30.04.2015 Views

BOB

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

AKTIVIS ANTIKORUPSI DITEMBAK<br />

MANAJEMEN<br />

ala<br />

<strong>BOB</strong><br />

SADINO<br />

EDISI 165 | 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


DAFTAR ISI<br />

EDISI 165 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015<br />

FOKUS<br />

DRAMA DELAPAN<br />

BELAS JAM<br />

BAMBANG<br />

WAKIL KETUA KPK BAMBANG<br />

WIDJOJANTO MENGALAMI<br />

TEROR SAAT DITANGKAP POLISI.<br />

PELAPORNYA ADALAH KADER PDI<br />

PERJUANGAN.<br />

INTERNASIONAL<br />

CRIME STORY<br />

n SETELAH SYIAH HOUTHI GUSUR HADI<br />

n SAAT YAHUDI PILIH ALIYAH<br />

INTERVIEW<br />

n KEDOK BISNIS IKAN JURAGAN WONG<br />

KRIMINAL<br />

n AKIBAT ULAH CHRISTOPHER<br />

EKONOMI<br />

n MONOREL TANPA PT JAKARTA MONORAIL<br />

BISNIS<br />

n MANAJEMEN ALA <strong>BOB</strong> SADINO<br />

n KABAR TALAK UNTUK BANK PERMATA<br />

n KEKERASAN PADA ANAK AKIBAT NIKAH MUDA<br />

KOLOM<br />

LENSA<br />

n MANUVER BARBAR HANCURKAN KPK<br />

FILM<br />

n MUSIM DINGIN YANG MENGGODA<br />

GAYA HIDUP<br />

n TETAP KRIWIL TETAP MENGGEMASKAN<br />

n FILM PEKAN INI<br />

n AGENDA<br />

Cover:<br />

Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

n CARA BARU JAJAN DI KAKI LIMA<br />

n KAKI LIMA ALA AMERIKA<br />

Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />

Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />

Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M<br />

Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar<br />

Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifa’i,<br />

Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product<br />

Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus,<br />

Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim,<br />

Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />

Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />

Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />

appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />

No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.


LENSA<br />

MUSIM DINGIN<br />

YANG MENGGODA<br />

TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />

Cuaca superdingin dan beku—di beberapa wilayah mencapai minus 20 derajat Celsius—dinikmati dengan santai. Ada yang berselancar,<br />

ada juga yang menikmatinya dengan menggelar pesta rakyat. Tradisi tahunan yang selalu menarik.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


LENSA<br />

Warga Desa Martsiyanauka, Belarusia, menyambut musim dingin dengan menggelar Perayaan Kolyada, Rabu (21/1). Perayaan tersebut<br />

untuk menghormati musim dingin dalam tradisi Kristen Ortodoks. (Vasily Fedosenko/REUTERS)


LENSA<br />

Warga Desa Malanka, Ukraina, mengikuti festival musim dingin dengan kostum topeng Rabu (14/1). (Brendan Hoffman/GETTY IMAGES)


LENSA<br />

Memancing di lubang pantai yang beku di Teluk Abakan, Siberia, Rabu (21/1). (Ilya Naymushin/REUTERS)


LENSA<br />

Anjing salju di suhu minus 22 derajat Celsius di Siberia | Burung yang mencari makan di atas salju setebal sekitar 15 sentimeter | Anjing<br />

balap di Skotlandia melawan dingin. (Ilya Naymushin/REUTERS, Mark Runnacles, Jeff J. Mitchell/GETTYIMAGES)


LENSA<br />

Peserta karnaval kostum pantai di Danau Oranke, Berlin, Sabtu (10/1). Event yang berlangsung secara turun-temurun ini diikuti para lansia di<br />

suhu yang hampir beku. (Hannibal Hanschke/REUTERS)


LENSA<br />

Pengunjung Fantasy Ice World menikmati patung es dari berbagai bangunan terkenal dunia di Taipei, Taiwan, Jumat (23/1). Replika bangunan itu dibuat<br />

oleh pematung yang biasa beraksi di festival es Harbin, Tiongkok. (Ashley Pon/GETTY IMAGES)


NASIONAL<br />

TIKUS<br />

MISTERIUS<br />

SIAPA PUNYA<br />

PAKET BERISI TIKUS PUTIH<br />

BERIKUT FOTO KETUA MPR<br />

ZULKIFLI HASAN DIKIRIM KE<br />

SEJUMLAH KANTOR REDAKSI<br />

MEDIA. DITUDING SEBAGAI<br />

KAMPANYE HITAM.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Peti berisi tikus putih dan<br />

foto Zulkifli Hasan yang<br />

dikirim ke kantor detikcom.<br />

ENDRO PRIHERDITYO/DETIKCOM<br />

KANTOR redaksi detikcom pada<br />

Kamis siang pekan lalu tiba-tiba kedatangan<br />

paket mengejutkan. Paket<br />

itu berupa peti kayu berukuran 50 x<br />

40 sentimeter. Begitu dibuka, di dalam kotak<br />

setinggi 30 sentimeter itu ternyata berisi sembilan<br />

ekor tikus putih berikut uang plastik dan<br />

foto Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat<br />

Zulkifli Hasan.<br />

Tidak jelas siapa pengirim paket tersebut.<br />

Namun, menurut seorang pengojek yang<br />

mengantar paket itu ke kantor redaksi detikcom<br />

di Jalan Warung Jati Barat, Jakarta Selatan,<br />

paket itu dititipkan oleh seseorang yang<br />

berpenampilan seperti mahasiswa.<br />

“Yang nyuruh saya mahasiswa,” kata pengojek<br />

tersebut, yang mengaku biasa mangkal di<br />

kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Sebanyak 24 pengurus<br />

dewan pimpinan wilayah<br />

PAN menggelar deklarasi<br />

mendukung Hatta Rajasa<br />

kembali menjadi Ketua<br />

Umum PAN untuk periode<br />

kedua di Hotel Denpasar,<br />

Jakarta Selatan, Kamis<br />

(8/1).<br />

LAMHOT/DETIKCOM<br />

Ia juga memberikan selembar surat yang berasal<br />

dari sebuah lembaga swadaya masyarakat<br />

bernama Jakarta Development Watch. LSM<br />

ini, di dalam surat itu, beralamatkan di Jalan<br />

Otista Raya, Tanjung Lengkong Nomor 40, RT<br />

017 RW 07, Bidara Cina, Jakarta Timur, 13330.<br />

Nomor telepon kantornya 021-33664389.<br />

Selain alamat kantor, tercantum nama orang<br />

yang bisa dihubungi, yakni Don Sukri Corleone,<br />

di nomor 081213090296. Namun, beberapa<br />

kali nomor tersebut dihubungi, selalu<br />

terdengar nada sibuk. Saat disambangi, alamat<br />

kantor LSM tersebut juga ternyata palsu.<br />

Paket itu ternyata juga dikirimkan ke kantor<br />

redaksi sejumlah media secara serentak. Menurut<br />

sang pengojek, selain kantor detikcom,<br />

dia mengirim peti itu ke kantor salah satu<br />

stasiun televisi nasional.<br />

Meskipun masih jadi misteri, pesan yang<br />

disampaikan oleh si pengirim kotak itu jelas.<br />

Tujuannya adalah mengaitkan Zulkifli Hasan<br />

dengan kasus yang tengah ditangani Komisi<br />

Pemberantasan Korupsi.<br />

Maklum saja, politikus senior Partai Amanat<br />

Nasional itu sebelumnya disebut-sebut dalam<br />

dua kasus yang kini sedang digarap komisi antirasuah<br />

tersebut. Kasus itu adalah kasus suap<br />

izin alih fungsi hutan yang disangkakan kepada<br />

Gubernur Riau nonaktif Annas Maamun dan<br />

Bupati Bogor Rachmat Yasin.<br />

Nama Zulkifli dikaitkan berdasarkan pengakuan<br />

dua kepala daerah yang menjadi ter-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Zulkifli Hasan saat bersaksi<br />

di Pengadilan Tipikor<br />

Jakarta.<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

sangka perkara suap izin alih fungsi hutan itu.<br />

Kedua tersangka menyatakan perizinan sudah<br />

diberikan Kementerian Kehutanan saat dipimpin<br />

Zulkifli sebagai menteri. Bahkan, dalam<br />

rekaman sadapan yang diperdengarkan jaksa<br />

KPK pada persidangan di Pengadilan Tindak<br />

Pidana Korupsi, Senin, 19 Januari 2015, nama<br />

Zulkifli Hasan juga disebut.<br />

Rekaman sadapan yang diperdengarkan<br />

adalah percakapan telepon antara Annas<br />

Maamun dan pengusaha Gulat Manurung<br />

saat membahas soal uang suap pengurusan<br />

izin perubahan area kawasan hutan.<br />

Saat dimintai konfirmasi, Wakil Ketua KPK<br />

Zulkarnain mengatakan KPK tak tinggal diam<br />

dengan bukti rekaman itu. Namun KPK masih<br />

harus menunggu proses persidangan untuk<br />

mengkonfirmasi semua temuan agar bisa dijadikan<br />

bahan pengembangan kasus.<br />

“Nanti, kalau Gulat sudah memberikan keterangan,<br />

akan diinventarisasi keterangannya.<br />

Kita akan terus memonitor persidangan terse-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Massa PAN mengikuti<br />

kampanye terbuka di<br />

Lapangan MTQ, Kendari,<br />

Sulawesi Tenggara, Maret<br />

2014.<br />

EKHO ARDIYANTO/ANTARA<br />

but,” ujarnya.<br />

Lantas, apa tujuan paket misterius yang<br />

dikirim ke sejumlah media? Zulkifli Hasan mengatakan<br />

hal itu merupakan upaya kampanye<br />

hitam. Sebab, dia kini tengah bersiap maju sebagai<br />

salah satu calon Ketua Umum PAN pada<br />

kongres partai berlambang matahari itu, yang<br />

akan digelar akhir Februari mendatang.<br />

Zulkifli, yang merupakan besan pendiri<br />

PAN, Amien Rais, akan bersaing dengan Hatta<br />

Rajasa, yang kini menjabat ketua umum.<br />

Persaingan kedua tokoh ini kian menghangat<br />

karena suara dewan pimpinan daerah PAN di<br />

sejumlah daerah terpecah.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Ini dimensinya<br />

banyak, bisa juga<br />

keterkaitannya<br />

dengan pemilihan<br />

Ketua Umum PAN.<br />

Ade Irawan<br />

“Black campaign dengan cara-cara tidak<br />

beradab, kehilangan gagasan, itu tanda-tanda<br />

orang kalap,” begitu kata Zulkifli. Menurut dia,<br />

black campaign semacam itu menunjukkan<br />

adanya kepanikan.<br />

Senada, politikus PAN, Teguh Juwarno,<br />

menilai pengirim paket berisi tikus dan foto<br />

Zulkifli Hasan adalah “mahasiswa” bayaran.<br />

Teguh pun menegaskan, dalam kasus alih<br />

fungsi hutan di Bogor dan Riau, Zulkifli hanya<br />

dimintai keterangan sebagai saksi.<br />

“Yang pasti, apa yang dilakukan mereka<br />

tidak akan berpengaruh apa-apa<br />

terhadap pencalonan Pak Zul sebagai<br />

salah satu kandidat di dalam Kongres<br />

PAN yang akan datang,” tutur Teguh<br />

kepada majalah detik.<br />

Saat ini Steering Committee Kongres<br />

PAN sedang menyiapkan substansi<br />

yang akan dibawa ke kongres, berikut<br />

lokasi acara, yakni di Hotel Westin, Bali.<br />

Namun Teguh menampik anggapan bahwa<br />

target pengiriman tikus putih dilakukan oleh<br />

pesaing Zulkifli, yakni dari kubu Hatta Rajasa.<br />

“Menurut keyakinan saya, Pak Hatta tidak<br />

akan melakukan atau menyuruh pendukungnya<br />

melakukan cara itu. Itu bukan tipikal beliau,”<br />

ucap Teguh.<br />

Ia pun menduga serangan terhadap Zulkifli<br />

dilakukan oleh pihak luar yang bertujuan<br />

mengadu domba. Dan ia yakin, baik Zulkifli<br />

maupun Hatta tidak akan terpancing dengan<br />

cara itu.<br />

Secara terpisah, Koordinator Indonesia<br />

Corruption Watch Ade Irawan menilai isi pesan<br />

di dalam kotak hitam berisi tikus itu bisa<br />

multitafsir. Namun paket itu dinilainya bukan<br />

sebagai teror, melainkan hanya sebuah pesan<br />

yang akan disampaikan.<br />

“Ini dimensinya banyak, bisa juga keterkaitannya<br />

dengan pemilihan Ketua Umum PAN,<br />

tapi ya saya enggak tahu message-nya apa,”<br />

kata Ade. Melalui paket tersebut, menurut<br />

Ade, si pengirim ingin membuat citra Zulkifli<br />

Hasan buruk di mata publik. n<br />

ADITYA MARDIASTUTI, JAFFRY PRABU PRAKOSO | DEDEN G.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

TAK GENTAR<br />

KARENA TEROR<br />

PENEMBAKAN MATHUR<br />

HUSAIRI DIDUGA BERKAITAN<br />

DENGAN PENGUNGKAPAN<br />

KASUS KORUPSI DI<br />

BANGKALAN, MADURA.<br />

POLISI BELUM MENGETAHUI<br />

MOTIFNYA. PELAKU MASIH<br />

MISTERIUS.<br />

ANTARAFOTO<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Mutmainah, istri Mathur<br />

Husairi, terus mendoakan<br />

suaminya yang dirawat<br />

di ruang ICU RSUD Dr<br />

Soetomo.<br />

ROIS/DETIKCOM<br />

ALAT bantu pernapasan dan slang<br />

infus masih tersambung ke tubuh<br />

Mathur Husairi. Aktivis antikorupsi<br />

asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur,<br />

itu terbaring lemah di lantai 3 ruang intensive<br />

care unit Rumah Sakit dr Soetomo, Surabaya,<br />

Rabu pekan lalu.<br />

Meski demikian, masa kritis pria<br />

berusia 47 tahun itu sudah<br />

lewat setelah peluru diambil<br />

dari tubuhnya. Sebelumnya,<br />

kondisi Mathur kritis dan mengeluarkan<br />

banyak darah akibat<br />

ditembak dua orang tak dikenal<br />

pada Selasa dini hari, 20 Januari<br />

lalu. Ia dilarikan ke RS Umum Daerah<br />

Syamrabu, Bangkalan, sebelum dirujuk<br />

ke RS dr Soetomo.<br />

“Alhamdulillah, (kondisinya) membaik,<br />

(tapi) belum bisa<br />

diajak bicara.<br />

Kalau<br />

komunikasi<br />

melalui isyarat,” kata istri korban, Mutmainah.<br />

Ia berharap suaminya lekas sembuh dan pelaku<br />

penembakan tertangkap.<br />

Mathur ditembak di depan rumahnya, Jalan<br />

Teuku Umar III, Kelurahan Kemayoran, Bangkalan.<br />

Saat itu ia baru pulang dari Surabaya<br />

bersama temannya sesama aktivis. Ia mengendarai<br />

mobil seorang diri. Sedangkan rekannya,<br />

Mahmudi Ibnu khotib, aktivis LSM Poros Pemuda<br />

Jawa Timur, naik mobil berbeda. Awalnya<br />

mereka pulang beriringan, tapi berpencar saat<br />

Mahmudi mengisi bahan bakar minyak di pom<br />

bensin Kapas Krampung, Surabaya.<br />

Sesampai di rumah, saat Mathur akan membuka<br />

pintu pagar, tiba-tiba seseorang muncul<br />

dari belakang. Dor! Mathur ditembak dan<br />

mengenai bagian pinggang kanannya. Korban<br />

sempat berupaya mengejar pelaku yang berboncengan<br />

naik sepeda motor. Namun ia tidak<br />

kuat dan roboh.<br />

Kepolisian belum bisa mengungkap motif<br />

dan pelaku penembakan. Sebab, penyelidikan<br />

masih dilakukan. Dari hasil olah tempat kejadi-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Kepala Kepolisian Resor<br />

Bangkalan Ajun Komisaris<br />

Besar Soelistiyono<br />

ROIS/DETIKCOM<br />

an perkara, diduga Mathur ditembak dari jarak<br />

dekat menggunakan senjata rakitan. Namun,<br />

menurut Kepala Kepolisian Resor Bangkalan<br />

Ajun Komisaris Besar Soelistiyono, tidak ada<br />

saksi yang mengetahui kejadian kecuali korban<br />

sendiri.<br />

“Kami belum bisa meminta keterangan<br />

kepada korban karena kondisinya<br />

belum memungkinkan,” ujarnya Rabu,<br />

21 Januari lalu.<br />

Dari informasi yang dihimpun dari<br />

sejumlah rekan korban, sebelum penembakan<br />

tersebut, Mathur berkumpul<br />

bersama rekan-rekannya sesama<br />

aktivis di Surabaya Town Square. Menurut<br />

Mahmudi, Mathur, yang merupakan<br />

Direktur LSM Center for Islam<br />

Democracy, sekaligus<br />

Sekretaris Jenderal<br />

Corruption Watch<br />

Bangkalan, kerap menyoroti<br />

kasus-kasus<br />

korupsi di wilayah itu.<br />

Mahmudi menduga motif penembakan<br />

berkaitan dengan upaya korban membeberkan<br />

bukti dan kesiapannya menjadi saksi kasus korupsi<br />

mantan Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron,<br />

yang kini ditahan Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi. Korban siap bersaksi di KPK maupun<br />

di pengadilan.<br />

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah<br />

Bangkalan itu ditangkap karena diduga menerima<br />

suap dari Direktur PT Media Karya Sentosa<br />

Antonius Bambang Djatmiko. Suap diduga<br />

berkaitan dengan jual-beli gas di Blok Madura<br />

Barat, yang dikendalikan PT Hulu Energi West<br />

Madura Offshore, anak perusahaan Pertamina.<br />

“Saya yakin penembakan ini berkaitan dengan<br />

kasus dugaan korupsi Fuad Amin,” tutur<br />

Mahmudi saat ditemui di RSUD dr Soetomo,<br />

Surabaya.<br />

Saat ini korban juga menyoroti kasus dugaan<br />

korupsi pembangunan jalan kembar sepanjang<br />

2 kilometer di Bangkalan yang menyedot dana<br />

hingga Rp 23 miliar dari Anggaran Pendapatan<br />

dan Belanja Daerah Kabupaten Bangkalan.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Mahmudi, aktivis LSM Poros<br />

Pemuda Jawa Timur<br />

ROIS/DETIKCOM<br />

Proyek di Jalan Asmara Ringroad, Bangkalan,<br />

yang dimulai sejak 2013 itu menuai perhatian<br />

lantaran jalan tembus ke tempat wisata religi<br />

pesarean Syaikhona Kholil itu keburu ambles<br />

meski masih digarap.<br />

“Hanya Mathur yang punya data dugaan<br />

penyelewengan tersebut,” ucap<br />

Mahmudi, seraya menyebut data itu<br />

mungkin sudah di tangan KPK.<br />

Namun Wakil Ketua KPK Bambang<br />

Widjojanto―dihubungi<br />

Kamis pekan lalu atau sehari<br />

sebelum ditangkap polisi―enggan<br />

mengungkap data apa yang<br />

dilaporkan Mathur. Bambang juga<br />

tak mau menyebut apakah korban<br />

akan dijadikan saksi oleh komisinya.<br />

Kendati begitu, ia<br />

menyebut kasus<br />

penembakan<br />

Mathur<br />

menjadi<br />

perhatian<br />

lembaga antirasuah tersebut.<br />

“KPK tidak bisa membuka informasi apa yang<br />

diadukan (Mathur),” katanya.<br />

Kasus itu bukan cuma menjadi perhatian<br />

KPK. Mantan Ketua Umum Pengurus Besar<br />

Nahdlatul Ulama yang kini anggota Dewan<br />

Pertimbangan Presiden, Hasyim Muzadi,<br />

bahkan menjenguk Mathur di rumah sakit<br />

sehari setelah peristiwa itu. Setelah menjenguk<br />

Mathur, Hasyim menegaskan kedatangannya<br />

bukan atas instruksi Presiden Joko Widodo,<br />

melainkan inisiatif pribadinya.<br />

“Saya datang ke sini hanya memberikan simpati,”<br />

ujar Hasyim.<br />

Di Jakarta, Koordinator Badan Pekerja Komisi<br />

untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan<br />

Haris Azhar mengecam penembakan<br />

tersebut. Haris juga menduga penembakan itu<br />

berkaitan erat dengan upaya pengungkapan<br />

korupsi yang dilakukan korban di Bangkalan.<br />

“Penembakan terhadap aktivis antikorupsi<br />

adalah bentuk teror terhadap demokrasi,” tuturnya.<br />

“Karena demokrasi antikekerasan dan<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Anggota Sabhara Polres<br />

Bangkalan melakukan<br />

penjagaan terhadap korban<br />

dan keluarganya.<br />

ROIS/DETIKCOM<br />

antikorupsi.”<br />

Kontras mencatat kekerasan terhadap aktivis<br />

antikorupsi bukan kali ini saja terjadi. Masih di<br />

Madura, pada Desember tahun lalu, tiga aktivis<br />

Madura Corruption Watch dibacok orang tak<br />

dikenal. Di Jakarta, aktivis Indonesia Corruption<br />

Watch, Tama S. Langkun, juga dibacok saat<br />

melakukan advokasi terhadap dugaan transaksi<br />

mencurigakan petinggi Polri yang memiliki “rekening<br />

gendut”, termasuk Komisaris Jenderal<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Gelar barang bukti kasus<br />

Fuad Amin di KPK.<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

Budi Gunawan, pada 2010.<br />

Tindakan-tindakan itu dinilai Kontras sebagai<br />

cara membungkam masyarakat yang menjalankan<br />

fungsi pengawasan publik terhadap pejabat<br />

negara. Adapun aktivis ICW, Ade Irawan,<br />

berharap teror penembakan ini tak membuat<br />

gentar para aktivis antikorupsi. “Namun kasus<br />

ini membuat aktivis akan lebih hati-hati, itu<br />

penting,” ucapnya.<br />

Namun, kepada sejumlah wartawan di Bangkalan,<br />

Kamis, 22 Januari lalu, kuasa hukum Fuad<br />

Amin, Bakhtiar Pradinata, menolak anggapan<br />

kliennya dikaitkan dengan kasus penembakan<br />

Mathur. Sebab, tudingan itu dinilai merugikan<br />

kliennya. Apalagi saat ini Fuad masih ditahan<br />

dan sedang menjalani proses hukum di KPK.<br />

“Sekarang Pak Fuad berada di ruang tahanan<br />

KPK. Di sana ketat penjagaannya,” kata Bakhtiar,<br />

seraya meminta agar kasus itu diserahkan<br />

kepada polisi. Ia meyakini Fuad Amin tidak<br />

terlibat dalam kasus penembakan tersebut.<br />

“Sebelum pelaku ditangkap, jangan dikaitkan<br />

dengan Pak Fuad sebelum ada bukti,” ujarnya.<br />

n<br />

JAFFRY PRABU P., ROIS JAJELI (SURABAYA), ADITYA M. | DEDEN G.<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK 26 DETIK JANUARI 12 - 1 18 FEBRUARI JANUARI 2015


CRIME STORY<br />

BAGIAN 2<br />

KEDOK BISNIS IKAN<br />

ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />

JURAGAN WONG<br />

PENTOLAN SINDIKAT NARKOTIK WONG CHI PING SUDAH 15 TAHUN<br />

MENETAP DI INDONESIA. PUNYA BANYAK KAPAL.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

Ia juga dikenal sebagai juragan<br />

kapal. Dari kapal kelas atas<br />

berbahan fiber hingga kapal kelas<br />

bawah dari kayu seperti yang<br />

dipakai nelayan biasa.<br />

TATAPAN mata Wong Chi Ping penuh<br />

curiga saat tahu ada wartawan<br />

yang menantinya di ruang penyidik<br />

Badan Narkotika Nasional, Selasa dua<br />

pekan lalu. Air mukanya datar, tidak sedikit pun<br />

tersenyum. Sebatang rokok yang sedang diisap<br />

ia buang ke tempat sampah.<br />

Pria berusia 42 tahun itu juga menolak diwawancarai.<br />

Wong semakin memperlihatkan<br />

ketidaksukaan ketika kamera televisi menyorot<br />

wajahnya. Saat dipertemukan dengan beberapa<br />

wartawan, termasuk majalah detik, itu,<br />

hampir semua pertanyaan<br />

yang dilontarkan<br />

kepadanya dijawab ketus:<br />

“Enggak tahu.”<br />

Otak penyelundupan<br />

ratusan kilogram sabu<br />

ke Indonesia itu ditangkap<br />

aparat BNN pada<br />

Senin, 5 Januari lalu, bersama delapan anggota<br />

komplotannya yang diduga bagian dari sindikat<br />

narkotik internasional asal Guangzhou, Tiongkok.<br />

Tujuh pelaku digulung di pelataran parkir<br />

Lotte Mart Taman Surya, Kalideres, Jakarta<br />

Barat, bersama barang bukti mobil boks bernomor<br />

polisi B-9301-TCE, yang dipakai mengangkut<br />

sabu. Dua lainnya dibekuk di Pelabuhan<br />

Dadap, Tangerang, Banten.<br />

Barang terlarang itu lolos masuk Indonesia<br />

menggunakan kapal besar, dan dipindahkan ke<br />

kapal kecil yang kemudian membawanya ke<br />

dermaga Dadap. Awalnya, petugas menyebut<br />

sabu yang disamarkan dalam kemasan bubuk<br />

kopi, dan dibagi dalam 42 karung, itu beratnya<br />

840 kilogram. Namun, setelah dihitung ulang,<br />

beratnya ternyata 862 kilogram.<br />

Selain ke Indonesia, sindikat Wong Chi Ping<br />

ditengarai memasok sabu ke sejumlah negara.<br />

Setidaknya lima negara Asia lainnya memburu<br />

Wong. Malaysia, Myanmar, Thailand, Filipina,<br />

dan negara asalnya, Tiongkok.<br />

Dari penyelidikan BNN, yang bekerja sama<br />

dengan badan antinarkotik sejumlah negara,<br />

diketahui sindikat ini juga pernah memasok<br />

narkotik ke Australia, bahkan Meksiko. Tak<br />

aneh jika lembaga antinarkotik Amerika Serikat,<br />

Drug Enforcement Administration (DEA),<br />

turut memburunya.<br />

Siapakah Wong Chi Ping? Ternyata, ia sudah<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

15 tahun menetap di Indonesia. Selain memiliki<br />

kartu tanda penduduk RI, Wong mengantongi<br />

paspor Hong Kong. Ia menikah dengan wanita<br />

asal Surabaya, dan dikaruniai tiga anak. Pertama<br />

kali ke Indonesia, ia menetap di Tarakan,<br />

Kalimantan Timur. Di sana ia merintis usaha<br />

jual-beli hasil laut.<br />

“Saya jual-beli ikan dari Kalimantan ke sini<br />

(Jakarta), ya ke mana-manalah,”<br />

kata Wong saat ditanya apa<br />

bisnisnya sebelum tertangkap.<br />

Ia juga dikenal sebagai<br />

juragan kapal. Dari kapal<br />

kelas atas berbahan fiber<br />

hingga kapal kelas bawah<br />

dari kayu seperti yang dipakai<br />

nelayan biasa. Sebelum<br />

ditangkap, Wong diketahui<br />

baru membeli<br />

kapal seharga Rp 7<br />

miliar. Ia juga punya<br />

kapal cepat, yang<br />

diduga<br />

membawa sabu itu dari Guangzhou, yang kemudian<br />

dipindahkan ke kapal kecil di perairan<br />

Kepulauan Seribu. Sayangnya, kapal yang diawaki<br />

lima warga negara asing tersebut belum<br />

tertangkap.<br />

Di Pelabuhan Dadap, Tangerang, Wong<br />

membeli kapal baru seharga Rp 200 juta. Dia<br />

juga membeli kapal nelayan seharga Rp 60 juta,<br />

lalu diperbaiki dengan biaya Rp 100 juta. Kapal<br />

itu diatasnamakan Sujardi, salah satu pelaku<br />

yang tertangkap. Sujardi-lah yang menakhodai<br />

kapal itu saat menerima kiriman sabu di perairan<br />

Kepulauan seribu.<br />

Namun bisnis hasil laut diduga hanya kedok.<br />

Menurut Deputi Pemberantasan Narkotika<br />

BNN Inspektur Jenderal Deddy Fauzi Elhakim,<br />

kedatangan Wong Chi Ping ke Indonesia bukan<br />

semata berbisnis ikan, tapi juga mempelajari<br />

seluk-beluk perairan di Indonesia. “Selama<br />

lima belas tahun (tinggal di Indonesia) itu, (dia)<br />

sudah mempelajari kondisi,” ujar Deddy.<br />

Penampilan Wong memang terlihat sederhana.<br />

Namun, di balik itu, menurut Deddy, ia<br />

menyimpan berbagai strategi berbisnis narkoba.<br />

“Kenapa dia bisa dipercaya sindikat di ne-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

gara lain? Karena berbagai keberhasilan yang<br />

dia lakukan. Negara lain pun tidak tahu kapan<br />

mereka masuk (menyelundupkan narkoba),”<br />

tuturnya.<br />

Sabu yang diselundupkan ke Indonesia itu diduga<br />

akan dijual dalam paket-paket yang lebih<br />

kecil kepada pembeli. Para pembeli inilah yang<br />

akan mengolah sabu menjadi bentuk pil-pil. Jika<br />

dicampur bubuk tertentu, akan muncul jenisjenis<br />

baru narkotik. Pil-pil itulah yang diedarkan<br />

ke tempat-tempat<br />

Diedarkan di kota-kota besar di<br />

Indonesia, mulai Medan, Jakarta,<br />

Surabaya, Sulawesi Selatan, Manado,<br />

sampai Kalimantan Barat.<br />

hiburan malam.<br />

“Diedarkan di<br />

kota-kota besar di<br />

Indonesia, mulai<br />

Medan, Jakarta,<br />

Surabaya, Sulawesi<br />

Selatan, Manado, sampai Kalimantan<br />

Barat,” ucapnya.<br />

Dari sejumlah bandar yang ditangkap BNN,<br />

hampir semua menyebut sindikat Guangzhou-<br />

Hong Kong ini sebagai pemasok mereka. “Jadi<br />

tidak tertutup kemungkinan sindikat inilah yang<br />

(memasok) 10, 20, atau 30 kilogram. Sumbernya<br />

dia (Wong),” kata Deddy. “Ini (sindikat<br />

Wong) raksasanya.”<br />

Sindikat ini awalnya sukses memasok narkoba<br />

dalam paket yang lebih kecil atau puluhan<br />

kilogram. Keberhasilan itu membuat komplotan<br />

ini berupaya menyelundupkan sabu dalam<br />

jumlah lebih besar, hingga ratusan kilogram.<br />

Indonesia memang dianggap sebagai pangsa<br />

pasar menggiurkan. Sebab, di sini mereka bisa<br />

menjual narkoba dengan harga lebih mahal<br />

dibanding di negara lain.<br />

“(Harga di) Indonesia tiga kali lipat dari di<br />

Guangzhou, kemudian di Australia jadi lima<br />

kali lipat. Di Selandia Baru lebih mahal lagi,”<br />

ujar Deddy. Jika dihitung nilai nominalnya, 862<br />

kilogram sabu itu sangat fantastis. Nilainya<br />

lebih dari Rp 1,6 triliun. Itu jika diasumsikan 1<br />

kilogram sabu dihargai Rp 2 miliar di pasaran.<br />

Wong juga sangat licin. Selama 15 tahun tinggal<br />

di Indonesia, ia mempelajari situasi dan kelemahan<br />

sistem pertahanan di Indonesia, termasuk<br />

perairan yang mudah ditembus serta “pelabuhan<br />

tikus” yang sering digunakan sebagai entry point<br />

ilegal. Seperti di Sukabumi, Jawa Barat, Batam,<br />

Kepulauan Riau, dan Kalimantan Barat.<br />

“Banyak sekali titik (masuk) yang tidak bisa<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

kita awasi. Kesempatan itu dipakai para penyelundup<br />

narkoba,” Deddy menuturkan.<br />

Karena itu, BNN sempat kehilangan jejak sindikat<br />

ini. Meski sindikat Wong dipantau sejak<br />

tiga tahun lalu, perburuan baru efektif dilakukan<br />

setahun belakangan setelah BNN bekerja<br />

sama dengan aparat Hong Kong, Tiongkok,<br />

dan Makau. Saking sulitnya memburu kelompok<br />

ini, kata Deddy, anak buahnya di lapangan<br />

hampir menyerah.<br />

Namun mereka terus berupaya. Dan ikhtiar<br />

itu membuahkan hasil. Penyelundupan sabu<br />

seberat hampir 1 ton yang dilakukan sindikat<br />

ini berhasil digagalkan. Bayangkan berapa besar<br />

kerugian jika barang haram itu lolos, dan<br />

dipasarkan di dalam negeri. Pentolan sindikat<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

ini, Wong Chi Ping, juga ditangkap.<br />

Dari penangkapan itu diketahui, sindikat ini berbekal<br />

dana besar dan peralatan canggih saat beroperasi.<br />

Dari peralatan penentu koordinat (GPS)<br />

sampai telepon satelit seperti yang ditemukan di<br />

apartemen Wong di Grogol, Jakarta Barat.<br />

Kini hukuman menanti para tersangka. Undang-Undang<br />

Narkotika mengancam mereka<br />

dengan pidana penjara 20 tahun, seumur hidup,<br />

sampai hukuman mati. Jangankan menyelundupkan<br />

sabu, Wong kini tak lagi bisa berbisnis<br />

jual-beli ikan seperti kedoknya selama ini. ■<br />

(Selesai)<br />

ADITYA MARDIASTUTI | M. RIZAL<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KRIMINAL<br />

MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO<br />

AKIBAT ULAH<br />

CHRISTOPHER<br />

POLISI MEMBURU PEMASOK NARKOBA<br />

JENIS LYSERGIC ACID DIETHYLAMIDE YANG<br />

DIKONSUMSI CHRISTOPHER, TERSANGKA<br />

KECELAKAAN MAUT PONDOK INDAH.<br />

DIJERAT DUA PERKARA.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KRIMINAL<br />

Mobil Mitsubishi Outlander<br />

Sport yang menyeruduk<br />

sejumlah kendaraan pada<br />

Selasa (20/1).<br />

RINI/DETIKNEWS<br />

DUA kasus pidana kini menanti Christopher<br />

Daniel Sjarif. Selain pelanggaran<br />

lalu lintas yang menyebabkan<br />

nyawa melayang, pemuda berusia<br />

22 tahun kelahiran Singapura itu bakal dijerat<br />

dengan perkara penyalahgunaan narkotik.<br />

Setidaknya Christopher bakal dijerat dengan<br />

dua pasal dalam Undang-Undang Nomor 22<br />

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas, yakni Pasal<br />

311 dan Pasal 312.<br />

Kecelakaan maut yang disebabkan putra seorang<br />

pengusaha warga kawasan elite Pondok<br />

Indah, Jakarta Selatan, itu menewaskan empat<br />

orang. Pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan<br />

nyawa melayang diancam hukuman<br />

12 tahun penjara. Adapun untuk pelanggaran<br />

penggunaan narkotiknya, hingga Kamis pekan<br />

lalu masih didalami polisi.<br />

Kepala Kepolisian Resor Jakarta Selatan Komisaris<br />

Besar Wahyu Hadiningrat menduga,<br />

sebelum kecelakaan maut di Jalan Sultan Iskandar<br />

Muda, Jakarta Selatan, Selasa malam,<br />

20 Januari lalu, tersangka mengkonsumsi narkoba<br />

bersama Muhammad Ali Riza, 22 tahun,<br />

pemilik Mitsubishi Outlander Sport berwarna<br />

putih bernomor polisi B-1658-PJE.<br />

Setelah dilakukan tes urine di Rumah Sakit<br />

Polri Kramat Jati dan Badan Narkotika Nasional,<br />

diketahui Christopher positif mengkonsumsi<br />

narkoba jenis lysergic acid diethylamide atau<br />

LSD. Zat psikotropik golongan satu tersebut<br />

menyebabkan halusinasi penggunanya. Narkoba<br />

jenis ini berupa kertas yang ditempelkan<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KRIMINAL<br />

Sejumlah sepeda motor yang<br />

hancur ditabrak mobil yang<br />

dikendarai Christopher.<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

di kulit atau dikulum di mulut.<br />

Obat terlarang tersebut pernah populer di<br />

era Flower Generation (Generasi Bunga) pada<br />

1960-an. Namun saat ini keberadaan LSD sudah<br />

sangat jarang, karena narkoba yang beredar<br />

lebih banyak jenis heroin, ekstasi, atau<br />

sabu.<br />

“Dari mana dia mendapatkan (LSD) itu masih<br />

kita dalami, kita akan cari pemasoknya,” kata<br />

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro<br />

Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul,<br />

Rabu, 21 Januari lalu.<br />

Kepada polisi, Ali Riza juga mengakui bahwa,<br />

sore sebelum kejadian, ia bersama Christopher<br />

kongko bareng di Liberica Coffee, Pacific Place,<br />

kawasan SCBD, Jalan Jenderal Sudirman,<br />

Jakarta Selatan. Christopher dan Ali berteman<br />

sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah<br />

pertama, dan sama-sama bersekolah di<br />

Global Jaya International School, Bintaro Jaya.<br />

Namun sejak kuliah mereka berpisah. Ali<br />

masuk Universitas Indonesia, sedangkan<br />

Christopher berkuliah di sebuah perguruan<br />

tinggi di San Francisco, Amerika Serikat. Ali<br />

saat ini juga terus diperiksa secara intensif<br />

oleh Satuan Narkoba Polres Jakarta Selatan.<br />

Dari Pacific Place, Mitsubishi Outlander<br />

Sport dikemudikan oleh sopir pribadi Ali, Ahmad<br />

Sandi, 40 tahun, warga Ciracas, Jakarta<br />

Timur. Sandi saat itu akan mengantar Christopher<br />

pulang ke rumahnya di Jalan Niaga<br />

Hijau II, Perumahan Pondok Indah. Menurut<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KRIMINAL<br />

Olah tempat kejadian perkara<br />

di Jalan Sultan Iskandar Muda,<br />

Jakarta Selatan, Rabu (21/1).<br />

HERIANTO BATUBARA/DETIKCOM<br />

penuturan Sandi, dalam perjalanan menuju<br />

Pondok Indah, Christopher sempat meminta<br />

untuk mengambil alih kemudi, tapi tidak ia<br />

berikan.<br />

Nah, di saat melintasi Jalan Sultan Iskandar<br />

Muda ke arah Pondok Indah, tepatnya di depan<br />

Mal Gandaria City, telepon seluler Sandi<br />

berdering. Namun telepon tersebut direbut<br />

oleh Christopher dan dibuang ke jalan. Sandi<br />

sempat marah, lalu menghentikan mobil untuk<br />

mengambil teleponnya. Namun, begitu Sandi<br />

turun, saat itu juga mobil dibawa kabur oleh<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KRIMINAL<br />

