10.07.2015 Views

potensi bisnis usaha jasa konstruksi di indonesia - jurnalsmartek

potensi bisnis usaha jasa konstruksi di indonesia - jurnalsmartek

potensi bisnis usaha jasa konstruksi di indonesia - jurnalsmartek

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

ekSIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTROPOTENSI BISNIS USAHA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIAAn<strong>di</strong> Asnu<strong>di</strong>n *AbstractConstruction services market in Indonesia is very <strong>potensi</strong>al, where the invest activity is done by thegovernment and private sector every year. This potential is caused by demographic factor andthe number of population deserving the services.Maximizing this potential service in Indonesia can be done with the evolvement of nationalbusinessman competitively through transparent process, fair, and efficiency and affectivity(economic) as well as law enforcement. Besides that, the capacity buil<strong>di</strong>ng for contractor, andthe affirmative action policy toward national businessmen.The involvement of national construction services can create employment, increasing publicinfrastructure services, and the national services construction can compete regional market,domestic market, market overseas..Key word:Construction, market, servicesAbstrakPasar <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> <strong>di</strong> Indonesia sangat ber<strong>potensi</strong>, <strong>di</strong>mana kegiatan investasi yang<strong>di</strong>lakukan oleh pemerintah dan sektor swasta setiap tahunnya meningkat. Hal ini, berkaitan jugadengan cakupan wilayah dan jumlah masyarakat (publik) yang mesti mendapatkan pelayanan.Pemanfaatan <strong>potensi</strong> <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> <strong>di</strong> Indonesia dapat <strong>di</strong>lakukan dengan pelibatanpeng<strong>usaha</strong> nasional secara kompetitif melalui proses yang transparan, a<strong>di</strong>l, efisien dan efektif(ekonomis), serta penegakan hukum. Selain itu, <strong>di</strong>butuhkan peningkatan kemampuan (capacitybuil<strong>di</strong>ng) kontraktor, dan implementasi kebijakan yang berpihak pada peng<strong>usaha</strong> nasional.Pelibatan <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> nasional <strong>di</strong>harapkan akan dapat menciptakan lapangan kerja,peningkatan layanan infrastruktur publik, dan <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> nasional dapat bersaing padapangsa pasar regional, pasar domestik, dan pasar luar negeri.Kata kunci: Pasar, Jasa, Konstruksi1. PendahuluanBisnis <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong>merupakan <strong>usaha</strong> yang mempunyaikarakteristik tertentu dan unik, <strong>di</strong>manamemiliki batasan-batasan (constrain)yang harus <strong>di</strong>penuhi, yaitu (1) waktuberkaitan dengan periode pelaksanaanproyek, (2) biaya berhubungan dengananggaran proyek, dan (3) mutuberkaitan dengan spesifikasi, serta(4) keselamatan dan kesehatan kerjabagi pekerja dan masyarakat <strong>di</strong> sekitarproyek. Selain itu, melibatkan banyakpihak yang memiliki <strong>di</strong>siplin ilmu yangberagam dan pekerja yang tanpaketerampilan (non skill)Pangsa pasar <strong>bisnis</strong> <strong>usaha</strong> <strong>konstruksi</strong>dapat <strong>di</strong>bagi menja<strong>di</strong> dua bagian,berdasarkan kegunaan <strong>konstruksi</strong>tersebut dan kepemilikannya, yaitu(Asnu<strong>di</strong>n A, 2004) :(1) Proyek <strong>konstruksi</strong> <strong>di</strong>gunakan untukkepentingan umum (public project),sistem pengadaan kontraktor<strong>di</strong>lakukanberdasarkanperaturan/perundangan yangberlaku, seperti kebijakanpemerintah setempat (autonomy* Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu


Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 4, Nopember 2008: 228 - 240Beberapa hasil penelitian(Asnu<strong>di</strong>n A, 2004; Tilaar & Asnu<strong>di</strong>n A,2007; Sundari Sri, 2008) menunjukkanbahwa, pada umumnya penye<strong>di</strong>a <strong>jasa</strong><strong>konstruksi</strong> untuk skala kecil danmenengah mengerjakan paket proyek<strong>konstruksi</strong> pada bidang sipil, sepertidrainase, proyek jalan dan jembatan,irigasi. Sementara untuk bidangmekanikal dan elektrikal persentaseketerlibatan sangat kecil. Hal ini,memberikan gambaran bahwarendahnya kapasitas sumber daya yang<strong>di</strong>miliki oleh penye<strong>di</strong>a <strong>jasa</strong>, seperti,penguasaan teknologi, kemampuanteknis dan manajemen, sertakemampuan finansial. Sebab untukbidang pekerjaan lain cenderungmembutuhkan penggunaan alat beratdan implementasi teknologi tinggi, sertaumumnya merupakan klasifikasipekerjaan yang berisiko tinggi. Selain itu,permasalahan yang <strong>di</strong>hadapi olehkontraktor yang kategori skala kecilpada proyek <strong>konstruksi</strong> , antara lain, (1)<strong>di</strong>stribusi proyek yang tidak merata, (2)desain dan metode <strong>konstruksi</strong> yangtidak berbasis padat karya (labourbased), sementara kontraktormempunyai keterbatasan peralatan, (3)kemampuan finansial yang terbatas,sementara akses ke institusi keuanganyang sulit, (4) penegakan hukum yanglemah dan unsur KKN sering terja<strong>di</strong>.4. Pasar Proyek KonstruksiPangsa pasar <strong>konstruksi</strong> baik darisumber APBN/APBD, dan kegiataninvestasi BUMN/BUMD, serta Swastasetiap tahunnya meningkat, pada tahun2002 dengan anggaran Rp.88 triliun,sedangkan pada tahun 2003 meningkatmenja<strong>di</strong> Rp.107 triliun, tahun 2004sejumlah 160 triliun sedangkan padatahun 2005 menja<strong>di</strong> Rp.168 triliun dantahun 2008 <strong>di</strong>perkirakan mencapaiRp.170 triliun (gambar 1) . Apabila <strong>di</strong>elaborasi per sektor, maka pasar <strong>jasa</strong><strong>konstruksi</strong> adalah: sektor transportasi 42persen, sektor migas 3 persen, sektorenergi listrik dan sektor sumber daya air23 persen, sektor air minum dan sanitasi9 persen, sektor perumahan danpermukiman 21 persen, serta sektortelekomunikasi sebesar 2 persen (BPS,2007).Hasil penelitian yang <strong>di</strong>lakukanoleh Diar (2007) menunjukkan bahwapangsa pasar akan mengalamipeningkatan yang cukup signifikankarena kepercayaan sektor swastamulai meningkat, gejolak harga minyakmulai stabil, dan kebijakan-kebijakanekonomi cenderung stabil.garanan88 triliun107 t riliun160 triliun 168 t riliun 170 t riliuntahun2002 2003 2004 2005 2008Gambar 1. Pangsa Pasar Konstruksi <strong>di</strong> Indonesia230


