khusus keturunan<br />
Yahudi.<br />
Felix dan keluarganya merasa semakin tak<br />
aman tinggal di Prancis. Dia tak yakin kondisi<br />
keamanan akan membaik, terutama bagi komunitas<br />
Yahudi. “Dalam beberapa hari, situasi<br />
akan kembali seolah-olah tak terjadi apa-apa,<br />
dan dalam beberapa bulan, kami akan kembali<br />
dipanggil sebagai Yahudi yang menjijikkan.”<br />
Sebenarnya mereka sudah lama berniat<br />
DI SEJUMLAH NEGARA EROPA, MAYORITAS<br />
KOMUNITAS YAHUDI MERASA TAK LAGI<br />
PUNYA MASA DEPAN.”<br />
aliyah, berimigrasi ke Israel. Namun, setiap kali<br />
hubungan antara Israel dan negara-negara<br />
tetangganya memburuk, dia mengurungkan<br />
niat. Yang bikin susah Felix, panasnya situasi<br />
politik di Israel kadang merambat jauh hingga<br />
ke Paris. Pertengahan tahun lalu, saat Israel<br />
membombardir Jalur Gaza, sebagian muslim<br />
di Paris turun ke jalan dan meneriakkan “Mati<br />
bagi Yahudi.”<br />
“Saat aku keluar membeli rokok, aku merasakan<br />
ketegangan dengan komunitas muslim,”<br />
kata Felix. Rencananya, paling telat April ini,<br />
keluarga Felix siap mengemas barang-barang<br />
mereka dan terbang ke Israel. Tapi serangan<br />
brutal Amedy Coulibaly ke Hyper Cacher<br />
membuat Felix berubah pikiran. Keluarganya<br />
ingin segera angkat kaki dari Paris. “Siang sehari<br />
setelah serangan itu, kami mendaftarkan<br />
diri untuk berangkat ke Israel bulan depan.”<br />
Felix sudah membeli rumah tepi pantai di<br />
Agamim, tak jauh dari Netanya, Israel. Dia<br />
yakin keempat anaknya bakal suka tinggal di<br />
sana. “Kami sudah bilang rasanya akan seperti<br />
tengah berlibur,” kata Felix. Dia juga yakin bisa<br />
bertahan hidup di sana, apalagi harga barang<br />
di Israel lebih murah ketimbang harga di Paris.<br />
“Asalkan ada komputer dan telepon, aku bisa<br />
bekerja di mana saja.... Aku tahu berat hidup di<br />
Israel, tapi tak jadi masalah selama anak-anakku<br />
senang.”<br />
lll<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Perdana Menteri Israel<br />
Benjamin Netanyahu<br />
berpidato menjelang<br />
pemakaman empat<br />
keturunan Yahudi<br />
korban penembakan di<br />
Paris, Selasa (13/1).<br />
JIM HOLLANDER/REUTERS<br />
Eropa sepertinya bukan lagi rumah yang<br />
aman bagi sebagian Yahudi. Kota Sarcelles di<br />
pinggiran Kota Paris sering dijuluki Little Jerusalem.<br />
Sebab, di Sarcelles, tinggal komunitas<br />
terbesar Yahudi di Prancis, bahkan mungkin di<br />
Eropa.<br />
Ketika situasi di Gaza semakin panas, kondisi<br />
di Little Jerusalem juga turut memanas. Pada<br />
pertengahan Juli lalu, ratusan orang pro-Palestina<br />
menggeruduk komunitas Yahudi di Sarcelles.<br />
“Mati bagi Yahudi, potong leher Yahudi,”<br />
teriak mereka.<br />
Mereka mengumbar kemarahan dengan<br />
memecahkan kaca-kaca dan membakar sejumlah<br />
toko. Saat hendak menghanguskan<br />
sejumlah sinagoge, mereka dihadang barisan<br />
pemuda Ligue de Defense Juive alias Liga Pertahanan<br />
Yahudi. Bersenjatakan tongkat dan<br />
helm, pemuda-pemuda Yahudi itu melawan<br />
massa pro-Palestina.<br />
“Jika bukan karena anak-anak itu, seluruh<br />
komunitas ini mungkin sudah hangus terbakar<br />
dan menjadi neraka,” kata Fortunee Fitoussi,<br />
kasir di toko roti Boulangerie Nathanya. Warga<br />
Yahudi di Sarcelles ketakutan. “Kami menyebut<br />
kota kami Little Jerusalem karena kami merasa<br />
berada di rumah,” ujar Laetitia. Sudah bertahun-tahun<br />
dia tinggal di Sarcelles. “Sekarang<br />
kami sangat kaget... sangat... sangat kaget.”<br />
Merasa tak aman, komunitas Yahudi punya<br />
dua pilihan: menyembunyikan diri atau angkat<br />
kaki. Seorang ibu Yahudi di Paris meminta anak<br />
perempuannya menyembunyikan simbol bintang<br />
Daud di bajunya. Dia juga meminta anak<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
laki-lakinya tak lagi memakai penutup kepala<br />
yarmulke.<br />
Wakil Presiden Komisi Eropa Frans Timmermans<br />
memperingatkan kemungkinan eksodus<br />
besar-besaran Yahudi dari Eropa gara-gara<br />
meluasnya sentimen anti-Yahudi. “Di sejumlah<br />
negara Eropa, mayoritas komunitas Yahudi<br />
merasa tak lagi punya masa depan di benua<br />
ini,” kata Timmermans pekan lalu.<br />
Angka yang tercatat di Jewish Agency<br />
REPUBLIK PRANCIS BAKAL DINILAI SEBAGAI<br />
NEGARA YANG GAGAL.”<br />
menunjukkan jumlah keturunan Yahudi di Prancis<br />
yang aliyah tahun lalu sekitar 6.600 orang,<br />
melompat dua kali lipat dibanding 2013. Tahun<br />
ini, Daniel Benhaim, Direktur Jewish Agency,<br />
meramal jumlah Yahudi di Prancis yang berimigrasi<br />
ke Israel akan menembus angka 10 ribu<br />
orang atau sekitar 2 persen dari total populasi<br />
Yahudi di negara itu. “Biasanya kami menerima<br />