Upacara pelepasan jenazah<br />

Iptu Batang Oenang<br />

DETIKNEWS<br />

Christopher. Pelaku langsung tancap gas dengan<br />

mobil berjenis sport utility vehicle (SUV) itu.<br />

Kecelakaan maut itu pun terjadi. Baru 20<br />

meter, di depan rumah toko bernomor F-31,<br />

mobil menabrak sepeda motor yang dikendarai<br />

Mohamad Arifin. Mohamad terjungkal dan<br />

mengalami patah kaki. Ketika dihampiri Sandi,<br />

Christopher kembali tancap gas. Tepat di<br />

depan Toko Holland Bakery, mobil menabrak<br />

dua pengendara sepeda motor, yaitu Wisnu<br />

Anggoro, 32 tahun, yang mengemudikan<br />

Honda Mega Pro B-4492-RQ, dan Luthfi Abrian<br />

Wijaya. Wisnu tewas di tempat kejadian,<br />

sementara Luthfi luka-luka.<br />

Bukannya menghentikan mobil, Christopher<br />

malah kabur. Di depan halte busway Tanah<br />

Kusir-Kodim atau di depan MG Music, Mitsubishi<br />

Outlander Sport yang dikemudikannya<br />

kembali menabrak tiga sepeda motor dan dua<br />

mobil. Kendaraan tersebut antara lain Honda<br />

Supra, yang dikendarai Inspektur Satu Batang<br />

Oenang Lubis, 49 tahun; Yamaha Vixion, yang<br />

dikemudikan Mustopa (28); serta Honda Vario,<br />

yang ditunggangi Mahyudi Herman (43).<br />

Ketiganya juga tewas di tempat. Tiga sepeda<br />

motor itu ditabrak sampai terpental dan<br />

menghantam mobil Toyota Avanza yang dikemudikan<br />

Rifki Ananta dan ditumpangi Budiman<br />

Sitorus. Rifki berusaha menghindar, tapi<br />

menabrak pohon. Setelah menabrak pohon,<br />

Avanza yang dikemudikannya ditabrak Mitsubishi<br />

Outlander yang disopiri Christopher.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KRIMINAL<br />

Christopher Daniel<br />

DOK. PRIBADI<br />

Selain Avanza, pelaku menabrak mobil pikap<br />

yang dikemudikan Ade.<br />

Budiman Sitorus menjelaskan, saat itu laju<br />

kendaraannya hanya sekitar 40 kilometer per<br />

jam karena saat itu Jalan Sultan Iskandar Muda<br />

ke arah Pondok Indah memang sedang padat<br />

kendaraan. Setelah tabrakan itu, ia berusaha<br />

keluar dari mobilnya dengan susah payah.<br />

Budiman dan Rifki lalu ditolong oleh warga<br />

dan dilarikan menggunakan angkutan umum<br />

ke Rumah Sakit Fatmawati sebelum dipindah<br />

ke RS Pusat Pertamina (RSPP).<br />

“Saya lihat mayat di depan dan di belakang<br />

saya. Mengerikan sekali,” ujar pengusaha kontraktor<br />

itu saat ditemui di RSPP, Jakarta Selatan.<br />

Setelah menyebabkan tabrakan beruntun,<br />

Christopher berupaya melarikan diri. Namun<br />

warga yang menyaksikan kejadian itu langsung<br />

mengejarnya. Warga yang emosional sempat<br />

memukulinya hingga babak-belur. Namun<br />

ia selamat karena diamankan di sebuah pos<br />

satpam, dan dibawa oleh polisi.<br />

Dari olah tempat kejadian perkara yang dilakukan<br />

Rabu dan Kamis pekan lalu, diketahui<br />

tersangka tidak berupaya menghentikan mobil<br />

setelah menabrak sepeda motor pertama kali.<br />

“Dari TKP pertama menuju TKP kedua, tidak<br />

ada upaya mengerem. Jarak TKP pertama dan<br />

kedua sekitar 500 meter. Di TKP kedua, mobil<br />

baru berhenti setelah menabrak empat motor<br />

dan dua mobil,” tutur Wahyu Hadiningrat.<br />

Tabrakan maut yang disebabkan ulah Christopher<br />

ini mengingatkan kembali pada peristiwa<br />

tiga tahun lalu. Tepat di hari Minggu, 22<br />

Januari 2012, dalam pengaruh narkoba jenis<br />

ekstasi, Afriyani Susanti yang mengemudikan<br />

Daihatsu Xenia menabrak serombongan warga<br />

yang sedang berjalan kaki dan berolahraga<br />

pagi di kawasan Tugu Tani, Menteng, Jakarta<br />

Pusat.<br />

Saat itu, sembilan nyawa melayang sia-sia.<br />

Sebagian masih anak-anak. Afriyani pun diganjar<br />

15 tahun penjara dalam kasus pelanggaran<br />

lalu lintas, dan empat tahun penjara untuk<br />

perkara penyalahgunaan narkoba. Kini, giliran<br />

Christopher menanti hukuman. ■<br />

ADITYA MARDIASTUTI, NUR KHAFIFAH, FAJAR P., RINA A. | M. RIZAL<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KRIMINAL<br />

PERGINYA TIANG KELUARGA<br />

Jangan tinggalkan<br />

kami!” Jeritan Idawati Dalimunthe,<br />

istri Inspektur Satu “PAK....<br />

Batang Oenang Lubis, 49 tahun, salah<br />

satu korban meninggal dalam kecelakaan<br />

maut di Pondok Indah, Jakarta Selatan,<br />

terdengar menyayat hati siapa pun yang<br />

mendengarnya.<br />

Berkerudung abu-abu, wanita berusia<br />

42 tahun itu terlihat terus mendekap peti<br />

jenazah suaminya yang ditutup bendera<br />

Merah Putih saat akan dibawa ke kampung<br />

halamannya di Tapanuli Selatan,<br />

Sumatera Utara, Rabu pekan lalu.<br />

Dikelilingi empat anaknya, perempuan<br />

yang tengah hamil empat bulan itu terus<br />

meratapi kepergian sang suami. Nur Aisyah,<br />

iparnya, sampai beberapa kali meminta<br />

Idawati mengucap istigfar.<br />

Banyak di antara pelayat, termasuk<br />

sejumlah anggota Kepolisian Sektor Kebayoran―tempat<br />

Iptu Batang Oenang<br />

bertugas sebagai anggota Sabhara―saat<br />

melepas jenazah di rumah duka di Kampung<br />

Parung Bingung, RT 03 RW 03, Kelurahan<br />

Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan<br />

Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, yang<br />

ikut menitikkan air mata.<br />

Bukan hanya di rumah Iptu Batang<br />

Oenang, suasana duka juga menyelimuti<br />

kediaman korban meninggal Wisnu<br />

Anggoro, 32 tahun, di Jalan Tanah Kusir<br />

II, Gang Swadaya II, RT 001 RW 012, Kebayoran<br />

Lama, Jakarta Selatan. Wina Dwi<br />

Febrina, 32 tahun, istri karyawan Bank<br />

BRI Teluk Gong, Jakarta Utara, itu, juga<br />

tampak shock, seakan belum bisa menerima<br />

kenyataan tersebut.<br />

Ia sampai beberapa kali jatuh pingsan.<br />

Wina juga terus menyebut nama panggilan<br />

suaminya. “Bombom kok belum pulang?”<br />

ujar Wina ketika siuman. Beberapa<br />

sanak saudara dan tetangga mencoba<br />

menghiburnya. Namun, begitu menda-<br />

Warga menyaksikan mobil Mitsubishi<br />

Outlander yang hancur setelah kecelakaan<br />

di Jalan Sultan Iskandar Muda, Selasa<br />

(20/1) malam.<br />

MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KRIMINAL<br />

pati suaminya terbujur kaku di hadapannya,<br />

ia kembali jatuh pingsan. Anak<br />

tunggalnya yang masih berusia 11 tahun,<br />

Herjuno Wisnu Aji, ikut menangis sejadijadinya.<br />

Maut memang sering kali datang tanpa<br />

permisi. Wajar jika keluarga korban, baik<br />

yang meninggal maupun terluka, masih<br />

tak percaya atas apa yang terjadi. Apalagi<br />

jika maut itu disebabkan oleh tindakan<br />

konyol seseorang. Mereka juga meminta<br />

tersangka pelaku, Christopher Daniel Sjarif,<br />

dijatuhi hukuman setimpal. Keluarga<br />

korban meninggal juga berharap pelaku<br />

ikut menanggung beban akibat ulahnya<br />

itu.<br />

“Saya secara pribadi berharap pelaku<br />

menanggung biaya anak almarhum sampai<br />

kuliah. Anaknya masih kecil,” tutur<br />

Hasan Basri, 34 tahun, kakak ipar Wisnu<br />

Anggoro.<br />

Pengacara Christopher, Agus Salim,<br />

memang menjanjikan keluarga kliennya<br />

akan memberikan santunan kepada para<br />

keluarga korban. Meski begitu, belum<br />

diketahui berapa nilainya. “Ada (santunan)<br />

pasti, tapi belum tahu berapa,” ucap<br />

Agus di Markas Kepolisian Resor Jakarta<br />

Selatan, Rabu pekan lalu.<br />

Adapun PT Jasa Raharja telah memberikan<br />

santunan kepada para ahli waris<br />

keluarga korban tewas. Masing-masing<br />

menerima Rp 25 juta. Sedangkan korban<br />

luka akan menerima santunan masingmasing<br />

Rp 10 juta.<br />

“Kami sudah mentransfer kepada ahli<br />

waris korban yang meninggal. Kami<br />

proaktif langsung mentransfernya,” kata<br />

Kepala Jasa Raharja Cabang DKI Jakarta<br />

Dedy Sudrajat.<br />

Namun berapa pun jumlah yang<br />

diberikan memang tak bisa menggantikan<br />

duka lara serta penderitaan yang<br />

dirasakan keluarga korban meninggal.<br />

Apalagi mereka yang tewas itu adalah<br />

tiang keluarga, suami, dan ayah anakanak<br />

yang masih membutuhkan biaya<br />

pendidikan serta hidup mereka hingga<br />

dewasa. ■<br />

ADITYA MARDIASTUTI, YUDHISTIRA A. | M. RIZAL<br />

Korban tewas tabrakan maut<br />

Pondok Indah:<br />

1. Wisnu Anggoro, 32 tahun, pegawai<br />

bank<br />

2. Iptu Batang Oenang Lubis, 49<br />

tahun, polisi<br />

3. Mustopa, 28 tahun<br />

4. Mahyudi Herman, 43 tahun, karyawan<br />

swasta<br />

Polisi melakukan olah tempat kejadian<br />

perkara kecelakaan maut menggunakan<br />

mobil Traffic Accident Analisys di Jalan<br />

Sultan Iskandar Muda, Jakarta Selatan,<br />

Kamis (22/1).<br />

HERIANTO BATUBARA/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

DRAMA DELAPAN BELAS JAM<br />

BAMBANG<br />

WAKIL KETUA KPK BAMBANG WIDJOJANTO MENGALAMI TEROR SAAT DITANGKAP POLISI.<br />

PELAPORNYA ADALAH KADER PDI PERJUANGAN.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Abraham Samad menangis<br />

TIDAK seperti biasanya, Jalan Tugu<br />

Raya, Cimanggis, Depok, Jawa Barat,<br />

pagi itu lancar. Polisi berjaga di manamana,<br />

mengatur lalu lintas. Bahkan<br />

Kepala Polsek Sukmajaya Komisaris Agus Widodo<br />

ikut turun ke lapangan.<br />

Kemacetan yang saban hari terjadi pun tidak<br />

dirasakan para pengguna jalan, termasuk<br />

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi<br />

Bambang Widjojanto, yang sedang melintas di<br />

jalur itu. Namun Bambang, yang hendak mengantar<br />

anak keempatnya, Muhammad Yattaki, ke<br />

Sekolah Islam Terpadu Nurul Fikri Cimanggis,<br />

pada Jumat, 23 Januari 2015, jadi curiga. Apalagi<br />

mata polisi selalu mengawasi mobil Isuzu Panther<br />

miliknya.<br />

Selain itu, ada mobil yang membuntuti sejak<br />

Bambang keluar dari rumahnya di Bojong Lio<br />

RT 01 RW 28, Kelurahan Sukmajaya, Kecamatan<br />

Cilodong. Di mobil Bambang, ikut pula anak keduanya,<br />

Izzat Nabillah. Kepada Izzat, Bambang<br />

memberi tahu adanya penguntit di belakang<br />

mereka. Namun, sampai ia menurunkan Yattaki<br />

di sekolahnya, keadaan aman-aman saja.<br />

Kecurigaan Wakil Ketua KPK Bidang Penindakan<br />

itu baru terbukti ketika ia hendak kembali<br />

ke rumah. Sekitar 200 meter dari Sekolah<br />

Nurul Fikri, persis di depan minimarket Ceria<br />

Mart, mobilnya disetop Kapolsek Sukmajaya.<br />

Tak lama, 30 personel yang menumpang enam<br />

mobil dan sepeda motor Brimob menyergap<br />

Bambang.<br />

Tim dari Badan Reserse Kriminal Mabes<br />

Polri itu langsung menggeledah mobil Bambang.<br />

Bambang memprotes karena polisi<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Detik-detik penangkapan<br />

Bambang W. oleh Bareskrim.<br />

DOK. DETIKCOM<br />

tidak menunjukkan surat penggeledahan.<br />

Polisi kemudian menyodorkan surat perintah<br />

penangkapan. Namun, dalam surat bernomor<br />

SP.Kap/07/I/2015 itu, penulisan kelurahan dan<br />

kecamatan tempat ia tinggal terbalik.<br />

Polisi bergeming. Seorang penyidik kemudian<br />

malah mengeluarkan borgol. Bambang,<br />

yang belum menanggalkan sarung, baju koko,<br />

dan peci sehabis salat subuh, menolak saat tangannya<br />

ditarik ke belakang. Borgol itu pun<br />

dikalungkan pada kedua lengan Bambang di<br />

depan perut. Sekitar pukul 07.30 WIB, Bambang<br />

bersama anaknya digelandang ke Mabes Polri<br />

dengan Toyota Fortuner. "Dia belum mandi,"<br />

tutur istri Bambang, Sari Indra Dewi.<br />

Melihat cara penangkapan Bambang, Darwin<br />

Amir, seorang penjaga Ceria Mart, mengira<br />

terorislah yang sedang dibekuk oleh Pasukan<br />

Densus 88 Antiteror. Penangkapan itu, kata<br />

dia, berlangsung sangat cepat. Hanya sekitar 7<br />

menit. “Jalan di sini ditutup sama polisi,” ujarnya<br />

kepada majalah detik.<br />

Di sepanjang perjalanan ke Mabes Polri,<br />

Bambang merasa diteror. Seorang penyidik<br />

mengatakan polisi mengantongi banyak kasus<br />

Bambang. “Anda banyak masalah, kan? Saya<br />

tahu,” ucap polisi itu. Penyidik juga bertanya<br />

tentang identitas anak bungsunya, yang membuat<br />

Bambang menjadi cemas. "Saya tidak suka<br />

ditanya di luar pemeriksaan," kata Bambang.<br />

Polisi juga membentak Bambang karena ia<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Istri Bambang, Sari Indra Dewi,<br />

dan anaknya, Izzat Nabillah.<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKFOTO<br />

menjelaskan prosedur<br />

penangkapan yang<br />

benar kepada Izzat.<br />

“Diam!” bentak salah<br />

seorang polisi. “Ada<br />

lakban enggak?” tanya<br />

penyidik itu kepada<br />

temannya. “Tapi mulut<br />

saya tidak sampai diplester,”<br />

kata Bambang.<br />

Setiba mereka di Mabes<br />

Polri, Izzat baru diperbolehkan<br />

memberi<br />

kabar penangkapan<br />

ayahnya itu kepada keluarga dan pulang.<br />

Hingga beberapa jam setelah Bambang diciduk<br />

Mabes Polri, masih belum jelas perkara<br />

apa yang menyeret pendiri Yayasan Lembaga<br />

Bantuan Hukum Indonesia itu. KPK mengontak<br />

Wakil Kepala Polri yang diberi tugas dan<br />

tanggung jawab yang diemban Kapolri, Komjen<br />

Badrodin Haiti. Namun jawabannya mengejutkan.<br />

Badrodin mengaku tidak ada penangkapan<br />

Bambang oleh anak buahnya.<br />

Bambang pada Kamis, 22 Januari 2015, malam<br />

memang punya firasat bakal ditangkap. Malam<br />

itu Bambang dan pimpinan KPK mengikuti<br />

rapat hingga pukul 22.00 WIB. Meninggalkan<br />

KPK, Bambang dan Samad ingin menjenguk<br />

personel band Slank, Abdee Negara. Saat<br />

semobil itu, Bambang mengenang dua kali<br />

konflik KPK versus Polri. Pertama, kriminalisasi<br />

yang dialami dua pimpinan KPK, Bibit Samad<br />

Riyanto dan Chandra M. Hamzah, pada 2009<br />

atau lebih dikenal dengan istilah “Cicak versus<br />

Buaya I”.<br />

Kedua, penyerbuan kantor KPK di Jalan HR<br />

Rasuna Said, Jakarta, setelah KPK menjerat<br />

petinggi Polri, bekas Kepala Korps Lalu Lintas<br />

Irjen Djoko Susilo. Pada 2012 itu, polisi menggeruduk<br />

KPK dengan maksud menangkap<br />

Komisaris Novel Baswedan, penyidik KPK yang<br />

memimpin pengusutan Djoko dalam kasus<br />

korupsi pengadaan simulator uji SIM. Namun<br />

upaya itu bisa diredam. Publik menyebutnya<br />

konflik “Cicak versus Buaya II”.<br />

Kini KPK kembali bersitegang dengan Polri<br />

pascapenetapan Kepala Lembaga Pendidikan<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Pendemo melakukan aksi<br />

Save KPK di kantor Komisi<br />

Pemberantasan Korupsi, Jakarta,<br />

Jumat (23/01/2015). Aksi ini<br />

dilakukan setelah ditangkapnya<br />

Wakil Ketua KPK Bambang<br />

Widjojanto oleh Bareskrim<br />

Mabes Polri tadi pagi.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

Polri Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka.<br />

Langkah KPK itu menimbulkan huru-hara politik<br />

selama dua minggu terakhir. Maklum, ketika<br />

ditetapkan sebagai tersangka pada 13 Januari<br />

2015, Budi tinggal selangkah lagi menjadi Kapolri.<br />

Ia diusulkan oleh Presiden Joko Widodo<br />

dengan dukungan penuh PDI Perjuangan.<br />

PDI Perjuangan menyerang Samad dengan cara<br />

membongkar pertemuan-pertemuannya dengan<br />

elite partai itu untuk kepentingan cawapres buat<br />

Jokowi. Partai Banteng mendorong Komite Etik<br />

KPK menyidangkan Samad. Nah. Bambang pun<br />

merasa gilirannya semakin dekat. Ia bercanda Samad<br />

dan dirinya akan “di-Bibit-Chandra-kan”. “Antum<br />

milih di mana kalau ditahan? Saya ditahan di<br />

Markas Brimob saja, dekat rumah,” ujar Bambang<br />

kepada Samad.<br />

Setelah sempat membantah menangkap<br />

Bambang, polisi akhirnya mengakuinya. Kepala<br />

Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal<br />

Polisi Ronny F. Sompie merilis pernyataan resmi<br />

bahwa benar Bambang ditangkap tim khusus<br />

Mabes Polri. Bambang menjadi tersangka<br />

dalam kasus keterangan palsu yang diberikan<br />

seorang saksi dalam sidang sengketa pilkada<br />

Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, pada<br />

2010 di Mahkamah Konstitusi.<br />

Saat itu Bambang memang menjadi pengacara<br />

pasangan calon bupati-wakil bupati<br />

Ujang Iskandar-Bambang Purwanto yang<br />

menggugat kemenangan Sugianto Sabran-Eko<br />

Soemarno ke Mahkamah Konstitusi. Bambang<br />

dituding menyuruh para saksi agar membuat<br />

keterangan palsu sehingga Ujang-Bambang<br />

dimenangkan MK. Bambang dijerat dengan<br />

Pasal 242 KUHP juncto Pasal 55 KUHP tentang<br />

menyuruh melakukan atau memberikan<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Presiden Joko Widodo saat<br />

jumpa pers bersama pimpinan<br />

KPK dan Polri di Istana Bogor.<br />

CAHYO BRURI/SETPRES<br />

keterangan palsu. Ancaman pidananya 7 tahun<br />

penjara.<br />

Seperti dalam konflik Cicak vs Buaya I dan II,<br />

dukungan publik langsung mengalir ke KPK setelah<br />

Bambang ditetapkan sebagai tersangka. Tanda pagar<br />

(hashtag) #SaveKPK menggema menjadi trending<br />

topic di jagat maya. Simpati datang dari para tokoh,<br />

antara lain pakar hukum tata negara Saldi Isra dan<br />

Denny Indrayana, sosiolog Imam Prasodjo, rohaniwan<br />

Benny Susetyo, serta seniman Butet Kartaredjasa.<br />

Tidak ketinggalan pakar hukum yang juga kuasa<br />

hukum Jokowi, Todung Mulya Lubis.<br />

Mereka menilai penangkapan Bambang<br />

merupakan upaya kriminalisasi dan pelemahan<br />

terhadap KPK untuk kesekian kalinya. Pencidukan<br />

Bambang tak bisa dilepaskan begitu saja<br />

dari perkara calon Kapolri Budi Gunawan, yang<br />

dijerat KPK dalam kasus kepemilikan rekening<br />

gendut. Karena itu, Presiden harus menyelamatkan<br />

KPK. Bambang harus dilepaskan. “Kita<br />

punya akal sehat dan kita bisa membaca bahwa<br />

ini terkait dengan status BG (Budi Gunawan),”<br />

ujar Butet.<br />

Di Istana Bogor, Presiden Jokowi mengundang<br />

pimpinan KPK dan Mabes Polri. Dalam<br />

pernyataannya, Jokowi meminta kedua lembaga<br />

memastikan proses hukum yang dilakukan<br />

oleh masing-masing pihak berjalan obyektif.<br />

Ia juga berharap di antara KPK dan Polri tidak<br />

terjadi lagi gesekan.<br />

Kabar yang beredar, Jokowi sempat memarahi<br />

Abraham dan Badrodin. Abraham dianggap<br />

terlalu merahasiakan kasus yang menjerat Budi<br />

Gunawan. Sebaliknya, kepada Badrodin, Jokowi<br />

kesal karena Polri tidak berkoordinasi saat hendak<br />

menangkap pejabat negara. "Tidak betul<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Bambang W. ditangguhkan<br />

penahanannya oleh Mabes Polri,<br />

Sabtu (24/1/2015).<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

(Jokowi marah), hanya menasihati," bantah<br />

Menko Polhukam Tedjo Eddy.<br />

Setelah bertemu dengan Presiden, pimpinan<br />

KPK menyatakan sikap, penangkapan Bambang<br />

merupakan bentuk serangan langsung terhadap<br />

institusi KPK. Tapi hal itu tak akan mempengaruhi<br />

kinerja KPK. Komisi antikorupsi tersebut kembali<br />

menegaskan, penetapan Budi Gunawan sebagai<br />

tersangka tidak berkaitan dengan politik. Pengusutan<br />

terhadap bekas ajudan Presiden Megawati<br />

Soekarnoputri itu tetap berlanjut. “Kami bertekad<br />

mempercepat (penyidikan Budi Gunawan),” ujar<br />

Wakil Ketua KPK Zulkarnain.<br />

Sebaliknya, Mabes Polri berkeras penangkapan<br />

Bambang bukanlah balas dendam atas<br />

kasus Budi Gunawan, yang kini masih ditunda<br />

pelantikannya oleh Presiden Jokowi. Ronny<br />

mengatakan kasus ini bermula dari laporan<br />

masyarakat pada 15 Januari 2015. Tak lebih dari<br />

sepuluh hari, penyidik sudah mendapatkan tiga<br />

alat bukti dan keterangan ahli untuk menjerat<br />

Bambang.<br />

Namun klaim kasus Bambang tidak terkait<br />

dengan politik itu mendapat tentangan dari kalangan<br />

korps Bayangkara sendiri. Adalah mantan<br />

Wakapolri Komjen (Purnawirawan) Oegroseno<br />

yang bersuara lantang mengkritik tindakan<br />

menyalahi prosedur Polri dalam menangkap<br />

Bambang, misalnya waktu yang singkat antara<br />

pelaporan dan penangkapan. Bagi Oegroseno,<br />

jelas penangkapan Bambang adalah urutan dari<br />

kasus Budi Gunawan. Dalangnya adalah Budi<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Kadiv Humas Mabes Polri Ronny<br />

F. Sompie<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

Gunawan sendiri dan Kabareskrim baru, Irjen<br />

Budi Waseso. Badrodin tidak dianggap oleh<br />

mereka. "Kalau saya masih menjadi Wakapolri,<br />

saya pecat (Budi Gunawan dan Budi Waseso),"<br />

katanya.<br />

Pelapor kasus keterangan palsu itu tidak<br />

lain adalah Sugianto Sabran. Ia politikus PDI<br />

Perjuangan. Saat maju sebagai calon Bupati<br />

Kotawaringin Barat, pengusaha lokal ini adalah<br />

anggota fraksi partai banteng moncong putih<br />

di DPR periode 2009-2014. Ia maju lagi di pileg<br />

2014 tapi gagal.<br />

Diduga kuat, pelaporan Sugianto itu atas restu<br />

PDI Perjuangan. Ia bertemu dengan Wakil Ketua<br />

Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Trimedya<br />

Panjaitan, dan sejumlah kader PDI Perjuangan<br />

lainnya. Trimedya sendiri disebut-sebut menerima<br />

aliran dana dari Budi Gunawan namun ia membantahnya.<br />

"Dapat informasi dari siapa kamu?<br />

Tidak pernah itu," katanya. Soal memberi arahan<br />

kepada Sugianto, Trimedya enggan bersuara. Namun<br />

Sugianto mengakui ada komunikasi dengan<br />

partai. “Saya enggak bohong. PDI Perjuangan<br />

mendukung siapa pun yang benar,” ujarnya.<br />

Namun Sugianto mengaku sudah lama<br />

mengadukan Bambang, baik ke Mabes Polri<br />

maupun KPK. Ia mengantongi bukti putusan<br />

saksi sengketa pilkada Kotawaringin Barat, Ratna<br />

Mutiara, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.<br />

Ratna terbukti bersalah dan dihukum 5 bulan<br />

penjara. Namun aduan itu selalu mentah.<br />

Belakangan, muncul kesaksian mantan Ketua<br />

MK Akil Mochtar di persidangan kasus suap pilkada<br />

Gunung Mas, Kalimantan Tengah, dan Lebak,<br />

Banten. Menurut Sugianto, Akil mengatakan<br />

Bambang “bermain” dalam sidang sengketa pilkada<br />

Kotawaringin Barat. Ucapan Akil itu dilampirkan<br />

sebagai bukti baru dalam laporan ke Mabes<br />

Polri kali ini. Namun, berbeda dengan versi Mabes<br />

Polri, ia mengatakan laporannya baru masuk pada<br />

19 Januari 2015. “Kita begadang tiga malam, diperiksa<br />

terus,” sebut pengacaranya, Carrel Ticualu.<br />

Terkait dengan sengketa pilkada Kotawaringin<br />

Barat, anggota pengacara Bambang di<br />

MK lima tahun lalu, Hermawanto, mengakui<br />

memang ada pengumpulan 68 saksi. Namun<br />

pertemuan itu tak dimaksudkan untuk<br />

mengarahkan kesaksian. “Kita sampaikan ke<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Sugianto Sabran, pelapor kasus<br />

yang menjerat Wakil Ketua KPK<br />

Bambang Widjojanto.<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

mereka, sampaikanlah kebenaran meskipun<br />

itu menakutkan,” tuturnya kepada majalah<br />

detik.<br />

Bambang sendiri pada saat seleksi pimpinan<br />

KPK pada 2011 membantah merekayasa kesaksian<br />

palsu di MK. Diperiksa penyidik Bareskrim<br />

sepanjang Jumat sore, Bambang mempersoalkan<br />

dasar hukum tuduhan menyuruh memberikan<br />

keterangan palsu tersebut. Karena itu, dari<br />

delapan pertanyaan yang diajukan, ia enggan<br />

menjawab.<br />

Menjelang Jumat malam, hubungan KPK<br />

dengan Mabes Polri masih panas. Bahkan tersebar<br />

desas-desus bahwa penyidik Mabes Polri<br />

akan kembali menggeruduk kantor KPK. Tujuannya<br />

mengambil berkas-berkas terkait Budi Gu-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Pengunjuk rasa yang tergabung<br />

dalam Koalisi Masyarakat Sipil<br />

Selamatkan KPK, melakukan<br />

aksi solidaritas mendukung<br />

KPK di bawah Jembatan Layang<br />

Makassar, Sulawesi Selatan,<br />

Jumat (23/1) malam.<br />

YUSRAN UCCANG/ANTARA<br />

nawan. Samad meminta para pendukung KPK<br />

tetap standby. Ia pun menelepon Panglima TNI<br />

Jenderal Moeldoko untuk meminta tambahan<br />

pasukan pengamanan.<br />

Desakan agar Bambang dibebaskan terus menguat.<br />

Abraham Samad, para pimpinan KPK lainnya,<br />

serta massa pendukung KPK mendatangi Mabes<br />

Polri untuk menagih janji Badrodin Haiti bahwa<br />

Bambang tak akan ditahan. Mereka pun bersedia<br />

menjadi jaminan penangguhan penahanan bagi<br />

Bambang. Lobi berhasil. Sekitar pukul 01.15 WIB,<br />

Bambang keluar dari gedung Bareskrim.<br />

“Masih ada cukup banyak tantangan. Kita harus<br />

tetap merapatkan barisan, meningkatkan kewaspadaan,”<br />

ujar Bambang. ■ MONIQUE SHINTAMI, BAHTIAR RIFAI,<br />

IBAD DUROHMAN, ISFARI HIKMAT | IRWAN NUGROHO<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

BENTROK<br />

POLISI<br />

VERSUS<br />

KPK<br />

PENANGKAPAN Wakil Ketua<br />

KPK Bambang Widjojanto<br />

membuka babak baru perseteruan<br />

polisi dengan lembaga<br />

antirasuah itu. Diduga kuat penangkapan<br />

Bambang merupakan aksi balasan atas<br />

penetapan calon Kepala Polri Komisaris<br />

Jenderal Budi Gunawan oleh KPK sebagai<br />

tersangka.<br />

Setidaknya telah tiga kali KPK berseteru<br />

dengan Polri. Berikut ini benturan kedua<br />

lembaga penegak hukum yang dikenal<br />

dengan istilah “Cicak versus Buaya” itu.<br />

5 OKTOBER 2012<br />

Irjen Djoko akhirnya memenuhi panggilan<br />

pemeriksaan di KPK. Ada rumor dia<br />

akan langsung ditahan.<br />

Malam harinya, Direktur Reserse Kriminal<br />

Umum Polda Bengkulu Komisaris<br />

Besar Dedy Rianto memimpin 25 penyelidik<br />

mendatangi gedung KPK hendak<br />

menangkap Komisaris Novel Baswedan<br />

dan menggeledah ruang kerjanya. Novel<br />

dituduh mengotaki penganiayaan hingga<br />

tewas tersangka kasus pencurian sarang<br />

burung walet di Bengkulu pada 2004.<br />

KPK menganggap penangkapan itu<br />

sebagai upaya kriminalisasi, dan mengungsikan<br />

Novel ke rumah perlindungan.<br />

Belakangan, ketahuan surat pemberitahuan<br />

dimulainya penyidikan sebagai syarat<br />

penangkapan Novel baru dibuat pada 7<br />

Oktober 2012.<br />

6 OKTOBER 2012<br />

150 personel Polda Metro Jaya dan 50<br />

dari Polsek Setiabudi menjaga gedung<br />

KPK dengan alasan mencegah bentrokan<br />

pendukung KPK dengan pihak lain. Presiden<br />

Susilo Bambang Yudhoyono minta<br />

penyelidikan terhadap Novel ditunda.<br />

16 OKTOBER 2012<br />

Kapolri Jenderal Timur Pradopo menyetop<br />

penyelidikan kasus penganiayaan<br />

hingga Novel menyelesaikan tugasnya di<br />

KPK.<br />

30 NOVEMBER 2012<br />

Mabes Polri mengirim surat penarikan<br />

penyelidiknya di KPK, termasuk Novel<br />

Baswedan, yang merupakan ketua satgas<br />

penyidik kasus Djoko Susilo.<br />

KPK Versus Komisaris Jenderal<br />

Susno Duadji<br />

JUNI 2009<br />

Beredar kabar KPK menyadap telepon<br />

Kepala Bareskrim Komjen Susno Duadji.<br />

Diduga Susno menerima gratifikasi setelah<br />

membantu pencairan dana milik pengusaha<br />

Boedi Sampoerna di Bank Century<br />

yang terancam dilikuidasi. Upaya itu diibaratkan<br />

Susno sebagai cicak berusaha<br />

melawan buaya.<br />

26 AGUSTUS 2009<br />

Bareskrim menetapkan Wakil Ketua KPK<br />

Chandra M. Hamzah sebagai tersangka<br />

dalam kasus suap dari Anggoro Widjojo,<br />

tersangka korupsi pengadaan sistem komunikasi<br />

radio terpadu. Polisi menyatakan<br />

memegang bukti suap Rp 5,2 miliar dari<br />

adik Anggoro, Anggodo Widjojo, yang<br />

diperantarai Ary Muladi. Chandra juga dituding<br />

menyalahgunakan wewenang saat<br />

mencegah Anggoro ke luar negeri.<br />

3 DESEMBER 2012<br />

Djoko Susilo ditahan KPK.<br />

3 SEPTEMBER 2013<br />

Majelis hakim Pengadilan Tipikor memvonis<br />

bersalah Djoko Susilo dan menghukumnya<br />

10 tahun penjara. Pengadilan<br />

Tinggi Jakarta memperberat hukuman<br />

menjadi 18 tahun penjara, denda Rp 1 miliar,<br />

serta membayar uang pengganti Rp 32<br />

miliar.<br />

11 NOVEMBER 2014<br />

Brigjen Didik Purnomo ditahan KPK dan<br />

hingga saat ini masih menjalani persidangan.<br />

15 SEPTEMBER 2009<br />

Wakil Ketua KPK Bibit Samad Riyanto<br />

ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus<br />

yang sama. Polisi juga memeriksa pimpinan<br />

KPK, M. Jasin dan Haryono Umar.<br />

29 OKTOBER 2009<br />

Chandra dan Bibit ditahan di Mako<br />

Brimob Kelapa Dua, Depok. Alasannya,<br />

mencegah keduanya menggiring opini<br />

publik atas penyelidikan dengan berbicara<br />

kepada pers.<br />

3 NOVEMBER 2009<br />

Polisi membebaskan Chandra dan Bibit<br />

setelah rekaman percakapan Anggodo<br />

dibuka di Mahkamah Konstitusi dan terungkap<br />

rencana kriminalisasi serta pembunuhan<br />

terhadap keduanya jika skenario<br />

memasukkan ke penjara berhasil.<br />

1 DESEMBER 2009<br />

Kejaksaan mengeluarkan surat ketetapan<br />

penghentian penuntutan, yang pada 19<br />

April 2010 dianggap tidak sah oleh Pengadilan<br />

Negeri Jakarta Selatan. Pengadilan<br />

Tinggi Jakarta dan Mahkamah Agung<br />

menguatkan putusan itu.<br />

OKTOBER 2010<br />

Kejaksaan melakukan deponering kasus<br />

Bibit-Chandra. Deponering adalah penghentian<br />

kasus demi kepentingan orang<br />

banyak.<br />

KPK Versus Komisaris Jenderal<br />

Budi Gunawan<br />

13 JANUARI 2015<br />

KPK menetapkan Komjen Budi Gunawan<br />

sebagai tersangka dalam kasus transaksi<br />

mencurigakan di rekening banknya<br />

dan gratifikasi ketika menjabat Kepala Biro<br />

Pembinaan Karier Deputi Sumber Daya<br />

Manusia di Mabes Polri pada 2003-2006.<br />

KPK menyatakan sudah memiliki dua alat<br />

bukti.<br />

Penetapan ini sehari sebelum Budi, yang<br />

merupakan calon tunggal Kapolri, menjalani<br />

uji kelayakan di DPR. DPR meloloskan<br />

Budi, tapi Presiden Joko Widodo menunda<br />

pelantikannya. Mabes Polri tak menonaktifkan<br />

Budi sehingga ia tetap menjabat<br />

Kepala Lembaga Pendidikan Polri.<br />

20 JANUARI 2015<br />

Budi Gunawan mengajukan permohonan<br />

praperadilan atas KPK ke Pengadilan<br />

Negeri Jakarta Pusat<br />

21 JANUARI 2015<br />

Budi Gunawan melaporkan Ketua KPK<br />

Abraham Samad dan Wakil Ketua KPK<br />

Bambang Widjojanto ke Kejaksaan Agung<br />

dengan tuduhan menyalahgunakan kekuasaan<br />

dan melanggar Undang-Undang<br />

Tindak Pidana Korupsi karena surat penetapan<br />

tersangka yang seharusnya ditandatangani<br />

oleh seluruh pimpinan KPK ternyata<br />

hanya diteken Samad dan Bambang.<br />

KPK Versus Inspektur Jenderal<br />

Djoko Susilo<br />

27 JULI 2012<br />

KPK menetapkan Kepala Korps Lalu<br />

Lintas (Korlantas) Polri Irjen Djoko Susilo<br />

sebagai tersangka dalam kasus korupsi<br />

pengadaan alat simulator uji surat izin<br />

mengemudi. Wakil Kepala Korlantas<br />

Brigjen Didik Purnomo juga ditetapkan<br />

sebagai tersangka dalam kasus yang sama<br />

pada Agustus 2012. Penyelidikan kasus ini<br />

dipimpin Komisaris Novel Baswedan.<br />

31 JULI 2102<br />

KPK menggeledah kantor Djoko, yang<br />

dipimpin langsung Ketua KPK Abraham<br />

Samad dan dua wakilnya, Bambang Widjojanto<br />

serta Busyro Muqoddas.<br />

23 JANUARI 2015<br />

Bambang Widjojanto ditangkap penyelidik<br />

Bareskrim Polri dengan sangkaan<br />

menyuruh orang lain bersaksi palsu dalam<br />

sidang sengketa pemilihan Bupati Kotawaringin<br />

Barat antara pasangan Sugianto<br />

Sabran-Eko Soemarno dan Ujang Iskandar-Bambang<br />

Purwanto di Mahkamah<br />

Konstitusi.<br />

Kasus ini dilaporkan oleh calon bupati<br />

Sugianto Sabran yang menang dalam<br />

penghitungan suara tapi didiskualifikasi<br />

oleh MK. Bambang adalah penasihat hukum<br />

lawan pasangan Sugianto-Eko.<br />

Wakil Kepala Polri Komjen Badrodin<br />

Haiti sebelumnya sempat membantah<br />

penangkapan. Namun Kepala Bareskrim<br />

Inspektur Jenderal Budi Waseso membenarkannya.<br />

KPK berkeberatan atas penangkapan<br />

Bambang dan meminta penangguhan<br />

penahanan. Bambang dilepas pada pukul<br />

02.00 WIB. ■ KEN YUNITA | OKTA WIGUNA<br />

28 SEPTEMBER 2012<br />

Djoko Susilo mangkir dari pemeriksaan.<br />

4 OKTOBER 2012<br />

Polri memanggil lima penyelidiknya,<br />

termasuk Novel Baswedan, karena masa<br />

tugasnya di KPK usai pada 12 September<br />

2012. KPK menolak karena menduga itu<br />

sebagai upaya mengganggu penyelidikan<br />

kasus Djoko Susilo. Novel menyatakan sering<br />

diteror sejak menangani kasus Djoko.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

