10.07.2015 Views

Hal. 85-92 Penerapan Metode Suluk.pdf - BPK Penabur

Hal. 85-92 Penerapan Metode Suluk.pdf - BPK Penabur

Hal. 85-92 Penerapan Metode Suluk.pdf - BPK Penabur

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Opini<strong>Penerapan</strong> <strong>Metode</strong> <strong>Suluk</strong> dalam Pembelajaran Puisi<strong>Penerapan</strong> <strong>Metode</strong> <strong>Suluk</strong> dalam Pembelajaran PuisiPetrus Trimantara *)Abstrakembelajaran puisi banyak menghadapi hambatan, baik bagi siswa maupun guru. <strong>Metode</strong>pembelajaran puisi yang tepat sangat diperlukan agar siswa dapat dengan mudahP menikmati dan mengapresiasi puisi. Tulisan ini membahas bagaimana, metode suluk dapatdigunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran puisi. Bunyi, irama, dan rima dianggapsebagai faktor berpengaruh dalam menentukan hasil belajar puisi. Secara sistematis disajikanrancangan pembelajaran pusi dengan menggunakan metode suluk. Atas dasar pengalaman dananalisis dalam meggunakan metode ini, disarankan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh gurudalam menerapkan metode ini secara kreatif fan menyenangkan.Kata-kata kunci: metode suluk, puisi, bunyi, irama, rimaAbstractThe teachers and students often face some difficulties in teaching-learning potery. The instructional methodsapplied fail to encourage the students to learn and appreciate poetry. This article discusses how suluk methodcan be used as an alternative method to learn poetry. It discusses how this method can motivate the studentslearn poetry and make them easy understand and appreciate a poem. Voice, rhytm. and rima (voice having thesame sound) are identified as important factors to reach the learning objectives. The discussion is completedwith an instructional model of suluk model in teaching poetry and some suggestions are provided to assist theteachers to implement the teachers.Keywords: suluk method, poetry, voice, rhytm, rhyme.PendahuluanKarya sastra lahir dari sebuah bakat. Bakatmerupakan kepandaian yang dibawa dari lahir.Banyak seniman besar yang sama sekali tidakmemiliki latar belakang pendidikan seni.Bahkan, ada seniman yang pernah dianggaptidak layak duduk di kelas seni atau sekolah seni.Namun demikian, bakat tetap membawa merekamenjadi seniman besar dengan karya-karyanyayang melegenda.Kenyataan bahwa manusia lahir denganbakat-bakat tertentu memang tidak terbantahkan.Begitu banyak fakta yang mencengangkandan membuat kita sangat yakin bahwa bakatmempunyai peran yang sangat besar dalamkeberhasilan hidup seseorang. Keyakinan padabesarnya peran bakat dalam keberhasilan hidupseseorang tidaklah salah. Dalam duniapendidikan, kita masih sering bahkan bisadikatakan selalu dihadapkan pada pengutamaanperan bakat. Misalnya, para siswadiharuskan menjalani tes bakat dan minatsebelum menentukan jurusan. Di sisi lain,sekolah sudah memiliki daftar kriteria untukpenentuan jurusan dan para siswa juga sudahmemiliki acuan nilai untuk penentuan jurusan*) Guru SMAK 2 <strong>BPK</strong> PENABUR BandungJurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010<strong>85</strong>