Potensi Bisnis Usaha Jasa Konstruksi <strong>di</strong> Indonesia(An<strong>di</strong> Asnu<strong>di</strong>n)Pengerjaan proyek infrastrukturIndonesia hingga 2010 berada <strong>di</strong>peringkat dua dunia dengan nilaiproyek US$120 milliar. Peringkat pertama<strong>di</strong>duduki China dengan totalpengerjaan proyek <strong>di</strong> atas US$200 milliar(Robert Mulyono Santoso, 2008),sehingga dapat <strong>di</strong>artikan bahwa pasar<strong>konstruksi</strong> <strong>di</strong> Indonesia sangat ber<strong>potensi</strong>bagi penye<strong>di</strong>a <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> <strong>di</strong>Indonesia, tetapi hasil penelitian yang<strong>di</strong>lakukan oleh Asnu<strong>di</strong>n A (2004)menunjukkan bahwa, pada umumnya<strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> dengan kategoriskala kecil dan skala menengah, hanyamengerjakan satu paket kontrak untuksetiap tahun anggaran dan penelitianyang <strong>di</strong>lakukan oleh Biemo W Soemar<strong>di</strong>(2007) menunjukkan bahwa jumlahproyek relatif belum dapat <strong>di</strong>katakancukup besar jika <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan denganjumlah <strong>usaha</strong> <strong>di</strong> sektor <strong>konstruksi</strong> yangmencapai lebih dari 80.000 per<strong>usaha</strong>an,sehingga dapat <strong>di</strong>artikan sebagai masihterbatasnya pangsa pasar dan ketatnyapersaingan <strong>di</strong> sektor <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong>nasional. Per<strong>usaha</strong>an <strong>konstruksi</strong> domestikyang menguasai pasar <strong>konstruksi</strong>nasional masih <strong>di</strong>dominasi oleh badan<strong>usaha</strong> milik negara (BUMN). Mungkinterselip beberapa per<strong>usaha</strong>an swastanasional yang mempunyai kemampuansetara dengan pemain utama ini.5. Rencana PemasaranPara pelaku <strong>bisnis</strong> <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong><strong>konstruksi</strong> membutuhkan rencanapemasaran, Untuk keberlangsunganpengelolaan per<strong>usaha</strong>an <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong><strong>di</strong> tengah persaingan <strong>di</strong> dunia <strong>usaha</strong><strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> semakin ketak. Rencanapemasaran yang <strong>di</strong>buat mempunyaiketerkaitan dengan visi misi per<strong>usaha</strong>andan beberapa faktor-faktor yangberpengaruh, antara lain (1) orientasipasar, (2) lingkup pemasaran/segmentasi, (3) dan pengembanganstrategi .Hasil stu<strong>di</strong> Biemo W.S (2007)menunjukkan bahwa Sebagiaan besardari kontraktor kecil masih menjalankanpemasaran berdasarkan perencanaanperencanaanyang sifatnya umum ataubahkan hanya berdasarkan intuisi daripara pemimpin per<strong>usaha</strong>an. Namundemikian, walaupun tidak melalui suatuproses perencanaan yang rinci danbersifat informal, secara umumpendekatan strategi pemasaran yang<strong>di</strong>gunakan tidak berbeda antara satukontraktor dengan kontraktor yang lain(dalam hal ini kontraktor besar,menengah dan kecil), yaitumenggunakan strategi pemilihan pasaryang ter<strong>di</strong>ri dari strategi segmentasi(segmentation), penetapan pasarsasaran (market targeting) danpenempatan posisi (positioning) sertapengembangan strategi bauranpemasaran (marketing mix) yang ter<strong>di</strong>riatas strategi produk, strategi harga,strategi saluran pemasaran, sertastrategi komunikasi dan promosi.Bidang pemasaran ini memilikikontak paling besar dengan lingkunganeksternal per<strong>usaha</strong>an. Tidak sajaberfungsi untuk melihat peluang pasar,namun secara keseluruhan bidangpemasaran <strong>di</strong>fungsikan untukmemenangkan ketatnya persainganpasar. Sayangnya dalam banyak kasus<strong>di</strong> industri <strong>konstruksi</strong>, kontraktor masihkurang memberikan perhatian padafungsi pemasaran ini (Pearce, 1992).Dalam stu<strong>di</strong>nya Pearce menyatakanbahwa kontraktor percaya bahwabagian terpenting dari suatu organisasiadalah bagian produksi, sehinggamereka lebih berorientasi pada produksi<strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan pemasaran.Mereka lebih melihat peluang-peluangyang <strong>di</strong>rasakan cocok dengankemampuannya sebagai kontraktor,<strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan beradaptasiuntuk keadaan saat ini dan peluangpasar <strong>di</strong> masa depan.Sementara hasil stu<strong>di</strong> Biemo W.S(2007) menunjukkan bahwa ukuranbesarnya suatu organisasi per<strong>usaha</strong>an(kualifikasi per<strong>usaha</strong>an) berkaitan eratdengan bagaimana per<strong>usaha</strong>antersebut menyusun rencana strategiper<strong>usaha</strong>an, khususnya rencana strategipemasarannya. Perencanaan yangbersifat formal dan terinci hanya<strong>di</strong>laksanakan oleh per<strong>usaha</strong>an-231


Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 4, Nopember 2008: 228 - 240per<strong>usaha</strong>an besar (dalam hal inikontraktor besar), sedang padaper<strong>usaha</strong>an-per<strong>usaha</strong>an <strong>konstruksi</strong> yangmemiliki kualifikasi yang lebih kecil(kontraktor menengah dan kecil) padaumumnya hanya menyusun programpemasarannya secara informal,sederhana dan sifatnya sangat umum.Perbedaan ini juga tercermin daristruktur organisasi, sumberdaya manusiadan anggaran yang <strong>di</strong>alokasikan untukpemasaran, <strong>di</strong> mana kontraktor kecilhampir tidak memasukan aspekmanajemen pemasaran sebagai salahsatu aspek <strong>bisnis</strong> mereka. Dari stu<strong>di</strong> yang<strong>di</strong>lakukan oleh Indramanik (2004)<strong>di</strong>temukan bahwa rencana pemasaranper<strong>usaha</strong>an kontraktor cenderung<strong>di</strong>susun untuk jangka pendek (kurangdari dua tahun) dengan jumlahanggaran pemasaran yang berfluktuatifdan cenderung meningkat dalamsetiap tahunnya. Hal ini menunjukkanbahwa kontraktor <strong>di</strong> Indonesia padaumumnya belum mampu merumuskanrencana <strong>bisnis</strong> jangka panjang, danmasih terkendala denganketidakpastian <strong>usaha</strong> <strong>di</strong> masamendatang.Untuk rencana pemasaran <strong>usaha</strong><strong>jasa</strong> pelaksana <strong>konstruksi</strong> <strong>di</strong>butuhkanbeberapa faktor pendukung, antara lain(1) orientasi pasar yang akan <strong>di</strong>tuju, (2)kemudahan akses informasi, (3)kemampuan dan kapasitas sumberdaya yang <strong>di</strong>miliki, (4) kestabilan politikdan ekonomi, serta (5) penegakanhukum.6. Orientasi PasarPeluang pasar untuk <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong><strong>konstruksi</strong> <strong>di</strong> Indonesia sangat besar,yang bersumber dari proyek pemerintahataupun proyek swasta.Sementara dari beberapa hasilpenelitian (Asnu<strong>di</strong>n A, 2004; Tilaar &Asnu<strong>di</strong>n A, 2007; Sundari Sri, 2008)menunjukkan bahwa umumnya,kontraktor <strong>di</strong> Indonesia masihmemfokuskan <strong>di</strong>ri untuk bersaingmemperebutkan pangsa pasar <strong>jasa</strong><strong>konstruksi</strong> yang <strong>di</strong>biayai melalui danaPemerintah (APBN/APBD) yangjumlahnya tidak lebih dari 45 persen daritotal pangsa pasar <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong>.Pangsa pasar <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> yang<strong>di</strong>biayai oleh dana investasi swastayang jumlahnya lebih besar, khususnyainvestasi swasta asing, yang umumnya<strong>di</strong>nikmati oleh penye<strong>di</strong>a <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong>asing. Padahal, beberapa keuntunganyang dapat <strong>di</strong>peroleh dari proyekswasta, seperti (1) segi kuantitas sektorswasta lebih menjanjikan (jumlahproyek), (2) asas-asas perimbangandalam kontrak yang a<strong>di</strong>l, (3) prosesadministrasi dan pembayaran yangtransparan, a<strong>di</strong>l dan akuntabel, sertaekonomis, dan (4) memberikan ruanguntuk melakukan klaim.Tabel 1. Penerapan JaminanJenis JaminanArabIndonesia USA Inggeris Jepang(bond)Sau<strong>di</strong>Pelelangan Ada Ada - - AdaPelaksanaan Ada Ada Ada - AdaUang Muka Ada - Ada - adaPemeliharaan Ada - Ada - adaRetensi Ada Ada Ada - Ada232


Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 4, Nopember 2008: 228 - 240(2) kriteria risiko sedang mencakuppekerjaan yang pelaksanaannya dapatberisiko membahayakan keselamatanumum, harta benda, dan jiwa manusia,dan (3) kriteria risiko tinggi mencakuppekerjaan yang pelaksanaannyaberisiko sangat membahayakankeselamatan umum, harta benda, jiwamanusia, dan lingkungan.Kriteria penggunaan teknologipada pekerjaan pelaksana <strong>di</strong>tentukanberdasarkan besaran biaya dan volumepekerjaan, ter<strong>di</strong>ri atas: (1) kriteriateknologi sederhana mencakuppekerjaan yang menggunakan alatkerja sederhana dan tidak memerlukantenaga ahli, (2) kriteria teknologi madyamencakup pekerjaan yangmenggunakan se<strong>di</strong>kit peralatan beratdan memerlukan se<strong>di</strong>kit tenaga ahli,dan (3) kriteria teknologi tinggimencakup pekerjaan yangmenggunakan banyak peralatan beratdan banyak memerlukan tenaga ahlidan tenaga terampil.Usaha <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> skala kecildan menengah, umumnya,mendapatkan pekerjaan yang memilikikriteria risiko kecil, dan teknologisederhana dengan besaran biaya yangtelah <strong>di</strong>atur dalam regulasi pengadaanyang ada <strong>di</strong> Indonesia. Untukmendukung pelibatan <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong><strong>konstruksi</strong> dalam skala yang lebih luasdalam pasar <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> dapat<strong>di</strong>lakukan berbagai langkah-langkahstrategis, seperti (1) mengembangkanpola-pola kemitraan antara pelaku <strong>jasa</strong><strong>konstruksi</strong> skala besar dan skalamenengah kecil, (2) desain <strong>konstruksi</strong>yang berbasis program padat karya(labour based program), (3)pengembangan kapasitas sumber dayabagi <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> skala kecildan menengah secara berkelanjutan,(4) pola pengadaan <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> yangberdasarkan asas yang ada padaundang-undang tentang <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong>dan regulasi pengadaan yang berlaku<strong>di</strong> Indonesia.Usaha <strong>jasa</strong> pelaksana <strong>konstruksi</strong> skalakecil dan menengah, umumnya memilikisegmen pasar yang se<strong>di</strong>kit, karenaketerbatasan sumber daya (dana,tenaga kerja, keahlian, teknologi)tampaknya menja<strong>di</strong> kendala untukmelayani semua segmen pasar yangtelah <strong>di</strong>identifikasi sebelumnya, seperti,paket pekerjaan dengan kriteria risikokecil, dan menggunakan teknologisederhana dengan besaran biaya yangtelah <strong>di</strong>atur dalam regulasi pengadaanyang ada <strong>di</strong> Indonesia.8. Kemampuan KeuanganUntuk mendorong keterlibatan<strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> skala kecil danmenengah pada dunia <strong>usaha</strong> yangkompetitif dan bersaing secara luas<strong>di</strong>butuhkan kemampuan keuanganyang baik. Untuk itu, kebijakan dankomitmen dari pemerintah dan institusiterkait sangat <strong>di</strong>perlukan, seperti, (1)akses permodalan yang mudah keinstitusi keuangan (1) pemberlakuansuku bunga yang rendah bagi <strong>usaha</strong>kategori mikro/kecil dan menengah, (2)proses administrasi yang efektif danekonomis, dan (3) program-programpembinaan yang berkelanjutan(sustainable program) tentang sistempengelolaan keuangan bagi dunia<strong>usaha</strong> skala kecil dan menengah.Pada setiap pekerjaan <strong>konstruksi</strong>untuk penye<strong>di</strong>a <strong>jasa</strong> sangatmembutuhkan modal awal yang cukupbesar untuk biaya langsung proyekmaupun berbagai jaminan selalumenyertai, seperti jaminan penawaran,jaminan uang muka, jaminanpelaksanaan, dan jaminanpemeliharaan. Hal itu, belum termasukjaminan-jaminan yang cukup besar,seperti construction risk, ErectionInsurance, dan jaminan-jaminanlainnya,"9. Uang JaminanPersyaratan uang jaminan ataubank garansi dari bank merupakansalah satu faktor penyebab kegagalanpelaku <strong>konstruksi</strong> nasional karena belumadanya dukungan dan kebijakan daripihak perbankan. Padahal dukunganperbankan menja<strong>di</strong> syarat utama untuk234


Potensi Bisnis Usaha Jasa Konstruksi <strong>di</strong> Indonesia(An<strong>di</strong> Asnu<strong>di</strong>n)memenangkan persaingan dunia<strong>konstruksi</strong> <strong>di</strong> luar negeri. Syarat ikuttender <strong>di</strong> luar negeri harus ada bankgaransi dari bank-bank pelaksana.Akses keuangan yang mudahdan ekonomis yang proseduradministrasi efektif sangat <strong>di</strong>butuhkanoleh pelaku <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong>,terutama bagi penye<strong>di</strong>a <strong>jasa</strong> yang<strong>di</strong>klasifikasikan sebagai skala kecil danmenengah. Beberapa negaramemberlakukankemudahankemudahanbagi dunia <strong>usaha</strong> yang<strong>di</strong>ketegorikan skala kecil dan menengahpada proses pelibatan <strong>di</strong> sektor <strong>jasa</strong><strong>konstruksi</strong> (tabel 1).10. Pengendalian BiayaKontrol terhadap penggunaan biayayang menja<strong>di</strong> hal penting yaitu adalahpengelolaan aliran masuk dan keluarkeuangan (cash flow) merupakan halyang penting untuk <strong>di</strong>perhatikan.10.1. Pengelolaan Cash FlowKontraktor harus dapatmerencanakan <strong>bisnis</strong> dengan baik agardapat memperoleh jaminan profit ataukeuntungan pada akhir proyek. Untukmencapai hal tersebut <strong>di</strong>perlukan suatupertimbangan nilai waktu uang yangharus <strong>di</strong>belanjakan dalam menganalisis<strong>bisnis</strong> dan keuangan. Beberapakontraktor, terutama kontraktor skalakecil dan menengah yang kurangmemahami hal ini, sehingga tidak dapatmenjaga keberlangsungan <strong>bisnis</strong>. Untukitu, kontraktor harus mengembangkankemampuannya agar mampumengatur <strong>bisnis</strong> dengan baik, terutamadalam manajemen keuangan.Pembiayaan <strong>bisnis</strong> atau sumberdana untuk suatu per<strong>usaha</strong>ankontraktor pada dasarnya ter<strong>di</strong>ri atas:(1) modal milik sen<strong>di</strong>ri (equity capital),(2) modal pinjaman (borrowed capital),(3) keuntungan yang tertahan (retainedprofits)Agar kontraktor dapat menjalankan<strong>bisnis</strong>nya secara berkelanjutansetidaknya kontraktor harus dapatmenghitung dan memperkirakansumber dana untuk per<strong>usaha</strong>ankontraktor tersebut.Arus uang tunai (cash flow)menunjukkan semua uang tunai yang<strong>di</strong>terima dan <strong>di</strong>bayar sepanjangperiode kontrak, seperti satu minggu,satu bulan atau satu tahun. Uang kas inipenting karena kontraktor mempunyaiberbagai kewajiban yang harus<strong>di</strong>bayarkan secara tunai, sepertipembayaran terhadap tukang padaakhir minggu, pembayaran materialtertentu, dan lain-lain.Analisis cash flow membutuhkansuatu peramalan agar dapatmenetapkan berapa banyak uangtunai yang akan <strong>di</strong>butuhkan padawaktu tertentu pada masa yang akandatang, serta mencatat berapa banyakuang tunai yang <strong>di</strong>belanjakan.Peramalan tersebut bermanfaat untukmengetahui berapa banyak uang tunaiyang benar-benar <strong>di</strong>miliki atau rencanakebutuhan uang tunai pada suatuwaktu. Suatu <strong>bisnis</strong> dapat berjalantanpa keuntungan pada suatu periodewaktu, tetapi tidak dapat bertahan jikatanpa uang tunai. Di dalam <strong>bisnis</strong><strong>konstruksi</strong> cash flow kebanyakantergantung pada kemajuan proyekproyeksecara in<strong>di</strong>vidu. Hal ini, akanmenyulitkan peramalan, khususnyauntuk per<strong>usaha</strong>an kecil yang hanyamemperoleh proyek satu atau duadalam waktu yang bersamaan.10.2. Eskalasi hargaEskalasi harga atau revisi kenaikannilai proyek, merupakan kebijakan yangsering <strong>di</strong>ambil, bila terja<strong>di</strong> estimasi nilaiproyek dari pemilik proyek tidak sesuaidengan kenaikan harga <strong>di</strong> lapangan.Berbagai kerugian yang <strong>di</strong>hadapipenye<strong>di</strong>a <strong>jasa</strong> bila estimasi nilai proyektidak tepat, seperti penyelesaian proyektidak bisa <strong>di</strong>selesaikan tepat waktu.Pasalnya, para kontraktor menungguproses persetujuan eskalasi harga daripemilik proyek/pengguna <strong>jasa</strong>,sehingga kontraktor tidakmengharapkan terja<strong>di</strong>nya eskalasiharga, contoh kasus pada tahun 2006pemerintah menyetujui eskalasi harga,235


Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 4, Nopember 2008: 228 - 240namun sebagian kontraktor memilihtidak mengambil eskalasi tersebut.Pasalnya, proses persetujuannya eskalasiterlalu lama. Di sisi lain, kontraktor<strong>di</strong>tuntut menyelesaikan pekerjaannyatepat waktu (Asnu<strong>di</strong>n A, 2005).11. Pelibatan Usaha Jasa KonstruksiNasionalPelibatan <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong>nasional <strong>di</strong>harapkan: (1)berkembangnya <strong>usaha</strong> nasional danmampu menyerap tenaga kerja, (2)meningkatkan daya saing nasional, dan(3) pelayanan pemerintah terhadappublik menja<strong>di</strong> lebih baik..Kontraktor skala kecil danmenengah merupakan kualifikasi <strong>usaha</strong>yang mendominasi pada <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong><strong>konstruksi</strong> (LPJKN, 2008). Kualifikasi kecil<strong>di</strong>harapkan mampu berkembang danbersaing secara luas yang lebihkompetitif. Untuk itu, <strong>di</strong>butuhkan iklimkompetensi <strong>usaha</strong> yang sehat melaluiproses yang tidak <strong>di</strong>skriminatif danmemberikan peluang yang samaterhadap semua kontraktor.Beberapa aspek yang menja<strong>di</strong>faktor penting agar <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong>skala kecil dan menengah dapat survivedan bersaing secara luas, yaitu: (1)registrasi dan sertifikasi badan <strong>usaha</strong>, (2)kualifikasi dan klasifikasi, (3) iklimkompetensi, (4) penjaminan mutu, (5)risiko, (6) kebijakan dan komitmen.11.1. Registrasi dan sertifikasiPengertian dasar sertifikasi adalah(1) tanda bukti pengakuan dalampenetapan klasifikasi dan kualifikasi ataskompetensi dan kemampuan <strong>usaha</strong> <strong>di</strong>bidang <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> baik yangberbentuk orang perorangan ataubadan <strong>usaha</strong> dan (2) tanda buktipengakuan atas kompetensi dankemampuan profesi keterampilan kerjaorang perorangan <strong>di</strong> bidang <strong>jasa</strong><strong>konstruksi</strong> menurut <strong>di</strong>siplin keilmuan danketerampilan tertentu serta keahlian.Pengertian registrasi adalah suatukegiatan untuk menentukan kompetensibadan <strong>usaha</strong> sesuai klasifikasi dankualifikasi yang <strong>di</strong>wujudkan dalambentuk sertifikat badan <strong>usaha</strong>.Registrasi Badan Usaha, SertifikasiTenaga Ahli adalah amanat yangtertulis dalam Undang-Undang JasaKonstruksi serta Peraturan PemerintahNo. 28 Tahun 2000 tentang Usaha danPeran Masyarakat Jasa Konstruksi.Keputusan Lembaga PengembanganJasa Konstruksi No. 11 Tahun 2006adalah keputusan lembaga yangtugasnya sebagai regulator danpengelola registrasi badan <strong>usaha</strong> dansertifikasi tenaga ahli.Teregistrasinya badan <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong><strong>konstruksi</strong> serta para tenaga professionaltelah memiliki sertifikat paling tidak akanmampu menjawab tantangan global,pasar global yang <strong>di</strong>hadapi <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong><strong>konstruksi</strong> saat ini (Iwan, N. 2007 danSarwono,H. 2007). Sementara badan<strong>usaha</strong> telah melakukan registrasi padaLembaga Pengembangan JasaKonstruksi sejak tahun 2004 sampaidengan awal tahun 2008, hanya sekitar65 % dari jumlah badan <strong>usaha</strong> nasional<strong>di</strong> Indonesia (LPJKN, 2008).Menurut Asnu<strong>di</strong>n A dan Tilaar,(2007) proses registrasi yang telah<strong>di</strong>jalankan oleh LembagaPengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)beberapa tahun terakhir ini dapat<strong>di</strong>kerjakan dengan baik, sehinggapekerjaan registrasi tahun 2007 dapat<strong>di</strong>laksanakan, tetapi memerlukanperbaikan pelayanan atau peningkatanmutu pelayanan agar lebih memberikankepuasan kepada stakeholder, danperbaikan sistem sehingga dapatmengakomo<strong>di</strong>r jumlah anggota yangdemikian besar, serta melakukanrecruitment tenaga kerja.11.2. Kualifikasi dan KlasifikasiDefinisi klasifikasi adalah bagiankegiatan registrasi untuk menetapkanpenggolongan <strong>usaha</strong> <strong>di</strong> bidang <strong>jasa</strong><strong>konstruksi</strong> menurut bidang dan subbidang pekerjaan.Sementara kualifikasi adalahbagian kegiatan registrasi untukmenetapkan penggolongan <strong>usaha</strong> <strong>di</strong>bidang <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> menurut tingkat /236