sekitar 150 permohonan aliyah per minggu.<br />
Tapi, sejak serangan di Paris, ada lebih dari<br />
2.000 permintaan aliyah setiap minggu,” kata<br />
Daniel.<br />
Rabi Abraham Toledano, pemimpin sinagoge<br />
di pinggiran Paris, sudah 40 tahun tinggal di<br />
Prancis. Tapi penembakan anak sekolah di Toulouse<br />
dan kasus Amedy Coulibaly membuat<br />
keinginan Rabi Toledano tinggal lebih lama di<br />
Prancis semakin tipis. “Sangat menyedihkan….<br />
Aku sudah 40 tahun tinggal di sini, tapi sekarang<br />
aku pikir saatnya pergi dari Prancis,” kata<br />
Rabi Toledano.<br />
Yohan Cohen, salah satu sandera Amedy<br />
Coulibaly yang berhasil selamat, tak berpikir<br />
lama untuk mengepak koper dan sayonara untuk<br />
Paris. “Kami tak ingin menunggu lebih lama<br />
di sini untuk mati,” kata Yohan dua pekan lalu.<br />
Tak semua Yahudi di Prancis punya pikiran<br />
sama dengan Felix Freoa, Yohan Cohen, maupun<br />
Rabi Toledano. Masih ada keturunan Yahudi<br />
di Prancis yang memilih bertahan di sana.<br />
David Gombin memang memilih meninggalkan<br />
Kota Marseille dan terbang ke Israel, tapi<br />
orang tuanya tak berminat untuk ikut aliyah.<br />
“Mereka tak bisa bercakap bahasa Ibrani dan<br />
punya pekerjaan bagus di sana. Dan di sini tak<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Ribuan orang<br />
menghadiri<br />
pemakaman Yohan<br />
Cohen, Yoav Hattab,<br />
Philippe Braham, dan<br />
Francois-Michel Saada,<br />
di Yerusalem, Selasa<br />
(13/1). Mereka menjadi<br />
korban penembakan di<br />
Paris tiga pekan lalu<br />
AMMAR AWAD/REUTERS<br />
semuanya serbagampang dan menjanjikan,”<br />
kata Gombin.<br />
Menyaksikan sebagian warganya memilih<br />
pergi, Perdana Menteri Prancis Manuel Valls<br />
menjanjikan akan menjamin keamanan setiap<br />
tempat ibadah dan sekolah Yahudi, juga agama-agama<br />
lain. Ribuan polisi dikerahkan untuk<br />
menjaga sinagoge dan sekolah-sekolah Yahudi.<br />
“Jika 100 ribu keturunan Spanyol di Prancis<br />
memilih kembali ke Spanyol, aku tak akan<br />
mengatakan Prancis tak lagi seperti Prancis.<br />
Tapi, jika ada 100 ribu Yahudi pergi, Prancis tak<br />
lagi seperti Prancis. Republik Prancis bakal dinilai<br />
sebagai negara yang gagal,” kata Perdana<br />
Menteri Valls. n<br />
SAPTO PRADITYO | REUTERS | GUARDIAN | BBC | IBTIMES | GLOBE&MAIL<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK 29 DETIK DESEMBER 26 JANUARI 2014 - 1 - 4 FEBRUARI JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
POLISI DISERANG,<br />
POLISI DISAYANG<br />
“KAMI SEMUA BERSAUDARA DALAM TUGAS.... KAMI SEMUA<br />
BERDARAH BIRU, DARAH POLISI.”<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Sejumlah aktivis<br />
mengusung protes<br />
melawan kebrutalan polisi<br />
di Terminal Grand Central,<br />
New York, Senin (19/1).<br />
ADREES LATIF/REUTERS<br />
TUMBUH besar di daerah itu, penyanyi<br />
rap kondang Jay-Z punya istilah<br />
untuk mendeskripsikan seperti apa<br />
lingkungan Marcy House di Brooklyn,<br />
New York. Marcy House, menurut Jay-Z,<br />
“hanya berjarak satu blok dari neraka”. Jay-Z<br />
barangkali sedikit berlebihan tapi, yang terang,<br />
Marcy House memang bukan “surga” di New<br />
York.<br />
Puluhan rumah susun enam lantai yang berderet-deret<br />
tersebut dihuni oleh sekitar 4.300<br />
orang. Hampir semuanya keturunan Hispanik<br />
dan kulit hitam serta miskin. Segala jenis kejahatan,<br />
mulai pencurian kecil-kecilan hingga<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
THEY TAKE 1 OF OURS....<br />
LET’S TAKE 2 OF<br />
THEIRS.”<br />
perampokan, pembunuhan, dan perdagangan<br />
narkoba, ada semua di Marcy House.<br />
Selama bertahun-tahun, untuk memangkas<br />
angka kejahatan di distrik itu, kepolisian New<br />
York menempatkan patroli polisi di setiap jengkal<br />
dan sudut Marcy House hampir sepanjang<br />
waktu. Strategi kepolisian New York adalah<br />
mencegah kejahatan besar, dimulai dengan<br />
menangkal kejahatan-kejahatan kecil. Tapi, selama<br />
beberapa pekan<br />
terakhir, petugas polisi<br />
jarang sekali mampir<br />
ke Marcy House.<br />
Tak cuma menghilang<br />
dari jalan-jalan di<br />
Brooklyn, dalam sebulan<br />
terakhir, menurut<br />
catatan di Kepolisian<br />
Sektor Ke-79—wilayah<br />
kerjanya meliputi Marcy House dan sekitarnya—tak<br />
ada berkas perkara yang mereka<br />
limpahkan ke pengadilan. Padahal, pada periode<br />
yang sama setahun lalu, ada 401 berkas<br />
perkara yang dikirim polisi dari Sektor Ke-79 ke<br />
pengadilan.<br />
Ada sebagian penghuni rumah susun Marcy<br />
yang lega karena polisi tak lagi sering singgah<br />
ke permukiman mereka. Semakin jarang polisi<br />
berpatroli, menurut Nisaa, 22 tahun, lebih<br />