<strong>Penerapan</strong> <strong>Metode</strong> <strong>Suluk</strong> dalam Pembelajaran Puisisesuai dengan kriteria yang ditetapkan sekolah.Sebuah kebijakan ambivalen yang terusberlangsung dan seakan telah mentradisi dilingkungan pendidikan kita.Pertanyaan yang muncul kemudian adalahbagaimanakah dengan puisi? Bagaimanakahseorang guru harus menyelenggarakan pembelajaranpuisi bagi siswa yang kurang berbakatdan kurang berminat pada puisi? <strong>Metode</strong> apayang dapat digunakan agar pembelajaran puisimenarik? Ini sebuah pertanyaan yang sederhananamun menuntut jawaban yang sangatkompleks.Permasalahan dalam PembelajaranPuisiDalam konteks pembelajaran sastra Indonesia,pembelajaran puisi sering menimbulkan banyakkesulitan, baik bagi guru maupun siswa.Sebagian guru cenderung menghindari pembelajaranpuisi karena merasa kesulitan untukpembelajarannya. Keyakinan pada besarnyaperan bakat terlalu mendominasi. Ditambah lagi,keyakinan ini juga mereka aplikasikan pada dirimereka sendiri. Hasilnya adalah keyakinanbahwa guru kurang berbakat dalam pembelajaranpuisi dan kebanyakan siswa pundemikian sehingga tidak ada gunanyapembelajaran puisi dilaksanakan.Di kalangan siswa, pembelajaran puisimenjadi tidak menarik karena tiga alasan.Pertama, adanya anggapan bahwa pembelajaranpuisi tidak ada gunanya. Kehidupan yang serbapraktis membuat orang cenderung mengarahkandiri pada sesuatu yang mempunyai nilai gunamaterial. Sesuatu yang dicari adalah yang bisamemberikan hasil yang bisa dinilai denganmateri. Kedua, adanya penilaian bahwamempelajari puisi hanya akan menghasilkan“kebingungan”. Puisi menjadi sesuatu yangmenyulitkan dengan bahasa yang padat, simbolis,hiperbola, dan yang lainnya lagi. Ketiga,siswa menganggap puisi sebagai beban tugasuntuk mengisi nilai rapor(Rahmanto,1988: 44).Untuk itu, diperlukan cara pandang/paradigma baru dalam pembelajaran sastra,dalam hal ini puisi. Setidaknya ada enamparadigma baru dalam pembelajaran sastra/puisi (Ismail, 2003: 24). Keenam paradigma barutersebut adalah sebagai berikut. Pertama, siswadibimbing memasuki sastra atau puisi secaraasyik, nikmat, dan gembira. Puisi dalampembelajarannya ibarat sepotong kue. Siswaharus dapat menikmatinya dengan rasa senang.Dengan demikian, pendekatan yang digunakandalam pembelajaran puisi berbeda denganpendekatan yang digunakan dalam pembelajaranmateri yang lain. Pendekatan pembelajaranpuisi bukanlah pendekatan keilmuanmelainkan pendekatan yang memung-kinkansiswa mempunyai kebebasan dalam mengapreasiasidan mengekspresikan sebuah puisi.Kedua, siswa membaca langsung karyasastra. Dalam pembelajaran puisi setiap siswaharus diberi kesempatan untuk membacakanpuisi di depan kelas. Dengan membaca secaralangsung, siswa akan merasakan sendirikeindahan, kesedihan, atau bahkan kebahagiaanyang terkandung dalam puisi yang dibacanya.Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untukmengekspresikan diri sebagai bentuk apresiasisiswa terhadap puisi.Ketiga, kelas harus diselenggarakan secaramenyenangkan sehingga tidak terasa jadi beban,baik bagi siswa maupun guru. Pembelajaranpuisi bersifat rekreatif. Suasana kepenatan,kejenuhan, kebosanan, rutinitas, dan bebantugas yang dialami siswa sehari-hari harusdihilangkan. Dengan demikian, pembelajaranpuisi harus dilakukan dalam suasana menyenangkan.Keempat, ketika membicarakan karya sastra,khususnya puisi, beraneka ragam tafsir harusdihargai. Pada dasarnya sebuah puisimerupakan kumpulan simbol-simbol. Karenaitu, Puisi bersifat