PRIA TERSADIS DARI<br />

PANGKALAN<br />

BUN<br />

“SUGIANTO MENGELUARKAN<br />

PISTOL, MENODONGKANNYA<br />

KE KAMI, DAN MENGANCAM<br />

MEMBUNUH.”<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Ilustrasi pembalakan liar.<br />

Sugianto tercatat sebagai<br />

Direktur Tanjung Lingga<br />

Group yang diduga terlibat<br />

pembalakan liar di Taman<br />

Nasional Tanjung Puting,<br />

Kalimantan Tengah.<br />

ULET IFANSASTI/GETTY IMAGES<br />

DUA orang itu meringkuk di ruang<br />

tahanan markas polisi di Pangkalan<br />

Bun. Salah satunya adalah pendiri<br />

organisasi pencinta lingkungan Telapak,<br />

Ambrosius “Ruwi” Ruwindrijarto, yang<br />

muka dan sekujur badannya lebam.<br />

Satunya lagi adalah Faith Doherty, perempuan<br />

berkebangsaan Inggris. Empat jari tangan<br />

Doherty, aktivis Environmental Investigation<br />

Agency, patah.<br />

Tiga hari mereka mendekam di sana. Di luar,<br />

massa yang mengepung kantor polisi meneriakkan<br />

ancaman kepada keduanya. Sesekali<br />

jendela ruang tahanan digebrak menggunakan<br />

parang yang dibawa kawanan peneror itu.<br />

Awal Januari 2000 itu, Ruwi dan Doherty diamankan<br />

setelah disekap di kantor perusahaan<br />

kayu Tanjung Lingga Group. Mereka dijemput<br />

paksa dari Hotel Kecubung, Pangkalan Bun,<br />

dengan alasan diminta bertemu dengan pemilik<br />

Tanjung Lingga, Abdul Rasyid, buat membahas<br />

laporan investigasi mereka.<br />

Ternyata di sana mereka sudah ditunggu<br />

sekelompok orang yang dipimpin dua direktur<br />

Tanjung Lingga, Sugianto Sabran Efendi dan<br />

Een Juhaeriyah. Ruwi dan Doherty dibawa ke<br />

ruangan di atas kantor, lalu dipukuli dan ditendang.<br />

“Sewaktu disekap itu, saya dipukul di wajah<br />

dan badan,” kata Ruwi kepada majalah detik.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Ambrosius Ruwindrijarto (atas)<br />

dan Faith Doherty<br />

DOK. RAMON MAGSAYSAY AWARD/EIA<br />

“Sugianto mengeluarkan pistol, menodongkannya<br />

ke kami, dan mengancam membunuh.”<br />

Bos-bos Tanjung Lingga berang karena sebelumnya<br />

Ruwi dan Doherty sempat menemui<br />

mereka dengan menyamar sebagai pengusaha<br />

kayu. Tergiur oleh peluang bisnis, petinggi<br />

Tanjung Lingga tanpa curiga menceritakan trik<br />

mengakali aturan tentang kayu ilegal, yang<br />

akhirnya dikutip dalam laporan pembalakan<br />

liar kayu Taman Nasional Tanjung Puting oleh<br />

Tanjung Lingga yang diberi judul “The Final<br />

Cut”.<br />

Ruwi menceritakan, saat itu mereka bisa lepas<br />

dari penganiayaan setelah dijemput polisi.<br />

Selama keduanya di ruang tahanan, Tanjung<br />

Lingga sempat minta mereka muncul di televisi<br />

dan mencabut laporan penyelidikan illegal<br />

logging, tapi ditolak oleh Ruwi dan Doherty.<br />

Menurut Ruwi, mereka akhirnya bisa keluar<br />

dari Pangkalan Bun setelah Kedutaan Besar<br />

Inggris, media nasional dan internasional,<br />

serta berbagai lembaga swadaya masyarakat<br />

mendesakkan pembebasan. “Bahkan Presiden<br />

Gus Dur sampai turun tangan mengupayakan<br />

pembebasan kami,” ujarnya.<br />

Saat melawan Tanjung Lingga itu, Ruwi dan<br />

Doherty didampingi antara lain Bambang<br />

Widjojanto, yang saat itu menjadi pengacara di<br />

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia.<br />

Kasus Ruwi dan Doherty ini rupanya jadi<br />

awal perseteruan Sugianto dengan Bambang.<br />

Sugianto sempat dihukum percobaan penjara<br />

satu setengah bulan gara-gara penyekapan dan<br />

penyiksaan terhadap kedua orang itu.<br />

Ruwi, yang menerima penghargaan Ramon<br />

Magsaysay Award pada 2012, mengatakan, selain<br />

ia dan Doherty, sebenarnya banyak aktivis<br />

lingkungan yang ditekan oleh Tanjung Lingga<br />

tapi tidak mendapat perhatian media nasional.<br />

Doherty menyatakan belum bisa berkomentar<br />

kepada majalah detik karena sedang bepergian<br />

ke wilayah yang sulit akses komunikasinya.<br />

Seorang aktivis lingkungan yang ikut menjemput<br />

Ruwi dan Doherty dari kantor polisi itu<br />

menceritakan, kedua kawannya tersebut harus<br />

dikawal polisi hingga ke bandara. “Kami harus<br />

menyewa pesawat kecil untuk membawa mereka<br />

ke Banjarmasin, baru ke Jakarta,” ujarnya.<br />

Menurut dia, selain Ruwi dan Doherty,<br />

masih ada Abi Kusno Nachran yang jadi kor-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Paman Sugianto Sabran,<br />

Abdul Rasyid (ketiga dari kiri),<br />

bersama Surya Paloh (tengah)<br />

dan redaksi Borneonews.<br />

UDOZKARZI.BLOGSPOT.COM<br />

ban Sugianto. Wartawan<br />

tabloid Lintas Khatulistiwa<br />

itu menelusuri kapal-kapal<br />

berbendera Tiongkok yang<br />

menyelundupkan kayu<br />

yang diduga dipasok Tanjung<br />

Lingga. Hasil laporan<br />

itu diteruskan ke Kementerian<br />

Kehutanan, yang<br />

bergerak menyita kayukayu<br />

di kapal tersebut.<br />

Setelah artikel itu terbit,<br />

pada November 2001, Abi hendak pergi<br />

dari Pangkalan Bun ke Jakarta. Di tengah jalan,<br />

ia disergap sekitar 20 orang yang menyerangnya<br />

dengan tombak, mandau, dan air keras.<br />

Redaktur yang menjemput Abi di bandara juga<br />

ditikam di perut.<br />

Abi, yang keempat jari tangannya dipotong<br />

para penyerang, dilarikan ke Rumah Sakit<br />

Sultan Imanuddin. Dikira tewas, Abi langsung<br />

masuk kamar jenazah dan petugas medis baru<br />

menyadari dia masih hidup ketika mendadak<br />

kakinya bergerak.<br />

Saat penyelidikan kasus penyerangan itu,<br />

nama Sugianto kembali disebut-sebut sebagai<br />

otak penyerangan itu. Baik Sugianto maupun<br />

istrinya ketika itu, artis Ussy Sulistiawaty, diburu<br />

wartawan. Namun tidak satu pun berkomentar<br />

mengenai penyerangan terhadap Abi.<br />

Sayang, Abi tidak lagi bisa diminta bercerita<br />

tentang penyerangan itu karena ia meninggal<br />

ketika Isuzu Panther yang dikemudikannya menabrak<br />

truk gandeng di jalan tol Kanci, Cirebon,<br />

Jawa Barat, pada 24 Juli 2006. Anggota Dewan<br />

Perwakilan Daerah dari daerah pemilihan<br />

Kalimantan Tengah ini hingga hari-hari terakhir<br />

hidupnya masih menyelidiki kasus pembalakan<br />

liar di Kalimantan Tengah.<br />

Abi pada 5 Juli 2006 sempat menyusuri<br />

Sungai Katingan di Kalimantan Tengah dan<br />

mendapati ratusan meter kubik kayu gelondongan<br />

ilegal di sana. Sepulang dari kunjungan<br />

kerja DPD itu, rombongan Abi dihadiahi kotak<br />

yang ternyata isinya kain kafan disertai secarik<br />

kertas bertulisan: “Jangan Bunuh Usaha Kami—<br />

Tertanda Masyarakat Muara Bulan”.<br />

lll<br />

Jet pribadi Lineage mendarat di Bandara<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Paripurna terakhir DPR 2009-<br />

2014, Sugianto berkali-kali<br />

jadi sorotan di Senayan karena<br />

kerap membolos dari sidang<br />

paripurna DPR.<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

Halim Perdanakusuma, Jakarta, buat menjemput<br />

Ketua Dewan Perwakilan Daerah RI Irman<br />

Gusman dan rombongan anggota DPD yang<br />

hendak melawat ke Pangkalan Bun. Kisah perjalanan<br />

pada April 2012 itu tak banyak diberitakan,<br />

tapi dimuat di situs pribadi anggota DPD<br />

2009-2014 asal Kalimantan Tengah, Hamdani.<br />

Pemilik jet berkapasitas 19 penumpang itu<br />

adalah Abdul Rasyid, pemilik PT Citra Indah<br />

Borneo, nama baru Tanjung Lingga Group. Ia<br />

mengenal Irman karena sama-sama anggota<br />

Fraksi Utusan Daerah MPR RI pada 1992-1997.<br />

Tanjung Lingga awalnya berbisnis kayu, lantas<br />

meluas ke usaha perkebunan sawit dan pabrik<br />

minyak sawit. Salah satu rekanan Tanjung<br />

Lingga adalah pengusaha Surya Paloh, yang<br />

berkongsi dengan Rasyid mendirikan PT Sawit<br />

Sumbermas Sarana.<br />

Kerja sama dengan Paloh makin melebar<br />

pada 22 Desember 2006. Hari itu Tanjung<br />

Lingga dan Paloh meresmikan harian Borneonews.<br />

Surya Paloh belum bisa dimintai komentar<br />

soal bermitra dengan Rasyid. Telepon dan pesan<br />

pendek yang dikirim oleh majalah detik<br />

tidak dibalas.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Abdul Rasyid, pemilik Tanjung<br />

Lingga Group dan mantan<br />

anggota MPR 1992-1997.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

Sementara itu, staf Surya Paloh, Charles<br />

Mikyansyah, mengatakan Surya Paloh hanya<br />

memiliki saham di Metro TV, Media Indonesia,<br />

Lampung Post, MetroTv.com, dan Media Indonesia<br />

Online. "Kalau diundang datang acara peluncuran<br />

mungkin, namanya juga beliau sudah<br />

keliling Indonesia," ujarnya.<br />

Rasyid, yang konon punya rumah dan kantor<br />

di Singapura, menyerahkan kendali perusahaan<br />

kepada keponakannya, Sugianto, setelah masuk<br />

MPR pada 1992. Ketika itu Sugianto, lulusan<br />

SMEA Negeri 1 Pangkalan Bun, ditunjuk jadi<br />

presiden direktur yang mengendalikan ribuan<br />

karyawan dan 40 ribu hektare lahan hak pengusahaan<br />

hutan.<br />

Belakangan, Sugianto mengikuti jejak Rasyid<br />

ke dunia politik. Pria yang tercatat sempat kuliah<br />

ilmu pemerintahan di Universitas Terbuka<br />

ini lolos ke DPR pada pemilihan legislatif 2009.<br />

Baru setahun di parlemen, Sugianto maju<br />

ke pemilihan Bupati Kotawaringin Barat. Berpasangan<br />

dengan Eko Soemarno, ia diusung<br />

PDI Perjuangan, Partai Gerindra, dan Partai<br />

Amanat Nasional.<br />

Hasil penghitungan KPUD, pasangan Sugianto-Eko<br />

memperoleh suara terbanyak. Namun<br />

kemenangan itu digugat pasangan Ujang<br />

Iskandar-Bambang Purwanto ke Mahkamah<br />

Konstitusi.<br />

Gugatan Ujang-Bambang, yang antara lain<br />

didampingi pengacara Bambang Widjojanto,<br />

minta dilakukan pemilihan ulang. Nahas bagi<br />

Sugianto, Mahkamah malah mendiskualifikasi<br />

dia karena dianggap terlibat dalam politik uang.<br />

Gagal jadi bupati, pria kelahiran Sampit, 5 Juli<br />

1973, itu kembali ke DPR dan aktif di Komisi<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Abi Kusno Nachran, wartawan<br />

tabloid Lintas Khatulistiwa,<br />

yang diserang setelah<br />

memberitakan penyelundupan<br />

kayu oleh perusahaan<br />

Sugianto.<br />

DOK. WANA CIPTA LESTARI 2001<br />

Kesehatan, Komisi Kehutanan, dan Komisi Hukum.<br />

Dalam sebuah pertemuan Komisi Hukum<br />

dengan Kepala Polri Jenderal Sutarman pada 6<br />

Desember 2013, Sugianto mengadukan soal<br />

kasus saksi palsu yang ditudingnya disiapkan<br />

oleh Bambang Widjojanto.<br />

Sugianto berkali-kali jadi sorotan di Senayan<br />

karena kerap membolos dari sidang paripurna<br />

DPR. Bahkan Sugianto disemprit PDI Perjuangan<br />

pada Februari 2011 gara-gara absen rapat<br />

paripurna voting usulan hak angket mafia pajak.<br />

PDIP termasuk pengusul hak angket buat<br />

menelisik pengelolaan pajak oleh pemerintah<br />

itu. Namun pengusulan tersebut kandas karena<br />

kekurangan suara akibat absennya sembilan<br />

kader Partai Banteng, termasuk Sugianto.<br />

Namun itu tidak membuat hubungan Sugianto<br />

dengan partai memburuk. Pada tahun<br />

yang sama, ia bersama anggota Komisi IX dari<br />

PDIP urunan dana buat pembangunan Rumah<br />

Sakit Mega Gotong Royong di Cirebon, Jawa<br />

Barat. Rumah sakit partai ini diresmikan oleh<br />

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri<br />

pada 23 Oktober 2011.<br />

Sugianto juga kembali masuk daftar calon<br />

anggota legislatif pada Pemilu 2014. Maju dari<br />

daerah asalnya, Kalimantan Tengah, Sugianto<br />

tidak lolos melaju ke parlemen.<br />

Sugianto kemudian jadi bahan pemberitaan<br />

karena melaporkan Wakil Ketua KPK Bambang<br />

Widjojanto ke Bareskrim Mabes Polri. Dalam<br />

bentrok ketiga kalinya dengan Bambang ini,<br />

Sugianto mengadukan dugaan pengaturan<br />

saksi palsu dalam sidang pilkada Kotawaringin<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Wakil pimpinan KPK,<br />

Bambang Widjojanto.<br />

Bambang pernah<br />

mendampingi dua aktivis<br />

yang merupakan korban<br />

penganiayaan oleh Sugianto<br />

Sabran.<br />

DOK. PRIBADI<br />

Barat di Mahkamah Konstitusi.<br />

“Nah, semua menganggap BW itu orang<br />

paling bersihlah di dunia. Apa yang dikatakan<br />

selalu benar,” kata Sugianto. “Tapi Allah berkehendak<br />

bahwa orang yang zalim pasti akan ada<br />

yang menyadarkan.”<br />

Namun soal perannya di Tanjung Lingga<br />

Group dan kasus-kasus penganiayaan saat<br />

mengendalikan bisnis pamannya itu, Sugianto<br />

tidak merespons permintaan konfirmasi. Dalam<br />

berkas pendaftarannya sebagai calon anggota<br />

DPR 2014-2019, aktivis Pemuda Panca Marga<br />

Pangkalan Bun ini juga tak mencantumkan<br />

aktivitasnya di Tanjung Lingga.<br />

Pengacara Sugianto, Carrel Ticoalu, mengaku<br />

tidak tahu banyak soal kasus itu. “Itu kan<br />

sudah disidangkan, berarti sudah selesain, to,”<br />

kata pengacara Anas Urbaningrum dan istrinya,<br />

Athiyyah, saat berurusan dengan KPK ini.<br />

Perihal Bambang yang sempat membela<br />

kedua aktivis yang dianiaya Sugianto, Carrel<br />

menyatakan itu kebetulan semata. “Ini bukan<br />

masalah dendam. Pak Sugianto hanya ingin<br />

menuntut keadilan yang sejak 2010 tidak didengar,”<br />

kata Carrel.<br />

■ PASTI LIBERTI M., IBAD DUROHMAN, ISFARI HIKMAT | OKTA WIGUNA<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

NIKAHI USSY,<br />

DEKAT DENGAN<br />

HELMALIA<br />

PUTRI<br />

Ussy Sulistiawaty<br />

TERESIA MAY/ANTARA<br />

“SAYA lagi hamil, masak kalian enggak<br />

kasihan sama saya dan anak saya yang<br />

ada di sini?”<br />

Keluhan itu diucapkan artis Ussy Sulistiawaty.<br />

Saat itu, 15 Desember 2005, Ussy<br />

sedang syuting di Markas Polsek Cipayung.<br />

Pewarta infotainment mengejar Ussy untuk dimintai<br />

pendapat tentang suaminya, Yusuf Sugianto,<br />

yang terbelit kasus illegal logging dan penganiayaan<br />

terhadap wartawan di Kalimantan.<br />

Ussy, yang kala itu hamil 5 bulan, berusaha menghindar.<br />

Ia berjanji akan bicara pada waktu yang tepat. Namun ia<br />

tiba-tiba pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.<br />

Kisah cinta Ussy-Sugianto berlangsung kilat. Ussy mengenal<br />

pria yang kini ngetop karena melaporkan Wakil Ketua<br />

Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto<br />

ke Mabes Polri itu saat melaksanakan ibadah umrah di<br />

Mekah. Sugianto mengaku bekerja di kebun.<br />

Merasa cocok, pernikahan keduanya pun segera dirancang.<br />

Ussy dilamar pada 15 Juli, lalu melangsungkan akad<br />

nikah pada 12 Agustus, dan kemudian menggelar resepsi<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

pernikahan pada 17 September 2005.<br />

“Bahkan kami tak pakai pacaran,” kata<br />

Ussy.<br />

Resepsi pernikahan Sugianto dan<br />

Ussy dilangsungkan di hotel mewah,<br />

Ritz-Carlton Jakarta. Sugianto juga<br />

memesan satu lantai hotel untuk<br />

kerabatnya yang datang ke acara resepsi.<br />

“Aku enggak tahu berapa biayanya.<br />

Sebab, yang bayar kan suamiku,” kata Ussy<br />

waktu itu.<br />

Sejumlah selebritas, antara lain Becky<br />

Tumewu, Sandy Syarief, Anjasmara bersama<br />

Dian Nitami, dan Farhat Abbas bersama Nia Daniaty,<br />

menghadiri resepsi tersebut. Selain di Hotel Ritz-Carlton<br />

Jakarta, seminggu kemudian resepsi nikah sehari-semalam<br />

digelar di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.<br />

Ussy melahirkan seorang putri dari pernikahannya dengan<br />

Sugianto, Syafa Al Zahra, serta mengangkat satu anak,<br />

Nur Amalia Putri. Namun pernikahan itu hanya sebentar,<br />

cuma satu tahun. Pada 9 Desember 2006, Pengadilan<br />

Agama Pangkalan Bun, Kabupaten Kota Waringin Barat,<br />

mengabulkan gugatan cerai Ussy terhadap Sugianto.<br />

Helmalia Putri<br />

DOK. DETIKHOT<br />

Kini Ussy menikah dengan Andhika<br />

Pratama. Sedangkan Sugianto belum<br />

menikah lagi.<br />

Selain dengan Ussy, nama Sugianto<br />

disebut memiliki hubungan dengan<br />

artis Helmalia Putri. Pemeran sinetron<br />

Sarmila ini bahkan disebut sebagai orang<br />

ketiga hancurnya rumah tangga Sugianto<br />

dengan Ussy. Awalnya Helmalia membantah<br />

punya hubungan dengan pengusaha kayu<br />

yang gagal jadi Bupati Kotawaringin Barat itu.<br />

Sebab, nama suami Ussy disebut Yusuf Sugianto.<br />

Sedangkan saat akrab dengan Helmalia, namanya<br />

tidak menggunakan Yusuf, hanya Sugianto.<br />

Helmalia mengakui memang akrab dengan Sugianto<br />

dan keluarganya. Politikus Partai Demokrasi Indonesia<br />

Perjuangan itu sering bertandang ke rumah Helmalia.<br />

Demikian pula sebaliknya. Namun Helmalia menyatakan<br />

bukan ia seorang yang diundang Sugianto. Mantan suami<br />

Ussy itu gemar mengundang artis dalam rangka ulang<br />

tahun perusahaannya. “Artis yang pernah diundang oleh<br />

Sugianto bukan saya saja, tapi banyak,” kata Helmalia.<br />

■ MONIQUE SHINTAMI<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

SATU PER SATU<br />

PIMPINAN KPK<br />

DIPERKARAKAN.<br />

PERANG!<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Plt Sekjen PDIP Hasto<br />

Kristiyanto memberikan<br />

keterangan pers di Rumah<br />

Cemara, Menteng, Jakarta<br />

Pusat, Kamis (22/1/2015).<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

RUMAH di Jalan Cemara Nomor 19,<br />

Menteng, Jakarta, yang dalam beberapa<br />

bulan sepi, pada Kamis, 22<br />

Januari 2015, tiba-tiba ramai kembali.<br />

Beberapa orang berseragam satuan tugas Partai<br />

Demokrasi Indonesia Perjuangan bersiap<br />

menjadi penerima tamu.<br />

Puluhan wartawan mendatangi rumah yang<br />

pernah dipakai sebagai media center pemenangan<br />

Jokowi-Jusuf Kalla itu. Pelaksana Tugas<br />

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto<br />

menggelar jumpa pers hari itu.<br />

Hasto sedang geregetan terhadap Ketua<br />

Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad.<br />

Seminggu sebelumnya, 13 Januari, komisi<br />

antirasuah itu menetapkan calon Kepala Polri<br />

yang dijagokan partai berlogo banteng moncong<br />

putih itu, Komjen Budi Gunawan, sebagai<br />

tersangka kasus korupsi.<br />

Tiga hari kemudian, Presiden Jokowi menunda<br />

pelantikan Budi, yang sudah disetujui<br />

DPR untuk menjadi Kapolri. Jokowi menunjuk<br />

Badrodin Haiti sebagai Wakil Kepala Polri yang<br />

diberi tugas dan tanggung jawab yang diemban<br />

Kapolri.<br />

Sehari setelah keputusan itu, muncul tulisan<br />

di sebuah blog, Kompasiana, berjudul “Rumah<br />

Kaca Abraham Samad”. Seseorang yang mengaku<br />

sebagai Sawito Kartowibowo menuliskan<br />

upaya Samad menjadi cawapres pendamping<br />

Jokowi.<br />

Ia mencatat Samad melakukan enam kali<br />

pertemuan dengan tim pemenangan Jokowi.<br />

Pertemuan pertama dan kedua digelar di<br />

Apartemen Capital, kawasan Sudirman Central<br />

Business District, Jakarta; ketiga di ruang VIP<br />

Bandara Adisutjipto, Yogyakarta; dan pertemu-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Hasto bergaya seperti<br />

penampilan Abraham<br />

Samad saat bertemu di<br />

sebuah apartemen sekaligus<br />

menunjukkan alat pendeteksi<br />

sadap.<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

an selanjutnya tidak disebutkan tempatnya.<br />

Orang yang memakai nama tokoh gerakan<br />

spiritual pada 1974 itu menuliskan, sejak pertemuan<br />

pertama, Samad disebut-sebut memberikan<br />

iming-iming akan membantu PDIP jika<br />

ada kasus ke KPK. Bahkan, dalam pertemuan<br />

akhir, Samad ditulis mengaku terang-terangan<br />

melakukan penyadapan hingga namanya dicoret<br />

dari daftar pendamping Jokowi.<br />

Orang yang merekomendasikan pencoretan<br />

nama Samad adalah Komisaris Jenderal Budi<br />

Gunawan. Samad disimpulkan lantas mendendam<br />

kepada calon tunggal Kapolri yang<br />

diajukan Jokowi ke DPR itu.<br />

“Setelah dikonfirmasi, Bapak AS katakan tulisan<br />

itu fitnah. Saya nyatakan bahwa sebagian<br />

besar dalam tulisan itu adalah benar,” kata Hasto<br />

tegas.<br />

Hasto mengaku sebagai saksi setiap pertemuan<br />

Samad dengan PDIP seperti ditulis “Rumah<br />

Kaca Abraham Samad”. Ia membenarkan<br />

sebagian besar cerita Sawito itu, termasuk<br />

dendam Samad kepada Budi.<br />

“Saya rekomendasikan KPK untuk segera<br />

bentuk komite etik,” ucap Hasto. Ia, Hendropriyono,<br />

dan saksi yang dimiliki siap memberikan<br />

keterangan sebagai saksi bila komite etik<br />

tersebut dibentuk KPK.<br />

Hasto tidak main-main dalam jumpa pers tersebut.<br />

Tak hanya membuat pengakuan, ia juga<br />

memperagakan gaya menyamar Samad ketika<br />

menggelar pertemuan khusus. Ia mengenakan<br />

masker penutup muka dan topi menirukan<br />

Samad menyamarkan identitas. Tangan Hasto<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Rasman Arif Nasution (kanan)<br />

sebagai tim kuasa hukum<br />

Komjen Pol. Budi Gunawan<br />

memperlihatkan berkas ketika<br />

melaporkan pimpinan KPK ke<br />

Kejaksaan Agung di Jakarta.<br />

ANTARA FOTO/VITALIS YOGI TRISNA<br />

pun menggenggam sebuah alat digital. Menurut<br />

dia, itu adalah alat antisadap.<br />

Ia bahkan menyediakan dua bus Blue Bird<br />

ukuran sedang untuk mengajak wartawan berpesiar<br />

ke apartemen yang disebutnya sebagai<br />

tempat pertemuan dengan Samad. Namun,<br />

sesampai di Apartemen Capital, mereka ditolak<br />

masuk oleh pihak pengelola. Alasannya,<br />

kehadiran Hasto dapat mengganggu privasi<br />

penghuni.<br />

Cerita konspirasi politik ala Hasto mengalir<br />

deras. Selang beberapa jam pascajumpa<br />

pers, sekelompok mahasiswa yang mengatasnamakan<br />

diri Solidaritas Aksi Mahasiswa Anti<br />

Demokrasi menggelar demonstrasi di depan<br />

gedung KPK. Mereka bermodal cerita sama<br />

bahwa Samad genit berpolitik, dan harus mundur<br />

dari jabatan Ketua KPK.<br />

Samad sendiri memberikan bantahan melalui<br />

Direktur Pencegahan KPK Johan Budi S.P.<br />

Cerita Hasto dinilai bohong. KPK tidak ingin<br />

buru-buru membentuk komite etik karena<br />

belum ada bukti.<br />

“Pak Abraham Samad mengatakan yang<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Ketua KPK Abraham Samad<br />

dan Wakil Ketua KPK Bambang<br />

Widjojanto.<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

dituduhkan itu adalah fitnah belaka,” Johan<br />

menjelaskan.<br />

Setelah Budi Gunawan jadi tersangka, Abraham<br />

Samad memang langsung mendapat<br />

serangan. Sehari setelah penetapan status,<br />

misalnya, beredar foto mesra pria mirip Samad<br />

dengan Puteri Indonesia 2014 Elvira Devinamira.<br />

Namun foto itu terbukti rekayasa.<br />

Wakil Ketua Komisi Bambang Widjojanto<br />

bereaksi keras terhadap Hasto. Bagi dia, tanpa<br />

memberi bukti, segala ocehan Hasto tidak ada<br />

artinya.<br />

Bambang lantas menyindir Hasto karena getol<br />

membela Budi. “Apakah Hasto telah mendapatkan<br />

surat kuasa untuk menjadi lawyer BG<br />

(Budi Gunawan)?” ucap Bambang.<br />

Tudingan Hasto merupakan serangan terbuka<br />

pertama terhadap Abraham Samad. Apalagi<br />

jabatan Hasto di PDIP cukup mentereng: pelaksana<br />

tugas sekretaris jenderal. Tapi ia mengaku<br />

menyelenggarakan jumpa pers itu atas nama<br />

pribadi, bukan partai.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

Harus diingat,<br />

bukan hanya<br />

PDIP yang setuju<br />

Komjen Budi<br />

Gunawan. Ada 9<br />

fraksi<br />

~ Dwi Ria Latifa ~<br />

Meski sikap Hasto banyak dikritik aktivis<br />

antikorupsi, tak ada satu pun kader DPP PDIP<br />

yang mempertanyakan tindakan Hasto. Mereka<br />

kompak menyatakan itu urusan pribadi<br />

Hasto.<br />

Anggota DPR dari Fraksi PDIP, Pramono<br />

Anung, menegaskan, Hasto hanya mewakili<br />

pribadi, bukan partai. Soal pelanggaran internal,<br />

kata dia, biar komite etik yang memutuskan.<br />

Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait malah<br />

menganggap tindakan ini lumrah-lumrah saja.<br />

Menurut dia, Hasto duduk sebagai politikus<br />

yang memberikan pengawasan.<br />

“Kalau ada oknum, apakah eksekutif, yudikatif,<br />

atau legislatif, oknumnya yang diperbaiki,<br />

jangan sampai merusak tatanan,” tuturnya<br />

ketika hendak bertandang ke perayaan ulang<br />

tahun Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.<br />

Tekanan politik terhadap KPK tidak hanya<br />

berasal dari PDIP. Dua kubu yang sebelumnya<br />

berseteru di DPR, Koalisi Indonesia Hebat dan<br />

Koalisi Merah Putih, malah bersatu mendukung<br />

Budi, yang diduga sebagai pemilik rekening<br />

gendut.<br />

“Harus diingat, bukan hanya PDIP yang setuju<br />

Komjen Budi Gunawan. Ada 9 fraksi,” kata<br />

anggota Fraksi PDIP, Dwi Ria Latifa.<br />

Legislatif memang sudah lama nyaring menyuarakan<br />

niat pembubaran KPK. Hal ini tidak<br />

aneh karena hampir semua parpol memiliki<br />

kader yang bermasalah dengan KPK.<br />

Kritik keras terhadap KPK, misalnya, juga disuarakan<br />

Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Ia mengkritik<br />

keputusan KPK yang menetapkan Budi<br />

sebagai tersangka. “Saya kira harus ada yang<br />

memeriksa KPK. Kita harus periksa. Memangnya<br />

malaikat dan Tuhan saja yang bisa periksa<br />

KPK?” katanya.<br />

l l l<br />

Serangan politik ini bukan satu-satunya yang<br />

harus dihadapi KPK. Budi tidak mau tinggal<br />

diam menjadi tersangka. Ia melakukan segala<br />

upaya hukum untuk menjegal laju kasus yang<br />

menjeratnya.<br />

Senin, 19 Januari 2015, Divisi Pembinaan<br />

Hukum Mabes Polri mengajukan gugatan<br />

praperadilan atas penetapan tersangka Budi<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Wakil Ketua KPK Adnan Pandu<br />

Praja<br />

ANTARA FOTO/IRSAN MULYADI<br />

ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Kepala<br />

Divisi Pembinaan Hukum Irjen Moechgiyarto<br />

mengaku gugatan ini untuk menguji keabsahan<br />

penetapan tersangka Budi.<br />

Ia mengaku divisinya sudah diamanati oleh<br />

Wakil Kepala Polri yang diberi tugas dan tanggung<br />

jawab yang diemban Kapolri, Badrodin<br />

Haiti, untuk memanfaatkan semua peluang<br />

hukum. Karena itulah surat praperadilan dilayangkan.<br />

Kuasa hukum Budi, Razman Arif Nasution,<br />

juga melaporkan dua pimpinan KPK ke<br />

Kejaksaan Agung pada Rabu, 21 Januari 2015.<br />

Ia menganggap dua pimpinan KPK, Samad<br />

dan Bambang Widjojanto, menyalahgunakan<br />

wewenang dalam penetapan kliennya sebagai<br />

tersangka.<br />

Penetapan status tersangka Budi harus dibatalkan<br />

karena cacat hukum. Pihaknya meminta<br />

Jaksa Agung bergerak cepat memeriksa dan<br />

menahan Samad.<br />

Sehari kemudian, laporan ini dialihkan ke<br />

Bareskrim Mabes Polri. Razman mengaku<br />

kejaksaan bergerak lamban atas laporannya.<br />

Sehari setelah pelaporan ini, Bareskrim<br />

Mabes Polri lantas menangkap Bambang.<br />

Baru saja Bambang dilepas Mabes Polri, Wakil<br />

Ketua KPK lainnya, yakni Adnan Pandu Praja,<br />

dilaporkan ke Bareskrim Mabes Polri.<br />

Adnan dilaporkan terkait dugaan pengambilalihan<br />

secara paksa saham milik PT Deasy<br />

Timber pada 2006.<br />

Perlu diketahui, KPK terancam mengalami<br />

kekosongan pimpinan. Wakil Ketua KPK Busyro<br />

Muqoddas habis masa jabatannya. Namun,<br />

pada 15 Januari lalu, Komisi III DPR memutuskan<br />

menunda pemilihan pimpinan pengganti<br />

Busyro hingga masa jabatan empat pimpinan<br />

lainnya habis.<br />

Sampai saat ini, kursi pimpinan KPK hanya<br />

diduduki oleh empat orang. Mereka,<br />

satu per satu, mendapat serangan. Abraham<br />

Samad, Bambang, dan kini Adnan Pandu.<br />

Setelah Adnan, Wakil Ketua KPK Zulkarnain<br />

diisukan juga akan diadukan ke polisi. KPK<br />

dalam bahaya! n<br />

IBAD DUROHMAN, PASTI LIBERTY, ISFARI HIKMAT, BAHTIAR RIFAI | ARYO<br />

BHAWONO<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KOLOM<br />

ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />

MANUVER BARBAR<br />

HANCURKAN KPK<br />

KEINGINAN ABRAHAM MENJADI CALON WAPRES BUKANLAH<br />

KEJAHATAN PIDANA. PENANGKAPAN BAMBANG WIDJOJANTO<br />

OLEH POLISI MERUPAKAN AKSI BARBAR.<br />

OLEH: FERI AMSARI<br />

BIODATA<br />

Nama:<br />

Feri Amsari<br />

Tempat/Tanggal Lahir:<br />

Padang, 2 Oktober 1980<br />

Pendidikan:<br />

l S-1, Fakultas Hukum Universitas<br />

Andalas, 2004.<br />

ACAP kali Komisi Pemberantasan Korupsi “diterjang badai” serangan balik<br />

para koruptor (corruptors fight back). Lembaga antirasuah itu bahkan<br />

kerap berada di ujung tanduk. Namun semuanya mampu dilewati, KPK<br />

selalu bertahan dan terselamatkan berkat pertolongan masyarakat.<br />

Kini KPK kembali diuji cobaan berat. Ketua KPK Abraham Samad menjadi pusat<br />

permasalahan ketika dituduh “duduk bersama tim sukses” Partai Demokrasi Indonesia<br />

Perjuangan untuk membicarakan bursa calon wakil presiden pada pemilu<br />

presiden 2014. Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto-lah<br />

yang mengungkapkan hal itu. Masalah kian berat ketika Wakil Ketua KPK Bambang<br />

Widjojanto ditangkap polisi seperti penjahat yang akan melarikan diri.<br />

Untuk melihat masalah ini lebih jernih, ada baiknya permasalahan pimpinan KPK<br />

di atas disigi satu per satu. Dalam kasus Abraham, pernyataan Hasto itu memperlihatkan<br />

bagaimana PDIP bekerja memenangi pertarungan. Sebagai aparat penegak<br />

hukum, Abraham dirayu untuk lari dari konsistensinya sebagai orang terdepan da-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KOLOM<br />

l S-2, Pascasarjana Universitas<br />

Andalas, 2008.<br />

l S-2, William and Mary Law<br />

School, Virginia, Amerika<br />

Serikat, 2014.<br />

Karier:<br />

l Dosen Hukum Tata Negara<br />

Universitas Andalas.<br />

l Peneliti Pusat Studi Konstitusi<br />

(PUSaKO) Universitas<br />

Andalas.<br />

Karya:<br />

l Perubahan UUD 1945 Melalui<br />

Putusan MK, Rajawali<br />

Press, 2011.<br />

l Hukum Acara Mahkamah<br />

Konstitusi, Setjen Kepaniteraan<br />

MK RI<br />

lam pemberantasan korupsi. Jadi, sebelum mempertanyakan etika Abraham, PDIP<br />

harus terlebih dulu berkaca pada segala tindakannya tersebut. Lalu, kondisi apa<br />

yang menyebabkan Hasto berani malu membongkar aib partai sendiri?<br />

Sulit bagi PDIP untuk menghindari dugaan bahwa pernyataan Hasto berkaitan<br />

dengan tertundanya pelantikan Budi Gunawan (BG) sebagai Kepala Polri. Pernyataan<br />

Hasto seolah Abraham menaruh dendam terhadap BG, yang dianggap<br />

menggagalkannya sebagai calon wapres PDIP, patut dikritik. Sejauh manakah pengaruh<br />

BG dalam menentukan kebijakan PDIP sehingga dapat menentukan siapa<br />

yang berhak menjadi calon wapres atau tidak? Bukankah BG merupakan aparat<br />

penegak hukum yang harus independen?<br />

Jadi pernyataan Hasto itu tidak boleh menjadi alasan bagi publik mencurigai<br />

kinerja KPK. Setidaknya terdapat tiga alasan agar publik tidak terpengaruh “hasutan”<br />

PDIP. Pertama, asas satu saksi bukanlah saksi (unus testis nullus testis, Pasal<br />

169 HIR/306 R.Bg) harus dijadikan pedoman dalam melihat perkara ini. Keterangan<br />

yang disampaikan Hasto bukan berarti kebenaran mutlak, karena tuduhannya<br />

berpotensi menjadi fitnah yang berupaya menghancurkan kesolidan internal KPK.<br />

Jikapun pertemuan itu terjadi, keinginan Abraham menjadi calon wapres bukanlah<br />

kejahatan pidana. Apalagi jika Ketua KPK itu tidak menjanjikan kepada PDIP keuntungan<br />

apa pun yang terkait dengan jabatannya.<br />

Kedua, penetapan status tersangka BG tidak dapat dikaitkan dengan hasrat<br />

Abraham menjadi calon wapres. Sebab, Pasal 21 Ayat (5) UU Nomor 30 Tahun<br />

2002 tentang KPK menyatakan bahwa pimpinan KPK bekerja secara kolektif. Penentuan<br />

seseorang sebagai tersangka merupakan kerja bersama pimpinan KPK.<br />

Suara Abraham hanya satu dari lima (sekarang empat) suara pimpinan yang ada,<br />

sehingga penetapan BG sebagai tersangka tidak dapat dibatalkan dengan langkah<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KOLOM<br />