bagus bagi komunitas mereka karena semakin<br />
jarang pula mereka mesti berurusan dengan<br />
polisi. “Kondisi itu membuat warga Marcy merasa<br />
lebih nyaman,” ujar Nisaa.<br />
Namun, menurut sebagian penghuni rumah<br />
susun Marcy lainnya, menghilangnya polisi<br />
dari lingkungan mereka sama artinya dengan<br />
hilang pula rasa aman. “Setiap pukul tiga pagi,<br />
aku mengantar suamiku ke tempat kerja. Saat<br />
aku pulang, biasanya polisi sudah ada di sana,<br />
sehingga aku merasa aman,” kata Luz Delia,<br />
34 tahun, sembari menunjuk tempat parkir tak<br />
jauh dari apartemennya.<br />
Di distrik-distrik “gawat” lain di Kota New<br />
York, patroli polisi juga semakin jarang melintas.<br />
Serupa dengan Marcy House, polisi semakin<br />
jarang lewat di Mott Haven, Bronx Selatan.<br />
Seperti rumah susun Marcy, sebagian besar<br />
penghuni Mott Haven, jika bukan keturunan<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
dia tak lagi mengizinkan putrinya keluar dari<br />
apartemen sendirian. Ada apa dengan polisi<br />
New York?<br />
●●●<br />
Ribuan polisi dan warga<br />
New York memberikan<br />
penghormatan kepada<br />
Rafael Ramos sebelum<br />
pemakaman Desember<br />
2014.<br />
MIKE SEGAR/REUTERS<br />
Hispanik, dia adalah keturunan Afrika. Hampir<br />
tak ada keturunan kulit putih di antara 91 ribu<br />
penghuni Mott Haven.<br />
Biasanya Yahaira Quinones, 37 tahun, tak<br />
merasa ada masalah menyuruh putrinya pergi<br />
membeli sesuatu ke toko yang tak jauh dari<br />
apartemennya di Mott Haven. Tapi, beberapa<br />
pekan terakhir, setelah tak tampak patroli polisi,<br />
Pada akhir Desember 2014, Liu Wenjian, 32<br />
tahun, mestinya masih menikmati masa-masa<br />
bulan madu pernikahannya. Dia baru menikah<br />
dengan Pei Xia Chen pada Oktober lalu dan<br />
merayakannya di Restoran Super Lucky Seafood<br />
di Brooklyn.<br />
Seluruh meja di restoran itu penuh oleh undangan.<br />
“Dia punya teman banyak sekali,” kata<br />
Manajer Restoran Super Lucky. Lahir di Tianshan,<br />
Guangdong, Tiongkok, keluarga Wenjian<br />
berimigrasi ke Amerika Serikat saat dia baru<br />
berumur 12 tahun. Sejak muda, Wenjian memang<br />
bercita-cita menjadi polisi.<br />
Bin Fin Liang, 56 tahun, pemilik toko bahan<br />
makanan di Gravesend, Brooklyn, tak jauh dari<br />
rumah Wenjian, masih ingat betul apa jawaban<br />
Wenjian setiap kali pemuda itu pulang dari<br />
Akademi Kepolisian dan ditanya mengapa ingin<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
SUNGGUH TRAGIS SAAT KITA TAK<br />
TERKEJUT LAGI MENYAKSIKAN<br />
TRAGEDI SEPERTI INI.”<br />
menjadi polisi. “Aku tahu polisi merupakan pekerjaan<br />
berbahaya, tapi aku harus melakukannya....<br />
Jika aku tak mau, kamu juga tak mau, lalu<br />
siapa yang akan mengerjakan tugas polisi?”<br />
kata Fin Liang mengutip jawaban Wenjian.<br />
Pada akhir Desember 2014, Wenjian membuktikan<br />
sendiri betapa berbahayanya menjadi<br />
polisi. Saat berpatroli bersama Rafael Ramos,<br />
40 tahun, di persimpangan Myrtle Avenue<br />
dan Tompkins Avenue, tak<br />
disangka muncul Ismaaiyl<br />
Abdullah Brinsley di depan<br />
mobil mereka yang tengah<br />
terparkir di tepi jalan. Tanpa<br />
banyak kata, Ismaaiyl menembakkan pistol<br />
semiotomatis Taurus PT92 ke arah Wenjian dan<br />
Ramos. Dua polisi yang bertugas di Kepolisian<br />
Sektor Ke-84, Brooklyn, itu tewas seketika.<br />
Beberapa jam sebelum menembak dua polisi<br />
dan akhirnya bunuh diri, Ismaaiyl menulis di<br />
akun Instagram miliknya. “They take 1 of ours....<br />
Let's take 2 of theirs.” Dia juga memasang<br />
tanda tagar mengaitkan dengan terbunuhnya<br />
Michael Moore dan Eric Garner beberapa<br />
bulan lalu. Kedua pemuda keturunan Afrika<br />
itu tewas saat berurusan dengan polisi. Polisi<br />
menduga Ismaaiyl menembak mati dua polisi<br />
sebagai pembalasan atas kematian Moore<br />
dan Garner.<br />
Ribuan polisi dari pelbagai kesatuan dari<br />
seluruh Amerika menghadiri pemakaman Rafael<br />
Ramos dan Liu Wenjian, awal Januari lalu.<br />
“Kami semua bersaudara dalam tugas.... Kami<br />
semua berdarah biru, darah polisi,” kata Kapten<br />
Bill Smith dari Kepolisian Cherokee di Negara<br />
Bagian Georgia.<br />
Pemakaman polisi itu juga menjadi ajang<br />
protes polisi kepada Wali Kota New York Bill<br />
de Blasio. Ribuan polisi memunggungi Wali<br />
Kota De Blasio saat memberikan penghormatan<br />
kepada Rafael Ramos. Mereka merasa Wali<br />
Kota De Blasio tak memberikan dukungan saat<br />
polisi dikecam habis-habisan dalam kasus Michael<br />
Moore dan Eric Garner.<br />
Juri pengadilan memutuskan Daniel Pantaleo,<br />
polisi New York, tak bersalah dalam kematian<br />
Eric Garner. “Sungguh tragis saat kita tak<br />