multi interpretable. Artinya,sebuah puisi mempunyai tafsir makna yangberbeda-beda. Dengan demikian, guru harusmenghargai setiap penafsiran yang disampaikanoleh siswa karena tidak ada kebenaran mutlakterhadap tafsir puisi.Kelima, pengetahuan tentang sastra, baikteori, definisi, maupun sejarah tidak menjadibahan utama dalam pembelajaran sastra, cukuptersambil saja sebagai informasi sekunder ketikamembicarakan karya sastra. Pembelajaran puisiharus berhubungan langsung dengan puisibukan teori puisi. Pengetahuan tentang teoripuisi bersifat komplemen saja. Fokus utama86 Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


<strong>Penerapan</strong> <strong>Metode</strong> <strong>Suluk</strong> dalam Pembelajaran Puisipembelajaran puisi adalah puisi itu sendiri.Dalam pembahasan puisi, teori puisi dapatdisertakan secara sekilas saja. Dengan demikian,siswa tidak dibebani untuk menghapal teoriteoripuisi.Keenam, pembelajaran sastra mestinyamenyemaikan nilai-nilai positif pada batinsiswa, yang membekalinya menghadapikenyataan kehidupan masa kini yang keras dimasyarakat. Puisi merupakan ekspresi jiwa ataubatin pengarangnya. Dengan demikian,pembelajaran puisi harus berfokus pada olahrasa/batin siswa.Pentingnya Pembelajaran PuisiPermasalahan pembelajaran puisi yang peliktidak berarti pembelajaran puisi harusditiadakan. Setidaknya, ada satu alasan utamayang membuat pembelajaran puisi menjadimutlak dilakukanyaitu pembelajaranpuisidapat memberikanpeluangbagi pengembangankecakapanindera, penalaran,afeksi,sosial, dan kecakapanreligi.Pembelajaranpuisi yang dilakukan dengan benar dapatmemberikan peluang yang lebih besar bagipengembangan kecakapan-kecakapan tersebutdaripada pembelajaran mata pelajaran yanglain. Karya seni, dalam hal ini puisi, telah lamadiman-faatkan oleh para profesional mentaluntuk mem-bantu anak mempelajari banyakketerampilan yang berhubung-an dengan EQ,termasuk ber-pikir kritis dan realitis, memecahkanmasalah, dan ekspresi emosi (Shapiro,1997: 326). Dengan berpuisi anak dapatmengeks-presikan diri sehingga emosi anakdapat tumbuh dan berkembang dengan baikkarena sebagaimana pendapat Daniel Golemanyang dikutip oleh Agus Nggermanto (2001: 208)kecerdasan atau kesuksesan 20% ditentukan olehIQ dan 80% ditentukan oleh EQ.... pembelajaran puisi dapatmemberikan peluang bagipengembangan kecakapan indera,penalaran, afeksi, sosial, dankecakapan religiBahkan, Rahmanto (1988: 15) memaparkanbahwa pembelajaran sastra atau puisi perludilakukan karena pembelajaran sastra ataupuisi mempunyai 4 manfaat. Pertama, pembelajaransastra atau puisi dapat membantuketerampilan berbahasa siswa. Kedua,pembelajaran sastra atau puisi dapat meningkatkanpengetahuan budaya. Ketiga, pembelajaransastra atau puisi dapat mengembangkancipta dan rasa siswa. Keempat, pembelajaransastra atau puisi dapat menunjang pembentukanwatak siswa.Pemahaman yang benar akan manfaatpembelajaran puisi seharusnya menjadimotivasi bagi guru untuk menyelenggarakanpembelajaran puisi dengan baik. Guru menyelenggarakanpembelajaran puisi bukan dengantujuan membantu siswa mampu menikmati danmenulis puisi saja melainkan demi optimalisasipengembangan kecakapan indra, kecakapanpenalaran, kecakapanafeksi, kecakapansosial,dan kecakapanreligi. Membantusiswa bertumbuhmenjadi manusiadewasa yangseimbang