Potensi Bisnis Usaha Jasa Konstruksi <strong>di</strong> Indonesia(An<strong>di</strong> Asnu<strong>di</strong>n)kedalaman kompetensi dankemampuan <strong>usaha</strong>. Menurut Smith(1994) tujuan kualifikasi adalah untukmenunjukkan (1) kemampuan finansialper<strong>usaha</strong>an, (2) kompetensi sumberdaya manusia, dan (3) reputasiper<strong>usaha</strong>an.Sesuai data pada BadanPembinaan Konstruksi dan Sumber DayaManusia Departemen Pekerjaan Umum(2005) bahwa peta badan <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong><strong>konstruksi</strong> <strong>di</strong> Indonesia berjumlah sekitar121.506 per<strong>usaha</strong>an kontraktor dan3.424 per<strong>usaha</strong>an konsultan. Sebaranjumlah kontraktor tersebut terkonsentrasi<strong>di</strong> Indonesia Bagian Barat masingmasing61,4 % untuk per<strong>usaha</strong>ankontraktor dan 69,6 % untuk per<strong>usaha</strong>ankonsultan. Sementara pada tahun 2007data kualifikasi <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong> pelaksana<strong>konstruksi</strong> <strong>di</strong> Indonesia sebesar 136.439per<strong>usaha</strong>an kontraktor, yang <strong>di</strong>dominasi kualifikasi skala kecil 89,93persen, kemu<strong>di</strong>an pada tahun 2008menja<strong>di</strong> 484.116 kontraktor dengansebaran 87,08 persen merupakanklasifikasi kecil (gred 1 s/d 3), inimenunjukkan bahwa setiap tahunterja<strong>di</strong> penambahan jumlah penye<strong>di</strong>a<strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> dan trendnyamemberikan gambaran bahwa dari sisijumlah klasifikasi menengah sampaibesar (gred 4 s/d 5) mengalamipeningkatan berkisar 1 persen.11.3. Iklim Kompetensi UsahaIklim kompetensi <strong>usaha</strong> yangdapat membuka peluang bagi pelakupasar <strong>di</strong> sektor <strong>konstruksi</strong> sangat<strong>di</strong>pengaruhi oleh ekonomi makrodengan pertumbuhan ekonomi nasionalyang stabil, seperti peningkatan nilaiProduk Domestik Bruto (PDB) rakyatIndonesia yang berarti suatu refleksimulai pulihnya daya beli masyarakatyang pada akhirnya dapatmeningkatkan permintaan terhadapproduk-produk <strong>konstruksi</strong>.Di sisi lain perkembangan pasarindustri <strong>konstruksi</strong> tidak saja hanya<strong>di</strong>pengaruhi oleh sektor ekonomi, akantetapi juga <strong>di</strong>pengaruhi olehperkembangan politik baik <strong>di</strong> dalamnegeri maupun <strong>di</strong> luar negeri terutamatingkat regional. Menurut Biemo WSumar<strong>di</strong> (2007) kebijakan penerapanotonomi daerah pada tahun 2000,menyebabkan beralihnya pengelolaanproyek-proyek dari pusat ke daerahdaerah.Konsumen yang ta<strong>di</strong>nyaterkonsentrasi <strong>di</strong> Jakarta akan terbagibagi ke daerah-daerah <strong>potensi</strong>al. Halini, akan berpengaruh pada penerapanstrategi meraih pangsa pasar darimasing-masing pelaku <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong>.Selain otonomi daerah, saat inikontraktor nasional juga <strong>di</strong>hadapkandengan era globalisasi yang <strong>di</strong>tandaidengan <strong>di</strong>berlakukannya Asean FreeTrade Area (AFTA) pada tahun 2003yang menyebabkan kontraktorkontraktorasing dapat dengan bebasikut bersaing memperebutkan proyekproyekpada pasar <strong>konstruksi</strong> <strong>di</strong>Indonesia. Dengan masuknyakontraktor-kontraktor asing tersebut, <strong>di</strong>tengah belum pulihnya kon<strong>di</strong>si pasarindustri <strong>konstruksi</strong> saat ini, tentunya akanmenyebabkan semakin ketatnyapersaingan <strong>di</strong> antara pelaku <strong>bisnis</strong><strong>konstruksi</strong> <strong>di</strong> Indonesia.Berbagai permasalahan yangtimbul sejak <strong>di</strong>berlakukannya UUtentang otonomi daerah, <strong>di</strong>mana tiapdaerah melakukan interpretasi berbedabedaterhadap regulasi yang ada,seperti (1) mengeluarkan peraturandaerah (PERDA) yang sifatnya<strong>di</strong>skriminatif, <strong>di</strong>mana <strong>di</strong>anggapmelakukan proteksi sehingga hanyamenguntungkan sekelompok penye<strong>di</strong>a<strong>jasa</strong>, (2) proses administrasi yangpanjang dengan biaya yang besar, dan(3) berbagai peraturan yang tumpangtin<strong>di</strong>h.Dunia <strong>usaha</strong> yang sehatmerupakan salah satu faktor yangsangat menentukan iklim kompetensiantara kontraktor, untuk dapat menja<strong>di</strong>kompetitif dan bersaing secara luas,sehingga sangat <strong>di</strong>butuhkan penataankembali berbagai peraturan yang<strong>di</strong>anggap dapat menghambatkemajuan dunia <strong>usaha</strong> danmengeluarkan regulasi yang dapatmelindungi <strong>usaha</strong> skala kecil, serta237


Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 4, Nopember 2008: 228 - 240mendorong terciptanya persainganyang sehat dan professional dalamproses pengadaan.11.4. Penjaminan MutuMutu adalah kemampuan untukmengatur proyek dan menye<strong>di</strong>akanproduk (barang atau <strong>jasa</strong>) sesuaikeinginan pengguna (userrequirements), pada saat yang tepat,sesuai anggaran yang terse<strong>di</strong>a, sedapatmungkin dengan keuntungan (profit)yang tinggi (Smith, 1995). MenurutPurnomo S (2007) adalah (1) kualitasdapat <strong>di</strong>pandang sebagai kesesuaianproduk dengan fungsi atau tujuan, (2)sifat dan karakteristik produk atau <strong>jasa</strong>yang memenuhi kebutuhanpelanggan/pemakai, dan (3)menyerahkan barang/produk yangtidak <strong>di</strong>kembalikan dan <strong>di</strong>serahkanpada pelanggan/pemakai yangseharusnya, serta (4) kesesuaian denganspesifikasi dan standar yang berlaku.Dalam per<strong>usaha</strong>an <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong>perlu <strong>di</strong>bangun budaya mutu agarper<strong>usaha</strong>an tersebut dapat survivedalam era globalisasi ini. Yang <strong>di</strong>maksuddengan budaya adalah tamadun,peradaban, cara berkelakuan (berpikir)dan akal bu<strong>di</strong> (Anon., 1989). Sementaramenurut Malinowski (1983) budayaadalah peralatan, adat dari kelompoksosial, buah pikiran manusia dankepercayaan atau dengan kata lainsuatu cara hidup <strong>di</strong>mana manusiaberada dalam keadaan yang lebih baikuntuk mengatasi masalah nyata dantertentu yang <strong>di</strong>hadapinya semasaberadaptasi dengan lingkungan gunamemenuhi kebutuhannya. MenurutKunda (1992), Van Maanen dan Kunda(1989), budaya adalah mekanisme sosialyang menuntun atau dapat <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kandasar untuk menggerakan anggotaanggotanyasupaya memahami, berfikirdan merasakan berada jalan yangbetul dan benar. Ja<strong>di</strong> budayamerupakan suatu pola dan mekanismesosial yang <strong>di</strong>jalankan oleh suatuorganisasi untuk mengurus anggotanyadan dapat <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kan dasar yang tegasuntuk menggerakan anggotanya dalammelaksanakan pekerjaannya denganbaik (Rita, 2003).Untuk mencapai mutu yang<strong>di</strong>inginkan ada tiga hal perlu<strong>di</strong>perhatikan, yaitu: (1) standar produkseperti spesifikasi pekerjaan yang telah<strong>di</strong>tetapkan, (2) standar proses kerjaseperti metode pelaksanaan yang<strong>di</strong>terapkan, dan (3) standar sistemseperti ISO 9000 (International StandardOrganization) (Asnu<strong>di</strong>n A, 2004).11.5. ResikoKarakteristik proyek <strong>konstruksi</strong>yang memiliki sifat unik, yaitu melibatkanberbagai pihak dan batasan-batasanyang mesti <strong>di</strong>penuhi, serta kemungkinanterja<strong>di</strong>nya risiko-risiko yang tidak pernahdapat <strong>di</strong>perkirakan. Menurut Soeharto(2001) untuk menghadapi suatu risikoproyek, <strong>di</strong>kenal suatu golden rule yaitujangan mengambil risiko bilamana, (1)Organisasi yang bersangkutan tidakmampu menanggungnya (can notafford to lose), (2) Manfaat yang <strong>di</strong>raihlebih kecil dari risiko yang mungkintimbul, (3) Masih terse<strong>di</strong>a sejumlahalternatif, dan (4) Belum adanyarencana kontijensi untuk mengatasinya.Risiko <strong>di</strong>definisikan adalah akibat yangkurang menyenangkan (merugikan /membahayakan) dari suatu perbuatanatau tindakan (balai pustaka, 2005).Dalam proyek engineering atau<strong>konstruksi</strong>, risiko umumnya <strong>di</strong>artikansebagai kemungkinan terja<strong>di</strong>nyakerugian finansial. Untuk proyek skalabesar, Menurut Kristiawan (2006), risikodapat terja<strong>di</strong> akibat faktor, lokasi,desain, ekonomi, dan politik, sertalingkungan.a. Risiko lokasi, seperti pembebasanlahan, lokasi terletak <strong>di</strong> daerahbencana alam, kon<strong>di</strong>si geoteknis,penemuan arkeologis (antik/fosil).b. Risiko desain/<strong>konstruksi</strong>, sepertikesalahan desain, masalahconstructability, produktivitas tenagakerja, kecelakaan kerja, kerusakanmaterial/peralatan, keterlambatanc. Risiko ekonomi, seperti Inflasi, pajak,fluktuasi harga komo<strong>di</strong>tas,238