terkejut lagi menyaksikan tragedi seperti ini.<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Seorang perempuan<br />
menyalakan lilin untuk<br />
mengenang kematian<br />
Eric Garner di depan<br />
Kantor Kepolisian<br />
Sektor Ke-120 Kota<br />
New York, Kamis<br />
(15/1).<br />
MIKE SEGAR/REUTERS<br />
Apa yang dilakukan Eric Garner hanyalah kesalahan<br />
kecil. Tak semestinya berakhir seperti<br />
ini.... Sudah terang bahwa kejadian ini bukan<br />
buah dari rasisme selama beberapa dekade,<br />
melainkan rasisme yang sudah berakar selama<br />
berabad-abad,” kata Wali Kota De Blasio awal<br />
Desember 2014.<br />
Komentar Bill de Blasio soal rasisme di balik<br />
kasus Eric Garner rupanya membuat polisipolisi<br />
New York tak enak hati. Mereka tersinggung<br />
berat. “Dia terang sudah memilih untuk<br />
berpihak... dan terang itu bukan di sisi kami,”<br />
ujar seorang polisi New York.<br />
Kecewa terhadap kritik dari Wali Kota De<br />
Blasio, polisi New York mutung. Menurut Komisioner<br />
Kepolisian New York, William Bratton,<br />
sebagian anak buahnya sengaja memperlambat<br />
pekerjaan dan tak menjalankan sebagian<br />
tugas mereka.<br />
Tak puas melihat catatan kerja anak buahnya,<br />
Komisioner Bratton mengancam polisi<br />
New York yang ogah-ogahan bekerja bakal<br />
dipindahtugaskan. “Ancaman seperti ini malah<br />
membuat moral polisi dan hubungan polisi<br />
dengan masyarakat semakin buruk,” Pat Lynch,<br />
Ketua Asosiasi Polisi, mengkritik ancaman Komisioner<br />
Bratton. ■ SAPTO PRADITYO | REUTERS | NYTIMES |<br />
NEW YORKER | WASHINGTONPOST | BOSTON GLOBE<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SANDRA DEWI<br />
PERJUANGAN<br />
CINDERELLA<br />
GANJAR<br />
PRANOWO<br />
BAPAK<br />
TELADAN<br />
SALLY GREIGE<br />
DIKECAM<br />
KARENA<br />
SELFIE<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
PEOPLE<br />
SALLY GREIGE<br />
REUTERS/MISS UNIVERSE ORGANIZATION<br />
ARA-GARA foto<br />
selfie, Miss Libanon,<br />
yang tengah mengikuti<br />
kontes Miss<br />
Universe 2015, dikecam.<br />
Sejumlah penduduk<br />
Libanon bahkan memintanya mundur<br />
dari ajang pencarian perempuan tercantik<br />
itu.<br />
Foto Sally sebenarnya cuma foto selfie<br />
biasa. Masalah muncul karena Sally berfoto<br />
bersama beberapa rekannya sesama peserta<br />
kontes Miss Universe, salah satunya Miss<br />
Israel Doron Matalon.<br />
Sally dianggap tidak peka terhadap perseteruan<br />
yang terjadi antara Libanon dan Israel,<br />
yang terjadi sejak 2006. Di negaranya,<br />
warga yang ketahuan berhubungan dengan<br />
Israel akan dipenjara.<br />
Tentu saja Sally membela diri. Melalui<br />
akun Facebook-nya, Sally menyebutkan<br />
bahwa foto selfie bersama Doron terjadi<br />
karena “insiden”, bukan disengaja.<br />
Awalnya, Sally hanya mengajak Miss Jepang<br />
Tsuji dan Miss Slovenia Urska Bracko<br />
untuk berfoto. “Tapi tiba-tiba Miss Israel<br />
masuk dan melakukan selfie, lalu memajangnya<br />
di media sosial,” ujarnya.<br />
Namun pernyataan itu dibantah Doron.<br />
Menurut dia, foto tersebut disadari oleh<br />
semua orang yang berada di dalam foto<br />
tersebut. “Itu bukan foto kejutan,” ujarnya.<br />
Hmm, jadi siapa yang benar, ya? n<br />
MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
PEOPLE<br />
SANDRA DEWI<br />
ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA<br />
EPERTI banyak anak perempuan<br />
lain, Sandra Dewi kecil bermimpi<br />
menjadi seorang putri. Bahkan,<br />
hingga dewasa, artis berambut<br />
panjang ini masih menyimpan mimpinya.<br />
Perempuan kelahiran 8 Agustus 1983 ini terus berusaha<br />
mewujudkan mimpinya. Tentu saja bukan menjadi<br />
putri kerajaan sesungguhnya, ya.<br />
Empat tahun lalu, Sandra ternyata mengikuti casting<br />
untuk menjadi salah satu putri Disney yang paling<br />
terkenal, Cinderella.<br />
“Gagal terus, tapi akhirnya sekarang aku terpilih. Ini<br />
perlu kerja keras,” ujar pemilik nama lengkap Monica<br />
Nicholle Sandra Dewi Gunawan Basri ini.<br />
Sandra menjadi salah satu dari 12 artis di empat<br />
negara di Asia Tenggara yang menjadi model kalender<br />
The Walt Disney. Gadis berwajah oriental itu menjadi<br />
satu-satunya wakil Indonesia.<br />
Pemotretan itu dilakukan oleh fotografer asal Thailand,<br />
Michael Chevas. “Ini mimpi banget, senang banget<br />
kerja sama dengan yang aku suka,” ujar Sandra. n<br />
MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
PEOPLE<br />
GANJAR<br />
PRANOWO<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
APAK mana yang tak bangga<br />
dan bahagia melihat anaknya<br />
berprestasi. Begitu juga<br />
dengan Gubernur Jawa Tengah<br />
Ganjar Pranowo.<br />
Muhammad Zinedine Alam Ganjar<br />
menjadi salah satu dari lima siswa SMP asal Semarang<br />