segiintelektual,inderawi, afeksi,sosial, dan religiusitasnyapatut dijadikan tujuan yang lebihmendasar bagi pembelajaran puisi.Membangun Motivasi denganLangkah NyataLangkah awal yang harus ditempuh guruadalah melepaskan diri dari dominasi atau“pendewaan” peran bakat. Puisi harus lebihdipandang sebagai objek pembelajaran. Sebagaiobjek pembelajaran, puisi dapat ditelaah denganda-sar ilmu sas-tra. Dengan ilmu sastra, siswajuga dapat memper-oleh kemampuan menulissebuah puisi. Apresiasi terhadap puisi danekspresi melalui puisi menjadi saranaoptimalisasi pengembangan lima aspekkecakapan tersebut.Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.15/Tahun ke-9/Desember 201087


<strong>Penerapan</strong> <strong>Metode</strong> <strong>Suluk</strong> dalam Pembelajaran PuisiLangkah kedua yang harus dilakukanadalah mencari atau menemukan sebuahmetode pembelajaran puisi yang bisa memupuspermasalahan yang dihadapi siswa dalampembelajaran puisi. <strong>Metode</strong> yang tepat dapatmembawa siswa pada pemahaman bahwapembelajaran puisi bisa memberikan kontribusiyang besar bagi perkembangan siswa sebagaipribadi yang utuh. <strong>Metode</strong> yang sesuai dengankondisi siswa dapat memperkecil/mengurangitingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalampembelajaran puisi. Perasaan senang yangmuncul kemudian akan menghentikananggapan bahwa pembelajaran puisi adalahbeban tugas untuk mengisi nilai rapor.Yang muncul kemudian di benak gurutentulah pertanyaan tentang metode pembelajaranpuisi seperti apa yang tepat dan sesuaidengan kondisi siswa. Pengertian tepat dansesuai dengan kondisi siswa bersifat relatif.Ketajaman analisis guru ter-hadap kemam-puandan kondisi siswa adalah pe-nentu tepat/tidaktepatnya sebuah metode pembel-ajaran puisi.Setidaknya, ada tiga metode pembelajaranpuisi yang biasa digunakan. Pertama, metodedeskripsi. Dengan metode ini, siswa dimintamendeskripsikan hasil pengamatan siswaterhadap sebuah gambar. <strong>Metode</strong> deskripsi inisebenarnya lebih sesuai digunakan untuk siswadengan daya imajinasi yang kurang. Siswamembutuhkan media yang dapat membantumereka agar dapat mendeskripsikan suatu objekdengan baik. Pada tahap awal pembelajaranpuisi, metode ini dapat menjadi dasar lompatanyang baik. Kedua, metode narasi (penceritaan).<strong>Metode</strong> narasi menghendaki siswa mampumenceritakan suatu objek yang tidak lagi terbataspada yang bersifat nyata, seperti pemandanganalam. Siswa dapat diminta mence-ritakan sebuahsuasana dari yang paling sederhana sampaiyang kom-pleks. Media yang dapat membantusiswa adalah teks cerita pendek. Cerita pendekdapat dibuat oleh siswa dari pengalamannyapribadi ma-sing-masing atau pengalaman orangyang ada di sekitar siswa. <strong>Metode</strong> narasi inidapat menjadi pilihan tahap lanjut dalampembel-ajaran puisi. Ketiga, metode musikalisasipuisi. Hakikat metode musikalisasi adalahmengubah (mengarasemen) puisi menjadisebuah lagu dan menyanyikannya denganiringan musik. Dengan demikian, metode inimensyaratkan adanya kemampuan siswa untukmengubah puisi menjadi lagu dan kemampuansiswa dalam bermain musik. <strong>Metode</strong> ini sangatmenarik diterapkan dalam pembelajaran puisinamun sulit dilaksanakan dalam pembelajarankarena biasanya tidak banyak siswa yangmemiliki kemampuan mengubah puisi menjadilagu dan bermain musik.Ketiga metode tersebut, metode deskripsi,metode narasi, dan musikalisasi dapatdiaplikasikan dalam pembelajaran puisi,bahkan ketiga metode tersebut dapat bersinergi.Guru dapat menuntun siswa untuk mendeskripsikanatau menarasikan kembali sebuahpuisi dengan bahasa yang denotatif dan lengkapsehingga pemahaman akan makna sebuah puisidapat lebih mudah diperoleh.