Menghalangi Proses Hukum<br />

Apabila tindakan Hasto bertujuan hendak menghentikan proses hukum kasus<br />

rekening gendut yang menimpa BG, perbuatan tersebut adalah pidana menghal<br />

Membangun Indonesia dari<br />

Daerah Partisipasi Publik<br />

dan Politik Anggaran Daerah<br />

hukum apa pun.<br />

Ketiga, sebaiknya publik melihat kasus penundaan pelantikan Kepala Polri dan<br />

status tersangka yang menimpanya dengan fokus pada dugaan pidana korupsi<br />

yang melibatkannya. Segala hal yang kemudian menyertai proses pemilihan Kepala<br />

Polri harus dianggap sebagai kekuatan politik yang tidak senang kepada kinerja<br />

KPK. Ada politik tingkat tinggi<br />

yang sedang bermain untuk<br />

menyudutkan KPK hingga berada<br />

di ujung tanduk.<br />

Dalam kasus penangkapan<br />

Bambang, publik sesungguhnya<br />

sudah dipertontonkan aksi<br />

barbar kepolisian dalam upaya<br />

menghancurkan KPK. Tidakkah<br />

bisa dijelaskan terlebih dulu apa<br />

sebabnya Bambang ditahan?<br />

Cara penangkapan itu sangat<br />

kasar dan mengabaikan prinsipprinsip<br />

hukum yang berkeadilan.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KOLOM<br />

lang-halangi proses penegakan hukum (obstruction of justice). Pasal 21 UU Nomor<br />

31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyebutkan bahwa:<br />

“Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi, atau menggagalkan<br />

secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan<br />

di sidang pengadilan terhadap tersangka dan terdakwa ataupun para saksi dalam<br />

perkara korupsi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan<br />

paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 150.000.000<br />

(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000 (enam ratus<br />

juta rupiah).”<br />

Perlu ketegasan tersendiri bagi KPK dalam menyikapi serangan yang dilakukan<br />

ke tubuh KPK. Sebab, serangan itu diarahkan kepada pribadi pimpinan KPK secara<br />

terencana. Mulai penyebaran foto-foto rekayasa perselingkuhan Abraham Samad<br />

hingga tuduhan bermain politik dalam pencalonan wapres. Bahkan penangkapan<br />

Bambang Widjojanto merupakan indikasi tegas bahwa terdapat pergerakan terorganisasi<br />

untuk menyudutkan hingga menghancurkan lembaga yang membanggakan<br />

ini.<br />

KPK tidak mempunyai kekuatan apa pun untuk melawan institusi Polri korup<br />

yang didukung kekuatan politik kecuali peran masyarakat dalam melindungi KPK.<br />

Melihat ancaman di tubuh KPK saat ini, saatnya elemen publik kembali bahu-membahu<br />

menghadapi upaya menghancurkan lembaga antirasuah ini. Jika tidak, kita<br />

akan kehilangan sebuah harapan besar agar Indonesia bersih dari korupsi, kolusi,<br />

dan nepotisme. Mari selamatkan KPK sekali lagi! n<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

DOKTER<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

‘SPESIALIS’<br />

SAKAU<br />

“APA PUN SAYA LAKUKAN,<br />

TERMASUK BERBOHONG<br />

KEPADA ORANG TUA.”<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Tap untuk melihat<br />

Video<br />

SETAN narkotik sepertinya sudah<br />

menguasai otak Delimasriyanti kala<br />

itu. Kematian kakak, juga adiknya,<br />

pada 2009, dan menyusul saudara<br />

sepupunya tiga tahun lalu, karena narkotik,<br />

tak membuat pikiran Delimasriyanti tambah<br />

terang. Adel—sapaan Delima sriyanti—malah<br />

terjerumus semakin dalam di alam candu.<br />

Adel, 38 tahun, kini ibu satu anak, pertama<br />

kenal pil setan, pil benzo, saat masih di bangku<br />

SMA di sebuah pondok pesantren di Jawa<br />

Tengah. Pertama kali menelan pil setan itu,<br />

Adel mengenang, rasanya benar-benar jauh<br />

dari enak. Kepala kliyengan, perut terasa mual,<br />

hingga akhirnya dia muntah-muntah.<br />

Temannya, yang sekaligus pemasok pil benzo,<br />

membujuk Adel menelan satu pil lagi supaya<br />

rasa mual dan pusing itu sirna. Pusing dan mual<br />

memang tak juga pergi, tapi badannya terasa<br />

semakin enteng, serasa melayang. Hari itu dia<br />

menenggak enam pil benzo sekaligus. Candu<br />

pil benzo perlahan menguasai otaknya. Keesokan<br />

harinya, dia meminta kembali kepada<br />

temannya. Enam pil pertama gratis, kali ini dia<br />

harus membayar.<br />

Demi bisa membeli pil setan, segala hal dilakukan<br />

Adel. “Apa pun saya lakukan, termasuk<br />

berbohong kepada orang tua. Meminta uang<br />

alasannya untuk bayar sekolah, padahal untuk<br />

beli ‘obat’,” katanya. Dari semula “hanya” mencoba<br />

pil benzo, Adel mulai kenal dengan ekstasi,<br />

putau, hingga sabu. Ongkos untuk membiayai<br />

kebutuhan candunya juga semakin mahal.<br />

Mula-mula hanya uang sekolah yang dia<br />

pakai berbelanja, lama-kelamaan sepeda motor<br />

milik orang tuanya dia jual. Barang-barang di<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

kamar kontrakan tandas tak bersisa ditukar<br />

dengan barang-barang “setan” itu. Hanya kasur<br />

satu-satunya barang di kamarnya yang tak ikut<br />

dijual. Bahkan sepeda motor milik kakaknya<br />

pun berakhir di Pegadaian. Semuanya demi pil<br />

setan itu.<br />

Saat itu rasanya tak ada yang bisa memisahkan<br />

Adel dengan ekstasi, putau, dan sabu.<br />

Tidak pula kematian kedua saudara kandungnya<br />

akibat kecanduan obat terlarang. Dari lima<br />

bersaudara, hanya satu orang kakak Adel yang<br />

ogah menyentuh narkoba.<br />

“Saat itu, saya berpikir, tak mungkin bisa<br />

berhenti karena rasa sakit yang saya alami,”<br />

katanya. Jauh sedikit saja dari narkoba, tubuhnya<br />

panas-dingin, hidung meler, batuk-batuk,<br />

tenggorokan gatal, kuping berdengung, tulang<br />

ngilu, dan badan sakit tak keruan. Perintah dari<br />

kedua orang tuanya untuk pulang ke rumah tak<br />

dia gubris. Ancaman dari ayahnya yang berniat<br />

melaporkannya ke polisi juga cuma dianggap<br />

angin lewat oleh Adel.<br />

Hingga akhirnya dia mendengar kabar bahwa<br />

orang tuanya sakit berat. Hatinya melunak.<br />

Apalagi belakangan dia positif terdiagnosis terinfeksi<br />

HIV. Dokter Aisah Dahlan-lah yang menunjukkan<br />

jalan apa yang harus Adel tempuh<br />

supaya dia bisa mencuci candu dalam darahnya.<br />

Sekarang Adel mengklaim sudah bersih dari<br />

pengaruh candu narkotik. “Sudah cukuplah<br />

yang kemarin-kemarin. Saya menyesal, di saat<br />

orang lain sudah berbuat banyak hal, saya baru<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Saat itu, saya<br />

berpikir, tak mungkin<br />

bisa berhenti.<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

akan memulai langkah baru,” ujar Adel. Beruntung<br />

upayanya untuk pulih didukung tak hanya<br />

oleh suaminya yang juga sesama mantan<br />

pengguna narkoba, tapi juga oleh keluarganya<br />

serta para sahabatnya di Yayasan Sahabat Rekan<br />

Sebaya (SRS).<br />

●●●<br />

“Saya ini KKN, Mbak,” Aisah Dahlan, 45 tahun,<br />

memperkenalkan diri. KKN yang dia maksud<br />

tak ada hubungannya dengan korupsi, melainkan<br />

singkatan dari Keluarga Korban Narkoba.<br />

Dua puluh tahun lalu, keluarga orang tua<br />

Aisah kaget setengah mati setelah mereka<br />

menerima hasil tes urine Sahril Dahlan, adik<br />

kandung Aisah. Siapa orang tua yang tak<br />

terkejut mendapati tes urine anaknya positif<br />

mengandung opium.<br />

Kedua orang tuanya, juga Aisah, setengah<br />

tak percaya dengan hasil tes itu. Apalagi sang<br />

adik juga membantah memakai narkotik. Sahril<br />

malah menduga ada temannya yang iseng memasukkan<br />

opium ke dalam kopinya. Tapi tandatanda<br />

itu sebenarnya sudah lama kelihatan.<br />

Suami Aisah, yang masa kecilnya bertetangga<br />

di lingkungan para pecandu narkotik, sudah<br />

lama curiga terhadap perubahan perilaku adik<br />

iparnya.<br />

“Sahril, yang biasanya penurut dan ramah, jadi<br />

gampang marah,” Aisah mengenang. Seperti<br />

kisah pecandu lainnya, Sahril melakukan apa<br />

saja untuk ongkos sakau. Perhiasan, perangkat<br />

elektronik, dan sejumlah barang berharga di rumah<br />

raib tak jelas ke mana. Beberapa kali Sahril<br />

juga “membobol” kartu kredit ayahnya. Ketika<br />

Sahril menjalani tes urine itu, dia sebenarnya<br />

sudah bertahun-tahun diracuni candu narkotik.<br />

Berulang kali masuk panti rehabilitasi pecandu<br />

narkotik, berulang kali pula Sahril kembali<br />

lagi kepada “obat setan” itu. Pernah dia<br />

seminggu masuk rumah sakit di Manggarai,<br />

Jakarta, untuk “mencuci” racun-racun candu di<br />

tubuhnya. Tapi, hanya tiga hari di rumah, Sahril<br />

kembali terjerumus ke lubang yang sama.<br />

Menikahkan Sahril pun ternyata tak membuat<br />

hubungannya dengan candu terputus.<br />

Aisah dan keluarganya akhirnya memutuskan<br />

membawa Sahril ke Rumah Pengasih,<br />

panti rehabilitasi pecandu di Malaysia. Ter-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

nyata, 70 persen pecandu narkotik yang<br />

dirawat di Rumah Pengasih ini berasal dari<br />

Indonesia. Melihat keberhasilan metode pemulihan<br />

Rumah Pengasih, suami Aisah mendorong<br />

istrinya belajar metode rehabilitasi<br />

pecandu di sana.<br />

Aisah, yang semula berniat menjadi dokter<br />

spesialis anak, membelokkan cita-citanya.<br />

“Apalagi saya juga ingin membantu adik<br />

supaya bisa segera pulih,” ujar ibu lima anak<br />

ini. Pada 1997, sepulang belajar dan menemani<br />

adiknya menjalani rehabilitasi, Aisah<br />

dan suaminya memutuskan mendirikan unit<br />

rehabilitasi pecandu narkoba, yang bekerja<br />

sama dengan Rumah Sakit Harum, rumah<br />

sakit swasta di Kalimalang. Ia menerapkan<br />

metode yang ia pelajari dari Rumah Pengasih.<br />

Keduanya berpendapat bahwa pengobatan<br />

untuk pengguna narkoba tidak bisa dilakukan<br />

sekaligus. Perlu beberapa fase pengobatan,<br />

di antaranya detoksifikasi, rehabilitasi, dan<br />

after-care.<br />

Walaupun hanya bermodal pengetahuan<br />

yang masih minim, Aisah dan suaminya sangat<br />

bersemangat membantu para pecandu untuk<br />

lepas dari racun narkoba. Dalam sehari, ketika<br />

praktek dibuka, ada 6-15 pasien datang. Jika ada<br />

pasien tak mampu membayar, tak jadi soal bagi<br />

Aisah. Enam tahun kemudian, bekerja sama<br />

dengan Rumah Sakit Bhayangkara di Ciputat,<br />

Aisah membuka klinik rehabilitasi.<br />

Setelah sekian lama berhubungan dengan<br />

para pecandu, Aisah bertanya-tanya. “Mau<br />

dibawa ke mana para mantan pecandu ini<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

setelah keluar dari panti rehabilitasi?” Apalagi<br />

mereka sebagian besar masih muda.<br />

Dibantu sejumlah “pensiunan” pecandu, Aisah<br />

membentuk Sahabat Rekan Sebaya (SRS).<br />

Di komunitas itu, para mantan pemakai bisa<br />

saling mendukung, mendampingi, dan mengawasi<br />

satu sama lain. Sebab, menurut Aisah,<br />

pemulihan tak mudah jika tak ada dukungan<br />

dari keluarga dan lingkungan.<br />

Hidup setelah lepas dari racun narkotik juga<br />

satu perjuangan bagi mereka. Stigma yang telanjur<br />

melekat membuat mereka susah mendapatkan<br />

pekerjaan. Akibat terlalu lama diracuni<br />

candu, biasanya para “pensiunan” pecandu ini<br />

kehilangan kepercayaan diri. Kondisi fisiknya<br />

juga tak lagi prima.<br />

Di SRS, para mantan pecandu belajar hidup<br />

mandiri. Mereka bermain musik, mereka men-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

jadi narasumber seminar, mereka beternak,<br />

mereka membuka bengkel mobil. “Kami tidak<br />

mengajari mereka meminta-minta, tapi mendapat<br />

sesuatu dari hasil kerja keras mereka sendiri,”<br />

ujar Aisah. Tahun ini, mereka menjual 15.000<br />

merchandise untuk membiayai film Cukup Gue<br />

II karya mereka.<br />

Kendati berat, mereka harus hidup di atas kaki<br />

mereka sendiri. Aisah tak bosan mengingatkan<br />

supaya mereka tak menggantungkan hidup<br />

pada orang lain, termasuk pada Aisah. “Saya<br />

bilang ke mereka, ‘Kalau mau bergantung, ya<br />

sama Allah.’”<br />

Aisah selalu menolak dianggap dan dipanggil<br />

“Ibu” oleh pasiennya. Metode itu sengaja ia<br />

lakukan supaya ada sekat dan aturan yang tak<br />

mudah dilanggar oleh para mantan pasien.<br />

Apalagi sebagian besar mereka masih memiliki<br />

ibu dan keluarga. Aisah hanya mau dianggap<br />

sebagai kakak, mitra kerja, dan mentor. “Supaya<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

mereka tetap disiplin dan tidak melanggar aturan.<br />

Kalau sebagai ibu, pasti akan ada pemakluman-pemakluman,”<br />

katanya.<br />

Selama belasan tahun berjuang menarik para<br />

pecandu dari jeratan racun narkotik, entah<br />

sudah berapa banyak orang yang diselamatkan<br />

Aisah dan teman-temannya. Dua bersaudara<br />

kembar Rhoma dan Romi di antaranya. Keduanya<br />

mengenal Aisah saat mengikuti detoksifikasi<br />

massal yang dilakukan di rumah singgah<br />

Slankers pada 2004.<br />

Mereka berkenalan dengan barang haram itu<br />

saat masih di bangku SMP. Setelah melewati<br />

detoksifikasi dan rehabilitasi, dua kembar ini<br />

bergabung dengan SRS. Baik Rhoma maupun<br />

Romi mengatakan dokter Aisah dan SRS berjasa<br />

besar dalam proses pemulihan keduanya<br />

keluar dari jerat narkoba. “Bagi kami, Ibu Aisah<br />

dan teman-teman di SRS-lah yang membuat<br />

kami berubah,” ujar Rhoma. ■ KUSTIAH<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

BIODATA<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

Aisah Dahlan<br />

Lahir: Jakarta, 17 Desember 1968<br />

SEKOLAH<br />

● Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran<br />

Universitas Hasanuddin, Makassar.<br />

● Program Profesi Dokter di Fakultas Kedokteran<br />

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.<br />

● Drugs Abuse Counselor Training di Rumah<br />

Pengasih, Kuala Lumpur, Malaysia.<br />

PENGALAMAN KERJA<br />

● 1998-2002, Kepala Unit Narkoba RS Harum,<br />

Jakarta.<br />

● 1998-sekarang, Pembina Program After-Care<br />

Sahabat Rekan Sebaya.<br />

● 1999-2001, bekerja di Puskesmas Kecamatan<br />

Cilandak.<br />

● 2000-sekarang, Trainer Program MBS.<br />

● 2003-sekarang, Pembina Pedepokan Recovery<br />

Slankers (Slank).<br />

● 2003-sekarang, Kepala Unit Narkoba RS<br />

Bhayangkara Selapa Lemdikpol.<br />

● 2008-sekarang, Staf Ahli Kalakhar BNN<br />

Bidang Terapi & Rehabilitasi.<br />

● 2011-sekarang, Koordinator Terapis Holistik<br />

Klinik Sunter Medical Center.<br />

● Pembina Sosial Entrepreneur After-Care<br />

Yayasan Sahabat Rekan Sebaya.<br />

PENGHARGAAN<br />

● 2014, “Indihome Inspiring Woman Award”<br />

dari Telkom Indonesia sebagai Woman Health<br />

Activist.<br />

● 2013, She Can Award–Tupperware<br />

sebagai Wanita Inspiratif di Indonesia.<br />

● 2011, “Sang Teladan” dari Tempo<br />

Media & Decolgen.<br />

● 2009, “Prestasi Insan Anti-Narkotika<br />

(PITA)” dari Gerakan Rakyat Anti-<br />

Madat (GERAM).<br />

● 2009, “Warga Utama” dalam<br />

bidang Te rapi & Rehabilitasi<br />

Narkoba dari Presiden Republik<br />

Indonesia.<br />

● 2007, “Orang yang Bekerja dengan<br />

Nurani” menurut 8 th Habit, Steven<br />

Covey dari Dunamis Organization<br />

Services.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK 26 DETIK JANUARI 19 - 125 FEBRUARI JANUARI 2015


WISATA<br />

BANTIMURUNG,<br />

Surga si Petualang<br />

ADA KOLAM TEMPAT MANDI<br />

PARA BIDADARI. KONON,<br />

AIRNYA BISA MEMBUAT<br />

ENTENG JODOH.<br />

WIKIPEDIA<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

WIKIPEDIA<br />

DI kalangan traveler, Sulawesi Selatan<br />

tak pernah terlewat dari daftar<br />

provinsi yang ingin dikunjungi.<br />

Mulai wisata Kota Tua Benteng Fort<br />

Rotterdam, Tana Toraja, hingga Pantai Losari,<br />

semua ada di sini.<br />

Kalangan pencinta alam jangan khawatir.<br />

Salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan juga<br />

memiliki pesona wisata alam yang indah serta<br />

kondisi alam yang unik.<br />

Tempat wisata itu berada di Taman Nasional<br />

Bantimurung Bulusaraung di Kecamatan<br />

Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi<br />

Selatan.<br />

Lahan seluas 43.750 hektare ini menjadi<br />

rumah bagi 300 jenis kupu-kupu, dan 20 di<br />

antaranya dilindungi. Karena banyaknya jenis<br />

kupu-kupu itu, lokasi ini mendapat julukan<br />

The Kingdom of Butterfly.<br />

Bukan hanya itu, jiwa petualang Anda akan<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

AMUSINGPLANET.COM<br />

MAKASAR<br />

TAMAN NASIONAL<br />

BANTIMURUNG<br />

BULUSARAUNG<br />

diuji de ngan menyusuri 80 gua alam dan gua<br />

prasejarah, air terjun yang mengalir langsung<br />

dari gunung, sungai, serta danau di perbukitan<br />

karst.<br />

Ada beragam cara untuk menjangkau Taman<br />

Nasional Bantimurung Bulusaraung. Jaraknya<br />

hanya 24 kilometer dari Bandara Internasional<br />

Sultan Hasanuddin. Paling hanya 30 menit<br />

dengan kendaraan bermotor.<br />

Sedangkan dari Kota Makassar, jaraknya<br />

lumayan jauh, kira-kira 42 kilometer. Mungkin<br />

Anda membutuhkan waktu sekitar satu jam<br />

perjalanan darat.<br />

Kalau tak menyewa mobil, silakan menumpang<br />

pete-pete (angkutan umum di Makassar)<br />

menuju Terminal Maros. Kemudian dilanjutkan<br />

kembali dengan pete-pete yang melewati<br />

taman nasional tersebut.<br />

Jangan lupa meminta sopir mengantarkan<br />

Anda sampai ke tempat pembelian tiket karena<br />

jalan masuk yang cukup melelahkan.<br />

Begitu tiba di Taman Nasional Bantimurung<br />

Bulusaraung, Anda akan disambut patung<br />

kupu-kupu dan kera raksasa. Jangan lupa<br />

membeli tiket masuk sebesar Rp 20 ribu per<br />

orang.<br />

Dengan tiket ini, Anda bisa menikmati se-<br />

DETIKTRAVEL<br />

WIKIPEDIA<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


AMUSINGPLANET.COM<br />

WISATA<br />

AMUSINGPLANET.COM<br />

luruh pesona alam, termasuk fasilitas umum<br />

yang tersedia di dalamnya. Enggak mahal,<br />

bukan?<br />

Tak jauh dari gerbang masuk, Anda bisa menemukan<br />

kolam besar yang dikenal dengan<br />

Kolam Jamala. Menurut penduduk setempat,<br />

dulu para bidadari sering mandi di kolam ini.<br />

Hmmm.<br />

Terdapat papan petunjuk bertulisan “Kolam<br />

Jamala”. Di papan itu juga disebutkan bahwa<br />

air Jamala bisa menyembuhkan beragam penyakit<br />

hingga bisa membuat orang enteng<br />

jodoh. Wah.<br />

Air kolam berwarna cokelat keruh. Meski<br />

WIKIPEDIA<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

DETIKTRAVEL<br />

keruh, tidak tampak kotoran sama sekali. Warna<br />

cokelat ini lantran air berasal langsung dari sungai<br />

bawah tanah.<br />

Lanjutkan perjalanan menuju air terjun. Silakan<br />

berjalan menyusuri sungai, suara gemercik air lambat<br />

laun mulai terdengar. Di sepanjang aliran sungai,<br />

saksikan kupu-kupu berwarna-warni.<br />

Air terjun ini merupakan salah satu tempat yang<br />

paling ramai dikunjungi wisatawan. Aliran airnya<br />

sangat deras sehingga menimbulkan kesejukan di<br />

seluruh area.<br />

Jangan terburu-buru menceburkan diri Anda<br />

karena airnya cukup dingin. Mulailah terlebih dulu<br />

dengan mencelupkan tangan atau jari kaki.<br />

Banyak wisatawan berdiri tepat di bawah air terjun<br />

untuk merasakan sensasi derasnya air yang jatuh ke<br />

kepala. Ingin bermain air? Sewalah ban seharga Rp<br />

10 ribu.<br />

Di sebelah air terjun, terdapat anak tangga menuju<br />

Gua Batu. Jarak dari anak tangga menuju mulut<br />

gua sejauh 800 meter. Cukup jauh, tapi dijamin tak<br />

akan terasa karena cuaca yang sejuk.<br />

Gua ini tergolong sepi pengunjung. Mungkin<br />

karena gelap dan sunyi yang langsung terasa ketika<br />

DETIKTRAVEL<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

pengunjung tiba di sana. Jalan masuk ke gua<br />

hanya bisa dilewati satu orang.<br />

Di dalamnya, tidak ada cahaya sama sekali,<br />

hanya ada jalan setapak sebagai petunjuk jalan.<br />

Anda bisa menyewa lampu senter seharga<br />

Rp 15 ribu.<br />

Bila takut tersesat, Anda juga bisa meminta<br />

pemandu wisata lokal untuk menemani perjalanan<br />

dengan harga yang bervariasi, tergantung<br />

negosiasi.<br />

Rute di dalam gua tidak terlalu dalam, hanya<br />

sekitar 200 meter. Di dalamnya, terdapat<br />

dua ruangan besar yang banyak diisi batuan<br />

stalaktit dan stalagmit.<br />

Semakin ke dalam, suasananya akan semakin<br />

menegangkan, gelap dan sepi. Menurut<br />

DETIKTRAVEL<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

THINKSTOCK WIKIPEDIA<br />

pemandu, gua ini sering dijadikan tempat<br />

pertapa untuk bersemadi.<br />

Konon, salah satu pertapa dikubur tepat di<br />

sebelah gua. Mendengar cerita itu di dalam<br />

gua, rasanya pasti ingin cepat-cepat keluar<br />

dari gua. Seram juga, ya.<br />

Tak berhenti sampai di Gua Batu, jangan<br />

lupa kunjungi museum kupu-kupu. Inilah<br />

maskot taman nasional ini. Beberapa koleksi<br />

kupu-kupu dapat Anda lihat dari dekat. Tiket<br />

masuknya Rp 5.000.<br />

Alfred Russel Wallace, salah satu peneliti<br />

terkenal, menghabiskan separuh hidupnya<br />

untuk meneliti kupu-kupu di sini. Di dalam<br />

bukunya, Wallace menyebut terdapat 300<br />

spesies kupu-kupu di sini.<br />

Sementara museum menampilkan kupu-kupu<br />

yang diawetkan, Anda bisa melihat secara<br />

langsung kehidupan kupu-kupu di tempat<br />

penangkarannya. Terdapat dua kerangkeng<br />

besar di tempat ini.<br />

Kupu-kupu umumnya berumur pendek,<br />

berkisar seminggu. Namun ada beberapa<br />

spesies yang mampu hidup hingga setahun<br />

lamanya. Wow.<br />

Kibasan sayap kupu-kupu ini begitu menawan<br />

sampai-sampai Anda rasanya ingin<br />

membawanya pulang. Tapi jangan pernah<br />

mencobanya, ya. Dilarang.<br />

Silakan membeli suvenirnya saja di kioskios<br />

yang tersedia. Dengan tidak mengganggu<br />

kupu-kupu, Anda ikut melindungi<br />

kelangsungan hidupnya, lo. n<br />

MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI FEBRUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

JAJAN<br />

di<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

JAJANAN DI TRUK LAGI NGETREN DI JAKARTA.<br />

DIPREDIKSI TAK AKAN BERTAHAN LAMA.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

SUDAH hampir satu jam<br />

Dimas lari pagi di bilangan<br />

Sudirman. Peluh bercucuran,<br />

membasahi seluruh<br />

wajah dan badannya. Selain haus,<br />

karyawan swasta ini mulai lapar.<br />

Sambil terus berlari, Dimas mulai<br />

lirak-lirik. Siapa tahu di sekitarnya ada<br />

makanan yang menarik hati. Gerobak<br />

demi gerobak penjaja makanan kaki<br />

lima dilewati. Tak ada yang membangkitkan<br />

selera.<br />

Dia pun lantas merogoh saku<br />

celana. Sambil berlari kecil, Dimas<br />

membuka akun Instagram.<br />

Maksud hati mencari tempat<br />

makan unik sekaligus<br />

sedang ngehit.<br />

Matanya terpaku pada<br />

foto yang diunggah salah<br />

satu temannya. “Food Truck<br />

in the Park”. Dan tanpa<br />

sadar, Dimas mengklik foto<br />

itu.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

Rupanya ada event truk-truk penjual makanan<br />

di salah satu mal di dekat tempatnya<br />

berlari. Ah, ini dia yang Dimas cari. Dimas pun<br />

segera mengarahkan kakinya menuju mal<br />

tersebut.<br />

Di area parkir pusat belanja itu, truk-truk<br />

berdesain unik dengan bangku-bangku makan<br />

telah rapi terparkir. Buat Dimas, ini adalah<br />

pemandangan baru. Baru pertama kali dilihatnya.<br />

“Di Amerika kayaknya banyak, tapi kalau<br />

lihat langsung ya baru kali ini,” katanya antusias.<br />

Dimas pun langsung memilih salah satu<br />

truk yang menurut dia menarik. Dia memesan<br />

menu yang unik: Nasi Sesat. Wah, namanya<br />

saja sudah lucu, ya.<br />

Dia mungkin baru pertama kali menjajal kuliner<br />

berjalan. Penjual makanan keliling, baik<br />

itu menggunakan gerobak, sepeda, maupun<br />

sepeda motor, sudah sering dia jumpai.<br />

Tapi fenomena penjual makanan dengan<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

truk memang baru setahun belakangan ini<br />

mulai eksis, meski hingga kini pemain bisnis<br />

ini masih sangat terbatas.<br />

Salah satu yang berkecimpung dalam konsep<br />

food truck adalah Gary Gunarsa. Dengan<br />

nama Kai Pacifica, pria 32 tahun itu memulai<br />

usaha truk makanan bersama temannya, Kites,<br />

sejak Desember 2014.<br />

Inspirasi ini bermula dari pengalaman Kites<br />

berkuliah di beberapa tempat di Amerika.<br />

Berbekal 10 tahun di dunia kuliner, Kites bekerja<br />

sama dengan Gary membangun usaha<br />

food truck.<br />

“Partnerku, Kites, kebetulan seorang chef. Di<br />

dunia masak, dia pernah buka restoran di Bali,<br />

di Jakarta juga,” cerita Gary kepada majalah<br />

detik.<br />

Gary dan Kites menggunakan mobil jenis<br />

Isuzu Elf long chassis warna biru. Mereka<br />

menghias truk dengan motif bunga yang<br />

umumnya dijadikan kalung di Hawaii.<br />

“Karena Kites pernah berkuliah di Hawaii,<br />

kita usung konsep Hawaii,” ujar pria yang<br />

sehari-hari bekerja sebagai desainer sekaligus<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

branding consultant ini.<br />

Menurut Gary, konsep makanan yang ditawarkan<br />

food truck sebaiknya memperhitungkan<br />

keunikan. Gary menggabungkan menumenu<br />

Meksiko, Jepang, Korea, dan tak lupa<br />

Indonesia.<br />

“Saya pikir kita bisa berkreasi di sini, menyesuaikan<br />

hidangan dengan lidah orang<br />

Indonesia. Isinya harus unik,” ujar Sony, salah<br />

satu chef Kai Pacifica.<br />

Sementara Kai Pacifica mengusung konsep<br />

campur-campur, Telap Telep lebih memilih<br />

mengedepankan unsur Indonesia, mulai desain<br />

truk hingga menu-menu makanannya.<br />

Unsur “sangat Indonesia” ini diambil oleh<br />

dua bersaudara Junas dan Ayu karena saat ini<br />

food truck dengan makanan luar negeri sudah<br />

banyak.<br />

“Jadi kita kombinasi, cara jualnya mengambil<br />

konsep dari luar negeri, sementara makanan<br />

yang dijual Indonesia,” ujar Junas.<br />

Kakak-adik ini memakai truk jenis Mitsubishi<br />

Fuso yang lebih lega. Meski begitu, Junas<br />

mengaku tak semua proses produksi makanan<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

dilakukan di dalam mobil.<br />

Ia punya dapur utama untuk mempersiapkan<br />

bahan-bahan makanan. “Dapur itu<br />

tempat menyiapkan bahan-bahan, masaknya<br />

di truk,” kata Junas, yang biasa menjual 100<br />

porsi makanan.<br />

Fenomena food truck di Indonesia tidak hanya<br />

dimanfaatkan pelaku usaha untuk menarik<br />

konsumen. Menurut Gary, kehadiran food<br />

truck dapat mengubah cara pandang orang<br />

mengenai jajanan kaki lima.<br />

“Jadi kita seperti meng-create satu habit<br />

baru, sosialisasi bahwa jajanan di jalan itu enak<br />

lo dan harganya terjangkau. Kapan lagi makan<br />

sirloin di pinggir jalan dengan rasa enak, ya,”<br />

ujar Gary.<br />

Iman, salah satu pelanggan food truck,<br />

mengaku mendapat pengalaman baru saat<br />

jajan. “Makan enak tapi enggak resmi kayak di<br />

restoran. Enak,” ujarnya.<br />

Meskipun kehadiran food truck mulai menjamur<br />

di beberapa tempat di Jakarta, Iman<br />

masih sangsi konsep baru ini dapat bertahan<br />

dalam jangka waktu lama.<br />

“Orang Indonesia itu suka musiman. Kalau<br />

nanti ada konsep baru, bisa jadi (food truck)<br />

akan hilang. Karena orang indonesia itu lifestyle-nya<br />

demanding banget,” ujar Iman.<br />

Apalagi cuaca dan udara di Jakarta mungkin<br />

kurang cocok untuk konsep seperti ini. Kalau<br />

sekarang sedang jadi tren, mungkin karena<br />

orang ingin menjajal pengalaman baru saja.<br />

“Di Amerika mungkin udara lebih bersih<br />

dan tidak panas seperti di Jakarta. Jadi ( food<br />

truck) mungkin musiman saja,” ujar Kiki, salah<br />

satu pengunjung. Hmm, setujukah Anda? n<br />

MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

5<br />

Food<br />

Truck<br />

di Jakarta<br />

TACO TRUCK<br />

Taco Truck memulai<br />

usaha pada September<br />

2013. Mengklaim sebagai<br />

pelopor food truck di<br />

Indonesia. Usaha yang<br />

dirintis Andre Tenardi<br />

ini menyajikan makanan<br />

Meksiko, seperti burrito,<br />

quesadilla, churros, dan<br />

nachos.<br />

Menu andalannya adalah<br />

tacos yang disajikan<br />

dengan pilihan tortilla renyah<br />

atau lembut dengan<br />

isi daging sapi, ayam,<br />

sayur. Ada pula pilihan<br />

isi bulgogi, ayam teriyaki,<br />

dan rendang asada.<br />

LOCO MAMA<br />

Loco Mama menyajikan<br />

hidangan<br />

Meksiko tapi lebih<br />

berfokus pada burrito<br />

yang disajikan dengan<br />

tortilla, di mangkuk<br />

atau nachos. Daging<br />

pilihan antara lain<br />

lidah sapi, daging sapi<br />

suwir, dan ayam.<br />

Ada pico de gallo,<br />

salsa verde, dan salsa<br />

roja untuk pilihan<br />

saus salsanya. Selain<br />

burrito, ada keripik<br />

tortilla dan salsa, quesadilla,<br />

serta Mexican<br />

S’mores.<br />

JAKARTA FOOD<br />

TRUCK<br />

Salah satu pendiri<br />

Jakarta Food Truck adalah<br />

Ari Galih Gumilang,<br />

mantan presenter acara<br />

Harmoni Alam di Trans<br />

TV. Menu andalannya<br />

sloppy Joe, smokey ribs,<br />

schnitzel roll, fritto misto,<br />

dan red velvet pancake.<br />

Ada juga nasi lapak<br />

dan bir pletok. Jakarta<br />

Food Truck tidak berpindah-pindah<br />

tempat,<br />

melainkan menetap di<br />

daerah Kuningan dan<br />

Kemang, Jakarta Selatan.<br />

STREET RAMYUN<br />

Pencinta makanan Korea<br />

dan K-pop tampaknya<br />

senang dengan kehadiran<br />

Street Ramyun.<br />

Parkir di kawasan Tebet,<br />

Jakarta Selatan. Menu<br />

andalannya bibimbap,<br />

kimchi, dan tteokbokki<br />

dari bahan-bahan segar<br />

dan organik.<br />

Pelanggan akan dihibur<br />

dengan TV berlayar<br />

lebar yang menyetel<br />

klip video artis-artis K-<br />

pop serta Wi-Fi. Bahkan<br />

tersedia mobile application<br />

Street Ramyun di<br />

Google Play.<br />

RETRO<br />

GOURMET<br />

Retro Gourmet<br />

menawarkan<br />

aneka pastry<br />

dari truknya<br />

yang berwarna<br />

pink menyala.<br />

Ada almond<br />

raisin cookies,<br />

green tea cake,<br />

croissant, serta<br />

fruit Danish.<br />

Makanan praktis,<br />

seperti sandwich,<br />

quiche,<br />

dan salad, juga<br />

tersedia.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

KAKI LIMA<br />

ALA AMERIKA<br />

ANEKA JAJANAN<br />

UNIK DITAWARKAN<br />

LEWAT TRUK-TRUK<br />

YANG DISULAP JADI<br />

DAPUR BERJALAN.<br />

SEDANG NGETREN DI<br />

JAKARTA.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

SIANG itu saya janjian dengan seorang<br />

teman di FX Sudirman, Jakarta.<br />

Saya sengaja datang agak pagi karena<br />

takut bakal kena macet. Maklum<br />

saja, macet di Jakarta sepertinya memang tak<br />

kenal hari libur.<br />

Mata saya tertuju pada jajaran truk besar di<br />

area parkir mal di bilangan Sudirman itu. Ini bukan<br />

truk biasa, melainkan truk penjual jajanan<br />

kaki lima seperti yang biasa ditemui di Amerika<br />

Serikat.<br />

Karena jam janjian dengan teman masih agak<br />

lama, saya pun memutuskan mampir ke area<br />

truk-truk itu. Dan ternyata bukan cuma truk,<br />

ada juga mobil-mobil besar yang disulap jadi<br />

dapur berjalan.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

Penjual keliling ini ternyata berkumpul dalam<br />

rangka Food Truck “Tribute to Chinese New<br />

Year”. Mereka berjualan di FX Sudirman pada<br />

16-25 Januari 2015.<br />

Setelah sejenak melihat-lihat, saya pun melirik<br />

beberapa truk yang berjejer. Di antara truktruk,<br />

ternyata ada juga mobil-mobil berukuran<br />

besar, seperti Isuzu Elf long chassis biru tua di<br />

dekat saya.<br />

Mobil bermotif bunga kemboja itu terus<br />

terang menarik perhatian saya. Seorang pria<br />

berbadan tegap menyapa saya dengan ramah.<br />

Dia adalah chef Kai Pacifica.<br />

Hidangan yang ia sediakan berupa campuran<br />

cita rasa empat negara berbeda: Meksiko,<br />

Jepang, Korea, dan Indonesia. Hmm, tentu saja<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

saya tertarik mencoba.<br />

Sang chef merekomendasikan Bulgogi Kimchi<br />

Burrito (Rp 35 ribu). Tanpa ragu, saya langsung<br />

mengiyakan tawaran chef, yang langsung<br />

menyiapkan pesanan saya itu.<br />

Saya sengaja berdiri di depan truk, sehingga<br />

bisa langsung melihat proses meracik makanan.<br />

Pandangan saya sejenak terpaku pada<br />

kelincahan chef dan para karyawannya.<br />

Ada yang meracik saus di atas panci,<br />

mencincang sayur, ada pula<br />

yang melipat tortilla. Mereka<br />

seolah-olah sudah paham<br />

dengan tugas masingmasing,<br />

sehingga tidak<br />

kerepotan meski dapurnya<br />

sempit.<br />

Tak berapa lama, satu<br />

bungkus Bulgogi Kimchi<br />

Burrito yang masih hangat<br />

sudah di tangan. Tampilan luarnya<br />

memang tidak ada yang spesial,<br />

tapi sensasi gigitan pertama sungguh di<br />

luar dugaan.<br />

Bagian dalam makanan khas Meksiko ini<br />

terlihat seperti sushi yang dibungkus dengan<br />

lapisan tortilla. Cita rasa asam sekilas muncul<br />

saat taburan kimchi dan mayones bertemu<br />

dengan lidah.<br />

Sedangkan irisan daging bulgogi menciptakan<br />

campuran rasa manis-pedas-gurih khas<br />

Korea yang cukup dominan. Kehadiran rumput<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

laut juga menambah<br />

cita rasa laut yang beradu<br />

di dalam mulut<br />

saya.<br />

Ledakan pertemuan<br />

rasa ini<br />

diseimbangkan<br />

dengan nasi pulen<br />

dan tortilla<br />

yang cenderung<br />

agak hambar. Tak<br />

terasa seluruh potongan burrito<br />

saya lahap tanpa sisa.<br />

Puas dengan burrito Kai Pacifica, saya beranjak<br />

ke truk yang ada di tengah area parkir.<br />

Truk makanan bernama Telap Telep ini mengundang<br />

minat saya untuk mampir.<br />

Truk berwarna krem bermotif batik awan<br />

ini merupakan satu-satunya di FX Sudirman<br />

yang mengusung tema Indonesia, termasuk<br />

makanan yang disajikan.<br />

Saya memesan salah satu menu andalannya,<br />

Mie Comblang (Rp 20 ribu). Hidangan mi bernama<br />

unik ini merupakan campuran mi, kulit<br />

pangsit, suwiran daging ayam, dengan bunga<br />

kecombrang.<br />

Bunga? Iya, bunga yang satu ini memang<br />

sering dimasukkan dalam bahan makanan<br />

Indonesia. Tanaman asal Indonesia ini sering<br />

digunakan sebagai penambah rasa masakan<br />

khas Nusantara.<br />

Satu mangkuk plastik mi berukuran kecil<br />

dilengkapi dengan kuah ayam dan satu potong<br />

bakso sapi terhidang di meja. Kelopak bunga<br />

kecombrang berwarna merah muda bercampur<br />

dengan ayam suwir.<br />

Saya pun menyantapnya lahap, dengan<br />

menjajal kombinasi seluruh elemen, termasuk<br />

sambal potong khas Telap Telep. Hasilnya,<br />

kekayaan aroma dan cita rasa terperangkap<br />

dalam mulut.<br />

Bumbu yang melekat pada mi terasa begitu<br />

gurih. Sedangkan bunga kecombrang membawa<br />

cita rasa agak sepat, cukup unik.<br />

Tak afdal rasanya jika saya belum mencicipi<br />

hidangan food truck yang tergolong senior.<br />

Jakarta Food Truck sudah setahun lebih dulu<br />

menyediakan jajanan kaki lima khas Negeri<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