yang berhasil meraih emas di ajang 6 th ASEAN+3 Teacher<br />
Workshop & Student Science Camp di Changwon<br />
City.<br />
Dalam ajang itu, Alam mengusung konsep rumah<br />
ramah lingkungan dan hemat energi. “Anakku pintere<br />
niru aku, tapi bapakke keset pol (anakku pintar meniru<br />
saya, tapi bapaknya sangat malas),” ujar Ganjar<br />
bercanda.<br />
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Alam memang<br />
sering mengikuti lomba-lomba semacam ini. Ganjar<br />
bersyukur memiliki anak yang cerdas dan berprestasi.<br />
Karena itu, di sela-sela kesibukannya menjalankan<br />
tugas sebagai gubernur, Ganjar selalu menyempatkan<br />
diri “mengurus” putra semata wayangnya itu. Termasuk<br />
mengikuti kegiatan wali murid di sekolah anaknya.<br />
Wah, senangnya Alam. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
PAMERAN<br />
PELUKIS BELANDA INI MENYODORKAN JAKARTA DARI<br />
SUDUT PANDANGNYA. JAKARTA YANG HANGAT, LEMBAP,<br />
DAN “MANIS”.<br />
FOTO: SILVIA/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
PAMERAN<br />
Utrecht, Drift<br />
LITHOGRAPH<br />
ELIHAT bajaj,<br />
bagi warga Jakarta<br />
yang tiap<br />
hari melihat<br />
jenis kendaraan<br />
ini, jadi tak beda<br />
dengan melihat<br />
tiang listrik atau<br />
lampu pengatur lalu lintas. Warna merah dan<br />
cara beloknya yang sering kali bikin kaget<br />
orang di belakangnya itu sudah jadi bagian<br />
dari jalanan dan keseharian, tak ada yang istimewa.<br />
Namun, bagi Jeroen Hermkens, warga<br />
negara Belanda, kerumunan bajaj di luar Stasiun<br />
Gondangdia, Jakarta Pusat, merupakan<br />
pemandangan menarik. Apalagi saat itu hujan<br />
lebat, air got meluap, dan orang berlalu<br />
lalang dengan payung terkembang.<br />
Maka dia buat sketsa untuk kemudian dibuat<br />
litografi (mencetak di atas bidang halus)<br />
Bajaj serta lukisan Bajaj I dan Bajaj II. Dari<br />
tiga karya pada 2014 itu, kita dapat menangkap<br />
nuansa lain dari kendaraan beroda tiga<br />
ini di belantara kota yang biasa diidentikkan<br />
dengan panas, macet, dan berpolusi.<br />
Mengambil tajuk “Love for the City”, lukisan<br />
dan litografi Jeroen Hermkens dipamerkan<br />
di Erasmus Huis, Jakarta, pada 17-20<br />
Januari 2015. Sebagian besar tentang Jakarta,<br />
Bandung, Bogor, dan beberapa tentang kotakota<br />
di Belanda. Seniman yang dikenal deng-<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
PAMERAN<br />
Hilde<br />
OIL ON CANVAS<br />
an lukisan kota dan lukisan<br />
ekspresionisnya itu menginterpretasikan<br />
sebuah tempat<br />
dengan cara unik, seperti<br />
halnya serial Bajaj.<br />
Beberapa tahun terakhir,<br />
Hermkens membuat rangkaian<br />
litografi dan lukisan tentang<br />
kota-kota di dunia, dari<br />
Tokyo sampai New York, dari<br />
Yaman hingga Norwegia. Dia<br />
juga pernah diminta perusahaan<br />
kapal keruk Belanda,<br />
Van Oord, melukis beragam<br />
aktivitas mereka di seluruh<br />
dunia. Koleksi ini kemudian<br />
dipamerkan di Kunsthal, Rotterdam,<br />
pada 2010.<br />
Hermkens membuat banyak<br />
sketsa dari perjalanannya<br />
ke banyak kota di dunia.<br />
Dia menyusuri jalan, tempat, dan bangunan<br />
yang jadi ciri khas masing-masing kota, serta<br />
menangkap aspek-aspek yang tak terlihat,<br />
seperti aroma kota. Aroma Barcelona beda<br />
dari Roma, lain dengan New York, juga tak<br />
sama dengan “napas” Istanbul.<br />
“Kalau Jakarta hangat, lembap, dan ‘manis’,”<br />
ujar Hermkens dalam pembukaan pameran,<br />
Sabtu, 17 Januari 2015. Dari sana dia membuat<br />
sketsa yang belum pernah dibuat sebelumnya.<br />
Sketsa-sketsa itu kemudian dia bawa ke<br />
studionya di Utrecht, lalu, tanpa mengubah<br />
komposisi, ditambahi warna. Sketsa-sketsanya<br />
berciri khas distorsi, yakni gedunggedungnya<br />
miring, kabel listriknya dominan,<br />
atau tangganya tak berujung, seperti<br />
karyanya berjudul Rotterdam (2009), yang<br />
gedung-gedungnya miring dan satu gedung<br />
utama makin ke atas makin besar.<br />
Dengan menggambar, Hermkens punya<br />
pilihan memperbesar beberapa benda atau<br />
menghilangkan yang lain. Pilihan demikian<br />
tak didapatnya jika menggarap dari foto karena<br />
foto menangkap semua yang ada dalam<br />
bingkai lensa. “Ada mobil, tiang lampu, iklan,<br />
bahkan sampah kaleng. Padahal yang saya<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
PAMERAN<br />
Jakarta, Bajaj 2014<br />
LITHOGRAPH<br />
cari satu yang utama.”<br />
Ini adalah kedatangannya yang kedua ke<br />
Indonesia. Kunjungan pertamanya pada<br />
2014. Saat itu, selama sepekan Hermkens<br />
berkeliling Jakarta menumpang taksi, bajaj,<br />
dan kadang membonceng skuter supaya<br />
lebih cepat sampai. Kota ini meninggalkan<br />