<strong>Metode</strong> <strong>Suluk</strong> sebagai Alternatifdalam Pembelajaran PuisiSetiap metode pasti memiliki kelemahan. <strong>Metode</strong>deskripsi dan metode narasi mengandaikansiswa sudah memiliki penguasaan kosa katayang cukup, termasuk pemahaman terhadapmakna denotasi dan makna konotasi, gayabahasa, dan simbol-simbol yang biasa digunakandalam puisi.Kelemahan-kelemahan tersebut tentu sajamenjadi masalah bagi keberhasilan sebuahpembelajaran puisi yang harus disikapi denganmenggali krea-tivitas guru. Jika satu metode belummemberikan hasil yang opti-mal, mengapatidak dilengkapi dengan metode yang lain atausarana pembel-ajaran yang bisa memaksimalkanhasil?Guru dapat mengasah keterampilan siswadalam memahami makna konotasi, gaya bahasa,dan simbol-simbol dengan permainan menyusunkata. Bagaimana menciptakan suasanayang menyenangkan dalam pembel-ajaran puisi?<strong>Metode</strong> suluk berikut ini dapat menjadi alternatifpenyelesaian masalah tersebut.<strong>Suluk</strong> adalah nyanyian (tembang) dalangyang dilakukan ketika akan memulai suatuadegan (babak) dalam pertunjukan wayang(KBBI, 1990: 866). Dalam hal ini, hakikat metodesuluk dalam pembelajaran puisi adalah metodeuntuk memahami dan mengapreasiasi sebuah88 Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


<strong>Penerapan</strong> <strong>Metode</strong> <strong>Suluk</strong> dalam Pembelajaran Puisipuisi dengan cara menyanyikannya (menembangkannya).<strong>Metode</strong> suluk ini lebih mudahditerapkan daripada metode musikalisasi karenadalam menyanyikan puisi, siswa tidak dituntutmenguasai musik atau memiliki kemampuanmengarasemen lagu. <strong>Metode</strong> suluk memberikankebebasan siswa berekspresi untuk menyanyikanpuisi, bahkan tanpa persiapan apapun aliasspontan. Dengan demikian, tidak ada beban bagisiswa untuk berekspresi.<strong>Metode</strong> suluk digunakan agar pembelajaranpuisi menarik bagi siswa. Dengan pembelajaranyang menarik, siswa akan lebih mudahmemahami dan mengapresiasi sebuah puisi.Ada tiga faktor yang mempengaruhi keberhasilanpembelajaran puisi dengan metodesuluk. Pertama, bunyi. Lapis pertama untukmemahami puisi adalah lapis bunyi/soundstratum (Pradopo,1993: 15). Bilaorang membacapuisi, yang terdengaradalahrangkaian bunyiyang dibatasi jedapendek, agak panjang,dan panjang.Bunyi itu bukanhanya bunyi yangtak berarti. Bunyisersuai dengankonvensi bahasa sehingga menimbulkan arti.Dalam pembelajaran puisi bunyi berfungsi untukmendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif.Kedua, Irama. Irama masih mempunyaihubungan yang erat dengan bunyi. Irama dalampuisi berupa pergantian naik turun, panjangpendek, dan keras lembutnya bunyi. Bunyi-bunyiyang berulang, pergantian yang teratur danvariasi-variasi bunyi yang menimbulkan gerakhidup yang teratur.Ketiga adalah rima atau persamaan bunyi.Dalam puisi persamaan bunyi berfungsi agarpuisi menjadi indah dan menarik.