10.07.2015 Views

Hal. 85-92 Penerapan Metode Suluk.pdf - BPK Penabur

Hal. 85-92 Penerapan Metode Suluk.pdf - BPK Penabur

Hal. 85-92 Penerapan Metode Suluk.pdf - BPK Penabur

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Penerapan</strong> <strong>Metode</strong> <strong>Suluk</strong> dalam Pembelajaran Puisisesuai dengan kriteria yang ditetapkan sekolah.Sebuah kebijakan ambivalen yang terusberlangsung dan seakan telah mentradisi dilingkungan pendidikan kita.Pertanyaan yang muncul kemudian adalahbagaimanakah dengan puisi? Bagaimanakahseorang guru harus menyelenggarakan pembelajaranpuisi bagi siswa yang kurang berbakatdan kurang berminat pada puisi? <strong>Metode</strong> apayang dapat digunakan agar pembelajaran puisimenarik? Ini sebuah pertanyaan yang sederhananamun menuntut jawaban yang sangatkompleks.Permasalahan dalam PembelajaranPuisiDalam konteks pembelajaran sastra Indonesia,pembelajaran puisi sering menimbulkan banyakkesulitan, baik bagi guru maupun siswa.Sebagian guru cenderung menghindari pembelajaranpuisi karena merasa kesulitan untukpembelajarannya. Keyakinan pada besarnyaperan bakat terlalu mendominasi. Ditambah lagi,keyakinan ini juga mereka aplikasikan pada dirimereka sendiri. Hasilnya adalah keyakinanbahwa guru kurang berbakat dalam pembelajaranpuisi dan kebanyakan siswa pundemikian sehingga tidak ada gunanyapembelajaran puisi dilaksanakan.Di kalangan siswa, pembelajaran puisimenjadi tidak menarik karena tiga alasan.Pertama, adanya anggapan bahwa pembelajaranpuisi tidak ada gunanya. Kehidupan yang serbapraktis membuat orang cenderung mengarahkandiri pada sesuatu yang mempunyai nilai gunamaterial. Sesuatu yang dicari adalah yang bisamemberikan hasil yang bisa dinilai denganmateri. Kedua, adanya penilaian bahwamempelajari puisi hanya akan menghasilkan“kebingungan”. Puisi menjadi sesuatu yangmenyulitkan dengan bahasa yang padat, simbolis,hiperbola, dan yang lainnya lagi. Ketiga,siswa menganggap puisi sebagai beban tugasuntuk mengisi nilai rapor(Rahmanto,1988: 44).Untuk itu, diperlukan cara pandang/paradigma baru dalam pembelajaran sastra,dalam hal ini puisi. Setidaknya ada enamparadigma baru dalam pembelajaran sastra/puisi (Ismail, 2003: 24). Keenam paradigma barutersebut adalah sebagai berikut. Pertama, siswadibimbing memasuki sastra atau puisi secaraasyik, nikmat, dan gembira. Puisi dalampembelajarannya ibarat sepotong kue. Siswaharus dapat menikmatinya dengan rasa senang.Dengan demikian, pendekatan yang digunakandalam pembelajaran puisi berbeda denganpendekatan yang digunakan dalam pembelajaranmateri yang lain. Pendekatan pembelajaranpuisi bukanlah pendekatan keilmuanmelainkan pendekatan yang memung-kinkansiswa mempunyai kebebasan dalam mengapreasiasidan mengekspresikan sebuah puisi.Kedua, siswa membaca langsung karyasastra. Dalam pembelajaran puisi setiap siswaharus diberi kesempatan untuk membacakanpuisi di depan kelas. Dengan membaca secaralangsung, siswa akan merasakan sendirikeindahan, kesedihan, atau bahkan kebahagiaanyang terkandung dalam puisi yang dibacanya.Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untukmengekspresikan diri sebagai bentuk apresiasisiswa terhadap puisi.Ketiga, kelas harus diselenggarakan secaramenyenangkan sehingga tidak terasa jadi beban,baik bagi siswa maupun guru. Pembelajaranpuisi bersifat rekreatif. Suasana kepenatan,kejenuhan, kebosanan, rutinitas, dan bebantugas yang dialami siswa sehari-hari harusdihilangkan. Dengan demikian, pembelajaranpuisi harus dilakukan dalam suasana menyenangkan.Keempat, ketika membicarakan karya sastra,khususnya puisi, beraneka ragam tafsir harusdihargai. Pada dasarnya sebuah puisimerupakan kumpulan simbol-simbol. Karenaitu, Puisi bersifat multi interpretable. Artinya,sebuah puisi mempunyai tafsir makna yangberbeda-beda. Dengan demikian, guru harusmenghargai setiap penafsiran yang disampaikanoleh siswa karena tidak ada kebenaran mutlakterhadap tafsir puisi.Kelima, pengetahuan tentang sastra, baikteori, definisi, maupun sejarah tidak menjadibahan utama dalam pembelajaran sastra, cukuptersambil saja sebagai informasi sekunder ketikamembicarakan karya sastra. Pembelajaran puisiharus berhubungan langsung dengan puisibukan teori puisi. Pengetahuan tentang teoripuisi bersifat komplemen saja. Fokus utama86 Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!