Abang Sam.<br />

Penampilan truknya<br />

sederhana, bagian atas<br />

dilapisi warna putih, sedangkan<br />

warna merah<br />

melekat pada bagian<br />

bawahnya. Seorang<br />

pelayan wanita menyodorkan<br />

menumenu<br />

Western.<br />

Saya memutuskan<br />

memesan<br />

Grilled Smoked<br />

Ribs (Rp 85 ribu). Tampilannya menggoda.<br />

Satu porsi Grilled Smoked Ribs berisi<br />

tiga iga sapi jumbo lengkap dengan barbeque<br />

sauce, salad, dan potato wedges.<br />

Dagingnya tidak alot, pertanda dimasak pas.<br />

Bumbunya manis-gurih cukup meresap hingga<br />

bagian terdalam. Salad menjadi komponen<br />

penyelamat bagi yang tak suka makan daging<br />

dalam porsi besar.<br />

Melirik ke sekeliling area parkir masih ada<br />

truk lain yang belum saya sambangi, tapi perut<br />

sudah kepalang penuh. Saya pun memutuskan<br />

menyudahi acara makan itu.<br />

Tidak seperti di Amerika Serikat, food truck di<br />

Jakarta memang agak susah ditemui. Mereka<br />

biasanya bisa dijumpai dalam berbagai acara<br />

yang digelar pusat belanja.<br />

Tapi, kalau sedang tak ada event, food truck<br />

ini bisa dicari di tempat mangkal masing-masing.<br />

Tentu saja tempat satu truk dengan truk<br />

lainnya berbeda, ya.<br />

Kai Facifica misalnya. Truk ini biasanya membuka<br />

lapak di Jalan Joko Sutono atau di depan<br />

Sekolah Tirta Marta Pondok Indah, Jakarta<br />

Selatan. Sedangkan Telap Telep bisa dijumpai<br />

di Taman Ayodya, Barito, Jakarta Selatan, pada<br />

Sabtu-Minggu.<br />

Posisi food truck juga bisa dipantau lewat<br />

akun Twitter masing-masing. Ada @KaiPacifica,<br />

@TelapTelepFood, dan Jakarta Food Truck<br />

dengan akun @JKTfoodtruck. n<br />

MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

MONOREL<br />

MAU KE MANA<br />

MONOREL TANPA<br />

PT JAKARTA MONORAIL<br />

TIDAK SABAR PROYEK MONOREL MANGKRAK, AHOK AKAN MEMUTUS HUBUNGAN<br />

DENGAN PEMEGANG KONSESI, PT JAKARTA MONORAIL.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

MONOREL<br />

MAU KE MANA<br />

Joko Widodo, saat<br />

menjadi Gubernur Jakarta,<br />

meresmikan kelanjutan<br />

pembangunan monorel<br />

pada Oktober 2013.<br />

Beberapa bulan kemudian,<br />

pengerjaan ini kembali<br />

mandek.<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

DUA setengah tahun lalu sepotong jalur<br />

monorel dan keretanya nampang<br />

di Monas. Kereta buatan Tiongkok itu<br />

dipamerkan pemegang proyek, yakni<br />

Jakarta Monorail, dengan bangga. Sekitar tiga<br />

bulan kemudian, proyek yang bertahun-tahun<br />

mangkrak itu seperti bergerak kembali. Dengan<br />

upacara besar di ujung Jalan Rasuna Said,<br />

proyek monorel yang rutenya mengelilingi kawasan<br />

bisnis Jakarta itu akan mulai dilanjutkan.<br />

Rangkaian kereta akan mulai didatangkan dari<br />

Tiongkok pada 2015 dan salah satu jalur akan<br />

beroperasi pada 2016.<br />

Tapi sekarang, lebih dari dua tahun kemudian,<br />

pembangunan jalur monorel seperti tidak<br />

banyak berubah. Tonggak-tonggak penyangga<br />

jalur monorel itu hanya menjadi deretan tiangtiang<br />

beton. Dan akhirnya, pekan lalu, Gubernur<br />

Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengambil<br />

langkah dramatis: ia akan menghentikan kerja<br />

sama dengan PT Jakarta Monorail dan menggelar<br />

tender ulang.<br />

Pak Gubernur, yang sering dipanggil dengan<br />

nama kecilnya, Ahok, di depan para pejabat<br />

provinsi yang menangani infrastruktur dan<br />

tata ruang mengatakan tidak berarti proyek<br />

monorel dihentikan, tapi mungkin hanya berganti<br />

pemegang hak pembangunan. “Dengan<br />

begitu, bisa membuka peluang investor lain<br />

ikut membangun monorel,” katanya.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

MONOREL<br />

MAU KE MANA<br />

Tiang penyangga jalur<br />

monorel yang sudah<br />

sekitar 10 tahun<br />

mangkrak di sekitar<br />

Senayan, Jakarta.<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

Ahok, yang agaknya tidak sabar dengan<br />

kemajuan proyek transportasi massal ini, menyebut<br />

PT Jakarta Monorail tidak memiliki<br />

iktikad baik untuk menyelesaikannya. Padahal<br />

proyek ini dimulai sejak Jakarta masih dipimpin<br />

Sutiyoso sekitar 10 tahun silam.<br />

Salah satu bentuk iktikad tidak baik itu adalah<br />

PT Jakarta Monorail belum juga menyerahkan<br />

uang jaminan yang diminta pemerintah Jakarta<br />

sebesar 5 persen dari nilai investasi sebesar Rp<br />

15 triliun.<br />

Kewajiban membayar jaminan adalah salah<br />

satu klausul yang tercantum dalam perjanjian<br />

kerja sama dengan pemerintah Jakarta.<br />

Masalah lain yang kemudian muncul adalah<br />

batalnya rencana pembangunan depo di Waduk<br />

Setiabudi, Jakarta Selatan, dan kawasan<br />

Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat. Menurut<br />

Ahok, berdasarkan kajian Kementerian Pekerjaan<br />

Umum, di atas waduk atau kanal tidak<br />

layak didirikan bangunan.<br />

Namun rencana Ahok memutus kerja sama<br />

itu dengan PT Jakarta Monorail tidak semudah<br />

membalikkan telapak tangan. Ketua Tim<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

MONOREL<br />

MAU KE MANA<br />

Jadi kita enggak bisa<br />

lepas begitu saja dari<br />

perjanjian kerja sama<br />

yang sudah kita buat.<br />

Sarwo Handayani,<br />

Tim Gubernur Urusan<br />

Percepatan Pembangunan<br />

PESTA SITORUS/DETIKCOM<br />

Gubernur Urusan Percepatan Pembangunan,<br />

Sarwo Handayani, mengatakan mereka terikat<br />

perjanjian kerja sama dengan PT Jakarta<br />

Monorail.<br />

Artinya, kedua belah pihak harus mengacu<br />

pada perjanjian kerja sama dalam membuat<br />

langkah apa pun berkaitan de ngan proyek<br />

monorel. “Jadi kita enggak bisa lepas begitu<br />

saja dari perjanjian kerja sama yang sudah kita<br />

buat, nanti kita pelajarilah,” ujar mantan Deputi<br />

Gubernur Bidang Tata<br />

Ruang dan Lingkungan<br />

Hidup ini.<br />

Menurut dia, ada beberapa<br />

hal yang perlu dipelajari,<br />

mulai aspek bisnis,<br />

teknis, sampai legal, sebelum<br />

memutus perjanjian<br />

kerja sama tersebut.<br />

Namun perempuan yang<br />

pernah digadang-gadang<br />

menjadi pendamping Ahok sebagai wakil gubernur<br />

ini enggan memerinci ketiga aspek itu<br />

maupun menjelaskan isi perjanjian kerja sama<br />

dengan alasan materinya cukup banyak.<br />

Tidak jauh berbeda, Kepala Badan Perencanaan<br />

Pembangunan Daerah DKI Jakarta Tuty<br />

Kusumawati enggan menjelaskan perjanjian<br />

kerja sama proyek monorel. Alasannya, Ahok<br />

sudah banyak menyampaikan masalah proyek<br />

monorel kepada media. “Pak Gubernur sudah<br />

banyak menjelaskan, ya, jadi ikuti saja apa kata<br />

Pak Gubernur,” ujar Tuty.<br />

Seorang mantan pejabat Pemerintah Provinsi<br />

Jakarta, yang diturunkan oleh Ahok menjadi<br />

staf, mengatakan para pejabat yang terlibat<br />

menangani proyek monorel sebenarnya tahu<br />

soal perjanjian kerja sama tersebut. Namun<br />

mereka memilih tidak banyak berkomentar<br />

karena masalah ini masih menjadi perdebatan.<br />

Mereka khawatir jika banyak berkomentar justru<br />

nanti akan salah bicara dan bertentangan<br />

dengan argumen Gubernur. “Sekarang ini lebih<br />

baik tidak banyak bicara,” katanya.<br />

Kini bola panas proyek monorel berada di<br />

tangan Ahok. Mantan Bupati Belitung Timur<br />

itu mengatakan telah meminta pendapat<br />

kepada Kejaksaan Agung sebelum memutus-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

MONOREL<br />

MAU KE MANA<br />

Contoh gerbong buatan<br />

Tiongkok saat dipamerkan<br />

di Monas pada Juni 2013.<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

kan menghentikan kerja sama dengan Jakarta<br />

Monorail dan menggelar tender ulang.<br />

Ahok juga akan memanggil PT Jakarta Monorail<br />

untuk menjelaskan alasan menghentikan<br />

kerja sama proyek monorel. Panggilan itu sangat<br />

dinantikan Direktur PT Jakarta Monorail<br />

Sukmawati Syukur karena, selama ini, dalam<br />

setiap pertemuan dengan Pemprov DKI, yang<br />

hadir bukan Ahok, melainkan pejabat eselon I<br />

atau II.<br />

Sukmawati mengatakan dalam pertemuan<br />

nanti dia akan meminta Ahok menjelaskan soal<br />

penghentian kerja sama dengan PT Jakarta<br />

Monorail. “Kami ingin mendengarkan langsung<br />

penjelasan dari Pak Gubernur, apakah<br />

memang benar tidak mau dengan kami lagi,”<br />

kata Sukmawati.<br />

Apabila Ahok jadi menghentikan kerja sama<br />

dengan PT Jakarta Monorail dan menggelar<br />

tender ulang, terbuka kesempatan bagi para<br />

investor untuk terlibat. Salah satunya adalah<br />

perusahaan properti yang memiliki aset di<br />

sekitar lokasi tiang pancang monorel.<br />

Salah satunya PT Bakrieland Development<br />

Tbk, yang memiliki properti yang berdekatan<br />

dengan tiang pancang monorel yang berderet<br />

di kawasan Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan.<br />

Namun pihak Bakrieland enggan terburu-buru<br />

merespons peluang tersebut. “Kami belum<br />

bisa berkomentar karena belum mengetahui<br />

detail rencana tersebut,” ujar Chief Corporate<br />

Affairs Officer PT Bakrieland Development,<br />

Yudy Rizard Hakim. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

MONOREL<br />

MAU KE MANA<br />

PROYEK EMPAT<br />

GUBERNUR<br />

SUTIYOSO memasang target menyelesaikan satu rute monorel<br />

sebelum ia pensiun. Alih-alih angkutan cepat massal yang diwariskan,<br />

gubernur ini malah mewariskan proyek yang tak kunjung selesai.<br />

Pemegang proyek, PT Jakarta Monorail, berulang-ulang kesulitan meneruskan<br />

pembangunan. Tapi berulang-ulang pula para gubernur ingin memutus kontrak<br />

tidak juga bisa. NASKAH: NUR KHOIRI<br />

1 2<br />

14 MEI 2004<br />

Gubernur Sutiyoso dan Jakarta Monorail<br />

menandatangani nota kesepahaman. Monorel<br />

ditargetkan selesai akhir 2006, sebelum Sutiyoso<br />

pensiun dari posisi gubernur.<br />

4<br />

17 FEBRUARI 2006<br />

Dengan modal komitmen dana dari Dubai,<br />

proyek pembangunan tiang pancang monorel<br />

dilanjutkan siang-malam. Lokasinya di Rasuna<br />

Said dan Senayan.<br />

14 JUNI 2004<br />

Proyek fisik monorel dimulai oleh Presiden<br />

Megawati Soekarnoputri. Tapi beberapa bulan<br />

kemudian terhenti.<br />

3<br />

1 FEBRUARI 2006<br />

PT Jakarta Monorail menyatakan mendapat<br />

dana dari Dubai Islamic Bank.<br />

5 6<br />

23 FEBRUARI 2006<br />

Dubai Islamic Bank membantah membiayai<br />

proyek monorel.<br />

26 JUNI 2006<br />

Dubai Islamic Bank bersedia mendanai asal<br />

proyeknya dijamin pemerintah pusat. Pusat<br />

menolak karena proyeknya tidak lewat tender.<br />

8<br />

22 JUNI 2010<br />

Gubernur Jakarta Fauzi Bowo menyatakan akan<br />

melanjutkan proyek monorel dan membeli aset<br />

infrastruktur yang sudah telanjur dibangun PT<br />

Jakarta Monorail.<br />

7<br />

12 MARET 2008<br />

PT Jakarta Monorail meminta bantuan dana<br />

Pemerintah Daerah Jakarta untuk menyelesaikan<br />

monorel.<br />

9 10<br />

22 SEPTEMBER 2011<br />

Gubernur Fauzi Bowo menyatakan akan<br />

menghentikan proyek Jakarta Monorail. Jakarta<br />

Monorail meminta ganti rugi Rp 600 miliar<br />

karena sudah telanjur membangun tiang.<br />

24 JUNI 2013<br />

PT Jakarta Monorail memamerkan gerbong<br />

monorel dan jalurnya yang dibuat di Tiongkok.<br />

12<br />

23 JULI 2014<br />

Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama mengancam<br />

menghentikan proyek jika sampai Agustus<br />

tidak diteruskan. Ancaman ini kembali diungkap<br />

Januari 2015 setelah ia menjadi gubernur.<br />

11<br />

16 OKTOBER 2013<br />

Gubernur Joko Widodo meresmikan kelanjutan<br />

pembangunan proyek monorel. PT Jakarta Monorail<br />

menyatakan memiliki pemodal baru. Tapi,<br />

baru meneruskan sedikit proyek, kemudian<br />

terhenti kembali.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

MONOREL<br />

MAU KE MANA<br />

MANA UANGNYA?<br />

FOTO: THIKSTOCK<br />

FOTO: RENGGA SENCAYA/DETIKCOM<br />

AHOK MERAGUKAN KEMAMPUAN FINANSIAL PT JAKARTA MONORAIL.<br />

JAKARTA MONORAIL MENUDING PEMERINTAH DKI TIDAK KONSISTEN.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

MONOREL<br />

MAU KE MANA<br />

Presiden Tiongkok Xi Jinping<br />

dan Presiden Indonesia<br />

saat itu, Susilo Bambang<br />

Yudhoyono, pada 2013.<br />

Keduanya menyaksikan<br />

penandatanganan kontrak<br />

terima jadi proyek monorel<br />

perusahaan Tiongkok dengan<br />

PT Jakarta Monorail.<br />

OSCAR SIAGIAN/GETTY IMAGES<br />

TAK diragukan lagi, Gubernur<br />

DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama<br />

menyangsikan kemampuan<br />

finansial PT Jakarta Monorail.<br />

Beberapa kali Ahok, panggilan<br />

gubernur ini, menyebut kecurigaan ini sebelum<br />

akhirnya ia memutuskan akan menghentikan<br />

kerja sama dengan Jakarta Monorail.<br />

Selama ini Ahok menuding Jakarta Monorail<br />

tidak punya kemampuan membiayai karena<br />

belum membayar uang jaminan sebesar 5<br />

persen dari nilai investasi proyek monorel. Nilai<br />

investasi proyek tersebut mencapai Rp 15 triliun,<br />

sehingga Jakarta Monorail harus menyetor<br />

jaminan sebesar Rp 750 miliar.<br />

Uang jaminan itu adalah salah satu syarat dalam<br />

perjanjian kerja sama Pemerintah Provinsi<br />

DKI Jakarta dengan Jakarta Monorail. Uang<br />

jaminan itu juga sebagai bukti Jakarta Monorail<br />

serius menangani proyek monorel. Jika Jakarta<br />

Monorail gagal dalam jangka waktu yang<br />

disepakati, uang jaminan itu menjadi hak milik<br />

pemerintah DKI Jakarta.<br />

Tapi sampai saat ini Jakarta Monorail sudah<br />

menawar uang jaminan menjadi 0,5-1 persen<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

MONOREL<br />

MAU KE MANA<br />

Kita akan panggil mereka<br />

(Jakarta Monorail) untuk<br />

masalah proyek monorel,<br />

termasuk uang jaminan ini.<br />

dari nilai investasi, bukan 5 persen. Alasannya,<br />

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional<br />

(Bappenas) mengatur uang jaminan itu bisa 1<br />

persen dari nilai investasi.<br />

Ahok menepis alasan itu karena yang diatur<br />

Bappenas adalah kisaran besarnya uang jaminan<br />

menurut penilaian terhadap kemampuan investor.<br />

Kisaran uang jaminan itu 1-5 persen. Jika<br />

Pemerintah Provinsi menilai investor mampu<br />

membiayai proyek, persentase uang jaminan<br />

akan lebih kecil, bahkan bisa 1 persen dari nilai<br />

investasi.<br />

Sebaliknya, jika Pemprov DKI ragu terhadap<br />

kemampuan investor, persentase uang jaminan<br />

bisa sampai maksimal 5 persen. “Kita akan<br />

panggil mereka (Jakarta Monorail) untuk masalah<br />

proyek monorel, termasuk uang jaminan ini,”<br />

ujar Ahok.<br />

Keraguan Ahok terhadap kemampuan modal<br />

Jakarta Monorail ditepis Direktur PT Jakarta<br />

Monorail, Sukmawati Syukur. Menurut<br />

dia, jika Jakarta Monorail tidak mempunyai<br />

modal, tidak akan terjadi groundbreaking atau<br />

peletakan batu pertama. Berdasarkan jalinan<br />

kerja sama itu, Jakarta Monorail yakin mampu<br />

menggarap proyek monorel. “Jadi, enggak<br />

mungkinlah kita enggak punya kemampuan,”<br />

tutur Sukmawati.<br />

Alih-alih menjelaskan pendanaannya, situs<br />

resmi Jakarta Monorail malah menjelaskan<br />

kemampuan secara fisik untuk membangun<br />

proyek ini. Di situ dijelaskan Jakarta Monorail<br />

juga menjalin kerja sama dengan mitra perusahaan<br />

asing. Dalam proyek ini, Jakarta Monorail<br />

sudah menandatangani kontrak terima jadi<br />

(turnkey) dengan China Communications Construction<br />

Company, BUMN konstruksi asal<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

MONOREL<br />

MAU KE MANA<br />

Joko Widodo, saat menjadi<br />

gubernur, meresmikan<br />

dimulainya kelanjutan proyek<br />

monorel.<br />

AGUNG PHAMBUDHY/DETIKCOM<br />

Tiongkok, dan perusahaan penyedia jasa transportasi<br />

massal asal Singapura, SMRT.<br />

Dalam kontrak itu, Jakarta Monorail akan<br />

menerima monorel dalam bentuk jadi—termasuk<br />

infrastrukturnya—setelah dibangun<br />

oleh kontraktor Tiongkok itu. Dengan cara itu,<br />

Jakarta Monorail tidak akan ribet dengan urusan<br />

pengawasan proyek senilai US$ 1,5 miliar ini.<br />

Pengesahan kerja sama ini berlangsung di hadapan<br />

presiden sebelumnya, Susilo Bambang<br />

Yudhoyono, dan Presiden Tiongkok Xi Jinping,<br />

di Jakarta pada 3 Oktober 2013.<br />

Sukmawati juga menyebut keputusan Pemerintah<br />

Provinsi DKI yang tidak konsisten. Salah<br />

satunya mengenai pembangunan depo atau<br />

tempat penyimpanan dan perawatan monorel<br />

yang rencananya akan dibangun di atas Waduk<br />

Setiabudi, Jakarta Selatan, dan sekitar Stasiun<br />

Tanah Abang, Jakarta Pusat.<br />

Ahok menolak pembanguan depo monorel<br />

di kedua wilayah itu karena masuk kawasan<br />

ruang terbuka hijau dan daerah resapan. Keputusan<br />

ini diambil setelah Ahok berkonsultasi<br />

dengan Presiden Joko Widodo. Menurut dia,<br />

Jokowi mengatakan hasil kajian Kementerian<br />

Pekerjaan Umum menyarankan agar tidak ada<br />

bangunan di kawasan ruang terbuka hijau dan<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

MONOREL<br />

MAU KE MANA<br />

Gubernur Jakarta<br />

Basuki Tjahaja Purnama<br />

HASAN ALHABSHY/DETIKCOM<br />

area resapan.<br />

Sampai sekarang Jakarta Monorail tidak<br />

memiliki lahan cadangan sebagai lokasi depo.<br />

“Jadi, bagaimana kerjaan mau dilanjutkan kalau<br />

depo enggak ada, enggak disetujui?” kata Sukmawati.<br />

Pemprov DKI belum bisa memastikan apakah<br />

masalah lahan depo akan ada solusinya dalam<br />

waktu dekat. Sebab, mencari lahan kosong di<br />

Jakarta untuk membangun depo bukan perkara<br />

mudah dan, jika ada, akan butuh waktu untuk<br />

membebaskan lahan. “Masalah lahan masih<br />

dalam pengkajian kami,” kata Sarwo Handayani,<br />

Ketua Tim Gubernur Urusan Percepatan<br />

Pembangunan.<br />

Pihak Jakarta Monorail masih berusaha<br />

bertemu dengan Ahok untuk menjelaskan soal<br />

kemampuan ini. Namun niatnya belum terwujud.<br />

Sukmawati hanya mendapat kesempatan<br />

bertemu dengan pejabat eselon I dan II yang<br />

menangani urusan pembangunan di Jakarta.<br />

Dia berharap Ahok segera memanggil manajemen<br />

Jakarta Monorail agar bisa menjernihkan<br />

masalah. “Kita dari dulu siap dipanggil, tapi<br />

harus sama Pak Ahok, kalau sama staf-stafnya<br />

percuma saja,” kata Sukmawati Syukur. n<br />

HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

MONOREL<br />

MAU KE MANA<br />

SYARAT BARU<br />

MONOREL BEKASI-<br />

CIBUBUR<br />

FOTO: THINKSTOCK<br />

AHOK MEMBERI SYARAT BARU<br />

BAGI PEMRAKARSA MONOREL<br />

JAKARTA-BEKASI-CIBUBUR.<br />

TAKUT BERLARUT-LARUT<br />

SEPERTI KERJA SAMA DENGAN<br />

JAKARTA MONORAIL.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

MONOREL<br />

MAU KE MANA<br />

Pembuatan purwarupa<br />

monorel di pabrik PT Inka di<br />

Madiun, Jawa Timur.<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

GUBERNUR Jakarta Basuki<br />

Tjahaja Purnama menerima<br />

sejumlah tamu dari perusahaan<br />

pelat merah Adhi Karya pekan<br />

lalu. Kepala daerah yang akrab<br />

dipanggil Ahok itu menerima penjelasan proposal<br />

monorel yang lain, yang digagas oleh<br />

perusahaan milik pemerintah itu. Monorel bakal<br />

terentang dari Jakarta-Cawang-Bekasi dan<br />

Cawang-Cibubur.<br />

Meski monorel itu bakal mengurangi beban<br />

lalu lintas kendaraan pribadi di Jakarta, Ahok<br />

tidak langsung menerima. Kapok, jika ada masalah,<br />

malah proyeknya mangkrak atau tidak<br />

sanggup mengoperasikan, “Kita berhak mengambil<br />

alih, mengoperasikan, tanpa kondisi.”<br />

Dalam rapat itu, seperti yang ditayangkan<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

MONOREL<br />

MAU KE MANA<br />

Menteri BUMN Dahlan Iskan<br />

bersama pimpinan PT Inka,<br />

Adhi Karya, Jasa Marga, LEN,<br />

dan Telkom saat peluncuran<br />

contoh monorel di Madiun,<br />

Jawa Timur.<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

Kita berhak mengambil alih,<br />

mengoperasikan, tanpa<br />

kondisi.<br />

di YouTube, Ahok menyatakan tidak ingin ada<br />

kejadian seperti di Malaysia atau Australia.<br />

Perusahaan yang membangun monorel di Kuala<br />

Lumpur, KL Infrastructure Group, memang<br />

bangkrut dan pemerintah negeri jiran itu akhirnya<br />

mengeluarkan kocek untuk mengambil<br />

alih.<br />

Proyek di Jakarta, yang dimulai era Sutiyoso<br />

dan sekarang belum berjalan, juga mungkin<br />

tidak perlu berlarut-larut seperti ini jika ada<br />

pasal bahwa pemerintah daerah bisa mengambil<br />

infrastrukturnya tanpa perlu ganti rugi<br />

dan semacamnya.<br />

Adhi Karya memang belum memberi kepastian<br />

setuju atau tidaknya dengan masuknya<br />

pasal-pasal yang berat ini. Proses pembangunan<br />

monorel sendiri sekarang sedang menunggu<br />

dua hal: penunjukan dari pemerintah dan<br />

kiriman dana modal dari pemerintah.<br />

“Iya, kita lagi mengajukan PMN (penyertaan<br />

modal negara),” kata Kiki Syahgolang, juru<br />

bicara PT Adhi Karya. “Prosesnya masih di<br />

situ.” Menunggu proses persetujuan PMN ini,<br />

kata Syahgolang, termasuk dalam proses awal<br />

pembangunan monorel Jabodetabek.<br />

PT Adhi Karya, kata Syahgolang, pada dasarnya<br />

sudah siap melaksanakan proyek monorel<br />

ini. Namun, karena hitung-hitungannya memerlukan<br />

peran pemerintah, ia tak mau mendahului<br />

persetujuan pusat. Proses PMN ini,<br />

kata dia, selain pemerintah, melibatkan DPR.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

MONOREL<br />

MAU KE MANA<br />

Menteri BUMN Dahlan Iskan<br />

saat memperkenalkan<br />

contoh monorel yang<br />

akan dioperasikan di jalur<br />

Bekasi-Cibubur-Jakarta.<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

Karena itu, dia tak bisa leluasa memberikan<br />

penjelasan terkait kelanjutan proyek monorel<br />

tersebut.<br />

Monorel Adhi Karya ini akan dibangun oleh<br />

konsorsium perusahaan pemerintah. Lahannya,<br />

misalnya, memanfaatkan jalur jalan tol<br />

yang dimiliki perusahaan pemerintah lain, Jasa<br />

Marga. Rute ini bakal menjadi alternatif warga<br />

dari arah Cibubur, yang saat ini tidak tersambung<br />

sama sekali oleh jaringan angkutan massal<br />

cepat.<br />

Warga Bogor dan Bekasi, yang selama ini sebenarnya<br />

sudah tersentuh jalur kereta api, juga<br />

bakal memiliki alternatif transportasi lain. Jalur<br />

dari Bekasi dan Cibubur ini bakal menyatu di<br />

Cawang. Dari Cawang, jalurnya akan terentang<br />

dan bertemu dengan monorel yang sekarang<br />

konsesinya dipegang PT Jakarta Monorail. n<br />

BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

KABAR TALAK UNTUK<br />

BANK<br />

PERMATA<br />

KREDIT SEKTOR<br />

KOMODITAS GLOBAL<br />

BANYAK BERMASALAH,<br />

STANDARD CHARTERED<br />

DIKABARKAN<br />

BAKAL MELEPAS<br />

BANK PERMATA DI<br />

INDONESIA.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Pejalan kaki melintas di<br />

depan salah satu kantor<br />

Standard Chartered di<br />

Hong Kong. Di wilayah<br />

ini, Standard Chartered<br />

menjadi salah satu bank<br />

terbesar.<br />

<strong>BOB</strong>BY/REUTERS<br />

SUDAH sepekan lebih Nelson<br />

Tampubolon mendapat pertanyaan<br />

yang sama. Kepala Eksekutif<br />

Pengawasan Perbankan Otoritas<br />

Jasa Keuangan (OJK) itu dimintai konfirmasi<br />

benar-tidaknya bahwa Standard Chartered<br />

bakal melepas seluruh saham Bank Permata<br />

di tangan mereka. Pertanyaan itu tak cuma<br />

datang dari wartawan lewat SMS atau telepon,<br />

tapi juga dari rekan-rekan kerjanya yang<br />

penasaran.<br />

Meski di sini lebih dikenal karena pengucuran<br />

kredit tanpa agunan yang agresif,<br />

Standard Chartered juga memiliki 44,56<br />

persen saham Bank Permata. Jumlah ini sangat<br />

besar, setara dengan pemilik utama lain,<br />

yaitu Astra International. Tapi sampai saat ini<br />

Nelson belum bisa membenarkan atau menyanggah<br />

rumor itu. “Belum ada pengajuan<br />

tentang hal tersebut,” ujar Nelson.<br />

Kabar penjualan saham Permata itu pertama<br />

kali muncul di Reuters. Kantor berita itu<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Belum ada<br />

pengajuan tentang<br />

hal tersebut.<br />

Nelson Tampubolon<br />

menyebut Standard Chartered akan melepas<br />

saham yang mereka miliki di sejumlah bank<br />

Asia. Bank yang akan mereka lepas adalah<br />

Agricultural Bank of China dari Tiongkok dan<br />

kedua, mungkin, Bank Permata di Indonesia.<br />

Tujuan penjualan, menurut kantor berita itu,<br />

adalah menambah modal bank karena menumpuknya<br />

kredit bermasalah mereka saat<br />

ini.<br />

Sekitar sepekan sebelum kabar ini muncul,<br />

analis dari Credit Suisse, Carla Antunes-Silva,<br />

memang menyatakan Standard Chartered<br />

Bank kekurangan cadangan dana sampai<br />

US$ 4,4 miliar (Rp 55 triliun) untuk menutupi<br />

kredit bermasalah yang dikucurkan ke sektor<br />

komoditas. Ia juga menyatakan bank<br />

ini membutuhkan sampai US$ 6,9<br />

miliar (Rp 86 triliun) agar rasio modal<br />

mereka naik ke 11 persen pada akhir<br />

2015.<br />

Total kredit bermasalah Standard<br />

Chartered, seperti yang tercantum<br />

dalam laporan kuartal III ke bursa<br />

saham London, memang naik cukup<br />

signifikan. Kredit bermasalah kuartal ketiga<br />

mencapai US$ 539 juta (Rp 6,7 triliun), naik<br />

hampir separuh, yakni US$ 250 juta (Rp 3,1<br />

triliun), dibanding periode sama tahun lalu.<br />

Akibat soal kredit bermasalah dan beberapa<br />

hal lain, laba operasi Standard Chartered<br />

turun 16 persen pada kuartal III dibanding<br />

periode sama tahun lalu. Sedangkan bila<br />

dihitung Januari-September, tahun ini turun<br />

19 persen dibanding tahun sebelumnya.<br />

Sumber kredit bermasalah? Bukan klien<br />

retail yang jumlahnya banyak, melainkan<br />

klien yang jumlahnya lebih sedikit tapi dipinjami<br />

dana lebih besar, yakni korporasi dan<br />

badan-badan usaha lain. Klien korporasi ini,<br />

menurut Standard Chartered dalam laporan<br />

keuangannya, “Sebagian terpengaruh oleh<br />

pasar komoditas yang melemah.”<br />

Harga komoditas, terutama energi—mulai<br />

batu bara sampai minyak—memang anjlok.<br />

Bank ini menyatakan semakin waspada di<br />

India dan Cina, dua negara yang relatif parah<br />

terkena dampak ambruknya harga komoditas.<br />

“Di mana kami terus memperketat kriteria<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Salah satu kantor cabang<br />

Bank Permata. Standard<br />

Chartered dikabarkan akan<br />

melepas kepemilikan di<br />

bank ini untuk menambah<br />

modal.<br />

RENO ESNIR/ANTARA<br />

pembiayaan kami dan mengurangi terpaan<br />

kami (dari komoditas),” ungkap Standard<br />

Chartered.<br />

Dalam laporan keuangan 2013, Standard<br />

Chartered mulai mengungkapkan masalah<br />

yang muncul akibat jatuhnya harga komoditas.<br />

Saat itu, misalnya, mereka menyebutkan<br />

pendapatan di Qatar turun 47 persen.<br />

Menurut analis Credit Suisse saat itu, Standard<br />

Chartered bakal mengambil langkah<br />

besar. “Kami perkirakan kebutuhan dana ini<br />

cukup besar sehingga mereka mesti melakukan<br />

langkah-langkah permodalan, seperti<br />

melepas saham kembali atau mengurangi<br />

dividen,” ujar Antunes-Silva.<br />

Nah, setelah ada analisis dari Credit Suisse<br />

ini, muncul kabar bahwa Standard Chartered<br />

bakal melepas kepemilikan bank di Indonesia<br />

dan Tiongkok. Selain mengoperasikan bank<br />

sendiri, Standard Chartered memang memiliki<br />

saham di sejumlah bank. Saham ini bukan<br />

cuma di Permata atau Agricultural Bank of<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Analis Credit Suisse sudah<br />

memperkirakan bahwa<br />

Standard Chartered bakal<br />

membutuhan tambahan<br />

modal.<br />

ANDREW BURTON/GETTY<br />

China, tapi juga di Asia Commercial Joint<br />

Stock Bank di Vietnam dan 20 persen saham<br />

di China Bohai Bank.<br />

Menurut Reuters, saham Standard Chartered<br />

di Agricultural Bank of China senilai US$<br />

621 juta (Rp 7,7 triliun). Sedangkan di Bank<br />

Permata, saham sebanyak 44,56 persen itu<br />

harganya sekitar US$ 638 juta (Rp 7,9 triliun).<br />

Bank Permata merupakan hasil merger lima<br />

bank, yakni Bank Bali, Bank Universal, Bank<br />

Artamedia, Bank Patriot, dan Bank Prima<br />

Express, pada 2002. Penggabungan bank ini<br />

sebagai dampak krisis yang menghancurkan<br />

ekonomi Indonesia lima tahun sebelumnya.<br />

Standard Chartered, bersama Astra International,<br />

membeli 89 persen saham Permata<br />

pada 2004. Baik Standard Chartered maupun<br />

Astra masing-masing memegang 44,56<br />

persen saham di bank ini.<br />

Rumor bahwa Standard Chartered bakal<br />

melepas saham di Permata ini masih belum<br />

bisa ditanggapi pihak-pihak di Indonesia. Iwan<br />

Hadiantoro, Chief Group Treasury & Investor<br />

Relations Astra International, mengatakan<br />

seharusnya pihak Stanchart yang berwenang<br />

menjelaskan. “Sebaiknya dikonfirmasikan<br />

langsung dengan pihak Stanchart,” kata Iwan<br />

lewat SMS.<br />

Pihak Standard Chartered Indonesia juga<br />

enggan menanggapi kabar penjualan itu. Alasannya,<br />

menurut A. Arno Kermaputra, Country<br />

Head, Corporate Affair Stanchart, kabar pen-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Warga berjalan di depan<br />

kantor Agricultural Bank<br />

of China di Guangzhou,<br />

Tiongkok.<br />

BRENT LEWIN/BLOOMBERG<br />

jualan tersebut masih spekulatif. “Kami tidak<br />

bisa berkomentar untuk sesuatu yang bersifat<br />

spekulatif seperti itu,” kata Arno.<br />

Tapi, jika rencana ini akan menjadi kenyataan,<br />

yang perlu dilakukan Bank Permata<br />

sebagai perusahaan terbuka adalah mengadakan<br />

rapat pemegang saham. Pertemuan<br />

ini melibatkan Stanchart dan Astra serta<br />

pemegang saham minoritas. Dalam pertemuan<br />

ini, Stanchart menyampaikan niatnya<br />

melepas kepemilikan di Bank Permata.<br />

Hasil dari pertemuan itu diserahkan kepada<br />

OJK dan Bursa Efek Indonesia. Apabila sudah<br />

mendapat calon pembeli, dilaporkan ke OJK<br />

untuk menjalani fit and proper test atau uji<br />

kelayakan dan kepatutan. Sedangkan calon<br />

pembeli tidak harus bank atau lembaga keuangan.<br />

OJK akan menilai tiga hal penting dalam<br />

ujian tersebut, yaitu rekam jejak calon pembeli,<br />

siapa pemegang saham pengendali,<br />

dan sumber dana harus berasal dari kantong<br />

sendiri, bukan pinjaman dari pihak lain. Jika<br />

calon itu lolos, OJK akan menyetujui adanya<br />

pemegang saham baru di Bank Permata.<br />

“Sebagai bagian dari rencana boleh-boleh<br />

saja, yang penting mereka menyampaikan<br />

rencana tersebut kepada kami,” kata Nelson<br />

Tampubolon. n HANS HENRICUS B.S. ARON | NUR KHOIRI<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