<strong>Penerapan</strong> <strong>Metode</strong> <strong>Suluk</strong> dalamPembelajaran PuisiPembelajaran puisi dengan menggunakanmetode suluk ini telah diterapkan pada siswakelas XI SMA. Ada tiga tahap penerapan metodesuluk dalam pembelajaran puisi, yaitu pendahuluan,kegiatan pembelajaran, dan penutup.1. Pendahuluana. IntroduksiPada tahap ini, guru dapat memberikan contohmengapreasiasi puisi dengan menggunakanmetode suluk. Penyampaian metode suluk iniakan lebih menarik jika guru menggunakanberbagai alat peraga yang mendukung. Alatperaga yang digunakan harus berkaitan eratdengan metode yang digunakan. Alat peragayang digunakan harus berhubungan denganseni pedalangan. Misalnya wayang (tokohpunokawan: Semar, Gareng, Petrus, Bagong),gamelan (salah satu saja) , kepyak dan sebagainya.Guru juga dapat menggunakan kostumdalang untuk<strong>Metode</strong> suluk memberikankebebasan siswa berekspresiuntuk menyanyi-kan puisi,bahkan tanpa persiapan apapunalias spontan. Dengan demikian,tidak ada beban bagi siswa untukberekspresi.menarik perhatiansiswa. Gurudapat memilihsatu atau beberapasaja dari alatperaga tersebut.Dengan mediayang digunakan,guru denganmudah dapat memasukkanunsurunsurbudayawayang, nilai filosofis wayang, atau bahkanajaran-ajaran moral yang mulai dilupakan/ditinggalkan generasi muda. Misalnya, lewattokoh punokawan, guru dapat menyampaikannilai-nilai kejujuran, kepolosan, pengabdian,keberanian, dan bahkan nilai religiusitasnya.b. Model PembelajaranGuru berperan sebagai model dalam pemanfaatanmetode suluk. Guru melagukan/menyanyikansepenggal suluk, misalnya suluk yang biasadigunakan dalang pada saat/adegan “Goro-Goro”, yaitu saat para tokoh punokawan (Semar,Gareng, Petrus, dan Bagong) akan muncul dalampementasan wayang. Tentunya dalam menyanyikansepenggal suluk ini, guru menggunakanseperangkat media pembelajaran yang sudahdisiapkan. Dalam hal ini, guru berperan sebagaidalang.Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.15/Tahun ke-9/Desember 201089


<strong>Penerapan</strong> <strong>Metode</strong> <strong>Suluk</strong> dalam Pembelajaran PuisiContoh <strong>Suluk</strong>:Apa tandanya ada gara-garaDunia bergoyang-goyang<strong>Hal</strong>ilintar bergetar bergelegar menyambaryambarLagu pilu mendayu syahdu di relungkalbupejabat khianat, Rakyat kiamatKoruptor kotor makan uang kantorPolitikus rakus bikin rakyat mampusc. KonklusiSetelah menyanyikan penggalan suluk, Gurudapat menyampaikan tentang makna suluktersebut. Guru juga dapat melakukan tanyajawab pada siswa tentang suluk tersebut.2. Kegiatan Pembelajarana. Pembacaan PuisiSedapat mungkin setiap siswa diberi kesempatanuntuk mengapresiasikan sebuah puisidengan menggunakan metode suluk seperti yangsudah dimodelkan oleh guru. Meskipun sudahada model, siswa mempunyai kebebasanberekspresi sesuai dengan kemampuannya.Contoh puisi yang harus diapresiasikanoleh siswa adalah Sajak Burung-Burung Kondorkarya W.S. Rendra.Sajak Burung-Burung KondorKarya W.S. RendraAngin gunung turun merembes ke hutanLalu bertiup di atas permukaan kali yangluasDan akhirnya berumah di daun-dauntembakauKemudian hatinya piluMelihat jejak-jejak sedih para petaniBuruh yang terpacak di atas tanah gemburNamun tidak memberi kemakmuran bagipenduduknya.Para petani, buruh kerjaBerumah di gubuk-gubuk tanpa jendelaMenanam