Potensi Bisnis Usaha Jasa Konstruksi <strong>di</strong> Indonesia(An<strong>di</strong> Asnu<strong>di</strong>n)perubahan kurs mata uang, material“hilang dari pasaran” karena <strong>di</strong>serapbooming <strong>konstruksi</strong>d. Risiko politik, seperti perubahankebijakan pemerintah, proyek<strong>di</strong>tentang oleh masyarakat, perang,embargo.e. Risiko lingkungan hidup, sepertiperlindungan terhadap fauna / floralangka <strong>di</strong> sekitar lokasi proyek,kontaminasi lingkungan akibatlimbah, penurunan kualitas udara,air, dan tanah dalam jangkapanjang.12. PenutupPotensi pasar <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> <strong>di</strong> Indonesiadapat <strong>di</strong>simpulkan beberapa point,yaitu :(1). Pasar <strong>usaha</strong> <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> <strong>di</strong>Indonesia sangat ber<strong>potensi</strong>,<strong>di</strong>mana kegiatan investasi yang<strong>di</strong>lakukan oleh pemerintah dansektor swasta setiap tahunnyameningkat.(2). Investasi untuk pembangunan danpemeliharaan infrastruktur cukupbesar berdasarkan dengancakupan wilayah dan jumlahmasyarakat (publik) yang mestimendapatkan pelayanan.(3). Potensi pasar <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> ini,dapat <strong>di</strong>manfaatkan oleh <strong>usaha</strong><strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong> nasional dengan (a)mengembangkan kemampuankontraktor, (b) implementasikebijakan dari berbagai aspek,yang berpihak (affirmative action)pada pelibatan <strong>jasa</strong> <strong>konstruksi</strong>nasional.13. Daftar PustakaAsnu<strong>di</strong>n, An<strong>di</strong>. 2005. “ManajemenProyek”. Palu: UNTAD Press.Asnu<strong>di</strong>n, An<strong>di</strong>. 2005.”KonsepPengembangan Kontraktor SkalaKecil”. Jurnal SMARTEK, Vol.3.No.4.Nov 2005. Fakultas Teknik,Universitas TadulakoAsnu<strong>di</strong>n, An<strong>di</strong>. 2006. “Keselamatan danKesehatan Kerja”. Palu: UNTADPress.Asnu<strong>di</strong>n, An<strong>di</strong>. 2006.”Klaim JasaKonstruksi “Stu<strong>di</strong> Kasus SulawesiTengah”. Jurnal SMARTEK.Vol.4.No.2. Mei 2006. FakultasTeknik, Universitas Tadulako.Asnu<strong>di</strong>n, An<strong>di</strong>. 2007. ”K3 PadaPenyelenggaraan ProyekKonstruksi”. Jurnal SMARTEK.Vol.5.No.1. Feb 2007 FakultasTeknik. Universitas TadulakoAsnu<strong>di</strong>n, An<strong>di</strong>. 2008. ”ProsesPenyelesaian Perselisihan PadaPenyelenggaraan Konstruksi”.Jurnal Perdamaian. Vol.1.No.1.Feb 2008. Lembaga PenelitianPerdamain dan PengelolaanKonflik. Universitas Tadulako.Asril Ebab. 2006. “Analisis Risiko PadaTahap Penawaran Proyek-ProyekKonstruksi <strong>di</strong> Jabotabek”. Tesis.Universitas Indonesia.W. Soemar<strong>di</strong>, Biemo. 2007. “StrategiPemasaran : Suatu TinjauanTerhadap Per<strong>usaha</strong>an KontraktorIndonesia”. Fakultas Teknik Sipildan Lingkungan, Institut TeknologiBandung.Diar, Iwan Nursyirwan. 2007.”Pengembangan Pasar JasaKonstruksi Melalui Keterse<strong>di</strong>aInformasi”. Disampaikan dalamseminar Nasional. LPJKD JawaBarat, Bandung.Dony Riswan, Muhamad Abduh. 2006“Pengembangan Model EstimasiBiaya Parameter Pada ProyekPembangunan Gedung Negara”.Parametric Cost Estimation Modelfor State Buil<strong>di</strong>ngs InternationalCivil Engineering Conference."Towards Sustainable CivilEngineering Practice" Surabaya.Edo. 2008. “Pemerintah Harus TepatHitung Estimasi Nilai Proyek”. Situs,Berita Indonesia239


Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 4, Nopember 2008: 228 - 240Gordon Smith. 2004. “ConstructionContracts”. Drafting to AvoidDisputes.Har<strong>di</strong>e Glann M. 1987. “ ConstructionEstimating Techniques”. New York:Prentice Hall.Jamal F. Bahar. 2005.“Contracts Strategy– Managing the Pre-AwardPhase”.Jurnal Bahan Bangunan, Konstruksi danInterior. 2004. “ Membi<strong>di</strong>k PeluangProperti”. Jakarta: Tim PenerbitanJurnal.Kristiawan. 2006. “Memilih JenisKontrak”. Transferring ExpertKnowledge. Migas Indonesia.Mark Tiggeman. 2005. “Contracts andTheir Preparation”.Tilaar, TAM. 2003. ” KepemimpinanProfessional Dalam KompleksitasProyek Konstruksi”. BuletinkindoNo.001/1/5/2003.Wahyu Wuryanti. 2005. “Kajian IndeksBiaya Konstruksi Pekerjaan BetonBertulang Dan Baja UntukKonstruksi Bangunan Gedung”,Pusat Penelitian danPengembangan PermukimanBadan Penelitian danPengembangan, DepartemenPekerjaan Umum.240

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!