MANAJEMEN ALA<br />

<strong>BOB</strong> SADINO<br />

<strong>BOB</strong> SADINO WAFAT PEKAN LALU.<br />

BANYAK KERJA DENGAN SEDIKIT<br />

RENCANA MENJADI KUNCI SUKSESNYA.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Bob Sadino tampil dengan<br />

pakaian resmi, tidak santai<br />

seperti biasa, dalam potret<br />

bersama istri dan dua<br />

anaknya.<br />

WAHYU DANIEL/DETIKCOM<br />

BUKAN hal yang aneh bila pengusaha<br />

besar yang sudah sepuh dan<br />

menyerahkan sebagian besar urusan<br />

bisnis ke staf yang dipercaya<br />

akan datang ke tempat ia mulai menjalankan<br />

bisnis. Biasanya, bahkan di gedung itu, masih<br />

disediakan ruangan kantor yang lengkap di<br />

sana. Bob Sadino pun bukan kekecualian.<br />

Tapi, berbeda dengan para bos lain yang<br />

juga sukses, Bob Sadino tidak betah hanya<br />

datang ke kantor dan sesekali ikut rapat. Ia<br />

tidak cuma datang ke kebun Kemfarm, supermarket<br />

Kemchick, atau pabrik pengolahan<br />

makanan Kemfood untuk menengok.<br />

Di pabrik makanan, ia ikut turun membuat<br />

sosis. Di kebun, ia ikut memanen atau membersihkan<br />

tanaman. Di toko, ia ikut membenahi<br />

penataan produk atau melayani pelanggan.<br />

“Tidak suka dia kerja kantoran,” kata Arie<br />

Subroto Laras, Direktur Utama Kemchick dan<br />

yang bekerja dengannya sejak 40 tahun silam.<br />

Pengusaha yang “agak beda” dengan nama<br />

panjang Bambang Mustari Sadino, yang<br />

menjadi bos Arie itu, Senin, 19 Januari lalu,<br />

menutup mata pada usia 81 tahun. Ia memang<br />

tidak seperti pengusaha lain. Tak cuma<br />

kegemarannya mengenakan celana pendek<br />

dan baju lengan pendek, tapi juga pandangan<br />

hidup dan filosofinya yang eksentrik.<br />

Dua buku yang ia tulis tentang konsep bisnisnya,<br />

Mereka Bilang Saya Gila! dan Belajar<br />

Goblok dari Bob Sadino, bahkan bisa dibilang<br />

cukup kontroversial. Isinya, pada dasarnya,<br />

menekankan kerja keras dan tidak banyak<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Bisnis ayam petelur. Bisnis<br />

seperti ini menjadi awal<br />

kesuksesan Bob Sadino.<br />

ADENG BUSTOMI/ANTARA<br />

berpikir untuk mulai usaha.<br />

Ia mengkritik, banyak orang<br />

pintar, nilai sekolah bagus,<br />

tapi malah akhirnya menjadi<br />

pegawai biasa. Sedangkan<br />

orang yang kecerdasannya<br />

biasa saja bisa sukses karena<br />

ia bertindak, tidak terus menimbang-nimbang.<br />

Orang-orang yang bekerja<br />

dengan Bob Sadino sejak<br />

awal 1970-an—saat kehidupan<br />

ekonomi keluarga Bob<br />

jatuh drastis, dari anak orang<br />

kaya yang bekerja di Djakarta<br />

Lloyd yang memiliki dua Mercedes<br />

menjadi tukang batu—<br />

juga menyebut kerja keras itu<br />

sebagai kunci keberhasilan pengusaha ini.<br />

Asikin Suharba misalnya. Sepupu istri Bob<br />

Sadino ini bekerja saat Bob menjadi tukang<br />

batu pada 1970-an. Saat itu Bob memulai bisnis<br />

ayam petelur merangkap tukang pasang<br />

keramik. “Saya membantu mengecat rumahrumah<br />

yang ia pasangi keramiknya,” ucap<br />

Asikin di sela-sela upacara pemakaman Bob<br />

Sadino di Jeruk Purut, Jakarta Selatan.<br />

Ia mengatakan Bob Sadino berkarakter<br />

keras, pantang menyerah, dan berorientasi<br />

pada target. “Keras, harus bisa, pekerjaan itu<br />

harus selesai sesuai dengan jadwal,” ucapnya.<br />

Sepupunya itu, kata Asikin, selalu memasang<br />

target satu kerjaan. “Dan dia akan nanya, ‘You<br />

bisanya kapan?’”<br />

Arie mengungkapkan hal senada. Ia mengatakan<br />

Bob Sadino tidak punya konsep<br />

yang muluk-muluk, melainkan yang sederhana<br />

saja. “Yang penting kerja, kerja, dan kerja,”<br />

ucapnya.<br />

Bob Sadino lahir dari keluarga berada di<br />

Tanjung Karang pada 9 Maret 1933. Saat ia<br />

berusia 19 tahun, ayahnya meninggal. Karena<br />

kakak-kakaknya cukup berada, seluruh<br />

warisan diberikan kepada Bob Sadino. Dengan<br />

modal uang warisan, Bob Sadino malah<br />

berkelana ke Eropa dan akhirnya bekerja di<br />

Djakarta Lloyd di Belanda. Bosan di luar negeri,<br />

ia balik ke Indonesia dengan menenteng<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Suasana kediaman<br />

Bob Sadino menjelang<br />

pemakaman.<br />

WAHYU DANIEL/DETIKCOM<br />

satu istri dan dua anak.<br />

Di Jakarta, ia bosan menjadi pegawai.<br />

Dengan modal satu Mercedes yang didapat<br />

dari Eropa, ia sopiri sendiri menjadi taksi. Tapi,<br />

karena Mercedes itu mengalami kecelakaan<br />

dan tak ada biaya untuk memperbaiki, Bob<br />

akhirnya kerja apa saja, termasuk menjadi<br />

tukang batu.<br />

Seorang sahabat Bob kemudian memodalinya<br />

memelihara ayam ras yang saat itu belum<br />

populer, karena umumnya ayam di Indonesia<br />

masih ayam kampung. Arie mengatakan semua<br />

pekerjaan terkait ternak ayam ia kerjakan<br />

sendiri. “Saat beternak ayam petelur itu, dia<br />

jual telurnya ke tetangga-tetangga kanan dan<br />

kiri. Habis telurnya, ayamnya pun ia tawarkan.<br />

Minta yang lain lagi, ya disanggupi kemudian<br />

dicarikan,” ucap Arie, yang awalnya bekerja<br />

sebagai tenaga penjual ayam dan telur.<br />

Menurut Arie, dari ternak ayam, memiliki<br />

supermarket, sampai mendirikan pabrik<br />

pengolahan makanan, Bob Sadino tidak<br />

pernah membuat rencana muluk-muluk<br />

jauh ke depan atau visi atau semacam itu.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Maulana Yusuf Iqbal, bekas<br />

karyawan Kemchick yang<br />

sekarang menjadi anggota<br />

DPRD Banten, dan Sri<br />

Kustirin, bekas koki di<br />

Kemchick.<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

“(Bisnisnya) mengalir apa adanya saja,”<br />

ucapnya.<br />

Dengan filosofi mengalir ini, awalnya hanya<br />

memelihara ayam. Kemudian berpikir membuka<br />

toko untuk menjual telur dan daging<br />

ayam. Mengalir menjual bahan makanan lain.<br />

Melihat sosis, kemudian membuat pabriknya<br />

untuk menjaga kualitas. Dan melihat ada peluang<br />

ekspor produk pertanian, Bob Sadino<br />

kemudian mendirikan Kemfarm.<br />

Di luar kerja dan bisa memanfaatkan peluang,<br />

Bob Sadino sangat menghargai karyawan.<br />

Ia bahkan dibilang sangat dekat dengan<br />

para stafnya. Sri Kustirin, yang menjadi<br />

koki di dapur mini Kemchick pada 1988-1991,<br />

bercerita, jika para pekerja sedang makan di<br />

kantin, Bob Sadino ikut makan di sana. “(Dan)<br />

memakan makanan yang sama dengan para<br />

karyawannya,” katanya.<br />

Saat anak buah melakukan kesalahan, Bob<br />

tidak pernah memarahi di depan rekan-rekan<br />

yang lain. “Tidak ada kesalahan anak buah<br />

yang membuat Bob Sadino marah besar<br />

sepanjang yang saya tahu,” kata Arie.<br />

Maulana Yusuf Iqbal, anggota DPRD<br />

Provinsi Banten, yang pernah bekerja di<br />

Kemchick pada 1980-an, bercerita ia pernah<br />

bertugas mengantar telur. Tapi, di jalan, telur<br />

satu rak penuh pecah. Yusuf sudah cemas<br />

bakal kena marah. Tapi Bob Sadino memberinya<br />

Rp 100 ribu untuk berobat. “Dia hanya<br />

bilang, 'Lain kali hati-hati, yang penting kau<br />

selamat dan bisa bekerja lagi,'” ujar Yusuf. n<br />

BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

ANDAI cita-citanya menjadi marinir terpenuhi, mustahil<br />

Bernard Kent Sondakh dipilih memimpin Angkatan Laut. Entah<br />

kenapa Angkatan Laut tak pernah dipimpin laksamana berlatar<br />

marinir. Saat memimpin Angkatan Laut (25 April 2002 hingga 18<br />

Februari 2005), Kent membuat banyak terobosan berani. Lelaki<br />

kelahiran Tobelo, Halmahera Utara, 9 Juli 1948, itu terobsesi<br />

mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim. Benarkah visi<br />

maritim Jokowi mengadopsi idenya?<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

MEMOAR<br />

POROS<br />

MARITIM ALA<br />

LAKSAMANA<br />

KENT<br />

PEMBANGUNAN JALAN TOL LAUT<br />

HARUS DISERTAI INSENTIF AGAR<br />

INDUSTRI MAU BERGESER KE LUAR<br />

JAWA.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

Bersama putra kedua, Mayor<br />

John David Nalasakti Sondakh<br />

REPRO : BUKU LAKSAMANA KENT<br />

soldier never die, they<br />

just fade away.” Pernyataan<br />

“OLD<br />

Jenderal Douglas MacArthur<br />

pada 1951 itu sepertinya bisa<br />

menggambarkan sosok Laksamana Bernard<br />

Kent Sondakh saat ini. Sembilan tahun pensiun<br />

sebagai pelaut tak menyurutkan perhatiannya<br />

terhadap dunia maritim. Dengan cermat,<br />

ia mengikuti berbagai program pemerintahan<br />

Joko Widodo untuk mewujudkan Indonesia<br />

sebagai negara maritim. Ia menyokongnya,<br />

sekaligus memberikan beberapa catatan kritis.<br />

Soal pembangunan jalan tol laut, misalnya.<br />

Hal itu, kata dia, harus diikuti dengan pemberian<br />

insentif kepada para pengusaha untuk<br />

menggeser industrinya ke daerah terpencil<br />

dengan sistem regional. “Juga insentif kepada<br />

perusahaan yang menjual produknya kepada<br />

agen-agen yang jauh di luar Pulau Jawa,” kata<br />

Kent.<br />

Ide-ide terkait hal itu sebetulnya pernah ia<br />

paparkan saat menjadi Kepala Staf Angkatan<br />

Laut, 25 April 2002-18 Februari 2005. Sayang,<br />

respons pemerintah tak seperti yang diharapkan<br />

karena terbatasnya anggaran.<br />

Saat ditemui di rumahnya, kompleks TNI AL<br />

Kelapa Gading, 19 Januari lalu, ia dengan jernih<br />

kembali memaparkan berbagai konsep dan<br />

sepak terjang yang dilakukannya sebagai KSAL.<br />

Berikut ini penuturan pensiunan laksamana<br />

kelahiran Tobelo, Halmahera Utara, 9 Juli 1948,<br />

itu.<br />

●●●<br />

Kebijakan poros maritim pemerintahan Joko<br />

Widodo bukan ide dari saya.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

ADA SEJUMLAH SYARAT<br />

YANG HARUS DISIAPKAN<br />

AGAR KITA BISA MEMETIK<br />

KEUNTUNGAN EKONOMI<br />

MAUPUN POLITIK DARI<br />

POROS MARITIM.<br />

Saya belum pernah secara langsung menyampaikan<br />

konsep poros maritim kepada Presiden.<br />

Hanya, konsep ini pernah saya beberkan<br />

kepada seorang tim suksesnya. Saya percaya<br />

mereka pasti sudah punya konsep yang baik.<br />

Ada sejumlah syarat yang harus disiapkan<br />

agar kita bisa memetik keuntungan ekonomi<br />

maupun politik dari poros maritim.<br />

Membangun pelabuhan-pelabuhan baru<br />

itu mesti, cuma harus memiliki kemampuan<br />

yang saya sebut 4R, yakni refueling,<br />

resupply, repair, dan rest and recreation.<br />

Belum lagi memperbaiki birokrasi dan<br />

pelayanan di pelabuhan. Kita harus berkaca<br />

pada Singapura dalam soal ini.<br />

Kapal baru 20 mil laut dari pelabuhan<br />

saja mereka sudah mengontak administrator<br />

pelabuhan. Kapal langsung diberi arahan<br />

ke dermaga yang harus dituju. Bandingkan<br />

dengan Batam, yang harus menunggu berharihari<br />

sebelum kapal bisa masuk dermaga. Begitu<br />

sampai juga belum tentu bisa mengisi bahan<br />

bakar. Siapa yang mau singgah kalau begitu?<br />

Akhirnya Batam mati. Hal lain, terkait keamanan<br />

pelabuhan. Orang pulang ke pelabuhan di<br />

Singapura jam 1 pagi tidak ada masalah. Tapi di<br />

kita?<br />

Lalu di mana harus membangun pelabuhan?<br />

Tentunya di jalur kapal akan lewat atau sea lane<br />

of trade. Paling tidak di Indonesia itu Selat Malaka<br />

ke utara, dari Selat Lombok-Selat Makassar<br />

ke utara, Laut Banda-Selat Maluku ke utara.<br />

Dari situ, kita lihat lagi jalur mana yang paling<br />

aman dan ekonomis. Jadi saya kurang paham<br />

jika ada gagasan pengembangan pelabuhan di<br />

Selat Sunda. Siapa yang mau lewat situ?<br />

Bicara tanker 80 ribu ton ke atas merupakan<br />

kapal-kapal yang manuvernya sulit. Saat kapal<br />

sebesar itu masuk Selat Sunda, begitu keluar<br />

di utara akan setengah mati. Banyak karang.<br />

Setiap 10 menit harus belok. Kapal besar kalau<br />

belok itu kayak banteng, susahnya luar biasa.<br />

●●●<br />

Soal jalan tol laut, kita sebenarnya sudah<br />

mengenal dari zaman Belanda. Saat itu sudah<br />

digagas kapal-kapal perintis untuk menghu-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

Tap Untuk<br />

Melihat Video<br />

bungkan daerah-daerah atau pulau terpencil.<br />

Tapi jalan tol laut tak otomatis membuat harga<br />

sebuah produk bisa sama di semua daerah.<br />

Karena itu, pemerintah harus memberi insentif<br />

kepada para pengusaha untuk menggeser<br />

pabriknya ke daerah terpencil dengan sistem<br />

regional. Lalu memberi insentif kepada perusahaan<br />

yang menjual produksinya itu kepada<br />

agen-agen yang jauh berada di luar Pulau Jawa.<br />

Di bidang industri perikanan, tentu saja seharusnya<br />

kita amat berdaulat.<br />

Nelayan sendiri yang harus ambil ikan dari<br />

laut kita, bukan orang asing seperti yang terjadi<br />

selama bertahun-tahun. Karena apa? Nelayan<br />

kita tak punya kapal dan peralatan memadai<br />

seperti orang Thailand, Taiwan, Tiongkok. Nelayan<br />

kita hanya punya dayung, motor tempel,<br />

dan mencari ikan dua atau tiga mil dari pantai.<br />

Dapat ikan yang kena polusi pula. Pemerintah<br />

harus memperbaiki dan mencari solusinya<br />

agar seluruh Zona Ekonomi Eksklusif kita itu<br />

yang berkibar benar-benar bendera Merah<br />

Putih, bukan aspal. Merah Putih tapi dalamya<br />

Tiongkok.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

Bergaya ala Marinir<br />

REPRO : BUKU LAKSAMANA KENT<br />

Sekarang nelayan kita merupakan masyarakat<br />

yang paling miskin. Coba lihat nelayan di<br />

Norwegia atau Kanada, begitu kaya-kaya. Saya<br />

pernah sarankan ke (Presiden) Susilo Bambang<br />

Yudhoyono agar industri strategis yang dulu<br />

hampir mati, seperti PT PAL, PT Kodja Bahari,<br />

PT Pindad, dan lainnya, bisa dimanfaatkan.<br />

Dulu konsep awal industri ini hanya buat pesanan<br />

dari militer. Padahal TNI uangnya tidak<br />

ada atau pas-pasan. Belum tentu AL bisa pesan<br />

di PT PAL tiap tahun. Akhirnya industri ini<br />

menanggung beban. Nah, sekarang, kalau kita<br />

butuh kapal ikan, minimal 20 ribu buah ukuran<br />

50 ton sampai 300 ton, PT PAL bisa ditugaskan.<br />

Setahun bikin seribu atau dua ribu kapal.<br />

Mekaniknya dibikin PT Pindad, elektroniknya<br />

oleh PT Inti. Jadi semua industri strategis dapat<br />

kerjaan.<br />

Seperti di luar negeri, satu grup atau keluarga<br />

dikasih kapal dengan sistem bagi hasil. Nelayan<br />

dapat 40 persen, pemerintah 60 persen.<br />

Dalam lima tahun, nelayan bisa ambil kapal itu.<br />

Jadi semua nelayan punya kapal sendiri.<br />

●●●<br />

Saat masih taruna, Kent Sondakh pernah menangis<br />

karena ditolak menjadi marinir seperti<br />

cita-citanya sejak kecil. Maklum, saat masih di<br />

Tobelo, ia kerap melihat penampilan pasukan<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

ENGGAK MIKIR KALAU<br />

MARINIR ENGGAK<br />

BISA JADI KSAL.<br />

MUNGKIN KALAU<br />

JADI MARINIR IKUT<br />

PERANG DI TIM TIM<br />

SAYA SUDAH KOIT,<br />

HA-HA-HA....<br />

marinir yang gagah. Juga prestasinya dalam<br />

menumpas pemberontakan di Sulawesi Utara.<br />

“Enggak mikir kalau marinir enggak bisa jadi<br />

KSAL. Mungkin kalau jadi marinir ikut perang<br />

di Tim Tim saya sudah koit, ha-ha-ha...,” ujarnya.<br />

Sebagai “balas dendam”, ia banyak mengoleksi<br />

atribut marinir. Saat menjadi KSAL, ia<br />

pun memberikan perhatian prioritas kepada<br />

korps marinir. Di luar itu, ia amat memperhatikan<br />

wilayah perbatasan.<br />

●●●<br />

Selain kapal nelayan, saya baca pemerintah<br />

mau bikin kapal perintis 100 biji. Saat papasan<br />

dengan Menteri Perhubungan Jonan di suatu<br />

acara, saya sarankan ke beliau untuk membuat<br />

kapal minimal 30 model LST (landing ship tank).<br />

Sebab, kapal jenis ini tidak perlu dermaga. Ada<br />

pantai bagus bisa langsung merapat, buka<br />

pintu. Itu bisa jadi kios-kios, bisa dipasang cold<br />

storage juga. Kapal-kapal itu bisa ditempatkan<br />

di Ambon dan Ternate masing-masing 4 buah,<br />

misalnya.<br />

Saya tahu persis bagaimana kehidupan orang<br />

di pulau terluar dan terpencil. Barang-barang<br />

di sana mahal karena sulitnya transportasi. Semasa<br />

jadi KSAL, saya perintahkan kapal-kapal<br />

patroli mutar di daerah-daerah perbatasan.<br />

Saya bilang ke pemda, “You bisa pakai kapal<br />

ini, bawa barang dengan kapal ini. Jadi mobile<br />

market.” Jadi orang sudah tahu, misalnya hari<br />

Rabu kapal ini datang, jadilah pasar karena<br />

terjadi transaksi perdagangan. Di utara Papua,<br />

Maluku tidak terputus patroli itu.<br />

Terkait kebijakan Presiden Jokowi untuk menenggelamkan<br />

kapal-kapal pencuri ikan, saya<br />

pernah melakukannya. Illegal fishing itu dikelompokkan<br />

dua. Ada pencurian murni, yakni<br />

kapal beroperasi tanpa surat-surat sama sekali.<br />

Kedua, pencurian administrasi. Maksudnya,<br />

kapal itu punya izin menangkap, tapi harusnya<br />

tangkap di situ mereka tangkap di sana. Atau<br />

list krunya beda.<br />

Kalau pencurian murni, saya mendekatinya<br />

dengan penegakan kedaulatan. Saya turunkan<br />

orangnya dan bawa ke kedutaan, lalu tenggelamkan<br />

kapalnya. Kalau pencurian administrasi,<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

Sejumlah kapal antre di<br />

perairan Pelabuhan Teluk<br />

Bayur, Padang, Sumatera<br />

Barat, Senin (19/1).<br />

IGGOY EL FITRA/ANTARA<br />

ya bawa ke ranah hukum. Denda Rp 100 juta,<br />

perusahaannya coret, sita ikannya.<br />

Hal yang harus dipahami semua pihak, laut<br />

itu bukan Danau Sunter. Kalau siang lihat di<br />

radar, itu kan hanya bintik. Sulit membedakan<br />

mana kapal resmi atau yang bodong. Apalagi<br />

kalau malam hari. Untuk memeriksanya, butuh<br />

waktu, perlu kecepatan kapal yang memadai.<br />

Belum lagi faktor dukungan cuaca.<br />

Selain itu, bahan bakar AL itu terbatas sehingga<br />

harus menggunakannya sesuai rencana<br />

prioritas operasi. Misalnya dalam satu bulan<br />

hanya bisa 30 kapal. Kalau kita mau bikin 60<br />

kapal ya boleh saja, tapi bahan bakarnya dari<br />

mana? ■<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

DIRESTUI<br />

MEGAWATI,<br />

DIKRITIK<br />

PRABOWO<br />

KENT SONDAKH MENOLAK<br />

USUL PEMBELIAN KAPAL<br />

DARI CINA. PILIH BELANDA<br />

YANG SUDAH TERUJI.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

SUATU hari Presiden Megawati mengabarkan<br />

kepada kami bahwa ada<br />

tawaran kapal bagus dari Cina. Mendengar<br />

hal itu, saya meminta waktu<br />

kepada beliau untuk berbicara di kediaman,<br />

Jalan Teuku Umar. Kepada beliau saya jelaskan,<br />

sejauh ini baru Thailand yang menggunakan<br />

kapal produksi Cina. Itu pun, dari 3 kapal yang<br />

dibeli, cuma 1 yang masih beroperasi padahal<br />

usianya masih muda. Jadi, membeli kapal dari<br />

Cina itu bagi saya cuma buang-buang duit saja.<br />

Lebih baik tidak usah.<br />

Lalu saya kasih gambaran kekuatan korvet<br />

fregat yang dimiliki Singapura, India, Malaysia.<br />

Bagi saya, kapal-kapal produksi Belanda<br />

merupakan yang terbaik. Selain karena saya<br />

pernah sekolah di negeri itu sehingga bisa menyimpulkan<br />

demikian, faktanya kapal produksi<br />

Kent Sondakh<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA/MAJALAHDETIK<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

KRI Sultan Hasanuddin-366<br />

dan KRI Usman Harun-359<br />

mengisi perbekalan di<br />

Pelabuhan Tanjung Mas,<br />

Semarang.<br />

ANTARA FOTO/JOKO SULISTYO<br />

Rusia dalam tempo 10 tahun saja kualitasnya<br />

sudah menurun. Begitu juga 4 korvet dan 2<br />

fregat buatan Italia, setelah 10 tahun tak lagi<br />

bisa dioperasikan secara optimal.<br />

Kala itu, TNI AL mengusulkan supaya pemerintah<br />

membeli 4 kapal perang baru jenis SIG-<br />

MA (Ship Integrated Geometrical Modularity<br />

Approach), yang merupakan kapal tempur siluman<br />

(stealth). Ini telah diperhitungkan sesuai<br />

kebutuhan perairan Indonesia yang amat luas.<br />

Pembelian korvet itu amat krusial antara lain<br />

untuk menangkal praktek pencurian ikan dan<br />

mengatasi perompakan.<br />

Ternyata Ibu Mega menerima pendapat saya.<br />

“Ya sudah, kamu bicara dengan Pak Kwik (Kian<br />

Gie, Kepala Badan Perencanaan Pembangun-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

Tapi, setahu saya,<br />

galangan kapal itu kecil,<br />

ecek-eceklah.<br />

an Nasional).” Sebaliknya, dalam pertemuan<br />

di Bappenas, Pak Kwik menyatakan anggaran<br />

yang ada cuma memungkinkan untuk satu<br />

kapal.<br />

Saya bilang, kalau satu tidak usah saja,<br />

minimal dua. Karena, satu unit taktis AL itu<br />

minimal dua. Bahkan, untuk<br />

kapal modern itu tiga,<br />

yang disebut divisi. Lalu<br />

bagaimana bila duit tidak<br />

ada? Saya pun menjelaskan<br />

bahwa pembuatan kapal<br />

itu minimal butuh waktu 26 bulan. Jadi pembayarannya<br />

bisa dicicil, multi-years. Dan itulah<br />

yang kemudian dilakukan pemerintah.<br />

Namun respons di luar beragam. Termasuk<br />

Menko Perekonomian Prof Dorodjatun Kuntjoro-Jakti,<br />

yang mengatakan agar rencana<br />

pembelian korvet dari Belanda itu dikaji kembali.<br />

Saya bilang kepada pers, “Kalau Menko<br />

mau tinjau lagi, ya tinjau saja sendiri. Mereka<br />

kan yang ngurusin duit. Kami kan hanya minta.<br />

Kalau menurut dia enggak bisa, ya tidak<br />

apa-apa. Yang penting AL sudah sampaikan<br />

kebutuhannya seperti ini.”<br />

Saya tidak tahu alasan Pak Dorodjatun menyatakan<br />

demikian. Tapi pernah ada seseorang<br />

yang bilang bahwa, kalau korvet dibeli dari<br />

galangan kecil di Belanda, mungkin tidak akan<br />

dipermasalahkan. Tapi, setahu saya, galangan<br />

kapal itu kecil, ecek-eceklah. Bagi saya, kalau<br />

mau bikin, jangan tanggung, cari yang bisa<br />

bertahan puluhan tahun. Jangan bikin yang<br />

ecek-ecek, baru lima tahun rusak.<br />

Alasan lain, seperti yang pernah saya paparkan<br />

di Komisi I DPR, pembelian korvet<br />

dari Belanda itu sudah berikut syarat transfer<br />

teknologi kepada PT PAL. Juga dengan model<br />

pembayaran rolling contract, bukan imbal dagang<br />

seperti waktu beli Sukhoi dari Rusia.<br />

Selain Pak Dorodjatun dan sejumlah aktivis<br />

LSM seperti Munir, Prabowo Subianto ikut<br />

berkomentar. Dia bilang anggaran yang diajukan<br />

untuk korvet terlalu mahal. Lebih baik<br />

duitnya buat buka sawah baru. Wah, ya tidak<br />

bisa seperti itu dong membandingkannya.<br />

Yang satu untuk penegakan kedaulatan, satunya<br />

untuk petani. Itu perbandingan yang naif,<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

TNI merayakan ulang tahun<br />

ke-69 di Komando Armada<br />

Wilayah Timur TNI AL, Dermaga<br />

Ujung, Surabaya.<br />

DIKHY SASRA/DETIKCOM<br />

picik. Kalau hebat, dia harusnya datang ke<br />

KSAL. Kita diskusikan.<br />

Saya juga sempat diserang LSM-LSM terkait<br />

rencana pembelian kapal-kapal patroli oleh<br />

daerah. Papua, misalnya, memesan 11 kapal patroli<br />

dari Prancis. Jika semua daerah seperti itu,<br />

berbahaya. Sebab, hukum laut internasional<br />

menyatakan hanya warship dan government<br />

ship yang boleh mengadakan penahanan,<br />

pengintaian, dan pemeriksaan.<br />

Karena itu, saya sampaikan kepada Menteri<br />

Pertahanan, sebaiknya hal itu dikoordinasikan<br />

dengan Angkatan Laut. Juga kapal-kapal itu<br />

diawaki AL. Eh, saya malah dibilang mencuri<br />

duit daerah. Terlalu.... n<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


JIBI PHOTO<br />

SELINGAN<br />

TEGAS<br />

MENOLAK<br />

KAPAL<br />

BEKAS<br />

“KITA NEGARA BESAR HARUSNYA PUNYA<br />

HARGA DIRI. MASAK DIKASIH SAMA NEGARA<br />

KECAMATAN KITA TERIMA.”<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

HABIBIE dan Kapal Itu. Begitu judul<br />

cerita sampul majalah Tempo edisi<br />

7 Juni 1994. Isinya berfokus pada<br />

harga pembelian 39 kapal bekas<br />

Jerman yang diperdebatkan oleh Menteri Riset<br />

dan Teknologi B.J. Habibie dan Menteri Keuangan<br />

Mar’ie Muhammad, terutama besaran<br />

harga pembelian dari semula<br />

US$ 12,7 juta menjadi US$ 1,1<br />

miliar.<br />

Dua hari berselang, ketika<br />

meresmikan pembangunan<br />

Pangkalan Utama Angkatan<br />

Laut di Teluk Ratai, Lampung,<br />

Presiden Soeharto mengungkapkan<br />

kemarahannya. Dia memerintahkan<br />

supaya menindak<br />

tegas media yang dianggapnya<br />

telah “mengadu domba”.<br />

Menteri Penerangan Harmoko<br />

menindaklanjutinya dengan<br />

memberedel Tempo. Juga dua<br />

media lainnya yang ikut mengkritik<br />

seputar pembelian kapal<br />

bekas dari Jerman, yakni Editor dan tabloid<br />

Detik.<br />

Rupanya, tak cuma harga pembelian yang<br />

kelewat mahal, kapal-kapal itu sejatinya tak<br />

lebih dari barang rongsokan. Hampir semua<br />

kapal yang dibeli itu nyaris tak bisa dioperasikan<br />

karena sudah uzur. Teknologi yang digunakan<br />

sudah kedaluwarsa, tak cocok dengan iklim<br />

Indonesia yang tropis, dan amat boros bahan<br />

bakar. Tapi hampir semua petinggi TNI Angkatan<br />

Laut kala itu tak berkutik.<br />

Saat kontroversi itu berlangsung, Bernard<br />

Kent Sondakh masih berpangkat letnan kolonel.<br />

Delapan tahun kemudian, saat sudah menjadi<br />

Kepala Staf Angkatan Laut, ia mendapati kesemua<br />

kapal itu sudah tak mampu beroperasi<br />

dengan baik.<br />

lll<br />

Waktu itu saya ingat KSAL M. Arifin sempat<br />

menolak. Beliau menawar, sebaiknya dua dulu<br />

saja untuk dicoba. Kalau bagus, ya yang lainnya<br />

boleh diterima. Pak Arifin itu guru saya.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

Sembilan unit frost class<br />

kapal pendarat<br />

UWE ZIMMERMAN<br />

Tapi sepertinya dia dipaksa, kan Pak Harto ikut<br />

berbicara.<br />

Begitu saya jadi KSAL, tidak ada satu pun<br />

kapal (bekas) Jerman Timur itu yang beroperasi<br />

dengan benar. Sudah nongkrong semua. Sebagian<br />

memang sudah ada yang di-repowering<br />

oleh KSAL sebelum saya.<br />

Kapal korvet milik Jerman Timur itu tidak<br />

cocok buat kita, karena mereka pakai untuk hit<br />

and run. Deteksi, keluar, serang, lalu balik. Tiap<br />

seribu jam harus ganti, overhaul, suku cadang<br />

sudah sulit didapat, dan bahan bakar borosnya<br />

minta ampun. Satu kapal butuh 36-40 ton<br />

solar per hari. Agar tidak mubazir, saya putuskan<br />

ganti mesin. Setelah itu, konsumsi solarnya<br />

berkurang, jadi cuma 12 ton per hari.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

Feri Kambuna dan Kerinci dihibahkan<br />

PT Pelni kepada TNI AL. Namanya<br />

berubah menjadi KRI Tanjung Fatagar<br />

dan KRI Tanjung Nusanive.<br />

KAPAL-PENUMPANG-PELNI<br />

Selama saya menjadi KSAL, saya pun<br />

bertekad tidak mau menerima kapal bekas<br />

dari negara lain. Setidaknya dua kali saya<br />

menolak penawaran kapal bekas, yakni dari<br />

Libya dan kapal hidrografi dari Belanda. Libya<br />

waktu itu menawarkan dua jenis korvet,<br />

tiga kapal cepat, dan empat kapal penyapu<br />

ranjau. Atas nasihat Panglima (Jenderal<br />

Endriartono Sutarto), saya tidak langsung<br />

menolak.<br />

Saya tugaskan empat perwira ke Libya<br />

untuk meninjau kondisi kapal-kapal itu.<br />

Sebelum berangkat, saya kasih mereka duit.<br />

“Kamu jalan-jalan saja di sana, pulang bikin<br />

laporan: semua kapalnya jelek, he-he-he....”<br />

Bagi saya, kapal bekas itu traumatis. Ka-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

Kalau mau<br />

terima kapal<br />

bekas hibah,<br />

jangan<br />

tanggung,<br />

kapal induk<br />

sekalian,<br />

ha-ha-ha....<br />

No to used<br />

warship!<br />

rena itu, ketika KSAL Belanda yang kebetulan<br />

pernah satu kelas dengan saya sewaktu dua tahun<br />

mengikuti pendidikan menawarkan kapal<br />

hidrografi, umur sekitar 20 tahun, saya jawab<br />

sambil guyonan saja, “Kalau kapal itu saya beli<br />

dengan duit saya dan saya operasikan pakai<br />

duit saya, yang pakai kan kamu hasil petanya.<br />

Bukan Pelni. Jadi, kalau kamu suruh saya beli,<br />

saya tidak mau. Kalau dikasih, ya boleh.”<br />

Karena itu, sewaktu KSAL Soeparno (28<br />

September 2010-17 Desember 2012) menerima<br />

kapal bekas dari Brunei, waduh.... Saya berpikir,<br />

kita negara besar seperti ini harusnya punya<br />

harga diri. Masak dikasih sama negara kecamatan<br />

kita terima? Apalagi cuma kapal 40 meter.<br />

Kalau mau terima kapal bekas hibah, jangan<br />

tanggung, kapal induk sekalian, ha-ha-ha.... No<br />

to used warship!<br />

Tapi, sebelum membeli kapal bekas dari<br />

Jerman, sebetulnya pada pertengahan 1980-an<br />

Indonesia pernah beli kapal bekas. Jadi, saat<br />

booming harga minyak, pada 1985-1986 kala<br />

itu pemerintah membeli 9 fregat bekas dan 3<br />

tribal class dari Inggris yang pernah ikut Perang<br />

Malvinas. Juga membeli 6 kapal kelas van speijk<br />

dari Belanda.<br />

Namanya kapal bekas, kapal tua, pasti tingkat<br />

kerusakannya tinggi. Di lain pihak, kapalkapal<br />

baru, seperti 3 korvet dari Belanda dan<br />

1 dari Yugoslavia serta 6 LST dari Korea yang<br />

berteknologi baru, terbengkalai perawatannya<br />

karena uang justru terserap untuk kapal-kapal<br />

bekas itu. Konsep pemeliharaan yang disebut<br />

PMS (planned maintenance system) dengan<br />

integrated logistic untuk kapal-kapal baru berteknologi<br />

1980-an itu tak berjalan.<br />

Sebetulnya saya tak sepenuhnya antikapal<br />

bekas karena pernah menerima feri bekas,<br />

Kambuna dan Kerinci, milik PT Pelni yang hampir<br />

bangkrut. Kebetulan AL belum punya kapal<br />

angkut pasukan yang memadai. Feri cepat itu<br />

bisa menampung 500 orang, jadi saya terima.<br />

Tapi, kalau nerima dari negara lain, saya tidak<br />

mau, apalagi beli. Kita sudah berpengalaman,<br />

AL hancur karena kapal bekas. n<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 26 JANUARI 24 - 30 - 1 NOVEMBER FEBRUARI 2014<br />

2015


SELINGAN<br />

MEMATAHKAN AMERIKA<br />

DI SELAT MALAKA<br />

SINGAPURA SEMPAT MEMBERI ISYARAT<br />

SETUJU ARMADA AMERIKA SERIKAT IKUT<br />

BERPATROLI UNTUK MENGHALAU PARA<br />

PEROMPAK DI SELAT MALAKA.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

Kent Sondakh bersama<br />

Ronnie Tay, Ng Yat Chung,<br />

Endriartono Sutarto, Zahidi<br />

Zainudin, dan Mohamad<br />

Anwar Mohamad Nur saat<br />

peluncuran patroli bersama di<br />

atas KRI Tanjung Dalpele di<br />

Batam, 20 Juli 2004.<br />

GETTY IMAGES<br />

KANTOR Biro Maritim Internasional<br />

(IMB), yang bermarkas di Singapura,<br />

melansir data melonjaknya angka<br />

perompakan dan penculikan di laut.<br />

Sementara pada 2002 tercatat 192 kasus, pada<br />

2003 melonjak jadi 445 kasus di seluruh dunia.<br />

Dari jumlah itu, 139 kasus di antaranya terjadi<br />

di Selat Malaka.<br />

Data itu menjadi santapan empuk media internasional.<br />

Far Eastern Economic Review edisi<br />

27 Mei 2004 menulis laporan bertajuk “Sea<br />

of Trouble”. Isinya mengurai kejahatan di Selat<br />

Malaka meningkat tajam akibat krisis ekonomi<br />

dan politik di Indonesia.<br />

Majalah The Economist edisi 12 Juni 2004<br />

juga menurunkan laporan tentang ancaman<br />

teroris dan perompakan di Selat Malaka.<br />

Menyikapi hal itu, Panglima Pasifik Amerika<br />

Serikat Laksamana Thomas Fargo berencana<br />

menerjunkan pasukan di selat sepanjang 800<br />

kilometer itu. Kepala Staf TNI Angkatan Laut<br />

Laksamana Bernard Kent Sondakh pun terusik<br />

dibuatnya. Untuk mematahkan niat Amerika<br />

Serikat, ia merangkul Singapura dan Malaysia<br />

untuk melakukan patroli bersama.<br />

lll<br />

Orang semua tahu Indonesia disebut black<br />

water. Laksamana Fargo dari Amerika bilang<br />

di koran, akan kirim kekuatan untuk turut<br />

mengawal Selat Malaka. Saya tersinggung.<br />

Kita yang punya kedaulatan kok dia yang mau<br />

masuk. Sebetulnya Menteri Pertahanan Singapura<br />

sempat memberi isyarat menyokong ide<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