bibit di tanah yang suburMemanen hasil yang berlimpah danmakmurNamun, hidup mereka sendiri sengsara.Mereka memanen untuk tuan tanahYang mempunyai istana indahKeringat mereka menjelma menjadi emasYang diambil oleh cukong-cukong pabrikcerutu di eropaDan bila mereka menuntut pemerataanpendapatan,Para ahli ekonomi membetulkan letak dasiDan menjawab dengan mengirimkankondom.Penderitaan mengalirdari parit-parit wajah rakyatkuDari pagi sampai soreRakyat negri bergerak dengan lunglaiMenggapai-gapaiMenoleh ke kiri, menoleh ke kananDi dalam usaha tak menentuDi hari senja mereka menjadi onggokansampahDan di malam hari mereka terpelanting kelantaiDan sukmanya berubah menjadi burungkondorBeribu-ribu burung kondorBerjuta-juta burung kondorBergerak menuju ke gunung tinggiDan di sana mendapat hiburan dari sepiKarena hanya sepiMampu menghisap dendam dan sakit hatiBurung-burung kondor menjeritDi dalam marah menjeritBergema di tempat-tempat yang sepiBurung-burung kondor menjeritdi batu-batu gunung menjeritBergema di tempat-tempat yang sepiBerjuta-juta burung kondor mencakarbatu-batuMematuki batu-batu, mematuki udaraDan di kota orang-orang bersiapmenembakinya.b. Apresisiasi puisi lewat diskusiUntuk membahas apresiasi siswa terhadap puisitersebut, siswa melakukan diskusi kelompok.90 Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


<strong>Penerapan</strong> <strong>Metode</strong> <strong>Suluk</strong> dalam Pembelajaran PuisiSiswa dibagi menjadi lima kelompok. Adapunpertanyaan sebagai panduan diskusi kelompokadalah sebagai berikut.1. Jelaskan tema/masalah yang diungkapkanpengarang melalui puisi “Sajak Burung-Burung Kondor”!2. Jelaskan makna “keringat mereka menjadeemas” pada bait ke-3!3. Jelaskan makna bait ke-1 puisi di atas!4. Jelaskan makna bait ke-2 puisi di atas!5. Jelaskan makna bait ke-3 puisi di atas!6. Jelaskan makna bait ke-4 puisi di atas!7. Jelaskan makna bait ke-5 puisi di atas!8. Jelaskan makna bait ke-6 puisi di atas!9. Jelaskan makna bait ke-7 puisi di atas!10. Jelaskan makna bait ke-8 puisi di atas!11. Jelaskan mengapa pengarang memberijudul puisinya “Sajak Burung-BurungKondor”!12. Jelaskan suasana yang tergambar dalampuisi “Sajak Burung-Burung Kondor”!13. Apakah puisi tersebut masih relevandengan kondisi masyarakat saat ini?Jelaskan!14. Bagaimana penilaian Anda terhadap puisi“Sajak Burung-Burung Kondor”?15. Latar belakang sosial apa yangmenyebabkan lahirnya puisi tersebut?Jelaskan!c. Presentasi kelompokPresentasi kelompok dilakukan untukmengetahui pemahaman siswa akan maknapuisi. Sebaiknya, presentasi kelompok inidipandu langsung oleh siswa. Dalam hal ini,guru hanya sebagai fasilitator dan pengamatsaja.3. PenutupGuru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi.Kesimpulan ini dibuat berdasarkan hasil diskusisiswa. Kemudian, guru memberikan tugas untukdikerjakan di rumah. Adapun tugas yang harusdikerjakan siswa adalah menulis puisi. Siswadiberi kebebasan untuk mengekspresikan diridalam sebuah puisi. Dari hasil kerja siswa inikemudian dikumpulkan dan disatukan menjadisebuah kumpulan puisi karya siswa.Kesimpulan dan SaranKesimpulanKeterampilan mengapresiasi dan menulis puisimemerlukan pelatihan yang cukup denganbimbingan dari seorang guru yang berkompetendi bidangnya. Guru bahasa Indonenesia harus“berproses” untuk menjadi seorang guru