kesan mendalam, karena panas, lalu lintas<br />
yang kacau, dan hujan lebat yang membuatnya<br />
harus berteduh.<br />
Namun dari berteduh itulah lahir serial<br />
Bajaj. Dia menunggu hujan reda di Stasiun<br />
Gondangdia. Dan karena letak stasiun berseberangan<br />
dengan Masjid Cut Meutia, Hermkens<br />
pun membuat sketsa lukisan Masjid<br />
Cut Meutia (2014).<br />
Dari menelusuri Jakarta, Hermkens banyak<br />
menghasilkan lukisan pelabuhan, di antaranya<br />
serial Sunda Kelapa, serial Van Oord,<br />
Kalimantan II, dan Kapuk Naga (2014), semua<br />
dengan pendekatan yang tidak umum.<br />
Sunda Kelapa, menurut dia, adalah salah<br />
satu pelabuhan paling cantik yang pernah<br />
dia lihat. Di sini Hermkens melihat kapal-kapal<br />
barang berukuran besar berbahan kayu<br />
dengan bentuk lengkung natural serta bercat<br />
warna-warna terang, seperti kuning, biru, dan<br />
ungu. Dia pun terpukau oleh kemampuan<br />
kuli panggul yang sigap turun dan naik kapal<br />
hanya lewat sebuah balok panjang, padahal<br />
memanggul berkantong-kantong semen.<br />
Selain gambaran kota, untuk pameran ini,<br />
Hermkens menambahkan lukisan potret<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
PAMERAN<br />
perempuan yang punya akar Indonesia, yakni Elvira,<br />
Hilde, dan Ing Yoe. Hilde adalah asistennya, dilukis<br />
di Belanda tapi diberi latar belakang Sunda Kelapa;<br />
Elvira berdarah separuh Indonesia, separuh Belanda;<br />
dan Ing Yoe keturunan Tionghoa-Surabaya, kini jadi<br />
politikus di Belanda.<br />
Kesan Hermkens tentang Jakarta diperkaya oleh<br />
tatapan ramah penduduknya saat dia tersasar masuk<br />
gang sempit di Pluit (bahkan tersasar sampai masuk<br />
ruang tamu), bus sekolah yang menepi untuk memberinya<br />
tumpangan, orang yang tiba-tiba saja menemaninya<br />
berjalan, atau kanak-kanak yang ingin berfoto<br />
bersama.<br />
Baru kali ini Hermkens memilih peristiwa kehidupan<br />
kota, karena biasanya dia membiarkan cityscape-nya<br />
kosong. “Untuk pertama kali, saya tak bisa menghindari<br />
orang.” ■ SILVIA GALIKANO<br />
Masjid Cut Mutia<br />
OIL ON CANVAS<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI -- 1 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
TETAP<br />
KRIWIL<br />
TETAP<br />
MENGGEMASKAN<br />
TUJUH TAHUN ANNIE HARUS<br />
BERPINDAH-PINDAH PANTI<br />
ASUHAN. SEBUAH NASIB BAIK<br />
MEMPERTEMUKAN BOCAH ITU<br />
DENGAN SEORANG KAYA, CALON<br />
WALI KOTA. APAKAH BERARTI<br />
SELESAI PENANTIANNYA?<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Judul: Annie<br />
Gendre: Comedy | Drama | Family<br />
Sutradara: Will Gluck<br />
Produser: Sony Pictures<br />
Tap untuk melihat Video<br />
Produksi: Sony Pictures<br />
Pemain: Quvenzhané Wallis,<br />
Cameron Diaz, Jamie Foxx,<br />
Rose Byrne<br />
Durai: 1 jam 58 menit<br />
SETIAP Jumat sepulang sekolah,<br />
Annie (Quvenzhané Wallis) duduk<br />
di depan sebuah restoran di sudut<br />
jalan Kota New York hingga restoran<br />
tutup usai jam makan malam. Bocah 10 tahun<br />
itu menunggu di sana kalau-kalau orang tua<br />
kandungnya muncul. Namun, setelah ratusan<br />
Jumat dilalui, dia selalu pulang ke panti asuhan<br />
dengan tangan hampa.<br />
Tujuh tahun lalu dia ditinggalkan di sana bersama<br />
secarik kertas yang berisi pesan untuk<br />
merawat bocah perempuan 3 tahun bernama<br />
Annie. Sejak itu, dia tinggal berpindah-pindah<br />
dari satu panti asuhan ke panti asuhan lain,<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK 23 DETIK MAJALAH - 293 DESEMBER - 9 MARET DETIK 26 2013 2014 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
dan kini tinggal bersama empat anak lain di<br />
panti kecil yang diasuh perempuan lajang<br />
yang pemabuk dan pemarah, Miss Hannigan<br />
(Cameron Diaz).<br />
Di tengah mabuknya, berkali-kali Miss Hannigan<br />
ceritakan kepada anak-anak bahwa 1990-<br />
an adalah masa cemerlangnya. Sebagai penyanyi<br />
amatir, dia hampir diterima bergabung<br />
dengan C+C Music Factory dan pernah nyaris<br />
jadi vokalis sebuah grup terkenal lain. Setelah<br />
semua usahanya gagal jadi penyanyi, dia membuka<br />
panti asuhan dan beroleh pemasukan dari<br />
subsidi pemerintah untuk setiap anak yang dia<br />
tampung.<br />
Sementara itu, di tempat lain di Kota New<br />
York, seorang bos perusahaan telekomunikasi,<br />
Will Stacks (Jamie Foxx), maju dalam pemilihan<br />
Wali Kota New York. Stacks seorang bujangan<br />
yang tinggal sendirian di penthouse mewah.<br />
Menurut hitung-hitungan di atas kertas, dia<br />
bakal susah menjaring suara karena tak dekat<br />
dengan rakyat.<br />
Mengikuti saran penasihat kampanyenya,<br />
Guy (Bobby Cannavale), Stacks mulai terlihat<br />
di jalanan, menyapa masyarakat, dan datang<br />