JAY DIRECTO/GETTY IMAGES<br />

Fargo. Lalu saya telepon KSAL Malaysia dan<br />

Singapura. Kepada mereka, saya sampaikan<br />

ketidaksetujuan jika Amerika masuk. Sebaiknya<br />

kita berkoordinasi untuk melakukan patroli<br />

karena Selat Malaka ada di tiga negara. Saya<br />

lalu ngomong ke media, tidak ada yang boleh<br />

masuk Selat Malaka kecuali tiga negara pantai.<br />

Fargo pun diam.<br />

Koordinasi patroli bersama itu pertama kali<br />

diresmikan oleh Panglima TNI Jenderal Endriartono<br />

pada 20 Juli 2004. Waktu itu hadir di<br />

atas KRI Tanjung Dalpele 972 Panglima Tentara<br />

Diraja Malaysia Jenderal Tan Sri Dato Zahidi<br />

dan Panglima Tentara Singapura Letnan Jenderal<br />

Ng Yat Chung. Juga saya bersama Kepala<br />

AL Tentara Diraja Malaysia Laksamana Dato Sri<br />

Muhammad Anwar dan Kepala AL Singapura<br />

Laksamana Muda Ronnie Tay. Patroli bersama<br />

itu mengerahkan 17 kapal (lima dari Malaysia,<br />

lima dari Singapura, dan tujuh dari Indonesia)<br />

per hari selama 24 jam nonstop.<br />

Kita sebenarnya tidak bisa apa-apa kalau<br />

Amerika mau campur tangan. Cuma, kita kan<br />

negara berdaulat, punya harga diri. Itu yang<br />

kita harus tunjukkan dulu. Kalau mengalah,<br />

sama saja jual negara. Sampai sekarang patroli<br />

masih berjalan, cuma mungkin satu negara<br />

cuma dua-tiga kapal.<br />

Selain patroli bersama, saya juga menggagas<br />

latihan bersama tiga negara menyapu ranjau<br />

di Selat Malaka. Itu bermula ketika saya di-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

SUDRAJAT/DETIKCOM<br />

minta mewakili Pak Endriartono<br />

sebagai pembicara dalam pertemuan<br />

panglima se-Asia-Pasifik<br />

di Tokyo. Zaman itu isu yang<br />

berkembang teroris meledakkan<br />

kapal di Selat Singapura. Amerika<br />

mengembangkan isu itu. Jadi<br />

saya sebagai salah satu pembicara<br />

mengatakan itu juga salah<br />

satu ancaman, tapi coba kita<br />

bayangkan kalau kapal meledak<br />

karena melanggar ranjau. Semua<br />

lalu lintas terhenti. Kalau hanya<br />

diledakkan, lalu lintas akan tetap<br />

jalan. Sedangkan kemampuan<br />

antiranjau negara pantai, seperti<br />

Indonesia, Singapura, dan Malaysia,<br />

sangat rendah.<br />

Sewaktu break, ajudan Panglima Amerika<br />

dan Laksamana Fargo minta bertemu saya.<br />

Mereka tanya apa rencana saya. Saya bilang<br />

akan memasang radar di sepanjang Selat Malaka,<br />

sehingga barang sekecil drum pun akan<br />

terdeteksi. Saya sudah menganggarkan Rp 25<br />

miliar. Lalu saya bilang, karena kalian tahu uang<br />

Indonesia terbatas, jadi Selat Malaka ini baru<br />

akan selesai dalam 10 tahun.<br />

Mereka bilang jangan sebut-sebut lagi soal<br />

ranjau. Dua hari setelah sampai Jakarta, ada<br />

dua orang dari Kedutaan yang datang. Dan tak<br />

lama setelah berhenti sebagai KSAL, staf ahli<br />

dari Senat Amerika menemui saya di rumah.<br />

Dia membawa pesan bahwa Senat setuju<br />

memberikan bantuan cuma-cuma US$ 350 juta<br />

tapi jangan ribut karena Indonesia masih dalam<br />

posisi embargo. Itu kalau tak salah Maret 2005.<br />

Nah, Mei, ketika saya sedang di Surabaya,<br />

mereka kembali menghubungi dan meminta<br />

saran tentang rencana pemberian dana itu.<br />

Saya sarankan agar diserahkan ke Departemen<br />

Pertahanan saja, biar mereka yang mengawasi<br />

penggunaannya. Itu pertama kali embargo<br />

Amerika ke TNI lepas dan tidak banyak orang<br />

yang tahu. Tapi akhirnya saya dengar yang<br />

pegang itu Duta Besar Amerika. ■<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

MENTERI<br />

PEMBERDAYAAN<br />

PEREMPUAN<br />

YOHANA S. YEMBISE:<br />

KEKERASAN PADA ANAK<br />

AKIBAT NIKAH MUDA<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

“USIA PERNIKAHAN PERLU DITINGKATKAN DARI 16 MENJADI 18 TAHUN.”<br />

MESKI latar akademisnya adalah linguistik,<br />

Yohana S. Yembise mengamati betul pola<br />

kehidupan masyarakat, khususnya kaum<br />

perempuan dan anak-anak di kawasan timur<br />

Indonesia. Tak aneh bila Presiden Joko Widodo<br />

mempercayainya sebagai Menteri Pemberdayaan<br />

Perempuan dan Perlindungan Anak.<br />

Jabatan itu sekaligus menjadi simbol perjuangan<br />

dan perlawanan atas dominasi adat<br />

di Papua, yang umumnya didominasi lakilaki.<br />

“Isu utama di sana (Papua dan Maluku)<br />

adalah kekerasan dalam rumah tangga, akibat<br />

adat istiadat yang keras,” katanya saat<br />

ditemui majalah detik, Kamis lalu.<br />

Terkait tingkat kekerasan terhadap anak<br />

yang kian memprihatinkan, Yohana punya<br />

analisis menarik. Menurut dia, hal itu antara<br />

lain lantaran ekses perkawinan dini. Karena<br />

itu, dia berniat meningkatkan usia pernikahan<br />

dari minimal 16 menjadi 18 tahun. Bagaimana<br />

dia akan mewujudkan hal itu? Simak petikan<br />

paparannya berikut ini.<br />

Ada instruksi khusus dari Presiden<br />

terkait persoalan perempuan dan perlindungan<br />

anak?<br />

Tidak secara langsung, tapi mungkin karena<br />

saya berlatar belakang guru, yang biasanya<br />

ada naluri edukatifnya. Saya sudah membuat<br />

suatu terobosan, sebuah pemberdayaan perempuan<br />

di Papua.<br />

Presiden secara implisit berharap kepakaran<br />

saya bisa menjawab persoalan perempuan dan<br />

anak. Saya agak shock. Setelah ditunjuk, saya<br />

mau tidak mau menerima jabatan ini dan saya<br />

harus percaya diri. Ini merupakan tantangan<br />

bagi saya.<br />

Secara umum, bagaimana Anda melihat<br />

kondisi perlindungan perempuan Indonesia?<br />

Di negara kita, yang masih developing<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

harus dikerjakan.<br />

Video<br />

country, memang masih banyak masalah<br />

berhubungan dengan pendidikan dan kesehatan.<br />

Kita masih harus bekerja keras. Angka<br />

kematian ibu masih tinggi. Pendidikan sudah<br />

relatif maju tapi pemerataannya yang relatif<br />

masih perlu diperhatikan. Karena secara<br />

geografis sangat luas. Masih banyak yang<br />

Peta kekerasan terhadap perempuan?<br />

Saya belum lihat semua daerah. Saya baru<br />

melihat Indonesia timur, terutama Papua dan<br />

Maluku. Isu utama di sana adalah kekerasan<br />

dalam rumah tangga. Asumsi saya itu berangkat<br />

dari adat istiadat yang begitu keras. Ini masih<br />

harus dikaji lagi lewat beberapa penelitian,<br />

apakah betul KDRT (kekerasan dalam rumah<br />

tangga) itu karena budaya.<br />

Di Papua ada sekitar 250 budaya yang masing-masing<br />

tradisi melihat perempuan dan<br />

anak berbeda. Agama di sana, yakni Kristen,<br />

menyebutkan istri harus tunduk kepada<br />

suami.<br />

Di daerah Pegunungan Jayawijaya, perempuan<br />

suku Dani punya bakat berdagang. Mereka<br />

berjualan di pasar sambil merajut noken.<br />

Uangnya dipakai untuk biaya sekolah atau<br />

kuliah anak-anak. Begitu juga suku di pantai.<br />

Suami hanya di rumah, istri yang mencari duit.<br />

Sejauh mana peran aparat penegak hu-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

Angka kekerasan tiap tahun semakin naik<br />

karena undang-undang ini semakin terlihat.<br />

Masyarakat sudah semakin sadar ada undangundang,<br />

makanya laporan naik terus. Cuma,<br />

ya, pihak kepolisian harus kita dekati juga agar<br />

mau melayani korban. Jangan ada diskriminasi.<br />

Saya sudah pikir-pikir suatu saat nanti akan<br />

ada penghargaan kepada polisi yang melayani<br />

dengan baik.<br />

Agama dan<br />

adat di Papua<br />

menyebutkan istri<br />

harus tunduk<br />

kepada suami.<br />

kum dalam menangani kekerasan itu?<br />

Sudah ada unit-unit pengaduan terpadu di<br />

semua provinsi. Sudah berjalan tapi saya lihat<br />

belum optimal. Undang-undang tentang kekerasan<br />

terhadap perempuan sudah ada. Tinggal<br />

bagaimana kami sosialisasikan. Itu tugas kami<br />

dari Kementerian.<br />

Laporan kekerasan terhadap anak juga<br />

meningkat?<br />

Saya melihat perkembangan teknologi, di<br />

mana-mana penggunaan HP, Internet, membawa<br />

pikiran mereka keluar dari pendidikan<br />

yang diinginkan oleh orang tua dan negara ini.<br />

Sudah banyak keluhan. Situs-situs yang mereka<br />

buka seperti pornografi. Kita punya tugas<br />

merevisi aturan sesuai dengan perkembangan<br />

kasus-kasus yang terjadi.<br />

Anak-anak ini juga banyak mengalami kekerasan<br />

karena banyak pernikahan usia dini. Menikah<br />

terlalu muda, punya anak, akhirnya tidak<br />

diperhatikan. Jadi korban trafficking atau pergi<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

Bersama anggota DPR, KH<br />

Maman (mengenakan ikat<br />

kepala), dan peserta pawai<br />

Bhinneka Tunggal Ika di<br />

Bundaran Hotel Indonesia, 16<br />

November 2014.<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

ke luar negeri secara ilegal. Jadi complicated.<br />

Karena itu Ibu mewacanakan meningkatkan<br />

usia pernikahan?<br />

Undang-undang sementara ini (menyebutkan<br />

batas usia pernikahan) 16 tahun. Kami<br />

mau naikkan jadi 18 tahun. Tetapi secara internasional<br />

usia pernikahan itu 22 tahun. Kalau<br />

batas usia pernikahan bisa naik, kita sudah<br />

selamatkan anak-anak kita. Karena, di masa<br />

depan, mereka akan menghadapi daya saing<br />

yang begitu ketat.<br />

Ada pihak yang tidak setuju?<br />

Ada kelompok yang menentang itu. Tapi biarlah<br />

waktu yang menjawab. Kita tetap mela-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

kukan advokasi dan pendekatan untuk mengubah<br />

mindset mereka. Ini memang bagian dari<br />

revolusi mental.<br />

Berdialog dengan sejumlah siswa<br />

Taman Kanak-Kanak Xaverius,<br />

Ambon, Maluku, Sabtu (17/1).<br />

IZAAC MULYAWAN/ANTARAFOTO<br />

Dengan dana sedikit,<br />

bagaimana mau tangani<br />

kondisi darurat kekerasan<br />

terhadap perempuan dan<br />

anak?<br />

Kementerian mendapatkan Rp 217 miliar<br />

untuk APBNP 2015. Cukup untuk melaksanakan<br />

program-program perlindungan?<br />

Saat bertemu dengan DPR, saya menyatakan<br />

anggaran kami kurang. Kementerian yang<br />

paling kecil adalah kami. Padahal DPR teriak<br />

kekerasan di sana, kekerasan di sini, atas perempuan<br />

dan anak itu dalam kondisi darurat.<br />

Kalau kondisi darurat begitu dengan dana sedikit,<br />

bagaimana mau tangani kondisi darurat?<br />

Ini hanya untuk advokasi dan koordinasi saja.<br />

Belum implementasinya. Jadi saya minta buat<br />

komitmen untuk bisa meningkatkan anggaran.<br />

Perhitungannya berapa anggaran yang<br />

dibutuhkan?<br />

Kalau kondisi darurat seperti yang dikatakan<br />

DPR kemarin kira-kira dibutuhkan Rp 1-2 triliun<br />

untuk bisa menjawab persoalan itu.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

Mendampingi Presiden<br />

Jokowi mengunjungi<br />

Pelabuhan Kota Sorong di<br />

Papua Barat, 28 Desember<br />

2014.<br />

DOK. KEMENTERIAN PP-PA<br />

Anggaran yang terbatas itu dipakai untuk<br />

apa saja?<br />

Sudah dibagi-bagi. Dana dekonsentrasi yang<br />

diberikan ke provinsi-provinsi sekitar Rp 10 miliar<br />

untuk pemberdayaan perempuan dan Rp<br />

10 miliar untuk perlindungan anak. Lalu untuk<br />

fungsi masing-masing deputi.<br />

Soal kebijakan afirmasi untuk keterwakilan<br />

perempuan masih diperlukan?<br />

Ini salah satu bagian dari program kami.<br />

Fokusnya untuk pembangunan kapasitas,<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

termasuk untuk menyiapkan calon-calon perempuan<br />

masuk legislatif dan eksekutif. Untuk<br />

legislatif ketentuannya 30 persen, tapi hasil<br />

Pemilu 2014 justru cuma 17 persen, di provinsi<br />

16 persen, di kabupaten dan kota sekitar 10<br />

persen. Syukur, Presiden memilih 8 perempuan<br />

sebagai menteri. Itu sudah 23 persen dan<br />

menurut saya masih kurang.<br />

Berdialog dengan pedagang<br />

ikan asap setelah<br />

meresmikan Pasar Oleh-oleh<br />

Ikan Khas Ambon di kawasan<br />

Galala, Ambon, Maluku,<br />

Jumat (16/1).<br />

EMBONG SALAMPESSY/ANTARAFOTO<br />

Laki-laki masih belum<br />

sadar perempuan bisa jadi<br />

pengambil keputusan.<br />

Apa yang menyebabkan masih di bawah<br />

kuota?<br />

Saya pikir karena hambatan budaya masih<br />

kelihatan. Laki-laki belum sadar bahwa perempuan<br />

bisa jadi pengambil keputusan. Di sisi<br />

sosial, kesetaraan dan keadilan gender belum<br />

ada. Kita dalam male dominated society, bahwa<br />

laki-laki memiliki peranan lebih tinggi.<br />

Padahal, secara kualitas, perempuan dan lakilaki<br />

itu sama. Tuhan menciptakan kita sama,<br />

sama-sama berharga di mata Tuhan. Saya pikir<br />

dari Kristen, Islam, dan agama lain pun sama.<br />

Hanya masalah peluang. Kalau kita dikasih<br />

peluang yang sama, saya pikir no problem. ■<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


BIODATA<br />

NAMA: Profesor Dr Yohana Susana<br />

Yembise, Dip Apling, MA<br />

TEMPAT/TANGGAL LAHIR: Manokwari, 1<br />

Oktober 1958<br />

RIWAYAT PENDIDIKAN<br />

• PhD dari School of Language and Australia<br />

Media, University of Newcastle,<br />

New South Wales, 2007<br />

• MA dari Fakultas Pendidikan, Simon<br />

Canada Fraser University, British Columbia,<br />

1994<br />

• Diploma TEFL dari Regional English<br />

Language Centre, SEAMEO Singapura,<br />

1992<br />

• Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris di<br />

Universitas Cenderawasih, 1985<br />

• SMA Negeri Persiapan Nabire, Papua,<br />

1979<br />

• SMP Negeri 1 Nabire, Papua, 1974<br />

• SD Padang Bulan Jayapura, Papua,<br />

1971<br />

KARIER<br />

• Guru besar pendidikan bahasa Inggris<br />

di Universitas Cenderawasih<br />

• Wakil Ketua Papua Research Institute<br />

di Jayapura, Papua<br />

• Kepala English Language Centre,<br />

Universitas Cenderawasih<br />

• Anggota Joint Selection Team<br />

Australian Development Scholarship,<br />

2011<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

SETELAH SYIAH HOUTHI<br />

GUSUR HADI<br />

“KAMI TAK INGIN MENJADI BAGIAN DARI PERISTIWA YANG TENGAH<br />

TERJADI MAUPUN YANG AKAN TERJADI.”<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI -- 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Pengikut Syiah Houthi<br />

memakamkan kerabat<br />

mereka yang diduga tewas<br />

dibunuh milisi Al-Qaidah di<br />

Yaman (AQAP), Desember<br />

2014 .<br />

KHALED ABDULLAH/REUTERS<br />

jelas sebuah kudeta,” Ahmed al-<br />

Fatesh, petugas keamanan di satu<br />

“INI<br />

hotel di Sanaa, Yaman, tak ragu menyimpulkan.<br />

Setelah berhari-hari dikurung<br />

milisi Houthi di istananya, tak disangka,<br />

Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi dan<br />

Perdana Menteri Khaled Bahah melayangkan<br />

surat pengunduran diri kepada Ketua Parlemen<br />

Yaman, Kamis pekan lalu.<br />

“Saya minta maaf secara pribadi kepada<br />

Anda dan anggota parlemen serta rakyat Yaman<br />

setelah kami menemui jalan buntu.... Kami<br />

telah gagal mencapai tujuan, dan hal itu menyakitkan<br />

dan mengecewakan kami,” Presiden<br />

Hadi menulis dalam surat pengunduran dirinya.<br />

Dia tak tegas menulis bahwa tekanan dari<br />

milisi Houthi yang memaksanya turun dari<br />

kursi presiden. Namun Sultan al-Atwani, penasihat<br />

Presiden Hadi, mengungkapkan bahwa<br />

tekanan dari milisi Syiah Zaidiyah itulah yang<br />

memaksa bosnya memutuskan mundur. “Kami<br />

tak ingin menjadi bagian dari peristiwa yang<br />

tengah terjadi maupun yang akan terjadi,” Perdana<br />

Menteri Khaled Bahah menulis di laman<br />

Facebook.<br />

Setelah berhari-hari terlibat baku tembak<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

KAMI TELAH GAGAL<br />

MENCAPAI TUJUAN, DAN<br />

HAL ITU MENYAKITKAN DAN<br />

MENGECEWAKAN KAMI.”<br />

melawan pasukan pengawal presiden, milisi<br />

Houthi berhasil menekuk tentara pemerintah<br />

dan mengurung Istana Presiden Yaman pekan<br />

lalu. Mereka juga menyekap Kepala Staf Kepresidenan<br />

Ahmed Awad bin Mubarak. Awad<br />

ditangkap milisi Houthi saat dalam perjalanan<br />

mengantarkan rancangan amendemen konstitusi<br />

ke Otoritas Nasional Pengawas Penerapan<br />

Hasil Konferensi Debat Nasional (NDC).<br />

Menurut juru bicara milisi<br />

Houthi, rancangan amendemen<br />

konstitusi itu bertentangan<br />

dengan kesepakatan<br />

NDC dan kesepakatan perdamaian<br />

beberapa bulan lalu.<br />

Milisi Houthi menuding ada<br />

sejumlah anggota Otoritas<br />

Nasional yang mencoba menelikung<br />

mereka.<br />

Lewat siaran di stasiun<br />

televisi Al-Massira, pemimpin<br />

laskar Houthi, Abdul Malik al-Houthi, menuding<br />

Presiden Hadi sengaja memperlambat<br />

penerapan hasil kesepakatan perdamaian.<br />

Satu lagi “dosa” Presiden Hadi, menurut Abdul<br />

Malik, adalah memberikan bantuan kepada<br />

Al-Qaidah, kelompok lawan utama Houthi di<br />

Yaman. “Jika pemerintah tak memenuhi tuntutan<br />

kami, kami tak ragu bertindak lebih keras,”<br />

Abdul Malik mengancam.<br />

Di bawah tekanan dan kurungan milisi Houthi,<br />

Presiden Hadi mengabulkan empat tuntutan<br />

Abdul Malik dan teman-temannya Rabu pekan<br />

lalu. Empat tuntutan itu antara lain mengubah<br />

rancangan konstitusi, menerapkan hasil kesepakatan<br />

perdamaian, dan segera memulihkan<br />

keamanan di Marib.<br />

Entah apa yang membuat Presiden Hadi berubah<br />

pikiran, sehari setelah memenuhi tuntutan<br />

milisi Houthi, dia malah mengundurkan diri.<br />

Menjadi Presiden Yaman setelah Ali Abdullah<br />

Saleh menyerahkan kursi kepadanya pada<br />

2012—kala itu Hadi merupakan Wakil Presiden<br />

Ya man—Hadi merasa mantan bosnya itu tak<br />

pernah sungguh-sungguh menyokongnya.<br />

Empat bulan lalu, kala milisi Houthi dengan<br />

gampang menembus pertahanan prajurit<br />

pemerintah di Ibu Kota Sanaa, Hadi curiga,<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Milisi Syiah Houthi<br />

bersiaga di Kota<br />

Sanaa, Senin (5/1).<br />

KHALED ABDULLAH/REUTERS<br />

Ali Abdullah, yang berkuasa bertahun-tahun<br />

di Yaman, turut “bermain”. “Ada konspirasi<br />

terencana,” kata Presiden Hadi kepada para<br />

pembantunya kala itu.<br />

Mundurnya Presiden Hadi membuat situasi<br />

di Sanaa sulit diramal. Abu al-Malik Yusuf al-Fishi,<br />

salah satu pemimpin Houthi, mengusulkan<br />

supaya dibentuk Dewan Kepresidenan yang<br />

beranggotakan semua kelompok di Yaman.<br />

Namun Abdul Malik al-Ejri, pemimpin Houthi<br />

lain, mengatakan usulan itu bukanlah sikap<br />

resmi mereka. “Kami belum mengambil posisi<br />

dalam kasus Presiden Hadi,” kata Abdul Malik.<br />

Di sejumlah wilayah di selatan Yaman, beberapa<br />

tetua suku sudah angkat senjata melawan<br />

milisi Houthi.<br />

●●●<br />

Adalah jenggot yang membuat Waddah al-<br />

Hitari terbunuh awal Desember lalu. Milisi<br />

Houthi menembak mati Al-Hitari karena dia<br />

menyangka Al-Hitari sebagai anggota Al-Qaidah<br />

di Yaman. Padahal tak ada urusan antara<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Al-Hitari dan Al-Qaidah.<br />

Dia bukan teroris, melainkan seorang dokter.<br />

“Mereka bilang dia mirip teroris. Padahal kami<br />

sudah katakan bahwa dia seorang dokter,” kata<br />

Mustafa al-Nadish, teman dekat Waddah al-Hitari.<br />

Mengaku salah memilih sasaran, anggota<br />

milisi Houthi menemui keluarga Al-Hitari dan<br />

merundingkan “uang pengganti”.<br />

Sejak menyerbu Kota Sanaa pada September<br />

tahun lalu, milisi Houthi menjadi penguasa<br />

TEHERAN INGIN ADA<br />

KELOMPOK SYIAH YANG KUAT<br />

DI SINI, MAKANYA KAMI ADA DI<br />

YAMAN.”<br />

baru di ibu kota<br />

Yaman itu. Milisi<br />

Houthi yang disokong<br />

komunitas<br />

Syiah Zaidiyah itu<br />

tak cuma merebut<br />

kendali Ibu Kota Sanaa, mereka juga berkuasa<br />

di sejumlah wilayah utara Yaman. Milisi Houthi<br />

yang dipimpin oleh Abdul Malik al-Houthi memang<br />

belum mengambil kekuasaan di Yaman,<br />

tapi siapa yang berkuasa di Sanaa bisa dilihat<br />

buktinya di jalan-jalan kota itu.<br />

Pos pemeriksaan milisi Houthi dan mobilmobil<br />

dengan poster bertulisan “Mati untuk<br />

Amerika, Kematian untuk Israel” bertebaran di<br />

seluruh kota. Setiap warga yang melintas harus<br />

melewati pemeriksaan mereka. Di Bandara<br />

Internasional Sanaa, semua botol minuman<br />

beralkohol yang dibawa penumpang dibuang<br />

oleh milisi Houthi karena hal itu diharamkan<br />

oleh Islam.<br />

“Ini sebuah penghinaan,” ujar Al-Qudsi, warga<br />

Sanaa, menunjuk pada pos pemeriksaan milisi<br />

Houthi. Bukan cuma ketatnya pemeriksaan<br />

yang membuat sebagian warga Kota Sanaa<br />

jengkel dengan milisi Houthi. Berkuasanya<br />

milisi yang disokong komunitas Syiah Zaidiyah<br />

terang sulit diterima warga muslim Sunni.<br />

Apalagi milisi Syiah itu terang-terangan menunjukkan<br />

kehadiran mereka. Sebagian kubah<br />

masjid di Sanaa dicat warna hijau oleh milisi<br />

Houthi. Misalnya Masjid Qubbat al-Mutawakkil.<br />

Sudah bertahun-tahun Abdul Salam Muhammad<br />

tinggal tak jauh dari Masjid Qubbat<br />

dan selalu beribadah di masjid itu.<br />

“Tapi, setelah mereka mengecat hijau kubah<br />

Masjid Qubbat, aku berpindah salat ke masjid<br />

lain,” kata Abdul Salam. “Aku bukan seorang<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Kendaraan lapis baja<br />

milik milisi Syiah<br />

Houthi di jalan menuju<br />

Istana Kepresidenan<br />

Yaman di Sanaa, Senin<br />

(19/1).<br />

KHALED ABDULLAH/REUTERS<br />

Houthi dan aku tak tahu mengapa mereka<br />

mengecat hijau Masjid Qubbat. Masjid adalah<br />

tempat ibadah, tak semestinya menjadi arena<br />

politik.”<br />

Walaupun tak terang-terangan merebut<br />

kekuasaan, milisi Houthi juga mulai menancapkan<br />

kukunya di sejumlah kantor pemerintah.<br />

Seorang pejabat Kementerian Pertahanan<br />

mengatakan milisi Houthi menempatkan<br />

sejumlah orangnya di beberapa direktorat<br />

strategis. “Mereka juga menempatkan orang<br />

di Kementerian Keuangan untuk mengawasi<br />

semua pengeluaran pemerintah. Jika dia curiga<br />

ada cek yang tak beres, dia tak ragu menyobek<br />

dan membuangnya ke tempat sampah.”<br />

Bermula dari perkumpulan pelajar Believing<br />

Youth, yang dipelopori oleh Hussein al-Houthi<br />

pada 1992, kelompok itu menjadi gerakan<br />

perlawanan melawan pemerintahan Presiden<br />

Yaman Ali Abdullah Saleh yang mereka anggap<br />

korup. Presiden Ali Abdullah sempat mengajak<br />

Hussein bertemu, tapi undangan itu ditolak<br />

mentah-mentah. Sebagai balasannya, Presiden<br />

Ali Abdullah mengirimkan ribuan prajuritnya<br />

untuk menumpas gerakan Houthi. Setelah<br />

Hussein tewas dibunuh pasukan pemerintah,<br />

sang adik, Abdul Malik, mengambil alih pimpinan<br />

milisi Houthi.<br />

Begitu cepatnya taring milisi Houthi tumbuh<br />

membuat para analis menduga ada tangan<br />

Iran, negara Syiah tetangga Yaman, di balik<br />

milisi Houthi. “Sebelum menyerbu Sanaa, Iran<br />

sudah mengapalkan senjata dan menyetor<br />

uang kepada mereka,” kata pejabat dinas intelijen<br />

Yaman.<br />

Sumber intelijen lain mengatakan ratusan milisi<br />

Houthi dikirim ke Libanon untuk mengikuti latih-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Milisi Syiah Houthi<br />

berpatroli di Kota<br />

Sanaa setelah<br />

mereka menguasai<br />

Istana Kepresidenan<br />

Yaman, Rabu (21/1).<br />

KHALED ABDULLAH/REUTERS<br />

an militer bersama Hizbullah, sekutu Iran di sana.<br />

“Latihan itu sudah berjalan bertahun-tahun,”<br />

katanya. Lewat Hizbullah pula sebagian uang dari<br />

Teheran itu mengalir ke pemimpin Houthi.<br />

Salah al-Sammad, salah seorang pemimpin<br />

Houthi, menepis tudingan bahwa mereka<br />

semakin kuat karena sokongan Teheran. Tapi<br />

lain pula pernyataan seorang pejabat militer<br />

Iran. Kepada Reuters, dia mengakui ada ratusan<br />

prajurit Garda Revolusi Iran yang<br />

dipinjamkan Teheran sebagai<br />

“konsultan” bagi milisi Houthi.<br />

“Ini semua soal keseimbangan kekuatan di<br />

wilayah ini. Teheran ingin ada kelompok Syiah<br />

yang kuat di sini, makanya kami ada di Yaman,”<br />

kata dia. Bukan rahasia lagi bahwa selama<br />

bertahun-tahun Presiden Ali Abdullah dan para<br />

tetua suku yang berkuasa di Yaman menikmati<br />

gelontoran “duit minyak” dari tetangganya yang<br />

kaya raya di utara, Arab Saudi. Setelah Houthi<br />

menjadi penguasa di Sanaa, pemerintah Arab<br />

tak lagi bersikap dermawan kepada pemerintah<br />

Yaman. ■<br />

SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | BBC | REUTERS | YEMEN TIMES | NYTIMES<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

SAAT YAHUDI<br />

PILIH ALIYAH<br />

“JIKA ADA 100 RIBU YAHUDI<br />

PERGI, PRANCIS TAK LAGI<br />

SEPERTI PRANCIS.”<br />

RONEN ZVULUN/REUTERS<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Seorang perempuan di<br />

Tel Aviv menunjukkan<br />

foto para korban<br />

penembakan di<br />

supermarket Yahudi di<br />

Paris, Minggu (11/1).<br />

BAZ RATNER/REUTERS<br />

FELIX Freoa hanya berjarak beberapa<br />

jengkal dari maut saat Amedy Coulibaly<br />

menebar kematian di Hyper<br />

Cacher, supermarket khusus bahan<br />

makanan halal Yahudi di Paris, tiga pekan lalu.<br />

Lima menit sebelum Amedy datang dan menyandera<br />

sejumlah pengunjung Hyper Cacher,<br />

Felix sempat membeli roti di toko persis di<br />

samping supermarket itu.<br />

“Ini pertama kalinya kami merasakan langsung<br />

serangan anti-Yahudi,” kata Felix. Seperti<br />

halnya anggota komunitas Yahudi lain di<br />

Prancis, Felix merasa takut dan terkejut saat<br />

Mohamed Merah menyerbu dan menembak<br />

mati empat murid dan rabi di sekolah khusus<br />

Yahudi, Ozar Hatorah, di Kota Toulouse pada<br />

19 Maret 2012.<br />

“Kami melihat korban serangan di Toulouse<br />

di layar televisi.... Tapi kali ini benar-benar nyata,<br />

ada di depan mata,” kata Felix. “Aku khawatir<br />

atas nasib anak-anakku.” Keempat anaknya se-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

mua bersekolah di sekolah khusus keturunan<br />

Yahudi.<br />

Felix dan keluarganya merasa semakin tak<br />

aman tinggal di Prancis. Dia tak yakin kondisi<br />

keamanan akan membaik, terutama bagi komunitas<br />

Yahudi. “Dalam beberapa hari, situasi<br />

akan kembali seolah-olah tak terjadi apa-apa,<br />

dan dalam beberapa bulan, kami akan kembali<br />

dipanggil sebagai Yahudi yang menjijikkan.”<br />

Sebenarnya mereka sudah lama berniat<br />

DI SEJUMLAH NEGARA EROPA, MAYORITAS<br />

KOMUNITAS YAHUDI MERASA TAK LAGI<br />

PUNYA MASA DEPAN.”<br />

aliyah, berimigrasi ke Israel. Namun, setiap kali<br />

hubungan antara Israel dan negara-negara<br />

tetangganya memburuk, dia mengurungkan<br />

niat. Yang bikin susah Felix, panasnya situasi<br />

politik di Israel kadang merambat jauh hingga<br />

ke Paris. Pertengahan tahun lalu, saat Israel<br />

membombardir Jalur Gaza, sebagian muslim<br />

di Paris turun ke jalan dan meneriakkan “Mati<br />

bagi Yahudi.”<br />

“Saat aku keluar membeli rokok, aku merasakan<br />

ketegangan dengan komunitas muslim,”<br />

kata Felix. Rencananya, paling telat April ini,<br />

keluarga Felix siap mengemas barang-barang<br />

mereka dan terbang ke Israel. Tapi serangan<br />

brutal Amedy Coulibaly ke Hyper Cacher<br />

membuat Felix berubah pikiran. Keluarganya<br />

ingin segera angkat kaki dari Paris. “Siang sehari<br />

setelah serangan itu, kami mendaftarkan<br />

diri untuk berangkat ke Israel bulan depan.”<br />

Felix sudah membeli rumah tepi pantai di<br />

Agamim, tak jauh dari Netanya, Israel. Dia<br />

yakin keempat anaknya bakal suka tinggal di<br />

sana. “Kami sudah bilang rasanya akan seperti<br />

tengah berlibur,” kata Felix. Dia juga yakin bisa<br />

bertahan hidup di sana, apalagi harga barang<br />

di Israel lebih murah ketimbang harga di Paris.<br />

“Asalkan ada komputer dan telepon, aku bisa<br />

bekerja di mana saja.... Aku tahu berat hidup di<br />

Israel, tapi tak jadi masalah selama anak-anakku<br />

senang.”<br />

lll<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Perdana Menteri Israel<br />

Benjamin Netanyahu<br />

berpidato menjelang<br />

pemakaman empat<br />

keturunan Yahudi<br />

korban penembakan di<br />

Paris, Selasa (13/1).<br />

JIM HOLLANDER/REUTERS<br />

Eropa sepertinya bukan lagi rumah yang<br />

aman bagi sebagian Yahudi. Kota Sarcelles di<br />

pinggiran Kota Paris sering dijuluki Little Jerusalem.<br />

Sebab, di Sarcelles, tinggal komunitas<br />

terbesar Yahudi di Prancis, bahkan mungkin di<br />

Eropa.<br />

Ketika situasi di Gaza semakin panas, kondisi<br />

di Little Jerusalem juga turut memanas. Pada<br />

pertengahan Juli lalu, ratusan orang pro-Palestina<br />

menggeruduk komunitas Yahudi di Sarcelles.<br />

“Mati bagi Yahudi, potong leher Yahudi,”<br />

teriak mereka.<br />

Mereka mengumbar kemarahan dengan<br />

memecahkan kaca-kaca dan membakar sejumlah<br />

toko. Saat hendak menghanguskan<br />

sejumlah sinagoge, mereka dihadang barisan<br />

pemuda Ligue de Defense Juive alias Liga Pertahanan<br />

Yahudi. Bersenjatakan tongkat dan<br />

helm, pemuda-pemuda Yahudi itu melawan<br />

massa pro-Palestina.<br />

“Jika bukan karena anak-anak itu, seluruh<br />

komunitas ini mungkin sudah hangus terbakar<br />

dan menjadi neraka,” kata Fortunee Fitoussi,<br />

kasir di toko roti Boulangerie Nathanya. Warga<br />

Yahudi di Sarcelles ketakutan. “Kami menyebut<br />

kota kami Little Jerusalem karena kami merasa<br />

berada di rumah,” ujar Laetitia. Sudah bertahun-tahun<br />

dia tinggal di Sarcelles. “Sekarang<br />

kami sangat kaget... sangat... sangat kaget.”<br />

Merasa tak aman, komunitas Yahudi punya<br />

dua pilihan: menyembunyikan diri atau angkat<br />

kaki. Seorang ibu Yahudi di Paris meminta anak<br />

perempuannya menyembunyikan simbol bintang<br />

Daud di bajunya. Dia juga meminta anak<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

laki-lakinya tak lagi memakai penutup kepala<br />

yarmulke.<br />

Wakil Presiden Komisi Eropa Frans Timmermans<br />

memperingatkan kemungkinan eksodus<br />

besar-besaran Yahudi dari Eropa gara-gara<br />

meluasnya sentimen anti-Yahudi. “Di sejumlah<br />

negara Eropa, mayoritas komunitas Yahudi<br />

merasa tak lagi punya masa depan di benua<br />

ini,” kata Timmermans pekan lalu.<br />

Angka yang tercatat di Jewish Agency<br />

REPUBLIK PRANCIS BAKAL DINILAI SEBAGAI<br />

NEGARA YANG GAGAL.”<br />

menunjukkan jumlah keturunan Yahudi di Prancis<br />

yang aliyah tahun lalu sekitar 6.600 orang,<br />

melompat dua kali lipat dibanding 2013. Tahun<br />

ini, Daniel Benhaim, Direktur Jewish Agency,<br />

meramal jumlah Yahudi di Prancis yang berimigrasi<br />

ke Israel akan menembus angka 10 ribu<br />

orang atau sekitar 2 persen dari total populasi<br />

Yahudi di negara itu. “Biasanya kami menerima<br />

sekitar 150 permohonan aliyah per minggu.<br />

Tapi, sejak serangan di Paris, ada lebih dari<br />

2.000 permintaan aliyah setiap minggu,” kata<br />

Daniel.<br />

Rabi Abraham Toledano, pemimpin sinagoge<br />

di pinggiran Paris, sudah 40 tahun tinggal di<br />

Prancis. Tapi penembakan anak sekolah di Toulouse<br />

dan kasus Amedy Coulibaly membuat<br />

keinginan Rabi Toledano tinggal lebih lama di<br />

Prancis semakin tipis. “Sangat menyedihkan….<br />

Aku sudah 40 tahun tinggal di sini, tapi sekarang<br />

aku pikir saatnya pergi dari Prancis,” kata<br />

Rabi Toledano.<br />

Yohan Cohen, salah satu sandera Amedy<br />

Coulibaly yang berhasil selamat, tak berpikir<br />

lama untuk mengepak koper dan sayonara untuk<br />

Paris. “Kami tak ingin menunggu lebih lama<br />

di sini untuk mati,” kata Yohan dua pekan lalu.<br />

Tak semua Yahudi di Prancis punya pikiran<br />

sama dengan Felix Freoa, Yohan Cohen, maupun<br />

Rabi Toledano. Masih ada keturunan Yahudi<br />

di Prancis yang memilih bertahan di sana.<br />

David Gombin memang memilih meninggalkan<br />

Kota Marseille dan terbang ke Israel, tapi<br />

orang tuanya tak berminat untuk ikut aliyah.<br />

“Mereka tak bisa bercakap bahasa Ibrani dan<br />

punya pekerjaan bagus di sana. Dan di sini tak<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Ribuan orang<br />

menghadiri<br />

pemakaman Yohan<br />

Cohen, Yoav Hattab,<br />

Philippe Braham, dan<br />

Francois-Michel Saada,<br />

di Yerusalem, Selasa<br />

(13/1). Mereka menjadi<br />

korban penembakan di<br />

Paris tiga pekan lalu<br />

AMMAR AWAD/REUTERS<br />

semuanya serbagampang dan menjanjikan,”<br />

kata Gombin.<br />

Menyaksikan sebagian warganya memilih<br />

pergi, Perdana Menteri Prancis Manuel Valls<br />

menjanjikan akan menjamin keamanan setiap<br />

tempat ibadah dan sekolah Yahudi, juga agama-agama<br />

lain. Ribuan polisi dikerahkan untuk<br />

menjaga sinagoge dan sekolah-sekolah Yahudi.<br />

“Jika 100 ribu keturunan Spanyol di Prancis<br />

memilih kembali ke Spanyol, aku tak akan<br />

mengatakan Prancis tak lagi seperti Prancis.<br />

Tapi, jika ada 100 ribu Yahudi pergi, Prancis tak<br />

lagi seperti Prancis. Republik Prancis bakal dinilai<br />

sebagai negara yang gagal,” kata Perdana<br />

Menteri Valls. n<br />

SAPTO PRADITYO | REUTERS | GUARDIAN | BBC | IBTIMES | GLOBE&MAIL<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK 29 DETIK DESEMBER 26 JANUARI 2014 - 1 - 4 FEBRUARI JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