yangberkompeten di dalam pembelajaran puisi,termasuk memfasilitasi pembelajaran puisi.Keyakinan seorang guru akan kompetensinyadalam menyelenggarakan pembelajaran puisimenjadi modal awal bagi “terjaminnya” kualitaspembelajaran puisi tersebut.Permasalahan yang muncul dalampelaksanaan pembelajaran puisi seharusnyamenjadi sebuah tantangan untuk mengasahkreativitas guru. Rasanya akan terlalu naif, tidak“mengenalkan” pembelajaran puisi hanyakarena kesulitan dalam pembelajarannya. Setiapkesulitan pasti selalu ada cara untuk mengatasinya.Perolehan manfaat dari sebuahpembelajaran puisi seharusnya bisa menjadimotivasi bagi guru dan siswa. Dalam hal ini,guru haruslah yang pertama termotivasi sebagaiseorang pribadi pendidik.Pemanfaatan metode suluk sebagaialternatif menciptakan pembelajaran puisi yangmenyenangkan perlu dilakukan. Dengandemikian pembelajaran puisi akan semakinmenarik dan diminati para siswa. Denganmetode suluk, siswa terbantu untuk memahamidan mengapresiasi sebuah puisi dengan mudah.SaranAgar pembelajaran puisi dengan metode sulukini dapat berlangsung dengan efektif danrekreatif ada beberapa hal yang perludiperhatikan oleh guru. Pertama, guru bahasaIndonesia perlu mempunyai keyakinan“mampu” melaksanakan pembelajaran puisidengan menarik. Pembelajaran puisi tidak hanyasekadar memenuhi tuntutan kurikulum saja.Dengan demikian, pembelajaran puisi yangselama ini “dianaktirikan” menjadi pembelajaranyang menyenangkan dan mendapattempat di hati siswa. Kedua, guru harus memilihJurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.15/Tahun ke-9/Desember 201091


<strong>Penerapan</strong> <strong>Metode</strong> <strong>Suluk</strong> dalam Pembelajaran Puisimedia puisi yang menarik dan mudah dipahamisiswa. Disarankan puisi yang digunakansebagai media pembelajaran adalah puisi-puisiyang berisikan cerita(balada). Ketiga, dalamkonteks pembelajaran puisi dengan metodesuluk, guru juga harus mempunyai wawasanyang luas terutama berkaitan dengan masalahmasalahsosial, moral/etika, budaya, agama,dan bahkan politik. Keempat, guru harusmenyadari bahwa nilai (angka-angka) siswabukanlah faktor/tujuan utama dalam pembelajaranpuisi dengan metode suluk melainkanhanya dampak ikutan saja. Oleh sebab itu, tugastugasyang diberikan tidak membebani siswa.Bahkan, tidak perlu ada nilai ulangan dalampembelajaran ini. Nilai siswa diperoleh darihasil apresiasi siswa terhadap puisi.Daftar PustakaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan.(1990). Kamus besar bahasa Indonesia.Jakarta: Balai PustakaIsmail, Taufiq. (2003). “Agar anak bangsa tak rabunmembaca tak pincang mengarang”. PidatoPenganugerahan Gelar KehormatanDoctor Honoris Causa di BidangPendidikan Sastra, Universitas NegeriYogyakarta, 8 Februari 2003Nggermanto, Agus. (2001). Quantum quotien(Kecerdasan quantum): Cara cepat melejitkanIQ, EQ, dan SQ secara harmonis. Bandung:Nusa CendekiaPradopo, Rachmat Djoko. (1993). Pengkajianpuisi. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.Rani, Supratman Abdul. (1996). Ikthisar sastraIndonesia. Bandung: Pustaka SetiaRahmanto, B. 1988. <strong>Metode</strong> pengajaran sastra.Yogyakarta: KanisiusShapiro, Laurence E. (1997). Mengajarkan emosionalintelligence pada anak. Jakarta: Gramedia<strong>92</strong> Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!