ke penampungan tunawisma untuk ikut menuangkan<br />
makanan ke baki-baki. Memang angka<br />
calon pemilihnya bertambah, tapi belum bisa<br />
mengalahkan calon wali kota petahana.<br />
Dalam salah satu perjalanan kampanye, mobil<br />
Stacks mogok. Alih-alih menunggu mekanik<br />
datang, dia memilih jalan kaki dan membiarkan<br />
sopirnya bersama Guy yang menunggui mobil.<br />
Di sebuah simpang jalan, dia bertubrukan dengan<br />
Annie yang sedang mengejar dua orang<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Annie versi 1982<br />
adalah favorit anakanak,<br />
ditonton sampai<br />
puluhan kali, dan<br />
seluruh lagu dihafal<br />
tiap katanya.<br />
yang berusaha melempar anjing dengan batu.<br />
Annie jatuh seketika ke jalan, padahal mobil<br />
van tinggal beberapa meter lagi dari tubuhnya.<br />
Bagai gerak refleks para superhero dalam film,<br />
Stacks mengangkat tubuh Annie<br />
dan menyelamatkannya dari gilasan<br />
roda mobil van. Tanpa Stacks sadari,<br />
sejak tadi ada wartawan yang mengikuti,<br />
memotret, dan memfilmkan.<br />
Maka, dalam hitungan menit, foto<br />
aksi kepahlawanan Stacks beredar<br />
di Internet, di Twitter dan Facebook,<br />
di YouTube, serta jadi headline<br />
koran dan tabloid dengan taburan<br />
pujian.<br />
Angka calon pemilih Stacks pun<br />
meroket. Agar tak melewatkan<br />
momentum, Guy menyarankan<br />
Stacks sering-sering berfoto bersama<br />
Annie. Apalagi Annie anak panti asuhan di<br />
kawasan kumuh Harlem.<br />
Sejak itu keseharian Annie berubah. Dia tak<br />
lagi terperangkap di panti asuhan kecil, mendengar<br />
caci maki Miss Hannigan setiap hari,<br />
dan mengenakan baju lusuh. Penthouse Stacks<br />
yang dipenuhi peralatan canggih jadi rumah<br />
barunya. Dia boleh memelihara anjing, boleh<br />
makan sepuasnya, dan berganti baju bagus<br />
sesering mungkin.<br />
Perlahan, hati Stacks mencair. Dia kini<br />
menerima Annie berada di rumahnya bukan<br />
lagi karena media, melainkan karena naluri<br />
kebapakannya, selain Annie mengingatkannya<br />
pada masa kecil yang susah di Queens. Namun<br />
itu tak lama. Orang tua kandung Annie sudah<br />
ditemukan, dan mereka akan membawa Annie<br />
pergi dari penthouse Stacks.<br />
Annie versi 1982 adalah favorit anak-anak,<br />
ditonton sampai puluhan kali, dan seluruh lagu<br />
dihafal tiap katanya. Nyaris jadi film sakral. Selain<br />
itu, ada musikal Broadway 1977. Keduanya<br />
diangkat dari comic strip karya Harold Gray,<br />
Little Orphan Annie.<br />
Maka, ketika sebuah film klasik dibuat ulang<br />
(remake), ekspektasi penonton sangatlah tinggi.<br />
Sutradara Will Gluck tentu tahu hal ini. Kita<br />
bertemu lagi dengan lagu-lagu klasik, seperti<br />
It’s a Hard Knock Life, You’re Never Fully Dressed<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
without a Smile, dan Tomorrow, yang hingga 32<br />
tahun kemudian tetap dihafal dan dicintai. Ada<br />
rasa modern di dalamnya walau bukan berarti<br />
ujug-ujug Tomorrow jadi hip-hop hanya karena<br />
ber-setting Harlem. Gluck hanya membuat<br />
film ini lebih ringan, dialog lebih pendek, panti<br />
asuhan yang lebih kecil dengan jumlah bocah<br />
cuma lima orang.<br />
Pemain utamanya Quvenzhané Wallis, pemilik<br />
rambut mekar yang pernah memukau<br />
dalam Beasts of the Southern Wild (2012). Versi<br />
Huston, Annie diperankan si rambut merah<br />
kriwil Aileen Quinn.<br />
Saat sesi preview untuk wartawan dan<br />
undangan pada Rabu, 21 Januari 2015, terdengar<br />
tawa penonton sambung-menyambung<br />
sepanjang film, tepuk tangan meriah saat film<br />
usai, bahkan kursi tetap penuh hingga credit<br />
title habis. Artinya, jika preview dijadikan patokan,<br />
film ini sangat disukai.<br />
Namun mengapa media di Amerika memberi<br />
ulasan buruk untuk film ini? Lihat saja IMDb<br />
dan Rottentomatoes, dua situs yang mengumpulkan<br />
ratusan kritik film dan televisi. IMDb<br />
memberi 2,5 dari 5 bintang dan Rottentomatoes<br />
malah hanya 1,5 dari 5 bintang. Alhasil, Annie<br />
yang dirilis 19 Desember 2014, menggunakan<br />
momen liburan Natal, baru sebulan kemudian<br />
masuk Indonesia.<br />
Semoga bukan sentimen ras yang jadi sebab.<br />
Annie terdahulu dimainkan Aileen yang<br />
kulit putih dan kini Quvenzhané Wallis si hitam<br />
menggemaskan. Atau karakter Will Stacks<br />
menggantikan Oliver Warbucks yang keduanya<br />
juga beda warna kulit. Atau dengan demikian<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Annie 2014 dianggap merusak template Annie?<br />
Produser Will Smith dan istrinya, Jada Pinkett<br />
Smith, awalnya hendak menempatkan<br />
putri mereka, Willow, 14 tahun, sebagai Annie.<br />
Reaksi negatif pun berdatangan, lagi pula Willow<br />