POLISI DISERANG,<br />

POLISI DISAYANG<br />

“KAMI SEMUA BERSAUDARA DALAM TUGAS.... KAMI SEMUA<br />

BERDARAH BIRU, DARAH POLISI.”<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Sejumlah aktivis<br />

mengusung protes<br />

melawan kebrutalan polisi<br />

di Terminal Grand Central,<br />

New York, Senin (19/1).<br />

ADREES LATIF/REUTERS<br />

TUMBUH besar di daerah itu, penyanyi<br />

rap kondang Jay-Z punya istilah<br />

untuk mendeskripsikan seperti apa<br />

lingkungan Marcy House di Brooklyn,<br />

New York. Marcy House, menurut Jay-Z,<br />

“hanya berjarak satu blok dari neraka”. Jay-Z<br />

barangkali sedikit berlebihan tapi, yang terang,<br />

Marcy House memang bukan “surga” di New<br />

York.<br />

Puluhan rumah susun enam lantai yang berderet-deret<br />

tersebut dihuni oleh sekitar 4.300<br />

orang. Hampir semuanya keturunan Hispanik<br />

dan kulit hitam serta miskin. Segala jenis kejahatan,<br />

mulai pencurian kecil-kecilan hingga<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

THEY TAKE 1 OF OURS....<br />

LET’S TAKE 2 OF<br />

THEIRS.”<br />

perampokan, pembunuhan, dan perdagangan<br />

narkoba, ada semua di Marcy House.<br />

Selama bertahun-tahun, untuk memangkas<br />

angka kejahatan di distrik itu, kepolisian New<br />

York menempatkan patroli polisi di setiap jengkal<br />

dan sudut Marcy House hampir sepanjang<br />

waktu. Strategi kepolisian New York adalah<br />

mencegah kejahatan besar, dimulai dengan<br />

menangkal kejahatan-kejahatan kecil. Tapi, selama<br />

beberapa pekan<br />

terakhir, petugas polisi<br />

jarang sekali mampir<br />

ke Marcy House.<br />

Tak cuma menghilang<br />

dari jalan-jalan di<br />

Brooklyn, dalam sebulan<br />

terakhir, menurut<br />

catatan di Kepolisian<br />

Sektor Ke-79—wilayah<br />

kerjanya meliputi Marcy House dan sekitarnya—tak<br />

ada berkas perkara yang mereka<br />

limpahkan ke pengadilan. Padahal, pada periode<br />

yang sama setahun lalu, ada 401 berkas<br />

perkara yang dikirim polisi dari Sektor Ke-79 ke<br />

pengadilan.<br />

Ada sebagian penghuni rumah susun Marcy<br />

yang lega karena polisi tak lagi sering singgah<br />

ke permukiman mereka. Semakin jarang polisi<br />

berpatroli, menurut Nisaa, 22 tahun, lebih<br />

bagus bagi komunitas mereka karena semakin<br />

jarang pula mereka mesti berurusan dengan<br />

polisi. “Kondisi itu membuat warga Marcy merasa<br />

lebih nyaman,” ujar Nisaa.<br />

Namun, menurut sebagian penghuni rumah<br />

susun Marcy lainnya, menghilangnya polisi<br />

dari lingkungan mereka sama artinya dengan<br />

hilang pula rasa aman. “Setiap pukul tiga pagi,<br />

aku mengantar suamiku ke tempat kerja. Saat<br />

aku pulang, biasanya polisi sudah ada di sana,<br />

sehingga aku merasa aman,” kata Luz Delia,<br />

34 tahun, sembari menunjuk tempat parkir tak<br />

jauh dari apartemennya.<br />

Di distrik-distrik “gawat” lain di Kota New<br />

York, patroli polisi juga semakin jarang melintas.<br />

Serupa dengan Marcy House, polisi semakin<br />

jarang lewat di Mott Haven, Bronx Selatan.<br />

Seperti rumah susun Marcy, sebagian besar<br />

penghuni Mott Haven, jika bukan keturunan<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

dia tak lagi mengizinkan putrinya keluar dari<br />

apartemen sendirian. Ada apa dengan polisi<br />

New York?<br />

●●●<br />

Ribuan polisi dan warga<br />

New York memberikan<br />

penghormatan kepada<br />

Rafael Ramos sebelum<br />

pemakaman Desember<br />

2014.<br />

MIKE SEGAR/REUTERS<br />

Hispanik, dia adalah keturunan Afrika. Hampir<br />

tak ada keturunan kulit putih di antara 91 ribu<br />

penghuni Mott Haven.<br />

Biasanya Yahaira Quinones, 37 tahun, tak<br />

merasa ada masalah menyuruh putrinya pergi<br />

membeli sesuatu ke toko yang tak jauh dari<br />

apartemennya di Mott Haven. Tapi, beberapa<br />

pekan terakhir, setelah tak tampak patroli polisi,<br />

Pada akhir Desember 2014, Liu Wenjian, 32<br />

tahun, mestinya masih menikmati masa-masa<br />

bulan madu pernikahannya. Dia baru menikah<br />

dengan Pei Xia Chen pada Oktober lalu dan<br />

merayakannya di Restoran Super Lucky Seafood<br />

di Brooklyn.<br />

Seluruh meja di restoran itu penuh oleh undangan.<br />

“Dia punya teman banyak sekali,” kata<br />

Manajer Restoran Super Lucky. Lahir di Tianshan,<br />

Guangdong, Tiongkok, keluarga Wenjian<br />

berimigrasi ke Amerika Serikat saat dia baru<br />

berumur 12 tahun. Sejak muda, Wenjian memang<br />

bercita-cita menjadi polisi.<br />

Bin Fin Liang, 56 tahun, pemilik toko bahan<br />

makanan di Gravesend, Brooklyn, tak jauh dari<br />

rumah Wenjian, masih ingat betul apa jawaban<br />

Wenjian setiap kali pemuda itu pulang dari<br />

Akademi Kepolisian dan ditanya mengapa ingin<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

SUNGGUH TRAGIS SAAT KITA TAK<br />

TERKEJUT LAGI MENYAKSIKAN<br />

TRAGEDI SEPERTI INI.”<br />

menjadi polisi. “Aku tahu polisi merupakan pekerjaan<br />

berbahaya, tapi aku harus melakukannya....<br />

Jika aku tak mau, kamu juga tak mau, lalu<br />

siapa yang akan mengerjakan tugas polisi?”<br />

kata Fin Liang mengutip jawaban Wenjian.<br />

Pada akhir Desember 2014, Wenjian membuktikan<br />

sendiri betapa berbahayanya menjadi<br />

polisi. Saat berpatroli bersama Rafael Ramos,<br />

40 tahun, di persimpangan Myrtle Avenue<br />

dan Tompkins Avenue, tak<br />

disangka muncul Ismaaiyl<br />

Abdullah Brinsley di depan<br />

mobil mereka yang tengah<br />

terparkir di tepi jalan. Tanpa<br />

banyak kata, Ismaaiyl menembakkan pistol<br />

semiotomatis Taurus PT92 ke arah Wenjian dan<br />

Ramos. Dua polisi yang bertugas di Kepolisian<br />

Sektor Ke-84, Brooklyn, itu tewas seketika.<br />

Beberapa jam sebelum menembak dua polisi<br />

dan akhirnya bunuh diri, Ismaaiyl menulis di<br />

akun Instagram miliknya. “They take 1 of ours....<br />

Let's take 2 of theirs.” Dia juga memasang<br />

tanda tagar mengaitkan dengan terbunuhnya<br />

Michael Moore dan Eric Garner beberapa<br />

bulan lalu. Kedua pemuda keturunan Afrika<br />

itu tewas saat berurusan dengan polisi. Polisi<br />

menduga Ismaaiyl menembak mati dua polisi<br />

sebagai pembalasan atas kematian Moore<br />

dan Garner.<br />

Ribuan polisi dari pelbagai kesatuan dari<br />

seluruh Amerika menghadiri pemakaman Rafael<br />

Ramos dan Liu Wenjian, awal Januari lalu.<br />

“Kami semua bersaudara dalam tugas.... Kami<br />

semua berdarah biru, darah polisi,” kata Kapten<br />

Bill Smith dari Kepolisian Cherokee di Negara<br />

Bagian Georgia.<br />

Pemakaman polisi itu juga menjadi ajang<br />

protes polisi kepada Wali Kota New York Bill<br />

de Blasio. Ribuan polisi memunggungi Wali<br />

Kota De Blasio saat memberikan penghormatan<br />

kepada Rafael Ramos. Mereka merasa Wali<br />

Kota De Blasio tak memberikan dukungan saat<br />

polisi dikecam habis-habisan dalam kasus Michael<br />

Moore dan Eric Garner.<br />

Juri pengadilan memutuskan Daniel Pantaleo,<br />

polisi New York, tak bersalah dalam kematian<br />

Eric Garner. “Sungguh tragis saat kita tak<br />

terkejut lagi menyaksikan tragedi seperti ini.<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Seorang perempuan<br />

menyalakan lilin untuk<br />

mengenang kematian<br />

Eric Garner di depan<br />

Kantor Kepolisian<br />

Sektor Ke-120 Kota<br />

New York, Kamis<br />

(15/1).<br />

MIKE SEGAR/REUTERS<br />

Apa yang dilakukan Eric Garner hanyalah kesalahan<br />

kecil. Tak semestinya berakhir seperti<br />

ini.... Sudah terang bahwa kejadian ini bukan<br />

buah dari rasisme selama beberapa dekade,<br />

melainkan rasisme yang sudah berakar selama<br />

berabad-abad,” kata Wali Kota De Blasio awal<br />

Desember 2014.<br />

Komentar Bill de Blasio soal rasisme di balik<br />

kasus Eric Garner rupanya membuat polisipolisi<br />

New York tak enak hati. Mereka tersinggung<br />

berat. “Dia terang sudah memilih untuk<br />

berpihak... dan terang itu bukan di sisi kami,”<br />

ujar seorang polisi New York.<br />

Kecewa terhadap kritik dari Wali Kota De<br />

Blasio, polisi New York mutung. Menurut Komisioner<br />

Kepolisian New York, William Bratton,<br />

sebagian anak buahnya sengaja memperlambat<br />

pekerjaan dan tak menjalankan sebagian<br />

tugas mereka.<br />

Tak puas melihat catatan kerja anak buahnya,<br />

Komisioner Bratton mengancam polisi<br />

New York yang ogah-ogahan bekerja bakal<br />

dipindahtugaskan. “Ancaman seperti ini malah<br />

membuat moral polisi dan hubungan polisi<br />

dengan masyarakat semakin buruk,” Pat Lynch,<br />

Ketua Asosiasi Polisi, mengkritik ancaman Komisioner<br />

Bratton. ■ SAPTO PRADITYO | REUTERS | NYTIMES |<br />

NEW YORKER | WASHINGTONPOST | BOSTON GLOBE<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SANDRA DEWI<br />

PERJUANGAN<br />

CINDERELLA<br />

GANJAR<br />

PRANOWO<br />

BAPAK<br />

TELADAN<br />

SALLY GREIGE<br />

DIKECAM<br />

KARENA<br />

SELFIE<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


PEOPLE<br />

SALLY GREIGE<br />

REUTERS/MISS UNIVERSE ORGANIZATION<br />

ARA-GARA foto<br />

selfie, Miss Libanon,<br />

yang tengah mengikuti<br />

kontes Miss<br />

Universe 2015, dikecam.<br />

Sejumlah penduduk<br />

Libanon bahkan memintanya mundur<br />

dari ajang pencarian perempuan tercantik<br />

itu.<br />

Foto Sally sebenarnya cuma foto selfie<br />

biasa. Masalah muncul karena Sally berfoto<br />

bersama beberapa rekannya sesama peserta<br />

kontes Miss Universe, salah satunya Miss<br />

Israel Doron Matalon.<br />

Sally dianggap tidak peka terhadap perseteruan<br />

yang terjadi antara Libanon dan Israel,<br />

yang terjadi sejak 2006. Di negaranya,<br />

warga yang ketahuan berhubungan dengan<br />

Israel akan dipenjara.<br />

Tentu saja Sally membela diri. Melalui<br />

akun Facebook-nya, Sally menyebutkan<br />

bahwa foto selfie bersama Doron terjadi<br />

karena “insiden”, bukan disengaja.<br />

Awalnya, Sally hanya mengajak Miss Jepang<br />

Tsuji dan Miss Slovenia Urska Bracko<br />

untuk berfoto. “Tapi tiba-tiba Miss Israel<br />

masuk dan melakukan selfie, lalu memajangnya<br />

di media sosial,” ujarnya.<br />

Namun pernyataan itu dibantah Doron.<br />

Menurut dia, foto tersebut disadari oleh<br />

semua orang yang berada di dalam foto<br />

tersebut. “Itu bukan foto kejutan,” ujarnya.<br />

Hmm, jadi siapa yang benar, ya? n<br />

MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


PEOPLE<br />

SANDRA DEWI<br />

ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA<br />

EPERTI banyak anak perempuan<br />

lain, Sandra Dewi kecil bermimpi<br />

menjadi seorang putri. Bahkan,<br />

hingga dewasa, artis berambut<br />

panjang ini masih menyimpan mimpinya.<br />

Perempuan kelahiran 8 Agustus 1983 ini terus berusaha<br />

mewujudkan mimpinya. Tentu saja bukan menjadi<br />

putri kerajaan sesungguhnya, ya.<br />

Empat tahun lalu, Sandra ternyata mengikuti casting<br />

untuk menjadi salah satu putri Disney yang paling<br />

terkenal, Cinderella.<br />

“Gagal terus, tapi akhirnya sekarang aku terpilih. Ini<br />

perlu kerja keras,” ujar pemilik nama lengkap Monica<br />

Nicholle Sandra Dewi Gunawan Basri ini.<br />

Sandra menjadi salah satu dari 12 artis di empat<br />

negara di Asia Tenggara yang menjadi model kalender<br />

The Walt Disney. Gadis berwajah oriental itu menjadi<br />

satu-satunya wakil Indonesia.<br />

Pemotretan itu dilakukan oleh fotografer asal Thailand,<br />

Michael Chevas. “Ini mimpi banget, senang banget<br />

kerja sama dengan yang aku suka,” ujar Sandra. n<br />

MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


PEOPLE<br />

GANJAR<br />

PRANOWO<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

APAK mana yang tak bangga<br />

dan bahagia melihat anaknya<br />

berprestasi. Begitu juga<br />

dengan Gubernur Jawa Tengah<br />

Ganjar Pranowo.<br />

Muhammad Zinedine Alam Ganjar<br />

menjadi salah satu dari lima siswa SMP asal Semarang<br />

yang berhasil meraih emas di ajang 6 th ASEAN+3 Teacher<br />

Workshop & Student Science Camp di Changwon<br />

City.<br />

Dalam ajang itu, Alam mengusung konsep rumah<br />

ramah lingkungan dan hemat energi. “Anakku pintere<br />

niru aku, tapi bapakke keset pol (anakku pintar meniru<br />

saya, tapi bapaknya sangat malas),” ujar Ganjar<br />

bercanda.<br />

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Alam memang<br />

sering mengikuti lomba-lomba semacam ini. Ganjar<br />

bersyukur memiliki anak yang cerdas dan berprestasi.<br />

Karena itu, di sela-sela kesibukannya menjalankan<br />

tugas sebagai gubernur, Ganjar selalu menyempatkan<br />

diri “mengurus” putra semata wayangnya itu. Termasuk<br />

mengikuti kegiatan wali murid di sekolah anaknya.<br />

Wah, senangnya Alam. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

PAMERAN<br />

PELUKIS BELANDA INI MENYODORKAN JAKARTA DARI<br />

SUDUT PANDANGNYA. JAKARTA YANG HANGAT, LEMBAP,<br />

DAN “MANIS”.<br />

FOTO: SILVIA/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

PAMERAN<br />

Utrecht, Drift<br />

LITHOGRAPH<br />

ELIHAT bajaj,<br />

bagi warga Jakarta<br />

yang tiap<br />

hari melihat<br />

jenis kendaraan<br />

ini, jadi tak beda<br />

dengan melihat<br />

tiang listrik atau<br />

lampu pengatur lalu lintas. Warna merah dan<br />

cara beloknya yang sering kali bikin kaget<br />

orang di belakangnya itu sudah jadi bagian<br />

dari jalanan dan keseharian, tak ada yang istimewa.<br />

Namun, bagi Jeroen Hermkens, warga<br />

negara Belanda, kerumunan bajaj di luar Stasiun<br />

Gondangdia, Jakarta Pusat, merupakan<br />

pemandangan menarik. Apalagi saat itu hujan<br />

lebat, air got meluap, dan orang berlalu<br />

lalang dengan payung terkembang.<br />

Maka dia buat sketsa untuk kemudian dibuat<br />

litografi (mencetak di atas bidang halus)<br />

Bajaj serta lukisan Bajaj I dan Bajaj II. Dari<br />

tiga karya pada 2014 itu, kita dapat menangkap<br />

nuansa lain dari kendaraan beroda tiga<br />

ini di belantara kota yang biasa diidentikkan<br />

dengan panas, macet, dan berpolusi.<br />

Mengambil tajuk “Love for the City”, lukisan<br />

dan litografi Jeroen Hermkens dipamerkan<br />

di Erasmus Huis, Jakarta, pada 17-20<br />

Januari 2015. Sebagian besar tentang Jakarta,<br />

Bandung, Bogor, dan beberapa tentang kotakota<br />

di Belanda. Seniman yang dikenal deng-<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

PAMERAN<br />

Hilde<br />

OIL ON CANVAS<br />

an lukisan kota dan lukisan<br />

ekspresionisnya itu menginterpretasikan<br />

sebuah tempat<br />

dengan cara unik, seperti<br />

halnya serial Bajaj.<br />

Beberapa tahun terakhir,<br />

Hermkens membuat rangkaian<br />

litografi dan lukisan tentang<br />

kota-kota di dunia, dari<br />

Tokyo sampai New York, dari<br />

Yaman hingga Norwegia. Dia<br />

juga pernah diminta perusahaan<br />

kapal keruk Belanda,<br />

Van Oord, melukis beragam<br />

aktivitas mereka di seluruh<br />

dunia. Koleksi ini kemudian<br />

dipamerkan di Kunsthal, Rotterdam,<br />

pada 2010.<br />

Hermkens membuat banyak<br />

sketsa dari perjalanannya<br />

ke banyak kota di dunia.<br />

Dia menyusuri jalan, tempat, dan bangunan<br />

yang jadi ciri khas masing-masing kota, serta<br />

menangkap aspek-aspek yang tak terlihat,<br />

seperti aroma kota. Aroma Barcelona beda<br />

dari Roma, lain dengan New York, juga tak<br />

sama dengan “napas” Istanbul.<br />

“Kalau Jakarta hangat, lembap, dan ‘manis’,”<br />

ujar Hermkens dalam pembukaan pameran,<br />

Sabtu, 17 Januari 2015. Dari sana dia membuat<br />

sketsa yang belum pernah dibuat sebelumnya.<br />

Sketsa-sketsa itu kemudian dia bawa ke<br />

studionya di Utrecht, lalu, tanpa mengubah<br />

komposisi, ditambahi warna. Sketsa-sketsanya<br />

berciri khas distorsi, yakni gedunggedungnya<br />

miring, kabel listriknya dominan,<br />

atau tangganya tak berujung, seperti<br />

karyanya berjudul Rotterdam (2009), yang<br />

gedung-gedungnya miring dan satu gedung<br />

utama makin ke atas makin besar.<br />

Dengan menggambar, Hermkens punya<br />

pilihan memperbesar beberapa benda atau<br />

menghilangkan yang lain. Pilihan demikian<br />

tak didapatnya jika menggarap dari foto karena<br />

foto menangkap semua yang ada dalam<br />

bingkai lensa. “Ada mobil, tiang lampu, iklan,<br />

bahkan sampah kaleng. Padahal yang saya<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

PAMERAN<br />

Jakarta, Bajaj 2014<br />

LITHOGRAPH<br />

cari satu yang utama.”<br />

Ini adalah kedatangannya yang kedua ke<br />

Indonesia. Kunjungan pertamanya pada<br />

2014. Saat itu, selama sepekan Hermkens<br />

berkeliling Jakarta menumpang taksi, bajaj,<br />

dan kadang membonceng skuter supaya<br />

lebih cepat sampai. Kota ini meninggalkan<br />

kesan mendalam, karena panas, lalu lintas<br />

yang kacau, dan hujan lebat yang membuatnya<br />

harus berteduh.<br />

Namun dari berteduh itulah lahir serial<br />

Bajaj. Dia menunggu hujan reda di Stasiun<br />

Gondangdia. Dan karena letak stasiun berseberangan<br />

dengan Masjid Cut Meutia, Hermkens<br />

pun membuat sketsa lukisan Masjid<br />

Cut Meutia (2014).<br />

Dari menelusuri Jakarta, Hermkens banyak<br />

menghasilkan lukisan pelabuhan, di antaranya<br />

serial Sunda Kelapa, serial Van Oord,<br />

Kalimantan II, dan Kapuk Naga (2014), semua<br />

dengan pendekatan yang tidak umum.<br />

Sunda Kelapa, menurut dia, adalah salah<br />

satu pelabuhan paling cantik yang pernah<br />

dia lihat. Di sini Hermkens melihat kapal-kapal<br />

barang berukuran besar berbahan kayu<br />

dengan bentuk lengkung natural serta bercat<br />

warna-warna terang, seperti kuning, biru, dan<br />

ungu. Dia pun terpukau oleh kemampuan<br />

kuli panggul yang sigap turun dan naik kapal<br />

hanya lewat sebuah balok panjang, padahal<br />

memanggul berkantong-kantong semen.<br />

Selain gambaran kota, untuk pameran ini,<br />

Hermkens menambahkan lukisan potret<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

PAMERAN<br />

perempuan yang punya akar Indonesia, yakni Elvira,<br />

Hilde, dan Ing Yoe. Hilde adalah asistennya, dilukis<br />

di Belanda tapi diberi latar belakang Sunda Kelapa;<br />

Elvira berdarah separuh Indonesia, separuh Belanda;<br />

dan Ing Yoe keturunan Tionghoa-Surabaya, kini jadi<br />

politikus di Belanda.<br />

Kesan Hermkens tentang Jakarta diperkaya oleh<br />

tatapan ramah penduduknya saat dia tersasar masuk<br />

gang sempit di Pluit (bahkan tersasar sampai masuk<br />

ruang tamu), bus sekolah yang menepi untuk memberinya<br />

tumpangan, orang yang tiba-tiba saja menemaninya<br />

berjalan, atau kanak-kanak yang ingin berfoto<br />

bersama.<br />

Baru kali ini Hermkens memilih peristiwa kehidupan<br />

kota, karena biasanya dia membiarkan cityscape-nya<br />

kosong. “Untuk pertama kali, saya tak bisa menghindari<br />

orang.” ■ SILVIA GALIKANO<br />

Masjid Cut Mutia<br />

OIL ON CANVAS<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI -- 1 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

TETAP<br />

KRIWIL<br />

TETAP<br />

MENGGEMASKAN<br />

TUJUH TAHUN ANNIE HARUS<br />

BERPINDAH-PINDAH PANTI<br />

ASUHAN. SEBUAH NASIB BAIK<br />

MEMPERTEMUKAN BOCAH ITU<br />

DENGAN SEORANG KAYA, CALON<br />

WALI KOTA. APAKAH BERARTI<br />

SELESAI PENANTIANNYA?<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Judul: Annie<br />

Gendre: Comedy | Drama | Family<br />

Sutradara: Will Gluck<br />

Produser: Sony Pictures<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Produksi: Sony Pictures<br />

Pemain: Quvenzhané Wallis,<br />

Cameron Diaz, Jamie Foxx,<br />

Rose Byrne<br />

Durai: 1 jam 58 menit<br />

SETIAP Jumat sepulang sekolah,<br />

Annie (Quvenzhané Wallis) duduk<br />

di depan sebuah restoran di sudut<br />

jalan Kota New York hingga restoran<br />

tutup usai jam makan malam. Bocah 10 tahun<br />

itu menunggu di sana kalau-kalau orang tua<br />

kandungnya muncul. Namun, setelah ratusan<br />

Jumat dilalui, dia selalu pulang ke panti asuhan<br />

dengan tangan hampa.<br />

Tujuh tahun lalu dia ditinggalkan di sana bersama<br />

secarik kertas yang berisi pesan untuk<br />

merawat bocah perempuan 3 tahun bernama<br />

Annie. Sejak itu, dia tinggal berpindah-pindah<br />

dari satu panti asuhan ke panti asuhan lain,<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK 23 DETIK MAJALAH - 293 DESEMBER - 9 MARET DETIK 26 2013 2014 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

dan kini tinggal bersama empat anak lain di<br />

panti kecil yang diasuh perempuan lajang<br />

yang pemabuk dan pemarah, Miss Hannigan<br />

(Cameron Diaz).<br />

Di tengah mabuknya, berkali-kali Miss Hannigan<br />

ceritakan kepada anak-anak bahwa 1990-<br />

an adalah masa cemerlangnya. Sebagai penyanyi<br />

amatir, dia hampir diterima bergabung<br />

dengan C+C Music Factory dan pernah nyaris<br />

jadi vokalis sebuah grup terkenal lain. Setelah<br />

semua usahanya gagal jadi penyanyi, dia membuka<br />

panti asuhan dan beroleh pemasukan dari<br />

subsidi pemerintah untuk setiap anak yang dia<br />

tampung.<br />

Sementara itu, di tempat lain di Kota New<br />

York, seorang bos perusahaan telekomunikasi,<br />

Will Stacks (Jamie Foxx), maju dalam pemilihan<br />

Wali Kota New York. Stacks seorang bujangan<br />

yang tinggal sendirian di penthouse mewah.<br />

Menurut hitung-hitungan di atas kertas, dia<br />

bakal susah menjaring suara karena tak dekat<br />

dengan rakyat.<br />

Mengikuti saran penasihat kampanyenya,<br />

Guy (Bobby Cannavale), Stacks mulai terlihat<br />

di jalanan, menyapa masyarakat, dan datang<br />

ke penampungan tunawisma untuk ikut menuangkan<br />

makanan ke baki-baki. Memang angka<br />

calon pemilihnya bertambah, tapi belum bisa<br />

mengalahkan calon wali kota petahana.<br />

Dalam salah satu perjalanan kampanye, mobil<br />

Stacks mogok. Alih-alih menunggu mekanik<br />

datang, dia memilih jalan kaki dan membiarkan<br />

sopirnya bersama Guy yang menunggui mobil.<br />

Di sebuah simpang jalan, dia bertubrukan dengan<br />

Annie yang sedang mengejar dua orang<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Annie versi 1982<br />

adalah favorit anakanak,<br />

ditonton sampai<br />

puluhan kali, dan<br />

seluruh lagu dihafal<br />

tiap katanya.<br />

yang berusaha melempar anjing dengan batu.<br />

Annie jatuh seketika ke jalan, padahal mobil<br />

van tinggal beberapa meter lagi dari tubuhnya.<br />

Bagai gerak refleks para superhero dalam film,<br />

Stacks mengangkat tubuh Annie<br />

dan menyelamatkannya dari gilasan<br />

roda mobil van. Tanpa Stacks sadari,<br />

sejak tadi ada wartawan yang mengikuti,<br />

memotret, dan memfilmkan.<br />

Maka, dalam hitungan menit, foto<br />

aksi kepahlawanan Stacks beredar<br />

di Internet, di Twitter dan Facebook,<br />

di YouTube, serta jadi headline<br />

koran dan tabloid dengan taburan<br />

pujian.<br />

Angka calon pemilih Stacks pun<br />

meroket. Agar tak melewatkan<br />

momentum, Guy menyarankan<br />

Stacks sering-sering berfoto bersama<br />

Annie. Apalagi Annie anak panti asuhan di<br />

kawasan kumuh Harlem.<br />

Sejak itu keseharian Annie berubah. Dia tak<br />

lagi terperangkap di panti asuhan kecil, mendengar<br />

caci maki Miss Hannigan setiap hari,<br />

dan mengenakan baju lusuh. Penthouse Stacks<br />

yang dipenuhi peralatan canggih jadi rumah<br />

barunya. Dia boleh memelihara anjing, boleh<br />

makan sepuasnya, dan berganti baju bagus<br />

sesering mungkin.<br />

Perlahan, hati Stacks mencair. Dia kini<br />

menerima Annie berada di rumahnya bukan<br />

lagi karena media, melainkan karena naluri<br />

kebapakannya, selain Annie mengingatkannya<br />

pada masa kecil yang susah di Queens. Namun<br />

itu tak lama. Orang tua kandung Annie sudah<br />

ditemukan, dan mereka akan membawa Annie<br />

pergi dari penthouse Stacks.<br />

Annie versi 1982 adalah favorit anak-anak,<br />

ditonton sampai puluhan kali, dan seluruh lagu<br />

dihafal tiap katanya. Nyaris jadi film sakral. Selain<br />

itu, ada musikal Broadway 1977. Keduanya<br />

diangkat dari comic strip karya Harold Gray,<br />

Little Orphan Annie.<br />

Maka, ketika sebuah film klasik dibuat ulang<br />

(remake), ekspektasi penonton sangatlah tinggi.<br />

Sutradara Will Gluck tentu tahu hal ini. Kita<br />

bertemu lagi dengan lagu-lagu klasik, seperti<br />

It’s a Hard Knock Life, You’re Never Fully Dressed<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

without a Smile, dan Tomorrow, yang hingga 32<br />

tahun kemudian tetap dihafal dan dicintai. Ada<br />

rasa modern di dalamnya walau bukan berarti<br />

ujug-ujug Tomorrow jadi hip-hop hanya karena<br />

ber-setting Harlem. Gluck hanya membuat<br />

film ini lebih ringan, dialog lebih pendek, panti<br />

asuhan yang lebih kecil dengan jumlah bocah<br />

cuma lima orang.<br />

Pemain utamanya Quvenzhané Wallis, pemilik<br />

rambut mekar yang pernah memukau<br />

dalam Beasts of the Southern Wild (2012). Versi<br />

Huston, Annie diperankan si rambut merah<br />

kriwil Aileen Quinn.<br />

Saat sesi preview untuk wartawan dan<br />

undangan pada Rabu, 21 Januari 2015, terdengar<br />

tawa penonton sambung-menyambung<br />

sepanjang film, tepuk tangan meriah saat film<br />

usai, bahkan kursi tetap penuh hingga credit<br />

title habis. Artinya, jika preview dijadikan patokan,<br />

film ini sangat disukai.<br />

Namun mengapa media di Amerika memberi<br />

ulasan buruk untuk film ini? Lihat saja IMDb<br />

dan Rottentomatoes, dua situs yang mengumpulkan<br />

ratusan kritik film dan televisi. IMDb<br />

memberi 2,5 dari 5 bintang dan Rottentomatoes<br />

malah hanya 1,5 dari 5 bintang. Alhasil, Annie<br />

yang dirilis 19 Desember 2014, menggunakan<br />

momen liburan Natal, baru sebulan kemudian<br />

masuk Indonesia.<br />

Semoga bukan sentimen ras yang jadi sebab.<br />

Annie terdahulu dimainkan Aileen yang<br />

kulit putih dan kini Quvenzhané Wallis si hitam<br />

menggemaskan. Atau karakter Will Stacks<br />

menggantikan Oliver Warbucks yang keduanya<br />

juga beda warna kulit. Atau dengan demikian<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Annie 2014 dianggap merusak template Annie?<br />

Produser Will Smith dan istrinya, Jada Pinkett<br />

Smith, awalnya hendak menempatkan<br />

putri mereka, Willow, 14 tahun, sebagai Annie.<br />

Reaksi negatif pun berdatangan, lagi pula Willow<br />

terlalu tua untuk peran ini. Pasangan ini<br />

akhirnya berubah pikiran dan memutuskan tak<br />

menggunakan keluarga sendiri sebagai pemain.<br />

Pada 2013, keduanya juga memproduksi film<br />

sci-fi After Earth yang dibintangi Will Smith<br />

dan putra mereka, Jaden. Film tersebut tidak<br />

jeblok di pasaran, tapi mendapat ulasan buruk,<br />

umumnya mengkritik nepotismenya, padahal<br />

tak sedikit pembuat film yang menggunakan<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

keluarga sendiri tanpa menimbulkan kontroversi.<br />

Sebelumnya, remake Karate Kid (2010)<br />

juga diperankan Jaden.<br />

Pada akhirnya, penontonlah juri terakhir dan<br />

penentu. Akankah Tomorrow era Facebook<br />

dicintai anak-anak sekarang sebesar generasi<br />

saya mencintai Tomorrow era surat yang diantar<br />

pak pos? Atau, akankah Tomorrow dinyanyikan<br />

kanak-kanak selancar mereka menyanyikan Let<br />

It Go? ■ SILVIA GALIKANO<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


FILM PEKAN INI<br />

AKEN 3 mengisahkan<br />

Bryan Mills (Liam<br />

Neeson) yang dituduh<br />

melakukan pembunuhan<br />

sadis dan kejam. Untuk<br />

terakhir kalinya, Mills kembali menggunakan<br />

kemampuannya untuk mengungkap siapa<br />

dalang di balik ini semua.<br />

JENIS FILM: ACTION, CRIME | PRODUSER: LUC BESSON, ROBERT<br />

MARK KAMEN | PRODUKSI: 20TH CENTURY FOX | DURASI: 111<br />

MENIT<br />

ICHOLAS Hathaway (Chris Hemsworth) menjalani hukuman<br />

penjara selama 15 tahun karena meretas dunia maya. Setelah<br />

empat tahun masa hukumannya, dia ditawari kerja sama dengan<br />

sebuah kelompok yang mencoba menemukan sebuah jaringan<br />

kriminal maya. Jika dia berhasil mengidentifikasi dan menangkap<br />

mereka, hukumannya akan dihapuskan.<br />

Hathaway terlibat investigasi dengan pihak Amerika dan Cina yang membawanya<br />

ke Hong Kong, Jakarta, dan Kuala Lumpur.<br />

JENIS FILM: THRILLER<br />

| PRODUSER:<br />

MICHAEL MANN,<br />

THOMAS TULL, JON<br />

JASHNI | PRODUKSI:<br />

UNIVERSAL<br />

PICTURES<br />

| SUTRADARA:<br />

MICHAEL MANN<br />

ECUALI Anin; Bia, Tata, dan Sari adalah<br />

perempuan bersuami dan berjilbab<br />

dengan style yang berbeda-beda. Bia,<br />

yang desainer dan bersuamikan artis,<br />

memilih berjilbab fashion. Tata, yang<br />

istri fotografer, menutupi rambutnya<br />

yang botak dengan turban. Sari, yang bersuamikan lelaki<br />

keturunan Arab kolot, membalut tubuhnya dengan<br />

jilbab syar’i. Hanya Anin yang memilih untuk bebas: tidak<br />

berjilbab sekaligus tidak mau menikah.<br />

Seperti halnya Anin; Bia, Tata, dan Sari awalnya adalah<br />

perempuan mandiri. Setelah menikah, mereka jadi istri<br />

yang “ikut suami” dan berada dalam kondisi tidak berdaya<br />

dengan pilihan-pilihannya sendiri.<br />

JENIS FILM: DRAMA | PRODUSER: HANUNG BRAMANTYO,<br />

ZASKIA ADYA MECCA, HAYKAL KAMIL | PRODUKSI:<br />

DAPUR FILM | SUTRADARA: HANUNG BRAMANTYO |<br />

DURASI: 100 MENIT<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


AGENDA<br />

DRAMA MUSIKAL INTERAKTIF:<br />

SURAT-SURAT ARYATI<br />

Oleh 4 Wanita, 31 JANUARI 2015, PUKUL 15.00 WIB, Galeri<br />

Indonesia Kaya, Jakarta<br />

MICHAEL BUBLE LIVE IN JAKARTA<br />

Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City,<br />

Tangerang Selatan, 29 JANUARI 2015, PUKUL 20.00 WIB,<br />

Promotor: Dyandra Entertainment<br />

FILM OF THE MONTH: KENAU<br />

Dari kisah nyata Kenau Simonsdochter Hasselaer yang,<br />

pada 1572, memimpin tentara perempuan melawan<br />

pasukan Spanyol mengepung Kota Haarlem, SABTU, 31<br />

JANUARI 2015, PUKUL 13.30 WIB & 16.00 WIB, Erasmus<br />

Huis, Jakarta<br />

PRODUKSI KE-36<br />

TEATER KATAK MEMPERSEMBAHKAN<br />

Benarkah Cinta Sudah Mati, Sutradara: Venantius Vladimir<br />

Ivan Pratama, Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki Jakarta,<br />

KAMIS-JUMAT, 29-30 JANUARI 2015 PUKUL: 20.00 WIB,<br />

HTM: Rp 150.000, Rp 100.000, Rp 75.000, Rp 50.000<br />

MUSYAWARAH BUKU DIALOG FOTOGRAFI<br />

DAN SASTRA: ESTETIKA BANAL DAN SPIRI-<br />

TUALISME KRITIS<br />

Oleh Ayu Utami dan Erik Prasetya, 31 JANUARI 2015,<br />

PUKUL 16.00 WIB, Serambi Salihara, Jakarta, Cerita Cinta<br />

Dance Cinema, Koreografer: Ufa Sofura, 1 FEBRUARI 2015,<br />

PUKUL 15.00 WIB, Galeri Indonesia Kaya, Jakarta<br />

DEPAPEPE ASIA TOUR 2014-2015<br />

KISS LIVE IN INDONESIA<br />

30 JANUARI 2015, PUKUL 20.00 WIB, Upper Room Annex<br />

Building Jakarta 11th-12th Floor, Annex Building, Wisma Nusantara<br />

Complex, Jalan M.H. Thamrin, Nomor 59, Jakarta,<br />

Promotor: Marygops Studios<br />

MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015


Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />

Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />

Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!