terlalu tua untuk peran ini. Pasangan ini<br />
akhirnya berubah pikiran dan memutuskan tak<br />
menggunakan keluarga sendiri sebagai pemain.<br />
Pada 2013, keduanya juga memproduksi film<br />
sci-fi After Earth yang dibintangi Will Smith<br />
dan putra mereka, Jaden. Film tersebut tidak<br />
jeblok di pasaran, tapi mendapat ulasan buruk,<br />
umumnya mengkritik nepotismenya, padahal<br />
tak sedikit pembuat film yang menggunakan<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
keluarga sendiri tanpa menimbulkan kontroversi.<br />
Sebelumnya, remake Karate Kid (2010)<br />
juga diperankan Jaden.<br />
Pada akhirnya, penontonlah juri terakhir dan<br />
penentu. Akankah Tomorrow era Facebook<br />
dicintai anak-anak sekarang sebesar generasi<br />
saya mencintai Tomorrow era surat yang diantar<br />
pak pos? Atau, akankah Tomorrow dinyanyikan<br />
kanak-kanak selancar mereka menyanyikan Let<br />
It Go? ■ SILVIA GALIKANO<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
FILM PEKAN INI<br />
AKEN 3 mengisahkan<br />
Bryan Mills (Liam<br />
Neeson) yang dituduh<br />
melakukan pembunuhan<br />
sadis dan kejam. Untuk<br />
terakhir kalinya, Mills kembali menggunakan<br />
kemampuannya untuk mengungkap siapa<br />
dalang di balik ini semua.<br />
JENIS FILM: ACTION, CRIME | PRODUSER: LUC BESSON, ROBERT<br />
MARK KAMEN | PRODUKSI: 20TH CENTURY FOX | DURASI: 111<br />
MENIT<br />
ICHOLAS Hathaway (Chris Hemsworth) menjalani hukuman<br />
penjara selama 15 tahun karena meretas dunia maya. Setelah<br />
empat tahun masa hukumannya, dia ditawari kerja sama dengan<br />
sebuah kelompok yang mencoba menemukan sebuah jaringan<br />
kriminal maya. Jika dia berhasil mengidentifikasi dan menangkap<br />
mereka, hukumannya akan dihapuskan.<br />
Hathaway terlibat investigasi dengan pihak Amerika dan Cina yang membawanya<br />
ke Hong Kong, Jakarta, dan Kuala Lumpur.<br />
JENIS FILM: THRILLER<br />
| PRODUSER:<br />
MICHAEL MANN,<br />
THOMAS TULL, JON<br />
JASHNI | PRODUKSI:<br />
UNIVERSAL<br />
PICTURES<br />
| SUTRADARA:<br />
MICHAEL MANN<br />
ECUALI Anin; Bia, Tata, dan Sari adalah<br />
perempuan bersuami dan berjilbab<br />
dengan style yang berbeda-beda. Bia,<br />
yang desainer dan bersuamikan artis,<br />
memilih berjilbab fashion. Tata, yang<br />
istri fotografer, menutupi rambutnya<br />
yang botak dengan turban. Sari, yang bersuamikan lelaki<br />
keturunan Arab kolot, membalut tubuhnya dengan<br />
jilbab syar’i. Hanya Anin yang memilih untuk bebas: tidak<br />
berjilbab sekaligus tidak mau menikah.<br />
Seperti halnya Anin; Bia, Tata, dan Sari awalnya adalah<br />
perempuan mandiri. Setelah menikah, mereka jadi istri<br />
yang “ikut suami” dan berada dalam kondisi tidak berdaya<br />
dengan pilihan-pilihannya sendiri.<br />
JENIS FILM: DRAMA | PRODUSER: HANUNG BRAMANTYO,<br />
ZASKIA ADYA MECCA, HAYKAL KAMIL | PRODUKSI:<br />
DAPUR FILM | SUTRADARA: HANUNG BRAMANTYO |<br />
DURASI: 100 MENIT<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
AGENDA<br />
DRAMA MUSIKAL INTERAKTIF:<br />
SURAT-SURAT ARYATI<br />
Oleh 4 Wanita, 31 JANUARI 2015, PUKUL 15.00 WIB, Galeri<br />
Indonesia Kaya, Jakarta<br />
MICHAEL BUBLE LIVE IN JAKARTA<br />
Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City,<br />
Tangerang Selatan, 29 JANUARI 2015, PUKUL 20.00 WIB,<br />
Promotor: Dyandra Entertainment<br />
FILM OF THE MONTH: KENAU<br />
Dari kisah nyata Kenau Simonsdochter Hasselaer yang,<br />
pada 1572, memimpin tentara perempuan melawan<br />
pasukan Spanyol mengepung Kota Haarlem, SABTU, 31<br />
JANUARI 2015, PUKUL 13.30 WIB & 16.00 WIB, Erasmus<br />
Huis, Jakarta<br />
PRODUKSI KE-36<br />
TEATER KATAK MEMPERSEMBAHKAN<br />
Benarkah Cinta Sudah Mati, Sutradara: Venantius Vladimir<br />
Ivan Pratama, Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki Jakarta,<br />
KAMIS-JUMAT, 29-30 JANUARI 2015 PUKUL: 20.00 WIB,<br />
HTM: Rp 150.000, Rp 100.000, Rp 75.000, Rp 50.000<br />
MUSYAWARAH BUKU DIALOG FOTOGRAFI<br />
DAN SASTRA: ESTETIKA BANAL DAN SPIRI-<br />
TUALISME KRITIS<br />
Oleh Ayu Utami dan Erik Prasetya, 31 JANUARI 2015,<br />
PUKUL 16.00 WIB, Serambi Salihara, Jakarta, Cerita Cinta<br />
Dance Cinema, Koreografer: Ufa Sofura, 1 FEBRUARI 2015,<br />
PUKUL 15.00 WIB, Galeri Indonesia Kaya, Jakarta<br />
DEPAPEPE ASIA TOUR 2014-2015<br />
KISS LIVE IN INDONESIA<br />
30 JANUARI 2015, PUKUL 20.00 WIB, Upper Room Annex<br />
Building Jakarta 11th-12th Floor, Annex Building, Wisma Nusantara<br />
Complex, Jalan M.H. Thamrin, Nomor 59, Jakarta,<br />
Promotor: Marygops Studios<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015
Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />
Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />
Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik